Yuli Ermawati, Alexander Purba, Dikpride Despa, Fetty Z, Ibnu P
Sistem buka tutup pada pintu gerbang konvensional dilakukan secara manual dengan menggeser,membuka atau menutup. Kesibukan yang dimiliki manusia membuat manuasia inginmendapatkan kemudahan dalam segala hal. Seiring dengan perkembangan teknologi, pintugerbang dapat dibuka dan ditutup secara otomatis. Pada penelitian ini dirancang sebuah sistembuka tutup pintu gerbang yang dapat dikendalikan menggunakan perintah suara yang dimilikipada sensor suara recognition menggunakan arduino dengan tujuan untuk menggantikanpekerjaan manual menjadi otomatis. Penggerak pada pintu geser menggunakan motor steppernema 17 yang dikontrol menggunakan Proportional Integral Derivative (PID) yang ditanamkanpada mikro controller arduino. Penggunaan sensor suara recognition dapat menggantikanpenggunaan kunci atau remote sebagai pengendali kondisi pintu geser secara otomatis. Pengujiandilakukan dengan menggunakan tiga perintah suara yang diberikan yaitu penuh, setengah dantertutup. Jarak user dari mikrofon diatur maksimal satu meter dan kondisi lingkungan dengankebisingan 55 desibell (dB). Sistem diinisiasi dengan satu user valid yang menyimpan tigaperintah suara tersebut. Pengujian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana system dapatmerespon dan mengenali perintah suara yang diberikan
{"title":"Prototype Pengontrol Pintu Garasi Rumah Dengan Motor Stepper Berbasis Arduino Menggunakan Perintah Suara","authors":"Yuli Ermawati, Alexander Purba, Dikpride Despa, Fetty Z, Ibnu P","doi":"10.23960/snip.v3i2.460","DOIUrl":"https://doi.org/10.23960/snip.v3i2.460","url":null,"abstract":"Sistem buka tutup pada pintu gerbang konvensional dilakukan secara manual dengan menggeser,membuka atau menutup. Kesibukan yang dimiliki manusia membuat manuasia inginmendapatkan kemudahan dalam segala hal. Seiring dengan perkembangan teknologi, pintugerbang dapat dibuka dan ditutup secara otomatis. Pada penelitian ini dirancang sebuah sistembuka tutup pintu gerbang yang dapat dikendalikan menggunakan perintah suara yang dimilikipada sensor suara recognition menggunakan arduino dengan tujuan untuk menggantikanpekerjaan manual menjadi otomatis. Penggerak pada pintu geser menggunakan motor steppernema 17 yang dikontrol menggunakan Proportional Integral Derivative (PID) yang ditanamkanpada mikro controller arduino. Penggunaan sensor suara recognition dapat menggantikanpenggunaan kunci atau remote sebagai pengendali kondisi pintu geser secara otomatis. Pengujiandilakukan dengan menggunakan tiga perintah suara yang diberikan yaitu penuh, setengah dantertutup. Jarak user dari mikrofon diatur maksimal satu meter dan kondisi lingkungan dengankebisingan 55 desibell (dB). Sistem diinisiasi dengan satu user valid yang menyimpan tigaperintah suara tersebut. Pengujian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana system dapatmerespon dan mengenali perintah suara yang diberikan","PeriodicalId":21736,"journal":{"name":"Seminar Nasional Insinyur Profesional (SNIP)","volume":"75 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135943554","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ecca Urbita Kanedi Saihu, Aleksander Purba, Muh. Sarkowi
Teknologi drone saat ini berkembang dengan pesat dan telah banyak dimanfaatkan dalam berbagai kegiatan dan berbagai bidang keilmuan. Di bidang perencanaan lingkungan, drone telah digunakan untuk identifikasi maupun pemetaan, seperti klasifikasi tutupan lahan, kelas lereng maupun keterlanjuran dan kesesuaian ruang. Dalam penelitian ini teknologi drone dimanfaatkan dengan tujuan untuk menghasilkan citra resolusi spasial yang sangat tinggi dengan teknik fotogrametri, serta memetakan tutupan lahan dan kesesuaian ruang dengan skala yang lebih detail. Penelitian ini bertempat di Perum Korpri Baturaja. Kabupaten Ogan Komering Ulu. Akuisisi foto udara dilakukan pada tanggal 4 September 2020 menggunakan drone DJI Mavic Pro Platinum dengan bantuan aplikasi Pix4dcapture. Akuisisi dilaksanakan pada pagi hari (pukul 09.00-10.00 WIB) dengan ketinggian terbang 120 m, overlap (frontlap dan sidelap) 85 %, kecepatan maksimal 15 m/s, dan posisi kamera tegak lurus terhadap objek. Foto udara hasil akuisisi, selanjutnya digabungkan (orthomosaic) untuk menghasilkan citra drone (orthophoto). Selanjutnya citra drone diklasifikasikan menggunakan SNI 7645-2010 Tentang Klasifikasi penutup Lahan, SK MENTAN No. 837-1980 yang mengatur tentang klasifikasi kelas lereng dan SNI 03-1733-2004 tentang tata cara perencanaan perumahan di perkotaan. Hasil orthomosaic dari 180 foto udara menghasilkan citra drone dengan resolusi spasial yang sangat tinggi yaitu 3,86 cm/piksel. Hasil orthomosaic dan klasifikasi menunjukan pemanfaatan teknologi drone mampu menghasilkan citra dengan resolusi spasial yang sangat tinggi, serta mampu memetakan kesesuaian ruang untuk perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan secara sangat jelas dan detail guna.
{"title":"Pemanfaatan Teknologi drone Guna Pemetaan Kesesuaian Ruang Untuk Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan","authors":"Ecca Urbita Kanedi Saihu, Aleksander Purba, Muh. Sarkowi","doi":"10.23960/snip.v3i2.500","DOIUrl":"https://doi.org/10.23960/snip.v3i2.500","url":null,"abstract":"Teknologi drone saat ini berkembang dengan pesat dan telah banyak dimanfaatkan dalam berbagai kegiatan dan berbagai bidang keilmuan. Di bidang perencanaan lingkungan, drone telah digunakan untuk identifikasi maupun pemetaan, seperti klasifikasi tutupan lahan, kelas lereng maupun keterlanjuran dan kesesuaian ruang. Dalam penelitian ini teknologi drone dimanfaatkan dengan tujuan untuk menghasilkan citra resolusi spasial yang sangat tinggi dengan teknik fotogrametri, serta memetakan tutupan lahan dan kesesuaian ruang dengan skala yang lebih detail. Penelitian ini bertempat di Perum Korpri Baturaja. Kabupaten Ogan Komering Ulu. Akuisisi foto udara dilakukan pada tanggal 4 September 2020 menggunakan drone DJI Mavic Pro Platinum dengan bantuan aplikasi Pix4dcapture. Akuisisi dilaksanakan pada pagi hari (pukul 09.00-10.00 WIB) dengan ketinggian terbang 120 m, overlap (frontlap dan sidelap) 85 %, kecepatan maksimal 15 m/s, dan posisi kamera tegak lurus terhadap objek. Foto udara hasil akuisisi, selanjutnya digabungkan (orthomosaic) untuk menghasilkan citra drone (orthophoto). Selanjutnya citra drone diklasifikasikan menggunakan SNI 7645-2010 Tentang Klasifikasi penutup Lahan, SK MENTAN No. 837-1980 yang mengatur tentang klasifikasi kelas lereng dan SNI 03-1733-2004 tentang tata cara perencanaan perumahan di perkotaan. Hasil orthomosaic dari 180 foto udara menghasilkan citra drone dengan resolusi spasial yang sangat tinggi yaitu 3,86 cm/piksel. Hasil orthomosaic dan klasifikasi menunjukan pemanfaatan teknologi drone mampu menghasilkan citra dengan resolusi spasial yang sangat tinggi, serta mampu memetakan kesesuaian ruang untuk perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan secara sangat jelas dan detail guna.","PeriodicalId":21736,"journal":{"name":"Seminar Nasional Insinyur Profesional (SNIP)","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135943561","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Proses penggalian terowongan mengakibatkan kestabilan geologi area tersebut mengalami gangguan seperti longsoran atau ambrukkan. Besarnya tingkat kestabilan galian ini dipengaruhi oleh kondisi geologi, yaitu sifat fisik dan sifat mekanik massa batuan serta struktur geologi seperti sesar (patahan), kekar dan lipatan serta kondisi air tanah. Gangguan ketabilan geologi tersebut tentunya mengakibatkan deformasi atau displacement (perpindahan) massa batuan.
Parameter geologi yang menentukan deformasi tersebut ditunjukkan pada hasil Seismik Refraksi, Petrografi, X-Ray Diffraction (XRD), Rock Mass Rating (RMR). Deformasi terjadi di sepanjang terowongan dengan ditandai geological overbreak, runtuhan serta longsoran galian terowongan sampai dengan pergerakan steelrib. Runtuhan terowongan terjadi dari yang terkecil 8 cm hingga yang terbesar 40 meter. Pada hasil Seismik refraksi menunjukkan sesar minor pada sekitar STA +375 dan +500, dimana pada sekitar STA tersebut terjadi beberapa runtuhan terowongan, bahkan di antara sesar minor tersebut terjadi runtuhan terbesar sampai dengan 40 meter. Kondisi tekstur batuan yang tercermin dalam petrografi merupakan batuan metamorf dengan kekar batuan yang rapat ditunjukkan dengan kondisi batuan yang terlihat remuk. Kondisi sisipan mineral kaolin yang terdapat di hasil XRD menunjukkan karakteristik antar kekar yang licin, sehingga dengan penggalian pekerjaan terowongan ini mengakibatkan jatuhan material lepas antar kekar batuan. Pada parameter RMR yang didapatkan langsung dari hasil face maping menunjukkan pada kondisi RMR rendah terjadi deformasi struktur yang cukup besar.
挖掘隧道导致该地区稳定的地质过程如雪崩或ambrukkan崩溃。这个水平稳定挖掘地点受到地质条件很重要,即物理性质和机械性能的岩石和地质结构如剖腹产(质量),大块头褶皱和断层地下水的状况。地质ketabilan障碍当然导致岩石变形或流离失所(位移)质量。& # x0D;地震地质参数的确定结果上显示这些变形x光的折射,Petrografi Diffraction (XRD),摇滚团(RMR)的收视率。沿着隧道地质和标记overbreak发生变形,雪崩和雪崩后,挖隧道到steelrib运动。隧道的雪崩发生最大最小的8厘米至40米。地震折射结果显示剖腹产小调大约在STA STA 375和+ 500,在大约几隧道的雪崩发生时,即使是剖腹产小调中发生的最大的雪崩,直到40米。条件petrografi是反映岩石变质的岩石质地结实得很紧的岩石压碎的岩石看起来条件看。附条件的矿物质的高岭土见于XRD结果之间结实光滑的特征,这使得挖掘隧道的工作导致把材料结实岩石之间的自由撰稿人。直接得到的参数RMR脸maping的结果显示在低RMR条件发生了相当大的结构变形。
{"title":"Tinjauan Deformasi Terowongan Bendungan Way Apu berdasarkan Kajian Seismik Refraksi, Petrografi, XRD dan Face Mapping RMR","authors":"Yanuar Aulia Kamal, Ratna Widyawati, Dikpride Despa","doi":"10.23960/snip.v3i2.498","DOIUrl":"https://doi.org/10.23960/snip.v3i2.498","url":null,"abstract":"Proses penggalian terowongan mengakibatkan kestabilan geologi area tersebut mengalami gangguan seperti longsoran atau ambrukkan. Besarnya tingkat kestabilan galian ini dipengaruhi oleh kondisi geologi, yaitu sifat fisik dan sifat mekanik massa batuan serta struktur geologi seperti sesar (patahan), kekar dan lipatan serta kondisi air tanah. Gangguan ketabilan geologi tersebut tentunya mengakibatkan deformasi atau displacement (perpindahan) massa batuan.
 Parameter geologi yang menentukan deformasi tersebut ditunjukkan pada hasil Seismik Refraksi, Petrografi, X-Ray Diffraction (XRD), Rock Mass Rating (RMR). Deformasi terjadi di sepanjang terowongan dengan ditandai geological overbreak, runtuhan serta longsoran galian terowongan sampai dengan pergerakan steelrib. Runtuhan terowongan terjadi dari yang terkecil 8 cm hingga yang terbesar 40 meter. Pada hasil Seismik refraksi menunjukkan sesar minor pada sekitar STA +375 dan +500, dimana pada sekitar STA tersebut terjadi beberapa runtuhan terowongan, bahkan di antara sesar minor tersebut terjadi runtuhan terbesar sampai dengan 40 meter. Kondisi tekstur batuan yang tercermin dalam petrografi merupakan batuan metamorf dengan kekar batuan yang rapat ditunjukkan dengan kondisi batuan yang terlihat remuk. Kondisi sisipan mineral kaolin yang terdapat di hasil XRD menunjukkan karakteristik antar kekar yang licin, sehingga dengan penggalian pekerjaan terowongan ini mengakibatkan jatuhan material lepas antar kekar batuan. Pada parameter RMR yang didapatkan langsung dari hasil face maping menunjukkan pada kondisi RMR rendah terjadi deformasi struktur yang cukup besar.","PeriodicalId":21736,"journal":{"name":"Seminar Nasional Insinyur Profesional (SNIP)","volume":"27 6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135943822","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Anggrek pada umumnya memerlukan perawatan yang baik supaya mendapatkan hasil yang baik atau yang kita inginkan, tanaman anggrek umumnya mengalami pertumbuhan secara terus-menerus sepanjang hidupnya. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman anggrek selain dipengaruhi oleh faktori klim juga dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara. Pemupukan dapat meningkatkan unsur hara pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman anggrek. Pupuk sebagai unsur hara bagi tanaman biasanya diberikan melalui daun dalam bentuk unsur hara pada media tanam. Jenis pupuk yang digunakan yaitu pupuk majemuk dengan merk dagang Hyponex. Pupuk Hyponex merupakan pupuk daun yang dapat dipergunakan untuk tanaman anggrek, Karena mengandung unsur hara makro yaitu N, P, K, Mg, S dan Ca sedangkan mikro yaitu Cl, Mn, Fe, Cu, Zn, dan Mo. Pemberian pupuk melalui daun lebih efisien dari pada lewat media tanam, hal ini disebabkan karena daun mampu menyerap pupuk sekitar 90%. Perlakuan selang waktu pemberian pupuk pelengkap cair 10 hari, sekali memberikan hasil lebih baik dibandingkan dengan selang waktu pemberian pupuk pelengkap cair 6 hari sekali dan 14 hari sekali. Hal ini disebabkan karena selang waktu 10 hari sekali merupakan waktu yang tepat untuk memenuhi kebutuhan hara yang dibutuhkan tanaman pada setiap fase pertumbuhannya.
{"title":"STUDI PEMBERIAN PUPUK PELENGKAP CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT ANGGREK BULAN (Phalaenopsis amabilis)","authors":"Firnawati Sakalena, Ratna Widyawati, M Sarkowi","doi":"10.23960/snip.v3i2.489","DOIUrl":"https://doi.org/10.23960/snip.v3i2.489","url":null,"abstract":"Anggrek pada umumnya memerlukan perawatan yang baik supaya mendapatkan hasil yang baik atau yang kita inginkan, tanaman anggrek umumnya mengalami pertumbuhan secara terus-menerus sepanjang hidupnya. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman anggrek selain dipengaruhi oleh faktori klim juga dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara. Pemupukan dapat meningkatkan unsur hara pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman anggrek. Pupuk sebagai unsur hara bagi tanaman biasanya diberikan melalui daun dalam bentuk unsur hara pada media tanam. Jenis pupuk yang digunakan yaitu pupuk majemuk dengan merk dagang Hyponex. Pupuk Hyponex merupakan pupuk daun yang dapat dipergunakan untuk tanaman anggrek, Karena mengandung unsur hara makro yaitu N, P, K, Mg, S dan Ca sedangkan mikro yaitu Cl, Mn, Fe, Cu, Zn, dan Mo. Pemberian pupuk melalui daun lebih efisien dari pada lewat media tanam, hal ini disebabkan karena daun mampu menyerap pupuk sekitar 90%. Perlakuan selang waktu pemberian pupuk pelengkap cair 10 hari, sekali memberikan hasil lebih baik dibandingkan dengan selang waktu pemberian pupuk pelengkap cair 6 hari sekali dan 14 hari sekali. Hal ini disebabkan karena selang waktu 10 hari sekali merupakan waktu yang tepat untuk memenuhi kebutuhan hara yang dibutuhkan tanaman pada setiap fase pertumbuhannya.","PeriodicalId":21736,"journal":{"name":"Seminar Nasional Insinyur Profesional (SNIP)","volume":"263-264 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135943828","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Dalam rangka meningkatkan produksi hasil pertanian dan mendukung pemenuhan pangan nasional,pengembangan lahan pertanian secara terpadu dan menyeluruh dilakukan dengan membangun daerah irigasi berikut jaringan irigasinya untuk menjamin ketersediaan air pertanian.Dengan adanya bangunan Irigasi Tersebut terutama di saluran sekundernya dapat mengatur tinggi rendah nya debit air yang ada di persawahan yaitu dengan membuat bangunan pintu air di saluran sekunder,sehingga pada ssat musim kemarau air tidak kering dan pada musim hujan air tidak membanjiri sawah tersebut.terbatasnya lahan mengingat sebagian besar wilayah di Kabupaten OKI berupa daerah rawa maka pemerintah Daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengembangkan daerah rawa menjadi daerah irigasi lengkap dengan jaringan irigasi dan fasilitas penunjang lainnya. Kegiatan Pembangunan Daerah Irigasi di Kabupaten OKI .
Menyadari dampak yang dapat terjadi akibat adanya rencana pembangunan tersebut, maka sejalan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup bahwa setiap usaha dan atau kegiatan yang menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup wajib dilengkapi dengan dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), serta sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki AMDAL, sementara AMDAL hanya diperuntukan untuk kegiatan seluas > 1000 ha, sedangkan kegiatan ini memiliki luas 420 ha. Maka kegiatan ini tidak diwajibkan memiliki Dokumen AMDAL akan tetapi diwajibkan menyusun dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL).
{"title":"Upaya Pengelolaan Lingkungan – Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL-UKL) jaringan irigasi Daerah Rawa Irigasi (DIR) Rantau Durian 2","authors":"Edy Hamid, Herry Wardono, Trisya Septiana","doi":"10.23960/snip.v3i2.428","DOIUrl":"https://doi.org/10.23960/snip.v3i2.428","url":null,"abstract":"Dalam rangka meningkatkan produksi hasil pertanian dan mendukung pemenuhan pangan nasional,pengembangan lahan pertanian secara terpadu dan menyeluruh dilakukan dengan membangun daerah irigasi berikut jaringan irigasinya untuk menjamin ketersediaan air pertanian.Dengan adanya bangunan Irigasi Tersebut terutama di saluran sekundernya dapat mengatur tinggi rendah nya debit air yang ada di persawahan yaitu dengan membuat bangunan pintu air di saluran sekunder,sehingga pada ssat musim kemarau air tidak kering dan pada musim hujan air tidak membanjiri sawah tersebut.terbatasnya lahan mengingat sebagian besar wilayah di Kabupaten OKI berupa daerah rawa maka pemerintah Daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengembangkan daerah rawa menjadi daerah irigasi lengkap dengan jaringan irigasi dan fasilitas penunjang lainnya. Kegiatan Pembangunan Daerah Irigasi di Kabupaten OKI .
 Menyadari dampak yang dapat terjadi akibat adanya rencana pembangunan tersebut, maka sejalan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup bahwa setiap usaha dan atau kegiatan yang menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup wajib dilengkapi dengan dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), serta sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki AMDAL, sementara AMDAL hanya diperuntukan untuk kegiatan seluas > 1000 ha, sedangkan kegiatan ini memiliki luas 420 ha. Maka kegiatan ini tidak diwajibkan memiliki Dokumen AMDAL akan tetapi diwajibkan menyusun dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL).","PeriodicalId":21736,"journal":{"name":"Seminar Nasional Insinyur Profesional (SNIP)","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135943414","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Stasiun Rawa Buntu yang ditetapkan sebagai TOD Skala Kota terletak di kawasan yang didominasi oleh perumahan dan komersial serta terdapat fasilitas “park and ride” di Stasiun Rawa Buntu menjadi salah satu solusi alternatif untuk mengintegrasikan pergerakan pengguna moda transportasi dan pengembangan ruang di sekitar kawasan transit. Hal ini juga didukung dengan adanya perencanaan pengembangan dalam penerapan kawasan transit menggunakan pendekatan Transit Oriented Development (TOD) yang telah termuat dalam perda RTRW Tangerang Selatan No. 09 Tahun 2019. Dengan menggunakan konsep TOD pada Stasiun Rawa Buntu akan fokus pada pengembangan ruang disekitar kawasan transit. Pengembangan pada kawasan transit Stasiun Rawa Buntu berdasarkan karakteristik TOD harus memprioritaskan desain kawasan yang ramah akan pejalan kaki, mengintegrasikan penggunaan lahan dengan moda transportasi, densitas tinggi, dan diversitas yang beragam. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui kesesuaian karakteristik kawasan Stasiun Rawa Buntu dalam penerapan pengembangan kawasan transit berdasarkan kriteria TOD. Penelitian ini menggunakan teknik analisis skoring kesesuaian tiap variabel dan statistik deskriptif untuk mengetahui bagaimana kesesuaian karakteristik kawasan Stasiun Rawa Buntu dalam penerapan pengembangan kawasan transit berdasarkan kriteria TOD. Hasil penelitian menunjukkan dapat diketahui tingkat kesesuaian karakteristik kawasan transit Stasiun Rawa Buntu berdasarkan Peraturan Menteri ATR/BPN No 16 Tahun 2017 dalam konsep TOD hanya sebesar 55% yang artinya kawasan transit Stasiun Rawa Buntu belum sepenuhnya memenuhi kriteria TOD. Secara keseluruhan Kawasan Transit Stasiun Rawa Buntu sudah memenuhi beberapa kriteria TOD seperti densitas yang tinggi dan diversitas yang beragam akan tetapi beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan konsep TOD pada kawasan transit Stasiun Rawa Buntu adalah desain kawasan transit yang ramah pejalan kaki belum sesuai dengan konsep TOD.
{"title":"Analisis Kesesuaian Karakteristik Kawasan Tod Terhadap Kriteria Transit Oriented Development (TOD) (Studi Kasus : Stasiun Rawa Buntu)","authors":"Muhamad Hafiz, Alexander Purba, Ratna Widyawati","doi":"10.23960/snip.v3i2.530","DOIUrl":"https://doi.org/10.23960/snip.v3i2.530","url":null,"abstract":"
 
 
 
 Stasiun Rawa Buntu yang ditetapkan sebagai TOD Skala Kota terletak di kawasan yang didominasi oleh perumahan dan komersial serta terdapat fasilitas “park and ride” di Stasiun Rawa Buntu menjadi salah satu solusi alternatif untuk mengintegrasikan pergerakan pengguna moda transportasi dan pengembangan ruang di sekitar kawasan transit. Hal ini juga didukung dengan adanya perencanaan pengembangan dalam penerapan kawasan transit menggunakan pendekatan Transit Oriented Development (TOD) yang telah termuat dalam perda RTRW Tangerang Selatan No. 09 Tahun 2019. Dengan menggunakan konsep TOD pada Stasiun Rawa Buntu akan fokus pada pengembangan ruang disekitar kawasan transit. Pengembangan pada kawasan transit Stasiun Rawa Buntu berdasarkan karakteristik TOD harus memprioritaskan desain kawasan yang ramah akan pejalan kaki, mengintegrasikan penggunaan lahan dengan moda transportasi, densitas tinggi, dan diversitas yang beragam. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui kesesuaian karakteristik kawasan Stasiun Rawa Buntu dalam penerapan pengembangan kawasan transit berdasarkan kriteria TOD. Penelitian ini menggunakan teknik analisis skoring kesesuaian tiap variabel dan statistik deskriptif untuk mengetahui bagaimana kesesuaian karakteristik kawasan Stasiun Rawa Buntu dalam penerapan pengembangan kawasan transit berdasarkan kriteria TOD. Hasil penelitian menunjukkan dapat diketahui tingkat kesesuaian karakteristik kawasan transit Stasiun Rawa Buntu berdasarkan Peraturan Menteri ATR/BPN No 16 Tahun 2017 dalam konsep TOD hanya sebesar 55% yang artinya kawasan transit Stasiun Rawa Buntu belum sepenuhnya memenuhi kriteria TOD. Secara keseluruhan Kawasan Transit Stasiun Rawa Buntu sudah memenuhi beberapa kriteria TOD seperti densitas yang tinggi dan diversitas yang beragam akan tetapi beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan konsep TOD pada kawasan transit Stasiun Rawa Buntu adalah desain kawasan transit yang ramah pejalan kaki belum sesuai dengan konsep TOD.
 
 
 
","PeriodicalId":21736,"journal":{"name":"Seminar Nasional Insinyur Profesional (SNIP)","volume":"71 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135943415","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pelaksanaan pembangunan suatu proyek membutuhkan penggunaan metode pelaksanaan yang tepat, praktis, dan aman agar penyelesaian pekerjaan proyek dapat berjalan sesuai dengan target waktu, biaya dan mutu yang telah direncanakan. Konstruksi lereng yang mantap dan sesuai dengan syarat keamanan memegang peran penting dalam suatu pembangunan. Dalam proyek ini proses perbaikan lereng perlu diperhatikan pemilihan metodenya. Jika metode pelaksanaan yang baik sesuai dengan kondisi lapangan berhasil diterapkan, akan menguntungkan proyek itu sendiri (Debora dkk, 2022). Analisis stabilitas lereng dan kecocokan terhadap metode perkuatan lereng agar tidak terjadi longsor mempunyai peran yang sangat penting pada perencanaan konstruksi-konstruksi sipil. Soil Nailing adalah teknik konstruksi yang dapat digunakan sebagai ukuran perbaikan untuk mengobati lereng tanah alami tidak stabil atau yang memungkinkan aman dari keruntuhan lereng. Untuk kondisi tertentu, soil nailing menawarkan alternatif dari sudut pandang kelayakan teknis, biaya konstruksi, dan durasi konstruksi. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menjadikan suatu tebing lebih stabil terhadap tekanan tanah adalah dengan pemakuan tanah “soil nailing”. Soil nailing termasuk kategori perkuatan kaku (rigid) yang dapat memikul gaya normal, gaya lintang dan gaya momen. Kontrol utama terhadap pemakuan tanah adalah hasil dari pull out Soil Nailing merupakan solusi potensial dari masalah longsor karena ekonomis dan juga berlaku di zona seismik. Pemakuan tanah dapat memecahkan masalah lereng terjal, pada daerah yang sebagian besar perumahan, akibat pemasangan tidak membutuhkan lahan yang luas serta dapat digunakan untuk berbagai jenis tanah (I Nengah Sinarta, 2014). Soil nailing merupakan solusi potensial dari masalah longsor karena ekonomis dan juga berlaku di zona seismik. Hal ini dapat memecahkan masalah daerah yang sebagian besar perumahan, akibat pemasangan tidak membutuhkan lahan yang luas serta dapat digunakan untuk berbagai jenis tanah. Namun dari hasil penelitian penulis menyarankan agar menggunakan sistem soil nailing pada suatu lokasi digunakan dengan jumlah yang banyak agar setiap titik tekan terwakilkan dan juga harus disertakan sistem drainase.
{"title":"PERENCANAAN PERKUATAN LERENG DENGAN PEMAKUAN TANAH (SOIL NAILING) SEBAGAI SOLUSI DALAM PENANGANAN TANAH LONGSOR","authors":"Ihtiyan Hermansyah, Dikpride Despa, Trisya Septiana","doi":"10.23960/snip.v3i2.531","DOIUrl":"https://doi.org/10.23960/snip.v3i2.531","url":null,"abstract":"Pelaksanaan pembangunan suatu proyek membutuhkan penggunaan metode pelaksanaan yang tepat, praktis, dan aman agar penyelesaian pekerjaan proyek dapat berjalan sesuai dengan target waktu, biaya dan mutu yang telah direncanakan. Konstruksi lereng yang mantap dan sesuai dengan syarat keamanan memegang peran penting dalam suatu pembangunan. Dalam proyek ini proses perbaikan lereng perlu diperhatikan pemilihan metodenya. Jika metode pelaksanaan yang baik sesuai dengan kondisi lapangan berhasil diterapkan, akan menguntungkan proyek itu sendiri (Debora dkk, 2022). Analisis stabilitas lereng dan kecocokan terhadap metode perkuatan lereng agar tidak terjadi longsor mempunyai peran yang sangat penting pada perencanaan konstruksi-konstruksi sipil. Soil Nailing adalah teknik konstruksi yang dapat digunakan sebagai ukuran perbaikan untuk mengobati lereng tanah alami tidak stabil atau yang memungkinkan aman dari keruntuhan lereng. Untuk kondisi tertentu, soil nailing menawarkan alternatif dari sudut pandang kelayakan teknis, biaya konstruksi, dan durasi konstruksi. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menjadikan suatu tebing lebih stabil terhadap tekanan tanah adalah dengan pemakuan tanah “soil nailing”. Soil nailing termasuk kategori perkuatan kaku (rigid) yang dapat memikul gaya normal, gaya lintang dan gaya momen. Kontrol utama terhadap pemakuan tanah adalah hasil dari pull out Soil Nailing merupakan solusi potensial dari masalah longsor karena ekonomis dan juga berlaku di zona seismik. Pemakuan tanah dapat memecahkan masalah lereng terjal, pada daerah yang sebagian besar perumahan, akibat pemasangan tidak membutuhkan lahan yang luas serta dapat digunakan untuk berbagai jenis tanah (I Nengah Sinarta, 2014). Soil nailing merupakan solusi potensial dari masalah longsor karena ekonomis dan juga berlaku di zona seismik. Hal ini dapat memecahkan masalah daerah yang sebagian besar perumahan, akibat pemasangan tidak membutuhkan lahan yang luas serta dapat digunakan untuk berbagai jenis tanah. Namun dari hasil penelitian penulis menyarankan agar menggunakan sistem soil nailing pada suatu lokasi digunakan dengan jumlah yang banyak agar setiap titik tekan terwakilkan dan juga harus disertakan sistem drainase.","PeriodicalId":21736,"journal":{"name":"Seminar Nasional Insinyur Profesional (SNIP)","volume":"71 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135943562","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Dinding di atas kusen pintu dan jendela rumah sering mengalami retak akibat beban yang terlalu berat atau pengaruh cuaca. Oleh karena itu, perlu dilakukan perkuatan pada dinding tersebut agar lebih kokoh dan tidak mudah retak. Perkuatan dapat dilakukan dengan pemasangan bantalan atau balok, penguatan struktur dinding, penggunaan bahan bangunan yang tepat, dan perawatan dinding yang baik. Artikel ini membahas cara perkuatan dinding di atas kusen pintu dan jendela untuk menghindari retak serta menambah kekokohan struktur dinding. Penting untuk mengikuti prosedur dan memperhatikan faktor keamanan dalam melakukan perkuatan agar tidak menimbulkan bahaya bagi penghuni rumah.Dinding di atas kusen pintu dan jendela rumah sering mengalami kerusakan akibat beban yang terlalu berat atau pengaruh cuaca. Perkuatan dapat dilakukan dengan pemasangan bantalan atau balok, penguatan struktur dinding, penggunaan bahan bangunan yang tepat, dan perawatan dinding yang baik. Perkuatan dinding tersebut dapat membantu menjaga keindahan rumah dan juga keselamatan penghuni rumah. Artikel ini penting untuk dijadikan acuan dalam memperbaiki kerusakan pada dinding di atas kusen pintu dan jendela rumah.
{"title":"Perkuatan Dinding Diatas Kusen Pintu Dan Jendela Menggunakan Metode Beton Latei Agar Tidak Mudah Retak","authors":"Yusuf Ariotomo, Suharno Suharno, Ika Kustiani","doi":"10.23960/snip.v3i2.507","DOIUrl":"https://doi.org/10.23960/snip.v3i2.507","url":null,"abstract":"Dinding di atas kusen pintu dan jendela rumah sering mengalami retak akibat beban yang terlalu berat atau pengaruh cuaca. Oleh karena itu, perlu dilakukan perkuatan pada dinding tersebut agar lebih kokoh dan tidak mudah retak. Perkuatan dapat dilakukan dengan pemasangan bantalan atau balok, penguatan struktur dinding, penggunaan bahan bangunan yang tepat, dan perawatan dinding yang baik. Artikel ini membahas cara perkuatan dinding di atas kusen pintu dan jendela untuk menghindari retak serta menambah kekokohan struktur dinding. Penting untuk mengikuti prosedur dan memperhatikan faktor keamanan dalam melakukan perkuatan agar tidak menimbulkan bahaya bagi penghuni rumah.Dinding di atas kusen pintu dan jendela rumah sering mengalami kerusakan akibat beban yang terlalu berat atau pengaruh cuaca. Perkuatan dapat dilakukan dengan pemasangan bantalan atau balok, penguatan struktur dinding, penggunaan bahan bangunan yang tepat, dan perawatan dinding yang baik. Perkuatan dinding tersebut dapat membantu menjaga keindahan rumah dan juga keselamatan penghuni rumah. Artikel ini penting untuk dijadikan acuan dalam memperbaiki kerusakan pada dinding di atas kusen pintu dan jendela rumah.","PeriodicalId":21736,"journal":{"name":"Seminar Nasional Insinyur Profesional (SNIP)","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135943693","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Berkembangnya suatu kawasan perkotaan, selalu diikuti dengan berkurangnya daerah resapan air hujan (Kartika, 2017). Kondisi ini dapat ditandai dengan laju infiltrasi yang rendah, khususnya pada jenis penggunaan lahan permukiman dan tempat kegiatan (Raden dkk, 2022). Menurut Suripin (2004) berdasarkan klasifikasi usaha structural dan non-structural dalam manajemen dataran banjir, prioritas utama kegiatan harus ditujukan untuk mengelola limpasan permukaan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk menahan air hujan (rainfall retention facilities). Dengan melakukan analisa hasil evaluasi air limpasan akibat perubahan penggunaan lahan (lahan terbangun), maka dapat diketahui kuantitas (volume) air yang perlu dikelola pada kawasan terbangun. Metode pada penelitian ini yang digunakan dari mulai mendapatkan data hingga menganalisisnya debit pada lokasi studi dilakukan dengan cara menggunakan Microsoft Office, Google Earth dan ArcGIS, serta dilakukan pula analisis lanjutan dari studi literatur sebelumya yaitu debit air limpasan pra-kontruksi dilanjutkan dengan menganalisis debit air limpasan pasca-kontruksi. Pada wilayah studi penelitian ini, evaluasi air limpasan yang ditinjau hanya pada suatu kawasan sehingga drainase yang ditinjau pun merupakan drainase di dalam suatu kawasan yang kecil, maka periode ulang yang digunakan adalah periode ulang 2 tahunan. Sehingga didapatkan perbandingan debit air limpasan dengan menggunakan metode rasional untuk masing masing periode ulang pada kondisi sebelum pembangunan yaitu 0,509m3/s dan setelah pembangunan yaitu 1,047m3/s. Outlet saluran di dalam Kawasan RS. Eka Hospital BSD dapat dibuang melalui saluran kota yang berada di sisi Timur Kawasan RS. Eka Hospital BSD. Pengelolaan utama untuk limpasan air hujan dengan menyediakan tampungan atau Long Soak Pond (LSP) pada Kawasan berjumlah 6 buah. Total volume air kelola Kawasan RS. Eka Hospital BSD sebesar 2.351 m3 dengan mempertimbangkan jumlah tempat tidur pasien serta jagaan sebesar 10%. Adapun Jenis material konstruksi saluran yang digunakan adalah beton atau pasangan bata dengan Kemiringan saluran internal minimal sebesar 0,5%.
{"title":"EVALUASI AIR LIMPASAN AKIBAT PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN (STUDI KASUS KAWASAN RS. EKA HOSPITAL BSD, KOTA TANGERANG SELATAN)","authors":"Ade Suprizal, Dikpride Despa, Ratna Widyawati","doi":"10.23960/snip.v3i2.483","DOIUrl":"https://doi.org/10.23960/snip.v3i2.483","url":null,"abstract":"Berkembangnya suatu kawasan perkotaan, selalu diikuti dengan berkurangnya daerah resapan air hujan (Kartika, 2017). Kondisi ini dapat ditandai dengan laju infiltrasi yang rendah, khususnya pada jenis penggunaan lahan permukiman dan tempat kegiatan (Raden dkk, 2022). Menurut Suripin (2004) berdasarkan klasifikasi usaha structural dan non-structural dalam manajemen dataran banjir, prioritas utama kegiatan harus ditujukan untuk mengelola limpasan permukaan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk menahan air hujan (rainfall retention facilities). Dengan melakukan analisa hasil evaluasi air limpasan akibat perubahan penggunaan lahan (lahan terbangun), maka dapat diketahui kuantitas (volume) air yang perlu dikelola pada kawasan terbangun. Metode pada penelitian ini yang digunakan dari mulai mendapatkan data hingga menganalisisnya debit pada lokasi studi dilakukan dengan cara menggunakan Microsoft Office, Google Earth dan ArcGIS, serta dilakukan pula analisis lanjutan dari studi literatur sebelumya yaitu debit air limpasan pra-kontruksi dilanjutkan dengan menganalisis debit air limpasan pasca-kontruksi. Pada wilayah studi penelitian ini, evaluasi air limpasan yang ditinjau hanya pada suatu kawasan sehingga drainase yang ditinjau pun merupakan drainase di dalam suatu kawasan yang kecil, maka periode ulang yang digunakan adalah periode ulang 2 tahunan. Sehingga didapatkan perbandingan debit air limpasan dengan menggunakan metode rasional untuk masing masing periode ulang pada kondisi sebelum pembangunan yaitu 0,509m3/s dan setelah pembangunan yaitu 1,047m3/s. Outlet saluran di dalam Kawasan RS. Eka Hospital BSD dapat dibuang melalui saluran kota yang berada di sisi Timur Kawasan RS. Eka Hospital BSD. Pengelolaan utama untuk limpasan air hujan dengan menyediakan tampungan atau Long Soak Pond (LSP) pada Kawasan berjumlah 6 buah. Total volume air kelola Kawasan RS. Eka Hospital BSD sebesar 2.351 m3 dengan mempertimbangkan jumlah tempat tidur pasien serta jagaan sebesar 10%. Adapun Jenis material konstruksi saluran yang digunakan adalah beton atau pasangan bata dengan Kemiringan saluran internal minimal sebesar 0,5%.","PeriodicalId":21736,"journal":{"name":"Seminar Nasional Insinyur Profesional (SNIP)","volume":"21 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135943694","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pelaksanaan pembangunan suatu proyek membutuhkan penggunaan metode pelaksanaan yang tepat, praktis, dan aman agar penyelesaian pekerjaan proyek dapat berjalan sesuai dengan target waktu, biaya dan mutu yang telah direncanakan. Konstruksi lereng yang mantap dan sesuai dengan syarat keamanan memegang peran penting dalam suatu pembangunan. Dalam proyek ini proses perbaikan lereng perlu diperhatikan pemilihan metodenya. Jika metode pelaksanaan yang baik sesuai dengan kondisi lapangan berhasil diterapkan, akan menguntungkan proyek itu sendiri (Debora dkk, 2022). Analisis stabilitas lereng dan kecocokan terhadap metode perkuatan lereng agar tidak terjadi longsor mempunyai peran yang sangat penting pada perencanaan konstruksi-konstruksi sipil. Soil Nailing adalah teknik konstruksi yang dapat digunakan sebagai ukuran perbaikan untuk mengobati lereng tanah alami tidak stabil atau yang memungkinkan aman dari keruntuhan lereng. Untuk kondisi tertentu, soil nailing menawarkan alternatif dari sudut pandang kelayakan teknis, biaya konstruksi, dan durasi konstruksi. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menjadikan suatu tebing lebih stabil terhadap tekanan tanah adalah dengan pemakuan tanah “soil nailing”. Soil nailing termasuk kategori perkuatan kaku (rigid) yang dapat memikul gaya normal, gaya lintang dan gaya momen. Kontrol utama terhadap pemakuan tanah adalah hasil dari pull out Soil Nailing merupakan solusi potensial dari masalah longsor karena ekonomis dan juga berlaku di zona seismik. Pemakuan tanah dapat memecahkan masalah lereng terjal, pada daerah yang sebagian besar perumahan, akibat pemasangan tidak membutuhkan lahan yang luas serta dapat digunakan untuk berbagai jenis tanah (I Nengah Sinarta, 2014). Soil nailing merupakan solusi potensial dari masalah longsor karena ekonomis dan juga berlaku di zona seismik. Hal ini dapat memecahkan masalah daerah yang sebagian besar perumahan, akibat pemasangan tidak membutuhkan lahan yang luas serta dapat digunakan untuk berbagai jenis tanah. Namun dari hasil penelitian penulis menyarankan agar menggunakan sistem soil nailing pada suatu lokasi digunakan dengan jumlah yang banyak agar setiap titik tekan terwakilkan dan juga harus disertakan sistem drainase.
{"title":"PERENCANAAN PERKUATAN LERENG DENGAN PEMAKUAN TANAH (SOIL NAILING) SEBAGAI SOLUSI DALAM PENANGANAN TANAH LONGSOR","authors":"Ikhtiyan Hermansyah, Dikpride Despa, Trisya Septiana","doi":"10.23960/snip.v3i2.447","DOIUrl":"https://doi.org/10.23960/snip.v3i2.447","url":null,"abstract":"Pelaksanaan pembangunan suatu proyek membutuhkan penggunaan metode pelaksanaan yang tepat, praktis, dan aman agar penyelesaian pekerjaan proyek dapat berjalan sesuai dengan target waktu, biaya dan mutu yang telah direncanakan. Konstruksi lereng yang mantap dan sesuai dengan syarat keamanan memegang peran penting dalam suatu pembangunan. Dalam proyek ini proses perbaikan lereng perlu diperhatikan pemilihan metodenya. Jika metode pelaksanaan yang baik sesuai dengan kondisi lapangan berhasil diterapkan, akan menguntungkan proyek itu sendiri (Debora dkk, 2022). Analisis stabilitas lereng dan kecocokan terhadap metode perkuatan lereng agar tidak terjadi longsor mempunyai peran yang sangat penting pada perencanaan konstruksi-konstruksi sipil. Soil Nailing adalah teknik konstruksi yang dapat digunakan sebagai ukuran perbaikan untuk mengobati lereng tanah alami tidak stabil atau yang memungkinkan aman dari keruntuhan lereng. Untuk kondisi tertentu, soil nailing menawarkan alternatif dari sudut pandang kelayakan teknis, biaya konstruksi, dan durasi konstruksi. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menjadikan suatu tebing lebih stabil terhadap tekanan tanah adalah dengan pemakuan tanah “soil nailing”. Soil nailing termasuk kategori perkuatan kaku (rigid) yang dapat memikul gaya normal, gaya lintang dan gaya momen. Kontrol utama terhadap pemakuan tanah adalah hasil dari pull out Soil Nailing merupakan solusi potensial dari masalah longsor karena ekonomis dan juga berlaku di zona seismik. Pemakuan tanah dapat memecahkan masalah lereng terjal, pada daerah yang sebagian besar perumahan, akibat pemasangan tidak membutuhkan lahan yang luas serta dapat digunakan untuk berbagai jenis tanah (I Nengah Sinarta, 2014). Soil nailing merupakan solusi potensial dari masalah longsor karena ekonomis dan juga berlaku di zona seismik. Hal ini dapat memecahkan masalah daerah yang sebagian besar perumahan, akibat pemasangan tidak membutuhkan lahan yang luas serta dapat digunakan untuk berbagai jenis tanah. Namun dari hasil penelitian penulis menyarankan agar menggunakan sistem soil nailing pada suatu lokasi digunakan dengan jumlah yang banyak agar setiap titik tekan terwakilkan dan juga harus disertakan sistem drainase.","PeriodicalId":21736,"journal":{"name":"Seminar Nasional Insinyur Profesional (SNIP)","volume":"71 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135943695","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}