ABSTRAK Pengeringan merupakan salah satu hal yang sangat penting di lakukan pada proses pascapanen. Proses pengeringan dilakukan sampai pada kadar air seimbang dengan keadaan udara atmosfir normal (Equilibrium Moisture Content) atau pada batas tertentu sehingga aman disimpan dan tetap memiliki mutu yang baik sampai ke tahap proses pengolahan berikutnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penurunan kadar air pada varietas jagung hibrida Bima 18 dan Bima 16, serta memperoleh model matematika pengeringan lapisan tipis yang sesuai. Metode yang di gunakan adalah metode uji coba untuk melakukan pencocokan (fitting) dengan Model Newton, Model Henderson and Pabis, Model Page, Model Midilli et.al, dan Model two term exponential.Dari hasil penelitian pengeringan lapisan tipis Jagung hibrida Bima 18 dan Bima 16 baik pada suhu 40°C maupun 50°C menunjukkan pola exponential. Model pengeringan Jagung yang paling sesuai baik varietas Bima 18 dan Bima 16 dan juga pada suhu 40°C maupun 50°C adalah model Midilli et.al dan model Two term exponential . Nilai uji kesesuaian pada Model Midilli et.al varietas Bima 18 suhu 40°C yaitu R2=0.9986 dan varietas Bima 16 memiliki R2=0.9961 sedangkan nilai model Two Term Exponential varietas Bima 18 pada suhu 50° yaitu R2 =0.9988 dan varietas Bima 16 memiliki R2 =0.9938. Kata kunci: Pengeringan Lapisan Tipis, Bima 18, Bima 16, Midilli et.al, Two Term Exponential.
{"title":"EVALUASI MODEL PENGERINGAN LAPISAN TIPIS JAGUNG (ZEA MAYS L) VARIETAS BIMA 18 DAN BIMA 16","authors":"Henny Poerwanty, Nildayanti Nildayanti, Syatrawati Syatrawati","doi":"10.51978/agro.v13i1.790","DOIUrl":"https://doi.org/10.51978/agro.v13i1.790","url":null,"abstract":"ABSTRAK \u0000Pengeringan merupakan salah satu hal yang sangat penting di lakukan pada proses pascapanen. Proses pengeringan dilakukan sampai pada kadar air seimbang dengan keadaan udara atmosfir normal (Equilibrium Moisture Content) atau pada batas tertentu sehingga aman disimpan dan tetap memiliki mutu yang baik sampai ke tahap proses pengolahan berikutnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penurunan kadar air pada varietas jagung hibrida Bima 18 dan Bima 16, serta memperoleh model matematika pengeringan lapisan tipis yang sesuai. Metode yang di gunakan adalah metode uji coba untuk melakukan pencocokan (fitting) dengan Model Newton, Model Henderson and Pabis, Model Page, Model Midilli et.al, dan Model two term exponential.Dari hasil penelitian pengeringan lapisan tipis Jagung hibrida Bima 18 dan Bima 16 baik pada suhu 40°C maupun 50°C menunjukkan pola exponential. Model pengeringan Jagung yang paling sesuai baik varietas Bima 18 dan Bima 16 dan juga pada suhu 40°C maupun 50°C adalah model Midilli et.al dan model Two term exponential . Nilai uji kesesuaian pada Model Midilli et.al varietas Bima 18 suhu 40°C yaitu R2=0.9986 dan varietas Bima 16 memiliki R2=0.9961 sedangkan nilai model Two Term Exponential varietas Bima 18 pada suhu 50° yaitu R2 =0.9988 dan varietas Bima 16 memiliki R2 =0.9938. \u0000Kata kunci: Pengeringan Lapisan Tipis, Bima 18, Bima 16, Midilli et.al, Two Term Exponential.","PeriodicalId":260260,"journal":{"name":"Agroplantae: Jurnal Ilmiah Terapan Budidaya dan Pengelolaan Tanaman Pertanian dan Perkebunan","volume":"27 10","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140359170","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRAK Trichoderma sp adalah salah satu cendawan selain sebagai pengendali hayati juga memiliki kemampuan sebagai biofertilation yang mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman hortikultura dan pangan. Pupuk kandang sapi memberikan pengaruh positif terhadap fisik dan kimiawi tanah, mendorong kehidupan (perkembangan) jasad renik.. Tujuan penelitian adalah mendapatkan waktu aplikasi Trichoderma sp dan dosis pupuk kandang pada tanaman terung ungu, interaksi antara cendawan Trichoderma sp dan dosis pupuk kandang yang manakah yang memberikan pertumbuhan dan produksi terbaik pada tanaman terung ungu. Metode penelitian ini disusun berdasarkan rancangan petak terpisah (RPT), dengan 12 kombinasi perlakuan, masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 ulangan sehigga terdapat 36 unit percobaan. Petak utama adalah dosis pupuk kandang sapi (p), terdiri dari 3 taraf yaitu, p1 (dosis pupuk kandang sapi 500 g/ polybag), p2 (dosis pupuk kandang sapi 750 g/ polybag), p3 (dosis pupuk kandang sapi 1000 g/ polybag). Anak petak adalah waktu aplikasi Trichoderma sp (a), terdiri dari 4 waktu aplikasi yaitu, t0 (tanpa trichoderma sp), t1 (1 minggu sebelum tanam), t2 (pada waktu tanam), t3 (1 minggu setelah tanam). Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu aplikasi Trichoderma sp tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman terung ungu, pemberian dosis pupuk kandang sapi 1000g/polybag, memberikan pengaruh yang signifikan pada diameter, dan bobot buah/tanaman terung ungu. Interaksi antara dosis pupuk kandang sapi 500g/polybag dengan waktu aplikasi Trichoderma sp 1 minggu sebelum tanam memberikan pengaruh yang signifikan terhadap bobot tajuk, bobot akar dan panjang buah tanaman terung ungu. Kata kunci : Terung ungu, Trichoderma sp, pupuk kandang, waktu aplikasi. ABSTRACT Trichoderma sp is one of the fungi that apart from being a biological controller also has the ability as biofertilation that supports the growth and production of horticultural and food crops. Cow manure has a positive influence on the physical and chemical properties of the soil, encouraging the life (development) of microorganisms.The aim of the research is to determine the application time of Trichoderma sp on purple eggplant plants, to determine the interaction between the Trichoderma sp fungus and which dose of manure provides the best growth and production on purple eggplant plants. This research method was prepared based on a split plot design (SPD), with 12 treatment combinations, each treatment repeated 3 times so that there were 36 experimental units. The main plot is the dose of cow manure (p), consisting of 3 levels, namely, p1 (cow manure dose 500 g/polybag), p2 (cow manure dose 750 g/polybag), p3 (cow manure dose 1000 g/ polybag). The subplot is the application time of Trichoderma sp (a), consisting of 4 application times, namely, t0 (without Trichoderma sp), t1 (1 week before planting), t2 (at planting time), t3 (1 week after planting). The result
{"title":"PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TERUNG UNGU (Solanum melongena L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI DAN WAKTU APLIKASI Trichoderma sp","authors":"Bibiana Rini Widiati, Nining Haerani, Purnama Irwan, Andi Herwati, H. Haerul","doi":"10.51978/agro.v13i1.729","DOIUrl":"https://doi.org/10.51978/agro.v13i1.729","url":null,"abstract":"ABSTRAK \u0000 \u0000Trichoderma sp adalah salah satu cendawan selain sebagai pengendali hayati juga memiliki kemampuan sebagai biofertilation yang mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman hortikultura dan pangan. Pupuk kandang sapi memberikan pengaruh positif terhadap fisik dan kimiawi tanah, mendorong kehidupan (perkembangan) jasad renik.. Tujuan penelitian adalah mendapatkan waktu aplikasi Trichoderma sp dan dosis pupuk kandang pada tanaman terung ungu, interaksi antara cendawan Trichoderma sp dan dosis pupuk kandang yang manakah yang memberikan pertumbuhan dan produksi terbaik pada tanaman terung ungu. Metode penelitian ini disusun berdasarkan rancangan petak terpisah (RPT), dengan 12 kombinasi perlakuan, masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 ulangan sehigga terdapat 36 unit percobaan. Petak utama adalah dosis pupuk kandang sapi (p), terdiri dari 3 taraf yaitu, p1 (dosis pupuk kandang sapi 500 g/ polybag), p2 (dosis pupuk kandang sapi 750 g/ polybag), p3 (dosis pupuk kandang sapi 1000 g/ polybag). Anak petak adalah waktu aplikasi Trichoderma sp (a), terdiri dari 4 waktu aplikasi yaitu, t0 (tanpa trichoderma sp), t1 (1 minggu sebelum tanam), t2 (pada waktu tanam), t3 (1 minggu setelah tanam). Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu aplikasi Trichoderma sp tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman terung ungu, pemberian dosis pupuk kandang sapi 1000g/polybag, memberikan pengaruh yang signifikan pada diameter, dan bobot buah/tanaman terung ungu. Interaksi antara dosis pupuk kandang sapi 500g/polybag dengan waktu aplikasi Trichoderma sp 1 minggu sebelum tanam memberikan pengaruh yang signifikan terhadap bobot tajuk, bobot akar dan panjang buah tanaman terung ungu. \u0000 \u0000Kata kunci : Terung ungu, Trichoderma sp, pupuk kandang, waktu aplikasi. \u0000 \u0000ABSTRACT \u0000 Trichoderma sp is one of the fungi that apart from being a biological controller also has the ability as biofertilation that supports the growth and production of horticultural and food crops. Cow manure has a positive influence on the physical and chemical properties of the soil, encouraging the life (development) of microorganisms.The aim of the research is to determine the application time of Trichoderma sp on purple eggplant plants, to determine the interaction between the Trichoderma sp fungus and which dose of manure provides the best growth and production on purple eggplant plants. This research method was prepared based on a split plot design (SPD), with 12 treatment combinations, each treatment repeated 3 times so that there were 36 experimental units. The main plot is the dose of cow manure (p), consisting of 3 levels, namely, p1 (cow manure dose 500 g/polybag), p2 (cow manure dose 750 g/polybag), p3 (cow manure dose 1000 g/ polybag). The subplot is the application time of Trichoderma sp (a), consisting of 4 application times, namely, t0 (without Trichoderma sp), t1 (1 week before planting), t2 (at planting time), t3 (1 week after planting). The result","PeriodicalId":260260,"journal":{"name":"Agroplantae: Jurnal Ilmiah Terapan Budidaya dan Pengelolaan Tanaman Pertanian dan Perkebunan","volume":"10 13","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140358778","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sri Muliani, A. Ridwan, Syatrawati Syatrawati, Nildayanti Nildayanti, Yusri Alferi, Chindy Loda Parando
Tanaman anggrek merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki banyak peminat dan nilai ekonomi yang cukup tinggi di Indonesia. Salah satu kebun anggrek yang memiliki koleksi berbagai jenis anggrek adalah Rian Orchid yang terdapat di Desa Tondobakaru, Kabupeten Mamasa. Salah satu faktor yang menjadi penghambat pertumbuhan tanaman anggrek yang dibudidayakan adalah adanya serangan hama dan penyakit. Penelitian dilaksanakan bertujuan untuk mengidentifikasi gejala serangan hama dan penyakit yang biasanya menyerang koleksi tanaman anggrek. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengamatan secara langsung dan wawancara dengan pemilik kebun anggrek, selanjutnya data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil pengamatan menunjukkan terdapat 4 jenis hama yaitu Kutu kebul (Bemecia tabaci), Kutu putih, Kumbang Gajah (Orchidaphillus atherrimus) dan kumbang pemakan daun. Sedangkan gejala penyakit yang ditemukan ada 3 jenis yaitu jenis yaitu Bacterial soft and brown rot, Bacterial Brown Spot, Antraknose.
{"title":"IDENTIFIKASI GEJALA SERANGAN HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN ANGGREK","authors":"Sri Muliani, A. Ridwan, Syatrawati Syatrawati, Nildayanti Nildayanti, Yusri Alferi, Chindy Loda Parando","doi":"10.51978/agro.v13i1.782","DOIUrl":"https://doi.org/10.51978/agro.v13i1.782","url":null,"abstract":"Tanaman anggrek merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki banyak peminat dan nilai ekonomi yang cukup tinggi di Indonesia. Salah satu kebun anggrek yang memiliki koleksi berbagai jenis anggrek adalah Rian Orchid yang terdapat di Desa Tondobakaru, Kabupeten Mamasa. Salah satu faktor yang menjadi penghambat pertumbuhan tanaman anggrek yang dibudidayakan adalah adanya serangan hama dan penyakit. Penelitian dilaksanakan bertujuan untuk mengidentifikasi gejala serangan hama dan penyakit yang biasanya menyerang koleksi tanaman anggrek. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengamatan secara langsung dan wawancara dengan pemilik kebun anggrek, selanjutnya data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil pengamatan menunjukkan terdapat 4 jenis hama yaitu Kutu kebul (Bemecia tabaci), Kutu putih, Kumbang Gajah (Orchidaphillus atherrimus) dan kumbang pemakan daun. Sedangkan gejala penyakit yang ditemukan ada 3 jenis yaitu jenis yaitu Bacterial soft and brown rot, Bacterial Brown Spot, Antraknose.","PeriodicalId":260260,"journal":{"name":"Agroplantae: Jurnal Ilmiah Terapan Budidaya dan Pengelolaan Tanaman Pertanian dan Perkebunan","volume":"4 5","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140361021","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Muhammad Fajar Islam, Arniana Anwar, Yunita Pare Rombe
Sengon (Falcataria moluccana Miq.) merupakan jenis pohon pionir yang banyak dikembangkan di hutan tanaman industri dan hutan rakyat karena sifatnya yang cepat tumbuh (fast growing species). Sifat benih sengon yang tergolong ortodoks menyebabkan benih dapat disimpan lama. Namun, benih sengon dapat menurun viabilitas danvigornya sewaktu penyimpanan. Hormon kolkisin adalah senyawa alkaloid yang dihasilkan dari ekstrak umbi dan akar tanaman Colchicum autumnale Linn (family Idliaceae). Hormon ini dapat digunakan untuk menginduksi poliploid (Eigsti & Dustin 1957) dengan ciri-ciri inti dan isi sel lebih besar, daun dan bunga bertambah besar, dan dapat terjadi perubahan senyawa kimia termasuk peningkatan atau perubahan pada jenis atau proporsi karbohidrat, protein, vitamin atau alkaloid (Poespodarsono 1988). Berdasarkan hal tersebut, perlakuan pemberian kolkisin diharapkan mampumeningkatkan percepatan pertumbuhan tanaman sehingga diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan perumbuhan benih sengon. Penelitian ini dilaksanakan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu konsentrasi kolkisin. Adapun konsentrasi yang digunakan adalah: 0 (kontrol), 0.5 ppm, 1.0 ppm, 1.5 ppm, 2.0 ppm. Pengaruh perlakuan dilihat melalui pengujian sidik ragam yang diperoleh dari pengolahan data dengan menggunakan software SAS 9.0. Hasil sidik ragam pada Tabel 1 menunjukkan bahwa perendaman larutan kolkisin berpengaruh sangat nyata terhadap potensi tumbuh maksimum daya berkecambah dan nilai perkecambahan, sedangkan perlakuan perendaman larutan kolkisin, tidak berpengaruh nyata terhadap kecepatan tumbuh. Kata Kunci : Sengon, fast growing, hormon, kolkisin
{"title":"PENGARUH PERLAKUAN KOLKISIN PADA BENIH SENGON (Falcataria mollucana Miq.)","authors":"Muhammad Fajar Islam, Arniana Anwar, Yunita Pare Rombe","doi":"10.51978/agro.v13i1.524","DOIUrl":"https://doi.org/10.51978/agro.v13i1.524","url":null,"abstract":"Sengon (Falcataria moluccana Miq.) merupakan jenis pohon pionir yang banyak dikembangkan di hutan tanaman industri dan hutan rakyat karena sifatnya yang cepat tumbuh (fast growing species). Sifat benih sengon yang tergolong ortodoks menyebabkan benih dapat disimpan lama. Namun, benih sengon dapat menurun viabilitas danvigornya sewaktu penyimpanan. Hormon kolkisin adalah senyawa alkaloid yang dihasilkan dari ekstrak umbi dan akar tanaman Colchicum autumnale Linn (family Idliaceae). Hormon ini dapat digunakan untuk menginduksi poliploid (Eigsti & Dustin 1957) dengan ciri-ciri inti dan isi sel lebih besar, daun dan bunga bertambah besar, dan dapat terjadi perubahan senyawa kimia termasuk peningkatan atau perubahan pada jenis atau proporsi karbohidrat, protein, vitamin atau alkaloid (Poespodarsono 1988). Berdasarkan hal tersebut, perlakuan pemberian kolkisin diharapkan mampumeningkatkan percepatan pertumbuhan tanaman sehingga diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan perumbuhan benih sengon. Penelitian ini dilaksanakan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu konsentrasi kolkisin. Adapun konsentrasi yang digunakan adalah: 0 (kontrol), 0.5 ppm, 1.0 ppm, 1.5 ppm, 2.0 ppm. Pengaruh perlakuan dilihat melalui pengujian sidik ragam yang diperoleh dari pengolahan data dengan menggunakan software SAS 9.0. Hasil sidik ragam pada Tabel 1 menunjukkan bahwa perendaman larutan kolkisin berpengaruh sangat nyata terhadap potensi tumbuh maksimum daya berkecambah dan nilai perkecambahan, sedangkan perlakuan perendaman larutan kolkisin, tidak berpengaruh nyata terhadap kecepatan tumbuh. \u0000 \u0000Kata Kunci : Sengon, fast growing, hormon, kolkisin","PeriodicalId":260260,"journal":{"name":"Agroplantae: Jurnal Ilmiah Terapan Budidaya dan Pengelolaan Tanaman Pertanian dan Perkebunan","volume":"31 41","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140358298","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
This research aims to determine the effect of the type of planting media and the dose of cow urine liquid organic fertilizer on the growth of pak choy microgreens. This research was structured using a factorial Randomized Group Design (RAK). The first factor is that the planting media consists of 3 levels, namely: M1 (cocopeat), M2 (husk charcoal) and M3 (cocopeat+husk charcoal). The second factor is the dose of liquid organic fertilizer from cow urine consisting of 2 levels, namely a dose of 25 ml/L (D1), a dose of 50 ml/L (D2) and a control using water (D0). The parameters observed were the time when germination began (days), the time when cotyledons emerged (days), the time when the percentage of germination reached 100% (days) and the fresh weight (gr). The research results showed that the best medium for the emergence of sprouts was a medium consisting of a mixture of cocopeat and husk charcoal with a germination time of 1 day after sowing (HSS), the best medium for the emergence of cotyledons was husk charcoal, namely 2 HSS. Application of liquid organic fertilizer doses of 25 and 50 ml per liter resulted in a sprout percentage of 100% at HSS age. The use of liquid organic fertilizer is not recommended on cocopeat media. The use of cow urine doses of 25 ml and 50 ml is recommended for husk charcoal media and mixed media of husk charcoal and cocopeat.
{"title":"PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI MICROGREENS PAKCOY PADA JENIS MEDIA TANAM DAN PUPUK ORGANIK CAIR URIN SAPI","authors":"Syamsia Syamsia, Haslinda Haslinda, Abubakar Idhan","doi":"10.51978/agro.v13i1.817","DOIUrl":"https://doi.org/10.51978/agro.v13i1.817","url":null,"abstract":"This research aims to determine the effect of the type of planting media and the dose of cow urine liquid organic fertilizer on the growth of pak choy microgreens. This research was structured using a factorial Randomized Group Design (RAK). The first factor is that the planting media consists of 3 levels, namely: M1 (cocopeat), M2 (husk charcoal) and M3 (cocopeat+husk charcoal). The second factor is the dose of liquid organic fertilizer from cow urine consisting of 2 levels, namely a dose of 25 ml/L (D1), a dose of 50 ml/L (D2) and a control using water (D0). The parameters observed were the time when germination began (days), the time when cotyledons emerged (days), the time when the percentage of germination reached 100% (days) and the fresh weight (gr). The research results showed that the best medium for the emergence of sprouts was a medium consisting of a mixture of cocopeat and husk charcoal with a germination time of 1 day after sowing (HSS), the best medium for the emergence of cotyledons was husk charcoal, namely 2 HSS. Application of liquid organic fertilizer doses of 25 and 50 ml per liter resulted in a sprout percentage of 100% at HSS age. The use of liquid organic fertilizer is not recommended on cocopeat media. The use of cow urine doses of 25 ml and 50 ml is recommended for husk charcoal media and mixed media of husk charcoal and cocopeat.","PeriodicalId":260260,"journal":{"name":"Agroplantae: Jurnal Ilmiah Terapan Budidaya dan Pengelolaan Tanaman Pertanian dan Perkebunan","volume":"10 24","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140358942","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Peningkatan produksi kopi di Indonesia mengakibatkan terjadinya peningkatan produk samping berupa limbah kulit kopi. Upaya yang dapat dilakukan untuk menangani jumlah limbah kulit kopi yang semakin meningkat, yaitu dengan cara mengolah limbah kulit kopi menjadi pupuk organik. Alternatif untuk meningkatkan kandungan unsur hara dari pupuk organik yaitu dengan penambahan tanaman yang mengandung unsur hara nitrogen yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui formulasi yang memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan bibit kopi robusta. Penelitian ini dilaksanakan dari November 2022 sampai Juni 2023 di Kebun Percobaan Jurusan Teknologi Produksi Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan. Percobaan disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 5 perlakuan (P), yaitu P0: tanpa pemberian pupuk organik limbah kulit kopi atau tanah (kontrol); P1: pupuk organik kulit kopi; P2: pupuk organik kulit kopi dengan penambahan tanaman babadotan; P3: pupuk organik kulit kopi dengan penambahan tanaman mucuna dan P4: pupuk organik kulit kopi dengan penambahan tanaman lamtoro. Dosis yang diberikan per polybag adalah 300 gram/polybag. Berdasarkan hasil analisis unsur hara formulasi pupuk organik dengan penambahan tanaman lamtoro menghasilkan jumlah unsur hara tertinggi dibandingkan penambahan daun mucuna dan babadotan yaitu N : 1,88; P : 0,50; K : 3,14. Pada parameter yang diamati, yaitu tinggi tanaman dan diameter batang, penambahan formulasi dengan daun lamtoro menghasilkan tinggi tanaman tertinggi yaitu 26,95 cm dan diameter tanaman terbesar yaitu 4,71 cm, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Perlakuan pupuk organik dengan penambahan tanaman lamtoro juga menghasilkan jumlah daun terbanyak dan berbeda nyata dengan perlakuan tanah (kontrol) dan perlakuan dengan penambahan tanaman babadotan. Berdasarkan hasil tersebut, disimpulkan bahwa formulasi terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan bibit kopi robusta adalah formulasi dengan penambahan tanaman lamtoro. Kata Kunci : limbah kulit kopi, babadotan, mucuna, lamtoro, kopi robusta
{"title":"FORMULASI PUPUK ORGANIK LIMBAH KULIT KOPI DENGAN PENAMBAHAN TANAMAN PENGHASIL NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KOPI ROBUSTA (Coffea canephora L.)","authors":"Nober Padidi, Eka Wisdawati, Basri Baba","doi":"10.51978/agro.v13i1.811","DOIUrl":"https://doi.org/10.51978/agro.v13i1.811","url":null,"abstract":"Peningkatan produksi kopi di Indonesia mengakibatkan terjadinya peningkatan produk samping berupa limbah kulit kopi. Upaya yang dapat dilakukan untuk menangani jumlah limbah kulit kopi yang semakin meningkat, yaitu dengan cara mengolah limbah kulit kopi menjadi pupuk organik. Alternatif untuk meningkatkan kandungan unsur hara dari pupuk organik yaitu dengan penambahan tanaman yang mengandung unsur hara nitrogen yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui formulasi yang memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan bibit kopi robusta. Penelitian ini dilaksanakan dari November 2022 sampai Juni 2023 di Kebun Percobaan Jurusan Teknologi Produksi Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan. Percobaan disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 5 perlakuan (P), yaitu P0: tanpa pemberian pupuk organik limbah kulit kopi atau tanah (kontrol); P1: pupuk organik kulit kopi; P2: pupuk organik kulit kopi dengan penambahan tanaman babadotan; P3: pupuk organik kulit kopi dengan penambahan tanaman mucuna dan P4: pupuk organik kulit kopi dengan penambahan tanaman lamtoro. Dosis yang diberikan per polybag adalah 300 gram/polybag. Berdasarkan hasil analisis unsur hara formulasi pupuk organik dengan penambahan tanaman lamtoro menghasilkan jumlah unsur hara tertinggi dibandingkan penambahan daun mucuna dan babadotan yaitu N : 1,88; P : 0,50; K : 3,14. Pada parameter yang diamati, yaitu tinggi tanaman dan diameter batang, penambahan formulasi dengan daun lamtoro menghasilkan tinggi tanaman tertinggi yaitu 26,95 cm dan diameter tanaman terbesar yaitu 4,71 cm, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Perlakuan pupuk organik dengan penambahan tanaman lamtoro juga menghasilkan jumlah daun terbanyak dan berbeda nyata dengan perlakuan tanah (kontrol) dan perlakuan dengan penambahan tanaman babadotan. Berdasarkan hasil tersebut, disimpulkan bahwa formulasi terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan bibit kopi robusta adalah formulasi dengan penambahan tanaman lamtoro. \u0000Kata Kunci : limbah kulit kopi, babadotan, mucuna, lamtoro, kopi robusta","PeriodicalId":260260,"journal":{"name":"Agroplantae: Jurnal Ilmiah Terapan Budidaya dan Pengelolaan Tanaman Pertanian dan Perkebunan","volume":"15 8","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140359733","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Rizaldi Natsir Ishak, Kasifah Kasifah, A. Firmansyah
Pupuk organik cair (POC) adalah larutan hasil pembusukan bahan organik yang mengandung banyak unsur hara. Selain POC, media tanam organik seperti arang, cocopeat dan serbuk gergaji diketahui bagi pertumbuhan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan tanaman pakcoy (Brassica rapa L.) pada setiap konsentrasi POC rebung bambu dan penggunaan jenis media tanam, serta interaksi antara keduanya. Penelitian ini disusun menggunakan rancangan acak kelompok (RAK), yang terdiri dari 2 faktor perlakuan yaitu POC dan media tanam. Perlakuan POC terdiri atas 4 dosis yaitu; 0ml POC/100 ml air (D0), 20ml POC/100ml air (D1), 40ml POC/100ml air (D2) dan 60ml POC/100ml air (D3). Sedangkan media tanam diaplikasikan menggunakan arang sekam (M1), serbuk gergaji (M2) dan cocopeat (M3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa POC rebung bambu 60ml/100ml (D3) memberikan tinggi tanaman dan jumlah daun tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya, sedangkan media yang terbaik untuk tanaman pakcoy adalah cocopeat dan arang sekam.
{"title":"RESPON TANAMAN PAKCOY TERHADAP PEMBERIAN POC REBUNG DAN MEDIA TANAM PADA HIDROPONIK SISTEM WICK","authors":"Rizaldi Natsir Ishak, Kasifah Kasifah, A. Firmansyah","doi":"10.51978/agro.v13i1.773","DOIUrl":"https://doi.org/10.51978/agro.v13i1.773","url":null,"abstract":"Pupuk organik cair (POC) adalah larutan hasil pembusukan bahan organik yang mengandung banyak unsur hara. Selain POC, media tanam organik seperti arang, cocopeat dan serbuk gergaji diketahui bagi pertumbuhan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan tanaman pakcoy (Brassica rapa L.) pada setiap konsentrasi POC rebung bambu dan penggunaan jenis media tanam, serta interaksi antara keduanya. Penelitian ini disusun menggunakan rancangan acak kelompok (RAK), yang terdiri dari 2 faktor perlakuan yaitu POC dan media tanam. Perlakuan POC terdiri atas 4 dosis yaitu; 0ml POC/100 ml air (D0), 20ml POC/100ml air (D1), 40ml POC/100ml air (D2) dan 60ml POC/100ml air (D3). Sedangkan media tanam diaplikasikan menggunakan arang sekam (M1), serbuk gergaji (M2) dan cocopeat (M3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa POC rebung bambu 60ml/100ml (D3) memberikan tinggi tanaman dan jumlah daun tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya, sedangkan media yang terbaik untuk tanaman pakcoy adalah cocopeat dan arang sekam.","PeriodicalId":260260,"journal":{"name":"Agroplantae: Jurnal Ilmiah Terapan Budidaya dan Pengelolaan Tanaman Pertanian dan Perkebunan","volume":"32 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140359694","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Alia Senja Utami, Lina Budiarti, Dulbari Dulbari, Bobby Utomo Putra
Rhizoctonia solani Khun, is a fungus that causes important diseases in rice plants which can reduce rice production. In Indonesia, the severity of rice leaf sheath blight attacks reaches 6 - 52% according to the management of the plantation environment and altitude. Evaluation of the effectiveness of the active ingredient of the fungicide in controlling sheath blight (R.solani) in rice plants in vitro and in vivo at the R&D Syngenta Station, Cikampek, Karawang, Jawa Barat, from 01 March to 20 July 2022. The active ingredient used is Propinab , Trifloxystrobin, Tebuconazole, Difenoconazole, Azoxistrobin, Propiconazole, Tricyclazole, Pyraclostrobin, Epoxyconazole. In vitro efficacy test for 10 treatments and 10 repetitions by calculating the diameter of the mycelium at 2 HSA to 14 HSA two-day intervals and in vivo efficacy test using 9 treatments 3 repetitions which calculates the proportion of attacks at 7 HSA1, 7 HSA2 and 14 HSA3. The results of the efficacy test showed that some of the fungicide active ingredients in controlling rice sheath blight (R.solani) in rice showed a significant difference between the fungicide active ingredients and the control targets. Treatment of the active ingredient Trifloxystrobin 25% + Tebuconazole 50% gave the best efficacy test results in vitro and in vivo.
{"title":"UJI EFIKASI FUNGISIDA UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT HAWAR PELEPAH (Rhizoctonia solani Khun.) PADA tanaman PADI SECARA IN VITRO DAN IN VIVO","authors":"Alia Senja Utami, Lina Budiarti, Dulbari Dulbari, Bobby Utomo Putra","doi":"10.51978/agro.v13i1.530","DOIUrl":"https://doi.org/10.51978/agro.v13i1.530","url":null,"abstract":"Rhizoctonia solani Khun, is a fungus that causes important diseases in rice plants which can reduce rice production. In Indonesia, the severity of rice leaf sheath blight attacks reaches 6 - 52% according to the management of the plantation environment and altitude. Evaluation of the effectiveness of the active ingredient of the fungicide in controlling sheath blight (R.solani) in rice plants in vitro and in vivo at the R&D Syngenta Station, Cikampek, Karawang, Jawa Barat, from 01 March to 20 July 2022. The active ingredient used is Propinab , Trifloxystrobin, Tebuconazole, Difenoconazole, Azoxistrobin, Propiconazole, Tricyclazole, Pyraclostrobin, Epoxyconazole. In vitro efficacy test for 10 treatments and 10 repetitions by calculating the diameter of the mycelium at 2 HSA to 14 HSA two-day intervals and in vivo efficacy test using 9 treatments 3 repetitions which calculates the proportion of attacks at 7 HSA1, 7 HSA2 and 14 HSA3. The results of the efficacy test showed that some of the fungicide active ingredients in controlling rice sheath blight (R.solani) in rice showed a significant difference between the fungicide active ingredients and the control targets. Treatment of the active ingredient Trifloxystrobin 25% + Tebuconazole 50% gave the best efficacy test results in vitro and in vivo.","PeriodicalId":260260,"journal":{"name":"Agroplantae: Jurnal Ilmiah Terapan Budidaya dan Pengelolaan Tanaman Pertanian dan Perkebunan","volume":"39 42","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140357670","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Netty Ermawati, Linda Ambar Agustiana, Putri Santika
One of the problems in companies engaged in the seed. Production is the large number of seeds that can not be sold immediately or accumulate in storage warehouses resulting in expired seeds. Seeds in this condition will experience deterioration and decrease in quality so special treatment is needed to improve their physiological quality. The purpose of this study was to determine the increase in the physiological quality and growth of expired cayenne pepper (Capsicum frutescens) seeds through invigoration techniques using young corn extract (Zea mays). The research was conducted in the laboratory and Green House of Seed Production Techniques, Polytechnic of Jember, using the Non-Factorial Completely Randomized Design (CRD) method with the concentration of young corn extract (K) as the treatment factor. Data were analyzed using ANOVA and followed by DMRT level of 5%. The K factor consists of 5 levels, namely K02 (without soaking in young corn extract), K1 (20% of young corn extract), K2 (25% of young corn extract), K3 (30% of young corn extract), and K4 (35% of young corn extract ). The results showed that the use of young corn extract for expired cayenne pepper seeds invigoration had a significantly different effect on the parameters of growth synchrony and vigor index, and had a very significant effect on the parameters of germination power, maximum growth potential, and growth speed. These results indicate that young corn extract is capable of acting as a bio-invigorator in improving the physiological quality of expired seeds.
{"title":"IMPROVEMENT OF PHYSIOLOGICAL QUALITY AND SEED GROWTH OF EXPIRED CAYENNE PEPPER (Capsicum frutescens) THROUGH INVIGORATION TECHNIQUE USING YOUNG CORN EXTRACT","authors":"Netty Ermawati, Linda Ambar Agustiana, Putri Santika","doi":"10.51978/agro.v13i1.532","DOIUrl":"https://doi.org/10.51978/agro.v13i1.532","url":null,"abstract":"One of the problems in companies engaged in the seed. Production is the large number of seeds that can not be sold immediately or accumulate in storage warehouses resulting in expired seeds. Seeds in this condition will experience deterioration and decrease in quality so special treatment is needed to improve their physiological quality. The purpose of this study was to determine the increase in the physiological quality and growth of expired cayenne pepper (Capsicum frutescens) seeds through invigoration techniques using young corn extract (Zea mays). The research was conducted in the laboratory and Green House of Seed Production Techniques, Polytechnic of Jember, using the Non-Factorial Completely Randomized Design (CRD) method with the concentration of young corn extract (K) as the treatment factor. Data were analyzed using ANOVA and followed by DMRT level of 5%. The K factor consists of 5 levels, namely K02 (without soaking in young corn extract), K1 (20% of young corn extract), K2 (25% of young corn extract), K3 (30% of young corn extract), and K4 (35% of young corn extract ). The results showed that the use of young corn extract for expired cayenne pepper seeds invigoration had a significantly different effect on the parameters of growth synchrony and vigor index, and had a very significant effect on the parameters of germination power, maximum growth potential, and growth speed. These results indicate that young corn extract is capable of acting as a bio-invigorator in improving the physiological quality of expired seeds.","PeriodicalId":260260,"journal":{"name":"Agroplantae: Jurnal Ilmiah Terapan Budidaya dan Pengelolaan Tanaman Pertanian dan Perkebunan","volume":"17 5","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140361148","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Bibiana Rini Widiati, Muhammad Izzdin Idrus, Nining Haerani, H. Haerul
Cendawan mutualistik akar bermanfaat meningkatkan keanekaragaman hayati dan aktivitas biologis tanah, memperbaiki struktur tanah, kapasitas menahan air, dan pertukaran kation dan mendorong meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi cendawan rhizosfer akar (Trichoderma sp, Aspergillus sp. Hitam, Aspergillus sp. Hijau) dan Mikoriza Vesicular Arbuscular (MVA) dan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea mays L.) Penelitian menggunkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial 3× 3 dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah isolate cendawan rhizosfer yang terdiri atas 3 jenis isolate cendawan adalah Trichoderma sp; Aspergillus sp. Hitam; Aspergillus sp. Hijau. Faktor kedua adalah mikoriza vesicular arbuskular yang terdiri dari 3 aplikasi yaitu : Tanpa mikoriza; Aplikasi mikoriza pada lubang tanam; Aplikasi mikoriza pada penyemaian benih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : aplikasi isolate Trichoderma sp memberikan rerata bobot tongkol jagung dengan klobot.tanaman-1, bobot tongkol jagung tanpa klobot.tanaman-1, bobot jagung.tanaman-1 lebih berat dibanding perlakuan Aspergillus sp. hitam dan Aspergillus sp. hijau; Perlakuan aplikasi inokulasi mikoriza pada lubang tanam memberikan tinggi tanaman, dan bobot akar tanaman jagung berbeda significant dibanding aplikasi mikoriza pada penyemaian benih; Interaksi perlakuan hanya terdapat pada pengamatan bobot tongkol jagung tanpa klobot.tanaman-1.
{"title":"EFEK APLIKASI CENDAWAN RHIZOSFER AKAR TERHADAP PERTUMBUHAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)","authors":"Bibiana Rini Widiati, Muhammad Izzdin Idrus, Nining Haerani, H. Haerul","doi":"10.51978/agro.v12i1.526","DOIUrl":"https://doi.org/10.51978/agro.v12i1.526","url":null,"abstract":"Cendawan mutualistik akar bermanfaat meningkatkan keanekaragaman hayati dan aktivitas biologis tanah, memperbaiki struktur tanah, kapasitas menahan air, dan pertukaran kation dan mendorong meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi cendawan rhizosfer akar (Trichoderma sp, Aspergillus sp. Hitam, Aspergillus sp. Hijau) dan Mikoriza Vesicular Arbuscular (MVA) dan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea mays L.) Penelitian menggunkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial 3× 3 dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah isolate cendawan rhizosfer yang terdiri atas 3 jenis isolate cendawan adalah Trichoderma sp; Aspergillus sp. Hitam; Aspergillus sp. Hijau. Faktor kedua adalah mikoriza vesicular arbuskular yang terdiri dari 3 aplikasi yaitu : Tanpa mikoriza; Aplikasi mikoriza pada lubang tanam; Aplikasi mikoriza pada penyemaian benih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : aplikasi isolate Trichoderma sp memberikan rerata bobot tongkol jagung dengan klobot.tanaman-1, bobot tongkol jagung tanpa klobot.tanaman-1, bobot jagung.tanaman-1 lebih berat dibanding perlakuan Aspergillus sp. hitam dan Aspergillus sp. hijau; Perlakuan aplikasi inokulasi mikoriza pada lubang tanam memberikan tinggi tanaman, dan bobot akar tanaman jagung berbeda significant dibanding aplikasi mikoriza pada penyemaian benih; Interaksi perlakuan hanya terdapat pada pengamatan bobot tongkol jagung tanpa klobot.tanaman-1. \u0000 ","PeriodicalId":260260,"journal":{"name":"Agroplantae: Jurnal Ilmiah Terapan Budidaya dan Pengelolaan Tanaman Pertanian dan Perkebunan","volume":"88 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125078404","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}