Garis dan sudut sebagai salah satu topik matematika yang berguna dalam kehidupan bisa didapat di SMP. Hasil dari pembelajaran dapat dilihat dari kemampuan pemahaman yang mereka miliki. Dalam tujuan seperti menguasai pemahaman akan konsep garis dan sudut, setiap orang akan selalu menghadapi hambatan. Tujuan penelitian ini ialah menganalisis kemampuan pemahaman siswa dan hambatan belajar yang dialami siswa pada materi garis dan sudut. Hambatan belajar dimaksud yakni hambatan ontogeni, didaktis, dan epistemologis. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif untuk menggambarkan kejadian yang dialami melalui data tes diagnostik dan wawancara. Dalam penelitian ini yakni SMP Advent Ciracas sebagai tempat penelitian dengan total subjek berjumlah 26 orang, didapat bahwa: (1)42.3% siswa dapat menyatakan ulang konsep, (2)0% siswa dapat memberikan contoh dari konsep secara lengkap, (3)46.2% dapat menyajikan konsep dalam berbagai representasi, (4)23.1% siswa dapat mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan konsep matematika, dan (5)3.8% siswa dapat mengaitkan konsep matematika secara internal maupun eksternal. Rata-rata skor siswa yang diperoleh ialah 4.69 dengan skor maksimum ialah 10. Hal ini menunjukkan kemampuan pemahaman yang masih tergolong rendah. Dengan itu dilakukan analisis akan hambatan-hambatan belajar yang dapat menjadi faktor penyebabnya. Dari hasil penelitian ditemukan beberapa hambatan belajar. Hambatan belajar epistemologis yang ditemukan ialah: (1)siswa kesulitan mengidentifikasi titik yang berada pada garis; (2)siswa keliru dengan konsep garis yang sejajar dan terbatas pada pengertian ruas garis; (3)siswa kesulitan pada kedudukan dua garis, yang berpotongan tegak lurus; (4)siswa kesulitan dengan cara menghitung sudut berpenyiku. Hambatan belajar didaktis yang ditemukan ialah: (1)pembelajaran yang masih kurang membantu siswa mengkonstruksi pengetahuan; (2)kurangnya penguatan akan materi prasyarat garis dan sudut; (3)hambatan berupa fasilitas yang kurang memadai. Hambatan belajar ontogeni yang ditemukan ialah: (1)ketidaksiapan siswa belajar online; (2)kesiapan mental yang kurang dalam belajar garis dan sudut.
{"title":"ANALISIS HAMBATAN BELAJAR SISWA SMP DALAM MEMAHAMI KONSEP GARIS DAN SUDUT","authors":"Andrew Wantah, Hendri Prastyo","doi":"10.35974/jpd.v5i1.2722","DOIUrl":"https://doi.org/10.35974/jpd.v5i1.2722","url":null,"abstract":"Garis dan sudut sebagai salah satu topik matematika yang berguna dalam kehidupan bisa didapat di SMP. Hasil dari pembelajaran dapat dilihat dari kemampuan pemahaman yang mereka miliki. Dalam tujuan seperti menguasai pemahaman akan konsep garis dan sudut, setiap orang akan selalu menghadapi hambatan. Tujuan penelitian ini ialah menganalisis kemampuan pemahaman siswa dan hambatan belajar yang dialami siswa pada materi garis dan sudut. Hambatan belajar dimaksud yakni hambatan ontogeni, didaktis, dan epistemologis. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif untuk menggambarkan kejadian yang dialami melalui data tes diagnostik dan wawancara. Dalam penelitian ini yakni SMP Advent Ciracas sebagai tempat penelitian dengan total subjek berjumlah 26 orang, didapat bahwa: (1)42.3% siswa dapat menyatakan ulang konsep, (2)0% siswa dapat memberikan contoh dari konsep secara lengkap, (3)46.2% dapat menyajikan konsep dalam berbagai representasi, (4)23.1% siswa dapat mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan konsep matematika, dan (5)3.8% siswa dapat mengaitkan konsep matematika secara internal maupun eksternal. Rata-rata skor siswa yang diperoleh ialah 4.69 dengan skor maksimum ialah 10. Hal ini menunjukkan kemampuan pemahaman yang masih tergolong rendah. Dengan itu dilakukan analisis akan hambatan-hambatan belajar yang dapat menjadi faktor penyebabnya. Dari hasil penelitian ditemukan beberapa hambatan belajar. Hambatan belajar epistemologis yang ditemukan ialah: (1)siswa kesulitan mengidentifikasi titik yang berada pada garis; (2)siswa keliru dengan konsep garis yang sejajar dan terbatas pada pengertian ruas garis; (3)siswa kesulitan pada kedudukan dua garis, yang berpotongan tegak lurus; (4)siswa kesulitan dengan cara menghitung sudut berpenyiku. Hambatan belajar didaktis yang ditemukan ialah: (1)pembelajaran yang masih kurang membantu siswa mengkonstruksi pengetahuan; (2)kurangnya penguatan akan materi prasyarat garis dan sudut; (3)hambatan berupa fasilitas yang kurang memadai. Hambatan belajar ontogeni yang ditemukan ialah: (1)ketidaksiapan siswa belajar online; (2)kesiapan mental yang kurang dalam belajar garis dan sudut.","PeriodicalId":227379,"journal":{"name":"Jurnal Padegogik","volume":"os-44 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127784425","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kemampuan pemahaman sangat berkaitan dengan keyakinan siswa dalam memahami suatu materi pelajaran. Jika siswa sudah memahami materi maka siswa akan yakin atau percaya diri untuk mengerjakan soal pada materi yang diberikan ataupun siswa bisa lebih mudah dalam melanjutkan ketahap selanjutnya. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pemahaman siswa yang memiliki self efficacy tinggi, sedang, dan rendah. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah angket, tes soal serta wawancara. Instrumen yang digunakan berupa angket self efficacy, tes soal pemahaman siswa dan pedoman wawancara. Peneliti mengambil 6 subjek penelitian yaitu 2 siswa dengan keyakinan diri tinggi, 2 siswa dengan keyakinan diri sedang dan 2 siswa dengan keyakinan diri rendah. Penyajian data yang dilakukan adalah memaparkan hasil tes pemahaman siswa dan hasil wawancara siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat self efficacy tinggi siswa mampu memenuhi semua indicator pemahaman. Siswa yang mempunyai self efficacy sedang hanya mampu memenuhi 5 indikator dari 7 indikator yang ada dan bisa mengerjakan 4 soal dari 5 soal yang diberikan. Untuk siswa yang mempunyai self efficacy rendah hanya mampu memenuhi 5 indikator dari 7 indikator yang ada dan hanya bias menjawab 3 soal dari 5 soal yang diberikan.
{"title":"ANALISIS PEMAHAMAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATRIKS DITINJAU DARI SELF EFFICACYM MENYELESAIKAN SOAL MATRIKS DITINJAU DARI SELF EFFICACY","authors":"Dewi Anggreini, Eko Priyojadmiko","doi":"10.35974/jpd.v5i1.2651","DOIUrl":"https://doi.org/10.35974/jpd.v5i1.2651","url":null,"abstract":"Kemampuan pemahaman sangat berkaitan dengan keyakinan siswa dalam memahami suatu materi pelajaran. Jika siswa sudah memahami materi maka siswa akan yakin atau percaya diri untuk mengerjakan soal pada materi yang diberikan ataupun siswa bisa lebih mudah dalam melanjutkan ketahap selanjutnya. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pemahaman siswa yang memiliki self efficacy tinggi, sedang, dan rendah. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah angket, tes soal serta wawancara. Instrumen yang digunakan berupa angket self efficacy, tes soal pemahaman siswa dan pedoman wawancara. Peneliti mengambil 6 subjek penelitian yaitu 2 siswa dengan keyakinan diri tinggi, 2 siswa dengan keyakinan diri sedang dan 2 siswa dengan keyakinan diri rendah. Penyajian data yang dilakukan adalah memaparkan hasil tes pemahaman siswa dan hasil wawancara siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat self efficacy tinggi siswa mampu memenuhi semua indicator pemahaman. Siswa yang mempunyai self efficacy sedang hanya mampu memenuhi 5 indikator dari 7 indikator yang ada dan bisa mengerjakan 4 soal dari 5 soal yang diberikan. Untuk siswa yang mempunyai self efficacy rendah hanya mampu memenuhi 5 indikator dari 7 indikator yang ada dan hanya bias menjawab 3 soal dari 5 soal yang diberikan.","PeriodicalId":227379,"journal":{"name":"Jurnal Padegogik","volume":"17 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125161735","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Menggunakan model pembelajaran yang kurang tepat berdampak pada kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Oleh sebab itu, salah satu model yang tepat dalam pembelajaran adalah Creative Problem Solving. Model tersebut dapat meningkatkan keaktifan dan keativitas siswa dalam pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini yaitu: untuk mengetahui bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematis siswa melalui model Creative Problem Solving. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan jenis penelitian studi literatur. Pada kajian pustaka menggunakan sumber tertulis yaitu jurnal, skripsi dan dokumen-dokumen tertulis yang relevan lainnya. Penelitian dilatarbelakangi oleh kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang masih rendah. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder mengenai kemampuan pemecahan masalah matematis, dan model Creative Problem Solving. Hasil dari penelitian ini yaitu: kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan menggunakan model Creative Problem Solving mengalami peningkatan yang baik.
{"title":"ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH MELALUI MODEL CREATIVE PROBLEM SOLVING","authors":"Marina Indah Sari, Wisma Eliyarti, Dahlia Fisher","doi":"10.35974/jpd.v5i1.2648","DOIUrl":"https://doi.org/10.35974/jpd.v5i1.2648","url":null,"abstract":"Menggunakan model pembelajaran yang kurang tepat berdampak pada kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Oleh sebab itu, salah satu model yang tepat dalam pembelajaran adalah Creative Problem Solving. Model tersebut dapat meningkatkan keaktifan dan keativitas siswa dalam pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini yaitu: untuk mengetahui bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematis siswa melalui model Creative Problem Solving. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan jenis penelitian studi literatur. Pada kajian pustaka menggunakan sumber tertulis yaitu jurnal, skripsi dan dokumen-dokumen tertulis yang relevan lainnya. Penelitian dilatarbelakangi oleh kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang masih rendah. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder mengenai kemampuan pemecahan masalah matematis, dan model Creative Problem Solving. Hasil dari penelitian ini yaitu: kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan menggunakan model Creative Problem Solving mengalami peningkatan yang baik.","PeriodicalId":227379,"journal":{"name":"Jurnal Padegogik","volume":"6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114467807","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tipe kepribadian yang paling dominan pada tingkat kemampuan rendah, sedang, dan tinggi dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah matematika dan untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah siswa dalam memecahkan masalah matematika pada materi SPLTV berdasarkan empat tipe kepribadian menurut Littauer. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan mengunakan pendekatan kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah 12 orang siswa dari kelas X MIA 2 dan X MIA 3 SMA Negeri 1 Parongpong. Pengumpulan data berupa tes tertulis dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan tipe kepribadian yang paling dominan untuk setiap tingkat kemampuan matematis adalah plegmatis. Pada tingkat kemampuan matematis yang tinggi, sebagian besar dari setiap tipe kepribadian siswa mampu melakukan tiap langkah pemecahan masalah Polya dengan baik. Pada tingkat kemampuan matematis yangsedang, setiap tipe kepribadian siswa dapat memahami soal dengan baik, sebagian besar siswa dari setiap tipe kepribadian belum mampu membuat rencana pemecahan masalah secara lengkap dan kurang teliti dalam mengerjakan soal, pada tahap terakhir dari setiap tipe kepribadian siswa dapat memeriksa kembali pekerjaannya. Pada tingkat kemampuan yang rendah, siswa-siswa dari setiap tipe kepribadian belum mampu membuat rencana pemecahan masalah dengan baik dan mengalami kesulitan untuk menyelesaikan soal, pada tahap memeriksa hanya siswa dengan tipe kepribadian sanguins dan koleris yang memeriksa kembali pekerjaannya.
本研究旨在以较低、中度和较高水平的能力确定解决数学问题的最主要人格类型,并描述学生在SPLTV材料中根据Littauer的四种人格问题解决问题的能力。本研究采用定性方法进行描述性研究。本研究的题目为12名X MIA 2班和X MIA 3 SMA 1 Parongpong。数据收集是笔试和采访。研究表明,在所有数学能力水平上,人格类型中占主导地位的是取悦。在高度的数学能力下,学生的大多数个性类型都能很好地解决波利亚问题的每一步。在中等数学水平上,每个学生的个性类型都能很好地理解问题,每个性格类型的学生大多还没有能够在解决问题的过程中完整而不仔细地制定问题计划,在每个学生个性类型的最后阶段可以重新审视自己的工作。在能力较低的情况下,每种性格类型的学生都无法很好地制定解决问题的计划,也无法解决问题,而只有具有桑根和科勒里斯个性倾向的学生才会重新审视自己的工作。
{"title":"ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA BERDASARKAN TIPE KEPRIBADIAN LITTAUER","authors":"Stevie Flooryana, Nora Susilowaty","doi":"10.35974/jpd.v5i1.2728","DOIUrl":"https://doi.org/10.35974/jpd.v5i1.2728","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tipe kepribadian yang paling dominan pada tingkat kemampuan rendah, sedang, dan tinggi dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah matematika dan untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah siswa dalam memecahkan masalah matematika pada materi SPLTV berdasarkan empat tipe kepribadian menurut Littauer. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan mengunakan pendekatan kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah 12 orang siswa dari kelas X MIA 2 dan X MIA 3 SMA Negeri 1 Parongpong. Pengumpulan data berupa tes tertulis dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan tipe kepribadian yang paling dominan untuk setiap tingkat kemampuan matematis adalah plegmatis. Pada tingkat kemampuan matematis yang tinggi, sebagian besar dari setiap tipe kepribadian siswa mampu melakukan tiap langkah pemecahan masalah Polya dengan baik. Pada tingkat kemampuan matematis yangsedang, setiap tipe kepribadian siswa dapat memahami soal dengan baik, sebagian besar siswa dari setiap tipe kepribadian belum mampu membuat rencana pemecahan masalah secara lengkap dan kurang teliti dalam mengerjakan soal, pada tahap terakhir dari setiap tipe kepribadian siswa dapat memeriksa kembali pekerjaannya. Pada tingkat kemampuan yang rendah, siswa-siswa dari setiap tipe kepribadian belum mampu membuat rencana pemecahan masalah dengan baik dan mengalami kesulitan untuk menyelesaikan soal, pada tahap memeriksa hanya siswa dengan tipe kepribadian sanguins dan koleris yang memeriksa kembali pekerjaannya.","PeriodicalId":227379,"journal":{"name":"Jurnal Padegogik","volume":"28 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126814964","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
A. Septian, Guntur Maulana Muhammad, Ismi Zakiyatu Rahmah
The purpose of the study was to determine students' mathematical literacy skills in working on problems through the learning cycle model. The type of research used is descriptive research using a qualitative approach. The subjects in this study were 6 students of class XI MIPA MA Al-Ma'arif for the 2020/2021 academic year. Data collection techniques used are tests and questionnaires. The instruments used are students' mathematical literacy ability tests, google classroom questionnaires. The data analysis technique used the Miles and Huberman model, namely, data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results showed that 1) the mathematical literacy ability in the very good category was 33%; 2) mathematical literacy ability in good category by 33%; and 3) mathematical literacy ability in the less category of 33%. In conclusion, students' abilities related to working on items with indicators of mathematical literacy skills combined with the learning cycle model are on average good. The implication, interest and motivation to learn as well as the ability to use high technology
{"title":"STUDENT'S MATHEMATICS LITERACY ABILITY THROUGH THE ASSISTED LEARNING CYCLE MODEL WITH GOOGLE CLASSROOM","authors":"A. Septian, Guntur Maulana Muhammad, Ismi Zakiyatu Rahmah","doi":"10.35974/jpd.v5i1.2634","DOIUrl":"https://doi.org/10.35974/jpd.v5i1.2634","url":null,"abstract":"The purpose of the study was to determine students' mathematical literacy skills in working on problems through the learning cycle model. The type of research used is descriptive research using a qualitative approach. The subjects in this study were 6 students of class XI MIPA MA Al-Ma'arif for the 2020/2021 academic year. Data collection techniques used are tests and questionnaires. The instruments used are students' mathematical literacy ability tests, google classroom questionnaires. The data analysis technique used the Miles and Huberman model, namely, data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results showed that 1) the mathematical literacy ability in the very good category was 33%; 2) mathematical literacy ability in good category by 33%; and 3) mathematical literacy ability in the less category of 33%. In conclusion, students' abilities related to working on items with indicators of mathematical literacy skills combined with the learning cycle model are on average good. The implication, interest and motivation to learn as well as the ability to use high technology","PeriodicalId":227379,"journal":{"name":"Jurnal Padegogik","volume":"195 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115185375","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Hasrul Kole, Christina Nely Laamena, Magy Gaspersz
Model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) merupakan suatu pembelajaran yang terstruktur untuk membantu guru dalam hal efektifitas penggunaan latihan-latihan baik dalam kelompok maupun perorangan, agar siswa mencapai peningkatan hasil belajar. Sintaks pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) ada lima langkah yaitu (1) pendahuluan/review; (2) pengembangan; (3) latihan terkontrol; (4) seatwork/kerja mandiri; dan (5) penugasan atau pekerjaan rumah (PR). Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel dengan menggunakan model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) pada siswa VII SMP Negeri 20 ambon. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII-1 SMP Negeri 20 Ambon yang berjumlah 24 siswa tahun ajaran 2018/2019. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. Untuk mengukur tingkat belajar siswa kelas VII-1 SMP Negeri 20 Ambon maka analisis yang dipakai adalah analisi data kuantitatif (Kriteria Ketuntasan Minimum) dan data kualitatif (Reduksi data, Pemaparan Data dan Penarikan Kesimpulan). Hasil temuan pada penelitian ini menunjukan bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat dari tes akhir siklus I ke siklus II. Siklus I siswa mencapai KKM 11 siswa dengan presentasi 45,83 %, sementara 13 siswa tidak mencapai KKM dengan presentasi 54,17 %. Kemudian untuk siklus II siswa mencapai KKM 19 siswa dengan presentasi 79,17% dan siswa tidak mencapai KKM 5 siswa dengan presentasi 20,83 %. Dari presentasi ketuntasan pada siklus I dan siklus II maka terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 33,34 %. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel dapat ditingkatkan dengan model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) di kelas VII SMP Negeri 20 Ambon.
{"title":"Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas VII Dengan Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP)","authors":"Hasrul Kole, Christina Nely Laamena, Magy Gaspersz","doi":"10.35974/jpd.v4i2.2518","DOIUrl":"https://doi.org/10.35974/jpd.v4i2.2518","url":null,"abstract":"Model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) merupakan suatu pembelajaran yang terstruktur untuk membantu guru dalam hal efektifitas penggunaan latihan-latihan baik dalam kelompok maupun perorangan, agar siswa mencapai peningkatan hasil belajar. Sintaks pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) ada lima langkah yaitu (1) pendahuluan/review; (2) pengembangan; (3) latihan terkontrol; (4) seatwork/kerja mandiri; dan (5) penugasan atau pekerjaan rumah (PR). Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel dengan menggunakan model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) pada siswa VII SMP Negeri 20 ambon. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII-1 SMP Negeri 20 Ambon yang berjumlah 24 siswa tahun ajaran 2018/2019. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. Untuk mengukur tingkat belajar siswa kelas VII-1 SMP Negeri 20 Ambon maka analisis yang dipakai adalah analisi data kuantitatif (Kriteria Ketuntasan Minimum) dan data kualitatif (Reduksi data, Pemaparan Data dan Penarikan Kesimpulan). Hasil temuan pada penelitian ini menunjukan bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat dari tes akhir siklus I ke siklus II. Siklus I siswa mencapai KKM 11 siswa dengan presentasi 45,83 %, sementara 13 siswa tidak mencapai KKM dengan presentasi 54,17 %. Kemudian untuk siklus II siswa mencapai KKM 19 siswa dengan presentasi 79,17% dan siswa tidak mencapai KKM 5 siswa dengan presentasi 20,83 %. Dari presentasi ketuntasan pada siklus I dan siklus II maka terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 33,34 %. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel dapat ditingkatkan dengan model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) di kelas VII SMP Negeri 20 Ambon.","PeriodicalId":227379,"journal":{"name":"Jurnal Padegogik","volume":"69 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123376310","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Miskonsepsi merupakan suatu hal dapat menghambat penerimaan materi baru dan mempengaruhi keberhasilan dalam menyelesaikan masalah matematika. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi miskonsepsi pada mahasiswa pendidikan matematika yang merupakan calon guru matematika. Identifikasi dan pencarian solusi atas miskonsepsi ini sangat penting untuk dilakukan karena dapat membantu meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif menggunakan tes diagnostik dan wawancara. Tes diagnostik dilakukan pada 28 mahasiswa pendidikan matematika menggunakan instrumen berupa soal esai terstruktur. Mahasiswa diminta menjawab soal dengan langkah-langkah yang tepat, kemudian mengisi angket CRI untuk mengukur tingkat keyakinan terhadap jawabannya. Hasil penelitian menunjukkan terdapat setengah dari jumlah seluruh mahasiswa yang mengalami miskonsepsi ketika melakukan pembuktian dengan induksi matematika. Terdapat 3 tipe miskonsepsi yang dialami mahasiswa yaitu: kesalahan konsep aljabar, miskonsepsi pada langkah basis yang berkaitan dengan deret bilangan, dan kesalahan perhitungan aljabar. Persentase tipe miskonsepsi terbesar adalah kesalahan konsep aljabar.
{"title":"Miskonsepsi Mahasiswa pada Induksi Matematika Menggunakan Certainty of Response Index (CRI)","authors":"Khamida Siti Nur Atiqoh, H. M","doi":"10.35974/jpd.v4i2.2536","DOIUrl":"https://doi.org/10.35974/jpd.v4i2.2536","url":null,"abstract":"Miskonsepsi merupakan suatu hal dapat menghambat penerimaan materi baru dan mempengaruhi keberhasilan dalam menyelesaikan masalah matematika. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi miskonsepsi pada mahasiswa pendidikan matematika yang merupakan calon guru matematika. Identifikasi dan pencarian solusi atas miskonsepsi ini sangat penting untuk dilakukan karena dapat membantu meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif menggunakan tes diagnostik dan wawancara. Tes diagnostik dilakukan pada 28 mahasiswa pendidikan matematika menggunakan instrumen berupa soal esai terstruktur. Mahasiswa diminta menjawab soal dengan langkah-langkah yang tepat, kemudian mengisi angket CRI untuk mengukur tingkat keyakinan terhadap jawabannya. Hasil penelitian menunjukkan terdapat setengah dari jumlah seluruh mahasiswa yang mengalami miskonsepsi ketika melakukan pembuktian dengan induksi matematika. Terdapat 3 tipe miskonsepsi yang dialami mahasiswa yaitu: kesalahan konsep aljabar, miskonsepsi pada langkah basis yang berkaitan dengan deret bilangan, dan kesalahan perhitungan aljabar. Persentase tipe miskonsepsi terbesar adalah kesalahan konsep aljabar.","PeriodicalId":227379,"journal":{"name":"Jurnal Padegogik","volume":"38 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124577181","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kemampuan koneksi matematis merupakan salah satu kemampuan matematis yang sangat penting bagi siswa. Kemampuan koneksi matematis dapat dipengaruhi oleh gaya kognitif. Salah satu gaya kognitif ditinjau dari konseptual tempo yaitu gaya kognitif reflektif dan gaya kognitif impulsif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1) gaya kognitif yang paling dominan pada tingkat kemampuan koneksi matematis rendah, sedang, dan tinggi serta 2) menganalisis dan mendeskripsikan kemampuan koneksi matematika siswa ditinjau dari gaya kognitif reflektif dan impulsif. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah 6 orang siswa dari kelas VIII SMP Advent Parongpong dan kelas VIII SMP Advent II Setiabudi dipilih berdasarkan gaya kognitif reflektif dan gaya kognitif impulsif. Metode pengumpulan data berupa tes tertulis dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan gaya kognitif yang paling dominan untuk kategori rendah adalah gaya kognitif impulsif sedangkan siswa dengan gaya kognitif reflektif paling dominan untuk kategori sedang dan tinggi. Siswa reflektif dengan kemampuan koneksi matematis tinggi mampu mencapai seluruh indikator kemampuan koneksi matematis. Siswa reflektif dengan kemampuan koneksi matematis sedang dan rendah kurang mampu memenuhi seluruh Indikator kemampuan koneksi matematis. Siswa impulsif dengan kemampuan koneksi matematis tinggi, sedang dan rendah kurang mampu memenuhi memenuhi seluruh Indikator kemampuan koneksi matematis.
{"title":"ANALISIS KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA KELAS VIII DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF REFLEKTIF-IMPULSIF","authors":"Ine Febrianti Habel, Nora Susilowaty","doi":"10.35974/jpd.v4i2.2530","DOIUrl":"https://doi.org/10.35974/jpd.v4i2.2530","url":null,"abstract":"Kemampuan koneksi matematis merupakan salah satu kemampuan matematis yang sangat penting bagi siswa. Kemampuan koneksi matematis dapat dipengaruhi oleh gaya kognitif. Salah satu gaya kognitif ditinjau dari konseptual tempo yaitu gaya kognitif reflektif dan gaya kognitif impulsif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1) gaya kognitif yang paling dominan pada tingkat kemampuan koneksi matematis rendah, sedang, dan tinggi serta 2) menganalisis dan mendeskripsikan kemampuan koneksi matematika siswa ditinjau dari gaya kognitif reflektif dan impulsif. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah 6 orang siswa dari kelas VIII SMP Advent Parongpong dan kelas VIII SMP Advent II Setiabudi dipilih berdasarkan gaya kognitif reflektif dan gaya kognitif impulsif. Metode pengumpulan data berupa tes tertulis dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan gaya kognitif yang paling dominan untuk kategori rendah adalah gaya kognitif impulsif sedangkan siswa dengan gaya kognitif reflektif paling dominan untuk kategori sedang dan tinggi. Siswa reflektif dengan kemampuan koneksi matematis tinggi mampu mencapai seluruh indikator kemampuan koneksi matematis. Siswa reflektif dengan kemampuan koneksi matematis sedang dan rendah kurang mampu memenuhi seluruh Indikator kemampuan koneksi matematis. Siswa impulsif dengan kemampuan koneksi matematis tinggi, sedang dan rendah kurang mampu memenuhi memenuhi seluruh Indikator kemampuan koneksi matematis.","PeriodicalId":227379,"journal":{"name":"Jurnal Padegogik","volume":"38 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122722892","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Math Anxiety siswa berdasarkan gender pada masa pandemi covid-19. Responden dari penelitian ini adalah 200 orang siswa di SMP Advent Unklab Airmadidi Manado. Teknik pengumpulan data yaitu dengan angket Math anxiety. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata math anxiety siswa laki-laki sebesar 60,20 % sedangkan rata-rata math anxiety siswa perempuan sebesar 58,92 %. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa math anxiety siswa laki- tidak lebih tinggi atau sama dengan math anxiety siswa perempuan. Aspek-aspek math anxiety yaitu aspek kognitif, afektif, psikomotorik dan somatis siswa laki-laki tidak lebih tinggi atau sama dengan siswa perempuan.
{"title":"Analisis Terhadap Math Anxiety Siswa SMP berdasarkan Gender pada Masa Pandemi Covid-19","authors":"Saskia Tomigolung, Sonya F Tauran","doi":"10.35974/jpd.v4i2.2538","DOIUrl":"https://doi.org/10.35974/jpd.v4i2.2538","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Math Anxiety siswa berdasarkan gender pada masa pandemi covid-19. Responden dari penelitian ini adalah 200 orang siswa di SMP Advent Unklab Airmadidi Manado. Teknik pengumpulan data yaitu dengan angket Math anxiety. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata math anxiety siswa laki-laki sebesar 60,20 % sedangkan rata-rata math anxiety siswa perempuan sebesar 58,92 %. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa math anxiety siswa laki- tidak lebih tinggi atau sama dengan math anxiety siswa perempuan. Aspek-aspek math anxiety yaitu aspek kognitif, afektif, psikomotorik dan somatis siswa laki-laki tidak lebih tinggi atau sama dengan siswa perempuan.","PeriodicalId":227379,"journal":{"name":"Jurnal Padegogik","volume":"9 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128569932","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Untuk dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa salah satu caranya adalah dengan pemilihan model pembelajaran matematika yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang dapat dipakai adalah model problem based learning. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kembali pengaruh model problem based learning terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan cara mereview, merangkum data dan menganalisis beberapa hasil penelitian yang sudah publish di google scholar sebanyak 14 artikel dengan cara statistika. Jenis penelitian pada artikel ini adalah jenis penelitian meta analisis. Langkah-langkah penelitian antara lain pengumpulan data, pengkodean, perhitungan peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan effect size, mengidentifikasi ada tidaknya perbedaan rata-rata, dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian rata-rata effect size sebesar 2,02 dengan kategori sangat besar. Sedangkan berdasarkan uji paired sample t-test nilai sig (2 tailed) = 0,000 < α = 0,05 yang artinya terdapat perbedaan rata-rata kemampuan pemecahan masalah sebelum dan sesudah diberi perlakuan model problem based learning. Berdasarkan rata-rata effect size dan hasil uji paired sample t-test dapat disimpulkan bahwa model problem based learning berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
{"title":"Meta Analisis: Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis","authors":"Bettri Yustinaningrum","doi":"10.35974/jpd.v4i2.2519","DOIUrl":"https://doi.org/10.35974/jpd.v4i2.2519","url":null,"abstract":"Untuk dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa salah satu caranya adalah dengan pemilihan model pembelajaran matematika yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang dapat dipakai adalah model problem based learning. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kembali pengaruh model problem based learning terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan cara mereview, merangkum data dan menganalisis beberapa hasil penelitian yang sudah publish di google scholar sebanyak 14 artikel dengan cara statistika. Jenis penelitian pada artikel ini adalah jenis penelitian meta analisis. Langkah-langkah penelitian antara lain pengumpulan data, pengkodean, perhitungan peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan effect size, mengidentifikasi ada tidaknya perbedaan rata-rata, dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian rata-rata effect size sebesar 2,02 dengan kategori sangat besar. Sedangkan berdasarkan uji paired sample t-test nilai sig (2 tailed) = 0,000 < α = 0,05 yang artinya terdapat perbedaan rata-rata kemampuan pemecahan masalah sebelum dan sesudah diberi perlakuan model problem based learning. Berdasarkan rata-rata effect size dan hasil uji paired sample t-test dapat disimpulkan bahwa model problem based learning berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.","PeriodicalId":227379,"journal":{"name":"Jurnal Padegogik","volume":"5 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126137141","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}