Pub Date : 2022-06-13DOI: 10.25182/jigd.2022.1.1.42-49
Eny Palupi, Miftah Rahmatika
Makanan berbasis kedelai kuning merupakan sumber asupan protein kedua terbesar di Indonesia. Sayangnya lebih dari 70% kedelai kuning masih impor karena belum dapat dibudidayakan secara optimal. Indonesia memiliki varietas kedelai hitam (Glycine soja sieb) namun mengandung senyawa anti-nutrisi yang lebih tinggi dibandingkan kedelai kuning. Pengolahan menjadi susu tempe disinyalir dapat menurunkan kadar anti-nutrisi dan meningkatkan daya cerna protein didalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan mengevaluasi nilai gizi susu tempe kedelai hitam yang diharapkan dapat meningkatkan nilai gizi, masa simpan, dan daya terimanya. Berdasarkan penerimaan organoleptik dan evaluasi nilai gizi, perbandingan air dan tempe 50:50 merupakan formula terpilih. Hasil analisis proksimat menunjukkan terdapat peningkatan protein dari kedelai hitam (49,07) menjadi tempe (57,76) dan mengalami penurunan pada susu tempe (15,57%bk). Daya cerna protein kedelai hitam (45) menjadi tempe (67) menunjukkan peningkatan yang signifikan, sedangkan tempe menjadi susu tempe (47,5%) tidak menunjukkan perbedaan. Peningkatan daya cerna protein diikuti dengan penurunan senyawa anti-nutrisi dalam kedelai hitam, tempe, dan susu tempe berturut-turut sebesar 100, 58 dan 50%.
以黄豆为基础的食物是印尼第二大蛋白质摄入来源。不幸的是,超过70%的黄大豆仍然是进口的,因为它还没有被最优种植。印度尼西亚有黑大豆品种(Glycine soja sieb),但它含有比黄大豆更强的抗营养物质。经过处理,提供有信号的坦帕乳可以降低其抗营养水平,增加其内的蛋白质消化能力。本研究旨在开发和评估黑豆浆乳的营养价值,以提高营养价值、保质期和可接受能力。根据有机收据和营养价值评估,水和坦佩对半分是选定的公式。proksimat分析的结果显示,从黑大豆到坦帕(49.07)的蛋白质增加到坦帕(57.76)的蛋白质,并在坦帕牛奶(155717.bk)的下降。黑豆蛋白的消化能力(45)到坦佩(67)显示显著增加,而坦佩到坦佩牛奶(47.5%)显示不均匀。蛋白质消化能力的增加之后,黑豆、坦帕和牛奶中的抗营养化合物下降了100,58和50%。
{"title":"Peningkatan Nilai Gizi Pada Susu Tempe Kedelai Hitam (Glycine soja sieb)","authors":"Eny Palupi, Miftah Rahmatika","doi":"10.25182/jigd.2022.1.1.42-49","DOIUrl":"https://doi.org/10.25182/jigd.2022.1.1.42-49","url":null,"abstract":"Makanan berbasis kedelai kuning merupakan sumber asupan protein kedua terbesar di Indonesia. Sayangnya lebih dari 70% kedelai kuning masih impor karena belum dapat dibudidayakan secara optimal. Indonesia memiliki varietas kedelai hitam (Glycine soja sieb) namun mengandung senyawa anti-nutrisi yang lebih tinggi dibandingkan kedelai kuning. Pengolahan menjadi susu tempe disinyalir dapat menurunkan kadar anti-nutrisi dan meningkatkan daya cerna protein didalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan mengevaluasi nilai gizi susu tempe kedelai hitam yang diharapkan dapat meningkatkan nilai gizi, masa simpan, dan daya terimanya. Berdasarkan penerimaan organoleptik dan evaluasi nilai gizi, perbandingan air dan tempe 50:50 merupakan formula terpilih. Hasil analisis proksimat menunjukkan terdapat peningkatan protein dari kedelai hitam (49,07) menjadi tempe (57,76) dan mengalami penurunan pada susu tempe (15,57%bk). Daya cerna protein kedelai hitam (45) menjadi tempe (67) menunjukkan peningkatan yang signifikan, sedangkan tempe menjadi susu tempe (47,5%) tidak menunjukkan perbedaan. Peningkatan daya cerna protein diikuti dengan penurunan senyawa anti-nutrisi dalam kedelai hitam, tempe, dan susu tempe berturut-turut sebesar 100, 58 dan 50%.","PeriodicalId":230818,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Gizi dan Dietetik","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"117085760","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Beberapa indikator dan indeks ketahanan pangan dan gizi telah dikembangkan pada tingkat global untuk menilai situasi ketahanan pangan dan gizi serta melakukan peringkatan, namun belum terdapat indikator yang mengaitkan dengan konsep keberlanjutan yang dapat diimplementasikan untuk tingkat provinsi. Jawa Barat adalah provinsi di Indonesia dengan jumlah penduduk terbanyak. Tujuan penelitian ini adalah melakukan pengembangan indeks ketahanan pangan dan gizi berkelanjutan di Provinsi Jawa Barat. Desain penelitian ini adalah ecology study, menggunakan data sekunder tahun 2015 dengan unit analisis 18 kabupaten dan 9 kota. Penelitian ini dilakukan dengan empat tahap: analisis ketersediaan energi dari serealia (non terigu) dan umbi, identifikasi indikator potensial, seleksi indikator, dan penyusunan indeks. Analisis multivariate dengan pendekatan analisis komponen utama (PCA) digunakan untuk menyusun indeks berdasarkan pilar ketahanan pangan dan gizi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks ketahanan pangan dan gizi berkelanjutan dikembangkan melalui 17 indikator terseleksi, terdiri atas 4 indikator ketersediaan pangan berkelanjutan, 4 indikator keterjangkauan pangan berkelanjutan, dan 9 indikator pemanfaatan pangan cerdas. Indeks ketahanan pangan dan gizi berkelanjutan Provinsi Jawa Barat tahun 2015 mencapai -0,02. Capaian nilai indeks tertinggi terdapat di daerah Kabupaten Indramayu dengan nilai indeks 2,45 sedangkan capaian nilai indeks terendah terdapat di daerah Kota Sukabumi dengan nilai indeks -1,46.
{"title":"Pengembangan Indeks Ketahanan Pangan dan Gizi Berkelanjutan di Jawa Barat","authors":"Sahdan Muizzu Maulana Sinaga, Yayuk Farida Baliwati, Yayat Heryatno","doi":"10.25182/jigd.2022.1.1.50-57","DOIUrl":"https://doi.org/10.25182/jigd.2022.1.1.50-57","url":null,"abstract":"Beberapa indikator dan indeks ketahanan pangan dan gizi telah dikembangkan pada tingkat global untuk menilai situasi ketahanan pangan dan gizi serta melakukan peringkatan, namun belum terdapat indikator yang mengaitkan dengan konsep keberlanjutan yang dapat diimplementasikan untuk tingkat provinsi. Jawa Barat adalah provinsi di Indonesia dengan jumlah penduduk terbanyak. Tujuan penelitian ini adalah melakukan pengembangan indeks ketahanan pangan dan gizi berkelanjutan di Provinsi Jawa Barat. Desain penelitian ini adalah ecology study, menggunakan data sekunder tahun 2015 dengan unit analisis 18 kabupaten dan 9 kota. Penelitian ini dilakukan dengan empat tahap: analisis ketersediaan energi dari serealia (non terigu) dan umbi, identifikasi indikator potensial, seleksi indikator, dan penyusunan indeks. Analisis multivariate dengan pendekatan analisis komponen utama (PCA) digunakan untuk menyusun indeks berdasarkan pilar ketahanan pangan dan gizi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks ketahanan pangan dan gizi berkelanjutan dikembangkan melalui 17 indikator terseleksi, terdiri atas 4 indikator ketersediaan pangan berkelanjutan, 4 indikator keterjangkauan pangan berkelanjutan, dan 9 indikator pemanfaatan pangan cerdas. Indeks ketahanan pangan dan gizi berkelanjutan Provinsi Jawa Barat tahun 2015 mencapai -0,02. Capaian nilai indeks tertinggi terdapat di daerah Kabupaten Indramayu dengan nilai indeks 2,45 sedangkan capaian nilai indeks terendah terdapat di daerah Kota Sukabumi dengan nilai indeks -1,46.","PeriodicalId":230818,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Gizi dan Dietetik","volume":"41 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127526279","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-13DOI: 10.25182/jigd.2022.1.1.25-33
Niar Imaniar, Muhammad Aries, Muhammad Muhajirin, Anny Nila Syauqiyyah, Muhammad Zaidan Ahsan
Permasalahan obesitas, penyakit tidak menular, dan defisiensi mikronutrien di Indonesia terus meningkat sebagai konsekuensi dari pola konsumsi pangan yang kurang baik. Di sisi lain, sistem pangan merupakan salah satu kontributor utama dalam peningkatan emisi gas rumah kaca/greenhouse gas emissions (GHG-E) global, yaitu sebesar 33% dari total GHGG global. Perbaikan pola konsumsi masyarakat ke arah pola makan berkelanjutan diperlukan untuk kesehatan masyarakat dan kelestarian lingkungan. Penelitian ini bertujuan (1) Mengidentifikasi karakteristik individu dan keluarga responden; (2) Menganalisis perubahan pengetahuan dan sikap responden pre- dan post- pendidikan low carbon diet; serta (3) Menganalisis perubahan tingkat kecukupan gizi dan besarnya jejak karbon dari konsumsi responden pre- dan post- pendidikan low carbon diet. Metode yang digunakan adalah quasi-experimental wit pre- and post-test design melalui intervensi pendidikan dengan rancangan same subject design. Pendidikan low carbon diet pada mahasiswa IPB dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap responden secara signifikan. Selanjutnya, terdapat penurunan jejak karbon responden sebesar 23,8% setelah intervensi. Selain itu, pendidikan low carbon diet tidak menyebabkan perbedaan signifikan pada tingkat kecukupan energi dan zat gizi makro responden. Dengan demikian, pola makan rendah karbon berpotensi untuk dikembangkan sebagai suatu pendekatan baru dalam upaya penanganan perubahan iklim di Indonesia.
{"title":"Pengaturan Pola Makan Rendah Karbon Melalui Pendidikan Low Carbon Diet Pada Mahasiswa IPB","authors":"Niar Imaniar, Muhammad Aries, Muhammad Muhajirin, Anny Nila Syauqiyyah, Muhammad Zaidan Ahsan","doi":"10.25182/jigd.2022.1.1.25-33","DOIUrl":"https://doi.org/10.25182/jigd.2022.1.1.25-33","url":null,"abstract":"Permasalahan obesitas, penyakit tidak menular, dan defisiensi mikronutrien di Indonesia terus meningkat sebagai konsekuensi dari pola konsumsi pangan yang kurang baik. Di sisi lain, sistem pangan merupakan salah satu kontributor utama dalam peningkatan emisi gas rumah kaca/greenhouse gas emissions (GHG-E) global, yaitu sebesar 33% dari total GHGG global. Perbaikan pola konsumsi masyarakat ke arah pola makan berkelanjutan diperlukan untuk kesehatan masyarakat dan kelestarian lingkungan. Penelitian ini bertujuan (1) Mengidentifikasi karakteristik individu dan keluarga responden; (2) Menganalisis perubahan pengetahuan dan sikap responden pre- dan post- pendidikan low carbon diet; serta (3) Menganalisis perubahan tingkat kecukupan gizi dan besarnya jejak karbon dari konsumsi responden pre- dan post- pendidikan low carbon diet. Metode yang digunakan adalah quasi-experimental wit pre- and post-test design melalui intervensi pendidikan dengan rancangan same subject design. Pendidikan low carbon diet pada mahasiswa IPB dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap responden secara signifikan. Selanjutnya, terdapat penurunan jejak karbon responden sebesar 23,8% setelah intervensi. Selain itu, pendidikan low carbon diet tidak menyebabkan perbedaan signifikan pada tingkat kecukupan energi dan zat gizi makro responden. Dengan demikian, pola makan rendah karbon berpotensi untuk dikembangkan sebagai suatu pendekatan baru dalam upaya penanganan perubahan iklim di Indonesia.","PeriodicalId":230818,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Gizi dan Dietetik","volume":"4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130666568","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-13DOI: 10.25182/jigd.2022.1.1.16-24
Alya Firdausi, A. Khomsan, Purnawati Hustina Rahman
Penelitian bertujuan untuk menganalisis hubungan antara penggunaan media sosial dengan pengetahuan gizi, perilaku makan, aktivitas fisik, dan status gizi. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan sampel terdiri dari 48 mahasiswa Program Studi Gizi dan 48 mahasiswa dari program studi lainnya (nongizi) yang dipilih secara purposif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan self-administered secara online. Durasi penggunaan media sosial kedua kelompok subjek termasuk dalam kategori ringan (63,5%) dengan frekuensi akses informasi sebanyak ≤ 3 kali per minggu. Pengetahuan gizi kedua kelompok subjek masuk dalam kategori baik (99%). Keragaman konsumsi pangan mahasiswa Program Studi Gizi termasuk dalam kategori tinggi (66,7%), sedangkan mahasiswa program studi lainnya (Nongizi) termasuk dalam kategori sedang (43,8%). Aktivitas fisik kedua kelompok subjek termasuk ke dalam kategori ringan (81,3%). Status gizi kedua kelompok subjek termasuk dalam kategori normal (66,7%). Terdapat perbedaan yang nyata pada pengetahuan gizi (p=0,00) dan keragaman konsumsi pangan (p=0,012) antara kedua kelompok subjek. tidak ada hubungan yang signifikan antara durasi penggunaan media sosial maupun frekuensi akses informasi makanan/gizi/olahraga dengan pengetahuan gizi, keragaman pangan, aktivitas fisik, dan status gizi kedua kelompok subjek (p>0,05). Dapat disimpulkan bahwa penggunaan instagram secara bijak dan cermat memiliki manfaat yang positif terhadap beberapa variabel yang diteliti.
{"title":"Hubungan Penggunaan Instagram dengan Pengetahuan Gizi, Perilaku Makan, Aktivitas Fisik, dan Status Gizi Mahasiswa IPB","authors":"Alya Firdausi, A. Khomsan, Purnawati Hustina Rahman","doi":"10.25182/jigd.2022.1.1.16-24","DOIUrl":"https://doi.org/10.25182/jigd.2022.1.1.16-24","url":null,"abstract":"Penelitian bertujuan untuk menganalisis hubungan antara penggunaan media sosial dengan pengetahuan gizi, perilaku makan, aktivitas fisik, dan status gizi. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan sampel terdiri dari 48 mahasiswa Program Studi Gizi dan 48 mahasiswa dari program studi lainnya (nongizi) yang dipilih secara purposif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan self-administered secara online. Durasi penggunaan media sosial kedua kelompok subjek termasuk dalam kategori ringan (63,5%) dengan frekuensi akses informasi sebanyak ≤ 3 kali per minggu. Pengetahuan gizi kedua kelompok subjek masuk dalam kategori baik (99%). Keragaman konsumsi pangan mahasiswa Program Studi Gizi termasuk dalam kategori tinggi (66,7%), sedangkan mahasiswa program studi lainnya (Nongizi) termasuk dalam kategori sedang (43,8%). Aktivitas fisik kedua kelompok subjek termasuk ke dalam kategori ringan (81,3%). Status gizi kedua kelompok subjek termasuk dalam kategori normal (66,7%). Terdapat perbedaan yang nyata pada pengetahuan gizi (p=0,00) dan keragaman konsumsi pangan (p=0,012) antara kedua kelompok subjek. tidak ada hubungan yang signifikan antara durasi penggunaan media sosial maupun frekuensi akses informasi makanan/gizi/olahraga dengan pengetahuan gizi, keragaman pangan, aktivitas fisik, dan status gizi kedua kelompok subjek (p>0,05). Dapat disimpulkan bahwa penggunaan instagram secara bijak dan cermat memiliki manfaat yang positif terhadap beberapa variabel yang diteliti.","PeriodicalId":230818,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Gizi dan Dietetik","volume":"44 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123322666","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-13DOI: 10.25182/jigd.2022.1.1.58-64
Kadija Raisa Fachruddin, Faisal Anwar, C. M. Dwiriani
Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dismenore primer pada mahasiswi Institut Pertanian Bogor (IPB). Desain penelitian ini adalah cross sectional study, melibatkan 97 subyek. Pengambilan data dilakukan secara online melalui pengisian kuesioner Google Form (data karakteristik dan aktivitas fisik subyek) dan wawancara melalui voice call (data riwayat asupan). Sekitar 2/3 subyek (69.1%) mengalami dismenore primer terutama tingkat 1 (49.5%). Sekitar 2/3 subyek (68%) memiliki ibu yang tidak mengalami dismenore. Hampir 2/3 subyek yang mengalami dismenore primer (61.2%) merasa terganggu aktivitas belajarnya saat mengalami dismenore. Sekitar separuh subyek (51.5%) memiliki asupan energi kurang, 4/5 subyek (81.4%) memiliki kecukupan karbohidrat kurang dan hampir separuh subyek (47.4%) memiliki kecukupan lemak lebih. Sebagian besar subyek memiliki asupan zat gizi mikro kurang kecuali vitamin A. Terdapat hubungan yang signifikan antara dismenore primer dengan riwayat dismenore ibu (p<0,05). Terdapat hubungan yang signifikan antara nilai status gizi dengan jumlah asupan energi (p=0.007, r=-0.271) dan karbohidrat (p=0.005, r=-0.283). Terdapat hubungan yang signifikan antara gangguan belajar akibat dismenore primer dengan tingkat intensitas dismenore (p=0.000).
{"title":"Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dismenore Primer Pada Mahasiswi Institut Pertanian Bogor","authors":"Kadija Raisa Fachruddin, Faisal Anwar, C. M. Dwiriani","doi":"10.25182/jigd.2022.1.1.58-64","DOIUrl":"https://doi.org/10.25182/jigd.2022.1.1.58-64","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dismenore primer pada mahasiswi Institut Pertanian Bogor (IPB). Desain penelitian ini adalah cross sectional study, melibatkan 97 subyek. Pengambilan data dilakukan secara online melalui pengisian kuesioner Google Form (data karakteristik dan aktivitas fisik subyek) dan wawancara melalui voice call (data riwayat asupan). Sekitar 2/3 subyek (69.1%) mengalami dismenore primer terutama tingkat 1 (49.5%). Sekitar 2/3 subyek (68%) memiliki ibu yang tidak mengalami dismenore. Hampir 2/3 subyek yang mengalami dismenore primer (61.2%) merasa terganggu aktivitas belajarnya saat mengalami dismenore. Sekitar separuh subyek (51.5%) memiliki asupan energi kurang, 4/5 subyek (81.4%) memiliki kecukupan karbohidrat kurang dan hampir separuh subyek (47.4%) memiliki kecukupan lemak lebih. Sebagian besar subyek memiliki asupan zat gizi mikro kurang kecuali vitamin A. Terdapat hubungan yang signifikan antara dismenore primer dengan riwayat dismenore ibu (p<0,05). Terdapat hubungan yang signifikan antara nilai status gizi dengan jumlah asupan energi (p=0.007, r=-0.271) dan karbohidrat (p=0.005, r=-0.283). Terdapat hubungan yang signifikan antara gangguan belajar akibat dismenore primer dengan tingkat intensitas dismenore (p=0.000).","PeriodicalId":230818,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Gizi dan Dietetik","volume":"29 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122063269","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-13DOI: 10.25182/jigd.2022.1.1.34-41
Yasmeen Aulia Zahra, Hadi Riyadi
Produktivitas kerja merupakan kemampuan seseorang atau kelompok orang untuk menghasilkan barang atau jasa. Peningkatan produktivitas kerja pegawai adalah agar pegawai mampu memiliki kinerja yang lebih efisien, efektif, dan produktif. Status gizi merupakan salah satu aspek kesehatan kerja yang memiliki peran penting dalam kaitan produktivitas kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan status gizi dengan produktivitas kerja karyawan tambang batu bara PT. Kaltim Prima Coal. Desain penelitian adalah cross sectional dan melibatkan 95 subjek. Pengumpulan data dilakukan menggunakan google form dan wawancara melalui telepon. Subjek berusia 22–55 tahun dengan sebagian besar (63%) memiliki status gizi baik. Tingkat aktivitas fisik subjek rata-rata tergolong ringan pada weekday (54%) dan weekend (40%). Tingkat kecukupan energi dan zat gizi subjek rata-rata masih tergolong kurang untuk weekday maupun weekend. Analisis perbedaan tingkat kecukupan gizi karyawan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara saat weekday maupun weekend (p>0,05). Tingkat aktivitas fisik subjek menunjukkan terdapat perbedaan pada weekday maupun weekend khususnya untuk tingkat aktivitas fisik berat (p<0,05). Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan status gizi (p>0,05) dan juga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan produktivitas kerja (p>0,05).
{"title":"Status Gizi, Aktivitas Fisik dan Produktivitas Kerja Karyawan Tambang Batu Bara PT. Kaltim Prima Coal","authors":"Yasmeen Aulia Zahra, Hadi Riyadi","doi":"10.25182/jigd.2022.1.1.34-41","DOIUrl":"https://doi.org/10.25182/jigd.2022.1.1.34-41","url":null,"abstract":"Produktivitas kerja merupakan kemampuan seseorang atau kelompok orang untuk menghasilkan barang atau jasa. Peningkatan produktivitas kerja pegawai adalah agar pegawai mampu memiliki kinerja yang lebih efisien, efektif, dan produktif. Status gizi merupakan salah satu aspek kesehatan kerja yang memiliki peran penting dalam kaitan produktivitas kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan status gizi dengan produktivitas kerja karyawan tambang batu bara PT. Kaltim Prima Coal. Desain penelitian adalah cross sectional dan melibatkan 95 subjek. Pengumpulan data dilakukan menggunakan google form dan wawancara melalui telepon. Subjek berusia 22–55 tahun dengan sebagian besar (63%) memiliki status gizi baik. Tingkat aktivitas fisik subjek rata-rata tergolong ringan pada weekday (54%) dan weekend (40%). Tingkat kecukupan energi dan zat gizi subjek rata-rata masih tergolong kurang untuk weekday maupun weekend. Analisis perbedaan tingkat kecukupan gizi karyawan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara saat weekday maupun weekend (p>0,05). Tingkat aktivitas fisik subjek menunjukkan terdapat perbedaan pada weekday maupun weekend khususnya untuk tingkat aktivitas fisik berat (p<0,05). Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan status gizi (p>0,05) dan juga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan produktivitas kerja (p>0,05).","PeriodicalId":230818,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Gizi dan Dietetik","volume":"7 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133936361","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-13DOI: 10.25182/jigd.2022.1.1.65-73
Titi Kerisnawati, Katrin Roosita
Pandemi Covid-19 berdampak pada aktivitas masyarakat karena pembatasan sosial, begitu juga kegiatan para pekerja. Himbauan untuk tetap di rumah menyebabkan perubahan kebiasaan sehari–hari, pola makan dan tingkat aktivitas fisik (Ardella 2020). Kebutuhan gizi seharusnya dipenuhi setiap tenaga kerja untuk meningkatkan kesehatan dan mengoptimalkan produktivitas kerja (Sari dan Muniroh 2017). Penelitian ini bertujuan menganalisis konsumsi pangan, aktivitas fisik, status gizi, dan produktivitas kerja pemetik teh di PT SMM Kabawetan Kepahiang. Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional dan sampel 100 orang. Data karakteristik subjek dikumpulkan dengan cara wawancara, data kebiasaan konsumsi, jenis dan jumlah konsumsi pangan wawancara menggunakan kuesioner semi quantitative food frequency dan Food recall 24 jam. Data aktivitas wawancara menggunakan kuesioner recall aktivitas 24 jam. Sebagian dari contoh (57%) dewasa madya. Pendapatan per kapita 90% tidak miskin. Jenis pangan paling sering dikonsumsi kelompok serelia, pangan hewani, sayuran dan buah adalah beras (21 kali seminggu); telur (2-3 kali seminggu); kangkung, wortel, labu siam dan kol (1-2 kali setiap minggu); pisang dan pepaya (1-2 kali per minggu). Sebagian besar contoh memiliki status gizi normal (62%), tingkat aktivitas fisik sedang (84%). Tingkat konsumsi protein dan tingkat aktivitas fisik berkorelasi signifikan dengan status gizi (p<0,05) status gizi berkorelasi signifikan dengan produktivitas kerja (p<0,05).
{"title":"Konsumsi Pangan, Aktivitas Fisik, Status Gizi dan Produktivitas Kerja Pemetik Teh di Kabupaten Kepahiang Bengkulu pada Masa Pandemi Covid-19","authors":"Titi Kerisnawati, Katrin Roosita","doi":"10.25182/jigd.2022.1.1.65-73","DOIUrl":"https://doi.org/10.25182/jigd.2022.1.1.65-73","url":null,"abstract":"Pandemi Covid-19 berdampak pada aktivitas masyarakat karena pembatasan sosial, begitu juga kegiatan para pekerja. Himbauan untuk tetap di rumah menyebabkan perubahan kebiasaan sehari–hari, pola makan dan tingkat aktivitas fisik (Ardella 2020). Kebutuhan gizi seharusnya dipenuhi setiap tenaga kerja untuk meningkatkan kesehatan dan mengoptimalkan produktivitas kerja (Sari dan Muniroh 2017). Penelitian ini bertujuan menganalisis konsumsi pangan, aktivitas fisik, status gizi, dan produktivitas kerja pemetik teh di PT SMM Kabawetan Kepahiang. Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional dan sampel 100 orang. Data karakteristik subjek dikumpulkan dengan cara wawancara, data kebiasaan konsumsi, jenis dan jumlah konsumsi pangan wawancara menggunakan kuesioner semi quantitative food frequency dan Food recall 24 jam. Data aktivitas wawancara menggunakan kuesioner recall aktivitas 24 jam. Sebagian dari contoh (57%) dewasa madya. Pendapatan per kapita 90% tidak miskin. Jenis pangan paling sering dikonsumsi kelompok serelia, pangan hewani, sayuran dan buah adalah beras (21 kali seminggu); telur (2-3 kali seminggu); kangkung, wortel, labu siam dan kol (1-2 kali setiap minggu); pisang dan pepaya (1-2 kali per minggu). Sebagian besar contoh memiliki status gizi normal (62%), tingkat aktivitas fisik sedang (84%). Tingkat konsumsi protein dan tingkat aktivitas fisik berkorelasi signifikan dengan status gizi (p<0,05) status gizi berkorelasi signifikan dengan produktivitas kerja (p<0,05).","PeriodicalId":230818,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Gizi dan Dietetik","volume":"35 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128825694","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}