Pub Date : 2021-04-16DOI: 10.24843/pjiib.2021.v21.i01.p01
I. K. A. Bisena, N. N. J. Sastaparamitha
The current generation that is known as the millennium generation is synonymous with technological and educational developments. This phenomenon is a strategy that can be used by advocates of foreign languages, especially English in packaging a material to be taught. One of the choices is the use of youtube online videos as supporting teaching materials. The technology is very easy to access, especially STMIK STIKOM Indonesia students, where almost all students have the youtube application. This study uses a qualitative description analysis method to see how attractive YouTube videos are among students, as well as video criteria that are considered interesting by them. The results of the study are packaging of youtube online videos that are tailored to the teaching material delivered to STMIK STIKOM Indonesia students, as the lecturers' handlers and student references in their own creative learning.
{"title":"Strategi Meningkatkan Kemampuan Bahasa Inggris Mahasiswa STMIK STIKOM Indonesia Melalui Pemanfaatan Video Online Youtube","authors":"I. K. A. Bisena, N. N. J. Sastaparamitha","doi":"10.24843/pjiib.2021.v21.i01.p01","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/pjiib.2021.v21.i01.p01","url":null,"abstract":"The current generation that is known as the millennium generation is synonymous with technological and educational developments. This phenomenon is a strategy that can be used by advocates of foreign languages, especially English in packaging a material to be taught. One of the choices is the use of youtube online videos as supporting teaching materials. The technology is very easy to access, especially STMIK STIKOM Indonesia students, where almost all students have the youtube application. This study uses a qualitative description analysis method to see how attractive YouTube videos are among students, as well as video criteria that are considered interesting by them. The results of the study are packaging of youtube online videos that are tailored to the teaching material delivered to STMIK STIKOM Indonesia students, as the lecturers' handlers and student references in their own creative learning.","PeriodicalId":192180,"journal":{"name":"Pustaka : Jurnal Ilmu-Ilmu Budaya","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129344322","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kreasi kuliner pada suatu daerah dapat menandakan suatu bentuk identitas kelompok masyarakat yang memiliki ciri khas yang unik. Adanya gelombang migrasi secara massif etnik Jawa dan Madura yang tersebar di wilayah Keresidenan Besuki pada Orde Baru, melahirkan akulturasi budaya pada wilayah Kota Jember yaitu budaya Pandhalungan. Budaya ini juga mempengaruhi pada aspek kuliner, salah satunya adalah Wedhang Cor. Modernitas mempengaruhi selera kuliner seseorang, namun wedhang cor sebagai minuman tradisional masih ramai pengunjung. Wedhang Cor merupakan minuman khas dari Kota Jember dimana minuman yang merupakan campuran dari rempah-rempah pilihan dan memberikan rasa hangat dan menyegarkan di tubuh. Minuman ini memiliki penikmat dari berbagai kalangan, karena dianggap memiliki keunikan rasa dan juga khasiat yang menyehatkan tubuh karena memiliki komposisi seperti jahe, susu, dan ketan hitam yang diaduk menjadi satu. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan wedhang cor menjadi symbol budaya Kota Jember (2) Mengidentifikasi filosofi dibalik minuman wedhang cor mengetahui filosofi dari salah satu minuman khas Jember. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember dengan menggunakan teknik metode penelitian kualitatif, dengan perolehan data dan informasi melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wedhang cor memiliki filosofi yang mendalam tentang relasi dan juga falsafah kehidupan bermasyarakat yang direpresentasikan melalui minuman/wedhang, hal ini mencirikan masyarakat pandalungan yang memiliki sikap terbuka, mudah beradaptasi, dan ekspresif.
{"title":"Wedhang Cor Sebagai Simbol Budaya Kota Jember","authors":"Bayu Aji Sastra, Prilly Dwi Larasati, Della Sifaul Azizzah, Margi Rizky","doi":"10.24843/pjiib.2021.v21.i01.p03","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/pjiib.2021.v21.i01.p03","url":null,"abstract":"Kreasi kuliner pada suatu daerah dapat menandakan suatu bentuk identitas kelompok masyarakat yang memiliki ciri khas yang unik. Adanya gelombang migrasi secara massif etnik Jawa dan Madura yang tersebar di wilayah Keresidenan Besuki pada Orde Baru, melahirkan akulturasi budaya pada wilayah Kota Jember yaitu budaya Pandhalungan. Budaya ini juga mempengaruhi pada aspek kuliner, salah satunya adalah Wedhang Cor. Modernitas mempengaruhi selera kuliner seseorang, namun wedhang cor sebagai minuman tradisional masih ramai pengunjung. Wedhang Cor merupakan minuman khas dari Kota Jember dimana minuman yang merupakan campuran dari rempah-rempah pilihan dan memberikan rasa hangat dan menyegarkan di tubuh. Minuman ini memiliki penikmat dari berbagai kalangan, karena dianggap memiliki keunikan rasa dan juga khasiat yang menyehatkan tubuh karena memiliki komposisi seperti jahe, susu, dan ketan hitam yang diaduk menjadi satu. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan wedhang cor menjadi symbol budaya Kota Jember (2) Mengidentifikasi filosofi dibalik minuman wedhang cor mengetahui filosofi dari salah satu minuman khas Jember. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember dengan menggunakan teknik metode penelitian kualitatif, dengan perolehan data dan informasi melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wedhang cor memiliki filosofi yang mendalam tentang relasi dan juga falsafah kehidupan bermasyarakat yang direpresentasikan melalui minuman/wedhang, hal ini mencirikan masyarakat pandalungan yang memiliki sikap terbuka, mudah beradaptasi, dan ekspresif. \u0000 ","PeriodicalId":192180,"journal":{"name":"Pustaka : Jurnal Ilmu-Ilmu Budaya","volume":"49 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115839597","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-04-16DOI: 10.24843/pjiib.2021.v21.i01.p05
M. Ratna, Yosafat Anugerah Mombong
Hikikomori is one of the most common social problems in Japan. This research's object is the anime series NHK ni Youkoso !, with 24 episodes, which premiered from July to December 2006. The author uses the observation method of note-taking techniques to collect data, and the data analysis is written descriptively. The results of this study contained 11 forms of Hikikomori behaviour in the anime that the author studied, namely: hikikomori perpetrators confined themselves for more than six months, refused to interact with other people, refused to go to school, refused to leave the room, experienced hallucinations, experienced insomnia, professional setbacks, have thoughts of persecution, have feelings of depression, desire death and suicidal thoughts, and are addicted to alcohol. Meanwhile, the factors causing hikikomori behaviour are amae and the inability to accept intervention from others.
“隐蔽青年”是日本最常见的社会问题之一。本研究的对象是2006年7月至12月首播的24集的日本动漫《NHK ni Youkoso !》作者采用笔记技术的观察法收集数据,并对数据进行描述性的分析。这项研究的结果包含了作者所研究的动漫中11种形式的“隐蔽青年”行为,即:隐蔽青年犯罪者将自己限制在六个月以上,拒绝与其他人互动,拒绝上学,拒绝离开房间,经历过幻觉,经历过失眠,职业挫折,有受迫害的想法,有抑郁的感觉,渴望死亡和自杀的想法,酗酒。与此同时,导致“隐蔽青年”行为的因素是缺乏安全感和无法接受他人的干预。
{"title":"Bentuk dan Faktor Penyebab Hikikomori dalam Anime “Nhk Ni Youkoso!”","authors":"M. Ratna, Yosafat Anugerah Mombong","doi":"10.24843/pjiib.2021.v21.i01.p05","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/pjiib.2021.v21.i01.p05","url":null,"abstract":"Hikikomori is one of the most common social problems in Japan. This research's object is the anime series NHK ni Youkoso !, with 24 episodes, which premiered from July to December 2006. The author uses the observation method of note-taking techniques to collect data, and the data analysis is written descriptively. The results of this study contained 11 forms of Hikikomori behaviour in the anime that the author studied, namely: hikikomori perpetrators confined themselves for more than six months, refused to interact with other people, refused to go to school, refused to leave the room, experienced hallucinations, experienced insomnia, professional setbacks, have thoughts of persecution, have feelings of depression, desire death and suicidal thoughts, and are addicted to alcohol. Meanwhile, the factors causing hikikomori behaviour are amae and the inability to accept intervention from others. \u0000 ","PeriodicalId":192180,"journal":{"name":"Pustaka : Jurnal Ilmu-Ilmu Budaya","volume":"9 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124377298","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-04-16DOI: 10.24843/pjiib.2021.v21.i01.p02
Dhimas Abror Djuraid, Ana Nailun Najah, Indri Mar’atus Sholiha, N. Agustin
Indonesia sebagai negara multikultural memiliki beragam budaya yang memiliki identitas berbeda sesuai dengan daerah. melalui keberagaman ini dapat menyongsong nama Indonesia menjadi negara yang kaya akan budaya dan dapat dikenal di seluruh dunia. Budaya memiliki makna yang berbeda-beda di setiap daerah. Salah satu budaya yang ada di daerah Jember salah satunya “Ritus Budaya Tingkeban” yang berfungsi sebagai perekat sosial pada masyarakat. Ritus budaya tingkeban ini merupakan upacara yang dilakukan sebagai bentuk kehormatan dalam kehamilan usia 7 bulan seorang ibu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk rangkaian tingkeban sebagai perekat sosial dari masyarakat Jember. Penelitian ini dilakukan melalui metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif sedangkan teknik pengumpulan data melalui observasi dan wawancara pada masyarakat Jember.
{"title":"Ritus Budaya Tingkeban Sebagai Perekat Sosial pada Masyarakat Jember","authors":"Dhimas Abror Djuraid, Ana Nailun Najah, Indri Mar’atus Sholiha, N. Agustin","doi":"10.24843/pjiib.2021.v21.i01.p02","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/pjiib.2021.v21.i01.p02","url":null,"abstract":"Indonesia sebagai negara multikultural memiliki beragam budaya yang memiliki identitas berbeda sesuai dengan daerah. melalui keberagaman ini dapat menyongsong nama Indonesia menjadi negara yang kaya akan budaya dan dapat dikenal di seluruh dunia. Budaya memiliki makna yang berbeda-beda di setiap daerah. Salah satu budaya yang ada di daerah Jember salah satunya “Ritus Budaya Tingkeban” yang berfungsi sebagai perekat sosial pada masyarakat. Ritus budaya tingkeban ini merupakan upacara yang dilakukan sebagai bentuk kehormatan dalam kehamilan usia 7 bulan seorang ibu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk rangkaian tingkeban sebagai perekat sosial dari masyarakat Jember. Penelitian ini dilakukan melalui metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif sedangkan teknik pengumpulan data melalui observasi dan wawancara pada masyarakat Jember.","PeriodicalId":192180,"journal":{"name":"Pustaka : Jurnal Ilmu-Ilmu Budaya","volume":"7 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123382107","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-04-16DOI: 10.24843/pjiib.2021.v21.i01.p04
Fitrotin Nisa, Sofia Nabilla Bayani, A. Wardani, Dinda Clarita Salsadillah
The Pethik Pari tradition is a tradition of the Javanese farming community. This tradition is in the form of a series of selamatan ritual performed as a form of gratitude of the farmers to God Almighty for abundant sustenance through good harvests. The Pethik Pari ritual used to be carried out by Dukuh Dempok Village farmers individually in their homes by simply carrying out a simple slametan. But now, the ritual procession is changing and carried out jointly by farmers in the fields by carrying out slametan, Wayang’s performances, and fishing together in the rice fields. With the change in the implementation of the ritual procession, making the Pethik Pari ritual a re-establishment of the individuality of peasants in Dukuh Dempok Village. The ritual tradition of Pethik Pari itself, is also a symbol of the Javanese peasant community that there is a belief in the existence of Dewi Sri as a goddess of prosperity. This research uses descriptive qualitative method with a case study approach. Data was collected through in-depth interviews with informants from the head of the farmers' groups and Dukuh Dempok Village farmers. The focus of this study was to determine the re-establishment of the individuality of farmers in Dukuh Dempok village, Wuluhan, Jember, East Java.
{"title":"Ritual Pethik Pari sebagai Pembentukan Ulang Individualitas Petani : Studi tentang Budaya Pethik Pari di Desa Dukuh Dempok, Wuluhan, Kabupaten Jember","authors":"Fitrotin Nisa, Sofia Nabilla Bayani, A. Wardani, Dinda Clarita Salsadillah","doi":"10.24843/pjiib.2021.v21.i01.p04","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/pjiib.2021.v21.i01.p04","url":null,"abstract":"The Pethik Pari tradition is a tradition of the Javanese farming community. This tradition is in the form of a series of selamatan ritual performed as a form of gratitude of the farmers to God Almighty for abundant sustenance through good harvests. The Pethik Pari ritual used to be carried out by Dukuh Dempok Village farmers individually in their homes by simply carrying out a simple slametan. But now, the ritual procession is changing and carried out jointly by farmers in the fields by carrying out slametan, Wayang’s performances, and fishing together in the rice fields. With the change in the implementation of the ritual procession, making the Pethik Pari ritual a re-establishment of the individuality of peasants in Dukuh Dempok Village. The ritual tradition of Pethik Pari itself, is also a symbol of the Javanese peasant community that there is a belief in the existence of Dewi Sri as a goddess of prosperity. This research uses descriptive qualitative method with a case study approach. Data was collected through in-depth interviews with informants from the head of the farmers' groups and Dukuh Dempok Village farmers. The focus of this study was to determine the re-establishment of the individuality of farmers in Dukuh Dempok village, Wuluhan, Jember, East Java. \u0000 ","PeriodicalId":192180,"journal":{"name":"Pustaka : Jurnal Ilmu-Ilmu Budaya","volume":"41 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128954043","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-06-20DOI: 10.24843/pjiib.2018.v18.i02.p07
I. K. Sudewa, I. M. Suarsa
Various ideologies are expressed by the author in the literary works he created. One of the modern Balinese literary authors, I Made Suarsa in his short story entitled Luh-Luh reveals the dynamics of female ideology. The dynamics of women's ideology reflect the ideology of Indonesian women from various professions and are expressed by authors in various styles of language. The problems discussed in this research are: (1) how the dynamics of women's ideology in the story of Luh-Luh short story by I Made Suarsa; and (2) how the author discloses the woman's ideology in her story collection. Theories used to answer the above problems are feminist theory, ideology, and sociology of literature. The research method used is qualitative method through literature study, descriptive analytics, and descriptive. Techniques used are techniques of referring, notes, and tafseer. The results show that women's ideology is seen from three professions, namely: politician (legislative), artist, and state official (executive). The dynamics of women's ideology are expressed by the author through the style of metaphorical language, pleonasm, and comparison. In addition, the author also uses sound games to reinforce the image the author wishes to convey.
{"title":"Dinamika Idiologi Perempuan dalam Kumpulan Cerpen Luh-Luh Karya I Made Suarsa","authors":"I. K. Sudewa, I. M. Suarsa","doi":"10.24843/pjiib.2018.v18.i02.p07","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/pjiib.2018.v18.i02.p07","url":null,"abstract":"Various ideologies are expressed by the author in the literary works he created. One of the modern Balinese literary authors, I Made Suarsa in his short story entitled Luh-Luh reveals the dynamics of female ideology. The dynamics of women's ideology reflect the ideology of Indonesian women from various professions and are expressed by authors in various styles of language. The problems discussed in this research are: (1) how the dynamics of women's ideology in the story of Luh-Luh short story by I Made Suarsa; and (2) how the author discloses the woman's ideology in her story collection. Theories used to answer the above problems are feminist theory, ideology, and sociology of literature. The research method used is qualitative method through literature study, descriptive analytics, and descriptive. Techniques used are techniques of referring, notes, and tafseer. The results show that women's ideology is seen from three professions, namely: politician (legislative), artist, and state official (executive). The dynamics of women's ideology are expressed by the author through the style of metaphorical language, pleonasm, and comparison. In addition, the author also uses sound games to reinforce the image the author wishes to convey.","PeriodicalId":192180,"journal":{"name":"Pustaka : Jurnal Ilmu-Ilmu Budaya","volume":"13 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126958874","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-02-29DOI: 10.24843/pjiib.2020.v20.i01.p10
Anak Agung Ayu Rai Wahyuni, Maria Matildis Banda
Pelarangan buku di Indonesia sudah berlangsung sejak kekuasaan Presiden RI pertama, Soekarno. Pelarangan ini berlangsung terus dalam kualitas dan kuantitas yang lebih besar pada masa kekuasaan Presiden RI kedua, Soeharto. Pada era reformasi, ketika kebebasan epskresi menemukan ruangnya, pelarangan buku tetap terjadi. Artikel ini membahas tanggung jawab sejarah dan kebudayaan di balik pelarangan buku. Bagaimana pelarangan buku pada era Soekarno, Soeharto, dan era reformasi. Bagaimana pro-kontra yang terjadi, serta bagaimana solusi yang memuaskan berbagai pihak. Metode yang digunakan adalah metode pustaka, dengan membaca, menginput data, dan mengkaji berdasarkan data pustaka. Artikel ini menjelaskan bahwa penulis buku mesti bertanggung jawab terhadap kandungan tulisannya. Tema-tema seperti G-30-S PKI adalah tema yang sensitif karenanya penulis wajib memiliki kesadaran sejarah dan budaya. Demikian pula pihak pemerintan diharapkan dapat mengkaji sebuah buku, dan tidak melakukan pembekuan atau pelarangan secara sepihak. Membawa sebuah buku ke dalam ranah hukum didukung pembuktian yang diperlukan, agar semua pihak mendapatkan keadilan berdasarkan hukum, sejarah, dan kebudayaan bangsa demi persatuan NKRI berdasarkan pilar-pilar pembangunan dan keberlangsungan hidup sebagai sebuah bangsa.
{"title":"Tanggung Jawab Sejarah dan Kebudayaan di Balik Pelarangan Buku di Indonesia","authors":"Anak Agung Ayu Rai Wahyuni, Maria Matildis Banda","doi":"10.24843/pjiib.2020.v20.i01.p10","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/pjiib.2020.v20.i01.p10","url":null,"abstract":"Pelarangan buku di Indonesia sudah berlangsung sejak kekuasaan Presiden RI pertama, Soekarno. Pelarangan ini berlangsung terus dalam kualitas dan kuantitas yang lebih besar pada masa kekuasaan Presiden RI kedua, Soeharto. Pada era reformasi, ketika kebebasan epskresi menemukan ruangnya, pelarangan buku tetap terjadi. Artikel ini membahas tanggung jawab sejarah dan kebudayaan di balik pelarangan buku. Bagaimana pelarangan buku pada era Soekarno, Soeharto, dan era reformasi. Bagaimana pro-kontra yang terjadi, serta bagaimana solusi yang memuaskan berbagai pihak. Metode yang digunakan adalah metode pustaka, dengan membaca, menginput data, dan mengkaji berdasarkan data pustaka. Artikel ini menjelaskan bahwa penulis buku mesti bertanggung jawab terhadap kandungan tulisannya. Tema-tema seperti G-30-S PKI adalah tema yang sensitif karenanya penulis wajib memiliki kesadaran sejarah dan budaya. Demikian pula pihak pemerintan diharapkan dapat mengkaji sebuah buku, dan tidak melakukan pembekuan atau pelarangan secara sepihak. Membawa sebuah buku ke dalam ranah hukum didukung pembuktian yang diperlukan, agar semua pihak mendapatkan keadilan berdasarkan hukum, sejarah, dan kebudayaan bangsa demi persatuan NKRI berdasarkan pilar-pilar pembangunan dan keberlangsungan hidup sebagai sebuah bangsa.","PeriodicalId":192180,"journal":{"name":"Pustaka : Jurnal Ilmu-Ilmu Budaya","volume":"22 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-02-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121949845","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-08-31DOI: 10.24843/pjiib.2019.v19.i02.p08
I. Setiawan
Pertanian sebagai kebudayaan sesungguhnya masih sangat berperan dalam mendukung pengembangan pariwisata, baik dari tata nilai, religiusitas, maupun lingkungannya. Lebih-lebih Ubud merupakan kawasan pariwisata yang sangat terkenal, baik di tingkat nasional maupun internasional. Ironisnya, sebagai daerah tujuan wisata populer, lahan pertanian rentan terhadap tekanan akibat pariwisata itu sendiri. Kenyataannya terjadi alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian yang difasilitasi oleh kebijakan pemerintah setempat. Selain itu, sumberdaya manusia yang semakin meningkat serta perkembangan industri yang terkait dengan pariwisata, semakin mendorong terjadinya alih fungsi lahan pertanian, khususnya sawah, menjadi lahan non pertanian untuk sarana dan prasarana pendukung pariwisata, seperti hotel, restoran, villa, toko cendramata, dan sebagainya. Penelitian ini dirancang sebagai penelitian yang menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan cultural studies. Sebagai alat analisis dalam rangka mencari jawaban atas berbagai pertanyaan dalam penelitian ini digunakan dua teori, yaitu teori hegemoni dan teori praktik. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan observasi, wawancara, dan studi dokumen. Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut. Proses alih fungsi lahan persawahan di Desa Kedewatan, Ubud, terjadi melalui hegemoni dan negosiasi. Alih fungsi lahan persawahan tersebut merupakan bentuk hegemoni pengusaha (pemodal), penguasa (pemerintah) dan para petani itu sendiri, karena menganggap pariwisata memberi kesejahteraan lebih dibandingkan dengan bekerja sebagai petani. Ideologi yang bekerja di balik terjadinya alih fungsi lahan persawahan adalah ideologi ekonomi kapitalis dan gaya hidup. Alih fungsi lahan persawahan berdampak terhadap hilangnya infrastruktur sistem irigasi yang dikelola oleh organisasi subak, struktur sosial, kelembagaan, dan moral ekonomi petani.
{"title":"Kebertahanan Subak di Desa Kedewatan Ubud, di Tengah-Tengah Arus Pariwisata Global","authors":"I. Setiawan","doi":"10.24843/pjiib.2019.v19.i02.p08","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/pjiib.2019.v19.i02.p08","url":null,"abstract":"Pertanian sebagai kebudayaan sesungguhnya masih sangat berperan dalam mendukung pengembangan pariwisata, baik dari tata nilai, religiusitas, maupun lingkungannya. Lebih-lebih Ubud merupakan kawasan pariwisata yang sangat terkenal, baik di tingkat nasional maupun internasional. Ironisnya, sebagai daerah tujuan wisata populer, lahan pertanian rentan terhadap tekanan akibat pariwisata itu sendiri. Kenyataannya terjadi alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian yang difasilitasi oleh kebijakan pemerintah setempat. Selain itu, sumberdaya manusia yang semakin meningkat serta perkembangan industri yang terkait dengan pariwisata, semakin mendorong terjadinya alih fungsi lahan pertanian, khususnya sawah, menjadi lahan non pertanian untuk sarana dan prasarana pendukung pariwisata, seperti hotel, restoran, villa, toko cendramata, dan sebagainya. Penelitian ini dirancang sebagai penelitian yang menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan cultural studies. Sebagai alat analisis dalam rangka mencari jawaban atas berbagai pertanyaan dalam penelitian ini digunakan dua teori, yaitu teori hegemoni dan teori praktik. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan observasi, wawancara, dan studi dokumen. Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut. Proses alih fungsi lahan persawahan di Desa Kedewatan, Ubud, terjadi melalui hegemoni dan negosiasi. Alih fungsi lahan persawahan tersebut merupakan bentuk hegemoni pengusaha (pemodal), penguasa (pemerintah) dan para petani itu sendiri, karena menganggap pariwisata memberi kesejahteraan lebih dibandingkan dengan bekerja sebagai petani. Ideologi yang bekerja di balik terjadinya alih fungsi lahan persawahan adalah ideologi ekonomi kapitalis dan gaya hidup. Alih fungsi lahan persawahan berdampak terhadap hilangnya infrastruktur sistem irigasi yang dikelola oleh organisasi subak, struktur sosial, kelembagaan, dan moral ekonomi petani.","PeriodicalId":192180,"journal":{"name":"Pustaka : Jurnal Ilmu-Ilmu Budaya","volume":"59 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129644421","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-08-31DOI: 10.24843/pjiib.2019.v19.i02.p01
Elsita Lisnawati Guntar, Yuliana Jetia Moon, Ambros Leonangung Edu
Caci adalah sebuah tarian heroik karena berbentuk “perang” atau tanding di antara pria-pria pemberani dan perkasa. Para pria petarung dengan gagah masuk ke arena diiringi deru musik gong dan gendang menambah semangat untuk beradu. Dua pria saling berhadapan, yang satu sebagai penyerang (paki) dengan cambuk keras dengan ujungnya yang kecil dan tajam, sambil melenggak-lenggok (kelong) mencari siasat untuk memukul lawan (ta’ang) berperisai lengkap. Daerah kepala adalah incaran utama diserang. Fokus penelitian ini adalah menganalisis nilai heroisme pada tarian caci. Akan tetapi, heroisme yang dikaji hanya dari konten lagu-lagu caci yang berisi syair-syair keberanian. Dalam usaha merampungkan penelitian ini, peneliti memadukan penelitian kepustakaan dan lapangan. Adapun kandungan nilai heroisme yang ditemukan dalam tarian dan nyanyian caci yang atraktif dan ekspresif tersebut ialah nilai keberanian, prestasi, ketekunan, kesetiaan, kejujuran dan sportivitas, dan menghormati adat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tarian caci masyarakat manggarai Manggarai kaya akan makna dan memiliki kandungan nilai heroisme yang sangat tinggi.
{"title":"Nilai Heroisme pada Tarian Caci Masyarakat Manggarai Sebagai Refleksi Karakter Bangsa","authors":"Elsita Lisnawati Guntar, Yuliana Jetia Moon, Ambros Leonangung Edu","doi":"10.24843/pjiib.2019.v19.i02.p01","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/pjiib.2019.v19.i02.p01","url":null,"abstract":"Caci adalah sebuah tarian heroik karena berbentuk “perang” atau tanding di antara pria-pria pemberani dan perkasa. Para pria petarung dengan gagah masuk ke arena diiringi deru musik gong dan gendang menambah semangat untuk beradu. Dua pria saling berhadapan, yang satu sebagai penyerang (paki) dengan cambuk keras dengan ujungnya yang kecil dan tajam, sambil melenggak-lenggok (kelong) mencari siasat untuk memukul lawan (ta’ang) berperisai lengkap. Daerah kepala adalah incaran utama diserang. Fokus penelitian ini adalah menganalisis nilai heroisme pada tarian caci. Akan tetapi, heroisme yang dikaji hanya dari konten lagu-lagu caci yang berisi syair-syair keberanian. Dalam usaha merampungkan penelitian ini, peneliti memadukan penelitian kepustakaan dan lapangan. Adapun kandungan nilai heroisme yang ditemukan dalam tarian dan nyanyian caci yang atraktif dan ekspresif tersebut ialah nilai keberanian, prestasi, ketekunan, kesetiaan, kejujuran dan sportivitas, dan menghormati adat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tarian caci masyarakat manggarai Manggarai kaya akan makna dan memiliki kandungan nilai heroisme yang sangat tinggi.","PeriodicalId":192180,"journal":{"name":"Pustaka : Jurnal Ilmu-Ilmu Budaya","volume":"18 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132097010","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-08-31DOI: 10.24843/pjiib.2019.v19.i02.p09
Y. Qomariana, I. A. M. Puspani, Ni Ketut Sri Rahayuni
Dalam pembelajaran bahasa asing atau bahasa kedua seringkali dijumpai kesulitan yang dilakukan oleh pembelajar. Kesulitan tersebut antara lain disebabkan oleh adanya perbedaan antara bahasa asing yang dipelajari (L2) dengan bahasa ibu pembelajar (L1). Terdapat kesalahan pembelajar yang dipengaruhi oleh L1. Kesalahan-kesalahan tersebut bisa terjadi pada bidang fonologi, kosa kata, dan tata bahasa (Breadsmore, 1982). Perbedaan ini menyebabkan kesalahan-kesalahan dalam penggunaan L2 oleh pembelajar. Hal ini menunjukkan pengaruh dari L1 terhadap pemerolehan L2 (Ellis in Bhela, 1999). Penelitian ini bertujuan menganalisa pengaruh bahasa ibu terhadap bahasa Inggris mahasiswa program studi Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana, bahasa Bali dianggap sebagai bahasa Ibu mahasiswa. Kedua bahasa akan dibandingkan untuk menganalisa perbedaan dan persamaan diantara keduanya. Responden dalam penelitian adalah mahasiswa semester dua Program Studi Sastra Inggris yang akan dianalisa kemampuan menulisnya dalam Bahasa Inggris. Tulisan mahasiswa kemudian akan dianalisa berdasarkan kesalahan yang ditemukan, khususnya dalam hal morfologi dan sintaksis. Selanjutnya, kesalahan-kesalahan tersebut dianalisa berdasarkan perbedaan antara L1 dan L2 yang menyebabkan terjadinya kesalahan.
在外语或第二语言学习中,学习者经常遇到困难。这些困难部分是由于学习外语和学习者的母语(L1)之间的差异。有一个学生受到L1的影响。这些错误可能发生在音韵学、词汇和语法领域(Breadsmore, 1982)。这些差异导致学习者使用L2衣的错误。这表明L1对L2衣的影响(1999年Bhela的Ellis in Bhela)。这项研究旨在分析母语对英国文学研究项目学生、文化科学学院、乌达亚纳大学、巴厘岛语作为学生母语的影响。这两种语言都将被比较来分析这两种语言之间的差异和方程。受访者是英语文学研究第二学期的学生,他们将分析他们的英语写作能力。然后,学生的论文将根据错误的发现进行分析,特别是在形态和句法方面。随着时间的推移,L1和L2衣之间的差异对这些错误进行了分析。
{"title":"Kesalahan Gramatikal Karena Pengaruh Bahasa Ibu dalam Tulisan Mahasiswa Program Studi Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana","authors":"Y. Qomariana, I. A. M. Puspani, Ni Ketut Sri Rahayuni","doi":"10.24843/pjiib.2019.v19.i02.p09","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/pjiib.2019.v19.i02.p09","url":null,"abstract":"Dalam pembelajaran bahasa asing atau bahasa kedua seringkali dijumpai kesulitan yang dilakukan oleh pembelajar. Kesulitan tersebut antara lain disebabkan oleh adanya perbedaan antara bahasa asing yang dipelajari (L2) dengan bahasa ibu pembelajar (L1). Terdapat kesalahan pembelajar yang dipengaruhi oleh L1. Kesalahan-kesalahan tersebut bisa terjadi pada bidang fonologi, kosa kata, dan tata bahasa (Breadsmore, 1982). Perbedaan ini menyebabkan kesalahan-kesalahan dalam penggunaan L2 oleh pembelajar. Hal ini menunjukkan pengaruh dari L1 terhadap pemerolehan L2 (Ellis in Bhela, 1999). Penelitian ini bertujuan menganalisa pengaruh bahasa ibu terhadap bahasa Inggris mahasiswa program studi Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana, bahasa Bali dianggap sebagai bahasa Ibu mahasiswa. Kedua bahasa akan dibandingkan untuk menganalisa perbedaan dan persamaan diantara keduanya. Responden dalam penelitian adalah mahasiswa semester dua Program Studi Sastra Inggris yang akan dianalisa kemampuan menulisnya dalam Bahasa Inggris. Tulisan mahasiswa kemudian akan dianalisa berdasarkan kesalahan yang ditemukan, khususnya dalam hal morfologi dan sintaksis. Selanjutnya, kesalahan-kesalahan tersebut dianalisa berdasarkan perbedaan antara L1 dan L2 yang menyebabkan terjadinya kesalahan.","PeriodicalId":192180,"journal":{"name":"Pustaka : Jurnal Ilmu-Ilmu Budaya","volume":"32 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123662463","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}