Pub Date : 2017-07-18DOI: 10.21776/UB.HABITAT.2017.028.1.4
Dhany Hermansyah, N. Hanani, A. Muhaimin
The strategic roles of agriculture are provider of food and raw material for the industry, as well as contributor of Gross Regional Domestic Product (GRDP), foreign exchange earnings, and the main employer. Based on the total GRDP of agriculture, food crops have the highest value compared to other subsectors. However, when compared to other sectors, the the total GRDP of the agricultural sector inin East Java is still lower than that of the manufacturing and trade sectors. To increase its contribution, agricultural sector needs policies, regulations, programs and specific intervention for food crops performance in each district. The objectives of the study were to analyze factors affecting the GRDP of food crops sub-sector in East Java, and to analyze the efficiency level of the food crop sub-sector in the districts/cities in East Java. The research method was the Stochastic Frontier Analysis with Front 4.1 application. The dependent variable was GRDP of food crops, and the independent variables consist of irrigated land, dry land area, the number of agricultural labors, the number of subsidized fertilizer, the subsidized of two-wheel tractors, and water pump. Based on the survey, the factors that significantly influence the GDP were irrigated land area, dry land area, number of employees, and subsidized two-wheeled tractors. The findings suggested that the area of irrigated land, dry land, the number of labor, and the subsidized two-wheel tractor had significant effect towards the GRDP of the food crops sub-sector. However, the amount of subsidized fertilizer and water pump assistance did not significantly affect the GRDP of the food crops sub-sector. The average efficiency level of the food crops sub-sector in East Java was 0.77 with a minimum efficiency of 0.44 in Mojokerto City and the maximum efficiency in Gresik was 0.96. The central regions of the food crop sub-sector had an average of high efficiency, while the low-efficiency regions were the urban areas.
{"title":"Factors Affecting GRDP and Efficiency Level of Food Crops Sub-sector in East Java","authors":"Dhany Hermansyah, N. Hanani, A. Muhaimin","doi":"10.21776/UB.HABITAT.2017.028.1.4","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.HABITAT.2017.028.1.4","url":null,"abstract":"The strategic roles of agriculture are provider of food and raw material for the industry, as well as contributor of Gross Regional Domestic Product (GRDP), foreign exchange earnings, and the main employer. Based on the total GRDP of agriculture, food crops have the highest value compared to other subsectors. However, when compared to other sectors, the the total GRDP of the agricultural sector inin East Java is still lower than that of the manufacturing and trade sectors. To increase its contribution, agricultural sector needs policies, regulations, programs and specific intervention for food crops performance in each district. The objectives of the study were to analyze factors affecting the GRDP of food crops sub-sector in East Java, and to analyze the efficiency level of the food crop sub-sector in the districts/cities in East Java. The research method was the Stochastic Frontier Analysis with Front 4.1 application. The dependent variable was GRDP of food crops, and the independent variables consist of irrigated land, dry land area, the number of agricultural labors, the number of subsidized fertilizer, the subsidized of two-wheel tractors, and water pump. Based on the survey, the factors that significantly influence the GDP were irrigated land area, dry land area, number of employees, and subsidized two-wheeled tractors. The findings suggested that the area of irrigated land, dry land, the number of labor, and the subsidized two-wheel tractor had significant effect towards the GRDP of the food crops sub-sector. However, the amount of subsidized fertilizer and water pump assistance did not significantly affect the GRDP of the food crops sub-sector. The average efficiency level of the food crops sub-sector in East Java was 0.77 with a minimum efficiency of 0.44 in Mojokerto City and the maximum efficiency in Gresik was 0.96. The central regions of the food crop sub-sector had an average of high efficiency, while the low-efficiency regions were the urban areas.","PeriodicalId":190161,"journal":{"name":"The Habitat","volume":"133 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2017-07-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123559662","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2017-07-18DOI: 10.21776/UB.HABITAT.2017.028.1.5
Febrian Ramadhani, Ratya Anindita
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis tingkat kepuasan dan sekaligus menganalisis tingkat loyalitas petani bunga krisan potong terhadap penggunaan insektisida X. Metode yang digunakan adalah metode Importance Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI).Untuk mengukur tingkat kepuasan digunakan delapan variabel yaitu kinerja, keistimewaan tambahan, keandalan, kesesuaian dengan spesifikasi, daya tahan, serviceability , estetika, dan kualitas yang dipersepsikan. Kemudian untuk mengukur tingkat loyalitas, diukur dengan lima tingkatan loyalitas yaitu switcher, habitual buyer, satisfied buyer, liking the brand, committed buyer. Responden yang digunakan berjumlah 55 orang petani bunga krisan potong. Metode IPA menghasilkan rata-rata tingkat kesesuaian sebesar 104.53% dan menunjukan bahwa produk sudah dapat memenuhi harapan konsumen. Metode CSI menghasilkan tingkat kepuasan sebesar 71.6% dan termasuk dalam kriteria puas. Hasil analisis loyalitas menunjukan petani bunga krisan potong berada pada tingkat loyalitas liking the brand.
{"title":"Analisis Kepuasan Petani Bunga Krisan Potong terhadap Insektisida X di Desa Sidomulyo, Kecamatan Batu, Kota Batu","authors":"Febrian Ramadhani, Ratya Anindita","doi":"10.21776/UB.HABITAT.2017.028.1.5","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.HABITAT.2017.028.1.5","url":null,"abstract":"Tujuan penelitian ini untuk menganalisis tingkat kepuasan dan sekaligus menganalisis tingkat loyalitas petani bunga krisan potong terhadap penggunaan insektisida X. Metode yang digunakan adalah metode Importance Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI).Untuk mengukur tingkat kepuasan digunakan delapan variabel yaitu kinerja, keistimewaan tambahan, keandalan, kesesuaian dengan spesifikasi, daya tahan, serviceability , estetika, dan kualitas yang dipersepsikan. Kemudian untuk mengukur tingkat loyalitas, diukur dengan lima tingkatan loyalitas yaitu switcher, habitual buyer, satisfied buyer, liking the brand, committed buyer. Responden yang digunakan berjumlah 55 orang petani bunga krisan potong. Metode IPA menghasilkan rata-rata tingkat kesesuaian sebesar 104.53% dan menunjukan bahwa produk sudah dapat memenuhi harapan konsumen. Metode CSI menghasilkan tingkat kepuasan sebesar 71.6% dan termasuk dalam kriteria puas. Hasil analisis loyalitas menunjukan petani bunga krisan potong berada pada tingkat loyalitas liking the brand.","PeriodicalId":190161,"journal":{"name":"The Habitat","volume":"24 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2017-07-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115644451","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2016-12-01DOI: 10.21776/ub.habitat.2016.027.3.15
S. Handayani
Perkembangan pembangunan terutama di kota besar berdampak pada semakin berkurangnya lahan pertanian padi. Kondisi ini membuat generasi muda terutama yang tinggal di kota besar tidak mengenal proses usahatani padi yang berdampak pada sikap kurang menghargai pangan dan petani yang menghasilkannya. Dampak yang lebih mengkhawatirkan adalah semakin menurunnya minat generasi muda dalam pertanian. Saat ini di DIY berkembang agrowisata berbasis usahatani padi sawah tradisional dengan pelajar sebagai pangsa pasarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi agrowisata berbasis usahatani padi sawah tradisional sebagai edukasi pertanian bagi generasi muda dan mengkaji manfaat sosial ekonominya bagi petani dan masyarakat sekitar. Penelitian ini bersifat deskriptif, dan merupakan sebuah studi kasus di Desa Wisata Pentingsari. Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan cara wawancara mendalam ( de pth intreview ) dengan pengelola agrowisata. Hasil kajian menunjukkan bahwa agrowisata berbasis usahatani padi sawah tradisional berpotensi untuk dikembangkan. Hal ini bisa dilihat dari semakin banyaknya wisatawan pelajar yang berkunjung untuk menikmati dan terlibat dalam pengolahan sawah (bajak sawah, tandur, maupun panen). Secara ekonomi, agrowisata berbasis usahatani padi sawah tradisional dapat meningkatkan pendapatan petani dan masyarakat, sedangkan secara sosial budaya, agrowisata ini turut menjaga kelestarian dan kearifan lokal dalam pengelolaan usahatani padi sawah tradisional.
{"title":"Agrowisata Berbasis Usahatani Padi Sawah Tradisional Sebagai Edukasi Pertanian ( Studi Kasus Desa Wisata Pentingsari )","authors":"S. Handayani","doi":"10.21776/ub.habitat.2016.027.3.15","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.habitat.2016.027.3.15","url":null,"abstract":"Perkembangan pembangunan terutama di kota besar berdampak pada semakin berkurangnya lahan pertanian padi. Kondisi ini membuat generasi muda terutama yang tinggal di kota besar tidak mengenal proses usahatani padi yang berdampak pada sikap kurang menghargai pangan dan petani yang menghasilkannya. Dampak yang lebih mengkhawatirkan adalah semakin menurunnya minat generasi muda dalam pertanian. Saat ini di DIY berkembang agrowisata berbasis usahatani padi sawah tradisional dengan pelajar sebagai pangsa pasarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi agrowisata berbasis usahatani padi sawah tradisional sebagai edukasi pertanian bagi generasi muda dan mengkaji manfaat sosial ekonominya bagi petani dan masyarakat sekitar. Penelitian ini bersifat deskriptif, dan merupakan sebuah studi kasus di Desa Wisata Pentingsari. Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan cara wawancara mendalam ( de pth intreview ) dengan pengelola agrowisata. Hasil kajian menunjukkan bahwa agrowisata berbasis usahatani padi sawah tradisional berpotensi untuk dikembangkan. Hal ini bisa dilihat dari semakin banyaknya wisatawan pelajar yang berkunjung untuk menikmati dan terlibat dalam pengolahan sawah (bajak sawah, tandur, maupun panen). Secara ekonomi, agrowisata berbasis usahatani padi sawah tradisional dapat meningkatkan pendapatan petani dan masyarakat, sedangkan secara sosial budaya, agrowisata ini turut menjaga kelestarian dan kearifan lokal dalam pengelolaan usahatani padi sawah tradisional.","PeriodicalId":190161,"journal":{"name":"The Habitat","volume":"84 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126210828","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2016-12-01DOI: 10.21776/UB.HABITAT.2016.027.3.12
E. Wildayana
Penelitian ini dilakukan pada lahan rawa gambut Talang Sepucuk Kabupaten OKI dengan tujuan untuk membuat pendekatan pengendalian fluktua si harga TBS terhadap pendapatan petani kelapa sawit. Pengambilan sampling dilakukan secara sengaja ( purposive ), data dan informasi direkam menggunakan kuisioner terstruktur (sistematis). Data penelitian diolah menggunakan program SPSS version 21 dan dilanjutkan dengan analisis SWOT. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan produksi TBS yang nyata antara petani plasma dan petani lokal karena semua petani menggunakan input produksi yang sama . P endapatan petani berbeda nyata dimana p endapatan petani plasma lebih besar ( Rp29,33 Juta/ ha / tahun ) dan petani lokal sebesar Rp22,67 Juta/ ha / tahun , demikian juga penerimaan petani berbeda nyata yang disebabkan oleh perbedaan harga TBS, walaupun produksi petani plasma lebih rendah dari petani lokal. Dua grand strategi dalam pengendalian harga TBS, yaitu: (1) Pemerintah harus menetapkan kebijakan harga TBS untuk semua petani kelapa sawit, dan (2) Pada saat terjadi penurunan harga TBS, maka petani kelapa sawit perlu merawat lahan kelapa sawit agar jumlah TBS dapat meningkat dan melakukan usahatani lain.
这项研究是在伊斯兰合作组织区泥炭沼泽泥炭地上进行的,目的是要控制TBS农民收入的TBS价格。抽样是有意进行的(目的),数据和信息使用系统的问卷记录。研究数据使用SPSS版本21进行,然后进行SWOT分析。研究发现,血浆种植者和当地农民之间没有明显的TBS生产差异,因为所有农民都使用同样的生产输入。P en必须是一个不同的农民,P en必须是一个更大的血浆种植者(rp29.33万/哈/年)和当地农民的比例为rp29000万/ ha / year,而农民的收入也因TBS价格差异而不同,尽管血浆农民的产量比当地农民低。TBS价格控制的两大战略包括:(1)政府应该为所有棕榈油农民制定TBS价格政策;
{"title":"Pendekatan Pengendalian Fluktuasi Harga Tandan Buah Segar Terhadap Pendapatan Petani Kelapa Sawit","authors":"E. Wildayana","doi":"10.21776/UB.HABITAT.2016.027.3.12","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.HABITAT.2016.027.3.12","url":null,"abstract":"Penelitian ini dilakukan pada lahan rawa gambut Talang Sepucuk Kabupaten OKI dengan tujuan untuk membuat pendekatan pengendalian fluktua si harga TBS terhadap pendapatan petani kelapa sawit. Pengambilan sampling dilakukan secara sengaja ( purposive ), data dan informasi direkam menggunakan kuisioner terstruktur (sistematis). Data penelitian diolah menggunakan program SPSS version 21 dan dilanjutkan dengan analisis SWOT. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan produksi TBS yang nyata antara petani plasma dan petani lokal karena semua petani menggunakan input produksi yang sama . P endapatan petani berbeda nyata dimana p endapatan petani plasma lebih besar ( Rp29,33 Juta/ ha / tahun ) dan petani lokal sebesar Rp22,67 Juta/ ha / tahun , demikian juga penerimaan petani berbeda nyata yang disebabkan oleh perbedaan harga TBS, walaupun produksi petani plasma lebih rendah dari petani lokal. Dua grand strategi dalam pengendalian harga TBS, yaitu: (1) Pemerintah harus menetapkan kebijakan harga TBS untuk semua petani kelapa sawit, dan (2) Pada saat terjadi penurunan harga TBS, maka petani kelapa sawit perlu merawat lahan kelapa sawit agar jumlah TBS dapat meningkat dan melakukan usahatani lain.","PeriodicalId":190161,"journal":{"name":"The Habitat","volume":"25 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127385621","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2016-12-01DOI: 10.21776/UB.HABITAT.2016.027.3.13
Favian Arsyi Suhardoyo, Syafrial Syafrial, A. Muhaimin
Di Indonesia, kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki nilai dan volume ekspor yang besar, sehingga pemerintah memberlakukan pajak pertambahan nilai bagi eksportir kopi sebesar 10% dengan tujuan untuk stabilisasi harga kopi pasar domestik. Pemberlakuan regulasi ini berdampak negatif bagi bara pelaku usaha kopi yaitu penambahan biaya input sehingga produksi kopi terus mengalami penurunan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja ekonomi kopi di Indonesia, dampak kebijakan pajak pertambahan nilai terhadap kinerja ekonomi kopi di Indonesia, serta alternatif kebijaka yang sesuai dalam peningkatan kinerja ekonomi kopi di Indonesia. Metode yang digunakan adalah two-stage-least-square (2SLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa permintaan kopi domestik merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kinerja ekonomi kopi di Indonesia, dan dampak penerapan kebijakan pajak pertambahan nilai akan mengurangi kinerja ekonomi kopi di Indonesia, serta alternatif kebijakan yang sesuai adalah penghapusan kebijakan pajak pertambahan nilai di Indonesia.
{"title":"Dampak Kebijakan Pajak Pertambahan Nilai Terhadap Kinerja Ekonomi Kopi di Indonesia","authors":"Favian Arsyi Suhardoyo, Syafrial Syafrial, A. Muhaimin","doi":"10.21776/UB.HABITAT.2016.027.3.13","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.HABITAT.2016.027.3.13","url":null,"abstract":"Di Indonesia, kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki nilai dan volume ekspor yang besar, sehingga pemerintah memberlakukan pajak pertambahan nilai bagi eksportir kopi sebesar 10% dengan tujuan untuk stabilisasi harga kopi pasar domestik. Pemberlakuan regulasi ini berdampak negatif bagi bara pelaku usaha kopi yaitu penambahan biaya input sehingga produksi kopi terus mengalami penurunan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja ekonomi kopi di Indonesia, dampak kebijakan pajak pertambahan nilai terhadap kinerja ekonomi kopi di Indonesia, serta alternatif kebijaka yang sesuai dalam peningkatan kinerja ekonomi kopi di Indonesia. Metode yang digunakan adalah two-stage-least-square (2SLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa permintaan kopi domestik merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kinerja ekonomi kopi di Indonesia, dan dampak penerapan kebijakan pajak pertambahan nilai akan mengurangi kinerja ekonomi kopi di Indonesia, serta alternatif kebijakan yang sesuai adalah penghapusan kebijakan pajak pertambahan nilai di Indonesia.","PeriodicalId":190161,"journal":{"name":"The Habitat","volume":"60 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123044788","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2016-12-01DOI: 10.21776/UB.HABITAT.2016.027.3.16
Eko Edi Prastyo, Kliwon Hidayat
Penyesuaian program PHBM menjadi (Pola Kemitraan Pengelolaan Hutan) PKPH yang dilaksanakan di Desa Kucur dengan 2 jenis kegiatan yaitu kemitraan penggarap lahan “Tetelan” dengan kemitraan penyadap getah pinus. Tujuan penelitian ini adalah 1) mendeskripsikan dan menganalisis pola kemitraan dan aksesibilitas petani desa hutan dalam kemitraan bagi hasil pada program PKPH di Desa Kucur Kecamatan Dau Kabupaten Malang, 2) menganalisis tingkat kesesuaian penerapan program PKPH berdasarkan kelestarian hutan oleh petani masyarakat desa hutan di Desa Kucur, 3) menganalisis perbedaan tingkat pendapatan dari sistem kemitraan Penggarap lahan ‘Tetelan” dengan sistem kemitraan Penyadap Getah Pinus dalam program PKPH di Desa Kucur. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 petani dan beberapa Informan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis pendapatan usahatani. Hasil penelitian ini menunjukan program PKPH dijalankan oleh Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan Desa Kucur dengan berlandaskan kesepakatan perjanjian yang isinya menjelaskan pengelolaan hutan yang lestari dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sedangakan aksesibilitas untuk masyarakat desa hutan yang ingin ikut PKPH dijalankan secara adil dan terbuka. Tingkat kesesuaian implementasi program PKPH di Desa Kucur berdasarkan kelestarian hutan pada kemitraan penggarap lahan “Tetelan” adalah berada pada kategori sedang, sedangkan pada kegiatan penyadapan pinus berada pada kategori baik. Tingkat pendapatan kegiatan penggarap lahan “Tetelan” per bulan adalah sebesar Rp442.540, pendapatan ini lebih besar daripada tingkat pendapatan kegiatan penyadap getah pinus per bulan sebesar Rp245.500.
{"title":"Pola Kemitraan Antara Perum Perhutani Dengan Masyarakat Desa Hutan (Studi Kasus Program PKPH di Desa Kucur Dau, Kabupaten Malang)","authors":"Eko Edi Prastyo, Kliwon Hidayat","doi":"10.21776/UB.HABITAT.2016.027.3.16","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.HABITAT.2016.027.3.16","url":null,"abstract":"Penyesuaian program PHBM menjadi (Pola Kemitraan Pengelolaan Hutan) PKPH yang dilaksanakan di Desa Kucur dengan 2 jenis kegiatan yaitu kemitraan penggarap lahan “Tetelan” dengan kemitraan penyadap getah pinus. Tujuan penelitian ini adalah 1) mendeskripsikan dan menganalisis pola kemitraan dan aksesibilitas petani desa hutan dalam kemitraan bagi hasil pada program PKPH di Desa Kucur Kecamatan Dau Kabupaten Malang, 2) menganalisis tingkat kesesuaian penerapan program PKPH berdasarkan kelestarian hutan oleh petani masyarakat desa hutan di Desa Kucur, 3) menganalisis perbedaan tingkat pendapatan dari sistem kemitraan Penggarap lahan ‘Tetelan” dengan sistem kemitraan Penyadap Getah Pinus dalam program PKPH di Desa Kucur. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 petani dan beberapa Informan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis pendapatan usahatani. Hasil penelitian ini menunjukan program PKPH dijalankan oleh Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan Desa Kucur dengan berlandaskan kesepakatan perjanjian yang isinya menjelaskan pengelolaan hutan yang lestari dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sedangakan aksesibilitas untuk masyarakat desa hutan yang ingin ikut PKPH dijalankan secara adil dan terbuka. Tingkat kesesuaian implementasi program PKPH di Desa Kucur berdasarkan kelestarian hutan pada kemitraan penggarap lahan “Tetelan” adalah berada pada kategori sedang, sedangkan pada kegiatan penyadapan pinus berada pada kategori baik. Tingkat pendapatan kegiatan penggarap lahan “Tetelan” per bulan adalah sebesar Rp442.540, pendapatan ini lebih besar daripada tingkat pendapatan kegiatan penyadap getah pinus per bulan sebesar Rp245.500.","PeriodicalId":190161,"journal":{"name":"The Habitat","volume":"29 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130076708","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2016-12-01DOI: 10.21776/UB.HABITAT.2016.027.3.14
O. Priambodo, Suhartini Suhartini
Industri pariwisata menjadi industri yang memiliki potensi untuk dilakukan pengembangan. Jenis pariwisata yang memiliki potensi besar untuk pengembangan adalah wisata alam, salah satunya Kusuma Agrowisata. Kusuma Agrowisata menjadi salah satu wisata alam berbasis agronomi yang terletak di Kota Batu. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui bagaimana persepsi konsumen terhadap fasilitas, pelayanan, dan infrastruktur di Kusuma Agrowisata, 2) Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata di Kusuma Agrowisata, dan 3) untuk mengestimasi nilai surplus konsumen dan nilai ekonomi wisata dari Kusuma Agrowisata. Dengan melihat nilai tersebut nantinya dapat ditarik kesimpulan apakah biaya yang telah dikeluarkan pengunjung telah sesuai dengan wisata yang ditawarkan Kusuma Agrowisata. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive di Kusuma Agrowisata dengan mempertimbangkan bahwa Kusuma Agrowisata merupakan salah satu wisata berbasis agronomi. Penelitian dilakukan pada bulan April – Mei 2016. Sampel ditentukan dengan metode non-probability sampling dengan tipe sampling critical case sampling. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata dilakukan dengan regresi linier berganda sedangkan metode untuk menganalisis nilai surplus konsumen menggunakan Individual Travel Cost Method (ITCM) yaitu melihat besar surplus konsumen dengan menganalisis seluruh biaya perjalanan yang dikeluarkan. Akumulasi nilai surplus konsumen tersebut dapat menghasilkan nilai ekonomi wisata Kusuma Agrowisata. Hasil dari penelitian ini adalah fasilitas toilet dan tempat ibadah yang disediakan oleh pengelola Kusuma Agrowisata dinilai oleh responden kurang memadai. Sementara itu, faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap permintaan wisata adalah biaya perjalanan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan jumlah rombongan. Sedangkan nilai surplus konsumen dan nilai ekonomi wisata Kusuma Agrowisata masing-masing adalah Rp. 1.373.113,17 dan Rp. 419.623.385.898,00.
{"title":"Valuasi Ekonomi Kusuma Agrowisata Kota Batu, Jawa Timur","authors":"O. Priambodo, Suhartini Suhartini","doi":"10.21776/UB.HABITAT.2016.027.3.14","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.HABITAT.2016.027.3.14","url":null,"abstract":"Industri pariwisata menjadi industri yang memiliki potensi untuk dilakukan pengembangan. Jenis pariwisata yang memiliki potensi besar untuk pengembangan adalah wisata alam, salah satunya Kusuma Agrowisata. Kusuma Agrowisata menjadi salah satu wisata alam berbasis agronomi yang terletak di Kota Batu. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui bagaimana persepsi konsumen terhadap fasilitas, pelayanan, dan infrastruktur di Kusuma Agrowisata, 2) Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata di Kusuma Agrowisata, dan 3) untuk mengestimasi nilai surplus konsumen dan nilai ekonomi wisata dari Kusuma Agrowisata. Dengan melihat nilai tersebut nantinya dapat ditarik kesimpulan apakah biaya yang telah dikeluarkan pengunjung telah sesuai dengan wisata yang ditawarkan Kusuma Agrowisata. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive di Kusuma Agrowisata dengan mempertimbangkan bahwa Kusuma Agrowisata merupakan salah satu wisata berbasis agronomi. Penelitian dilakukan pada bulan April – Mei 2016. Sampel ditentukan dengan metode non-probability sampling dengan tipe sampling critical case sampling. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata dilakukan dengan regresi linier berganda sedangkan metode untuk menganalisis nilai surplus konsumen menggunakan Individual Travel Cost Method (ITCM) yaitu melihat besar surplus konsumen dengan menganalisis seluruh biaya perjalanan yang dikeluarkan. Akumulasi nilai surplus konsumen tersebut dapat menghasilkan nilai ekonomi wisata Kusuma Agrowisata. Hasil dari penelitian ini adalah fasilitas toilet dan tempat ibadah yang disediakan oleh pengelola Kusuma Agrowisata dinilai oleh responden kurang memadai. Sementara itu, faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap permintaan wisata adalah biaya perjalanan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan jumlah rombongan. Sedangkan nilai surplus konsumen dan nilai ekonomi wisata Kusuma Agrowisata masing-masing adalah Rp. 1.373.113,17 dan Rp. 419.623.385.898,00.","PeriodicalId":190161,"journal":{"name":"The Habitat","volume":"2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124543644","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2016-08-01DOI: 10.21776/ub.habitat.2016.027.2.7
Dedy Hertanto, S. Sugiyanto, Reza Safitri
Dalam rangka peningkatan mutu dan hasil produksi kentang diperlukan informasi bagi petani tentang teknologi budidaya yang menjadi rujukan dalam berusahatani. Penelitian ini menyajikan analisis tentang bagaimana upaya petani kentang dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan melalui pendekatan jaringan komunikasi. Tujuan penelitian adalah (1) mendeskripsikan struktur jaringan komunikasi dan peran aktor (2) Mendeskripsikan karakteristik individu dan karakteristik usahatani (3) Menganalisis hubungan antara jaringan komunikasi dan penerapan teknologi budidaya kentang. Hasil penelitian menunjukkan (1) Struktur jaringan bersifat menyebar dan memusat dengan tingkat keterhubungan antar aktor yang rendah, sedangkan aktor yang berperan penting pada aspek (bibit dan panen) adalah aktor 10, 12, 35, 61 dan pada aspek (pemupukan dan HPT) adalah aktor 11, 76, 60, dan 50. (2) Karakteristik individu dan usahatani merupakan faktor pendukung dalam meningkatkan keterhubungan antar aktor dan peranan aktor dalam jaringan komunikasi. (3) Hubungan antara jaringan komunikasi dengan penerapan teknologi budidaya kentang menunjukkan hubungan yang positif dan nyata.
{"title":"Analisis Struktur Jaringan Komunikasi dan Peran Aktor Dalam Penerapan Teknologi Budidaya Kentang (Petani Kentang Desa Ngantru Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang)","authors":"Dedy Hertanto, S. Sugiyanto, Reza Safitri","doi":"10.21776/ub.habitat.2016.027.2.7","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.habitat.2016.027.2.7","url":null,"abstract":"Dalam rangka peningkatan mutu dan hasil produksi kentang diperlukan informasi bagi petani tentang teknologi budidaya yang menjadi rujukan dalam berusahatani. Penelitian ini menyajikan analisis tentang bagaimana upaya petani kentang dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan melalui pendekatan jaringan komunikasi. Tujuan penelitian adalah (1) mendeskripsikan struktur jaringan komunikasi dan peran aktor (2) Mendeskripsikan karakteristik individu dan karakteristik usahatani (3) Menganalisis hubungan antara jaringan komunikasi dan penerapan teknologi budidaya kentang. Hasil penelitian menunjukkan (1) Struktur jaringan bersifat menyebar dan memusat dengan tingkat keterhubungan antar aktor yang rendah, sedangkan aktor yang berperan penting pada aspek (bibit dan panen) adalah aktor 10, 12, 35, 61 dan pada aspek (pemupukan dan HPT) adalah aktor 11, 76, 60, dan 50. (2) Karakteristik individu dan usahatani merupakan faktor pendukung dalam meningkatkan keterhubungan antar aktor dan peranan aktor dalam jaringan komunikasi. (3) Hubungan antara jaringan komunikasi dengan penerapan teknologi budidaya kentang menunjukkan hubungan yang positif dan nyata.","PeriodicalId":190161,"journal":{"name":"The Habitat","volume":"21 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-08-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131760153","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2016-08-01DOI: 10.21776/UB.HABITAT.2016.027.2.9
Heni Oktavia, Nuhfil Hanani, Suhartini Suhartini
Tujuan pada penelitian ini adalah untuk melihat peran sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi Provinsi Jawa Timur, dengan cara: 1). Menganalisis besarnya nilai struktur output , struktur nilai tambah bruto, struktur pendapatan, struktur tenaga kerja, angka pengganda output , angka pengganda pendapatan, angka pengganda nilai tambah bruto, angka pengganda tenaga kerja, backward linkage dan forward linkage ; 2). Mengidentifikasi komoditas pertanian unggulan di Provinsi Jawa Timur. Metode Analisis menggunakan analisis Input-Output dengan data Input-Output Provinsi Jawa Timur tahun 2010 (110 sektor) yang di updating dan di agregasi menjadi Input-Output Provinsi Jawa Timur tahun 2013 (43 sektor). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1). Kontribusi sektor pertanian dilihat dari: A). Struktur output yang dihasilkan sebesar 183.558.716,28 juta dengan kontribusinya 11,23 persen; B). Struktur nilai tambah bruto adalah 169.426.431,70 juta dengan kontribusinya 15,88 persen.; C). Struktur pendapatan adalah 50.078.445,51 juta dengan kontribusinya 17,24 persen; D). Struktur tenaga kerja adalah 36.071.090 juta orang dengan kontribusinya 25,96 persen; E). Angka pengganda output yang diciptakan dengan nilai terbesar berada pada komoditas ternak lainnya dengan nilai 2,35; F) Angka pengganda pendapatan yang diciptakan dengan nilai terbesar berada pada komoditas telur dengan nilai 3,51; G) Angka pengganda nilai tambah bruto yang diciptakan dengan nilai terbesar berada pada komoditas ternak lainnya dengan nilai 2,54; H). Angka pengganda tenaga kerja yang diciptakan dengan nilai terbesar berada pada komoditas padi dengan nilai 2,12; I). Keterkaitan ke belakang yang diciptakan dengan nilai terbesar berada pada komoditas ternak lainnya dengan nilai 1,46; J). Keterkaitan ke depan yang diciptakan dengan nilai terbesar berada pada komoditas padi dengan nilai 1,48. 2). Komoditas unggulan sektor pertanian, yaitu: komoditas ikan laut dan hasil perikanan lainnya, komoditas ikan darat dan hasil perikanan lainnya, komoditas padi, komoditas jagung, komoditas sayur-sayuran, komoditas buah-buahan, komoditas kedelai, komoditas telur, komoditas sapi, komoditas ayam, komoditas susu segar, komoditas ternak lainnya, komoditas domba dan kambing, komoditas tebu, komoditas tembakau.
{"title":"Peran Sektor Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur (Pendekatan Input-Output)","authors":"Heni Oktavia, Nuhfil Hanani, Suhartini Suhartini","doi":"10.21776/UB.HABITAT.2016.027.2.9","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.HABITAT.2016.027.2.9","url":null,"abstract":"Tujuan pada penelitian ini adalah untuk melihat peran sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi Provinsi Jawa Timur, dengan cara: 1). Menganalisis besarnya nilai struktur output , struktur nilai tambah bruto, struktur pendapatan, struktur tenaga kerja, angka pengganda output , angka pengganda pendapatan, angka pengganda nilai tambah bruto, angka pengganda tenaga kerja, backward linkage dan forward linkage ; 2). Mengidentifikasi komoditas pertanian unggulan di Provinsi Jawa Timur. Metode Analisis menggunakan analisis Input-Output dengan data Input-Output Provinsi Jawa Timur tahun 2010 (110 sektor) yang di updating dan di agregasi menjadi Input-Output Provinsi Jawa Timur tahun 2013 (43 sektor). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1). Kontribusi sektor pertanian dilihat dari: A). Struktur output yang dihasilkan sebesar 183.558.716,28 juta dengan kontribusinya 11,23 persen; B). Struktur nilai tambah bruto adalah 169.426.431,70 juta dengan kontribusinya 15,88 persen.; C). Struktur pendapatan adalah 50.078.445,51 juta dengan kontribusinya 17,24 persen; D). Struktur tenaga kerja adalah 36.071.090 juta orang dengan kontribusinya 25,96 persen; E). Angka pengganda output yang diciptakan dengan nilai terbesar berada pada komoditas ternak lainnya dengan nilai 2,35; F) Angka pengganda pendapatan yang diciptakan dengan nilai terbesar berada pada komoditas telur dengan nilai 3,51; G) Angka pengganda nilai tambah bruto yang diciptakan dengan nilai terbesar berada pada komoditas ternak lainnya dengan nilai 2,54; H). Angka pengganda tenaga kerja yang diciptakan dengan nilai terbesar berada pada komoditas padi dengan nilai 2,12; I). Keterkaitan ke belakang yang diciptakan dengan nilai terbesar berada pada komoditas ternak lainnya dengan nilai 1,46; J). Keterkaitan ke depan yang diciptakan dengan nilai terbesar berada pada komoditas padi dengan nilai 1,48. 2). Komoditas unggulan sektor pertanian, yaitu: komoditas ikan laut dan hasil perikanan lainnya, komoditas ikan darat dan hasil perikanan lainnya, komoditas padi, komoditas jagung, komoditas sayur-sayuran, komoditas buah-buahan, komoditas kedelai, komoditas telur, komoditas sapi, komoditas ayam, komoditas susu segar, komoditas ternak lainnya, komoditas domba dan kambing, komoditas tebu, komoditas tembakau.","PeriodicalId":190161,"journal":{"name":"The Habitat","volume":"6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-08-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130734911","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2016-08-01DOI: 10.21776/UB.HABITAT.2016.027.2.11
Indriyati Indriyati, M. Mustadjab
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis masalah untuk memperoleh masukan dalam upaya peningkatan pendapatan. Jagung merupakan salah satu komoditas pangan yang penting dan terkait dengan industri besar. Penelitian ini dilakukan secara purposive dengan metode pengambilan contoh yaitu Stratified Random Sampling , sehingga didapatkan responden 38 sampel. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis ketersediaan faktor produksi, analisis usahatani, dan analisis fungsi respon produksi dan pendapatan, dan analisis efisiensi alokatif. Hasil analisis menunjukan ketersediaan faktor produksi sudah cukup tersedia dan penggunaan faktor produksi usahatani jagung masih belum efisien. Sehingga produksi yang dihasilkan masih rendah, begitupula dengan tingkat pendapatan petani.
{"title":"Tingkat Ketersediaan Faktor-Faktor Produksi di Tingkat Petani dan Pengaruhnya Terhadap Produksi dan Pendapatan Pada Usahatani Jagung (Zea mays L.) (Kasus di Desa Ngrancang, Kecamatan Tambakrejo, Kabupaten Bojonegoro)","authors":"Indriyati Indriyati, M. Mustadjab","doi":"10.21776/UB.HABITAT.2016.027.2.11","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.HABITAT.2016.027.2.11","url":null,"abstract":"Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis masalah untuk memperoleh masukan dalam upaya peningkatan pendapatan. Jagung merupakan salah satu komoditas pangan yang penting dan terkait dengan industri besar. Penelitian ini dilakukan secara purposive dengan metode pengambilan contoh yaitu Stratified Random Sampling , sehingga didapatkan responden 38 sampel. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis ketersediaan faktor produksi, analisis usahatani, dan analisis fungsi respon produksi dan pendapatan, dan analisis efisiensi alokatif. Hasil analisis menunjukan ketersediaan faktor produksi sudah cukup tersedia dan penggunaan faktor produksi usahatani jagung masih belum efisien. Sehingga produksi yang dihasilkan masih rendah, begitupula dengan tingkat pendapatan petani.","PeriodicalId":190161,"journal":{"name":"The Habitat","volume":"63 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-08-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129469240","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}