Pub Date : 2023-05-30DOI: 10.20473/jgs.17.1.2023.51-72
Nabila Thyra Janitra, A. Muis
In response to the problem of increasing waste in the ocean, UNWTO formulated sustainable tourism to create economic, social, and environmental stability. In the effort to realize sustainable tourism, UNWTO introduces a voluntourism program that directly seek to attract tourists' interest and make tourists become aware of the importance of protecting the environment. This study aims to understand the voluntourism strategy to realize sustainable tourism to reduce waste in the ocean. The method used in this study is a qualitative-explorative method that intends to explore social phenomenon based on the variables that have been formulated. In responding to the issue of marine pollution caused by garbage, voluntourism makes various efforts to cooperate with several stakeholders. The voluntourism program that focuses on the topic of marine pollution is expected to become a policy recommendation to be implemented by various countries, hence efforts to reduce waste in the sea can be massively carried out in different parts of the world. This study discusses the distribution of waste in the oceans and efforts to handle it through voluntourism programs. Keywords: Ocean Waste, Sustainable Tourism, Voluntourism Dalam merespon permasalahan peningkatan sampah di lautan, UNWTO memformulasikan pariwisata berkelanjutan untuk menciptakan kestabilan ekonomi, sosial dan lingkungan. Dalam mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan, UNWTO memperkenalkan program volunterisme yang secara langsung menarik minat wisatawan dan membuat wisatawan semakin menyadari akan pentingnya menjaga lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk memahami strategi volunterisme untuk mewujudkan pariwisata berkelanjutan guna mengurangi sampah di lautan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif-eksploratif yang menggali fenomena sosial berdasarkan variabel yang telah dirumuskan. Merespon isu polusi laut yang disebabkan oleh sampah, volunterisme menciptakan berbagai upaya untuk bekerja sama dengan para pemangku kepentingan. Program volunterisme yang berfokus pada topik polusi kelautan diharapkan mampu menjadi rekomendasi kebijakan yang dapat diimplementasikan oleh berbagai negara, sehingga upaya pengurangan sampah di lautan dapat secara masif dilakukan di berbagai bagian dunia yang berbeda. Studi ini mendiskusikan tentang penyebaran sampah di lautan dan upaya untuk menanganinya melalui program volunterisme. Kata-Kata Kunci: Limbah Lautan, Pariwisata Berkelanjutan, Volunterisme
为了应对日益增加的海洋垃圾问题,联合国世界旅游组织制定了可持续旅游业,以创造经济、社会和环境的稳定。为了实现可持续旅游,联合国世界旅游组织推出了一项公益旅游计划,直接寻求吸引游客的兴趣,使游客意识到保护环境的重要性。本研究旨在了解公益旅游策略,以实现可持续旅游,减少海洋废物。本研究使用的方法是一种定性探索方法,旨在根据已制定的变量来探索社会现象。针对垃圾造成的海洋污染问题,公益旅游通过各种努力与多方利益相关者进行合作。以海洋污染为主题的公益旅游计划有望成为各国实施的政策建议,从而减少海洋废物的努力可以在世界各地大规模开展。本研究讨论了海洋垃圾的分布,以及通过公益旅游项目来处理垃圾的努力。关键词:海洋废弃物,可持续旅游,公益旅游,世界旅游组织成员,亚洲旅游,澳门旅游,澳门旅游,澳门旅游,澳门旅游,澳门旅游,澳门旅游,澳门旅游,澳门旅游,澳门旅游,澳门旅游,澳门旅游,澳门旅游,澳门旅游,澳门旅游,澳门旅游,澳门旅游,澳门旅游,澳门旅游,澳门旅游,澳门旅游,澳门旅游,澳门旅游,澳门旅游,澳门旅游,澳门旅游,澳门旅游,澳门旅游,澳门旅游,澳门旅游,澳门旅游,澳门旅游,经济,社会旅游,澳门旅游。Dalam mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan,联合国世界贸易组织(wto)成员,项目志愿者yang secara langsung menarik,项目志愿者yang secara langsunk,项目志愿者yang secara,项目志愿者yang secara,项目志愿者yang secara,项目志愿者yang,项目志愿者yang,项目志愿者yang,项目志愿者yang,项目志愿者yang,项目志愿者yang,项目志愿者yang,项目志愿者yang,项目志愿者yang,项目志愿者。Penelitian ini bertujuan untuk memhahami战略志愿服务untuk mewujudkan pariwisata berkelanjutan guna mengurangi sampah di autan。Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode -eksploratif yang menggali现象社会berdasarkan变量yang telah diumuskan。我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。项目志愿服务yang berkus pada主题是污染,kelautan, diharapkan, mampu, menjadi,建议,kebijakan, yang dada, dihaka,执行,asikan oleh berbagai negara,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,研究项目志愿服务,研究项目志愿服务,研究项目志愿服务。Kata-Kata Kunci: Limbah Lautan, Pariwisata Berkelanjutan,志愿服务
{"title":"Voluntourism as an Effort to Realize Sustainable Tourism to Reduce Waste in the Ocean","authors":"Nabila Thyra Janitra, A. Muis","doi":"10.20473/jgs.17.1.2023.51-72","DOIUrl":"https://doi.org/10.20473/jgs.17.1.2023.51-72","url":null,"abstract":"In response to the problem of increasing waste in the ocean, UNWTO formulated sustainable tourism to create economic, social, and environmental stability. In the effort to realize sustainable tourism, UNWTO introduces a voluntourism program that directly seek to attract tourists' interest and make tourists become aware of the importance of protecting the environment. This study aims to understand the voluntourism strategy to realize sustainable tourism to reduce waste in the ocean. The method used in this study is a qualitative-explorative method that intends to explore social phenomenon based on the variables that have been formulated. In responding to the issue of marine pollution caused by garbage, voluntourism makes various efforts to cooperate with several stakeholders. The voluntourism program that focuses on the topic of marine pollution is expected to become a policy recommendation to be implemented by various countries, hence efforts to reduce waste in the sea can be massively carried out in different parts of the world. This study discusses the distribution of waste in the oceans and efforts to handle it through voluntourism programs. \u0000Keywords: Ocean Waste, Sustainable Tourism, Voluntourism\u0000 \u0000Dalam merespon permasalahan peningkatan sampah di lautan, UNWTO memformulasikan pariwisata berkelanjutan untuk menciptakan kestabilan ekonomi, sosial dan lingkungan. Dalam mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan, UNWTO memperkenalkan program volunterisme yang secara langsung menarik minat wisatawan dan membuat wisatawan semakin menyadari akan pentingnya menjaga lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk memahami strategi volunterisme untuk mewujudkan pariwisata berkelanjutan guna mengurangi sampah di lautan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif-eksploratif yang menggali fenomena sosial berdasarkan variabel yang telah dirumuskan. Merespon isu polusi laut yang disebabkan oleh sampah, volunterisme menciptakan berbagai upaya untuk bekerja sama dengan para pemangku kepentingan. Program volunterisme yang berfokus pada topik polusi kelautan diharapkan mampu menjadi rekomendasi kebijakan yang dapat diimplementasikan oleh berbagai negara, sehingga upaya pengurangan sampah di lautan dapat secara masif dilakukan di berbagai bagian dunia yang berbeda. Studi ini mendiskusikan tentang penyebaran sampah di lautan dan upaya untuk menanganinya melalui program volunterisme.\u0000Kata-Kata Kunci: Limbah Lautan, Pariwisata Berkelanjutan, Volunterisme","PeriodicalId":243676,"journal":{"name":"Jurnal Global & Strategis","volume":"54 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125401545","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-05-30DOI: 10.20473/jgs.17.1.2023.131-152
Leonard Felix Hutabarat
The development of international politics due to the Russian-Ukrainian conflict has caused international political instability and pressure on agricultural products and the energy sector in the world. Indonesia’s leading export commodity, under discriminatory pressure from the European Union, also has economic implications due to the Russian-Ukrainian war. Disruption to the world’s vegetable oil supply chains, the urgent need for food security, and the impact on achieving the goals of sustainable development that have been agreed upon so far make Indonesia seek to use the existing narrative through economic diplomacy. This condition is also related to Indonesia’s vegetable oil diplomacy as one of the foreign policy instruments. Therefore, economic diplomacy regarding Indonesian vegetable oils is also part of Indonesia’s national interest. This article uses qualitative methods with a descriptive-analytical type on how Indonesia uses the narrative of sustainable development issues in the context of Indonesian vegetable oils to achieve Sustainable Development Goals 2030, including instruments of economic diplomacy in realizing Indonesia’s national interest in Indonesia’s vegetable oil diplomacy. Keywords: economic diplomacy, Indonesia, foreign policy, vegetable oil, SDGs 2030 Perkembangan politik internasional akibat konflik Rusia-Ukraina telah menimbulkan dampak tidak hanya instabilitas politik internasional, namun juga tekanan terhadap komoditas produk pertanian maupun sektor energi di dunia. Komoditas ekspor unggulan Indonesia yang selama ini mendapatkan tekanan yang bersifat diskriminatif dari Uni Eropa juga memiliki implikasi ekonomi akibat terjadinya perang Rusia-Ukraina. Gangguan terhadap rantai pasok minyak nabati dunia dan sangat diperlukan tersedianya ketahanan pangan serta dampak terhadap pencapaian tujuan dari pembangunan berkelanjutan yang telah disepakati selama ini, menjadikan Indonesia berupaya menggunakan narasi yang ada melalui diplomasi ekonomi. Hal ini juga terkait dengan diplomasi minyak nabati Indonesia sebagai salah satu instrumen kebijakan luar negeri. Diplomasi ekonomi berkenaan dengan minyak nabati Indonesia juga merupakan bagian dari kepentingan nasional Indonesia. Artikel ini akan menjelaskan dengan metode kualitatif dengan jenis deskriptif analitis bagaimana Indonesia menggunakan narasi pembangunan berkelanjutan dalam konteks minyak nabati Indonesia guna mencapai Sustainable Development Goals 2030, termasuk instrumen diplomasi ekonomi dalam mewujudkan kepentingan nasional Indonesia dalam diplomasi minyak nabati Indonesia. Kata-kata Kunci: diplomasi ekonomi, Indonesia, kebijakan luar negeri, minyak nabati, SDGs 2030
俄乌冲突引发的国际政治发展给国际政治带来不稳定,给世界农产品和能源领域带来压力。印尼的主要出口商品受到欧盟(eu)的歧视性压力,由于俄罗斯与乌克兰的战争,也会对经济产生影响。世界植物油供应链的中断、对粮食安全的迫切需求以及对实现迄今已达成一致的可持续发展目标的影响,使印度尼西亚寻求通过经济外交来利用现有的叙述。这种情况也与印尼将植物油外交作为外交政策手段之一有关。因此,关于印尼植物油的经济外交也是印尼国家利益的一部分。本文采用定性方法,描述分析印度尼西亚如何在印度尼西亚植物油的背景下使用可持续发展问题的叙述来实现2030年可持续发展目标,包括在印度尼西亚植物油外交中实现印度尼西亚国家利益的经济外交工具。关键词:经济外交,印尼,外交政策,植物油,可持续发展目标2030印尼政治国际akibat konflik俄罗斯-乌克兰telah menimbulkan dampak tidak hanya不稳定政治国际,namun juga tekanan terhadap komoditas产品印尼农业部门能源产业。Komoditas ekspor unggulan印度尼西亚yang selama ini mendapatkan tekanan yang bersifat disk犯罪性,dari Uni Eropa juga memiliki implikasi economi akibat terjadinya perang俄罗斯-乌克兰。我是印度尼西亚的一名外交官,我是一名外交官,我是一名外交官,我是一名外交官,我是一名外交官,我是一名外交官,我是一名外交官。哈尔尼juga terkait登根外交minyak nabati印度尼西亚sebagai salah satu仪器kebijakan luar negeri。外交经济学家berkenaan dengan minyak nabati印度尼西亚juga merupakan bagian dari保持一个国家的印度尼西亚。“2030年可持续发展目标”,“termasuk工具外交”,“经济外交”,“国家外交”,“印尼外交”,“印尼外交”,“印尼外交”,“印尼外交”。Kata-kata Kunci:外交经济,印度尼西亚,kebijakan luar negeri, minyak nabati,可持续发展目标2030
{"title":"Vegetable Oil Economic Diplomacy as an Instrument of Indonesian Foreign Policy","authors":"Leonard Felix Hutabarat","doi":"10.20473/jgs.17.1.2023.131-152","DOIUrl":"https://doi.org/10.20473/jgs.17.1.2023.131-152","url":null,"abstract":"The development of international politics due to the Russian-Ukrainian conflict has caused international political instability and pressure on agricultural products and the energy sector in the world. Indonesia’s leading export commodity, under discriminatory pressure from the European Union, also has economic implications due to the Russian-Ukrainian war. Disruption to the world’s vegetable oil supply chains, the urgent need for food security, and the impact on achieving the goals of sustainable development that have been agreed upon so far make Indonesia seek to use the existing narrative through economic diplomacy. This condition is also related to Indonesia’s vegetable oil diplomacy as one of the foreign policy instruments. Therefore, economic diplomacy regarding Indonesian vegetable oils is also part of Indonesia’s national interest. This article uses qualitative methods with a descriptive-analytical type on how Indonesia uses the narrative of sustainable development issues in the context of Indonesian vegetable oils to achieve Sustainable Development Goals 2030, including instruments of economic diplomacy in realizing Indonesia’s national interest in Indonesia’s vegetable oil diplomacy.\u0000Keywords: economic diplomacy, Indonesia, foreign policy, vegetable oil, SDGs 2030\u0000 \u0000Perkembangan politik internasional akibat konflik Rusia-Ukraina telah menimbulkan dampak tidak hanya instabilitas politik internasional, namun juga tekanan terhadap komoditas produk pertanian maupun sektor energi di dunia. Komoditas ekspor unggulan Indonesia yang selama ini mendapatkan tekanan yang bersifat diskriminatif dari Uni Eropa juga memiliki implikasi ekonomi akibat terjadinya perang Rusia-Ukraina. Gangguan terhadap rantai pasok minyak nabati dunia dan sangat diperlukan tersedianya ketahanan pangan serta dampak terhadap pencapaian tujuan dari pembangunan berkelanjutan yang telah disepakati selama ini, menjadikan Indonesia berupaya menggunakan narasi yang ada melalui diplomasi ekonomi. Hal ini juga terkait dengan diplomasi minyak nabati Indonesia sebagai salah satu instrumen kebijakan luar negeri. Diplomasi ekonomi berkenaan dengan minyak nabati Indonesia juga merupakan bagian dari kepentingan nasional Indonesia. Artikel ini akan menjelaskan dengan metode kualitatif dengan jenis deskriptif analitis bagaimana Indonesia menggunakan narasi pembangunan berkelanjutan dalam konteks minyak nabati Indonesia guna mencapai Sustainable Development Goals 2030, termasuk instrumen diplomasi ekonomi dalam mewujudkan kepentingan nasional Indonesia dalam diplomasi minyak nabati Indonesia.\u0000Kata-kata Kunci: diplomasi ekonomi, Indonesia, kebijakan luar negeri, minyak nabati, SDGs 2030","PeriodicalId":243676,"journal":{"name":"Jurnal Global & Strategis","volume":"58 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123034209","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-05-30DOI: 10.20473/jgs.17.1.2023.33-50
Fany Anggun Abadi, F. Al-Fadhat
By taking into account all motives for foreign economic cooperation, including the Indo-Pacific Economics Framework (IPEF), this framework will definitely affect the economies of several countries in the region, especially Southeast Asia. ASEAN is demanded not only as an elite state organization but furthermore, is also required to have the capability to involve all elements of its member countries’ societies, in the varying fields, especially economic, political and peace stability. This paper then raised a question regarding how does the IPEF influence the peace stability in the ASEAN Region. In examining this question, the author used the theory of international organizations typology, international economic regime theory, and regional peace stability theory. It is concluded that the step that’s certainly must be taken by countries in the region is to help each other. Thus, it is the joint responsibility of each country, both inside and outside the region to prevent the emergence of conflict and voluntarily build trust to achieve regional stability. In this context, ASEAN certainly must be stronger. Keywords: ASEAN, economy, stability Dengan memperhitungkan segala motif kerja sama ekonomi luar negeri, termasuk Indo-Pacific Economic Framework (IPEF), kerangka ini pasti akan berpengaruh terhadap perekonomian beberapa negara di kawasan, khususnya Asia Tenggara. ASEAN dituntut tidak hanya sebagai organisasi elit negara, tetapi juga dituntut untuk memiliki kapabilitas untuk melibatkan seluruh elemen masyarakat negara anggotanya dalam berbagai bidang, terutama ekonomi, politik, dan stabilitas perdamaian. Penelitian ini kemudian mengajukan pertanyaan terkait bagaimana pengaruh Indo-Pacific Economic Framework (IPEF) terhadap stabilitas perdamaian di kawasan ASEAN. Dalam menganalisis pertanyaan ini, penulis menggunakan teori tipologi organisasi internasional, teori rezim ekonomi internasional, dan teori stabilitas perdamaian regional. Dapat disimpulkan bahwa langkah yang pastinya harus diambil oleh negara-negara di kawasan adalah saling membantu. Dengan demikian, menjadi tanggung jawab bersama negara-negara, baik di dalam maupun di luar kawasan untuk mencegah konflik dan membangun kepercayaan secara sukarela untuk mencapai stabilitas kawasan. Dalam konteks ini, tentunya ASEAN harus semakin kuat. Kata-kata Kunci: ASEAN, ekonomi, stabilitas
考虑到包括印太经济框架(IPEF)在内的对外经济合作的所有动机,该框架肯定会影响该地区几个国家的经济,尤其是东南亚国家。东盟不仅被要求成为一个精英国家组织,而且还被要求有能力在各个领域,特别是在经济、政治和和平稳定方面,参与其成员国社会的所有要素。本文进而提出了IPEF如何影响东盟地区和平稳定的问题。在研究这一问题时,笔者运用了国际组织类型学理论、国际经济体制理论和地区和平稳定理论。结论是,该地区各国必须采取的步骤是相互帮助。因此,防止冲突的发生,自愿建立信任,实现地区稳定,是区域内外各国的共同责任。在这种背景下,东盟当然必须更强大。关键词:东盟、经济、稳定、登加成员、东南亚国家联盟(ASEAN)、东南亚国家联盟(ASEAN)、东南亚国家联盟(ASEAN)、东南亚国家联盟(ASEAN)、东南亚国家联盟(ASEAN)、东南亚国家联盟(ASEAN)、东南亚国家联盟(ASEAN)、东南亚国家联盟(ASEAN)东盟国家在经济、政治、稳定、发展等方面的合作,包括东盟国家、东盟国家、东盟国家、东盟国家、东盟国家、东盟国家、东盟国家、东盟国家、东盟国家、东盟国家、东盟国家、东盟国家、东盟国家、东盟国家、东盟国家、东盟国家、东盟国家。印度-太平洋经济框架(IPEF)旨在促进东盟和印度-太平洋地区的稳定。管理管理:管理管理、管理管理、管理管理、管理管理、管理管理、管理管理、管理管理。Dapat dispulkan bahwa langkah yang pastinya harus diambil oleh negara-negara di kawasan adalah salbantu。邓甘德米克,邓甘德米克,丹甘德米克,丹甘德米克,丹甘德米克,丹甘德米克,丹甘德米克,丹甘德米克,丹甘德米克,丹甘德米克,丹甘德米克,丹甘德米克,丹甘德米克,丹甘德米克,丹甘德米克,丹甘德米克,丹甘德米克,丹甘德米克,丹甘德米克。达拉姆·孔泰克(Dalam konteks)表示,东盟国家正在努力实现这一目标。东盟,经济,稳定
{"title":"The Influence of Indo-Pacific Economic Framework on Peace Stability in The ASEAN Region","authors":"Fany Anggun Abadi, F. Al-Fadhat","doi":"10.20473/jgs.17.1.2023.33-50","DOIUrl":"https://doi.org/10.20473/jgs.17.1.2023.33-50","url":null,"abstract":"By taking into account all motives for foreign economic cooperation, including the Indo-Pacific Economics Framework (IPEF), this framework will definitely affect the economies of several countries in the region, especially Southeast Asia. ASEAN is demanded not only as an elite state organization but furthermore, is also required to have the capability to involve all elements of its member countries’ societies, in the varying fields, especially economic, political and peace stability. This paper then raised a question regarding how does the IPEF influence the peace stability in the ASEAN Region. In examining this question, the author used the theory of international organizations typology, international economic regime theory, and regional peace stability theory. It is concluded that the step that’s certainly must be taken by countries in the region is to help each other. Thus, it is the joint responsibility of each country, both inside and outside the region to prevent the emergence of conflict and voluntarily build trust to achieve regional stability. In this context, ASEAN certainly must be stronger.\u0000Keywords: ASEAN, economy, stability\u0000Dengan memperhitungkan segala motif kerja sama ekonomi luar negeri, termasuk Indo-Pacific Economic Framework (IPEF), kerangka ini pasti akan berpengaruh terhadap perekonomian beberapa negara di kawasan, khususnya Asia Tenggara. ASEAN dituntut tidak hanya sebagai organisasi elit negara, tetapi juga dituntut untuk memiliki kapabilitas untuk melibatkan seluruh elemen masyarakat negara anggotanya dalam berbagai bidang, terutama ekonomi, politik, dan stabilitas perdamaian. Penelitian ini kemudian mengajukan pertanyaan terkait bagaimana pengaruh Indo-Pacific Economic Framework (IPEF) terhadap stabilitas perdamaian di kawasan ASEAN. Dalam menganalisis pertanyaan ini, penulis menggunakan teori tipologi organisasi internasional, teori rezim ekonomi internasional, dan teori stabilitas perdamaian regional. Dapat disimpulkan bahwa langkah yang pastinya harus diambil oleh negara-negara di kawasan adalah saling membantu. Dengan demikian, menjadi tanggung jawab bersama negara-negara, baik di dalam maupun di luar kawasan untuk mencegah konflik dan membangun kepercayaan secara sukarela untuk mencapai stabilitas kawasan. Dalam konteks ini, tentunya ASEAN harus semakin kuat.\u0000Kata-kata Kunci: ASEAN, ekonomi, stabilitas","PeriodicalId":243676,"journal":{"name":"Jurnal Global & Strategis","volume":"32 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114079647","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-05-30DOI: 10.20473/jgs.17.1.2023.183-214
R. Rossdiana
Cryptocurrencies, specifically Bitcoin, which have been developing since 2008, are gaining increasing popularity due to their high value, considered the future of global finance. With its decentralized concept, crypto activities from mining to buying and selling can be carried out by individuals anywhere at any time. Nevertheless, despite its popularity, several countries, including China, have banned crypto activities, including the mining process. This paper further elaborates on why China has banned cryptocurrency mining. In conducting the analysis, the author uses the concept of sustainable development, the concept of a green economy and the concept of environmental security. As a result, this paper finds that the Chinese government banned crypto mining because of the government’s commitment to the Carbon Neutral Policy 2060, where crypto mining is one of the economic sectors that contribute to carbon emissions on a large scale, driving an increase in e-waste and its operations that consume large amounts of energy. This condition contributes to a decrease in the quality of the environment so that its carbon footprint has the potential to become an obstacle for China in realizing its Carbon Neutral Policy. Keywords: carbon neutral policy, China, crypto mining, green economy, sustainable development environment Mata uang kripto, secara spesifik Bitcoin yang marak berkembang sejak tahun 2008, semakin diminati banyak orang karena nilainya yang tinggi sehingga dianggap sebagai masa depan finansial global. Dengan sifatnya yang terdesentralisasi, aktivitas kripto mulai dari penambangannya hingga jual belinya dapat dilakukan oleh individu perseorangan dimanapun dan kapanpun. Namun, terlepas dari popularitasnya, beberapa negara termasuk Tiongkok melakukan pelarangan aktivitas kripto termasuk penambangannya. Tulisan ini mengelaborasi lebih lanjut pertanyaan mengapa Tiongkok melakukan pelarangan penambangan mata uang kripto. Penulis menggunakan konsep pembangunan berkelanjutan, konsep ekonomi hijau, dan konsep keamanan lingkungan. Hasilnya, tulisan ini menemukan bahwa pemerintah Tiongkok melakukan pelarangan penambangan kripto karena komitmen pemerintah terhadap Carbon Neutral Policy 2060, sebab penambangan kripto merupakan salah satu sektor ekonomi yang menyumbang emisi karbon dalam skala besar, mendorong kenaikan sampah elektronik, dan operasinya yang mengkonsumsi energi dalam jumlah besar. Kondisi ini berkontribusi pada penurunan kualitas lingkungan hidup sehingga jejak karbonnya berpotensi menjadi penghambat Tiongkok dalam mewujudkan Carbon Neutral Policy. Kata kunci: kebijakan karbon netral, Tiongkok, penambangan kripto, ekonomi hijau, pembangunan lingkungan berkelanjutan
加密货币,特别是比特币,自2008年以来一直在发展,由于其高价值而越来越受欢迎,被认为是全球金融的未来。凭借其去中心化的概念,从挖矿到买卖的加密活动可以由个人随时随地进行。然而,尽管它很受欢迎,但包括中国在内的几个国家已经禁止了加密活动,包括挖矿过程。本文进一步阐述了中国禁止加密货币挖矿的原因。在进行分析时,作者使用了可持续发展的概念、绿色经济的概念和环境安全的概念。因此,本文发现,由于政府对2060年碳中和政策的承诺,中国政府禁止了加密货币挖矿,其中加密货币挖矿是大规模碳排放的经济部门之一,推动了电子垃圾的增加及其消耗大量能源的运营。这种情况导致环境质量下降,因此其碳足迹有可能成为中国实现碳中和政策的障碍。关键词:碳中和政策,中国,加密货币挖矿,绿色经济,可持续发展环境Mata wong kripto, secara special比特币yang marak berkembang sejak tahun 2008, semakin diminati banyak orang karena nilainya yang tinggi sehinga dianggap sebagai masa dean financial global。Dengan sifatnya yang terdesentralisasi, aktivitas kripto mulai dari penambangannya hingga jual belinya dapat dilakukan oleh个人perseorangan dimanapun dan kapanpun。Namun, terlepas dari popularitasnyya, beberapa negara termasuk Tiongkok melakukan pelarangan aktivitas kripto termasuk penambangannya。图里桑ini mengelabasi lebih lanjaan mengapa Tiongkok melakukan pelarangan penambangan mata wang kripto。广东经济学院,广东经济学院,广东经济学院,广东经济学院。马来西亚,马来西亚,马来西亚,马来西亚,马来西亚,马来西亚,马来西亚,马来西亚,马来西亚,马来西亚,马来西亚,马来西亚,马来西亚,马来西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚。中国的碳中和政策,中国的碳中和政策,中国的碳中和政策。Kata kunci: kebijakan碳中性,Tiongkok, penambangan kripto, ekonomi hijau, pembangunan lingkungan berkelanjutan
{"title":"The Urgency of China’s Crypto Mining Ban in Relation to the Carbon Neutral Policy 2060","authors":"R. Rossdiana","doi":"10.20473/jgs.17.1.2023.183-214","DOIUrl":"https://doi.org/10.20473/jgs.17.1.2023.183-214","url":null,"abstract":"Cryptocurrencies, specifically Bitcoin, which have been developing since 2008, are gaining increasing popularity due to their high value, considered the future of global finance. With its decentralized concept, crypto activities from mining to buying and selling can be carried out by individuals anywhere at any time. Nevertheless, despite its popularity, several countries, including China, have banned crypto activities, including the mining process. This paper further elaborates on why China has banned cryptocurrency mining. In conducting the analysis, the author uses the concept of sustainable development, the concept of a green economy and the concept of environmental security. As a result, this paper finds that the Chinese government banned crypto mining because of the government’s commitment to the Carbon Neutral Policy 2060, where crypto mining is one of the economic sectors that contribute to carbon emissions on a large scale, driving an increase in e-waste and its operations that consume large amounts of energy. This condition contributes to a decrease in the quality of the environment so that its carbon footprint has the potential to become an obstacle for China in realizing its Carbon Neutral Policy.\u0000Keywords: carbon neutral policy, China, crypto mining, green economy, sustainable development environment \u0000 \u0000Mata uang kripto, secara spesifik Bitcoin yang marak berkembang sejak tahun 2008, semakin diminati banyak orang karena nilainya yang tinggi sehingga dianggap sebagai masa depan finansial global. Dengan sifatnya yang terdesentralisasi, aktivitas kripto mulai dari penambangannya hingga jual belinya dapat dilakukan oleh individu perseorangan dimanapun dan kapanpun. Namun, terlepas dari popularitasnya, beberapa negara termasuk Tiongkok melakukan pelarangan aktivitas kripto termasuk penambangannya. Tulisan ini mengelaborasi lebih lanjut pertanyaan mengapa Tiongkok melakukan pelarangan penambangan mata uang kripto. Penulis menggunakan konsep pembangunan berkelanjutan, konsep ekonomi hijau, dan konsep keamanan lingkungan. Hasilnya, tulisan ini menemukan bahwa pemerintah Tiongkok melakukan pelarangan penambangan kripto karena komitmen pemerintah terhadap Carbon Neutral Policy 2060, sebab penambangan kripto merupakan salah satu sektor ekonomi yang menyumbang emisi karbon dalam skala besar, mendorong kenaikan sampah elektronik, dan operasinya yang mengkonsumsi energi dalam jumlah besar. Kondisi ini berkontribusi pada penurunan kualitas lingkungan hidup sehingga jejak karbonnya berpotensi menjadi penghambat Tiongkok dalam mewujudkan Carbon Neutral Policy.\u0000Kata kunci: kebijakan karbon netral, Tiongkok, penambangan kripto, ekonomi hijau, pembangunan lingkungan berkelanjutan","PeriodicalId":243676,"journal":{"name":"Jurnal Global & Strategis","volume":"66 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131152854","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-05-30DOI: 10.20473/jgs.17.1.2023.239-268
Katong Ragawi Numadi, Filasafia Marsya Ma’rifat
Globalization, which coincides with the formation of a global economic network, has provided convenience in various aspects as well as created new threats, one of them is illegal poaching and illegal trade in wildlife commodities. This is illustrated in this paper through the integration of Africa into the dynamics of the global economy which also has a negative impact in the form of increasing cases of illegal poaching and trade in wildlife commodities, especially African rhino species. The results of this qualitative research found that the issue of poaching wild rhinos in the African region experienced a drastic increase in the early 2010s and reached its peak in 2016 with South Africa as the hotspot as well as the starting point of the supply chain on this issue. Even though the South African government has ratified the Convention on International Trades on Endangered Species of Wild Flora and Fauna (CITES) and made various prevention efforts, the South African government is still experiencing bureaucratic limitations and conflicts of interest in dealing with this issue. As a result, the “transnational” term of illegal wildlife hunting and trade operations also requires other collaborative steps involving various international state organizations (IGOs) and non-state (INGOs) working in the same field. Keywords: Rhinoceros, Rhino Horn, South Africa, Poaching, Illicit Trade Globalisasi yang bersamaan dengan terbentuknya jaringan perekonomian global pada faktanya telah memberikan kemudahan di berbagai aspek sekaligus memunculkan berbagai ancaman baru, salah satunya adalah perburuan dan perdagangan komoditas margasatwa ilegal. Hal tersebut diilustrasikan dalam tulisan ini melalui integrasi Afrika ke dalam dinamika ekonomi global yang tidak hanya berdampak positif, tetapi juga memunculkan dampak negatif berupa meningkatnya kasus perburuan dan perdagangan komoditas margasatwa ilegal, khususnya spesies badak Afrika. Hasil penelitian kualitatif ini menemukan bahwa isu perburuan badak liar di wilayah Afrika mengalami peningkatan drastis di awal dekade 2010-an dan mencapai puncaknya pada tahun 2016 dengan Afrika Selatan sebagai hotspot sekaligus titik awal rantai suplai dalam isu tersebut. Kendati pemerintah Afrika Selatan telah meratifikasi Convention on International Trades on Endangered Species of Wild Flora and Fauna (CITES) dan melakukan berbagai upaya pencegahan, pemerintah Afrika Selatan nyatanya masih mengalami keterbatasan birokrasi dan konflik kepentingan dalam mengatasi isu tersebut. Alhasil, sifat transnasional dalam operasi perburuan dan perdagangan satwa ilegal juga menuntut adanya langkah kolaboratif lain yang melibatkan berbagai organisasi internasional negara (IGOs) dan non-negara (INGOs) yang bergerak di bidang yang sama. Kata-kata Kunci: Badak, Cula Badak, Afrika Selatan, Perburuan, dan Perdagangan Ilegal
全球化与全球经济网络的形成不谋而合,在提供各方面便利的同时也带来了新的威胁,其中之一就是非法偷猎和野生动物商品的非法贸易。本文通过非洲融入全球经济的动态来说明这一点,这也以非法偷猎和野生动物商品贸易(特别是非洲犀牛物种)增加的形式产生了负面影响。本定性研究的结果发现,非洲地区的偷猎野生犀牛问题在2010年代初急剧增加,并在2016年达到顶峰,南非是这一问题的热点,也是供应链的起点。尽管南非政府已经批准了《濒危野生动植物种国际贸易公约》(CITES),并采取了各种预防措施,但在处理这一问题上,南非政府仍然面临着官僚主义的限制和利益冲突。因此,非法野生动物狩猎和贸易活动的“跨国”术语还需要涉及在同一领域工作的各种国际国家组织(igo)和非国家组织(ingo)的其他合作步骤。关键词:犀牛,犀牛角,南非,偷猎,非法贸易,全球非法贸易,全球非法贸易,全球非法贸易,全球非法贸易,全球非法贸易,全球非法贸易,全球非法贸易,全球非法贸易,全球非法贸易,全球非法贸易,全球非法贸易,全球非法贸易,全球非法贸易,全球非法贸易Hal tersebut diilustrasikan dalam tulisan ini melalui integrasi Afrika ke dalam dinamika ekonomi global yang tidak hanya berdampak阳性,tetapi juga memunculkan dampak阴性berupa meningkatnya kasus perburuan dan perdagangan komoditas margasatwa非法,khususnya种badak Afrika。Hasil penelitian kualitatif ini menemukan bahwa isu perburuan badak骗子di wilayah非洲mengalami peningkatan可di awal dekade 2010 -一个丹mencapai puncaknya篇tahun 2016 dengan非洲塞拉坦风sebagai热点sekaligus titik awal rantai suplai dalam isu于。《濒危野生动植物种国际贸易公约》(CITES),《濒危野生动植物种国际贸易公约》,《濒危野生动植物种国际贸易公约》,《濒危野生动植物种国际贸易公约》,《濒危野生动植物种国际贸易公约》。Alhasil说,他是一个跨国组织,是一个跨国组织,是一个非法组织,是一个跨国组织,是一个跨国组织,是一个跨国组织,是一个跨国组织,是一个跨国组织,是一个跨国组织,是一个跨国组织。Kata-kata Kunci: Badak, Cula Badak, Afrika Selatan, Perburuan, dan Perdagangan illegal
{"title":"Global Response towards the Transnationalism of Illegal Rhinoceros Commodity Hunting and Trading in South Africa","authors":"Katong Ragawi Numadi, Filasafia Marsya Ma’rifat","doi":"10.20473/jgs.17.1.2023.239-268","DOIUrl":"https://doi.org/10.20473/jgs.17.1.2023.239-268","url":null,"abstract":"Globalization, which coincides with the formation of a global economic network, has provided convenience in various aspects as well as created new threats, one of them is illegal poaching and illegal trade in wildlife commodities. This is illustrated in this paper through the integration of Africa into the dynamics of the global economy which also has a negative impact in the form of increasing cases of illegal poaching and trade in wildlife commodities, especially African rhino species. The results of this qualitative research found that the issue of poaching wild rhinos in the African region experienced a drastic increase in the early 2010s and reached its peak in 2016 with South Africa as the hotspot as well as the starting point of the supply chain on this issue. Even though the South African government has ratified the Convention on International Trades on Endangered Species of Wild Flora and Fauna (CITES) and made various prevention efforts, the South African government is still experiencing bureaucratic limitations and conflicts of interest in dealing with this issue. As a result, the “transnational” term of illegal wildlife hunting and trade operations also requires other collaborative steps involving various international state organizations (IGOs) and non-state (INGOs) working in the same field.\u0000Keywords: Rhinoceros, Rhino Horn, South Africa, Poaching, Illicit Trade\u0000 \u0000Globalisasi yang bersamaan dengan terbentuknya jaringan perekonomian global pada faktanya telah memberikan kemudahan di berbagai aspek sekaligus memunculkan berbagai ancaman baru, salah satunya adalah perburuan dan perdagangan komoditas margasatwa ilegal. Hal tersebut diilustrasikan dalam tulisan ini melalui integrasi Afrika ke dalam dinamika ekonomi global yang tidak hanya berdampak positif, tetapi juga memunculkan dampak negatif berupa meningkatnya kasus perburuan dan perdagangan komoditas margasatwa ilegal, khususnya spesies badak Afrika. Hasil penelitian kualitatif ini menemukan bahwa isu perburuan badak liar di wilayah Afrika mengalami peningkatan drastis di awal dekade 2010-an dan mencapai puncaknya pada tahun 2016 dengan Afrika Selatan sebagai hotspot sekaligus titik awal rantai suplai dalam isu tersebut. Kendati pemerintah Afrika Selatan telah meratifikasi Convention on International Trades on Endangered Species of Wild Flora and Fauna (CITES) dan melakukan berbagai upaya pencegahan, pemerintah Afrika Selatan nyatanya masih mengalami keterbatasan birokrasi dan konflik kepentingan dalam mengatasi isu tersebut. Alhasil, sifat transnasional dalam operasi perburuan dan perdagangan satwa ilegal juga menuntut adanya langkah kolaboratif lain yang melibatkan berbagai organisasi internasional negara (IGOs) dan non-negara (INGOs) yang bergerak di bidang yang sama.\u0000Kata-kata Kunci: Badak, Cula Badak, Afrika Selatan, Perburuan, dan Perdagangan Ilegal","PeriodicalId":243676,"journal":{"name":"Jurnal Global & Strategis","volume":"39 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122045544","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-05-30DOI: 10.20473/jgs.17.1.2023.73-100
H. Kim, L. Arnakim, E. Prihatini, G. P. Dewi
The Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) has instrumentalized gender equality to present itself as a responsible regional organization accommodating universal norms. However, there is an ontological gap between ASEAN and UN-led programs derived from the inconsistency between intrinsic and extrinsic motivation toward universal norms. This study argues that the inefficiency of ASEAN in pursuing gender equality is primarily attributed to the practice matter of ASEAN. Using primary and secondary data collected through various means, this paper finds that ASEAN efforts on gender equality were mainly raised in declarations and conferences. ASEAN is a particularly important agent in promoting gender-responsive human security, given the nature of challenges and the political and economic limitations of ASEAN member states. It also tends to be a good global citizen as a norm entrepreneur by promoting universal norms and involving global programs led by the UN, such as Millennium Development Goals (MDGs) and Sustainable Development Goals (SDGs). Keywords: ASEAN norms, ASEAN community, gender equality, human security, and norm entrepreneur Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) telah melembagakan kesetaraan gender untuk menampilkan dirinya sebagai organisasi regional yang bertanggung jawab mengakomodasi norma-norma universal. Namun, terdapat kesenjangan ontologis antara program-program yang dipimpin ASEAN dan PBB, yang berasal dari inkonsistensi antara motivasi intrinsik dan ekstrinsik terhadap norma-norma universal. Studi ini berpendapat bahwa inefisiensi ASEAN dalam mengejar kesetaraan gender sebagian besar dikaitkan dengan masalah praktik ASEAN. Dengan menggunakan data primer dan sekunder yang dikumpulkan melalui berbagai sumber, makalah ini menemukan bahwa upaya ASEAN dalam kesetaraan gender secara umum diangkat dalam deklarasi dan konferensi. ASEAN adalah agen yang sangat penting dalam mempromosikan keamanan manusia yang responsif gender, mengingat sifat tantangan dan keterbatasan politik dan ekonomi negara-negara anggota ASEAN. Hal ini juga cenderung menjadi warga dunia yang baik sebagai norm entrepreneur dengan mempromosikan norma-norma universal dan melibatkan program global yang dipimpin oleh PBB seperti Millennium Development Goals (MDGs) dan Sustainable Development Goals (SDGs). Kata-kata kunci: ASEAN norms, komunitas ASEAN, kesetaraan gender, keamanan manusia, dan norm entrepreneur
东南亚国家联盟(东盟)利用性别平等来展示自己是一个负责任的区域组织,奉行普遍准则。然而,由于普遍规范的内在动机和外在动机不一致,东盟和联合国主导的项目之间存在着本体论上的差距。本研究认为,东盟在追求性别平等方面效率低下的主要原因是东盟的实践问题。本文通过各种手段收集的一手和二手数据发现,东盟在性别平等方面的努力主要是在宣言和会议中提出的。鉴于挑战的性质以及东盟成员国的政治和经济限制,东盟在促进对性别敏感的人类安全方面是一个特别重要的机构。通过促进普遍规范和参与联合国领导的全球项目,如千年发展目标(MDGs)和可持续发展目标(SDGs),中国还倾向于成为一个优秀的全球公民,成为一个规范企业家。关键词:东盟规范、东盟共同体、性别平等、人类安全与规范企业家东南亚国家联盟(ASEAN) telah melembagakan kesetaraan gender untuk menampilkan dirinya sebagai组织区域yang bertangung jawab mengakomodasi规范-规范普遍Namun, terdapat kesenjangan ontology, antara program-program, yang dippin ASEAN dan PBB, yang berasal - dari in一致性,antara motivation, intrinink, ekstrink, norma-norma universal。研究结果表明,东盟国家在性别平等问题上是有优势的,而东盟国家在性别平等问题上是有优势的。dunan menggunakan data primer dan sekunder yang dikumpulkan melalui berbagai sumi, makalah ini menemukan bahwa upaya ASEAN dalam kesetaran gender secara umum diangkat dalam dekalasi dan konferensis。东盟:东盟国家,东盟国家,东盟国家,东盟国家,东盟国家,东盟国家,东盟国家,东盟国家,东盟国家,东盟国家,东盟国家,东盟国家,东盟国家Hal ini juga cenderung menjadi warga dunia yang baik sebagai规范企业家dengan mempromosikan规范- norma-norma - norma-norma - norma-norma - norma-norma - norma-norma - norma-norma - norma-norma - norma-norma - norma-norma - norma-norma - norma-norma - norma-norma - norma-norma - norma-norma -norma普遍的dan melibatkan计划全球的yang dippimpin PBB分别是千年发展目标和可持续发展目标。Kata-kata kunci:东盟规范,东盟共同体,kesetaraan gender, keamanan manusia, dan norm entrepreneur
{"title":"ASEAN Norms and Gender-Responsive Human security","authors":"H. Kim, L. Arnakim, E. Prihatini, G. P. Dewi","doi":"10.20473/jgs.17.1.2023.73-100","DOIUrl":"https://doi.org/10.20473/jgs.17.1.2023.73-100","url":null,"abstract":"The Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) has instrumentalized gender equality to present itself as a responsible regional organization accommodating universal norms. However, there is an ontological gap between ASEAN and UN-led programs derived from the inconsistency between intrinsic and extrinsic motivation toward universal norms. This study argues that the inefficiency of ASEAN in pursuing gender equality is primarily attributed to the practice matter of ASEAN. Using primary and secondary data collected through various means, this paper finds that ASEAN efforts on gender equality were mainly raised in declarations and conferences. ASEAN is a particularly important agent in promoting gender-responsive human security, given the nature of challenges and the political and economic limitations of ASEAN member states. It also tends to be a good global citizen as a norm entrepreneur by promoting universal norms and involving global programs led by the UN, such as Millennium Development Goals (MDGs) and Sustainable Development Goals (SDGs). \u0000Keywords: ASEAN norms, ASEAN community, gender equality, human security, and norm entrepreneur\u0000 \u0000Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) telah melembagakan kesetaraan gender untuk menampilkan dirinya sebagai organisasi regional yang bertanggung jawab mengakomodasi norma-norma universal. Namun, terdapat kesenjangan ontologis antara program-program yang dipimpin ASEAN dan PBB, yang berasal dari inkonsistensi antara motivasi intrinsik dan ekstrinsik terhadap norma-norma universal. Studi ini berpendapat bahwa inefisiensi ASEAN dalam mengejar kesetaraan gender sebagian besar dikaitkan dengan masalah praktik ASEAN. Dengan menggunakan data primer dan sekunder yang dikumpulkan melalui berbagai sumber, makalah ini menemukan bahwa upaya ASEAN dalam kesetaraan gender secara umum diangkat dalam deklarasi dan konferensi. ASEAN adalah agen yang sangat penting dalam mempromosikan keamanan manusia yang responsif gender, mengingat sifat tantangan dan keterbatasan politik dan ekonomi negara-negara anggota ASEAN. Hal ini juga cenderung menjadi warga dunia yang baik sebagai norm entrepreneur dengan mempromosikan norma-norma universal dan melibatkan program global yang dipimpin oleh PBB seperti Millennium Development Goals (MDGs) dan Sustainable Development Goals (SDGs).\u0000Kata-kata kunci: ASEAN norms, komunitas ASEAN, kesetaraan gender, keamanan manusia, dan norm entrepreneur","PeriodicalId":243676,"journal":{"name":"Jurnal Global & Strategis","volume":"41 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130915126","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-05-30DOI: 10.20473/jgs.17.1.2023.1-32
Jhon Maxwell Yosua Pattinussa, Edwin M. B. Tambunan
The rapid global trade has made the role of economic diplomacy becoming more significant for Indonesia. However, as international cooperation strengthened and investment flows increased following the success of economic diplomacy, externality towards the environment also appeared. By using green political theory as a theoretical basis, this article reveals how Indonesia’s economic diplomacy has overlooked environmental considerations and harmed the nature. This article uses an analytical framework highlighting commercial policy, assets as bargains, and laws governing business to examine the oil palm plantation case in Boven Digoel, Papua. Based on secondary data obtained from relevant literature and primary data collected through interviews, this research finds that the reliance of Indonesia’s economic diplomacy on commercial paper UU PMA 1967 (the 1967 Foreign Investment Law), forest assets offered as bargaining chips, and laws governing business as stated in PP.33/Menhut/2010 has resulted on the state’s neglect of nature protection. Keywords: Economic Diplomacy, Externalities, Green Political Theory, Natural Resources, Commercial Policy. Meningkatnya perdagangan global menyebabkan diplomasi ekonomi semakin penting bagi Indonesia. Namun, arus investasi dan menguatnya kerja sama internasional sebagai hasil dari diplomasi ekonomi ternyata menimbulkan eskternalitas terhadap lingkungan. Dengan menggunakan teori politik hijau sebagai landasan teori, tulisan ini mengungkap bahwa diplomasi ekonomi yang tidak mempertimbangkan aspek lingkungan menyebabkan kerusakan alam. Artikel ini menggunakan kerangka analisis yang menyoroti commercial policy, assets as bargain, dan hukum yang mengatur bisnis untuk menelaah kasus perkebunan kelapa sawit di Boven Digoel, Papua. Analisis dikembangkan secara kualitatif berdasarkan data sekunder yang didapat dari berbagai sumber kepustakaan yang relevan dan data primer yang dikumpulkan melalui wawancara penelitian ini menemukan bahwa dalam praktiknya diplomasi ekonomi mengabaikan kepentingan lingkungan. UU PMA 1967, aset yang ditawarkan, dan PP.33/Menhut/2010 merupakan bentuk dari pengabaian pemerintah terhadap perlindungan alam. Kata-kata Kunci: Diplomasi Ekonomi, Eksternalitas, Teori Politik Hijau, Sumber Daya Alam, Kebijakan Komersial.
快速的全球贸易使得经济外交对印尼的作用变得更加重要。然而,随着国际合作的加强和经济外交成功后投资流动的增加,环境的外部性也出现了。本文以绿色政治理论为理论基础,揭示了印尼的经济外交是如何忽视环境因素,损害自然的。本文使用一个分析框架,强调商业政策、资产作为交易和管理商业的法律,来研究巴布亚Boven Digoel的油棕种植园案例。根据相关文献获得的二次数据和通过访谈收集的第一手数据,本研究发现,印度尼西亚的经济外交依赖于商业纸UU PMA 1967(1967年外国投资法),作为谈判筹码的森林资产,以及PP.33/Menhut/2010所述的商业法律,导致国家忽视自然保护。关键词:经济外交,外部性,绿色政治理论,自然资源,商业政策全球menmenkatnya perdagangan外交和经济似乎正在印度尼西亚蔓延。南门,中国的投资,中国的经济,中国的外交,中国的经济,中国的经济,中国的经济,中国的经济,中国的经济,中国的经济。登安,孟山纳坎,政治领袖,政治领袖,政治领袖,政治领袖,政治领袖,政治领袖,政治领袖,外交领袖,经济领袖,政治领袖,政治领袖,政治领袖,政治领袖,政治领袖,政治领袖,政治领袖,政治领袖,政治领袖,政治领袖,政治领袖,政治领袖,政治领袖,政治领袖,政治领袖,政治领袖,政治领袖,政治领袖,政治领袖,政治领袖,政治领袖。Artikel ini menggunakan kerangka分析yang menyoroti商业政策,资产作为讨价还价,但hukum yang mengatur bisnis untuk menelaah kasus perkebunan kelapa看到了di Boven Digoel,巴布亚。分析dikembangkan secara kualitf berdasarkan数据sekunder yang didapat dari berbagai数字kepusstakaan yang相关数据primer yang dikumpulkan melalui wawanka penelitian ini menemukan bahwa dalam praktiknya外交经济,mengabaikan kepentingan lingkungan。UU PMA 1967, asset yang ditawarkan, dan PP.33/Menhut/2010 merupakan bentuk dari pengabaian pemerintah terhadap perlindungan alam。Kata-kata Kunci:外交经济学,Eksternalitas, Teori Politik Hijau, Sumber Daya Alam, Kebijakan Komersial。
{"title":"Externality of Economic Diplomacy in Indonesia: Case Study of Investment within Palm Plantation Sector","authors":"Jhon Maxwell Yosua Pattinussa, Edwin M. B. Tambunan","doi":"10.20473/jgs.17.1.2023.1-32","DOIUrl":"https://doi.org/10.20473/jgs.17.1.2023.1-32","url":null,"abstract":"The rapid global trade has made the role of economic diplomacy becoming more significant for Indonesia. However, as international cooperation strengthened and investment flows increased following the success of economic diplomacy, externality towards the environment also appeared. By using green political theory as a theoretical basis, this article reveals how Indonesia’s economic diplomacy has overlooked environmental considerations and harmed the nature. This article uses an analytical framework highlighting commercial policy, assets as bargains, and laws governing business to examine the oil palm plantation case in Boven Digoel, Papua. Based on secondary data obtained from relevant literature and primary data collected through interviews, this research finds that the reliance of Indonesia’s economic diplomacy on commercial paper UU PMA 1967 (the 1967 Foreign Investment Law), forest assets offered as bargaining chips, and laws governing business as stated in PP.33/Menhut/2010 has resulted on the state’s neglect of nature protection.\u0000Keywords: Economic Diplomacy, Externalities, Green Political Theory, Natural Resources, Commercial Policy.\u0000 \u0000Meningkatnya perdagangan global menyebabkan diplomasi ekonomi semakin penting bagi Indonesia. Namun, arus investasi dan menguatnya kerja sama internasional sebagai hasil dari diplomasi ekonomi ternyata menimbulkan eskternalitas terhadap lingkungan. Dengan menggunakan teori politik hijau sebagai landasan teori, tulisan ini mengungkap bahwa diplomasi ekonomi yang tidak mempertimbangkan aspek lingkungan menyebabkan kerusakan alam. Artikel ini menggunakan kerangka analisis yang menyoroti commercial policy, assets as bargain, dan hukum yang mengatur bisnis untuk menelaah kasus perkebunan kelapa sawit di Boven Digoel, Papua. Analisis dikembangkan secara kualitatif berdasarkan data sekunder yang didapat dari berbagai sumber kepustakaan yang relevan dan data primer yang dikumpulkan melalui wawancara penelitian ini menemukan bahwa dalam praktiknya diplomasi ekonomi mengabaikan kepentingan lingkungan. UU PMA 1967, aset yang ditawarkan, dan PP.33/Menhut/2010 merupakan bentuk dari pengabaian pemerintah terhadap perlindungan alam.\u0000Kata-kata Kunci: Diplomasi Ekonomi, Eksternalitas, Teori Politik Hijau, Sumber Daya Alam, Kebijakan Komersial.","PeriodicalId":243676,"journal":{"name":"Jurnal Global & Strategis","volume":"12 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132534447","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-05-30DOI: 10.20473/jgs.17.1.2023.153-182
Denny Indra Sukmawan, David Putra Setyawan
This research explains data breaches as national security threat by using cyber security dilemma and cyber harm approaches. For long, Indonesia adopted comprehensive national security system that covers state defense, state security, public security and human security. Cyber security dilemma explains data breaches as threats to state defense and security dimensions. While cyber harm explains it as threats to public and human security dimensions. Furthermore, we found that: (1) non-state actors have influence to escalate cyber security dilemma in long term; (2) the state response by increasing defense and security sector’s budget; and (3) the threats of data breaches to public and human security took place when government and corporations neglect the responsibilities to protect data and privacy of citizen and consument, as well as non-state actors conduct cyber attacks intentionally. The methodology is descriptive -qualitative and quantitative. While the data covered data breaches incidents in Indonesia during August-September 2022, literatures such as books, journal articles and online articles is also used. Keywords: cyber security, cyber space, cyber threats, cyber security dilemma, cyber harm, data breaches, bjorka, national security Penelitian ini menjelaskan pelanggaran data sebagai ancaman keamanan nasional dengan menggunakan pendekatan dilema keamanan siber dan bahaya siber. Indonesia mengadopsi sistem keamanan nasional yang komprehensif dan melingkupi dimensi pertahanan negara, keamanan negara, keamanan publik dan keamanan insani sejak lama. Dilema keamanan siber menjelaskan pelanggaran data sebagai ancaman ke dimensi pertahanan negara dan keamanan negara. Sementara bahaya siber menjelaskan ancaman ke dimensi keamanan publik dan keamanan insani. Kami menemukan: (1) aktor-aktor non-negara mampu mengeskalasi kondisi dilema keamanan siber dalam waktu lama; (2) respons negara dengan meningkatkan anggaran bagi instansi-instansi sektor pertahanan dan keamanan siber; dan (3) ancaman pelanggaran data terhadap keamanan publik dan keamanan insani justru terjadi ketika pemerintah dan perusahaan lalai atas tanggung jawab untuk melindungi data dan privasi warga negara dan pelanggan mereka, termasuk ketika aktor-aktor non-negara melakukan serangan siber dengan sengaja. Metodologi penelitian ini deskriptif -kualitatif dan kuantitatif. Data digunakan mencakup insiden siber yang terjadi di Indonesia selama Agustus-September 2022, literatur-literatur seperti buku, artikel jurnal dan artikel daring. Kata-kata kunci: keamanan siber, ruang siber, ancaman siber, dilema keamanan siber, bahaya siber, pelanggaran data, bjorka, keamanan nasional
本研究从网络安全困境和网络危害两方面解释了数据泄露对国家安全的威胁。长期以来,印尼实行涵盖国防、国家安全、公共安全和人类安全的综合国家安全体系。网络安全困境将数据泄露解释为对国防和安全的威胁。而网络危害则将其解释为对公共和人类安全的威胁。此外,研究发现:(1)非国家行为体对网络安全困境的长期升级具有影响;(2)国家通过增加国防和安全部门的预算来应对;(3)数据泄露对公共和人类安全的威胁发生在政府和企业忽视保护公民和消费者的数据和隐私的责任,以及非国家行为者故意进行网络攻击的情况下。方法是描述性-定性和定量。虽然这些数据涵盖了2022年8月至9月期间印度尼西亚的数据泄露事件,但也使用了书籍、期刊文章和在线文章等文献。关键词:网络安全,网络空间,网络威胁,网络安全困境,网络危害,数据泄露,bjorka,国家安全Penelitian ini menjelaskan pelanggaran data sebagai anaman keamanan national dengan menggunakan pendekatan dilema keamanan siber dan bahaya siber印度尼西亚孟山都体系keamanan国家阳综合综合,但melingkupi维度pertahanan negara, keamanan negara, keamanan public,但keamanan insani sejak lama。问题的答案是:问题的答案是:问题的答案是:问题的答案是什么?Sementara bahaya siber menjelaskan和manmanan为维度keamanan public和keamanan insani。Kami menemukan:(1) aktor-aktor non-negara mampu mengeskalasi kondisi dilema keamanan siber dalam waktu lama;(2)响应negara dengan meningkatkan anggaran bagi instant - instantsector pertahanan Dan keamanan siber;丹(3)ancaman pelanggaran数据terhadap keamanan publik丹keamanan insani justru terjadi ketika pemerintah丹perusahaan lalai ata tanggung jawab为她melindungi数据丹privasi沃加negara丹pelanggan mereka, termasuk ketika aktor-aktor non-negara melakukan serangan sib dengan sengaja。方法论的翻译是:描述-定性和定量。Data digunakan mencakup inside siber yang terjadi di Indonesia selama Agustus-September 2022, literature - literature seperti buku, artikel journal dan artikel daring。Kata-kata kunci: keamanan siber, ruang siber, ancaman siber, dilema keamanan siber, bahaya siber, pelanggaran data, bjorka, keamanan nasional
{"title":"Hacker, Fear, and Harm: Data Breaches and National Security","authors":"Denny Indra Sukmawan, David Putra Setyawan","doi":"10.20473/jgs.17.1.2023.153-182","DOIUrl":"https://doi.org/10.20473/jgs.17.1.2023.153-182","url":null,"abstract":" \u0000This research explains data breaches as national security threat by using cyber security dilemma and cyber harm approaches. For long, Indonesia adopted comprehensive national security system that covers state defense, state security, public security and human security. Cyber security dilemma explains data breaches as threats to state defense and security dimensions. While cyber harm explains it as threats to public and human security dimensions. Furthermore, we found that: (1) non-state actors have influence to escalate cyber security dilemma in long term; (2) the state response by increasing defense and security sector’s budget; and (3) the threats of data breaches to public and human security took place when government and corporations neglect the responsibilities to protect data and privacy of citizen and consument, as well as non-state actors conduct cyber attacks intentionally. The methodology is descriptive -qualitative and quantitative. While the data covered data breaches incidents in Indonesia during August-September 2022, literatures such as books, journal articles and online articles is also used.\u0000Keywords: cyber security, cyber space, cyber threats, cyber security dilemma, cyber harm, data breaches, bjorka, national security\u0000 \u0000Penelitian ini menjelaskan pelanggaran data sebagai ancaman keamanan nasional dengan menggunakan pendekatan dilema keamanan siber dan bahaya siber. Indonesia mengadopsi sistem keamanan nasional yang komprehensif dan melingkupi dimensi pertahanan negara, keamanan negara, keamanan publik dan keamanan insani sejak lama. Dilema keamanan siber menjelaskan pelanggaran data sebagai ancaman ke dimensi pertahanan negara dan keamanan negara. Sementara bahaya siber menjelaskan ancaman ke dimensi keamanan publik dan keamanan insani. Kami menemukan: (1) aktor-aktor non-negara mampu mengeskalasi kondisi dilema keamanan siber dalam waktu lama; (2) respons negara dengan meningkatkan anggaran bagi instansi-instansi sektor pertahanan dan keamanan siber; dan (3) ancaman pelanggaran data terhadap keamanan publik dan keamanan insani justru terjadi ketika pemerintah dan perusahaan lalai atas tanggung jawab untuk melindungi data dan privasi warga negara dan pelanggan mereka, termasuk ketika aktor-aktor non-negara melakukan serangan siber dengan sengaja. Metodologi penelitian ini deskriptif -kualitatif dan kuantitatif. Data digunakan mencakup insiden siber yang terjadi di Indonesia selama Agustus-September 2022, literatur-literatur seperti buku, artikel jurnal dan artikel daring.\u0000Kata-kata kunci: keamanan siber, ruang siber, ancaman siber, dilema keamanan siber, bahaya siber, pelanggaran data, bjorka, keamanan nasional","PeriodicalId":243676,"journal":{"name":"Jurnal Global & Strategis","volume":"42 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116588769","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-05-30DOI: 10.20473/jgs.17.1.2023.215-238
Aulia Nadhif, Dadan Suryadipura
The EV battery project in Indonesia is one of Indonesia’s nickel downstream policy agendas. This policy aims to be able to increase the value of nickel commodities and create Indonesia’s ability to be able to engage in the downstream industry. To realize the EV battery project, the Indonesian government is cooperating with South Korea in developing the EV battery industry in Indonesia. This article focuses on the commercial diplomacy efforts of the Indonesian government to obtain investment for developing the EV battery industry in Indonesia through investment promotion. This article uses qualitative research methods. After conducting an analysis, this article shows that the Indonesian government is carrying out commercial diplomacy activities by using IIPC Seoul as an extension of the Ministry of Investment/BKPM which acts as a facilitator and clearing agent to facilitate investment from South Korea and Indonesia. This effort is assisted by other government agencies such as the Ministry of BUMN, Ministry of Energy and Mineral Resources, and others to achieve a large investment score for the development of the EV industry in Indonesia. This article concludes that the commercial diplomacy carried out by the Indonesian government succeeded in achieving the goal of obtaining investment for the EV battery project to be able to increase the value of nickel commodities and create a downstream industry. Keywords: Commercial Diplomacy, Nickel Downstream, Indonesia, Investment Promotion, EV Battery Proyek baterai EV di Indonesia merupakan salah satu agenda dalam kebijakan hilirisasi nikel di Indonesia. Kebijakan ini bertujuan untuk dapat meningkatkan nilai komoditas nikel dan menciptakan kemampuan Indonesia untuk dapat bergerak dalam industri hilirisasi. Untuk dapat merealisasikan proyek baterai EV, pemerintah Indonesia melakukan kerja sama investasi terhadap Korea Selatan untuk dapat mengembangkan industri baterai EV di Indonesia. Artikel ini fokus kepada usaha perkembangan industri baterai EV di Indonesia melalui promosi investasi. Artikel ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Setelah melakukan analisis, artikel ini menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia melakukan aktivitas diplomasi komersial dengan menggunakan IIPC Seoul sebagai perpanjangan tangan dari Kementerian Investasi/BKPM yang bertindak sebagai fasilitator serta clearing agent untuk dapat memudahkan lajur investasi dari Korea Selatan dan Indonesia. Usaha ini dibantu dengan perangkat pemerintah lainnya seperti Kementerian BUMN, Kementerian ESDM dan lainnya sehingga dapat mencapai torehan investasi yang besar untuk pengembangan industri EV di Indonesia. Artikel ini menyimpulkan bahwa diplomasi komersial yang dilakukan pemerintah Indonesia berhasil mencapai tujuan yaitu mendapatkan investasi untuk proyek baterai EV untuk meningkatkan nilai komoditas nikel dan menciptakan industri hilirisasi. Kata-kata kunci: Diplomasi Komersial, Hilirisasi Nikel, Indonesia, Promosi Investasi, Proyek Bat
印尼电动汽车电池项目是印尼镍下游政策议程之一。这项政策的目的是能够提高镍商品的价值,并创造印尼能够从事下游产业的能力。为了实现电动汽车电池项目,印尼政府正在与韩国合作发展印尼的电动汽车电池产业。本文主要研究印尼政府通过招商引资为印尼电动汽车电池产业发展争取投资的商业外交努力。本文采用定性研究方法。通过分析,本文认为印度尼西亚政府正在利用IIPC首尔作为投资部/BKPM的延伸,作为促进韩国和印度尼西亚投资的促进者和清算机构,开展商业外交活动。这项工作得到了其他政府机构的协助,如民航部、能源和矿产资源部等,为印尼电动汽车产业的发展取得了巨大的投资分数。本文的结论是,印尼政府开展的商业外交成功地实现了电动汽车电池项目获得投资的目标,从而能够提高镍商品的价值并创造下游产业。关键词:商业外交,镍下游,印尼,投资促进,电动汽车电池Proyek Battery EV di Indonesia merupakan salah satu agenda dalam kebijakan hilirisasi Nickel di IndonesiaKebijakan ini bertujuan, untuk dapat meningkatkan nilai komoditas, nikdan menciptakan kemampuan,印度尼西亚untuk dapat bergerak dalam industry i hilirisasi。印尼投资发展局发展局(Untuk dapat merealisasikan proyek baterai EV, peremerintah Indonesia)韩国投资发展局(Selatan Untuk dapat mengembangkan industry battery)Artikel专注于印尼工业电池的发展和投资。Artikel ini mongunakan方法penelitian定性。马来西亚驻华大使分析,新加坡驻华大使,马来西亚驻华大使,马来西亚驻华大使,马来西亚驻华大使,马来西亚驻华大使,马来西亚驻华大使,马来西亚驻华大使,马来西亚驻华大使,马来西亚驻华大使,马来西亚驻华大使,马来西亚驻华大使,马来西亚驻华大使,马来西亚驻华大使,马来西亚驻华大使,马来西亚驻华大使,马来西亚驻华大使,马来西亚驻华大使,马来西亚驻华大使,马来西亚驻华大使,马来西亚驻华大使,马来西亚驻华大使,马来西亚驻华大使,印度尼西亚驻华大使,马来西亚驻华大使,印度尼西亚驻华大使,Usaha ini dibantu dengan perangkat peremintah lainnya seperti Kementerian BUMN, Kementerian ESDM和lainnya seinga dapatapapapi投资于印度尼西亚的penembangan工业。印尼投资有限公司,投资有限公司,投资有限公司,投资有限公司,投资有限公司,投资有限公司,投资有限公司,投资有限公司,投资有限公司Kata-kata kunci: Diplomasi Komersial, Hilirisasi nickel,印度尼西亚,Promosi Investasi, Proyek Baterai EV
{"title":"Indonesia’s Commercial Diplomacy towards South Korea in Efforts to Realize EV Battery Project Investment","authors":"Aulia Nadhif, Dadan Suryadipura","doi":"10.20473/jgs.17.1.2023.215-238","DOIUrl":"https://doi.org/10.20473/jgs.17.1.2023.215-238","url":null,"abstract":"The EV battery project in Indonesia is one of Indonesia’s nickel downstream policy agendas. This policy aims to be able to increase the value of nickel commodities and create Indonesia’s ability to be able to engage in the downstream industry. To realize the EV battery project, the Indonesian government is cooperating with South Korea in developing the EV battery industry in Indonesia. This article focuses on the commercial diplomacy efforts of the Indonesian government to obtain investment for developing the EV battery industry in Indonesia through investment promotion. This article uses qualitative research methods. After conducting an analysis, this article shows that the Indonesian government is carrying out commercial diplomacy activities by using IIPC Seoul as an extension of the Ministry of Investment/BKPM which acts as a facilitator and clearing agent to facilitate investment from South Korea and Indonesia. This effort is assisted by other government agencies such as the Ministry of BUMN, Ministry of Energy and Mineral Resources, and others to achieve a large investment score for the development of the EV industry in Indonesia. This article concludes that the commercial diplomacy carried out by the Indonesian government succeeded in achieving the goal of obtaining investment for the EV battery project to be able to increase the value of nickel commodities and create a downstream industry.\u0000Keywords: Commercial Diplomacy, Nickel Downstream, Indonesia, Investment Promotion, EV Battery\u0000 \u0000Proyek baterai EV di Indonesia merupakan salah satu agenda dalam kebijakan hilirisasi nikel di Indonesia. Kebijakan ini bertujuan untuk dapat meningkatkan nilai komoditas nikel dan menciptakan kemampuan Indonesia untuk dapat bergerak dalam industri hilirisasi. Untuk dapat merealisasikan proyek baterai EV, pemerintah Indonesia melakukan kerja sama investasi terhadap Korea Selatan untuk dapat mengembangkan industri baterai EV di Indonesia. Artikel ini fokus kepada usaha perkembangan industri baterai EV di Indonesia melalui promosi investasi. Artikel ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Setelah melakukan analisis, artikel ini menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia melakukan aktivitas diplomasi komersial dengan menggunakan IIPC Seoul sebagai perpanjangan tangan dari Kementerian Investasi/BKPM yang bertindak sebagai fasilitator serta clearing agent untuk dapat memudahkan lajur investasi dari Korea Selatan dan Indonesia. Usaha ini dibantu dengan perangkat pemerintah lainnya seperti Kementerian BUMN, Kementerian ESDM dan lainnya sehingga dapat mencapai torehan investasi yang besar untuk pengembangan industri EV di Indonesia. Artikel ini menyimpulkan bahwa diplomasi komersial yang dilakukan pemerintah Indonesia berhasil mencapai tujuan yaitu mendapatkan investasi untuk proyek baterai EV untuk meningkatkan nilai komoditas nikel dan menciptakan industri hilirisasi.\u0000Kata-kata kunci: Diplomasi Komersial, Hilirisasi Nikel, Indonesia, Promosi Investasi, Proyek Bat","PeriodicalId":243676,"journal":{"name":"Jurnal Global & Strategis","volume":"359 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127582744","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-05-30DOI: 10.20473/jgs.17.1.2023.101-130
Syifa Adzraa Sitorus, C. Purnama
As an International Non-Governmental Organization (INGO), for years, Greenpeace has waged campaigns against rainforest deforestation in Indonesia by multinational corporations, such as Asia Pulp & Paper and Wilmar International, the top players in their respective industries. This study reviews the similarities and differences in campaign strategies used by Greenpeace against APP and Wilmar while showing the process of global media communication. The research was conducted as a comparative study using qualitative methods based on the Sandman Environmental Communication Model. Data collected from documents and audio-visual materials passed through a triangulation process to cross-check its interpretation. Eventually, this research finds that Greenpeace relied on the image of well-loved characters like Barbie to create intrigue in its “Barbie, It’s Over” campaign against Mattel and, in turn, APP. While with Wilmar, Greenpeace took a more sympathetic approach using a baby orangutan character in the “Rang-tan” video. Both align with the Sandman Model: relying on publicity stunts to stimulate independent information-seeking from the communicant, which in turn will change their behaviour. Greenpeace's campaign strategy described in this study can be an example for other civil society organizations to achieve sustainable positive behaviour change. Keywords: Asia Pulp & Paper; global media communication; Greenpeace; international environmental campaign; Wilmar International Selama bertahun-tahun, Greenpeace sebagai Organisasi Non-Pemerintah Internasional (INGO) melakukan kampanye melawan deforestasi hutan hujan di Indonesia oleh perusahaan multinasional seperti Asia Pulp & Paper (APP) dan Wilmar International yang merupakan pemain utama di industri masing-masing. Penelitian ini mengkaji persamaan dan perbedaan strategi kampanye yang digunakan Greenpeace terhadap APP dan Wilmar serta menjelaskan proses komunikasi media global yang terjadi. Penelitian ini dilakukan sebagai studi komparatif menggunakan metode kualitatif berdasarkan Model Komunikasi Lingkungan Sandman. Data dikumpulkan melalui studi dokumen dan bahan audio visual yang melewati proses triangulasi untuk memeriksa silang interpretasi data. Temuan utama penelitian ini lantas adalah bahwa Greenpeace mengandalkan citra karakter yang dicintai publik seperti Barbie untuk menciptakan intrik dalam kampanye “Barbie, It's Over” melawan APP. Sementara dalam kampanye melawan Wilmar, Greenpeace mengambil pendekatan yang lebih simpatik dengan menggunakan karakter bayi orangutan dalam video “Rang-tan”. Keduanya sejalan dengan Model Sandman: mengandalkan aksi publisitas untuk merangsang pencarian informasi independen dari komunikan, yang pada gilirannya akan mengubah perilaku mereka. Strategi kampanye Greenpeace yang dijelaskan dalam studi ini pun dapat menjadi contoh bagi organisasi masyarakat sipil lainnya untuk mencapai perubahan perilaku positif yang berkelanjutan. Kata-kata kunci: Asia Pulp & Paper; Gr
作为一个国际非政府组织(INGO),多年来,绿色和平组织一直在印尼发起反对跨国公司砍伐雨林的运动,例如亚洲浆纸业和丰益国际,这些公司都是各自行业的佼佼者。本研究回顾了绿色和平组织针对APP和丰益国际的运动策略的异同,同时展示了全球媒体传播的过程。本研究以Sandman环境传播模型为基础,采用定性方法进行比较研究。从文件和视听材料中收集的数据通过三角测量过程来交叉检查其解释。最终,这项研究发现,绿色和平组织依靠芭比等受人喜爱的角色形象,在针对美泰和APP的“芭比,一切都结束了”运动中制造阴谋。而与丰益国际合作时,绿色和平组织采取了一种更令人同情的方式,在“让坦”视频中使用了一个小猩猩角色。两者都符合睡魔模型:依靠宣传噱头刺激传播者独立地寻找信息,这反过来又会改变他们的行为。本研究中描述的绿色和平组织的运动策略可以作为其他民间社会组织实现可持续的积极行为改变的榜样。关键词:亚洲制浆造纸;全球媒体传播;绿色和平组织;国际环境运动;丰益国际(Selama bertahun-tahun),绿色和平组织(Greenpeace),非政府组织(INGO),印尼森林砍伐,印尼森林砍伐,跨国分离,亚洲纸浆与造纸(APP),丰益国际(Wilmar International),亚洲纸浆与造纸公司(merupakan),亚洲纸浆与造纸公司(merupakan)。Penelitian ini mengkaji persamaan dan perbedaan strategi kampanye yang digunakan绿色和平组织(绿色和平组织)APP丹丰益集团(Wilmar) serta menjelaskan为komunikasi媒体全球yang terjadi提供服务。[2][1][1][1][1][1][1][1][1][1][1][3]。数据dikumpulkan melalui某dokumen丹bahan视听杨melewati散文triangulasi为她memeriksa silang interpretasi数据。“芭比娃娃,结束了”melawan APP,“芭比娃娃,结束了”melawan APP,绿色和平组织mengambil pendekatan yang lepatik dengan menggunakan karakter bayi猩猩dalam视频“rangan -tan”。模型睡魔:mengandalkan aksi publisitas untuk merangsang pencarian informasi independen dari komunikan, yang pada gilirannya akan mengubah perakaku mereka。战略,坎帕耶,绿色和平,杨dijelaskan dalam研究,我在这里学习,我在这里学习,我在这里学习,我在这里学习,我在这里学习,我在这里学习,我在这里学习,我在这里学习。亚洲纸浆与造纸;绿色和平组织;坎帕耶灵昆安国际;Komunikasi media global;丰益国际
{"title":"Greenpeace Campaigns Against Asia Pulp & Paper and Wilmar International: A Comparative Research","authors":"Syifa Adzraa Sitorus, C. Purnama","doi":"10.20473/jgs.17.1.2023.101-130","DOIUrl":"https://doi.org/10.20473/jgs.17.1.2023.101-130","url":null,"abstract":"As an International Non-Governmental Organization (INGO), for years, Greenpeace has waged campaigns against rainforest deforestation in Indonesia by multinational corporations, such as Asia Pulp & Paper and Wilmar International, the top players in their respective industries. This study reviews the similarities and differences in campaign strategies used by Greenpeace against APP and Wilmar while showing the process of global media communication. The research was conducted as a comparative study using qualitative methods based on the Sandman Environmental Communication Model. Data collected from documents and audio-visual materials passed through a triangulation process to cross-check its interpretation. Eventually, this research finds that Greenpeace relied on the image of well-loved characters like Barbie to create intrigue in its “Barbie, It’s Over” campaign against Mattel and, in turn, APP. While with Wilmar, Greenpeace took a more sympathetic approach using a baby orangutan character in the “Rang-tan” video. Both align with the Sandman Model: relying on publicity stunts to stimulate independent information-seeking from the communicant, which in turn will change their behaviour. Greenpeace's campaign strategy described in this study can be an example for other civil society organizations to achieve sustainable positive behaviour change.\u0000Keywords: Asia Pulp & Paper; global media communication; Greenpeace; international environmental campaign; Wilmar International\u0000 \u0000Selama bertahun-tahun, Greenpeace sebagai Organisasi Non-Pemerintah Internasional (INGO) melakukan kampanye melawan deforestasi hutan hujan di Indonesia oleh perusahaan multinasional seperti Asia Pulp & Paper (APP) dan Wilmar International yang merupakan pemain utama di industri masing-masing. Penelitian ini mengkaji persamaan dan perbedaan strategi kampanye yang digunakan Greenpeace terhadap APP dan Wilmar serta menjelaskan proses komunikasi media global yang terjadi. Penelitian ini dilakukan sebagai studi komparatif menggunakan metode kualitatif berdasarkan Model Komunikasi Lingkungan Sandman. Data dikumpulkan melalui studi dokumen dan bahan audio visual yang melewati proses triangulasi untuk memeriksa silang interpretasi data. Temuan utama penelitian ini lantas adalah bahwa Greenpeace mengandalkan citra karakter yang dicintai publik seperti Barbie untuk menciptakan intrik dalam kampanye “Barbie, It's Over” melawan APP. Sementara dalam kampanye melawan Wilmar, Greenpeace mengambil pendekatan yang lebih simpatik dengan menggunakan karakter bayi orangutan dalam video “Rang-tan”. Keduanya sejalan dengan Model Sandman: mengandalkan aksi publisitas untuk merangsang pencarian informasi independen dari komunikan, yang pada gilirannya akan mengubah perilaku mereka. Strategi kampanye Greenpeace yang dijelaskan dalam studi ini pun dapat menjadi contoh bagi organisasi masyarakat sipil lainnya untuk mencapai perubahan perilaku positif yang berkelanjutan.\u0000Kata-kata kunci: Asia Pulp & Paper; Gr","PeriodicalId":243676,"journal":{"name":"Jurnal Global & Strategis","volume":"107 2","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"113978685","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}