Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi peternak terhadap teknologipembuatan telur asin menggunakan alat pemanas sederhana, mengetahui pengaruh faktor internal (umur, pendidikan, dan pengalaman) dan karakteristik inovasi terhadap persepsi peternak, dan untuk mengetahui karakteristik inovasi memediasi pengaruh faktor internal. Responden yang digunakan pada penelitian ini adalah semua peternak itik petelur di Desa Trasan yang berjumlah 35 orang. Pengujian dilakukan dengan metode deskriptif inferensial menggunakan skala likert pada penentuan persepsi dan analisis data dengan PLS (Partial Least Square) menggunakan program SmartPLS. Hasil analisis, persepsi peternak terhadap teknologi pembuatan telur asin menggunakan alat pemanas sederhana adalah baik dengan nilai 3085. Hasil perhitungan, model karakteristik inovasi memediasi pengaruh umur terhadap persepsi peternak yang bersifat mediasi penuh (full mediation) (P < 0,05) artinya karakteristik inovasi memediasi secara penuh pengaruh umur terhadap persepsi peternak.
{"title":"Persepsi Peternak Terhadap Teknologi Pembuatan Telur Asin Menggunakan Alat Pemanas Sederhana","authors":"Evita Khoirul Hikmah, Nurdayati Nurdayati, Puji Hartati","doi":"10.36626/jppp.v16i29.71","DOIUrl":"https://doi.org/10.36626/jppp.v16i29.71","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi peternak terhadap teknologipembuatan telur asin menggunakan alat pemanas sederhana, mengetahui pengaruh faktor internal (umur, pendidikan, dan pengalaman) dan karakteristik inovasi terhadap persepsi peternak, dan untuk mengetahui karakteristik inovasi memediasi pengaruh faktor internal. Responden yang digunakan pada penelitian ini adalah semua peternak itik petelur di Desa Trasan yang berjumlah 35 orang. Pengujian dilakukan dengan metode deskriptif inferensial menggunakan skala likert pada penentuan persepsi dan analisis data dengan PLS (Partial Least Square) menggunakan program SmartPLS. Hasil analisis, persepsi peternak terhadap teknologi pembuatan telur asin menggunakan alat pemanas sederhana adalah baik dengan nilai 3085. Hasil perhitungan, model karakteristik inovasi memediasi pengaruh umur terhadap persepsi peternak yang bersifat mediasi penuh (full mediation) (P < 0,05) artinya karakteristik inovasi memediasi secara penuh pengaruh umur terhadap persepsi peternak.","PeriodicalId":261726,"journal":{"name":"Jurnal Pengembangan Penyuluhan Pertanian","volume":"12 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125382371","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ridhwan Ardhianto, Luthfi Djauhari Mahfudz, E. Suprijatna
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan tepung rumput laut (Gracilaria verrucosa) terfermentasi sebagai bahan penyusun ransum ayam broiler terhadap berat, panjang dan lebar tulang femur, tibia dan tarsometatarsus. Materi yang digunakan adalah ayam broiler jantan dan betina sebanyak 150 ekor umur 7 hari dengan bobot 163,38 ± 24,67 g(CV 3, 04). Bahan pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung Gracilaria verrucosa terfermentasi, bekatul, jagung kuning giling, tepung ikan, bungkil kedelai, PMM, minyak nabati, CaCO3, topmiks. Ransum disusun dengan kandungan protein 21 %, EM 3000 kal/g. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan, setiap perlakuan diulangi sebanyak 6 kali, setiap unit percobaan terdiri dari 5 ekor ayam broiler. Ransum perlakuan yaitu sebagai berikut : T0=ransum tanpa tepung rumput laut; T1=ransum menggunakan tepung rumput laut 5%; T2=ransum menggunakan tepung rumput laut fermentasi 5%; dan T3=7,5%; sisa T4=10%. Hasil penelitian menunjukan bahwa berat, panjang dan lebar tulang femur, tibia dan tarsometatarsus serta berat hidup ayam broiler tidak mengalami perubahan yang signifikan (P>0,05) dalam penggunaan tepung rumput laut terfermentasi dalam ransum hingga level 10%. Kesimpulan yang diperoleh yaitu penggunaan tepung rumput laut (Gracilaria verrucosa) fermentasi dalam ransum tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat, panjang dan lebar tulang femur, tibia dan tarsometatarsus serta berat hidup ayam broiler.
{"title":"Pengaruh Penggunaan Tepung Rumput Laut (Gracilaria Verrucosa) Fermentasi Dalam Ramsum Ayam Broiler Terhadap Berat Dan Ukuran Tulang Femur, Tibia Dan Tarsometatarsus","authors":"Ridhwan Ardhianto, Luthfi Djauhari Mahfudz, E. Suprijatna","doi":"10.36626/JPPP.V13I24.79","DOIUrl":"https://doi.org/10.36626/JPPP.V13I24.79","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan tepung rumput laut (Gracilaria verrucosa) terfermentasi sebagai bahan penyusun ransum ayam broiler terhadap berat, panjang dan lebar tulang femur, tibia dan tarsometatarsus. Materi yang digunakan adalah ayam broiler jantan dan betina sebanyak 150 ekor umur 7 hari dengan bobot 163,38 ± 24,67 g(CV 3, 04). Bahan pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung Gracilaria verrucosa terfermentasi, bekatul, jagung kuning giling, tepung ikan, bungkil kedelai, PMM, minyak nabati, CaCO3, topmiks. Ransum disusun dengan kandungan protein 21 %, EM 3000 kal/g. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan, setiap perlakuan diulangi sebanyak 6 kali, setiap unit percobaan terdiri dari 5 ekor ayam broiler. Ransum perlakuan yaitu sebagai berikut : T0=ransum tanpa tepung rumput laut; T1=ransum menggunakan tepung rumput laut 5%; T2=ransum menggunakan tepung rumput laut fermentasi 5%; dan T3=7,5%; sisa T4=10%. Hasil penelitian menunjukan bahwa berat, panjang dan lebar tulang femur, tibia dan tarsometatarsus serta berat hidup ayam broiler tidak mengalami perubahan yang signifikan (P>0,05) dalam penggunaan tepung rumput laut terfermentasi dalam ransum hingga level 10%. Kesimpulan yang diperoleh yaitu penggunaan tepung rumput laut (Gracilaria verrucosa) fermentasi dalam ransum tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat, panjang dan lebar tulang femur, tibia dan tarsometatarsus serta berat hidup ayam broiler.","PeriodicalId":261726,"journal":{"name":"Jurnal Pengembangan Penyuluhan Pertanian","volume":"214 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131947583","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Upaya untuk meningkatkan populasi sapi perah dengan salah satu teknologi inseminasi buatan banyak kendala, salah satunya adalah sulitnya deteksi estrus, karena kejadian anestrus sangat umum pada sapi perah setelah lahir. Tujuan dari penelitian ini menggunakan teknik sinkronisasi estrus menggunakan intravaginal implan progeterone untuk mengatasi anestrus di sapi perah pasca melahirkan. Duapuluh ekor sapi perah blasteran yang dimiliki oleh Kelompok Tani ternak di Kabupaten Kabupaten Magelang desa Ngablak dibagi menjadi dua kelompok perlakuan. pengobatan menggunakan implan progesteron CIDR selama 10 hari di intravaginal, II sebagai pengobatan untuk kontrol menggunakan implan kosong selama 10 hari untuk intravaginal sebagai kontrol. Pengamatan birahi dilakukan setelah pengambilan implan dan inseminasi buatan (AI) dilakukan setelah ternak menunjukkan gejala birahi. sapi perah menunjukkan ada tandatanda dari birahi lebih dari 3 periode estrus melakukan pemeriksaan ginekologi untuk menentukan status reproduksi dan kebuntingannya. Hasil menunjukkan kekuatan retensi intravaginal implan dianggap sempurna (100%), induksi estrus menunjukkan perbedaan awal (66,27±07.12 vs 453,76±79,50; P<0,01), jumlah sapi perah birahi adalah acara yang berbeda secara signifikan lebih tinggi (100% vs 60%, P<0,01), tingkat konsepsi (CR) yang dihasilkan tidak berbeda secara signifikan (80% berbanding 76,67%), S / C tidak berbeda nyata (1,43 vs 1,57), angka NR tidak berbeda secara signifikan (73,33% berbanding 75%), estrus panjang siklus tidak berbeda secara signifikan (19±2,23 vs 19,5±0,67), angka kehamilan (PR) menunjukkan tidak ada perbedaan yang lebih tinggi (95,50% berbanding 57,67%, P<0,01), jumlah sapi bunting secara signifikan berbeda (93,33% berbanding 46,67%, P<0,01). Dapat disimpulkan bahwa teknik sinkronisasi dengan progesteron intravaginal mampu menangani anestrus sapi perah setelah lahir.
用其中一种人工受精技术来增加奶牛的数量是很困难的,其中之一是estrus很难发现,因为挤奶奶牛在出生后很常见。本研究的目的是使用estrus同步技术,使用眼角膜植入体,以治疗产后乳牛的anestrus。在加夫拉克摄政地区,牛群群拥有的20头奶牛。治疗在腹腔内使用CIDR植入物10天,II作为控制药物使用空植入物10天作为控制。在牛表现出性欲症状后进行的人工植入和人工授精观察。奶牛的气味表明,这是由超过3个estrus进行妇科检查以确定其生殖和花园的性特征。结果展示了完美植入intravaginal保留被视为力量(100%),诱导estrus显示早期的区别(66.27 7±12 vs 453.76±79.50;P < 0,01),奶牛发情是显著不同的节目数量更高(100% vs 60%, P < 0,01)水平显著(CR)产生的概念没有什么不同(比76,67% 80%),S / C不真实(1,43 vs 1,57)不同的是,数字显著NR没有什么不同(73,33%比75%),estrus显著周期长度没有什么不同(19±2,23 vs 19,5±0,67),怀孕率(作业)显示更高的(95,50%比57,67%没有区别,P< 0.01),牛的数量显著不同(93.33%比46,67%,P< 0.01)。可以推断,与腹股沟黄体的同步工程可以在出生后对奶牛的麻醉进行治疗。
{"title":"Penanganan Anestrus Pasca Beranak Sapi Perah Dengan Implan Progesterone Intravagina Di Kelompok Tani Ternak Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang","authors":"S. Supriyanto","doi":"10.36626/jppp.v13i24.94","DOIUrl":"https://doi.org/10.36626/jppp.v13i24.94","url":null,"abstract":"Upaya untuk meningkatkan populasi sapi perah dengan salah satu teknologi inseminasi buatan banyak kendala, salah satunya adalah sulitnya deteksi estrus, karena kejadian anestrus sangat umum pada sapi perah setelah lahir. Tujuan dari penelitian ini menggunakan teknik sinkronisasi estrus menggunakan intravaginal implan progeterone untuk mengatasi anestrus di sapi perah pasca melahirkan. Duapuluh ekor sapi perah blasteran yang dimiliki oleh Kelompok Tani ternak di Kabupaten Kabupaten Magelang desa Ngablak dibagi menjadi dua kelompok perlakuan. pengobatan menggunakan implan progesteron CIDR selama 10 hari di intravaginal, II sebagai pengobatan untuk kontrol menggunakan implan kosong selama 10 hari untuk intravaginal sebagai kontrol. Pengamatan birahi dilakukan setelah pengambilan implan dan inseminasi buatan (AI) dilakukan setelah ternak menunjukkan gejala birahi. sapi perah menunjukkan ada tandatanda dari birahi lebih dari 3 periode estrus melakukan pemeriksaan ginekologi untuk menentukan status reproduksi dan kebuntingannya. Hasil menunjukkan kekuatan retensi intravaginal implan dianggap sempurna (100%), induksi estrus menunjukkan perbedaan awal (66,27±07.12 vs 453,76±79,50; P<0,01), jumlah sapi perah birahi adalah acara yang berbeda secara signifikan lebih tinggi (100% vs 60%, P<0,01), tingkat konsepsi (CR) yang dihasilkan tidak berbeda secara signifikan (80% berbanding 76,67%), S / C tidak berbeda nyata (1,43 vs 1,57), angka NR tidak berbeda secara signifikan (73,33% berbanding 75%), estrus panjang siklus tidak berbeda secara signifikan (19±2,23 vs 19,5±0,67), angka kehamilan (PR) menunjukkan tidak ada perbedaan yang lebih tinggi (95,50% berbanding 57,67%, P<0,01), jumlah sapi bunting secara signifikan berbeda (93,33% berbanding 46,67%, P<0,01). Dapat disimpulkan bahwa teknik sinkronisasi dengan progesteron intravaginal mampu menangani anestrus sapi perah setelah lahir.","PeriodicalId":261726,"journal":{"name":"Jurnal Pengembangan Penyuluhan Pertanian","volume":"13 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132536978","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penyimpanan pada berbagai tempat pendistribusian telur dalam kurun waktu tertentu untuk mengetahui jumlah total bakteri dan Coliform. Rancangan yang digunakan adalah uji Ttest dan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan yaitu T0 (tanpa perlakuan); T1 (penyimpanan di konsumen) ; T2 (penyimpanan di peternakan) dan T3 (penyimpanan di pasar), penyimpanan dilakukan selama 4 minggu. Data dianalisis menggunakan T Test untuk mengetahui pengaruh perlakuan pada jumlah total bakteri dan ANOVA untuk mengetahui perlakuan pada bakteri coliform. Hasil menunjukkan bahwa tingkat status cemaran bakteri T0: 0,86 ± 0,96, T1: 19,70 ± 12,56, T2: 57,20 ± 6,61, dan T3: 50,60 ± 34,8 (104 cfu/g) sedangkan Coliform T0: 16,76 ± 17,98, T1: 28,08 ± 22,24, T2: 93,24 ± 79,10, dan T3: 354± 77,05 104 (cfu/g) berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap tempat penyimpanan pendistribusian. Dapat disimpulkan bahwa jumlah total bakteri dan Coliform dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, sinar matahari, angina, kontaminan dan penyimpanan.
{"title":"Tingkat Status Pencemaran Bakteri Selama Penyimpanan Di Jalur Distribusi Telur Ayam Layer","authors":"Oktavia Mutiarini, F. Wahyono, S. Susanti","doi":"10.36626/jppp.v13i24.90","DOIUrl":"https://doi.org/10.36626/jppp.v13i24.90","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penyimpanan pada berbagai tempat pendistribusian telur dalam kurun waktu tertentu untuk mengetahui jumlah total bakteri dan Coliform. Rancangan yang digunakan adalah uji Ttest dan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan yaitu T0 (tanpa perlakuan); T1 (penyimpanan di konsumen) ; T2 (penyimpanan di peternakan) dan T3 (penyimpanan di pasar), penyimpanan dilakukan selama 4 minggu. Data dianalisis menggunakan T Test untuk mengetahui pengaruh perlakuan pada jumlah total bakteri dan ANOVA untuk mengetahui perlakuan pada bakteri coliform. Hasil menunjukkan bahwa tingkat status cemaran bakteri T0: 0,86 ± 0,96, T1: 19,70 ± 12,56, T2: 57,20 ± 6,61, dan T3: 50,60 ± 34,8 (104 cfu/g) sedangkan Coliform T0: 16,76 ± 17,98, T1: 28,08 ± 22,24, T2: 93,24 ± 79,10, dan T3: 354± 77,05 104 (cfu/g) berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap tempat penyimpanan pendistribusian. Dapat disimpulkan bahwa jumlah total bakteri dan Coliform dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, sinar matahari, angina, kontaminan dan penyimpanan.","PeriodicalId":261726,"journal":{"name":"Jurnal Pengembangan Penyuluhan Pertanian","volume":"107 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115175124","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kadar protein kasar, produksi volatile fatty acids (VFA) dan amonia (NH3) secara in vitro jerami kedelai yang ditanam dengan perlakuan penyiraman air laut dan mulsa eceng gondok. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap Pola Faktorial 4x2 dengan 4 ulangan. Faktor pertama adalah level penyiraman air laut yang terdiri dari L0 (tanpa air laut/air tawar), L1 (air laut EC 1 mmhos/cm), L2 (air laut EC 1,5 mmhos/cm), dan L3 (air laut EC 2 mmhos/cm). Faktor kedua adalah pemberian dosis mulsa eceng gondok yang terdiri dari M1 (tanpa mulsa) dan M2 (mulsa eceng gondok dosis 4 ton/ha), Data dianalisis ragam (ANOVA) dan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh interaksi yang nyata terhadap kadar protein kasar. Data produksi VFA dan NH3 menunjukkan ada pengaruh yang nyata (P<0,05) dengan level penyiraman air laut, tetapi pada perlakuan pemberian mulsa menunjukkan tidak ada pengaruh yang nyata (P>0,05) dan juga tidak ada interaksi antara kedua perlakuan tersebut. Kesimpulan penelitian ini adalah perlakuan penyiraman level air laut menurunkan nilai kadar protein kasar tetapi perlakuan tersebut dapat menaikkan nilai produksi VFA dan NH3. Perlakuan pemberian mulsa eceng gondok menurunkan nilai kadar protein kasar dan produksi NH3 tetapi perlakuan tersebut menaikkan produksi VFA.
{"title":"Kadar Protein Kasar Dan Fermentabilitas Secara In Vitro Jerami Tanaman Kedelai Yang Ditanam Dengan Penyiraman Air Laut Dan Mulsa Eceng Gondok","authors":"Afnan Fauzi, Surahmanto Surahmanto, Adriani Darmawati","doi":"10.36626/JPPP.V13I24.81","DOIUrl":"https://doi.org/10.36626/JPPP.V13I24.81","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kadar protein kasar, produksi volatile fatty acids (VFA) dan amonia (NH3) secara in vitro jerami kedelai yang ditanam dengan perlakuan penyiraman air laut dan mulsa eceng gondok. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap Pola Faktorial 4x2 dengan 4 ulangan. Faktor pertama adalah level penyiraman air laut yang terdiri dari L0 (tanpa air laut/air tawar), L1 (air laut EC 1 mmhos/cm), L2 (air laut EC 1,5 mmhos/cm), dan L3 (air laut EC 2 mmhos/cm). Faktor kedua adalah pemberian dosis mulsa eceng gondok yang terdiri dari M1 (tanpa mulsa) dan M2 (mulsa eceng gondok dosis 4 ton/ha), Data dianalisis ragam (ANOVA) dan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh interaksi yang nyata terhadap kadar protein kasar. Data produksi VFA dan NH3 menunjukkan ada pengaruh yang nyata (P<0,05) dengan level penyiraman air laut, tetapi pada perlakuan pemberian mulsa menunjukkan tidak ada pengaruh yang nyata (P>0,05) dan juga tidak ada interaksi antara kedua perlakuan tersebut. Kesimpulan penelitian ini adalah perlakuan penyiraman level air laut menurunkan nilai kadar protein kasar tetapi perlakuan tersebut dapat menaikkan nilai produksi VFA dan NH3. Perlakuan pemberian mulsa eceng gondok menurunkan nilai kadar protein kasar dan produksi NH3 tetapi perlakuan tersebut menaikkan produksi VFA.","PeriodicalId":261726,"journal":{"name":"Jurnal Pengembangan Penyuluhan Pertanian","volume":"102 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132261415","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
M. Amrullah, B. Tampoebolon, Bambang Waluyo Prasetyono
Industri peternakan di Indonesia seringkali terhambat oleh masalah pakan yangharganya relatif meningkat dan ketersediaannya tidak stabil. Pembuatan pakan alternatif dari bahan yang memiliki nialai ekonomi rendah serta ketersediaan nya stabil seperti sekam padi diharapkan dapat menjadi salahsatu strategi yang tepat untuk menyiasati masalah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pengaruh perlakuan perbedaan aras starter Aspergillus niger (A. niger) dalam proses fermentasi sekam padi amoniasi terhadap kandungan serat kasar (SK) , protein kasar (PK) dan total digestible nutrients (TDN). Penelitian ini menggunakan sekam padi amoniasi sebagai substrat yang di fermentasi dan Aspergillus niger (A.niger) sebagai starter. Perlakuan ini dirancang menggunakan rancangan acak lengkap dengan 3 perlakuan dan 5 kali ulangan. Penelitianini menggunakan 3 perlakuan yaitu ; T0 : sekam padi amoniasi + starter A.niger 0%, T1 :sekam padi amoniasi + starter A.niger 2,5%, dan T2: sekam padi amoniasi + starter A.niger 5% dengan waktu pemeraman yang sama 15 hari. Hasil penelitian menunjujkan bahwa ada pengaruh yang nyata (p<0,05), perlakuan perbedaan aras starter A.niger terhadap kadar protein kasar, serat kasar, dan TDN sekam padi amoniasi yang di fermentasi. Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa perlakuan T 2 merupakan perlakuan terbaik karena memiliki kadar PK dan TDN tertinggi serta kadar SK terendah dibandingkan T 1 dan T 0
{"title":"Kajian Pengaruh Proses Fermentasi Sekam Padi Amoniasi Menggunakan Aspergillus Niger Terhadap Serat Kasar, Protein Kasar, dan Total Digestible Nutrients","authors":"M. Amrullah, B. Tampoebolon, Bambang Waluyo Prasetyono","doi":"10.36626/jppp.v16i29.64","DOIUrl":"https://doi.org/10.36626/jppp.v16i29.64","url":null,"abstract":"Industri peternakan di Indonesia seringkali terhambat oleh masalah pakan yangharganya relatif meningkat dan ketersediaannya tidak stabil. Pembuatan pakan alternatif dari bahan yang memiliki nialai ekonomi rendah serta ketersediaan nya stabil seperti sekam padi diharapkan dapat menjadi salahsatu strategi yang tepat untuk menyiasati masalah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pengaruh perlakuan perbedaan aras starter Aspergillus niger (A. niger) dalam proses fermentasi sekam padi amoniasi terhadap kandungan serat kasar (SK) , protein kasar (PK) dan total digestible nutrients (TDN). Penelitian ini menggunakan sekam padi amoniasi sebagai substrat yang di fermentasi dan Aspergillus niger (A.niger) sebagai starter. Perlakuan ini dirancang menggunakan rancangan acak lengkap dengan 3 perlakuan dan 5 kali ulangan. Penelitianini menggunakan 3 perlakuan yaitu ; T0 : sekam padi amoniasi + starter A.niger 0%, T1 :sekam padi amoniasi + starter A.niger 2,5%, dan T2: sekam padi amoniasi + starter A.niger 5% dengan waktu pemeraman yang sama 15 hari. Hasil penelitian menunjujkan bahwa ada pengaruh yang nyata (p<0,05), perlakuan perbedaan aras starter A.niger terhadap kadar protein kasar, serat kasar, dan TDN sekam padi amoniasi yang di fermentasi. Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa perlakuan T 2 merupakan perlakuan terbaik karena memiliki kadar PK dan TDN tertinggi serta kadar SK terendah dibandingkan T 1 dan T 0","PeriodicalId":261726,"journal":{"name":"Jurnal Pengembangan Penyuluhan Pertanian","volume":"55 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121030893","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Setyawan Setyawan, Warsono Sarengat M.I, T. A. Sarjana
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan air perasan jeruk nipis dalam air minum terhadap performans ayam broiler. Materi yang digunakan yaitu 90 ekor ayam broiler pada umur 1 hari dengan berat badan awal (38 + 0,1 g/ekor). Perlakuan mulai diterapkan pada umur 21 hari sampai dengan 35 hari. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan 6 ulangan. Perlakuan yang diterapkan sebagai berikut :T0 (tanpa perasan jeruk nipis), T1 (0,5% perasan jeruk nipis) dan T 2 (1% perasan jeruk nipis). Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, konversi pakan, dan income over feed cost (IOFC). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan air perasan jeruk nipis tidak memberikan pengaruh nyata terhadap performans ayam broiler (P>0,05). Dapat disimpulkan bahwa penambahan air perasan jeruk nipis hingga 1% belum dapat memperbaiki performans ayam broiler.
{"title":"Pengaruh Penambahan Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) Dalam Air Minum Terhadap Performans Ayam Broiler","authors":"Setyawan Setyawan, Warsono Sarengat M.I, T. A. Sarjana","doi":"10.36626/jppp.v16i29.65","DOIUrl":"https://doi.org/10.36626/jppp.v16i29.65","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan air perasan jeruk nipis dalam air minum terhadap performans ayam broiler. Materi yang digunakan yaitu 90 ekor ayam broiler pada umur 1 hari dengan berat badan awal (38 + 0,1 g/ekor). Perlakuan mulai diterapkan pada umur 21 hari sampai dengan 35 hari. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan 6 ulangan. Perlakuan yang diterapkan sebagai berikut :T0 (tanpa perasan jeruk nipis), T1 (0,5% perasan jeruk nipis) dan T 2 (1% perasan jeruk nipis). Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, konversi pakan, dan income over feed cost (IOFC). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan air perasan jeruk nipis tidak memberikan pengaruh nyata terhadap performans ayam broiler (P>0,05). Dapat disimpulkan bahwa penambahan air perasan jeruk nipis hingga 1% belum dapat memperbaiki performans ayam broiler.","PeriodicalId":261726,"journal":{"name":"Jurnal Pengembangan Penyuluhan Pertanian","volume":"125 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121210484","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung buah jambu biji dalam ransum ayam broiler dengan dosis yang berbeda terhadap persentase dan potongan komersial karkas ayam broiler. Materi yang digunakan dalam penelitian adalah: 120 ekor unsexing broiler dengan bobot rata-rata 389,33±7,9 g umur 16 hari, ransum tepung buah jambu biji merah dan vitamin C sintetis. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan masing – masing, unit percobaan diisi 6 ekor ayam. Perilaku tersebut adalah T0: tanpa penambahan Tepung buah jambu biji merah (TBJM), T1: 1,7% TBJM, T2: 3,4%TBJM, T3: 5,1%TBJM, T4: vitamin C 500 ppm. Parameter yang diamati adalah persentase karkas dan potongan komersial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian tepung buah jambu biji pada ransum menunjukkan terhadap ayam broiler yang diberikan ransum dengan penggunaan tepung buah jambu biji sebesar 3,4% (T2) menghasilkan berat karkas dan potongan komersial paling tinggi dan pengaruh yang nyata (P<0,05) apabila dibandingkan dengan ayam broiler yang diberikan ransum tanpa penggunaan tepung buah jambu biji (T0), ransum dengan penggunaan tepung buah jambu biji sebesar 1,7% (T1), 5,1% (T3) dan vitamin C 500 ppm (T4). Kesimpulan, penggunaan tepung buah jambu biji 5% sudah mampu meningkatkan bobot karkas ayam broiler.
{"title":"Pengaruh Penggunaan Tepung Buah Jambu Biji (Psidium Guajava L.) Dalam Ransum Terhadap Persentase Dan Potongan Komersial Karkas Ayam Broiler","authors":"D Mandegani, L. D. Mahfudz, B. Sukamto","doi":"10.36626/jppp.v13i24.85","DOIUrl":"https://doi.org/10.36626/jppp.v13i24.85","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung buah jambu biji dalam ransum ayam broiler dengan dosis yang berbeda terhadap persentase dan potongan komersial karkas ayam broiler. Materi yang digunakan dalam penelitian adalah: 120 ekor unsexing broiler dengan bobot rata-rata 389,33±7,9 g umur 16 hari, ransum tepung buah jambu biji merah dan vitamin C sintetis. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan masing – masing, unit percobaan diisi 6 ekor ayam. Perilaku tersebut adalah T0: tanpa penambahan Tepung buah jambu biji merah (TBJM), T1: 1,7% TBJM, T2: 3,4%TBJM, T3: 5,1%TBJM, T4: vitamin C 500 ppm. Parameter yang diamati adalah persentase karkas dan potongan komersial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian tepung buah jambu biji pada ransum menunjukkan terhadap ayam broiler yang diberikan ransum dengan penggunaan tepung buah jambu biji sebesar 3,4% (T2) menghasilkan berat karkas dan potongan komersial paling tinggi dan pengaruh yang nyata (P<0,05) apabila dibandingkan dengan ayam broiler yang diberikan ransum tanpa penggunaan tepung buah jambu biji (T0), ransum dengan penggunaan tepung buah jambu biji sebesar 1,7% (T1), 5,1% (T3) dan vitamin C 500 ppm (T4). Kesimpulan, penggunaan tepung buah jambu biji 5% sudah mampu meningkatkan bobot karkas ayam broiler.","PeriodicalId":261726,"journal":{"name":"Jurnal Pengembangan Penyuluhan Pertanian","volume":"27 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116197319","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh penggunaan tepung limbah penetasan telur puyuh dalam ransum terhadap kualitas fisik telur puyuh. Puyuh yang digunakan sebanyak 160 ekor puyuh betina (Coturnix coturnix japonica), umur 4 minggu dengan bobot badan rata-rata 94,19±7,36 g. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan terdiri dari T0: ransum tanpa tepung limbah penetasan, T1: ransum dengan tepung limbah penetasan 9%, T2: ransum dengan tepung limbah penetasan 12%, dan T3: ransum dengan tepung limbah penetasan 15%. Setiap unit percobaan terdiri dari 8 ekor puyuh. Data yang diperoleh dianalisis ragam menggunakan uji F taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tepung limbah penetasan telur puyuh dalam ransum tidak memberikan pengaruh nyata (P>0,05) terhadap berat telur, tebal kerabang, indeks putih telur, dan indeks kuning telur. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan tepung limbah penetasan telur puyuh dapat digunakan dalam ransum sampai level 15% tanpa merubah kualitas fisik telur puyuh.
{"title":"Penggunaan Tepung Limbah Penetasan Telur Puyuh Dalam Ransum Terhadap Kualitas Fisik Telur Puyuh (Coturnix Coturnix Japonica)","authors":"Suryadin Alamsyah, S. Kismiati, V. D. Yunianto","doi":"10.36626/JPPP.V13I24.78","DOIUrl":"https://doi.org/10.36626/JPPP.V13I24.78","url":null,"abstract":"Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh penggunaan tepung limbah penetasan telur puyuh dalam ransum terhadap kualitas fisik telur puyuh. Puyuh yang digunakan sebanyak 160 ekor puyuh betina (Coturnix coturnix japonica), umur 4 minggu dengan bobot badan rata-rata 94,19±7,36 g. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan terdiri dari T0: ransum tanpa tepung limbah penetasan, T1: ransum dengan tepung limbah penetasan 9%, T2: ransum dengan tepung limbah penetasan 12%, dan T3: ransum dengan tepung limbah penetasan 15%. Setiap unit percobaan terdiri dari 8 ekor puyuh. Data yang diperoleh dianalisis ragam menggunakan uji F taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tepung limbah penetasan telur puyuh dalam ransum tidak memberikan pengaruh nyata (P>0,05) terhadap berat telur, tebal kerabang, indeks putih telur, dan indeks kuning telur. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan tepung limbah penetasan telur puyuh dapat digunakan dalam ransum sampai level 15% tanpa merubah kualitas fisik telur puyuh.","PeriodicalId":261726,"journal":{"name":"Jurnal Pengembangan Penyuluhan Pertanian","volume":"29 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124995252","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian bertujuan untuk mengkaji peranan pelaku pengembangan budidaya ternak sapi potong di Kabupaten Sukoharjo Provinsi Jawa Tengah. Analisis peran pelaku pengembangan ternak sapi potong di Kabupaten Sukoharjo dianalisis dengan menggunakan metode analisis peran. Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan budidaya ternak sapi potong di Kabupaten Sukoharjo, terdiri dari kelompok tani ternak (KTT) di Kabupaten Sukoharjo, pihak Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Sukoharjo, pihak perbankan yaitu Bank BRI sebagai penyedia skim kredit pemodalan pengembangan budidaya ternak sapi potong di Kabupaten Sukoharjo. Alat bantu yang digunakan adalah kuesioner terbuka. Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei dengan menggunakan data primer dan sekunder. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa peran pemangku kepentingan dalam usaha ternak sapi potong telah dilaksanakan sesuai dengan role prescription, akan tetapi yang telah sesuai expectation adalah peran KTT dalam menjual dan memasarkan ternak sapi potong, dan peran Dinas Pertanian dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak
{"title":"Pelaku Pengembangan Budidaya Ternak Sapi Potong Di Kabupaten Sukoharjo Provinsi Jawa Tengah","authors":"K. I. Adinata, S. Sunarso, W. Sumekar","doi":"10.36626/jppp.v13i24.72","DOIUrl":"https://doi.org/10.36626/jppp.v13i24.72","url":null,"abstract":"Penelitian bertujuan untuk mengkaji peranan pelaku pengembangan budidaya ternak sapi potong di Kabupaten Sukoharjo Provinsi Jawa Tengah. Analisis peran pelaku pengembangan ternak sapi potong di Kabupaten Sukoharjo dianalisis dengan menggunakan metode analisis peran. Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan budidaya ternak sapi potong di Kabupaten Sukoharjo, terdiri dari kelompok tani ternak (KTT) di Kabupaten Sukoharjo, pihak Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Sukoharjo, pihak perbankan yaitu Bank BRI sebagai penyedia skim kredit pemodalan pengembangan budidaya ternak sapi potong di Kabupaten Sukoharjo. Alat bantu yang digunakan adalah kuesioner terbuka. Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei dengan menggunakan data primer dan sekunder. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa peran pemangku kepentingan dalam usaha ternak sapi potong telah dilaksanakan sesuai dengan role prescription, akan tetapi yang telah sesuai expectation adalah peran KTT dalam menjual dan memasarkan ternak sapi potong, dan peran Dinas Pertanian dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak","PeriodicalId":261726,"journal":{"name":"Jurnal Pengembangan Penyuluhan Pertanian","volume":"53 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125803095","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}