Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yakni kuman aerob yang menginfeksi berbagai organ tubuh terutama paru-paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan motivasi dengan kepatuhan minum obat pada pasien tuberkulosis di puskesmas rejosari kecamatan tenayan raya kabupaten kota pekanbaru. Jenis penelitian ini adalah cross sectional dengan disain penelitian komparatif. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien tuberkulosis berjumlah 32 penderita. Teknik pengambilan sampel adalah total sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner MMAS 8 untuk variabel kepatuhan minum obat dan kuesioner yang telah reliabel untuk variabel motivasi. Data diproses dengan menggunakan uji Kolmogorov smirnov. Hasil penelitian diperoleh adalah ada hubungan yang signifikan antara hubungan Motivasi dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis pada Pasien Tuberkulosis (P Value 0,027). Penting bagi perawat dan tenaga Kesehatan yang lain meningkatkan program DOTS untuk memutus mata rantai penularan penyakit tuberkulosis ini.
{"title":"HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT) PADA PASIEN TUBERKULOSIS","authors":"N. Alwi, Ainil Fitri, Ririn Ambarita","doi":"10.36341/jka.v5i1.1891","DOIUrl":"https://doi.org/10.36341/jka.v5i1.1891","url":null,"abstract":"Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yakni kuman aerob yang menginfeksi berbagai organ tubuh terutama paru-paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan motivasi dengan kepatuhan minum obat pada pasien tuberkulosis di puskesmas rejosari kecamatan tenayan raya kabupaten kota pekanbaru. Jenis penelitian ini adalah cross sectional dengan disain penelitian komparatif. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien tuberkulosis berjumlah 32 penderita. Teknik pengambilan sampel adalah total sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner MMAS 8 untuk variabel kepatuhan minum obat dan kuesioner yang telah reliabel untuk variabel motivasi. Data diproses dengan menggunakan uji Kolmogorov smirnov. Hasil penelitian diperoleh adalah ada hubungan yang signifikan antara hubungan Motivasi dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis pada Pasien Tuberkulosis (P Value 0,027). Penting bagi perawat dan tenaga Kesehatan yang lain meningkatkan program DOTS untuk memutus mata rantai penularan penyakit tuberkulosis ini.","PeriodicalId":250775,"journal":{"name":"Jurnal Keperawatan Abdurrab","volume":"46 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114883890","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Prevalensi Gagal Ginjal Kronis di Indonesia sebesar 3,8% meningkat dari tahun 2013 yang sebesar 2,0%. Prevalensi gagal ginjal kronik di Provinsi Sumatera Barat sebesar 0,2% dari populasi penderita gagal ginjal di Indonesia dimana kasus penyakit ginjal selalu meningkat setiap tahunnya. Gagal ginjal dapat diobati salah satunya dengan menjalani terapi hemodialisis. Pasien yang menjalani hemodialisis menyebabkan kurangnya kontrol atas aktivitas sehari-hari dan kehidupan sosial, hilangnya kebebasan, pensiun dini, tekanan finansial. Hal ini menyebabkan kualitas hidup pasien menurun karena pasien tidak hanya menghadapi masalah kesehatan yang berhubungan dengan gagal ginjal kronik tetapi juga terapi seumur hidup. Kualitas hidup sangat penting dalam memberikan pelayanan keperawatan yang komprehensif bagi pasien, dengan harapan pasien bisa menjalani hemodialisis dan bisa bertahan meski dengan bantuan mesin cuci darah. Kualitas hidup seseorang dapat diprediksi melalui self-efficacy pasien, yaitu keyakinan yang menentukan bagaimana seseorang berpikir, memotivasi dirinya sendiri dan bagaimana akhirnya memutuskan untuk melakukan suatu perilaku untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik. Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kuranji dengan jumlah sampel 33 orang. Kata Kunci: Penyakit Ginjal, Hemodialisis, Efikasi Diri Prevalensi Gagal Ginjal Kronis di Indonesia sebesar 3,8% meningkat dari tahun 2013 sebanyak 2,0%. Prevalensi penyakit ginjal gagal ginjal kronik di Provinsi Sumatera Barat yaitu 0,2% dari penduduk dari pasien gagal ginjal di Indonesia, yang mana kasus penyakit ginjal selalu meningkat setiap tahunnya. Penyakit gagal ginjal dapat di obati salah satunya dengan menjalani terapi hemodialisa. Pasien yang menjalani hemodialisa menyebabkan kontrol atas aktivitas kehidupan sehari-hari dan sosial, kehilangan kebebasan, pensiun dini, tekanan keuangan. Hal itu yang menyebabkan kualitas pasien menurun karena pasien tidak hanya menghadapi masalah kesehatan yang terkait dengan penyakit ginjal gagal tetapi juga terkait dengan terapi yang berlangsung hidup.Kualitas hidup menjadi sangat penting dalam memberikan layanan keperawatan yang menyeluruh bagi pasien, dengan harapan pasien dapat menjalani hemodialisa dan mampu bertahan hidup walau dengan bantuan mesin dialisa . Kualitas hidup seseorang dapat diprediksi dengan self-efficacy pasien itu sendiri yang keyakinan mana yang menentukan bagaimana seseorang berfikir, memotivasi dirinya dan bagaimana akhirnya memutuskan untuk melakukan sebuah perilaku untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tujuan dari penelitian ini melihat Hubungan Self Efficacy Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa. Jenis penelitian ini deskriptif analitik. Penelitian dilaksanakan di wilayah ke
{"title":"SELF EFFICACY DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA","authors":"Welly Welly, Hidayataul Rahmi","doi":"10.36341/jka.v5i1.1791","DOIUrl":"https://doi.org/10.36341/jka.v5i1.1791","url":null,"abstract":"Prevalensi Gagal Ginjal Kronis di Indonesia sebesar 3,8% meningkat dari tahun 2013 yang sebesar 2,0%. Prevalensi gagal ginjal kronik di Provinsi Sumatera Barat sebesar 0,2% dari populasi penderita gagal ginjal di Indonesia dimana kasus penyakit ginjal selalu meningkat setiap tahunnya. Gagal ginjal dapat diobati salah satunya dengan menjalani terapi hemodialisis. Pasien yang menjalani hemodialisis menyebabkan kurangnya kontrol atas aktivitas sehari-hari dan kehidupan sosial, hilangnya kebebasan, pensiun dini, tekanan finansial. Hal ini menyebabkan kualitas hidup pasien menurun karena pasien tidak hanya menghadapi masalah kesehatan yang berhubungan dengan gagal ginjal kronik tetapi juga terapi seumur hidup. Kualitas hidup sangat penting dalam memberikan pelayanan keperawatan yang komprehensif bagi pasien, dengan harapan pasien bisa menjalani hemodialisis dan bisa bertahan meski dengan bantuan mesin cuci darah. Kualitas hidup seseorang dapat diprediksi melalui self-efficacy pasien, yaitu keyakinan yang menentukan bagaimana seseorang berpikir, memotivasi dirinya sendiri dan bagaimana akhirnya memutuskan untuk melakukan suatu perilaku untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik. Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kuranji dengan jumlah sampel 33 orang. \u0000Kata Kunci: Penyakit Ginjal, Hemodialisis, Efikasi Diri \u0000 \u0000Prevalensi Gagal Ginjal Kronis di Indonesia sebesar 3,8% meningkat dari tahun 2013 sebanyak 2,0%. Prevalensi penyakit ginjal gagal ginjal kronik di Provinsi Sumatera Barat yaitu 0,2% dari penduduk dari pasien gagal ginjal di Indonesia, yang mana kasus penyakit ginjal selalu meningkat setiap tahunnya. Penyakit gagal ginjal dapat di obati salah satunya dengan menjalani terapi hemodialisa. Pasien yang menjalani hemodialisa menyebabkan kontrol atas aktivitas kehidupan sehari-hari dan sosial, kehilangan kebebasan, pensiun dini, tekanan keuangan. Hal itu yang menyebabkan kualitas pasien menurun karena pasien tidak hanya menghadapi masalah kesehatan yang terkait dengan penyakit ginjal gagal tetapi juga terkait dengan terapi yang berlangsung hidup.Kualitas hidup menjadi sangat penting dalam memberikan layanan keperawatan yang menyeluruh bagi pasien, dengan harapan pasien dapat menjalani hemodialisa dan mampu bertahan hidup walau dengan bantuan mesin dialisa . Kualitas hidup seseorang dapat diprediksi dengan self-efficacy pasien itu sendiri yang keyakinan mana yang menentukan bagaimana seseorang berfikir, memotivasi dirinya dan bagaimana akhirnya memutuskan untuk melakukan sebuah perilaku untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tujuan dari penelitian ini melihat Hubungan Self Efficacy Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa. Jenis penelitian ini deskriptif analitik. Penelitian dilaksanakan di wilayah ke","PeriodicalId":250775,"journal":{"name":"Jurnal Keperawatan Abdurrab","volume":"19 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126675141","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Skizofrenia merupakan suatu sindrom klinis atau proses penyakit yang mempengaruhi kognitif, persepsi, emosi, perilaku, dan fungsi sosial. Diperkirakan sekitar 26,2% mengalami gangguan jiwa meningkat setiap tahunnya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan dukungan dan beban keluarga dengan skizofrenia. Jenis penelitian adalah analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja puskesmas Kuranji Padang, pada bulan Desember s/d Februari 2021. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan skizofrenia berjumlah 30 orang dengan teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan wawancara, analisis data secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 66,7% pasien dengan skizofrenia berat, 63,3% dukungan keluarga kurang baik dan 70,0% beban keluarga tinggi. Hasil uji statistik terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga (p= 0,000) dan beban keluarga (p= 0,000) dengan skizofrenia. Apabila keluarga memiliki dukungan yang baik maka kien akan patuh minum obat, dan keluarga tidak merasa terbebani atas kehadiran klien dan menerika kekurnan klien. Diharapkan kepada petugas kesehatan khususnya perawat memberikan penyuluhan, pembentukan kader kesehatan jiwa dan home visit kepada keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan skizofrenia sehingga keluarga lebih mengetahui lagi pentingnya pemberian obat dan dukungan untuk mencegah kekembuhan terhadap pasien skizofrenia.
{"title":"HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN BEBAN KELUARGA DENGAN TINGKATAN SKIZOFRENIA","authors":"Edo Gusdiansyah, Weni Mailita","doi":"10.36341/jka.v5i1.1788","DOIUrl":"https://doi.org/10.36341/jka.v5i1.1788","url":null,"abstract":"Skizofrenia merupakan suatu sindrom klinis atau proses penyakit yang mempengaruhi kognitif, persepsi, emosi, perilaku, dan fungsi sosial. Diperkirakan sekitar 26,2% mengalami gangguan jiwa meningkat setiap tahunnya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan dukungan dan beban keluarga dengan skizofrenia. Jenis penelitian adalah analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja puskesmas Kuranji Padang, pada bulan Desember s/d Februari 2021. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan skizofrenia berjumlah 30 orang dengan teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan wawancara, analisis data secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 66,7% pasien dengan skizofrenia berat, 63,3% dukungan keluarga kurang baik dan 70,0% beban keluarga tinggi. Hasil uji statistik terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga (p= 0,000) dan beban keluarga (p= 0,000) dengan skizofrenia. Apabila keluarga memiliki dukungan yang baik maka kien akan patuh minum obat, dan keluarga tidak merasa terbebani atas kehadiran klien dan menerika kekurnan klien. Diharapkan kepada petugas kesehatan khususnya perawat memberikan penyuluhan, pembentukan kader kesehatan jiwa dan home visit kepada keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan skizofrenia sehingga keluarga lebih mengetahui lagi pentingnya pemberian obat dan dukungan untuk mencegah kekembuhan terhadap pasien skizofrenia.","PeriodicalId":250775,"journal":{"name":"Jurnal Keperawatan Abdurrab","volume":"27 1‐2","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132227469","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Felcilya Anggia Mirantisa, Welly Wirman, Muhammad Firdaus, Suci Shinta Lestari
Terapi wicara merupakan sebuah proses penyembuhan yang diperuntukan untuk menangani gangguan kemampuan berbicara, bahasa dan motorik. Terapi wicara harus dilakukan dengan komunikasi Terapeutik yang efektif dan tepat oleh terapis. Untuk terapi wicara pada anak, Eka Hospital Pekanbaru menggunakan salah satu bentuk komunikasi terapeutik nonverbal yaitu dengan menggunakan flashcard. Untuk melihat bagaimana proses Komunikasi terapeutik berbasis kartu (Flashcard) pada anak dengan gangguan bicara (speech delay) di Eka Hospital Pekanbaru penulis menggunakan teori interaksi simbolik dengan metode penelitian deskriptif kualitatif. Penulis mengamati proses terapi, mengumpulkan dokumen dan melakukan wawancara dengan terapis. Dari hasil analisa data diketahui bahwa proses komunikasi terapeutik tahap pertama, pasien menerima simbol dari terapis berbentuk flashcard yang disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat kemampuannya. Kedua, pasien dengan keterbatasannya tetap melakukan proses interpretasi atas simbol untuk memperoleh makna, Namun keberhasilan tahap ini bergantung pada kemampuan terapis mengendalikan dan mengontrol sikap agresif dan kecenderungan tidak fokus dari diri pasien. Ketiga, pasien memberikan tanggapan sesuai simbol yang diterima. Namun dalam kasus Speech delay, respon yang diberikan sangat lamban dibutuhkan waktu yang cukup lama. Agar proses berjalan dengan baik, semua respon yang diberikan pasien setiap harinya tercatat sebagai perkembangan kecil menuju perkembangan signifikan dalam beberapa bulan kedepan.
{"title":"KOMUNIKASI TERAPEUTIK BERBASIS KARTU (FLASH CARD) PADA ANAK DENGAN GANGGUAN BICARA (SPEECH DELAY) DI EKA HOSPITAL PEKANBARU","authors":"Felcilya Anggia Mirantisa, Welly Wirman, Muhammad Firdaus, Suci Shinta Lestari","doi":"10.36341/jka.v5i1.1691","DOIUrl":"https://doi.org/10.36341/jka.v5i1.1691","url":null,"abstract":"Terapi wicara merupakan sebuah proses penyembuhan yang diperuntukan untuk menangani gangguan kemampuan berbicara, bahasa dan motorik. Terapi wicara harus dilakukan dengan komunikasi Terapeutik yang efektif dan tepat oleh terapis. Untuk terapi wicara pada anak, Eka Hospital Pekanbaru menggunakan salah satu bentuk komunikasi terapeutik nonverbal yaitu dengan menggunakan flashcard. Untuk melihat bagaimana proses Komunikasi terapeutik berbasis kartu (Flashcard) pada anak dengan gangguan bicara (speech delay) di Eka Hospital Pekanbaru penulis menggunakan teori interaksi simbolik dengan metode penelitian deskriptif kualitatif. Penulis mengamati proses terapi, mengumpulkan dokumen dan melakukan wawancara dengan terapis. Dari hasil analisa data diketahui bahwa proses komunikasi terapeutik tahap pertama, pasien menerima simbol dari terapis berbentuk flashcard yang disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat kemampuannya. Kedua, pasien dengan keterbatasannya tetap melakukan proses interpretasi atas simbol untuk memperoleh makna, Namun keberhasilan tahap ini bergantung pada kemampuan terapis mengendalikan dan mengontrol sikap agresif dan kecenderungan tidak fokus dari diri pasien. Ketiga, pasien memberikan tanggapan sesuai simbol yang diterima. Namun dalam kasus Speech delay, respon yang diberikan sangat lamban dibutuhkan waktu yang cukup lama. Agar proses berjalan dengan baik, semua respon yang diberikan pasien setiap harinya tercatat sebagai perkembangan kecil menuju perkembangan signifikan dalam beberapa bulan kedepan.","PeriodicalId":250775,"journal":{"name":"Jurnal Keperawatan Abdurrab","volume":" 22","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132041933","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The development of nursing science and technology that is increasingly sophisticated requires nursing staff to be competent, so that the world of nursing education must be able to prepare graduates who are able to compete both nationally and globally. To achieve competence, especially in the field of skills, the OSCE (Objective Structured Clinical Examination) method is used. To assess clinical performance or abilities in a structured and objective manner. This study aims to describe the design (the preparation of blue prints, cases and stations and the preparation of a checklist or rating form) used in OSCE, describe standard patients, describe OSCE examiners, describe facilities and infrastructure in the implementation of OSCE, describe standard settings in the implementation of OSCE and describe overall OSCE implementation. This research used observational quantitative research with a descriptive research design. The population in this study were lecturers who carried out OSCE using a total sampling technique. The data collection tool used a questionnaire and data analysis was carried out univariately. The results of the study show that 18 (60%), OSCE standard patients have carried out 16 (53.3%), OSCE examiners have carried out 20 (53,3%) have carried out the OSCE design (blue print, case and station preparation and checklist or rating form) 66.7%), OSCE facilities and infrastructure that have been implemented 19 (63.3%), OSCE standard setting that has been implemented 16 (53.3%) and OSCE implementation that has been implemented as a whole is 17 (56.7%) . The implementation of OSCE must be using the existing standart, so it can be used as a tool to evaluate the students' clinical skills, blue print is an important aspect to be prepare before OSCE.
{"title":"The IMPLEMENTATION OF OSCE (OBJECTIVE STRUCTURED CLINICAL EXAMINATION) METHODS STUDENTS OF STIKES HANGTUAH PEKANBARU","authors":"Susi Erianti, Raja Fitrina Lestari","doi":"10.36341/jka.v5i1.1853","DOIUrl":"https://doi.org/10.36341/jka.v5i1.1853","url":null,"abstract":"The development of nursing science and technology that is increasingly sophisticated requires nursing staff to be competent, so that the world of nursing education must be able to prepare graduates who are able to compete both nationally and globally. To achieve competence, especially in the field of skills, the OSCE (Objective Structured Clinical Examination) method is used. To assess clinical performance or abilities in a structured and objective manner. This study aims to describe the design (the preparation of blue prints, cases and stations and the preparation of a checklist or rating form) used in OSCE, describe standard patients, describe OSCE examiners, describe facilities and infrastructure in the implementation of OSCE, describe standard settings in the implementation of OSCE and describe overall OSCE implementation. This research used observational quantitative research with a descriptive research design. The population in this study were lecturers who carried out OSCE using a total sampling technique. The data collection tool used a questionnaire and data analysis was carried out univariately. The results of the study show that 18 (60%), OSCE standard patients have carried out 16 (53.3%), OSCE examiners have carried out 20 (53,3%) have carried out the OSCE design (blue print, case and station preparation and checklist or rating form) 66.7%), OSCE facilities and infrastructure that have been implemented 19 (63.3%), OSCE standard setting that has been implemented 16 (53.3%) and OSCE implementation that has been implemented as a whole is 17 (56.7%) . The implementation of OSCE must be using the existing standart, so it can be used as a tool to evaluate the students' clinical skills, blue print is an important aspect to be prepare before OSCE. \u0000 ","PeriodicalId":250775,"journal":{"name":"Jurnal Keperawatan Abdurrab","volume":"75 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126757368","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Status gizi adalah keadaan kesehatan individu atau kelompok yang ditentukan oleh derajat keburukan fisik dan energy zat – zat gizi yang diperoleh dari ragam makanan yang berdampak fisiknya diukur secara antropometri. Kehilangan gigi pada lansia menimbulkan kurangnya kenyamanan atau munculnya rasa sakit saat mengunyah makanan. Hal ini mengakibatkan terganggunya kemampuan lansia dalam mengkonsumsi makanan dengan tekstur keras, sedangkan makanan dengan tekstur lunak biasanya kurang mengandung vitamin, vitamin C dan serat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan status gizi terhadap kehilangan gigi pada lansia. Berdasarkan survey awal pada 25 lansia terdapat 15 lansia mengalami kehilangan sebagian gigi dan 10 lansia mengalami kehilangan seluruh gigi sedangkan status gizi terdapat 9 lansia dengan status gizi seimbang, 16 lansia status gizi yang tidak seimbang. Jenis penelitian adalah kuantitatif analitik crosssectional. Populasi penelitian adalah lansia di Desa Bangun Sari Kecamatan Kampar Kiri Hilir sebanyak 229 orang dan sampel penelitian ini adalah 70 orang. Teknik pengambilan sampel Consecutive sampling. Hasil penelitian terdapat analisis univariat menunjukkan bahwa 37 % responden lansia kehilangan seluruh gigi dan analisis bivariat pada 3 variabel berhubungan signifikan dengan kehilangan gigi yaitu variabel asupan energi yang kurang sebanyak 54,8 % dengan p-value sebesar 4,048; POR= 1,449-11,306; variabel asupan protein 39 responden yang kurang asupan protein sebanyak 52,8 % dengan p-value sebesar 4,311; POR= 1,497-12,417 dan variabel index massa tubuh dari 29 responden index massa tubuh tidak seimbang sebanyak 62,1% dengan p-value sebesar 6,3750; POR= 2,300-19,811. Disarankan pada lansia yang kehilangan gigi untuk melakukan penggantian gigi tiruan sehingga tidak kesulitan dalam mengunyah makanan dan asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh tetap seimbang.
{"title":"HUBUNGAN STATUS GIZI TERHADAP KEHILANGAN GIGI PADA LANSIA DI DESA BANGUN SARI","authors":"Yeyen Gumayesty, Raviola Raviola, Rheyna Ayuningsih","doi":"10.36341/jka.v5i1.1660","DOIUrl":"https://doi.org/10.36341/jka.v5i1.1660","url":null,"abstract":"Status gizi adalah keadaan kesehatan individu atau kelompok yang ditentukan oleh derajat keburukan fisik dan energy zat – zat gizi yang diperoleh dari ragam makanan yang berdampak fisiknya diukur secara antropometri. Kehilangan gigi pada lansia menimbulkan kurangnya kenyamanan atau munculnya rasa sakit saat mengunyah makanan. Hal ini mengakibatkan terganggunya kemampuan lansia dalam mengkonsumsi makanan dengan tekstur keras, sedangkan makanan dengan tekstur lunak biasanya kurang mengandung vitamin, vitamin C dan serat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan status gizi terhadap kehilangan gigi pada lansia. Berdasarkan survey awal pada 25 lansia terdapat 15 lansia mengalami kehilangan sebagian gigi dan 10 lansia mengalami kehilangan seluruh gigi sedangkan status gizi terdapat 9 lansia dengan status gizi seimbang, 16 lansia status gizi yang tidak seimbang. Jenis penelitian adalah kuantitatif analitik crosssectional. Populasi penelitian adalah lansia di Desa Bangun Sari Kecamatan Kampar Kiri Hilir sebanyak 229 orang dan sampel penelitian ini adalah 70 orang. Teknik pengambilan sampel Consecutive sampling. Hasil penelitian terdapat analisis univariat menunjukkan bahwa 37 % responden lansia kehilangan seluruh gigi dan analisis bivariat pada 3 variabel berhubungan signifikan dengan kehilangan gigi yaitu variabel asupan energi yang kurang sebanyak 54,8 % dengan p-value sebesar 4,048; POR= 1,449-11,306; variabel asupan protein 39 responden yang kurang asupan protein sebanyak 52,8 % dengan p-value sebesar 4,311; POR= 1,497-12,417 dan variabel index massa tubuh dari 29 responden index massa tubuh tidak seimbang sebanyak 62,1% dengan p-value sebesar 6,3750; POR= 2,300-19,811. Disarankan pada lansia yang kehilangan gigi untuk melakukan penggantian gigi tiruan sehingga tidak kesulitan dalam mengunyah makanan dan asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh tetap seimbang. ","PeriodicalId":250775,"journal":{"name":"Jurnal Keperawatan Abdurrab","volume":"10 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124427004","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Peran perawat dalam asuhan keperawatan pada prinsip rehabilitasi pasien stroke yang mengalami hemiparesis adalah bergerak, membantu pasien mencegah kontraktur dan meningkatkan fungsi motoriknya secara mandiri. Latihan pergerakan mandiri pasien menggunakan sisi anggota gerak yang tidak sakit untuk membantu menguatkan otot yang lemah dengan berbagai metode stimulasi salah satunya adalah dengan penyikatan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penggunaan sikat sensori terhadap kekuatan otot ekstremitas pada pasien stroke iskemik dengan hemiparesis. Metode penelitian adalah studi kasus menggunakan consecutive sampling. Dari hasil analisa didapatkan ada pengaruh penggunaan sikat sensori terhadap peningkatan kekuatan otot ekstremitas pada pasien stroke iskemik. Kesimpulan diperoleh dari studi kasus ini ada pengaruh penggunaan sikat sensori, terlihat dari perbedaan kekuatan otot ekstremitas pasien stroke berada pada skala 3 meningkat pada skala 4.
{"title":"STUDI KASUS GANGGUAN MOBILITAS FISIK PASIEN STROKE ISKEMIK DENGAN HEMIPARESIS SETELAH DIBERIKAN STIMULASI SIKAT SENSORI","authors":"Sandra Sandra, Meisa Daniati, Sopia Harni","doi":"10.36341/jka.v5i1.1762","DOIUrl":"https://doi.org/10.36341/jka.v5i1.1762","url":null,"abstract":"Peran perawat dalam asuhan keperawatan pada prinsip rehabilitasi pasien stroke yang mengalami hemiparesis adalah bergerak, membantu pasien mencegah kontraktur dan meningkatkan fungsi motoriknya secara mandiri. Latihan pergerakan mandiri pasien menggunakan sisi anggota gerak yang tidak sakit untuk membantu menguatkan otot yang lemah dengan berbagai metode stimulasi salah satunya adalah dengan penyikatan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penggunaan sikat sensori terhadap kekuatan otot ekstremitas pada pasien stroke iskemik dengan hemiparesis. Metode penelitian adalah studi kasus menggunakan consecutive sampling. Dari hasil analisa didapatkan ada pengaruh penggunaan sikat sensori terhadap peningkatan kekuatan otot ekstremitas pada pasien stroke iskemik. Kesimpulan diperoleh dari studi kasus ini ada pengaruh penggunaan sikat sensori, terlihat dari perbedaan kekuatan otot ekstremitas pasien stroke berada pada skala 3 meningkat pada skala 4.","PeriodicalId":250775,"journal":{"name":"Jurnal Keperawatan Abdurrab","volume":"34 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115309595","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The nursing profession is a health profession that has an important influence on health services, during the Covid-19 pandemic, nurses are the most vulnerable profession, both the risk of infection from the patient being treated and the recession of psychological disorders such as stress, considering that nurses are facing patients 24 hours will have the greatest impact both physically and psychologically. This study aims to see the psychological picture (stress) of nurses caring for Covid-19 patients. The research method used is a type of quantitative research with analytic descriptions, with a survey method. The population of this study was all nurses who served in the Covid-19 room in Riau province with a total sample of 50 nurses. The sampling technique used a survey method, using a questionnaire via Google Form. The results obtained were normal 43 respondents (86%), light stress 5 respondents (10%), and moderate stress 2 respondents (4%). From these results, it is known that 14% of respondents experienced mild and moderate stress. It is hoped that the hospital can pay attention to the psychological condition of nurses by facilitating/giving nurses time for relaxation or making refreshing programs to reduce the risk of stress on nurses.
{"title":"PSYCHOLOGICAL DESCRIPTION (STRESS) OF NURSES IN CARING FOR COVID-19 PATIENTS","authors":"E. Marni, Rani Lisa Indra","doi":"10.36341/jka.v5i1.1837","DOIUrl":"https://doi.org/10.36341/jka.v5i1.1837","url":null,"abstract":"The nursing profession is a health profession that has an important influence on health services, during the Covid-19 pandemic, nurses are the most vulnerable profession, both the risk of infection from the patient being treated and the recession of psychological disorders such as stress, considering that nurses are facing patients 24 hours will have the greatest impact both physically and psychologically. This study aims to see the psychological picture (stress) of nurses caring for Covid-19 patients. The research method used is a type of quantitative research with analytic descriptions, with a survey method. The population of this study was all nurses who served in the Covid-19 room in Riau province with a total sample of 50 nurses. The sampling technique used a survey method, using a questionnaire via Google Form. The results obtained were normal 43 respondents (86%), light stress 5 respondents (10%), and moderate stress 2 respondents (4%). From these results, it is known that 14% of respondents experienced mild and moderate stress. It is hoped that the hospital can pay attention to the psychological condition of nurses by facilitating/giving nurses time for relaxation or making refreshing programs to reduce the risk of stress on nurses.","PeriodicalId":250775,"journal":{"name":"Jurnal Keperawatan Abdurrab","volume":"19 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131855426","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik dan diastolic ≥ 140/90 mmHg.Tingginya harga obat anti hipertensi tidak sesuai dengan kemampuan masyarakat, beberapa masyarakat mengkonsumsi bawang putih untuk obat hipertensi.Meningkatnya angka hipertensi pada masyarakat juga dapat dicegah dengan cara penganturan gaya hidup seperti pola makan. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh edukasi manfaat bawang putih terhadap penderita hipertensi.Jenis penelitian kuantitatif dengan desain pendekatan quasi experimental dengan rancangan post test only with control group. Penelitian ini dilakukan pada Desember 2019 diPuskesmas Karya Wanita Pekanbaru. Jumlah responden sebanyak 24 orang untuk masing-masing kelompok, instrumen penelitian kuesioner dan leaflet dengan melakukan edukasi selama 30 menit.Analisa data yang digunakan yaitu analisa univariat dan bivariate dengan menggunakan Uji t Independent diketahui nilai pvalue adalah sebesar 0.000 < 0,05, maka H0 gagal ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian edukasi manfaat bawang putih terhadap keputusan masyarakat mengkonsumsi bawang putih pada penderita hipertensi.Saran untuk masyarakat agar meningkatkan konsumsi bawang putih untuk mengontrol tekanan darah.
{"title":"PENGARUH EDUKASI MANFAAT BAWANG PUTIH TERHADAP KEPUTUSAN MENGKONSUMSI BAWANG PUTIH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARYA WANITA PEKANBARU","authors":"Iyang Maisi Fitriani, Sri Yanti, F. Fitriani","doi":"10.36341/jka.v5i1.1766","DOIUrl":"https://doi.org/10.36341/jka.v5i1.1766","url":null,"abstract":"Hipertensi adalah tekanan darah sistolik dan diastolic ≥ 140/90 mmHg.Tingginya harga obat anti hipertensi tidak sesuai dengan kemampuan masyarakat, beberapa masyarakat mengkonsumsi bawang putih untuk obat hipertensi.Meningkatnya angka hipertensi pada masyarakat juga dapat dicegah dengan cara penganturan gaya hidup seperti pola makan. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh edukasi manfaat bawang putih terhadap penderita hipertensi.Jenis penelitian kuantitatif dengan desain pendekatan quasi experimental dengan rancangan post test only with control group. Penelitian ini dilakukan pada Desember 2019 diPuskesmas Karya Wanita Pekanbaru. Jumlah responden sebanyak 24 orang untuk masing-masing kelompok, instrumen penelitian kuesioner dan leaflet dengan melakukan edukasi selama 30 menit.Analisa data yang digunakan yaitu analisa univariat dan bivariate dengan menggunakan Uji t Independent diketahui nilai pvalue adalah sebesar 0.000 < 0,05, maka H0 gagal ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian edukasi manfaat bawang putih terhadap keputusan masyarakat mengkonsumsi bawang putih pada penderita hipertensi.Saran untuk masyarakat agar meningkatkan konsumsi bawang putih untuk mengontrol tekanan darah.","PeriodicalId":250775,"journal":{"name":"Jurnal Keperawatan Abdurrab","volume":"426 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122726530","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit sangat dipengaruhi oleh kualitas sarana fisik, jenis tenaga yang tersedia, obat dan alat kesehatan, serta proses pemberian pelayanan. Survey awal penelitian dengan menggunakan kuisioner kepada 30 pasien, dari 30 responden persentase merasa tidak puas sebanyak 57,38% sedangkan yang puas hanya 42,62%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan mutu pelayanan terhadap kepuasan pasien rawat jalan di Instalasi Radiologi Sentral RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Pekanbaru Tahun 2015. Jenis Penelitian ini adalah penelitian analitik kuantitatif dengan desain penelitian Cross Sectional Observasional. Waktu penelitian bulan Mei – Juni 2015. Populasi pada penelitian ini adalah pasien rawat jalan yang melakukan pemeriksaan Thorax Foto di Instalasi Radiologi Sentral RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, dengan jumlah sampel sebanyak 100 orang yang diambil secara accidental sampling. Analisa yang digunakan adalah analisa univariat dan bivariat, pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputerisasi. Dari hasil pengumpulan data diperoleh hasil penelitian menunjukkan bahwa Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kehandalan dengan kepuasan pasien p value = 0,764. (p >alpha 0,05), terdapat hubungan yang bermakna antara ketanggapan dengan kepuasan pasienp value = 0,020 (p