Pub Date : 2015-03-01DOI: 10.21157/J.KED.HEWAN.V9I1.2784
S. Nuryati, S. Khodijah, A. Alimuddin, M. Setiawati
Penelitian ini bertujuan menentukan frekuensi pemberian vaksin DNA koi herpesvirus (KHV) yang menghasilkan kelangsungan hidup tinggi pada ikan mas yang diinfeksi KHV. Frekuensi pemberian vaksin yaitu vaksinasi satu kali seminggu (K1), vaksinasi dua kali seminggu (K2), vaksinasi tiga kali seminggu (K3), ikan tidak divaksin dan diuji tantang KHV (K4), dan ikan diinjeksi dengan larutan phosphate buffered saline (K5). Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari secara satiasi.Mortalitas pada K1; K2; K3; dan K4 masing-masing adalah 33,33±5,77; 20,00±10,00; 6,67± 5,77; dan 43,33±5,77%, sedangkan kelangsungan hidup relatif (RPS) K1; K2; dan K3 masing-masing adalah 23,07±13,32; 53,84±23,07; 84,60±13,32%. Disimpulkan bahwa pemberian pakan mengandung vaksin DNA anti-KHV dengan frekuensi tiga kali dalam satu minggu efektif meningkatkan kelangsungan hidup ikan mas yang diinfeksi KHV.
{"title":"EFEKTIVITAS PENGGUNAAN VAKSIN DNA DALAM PAKAN PADA IKAN MAS YANG DIINFEKSI KOI HERPESVIRUS","authors":"S. Nuryati, S. Khodijah, A. Alimuddin, M. Setiawati","doi":"10.21157/J.KED.HEWAN.V9I1.2784","DOIUrl":"https://doi.org/10.21157/J.KED.HEWAN.V9I1.2784","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan menentukan frekuensi pemberian vaksin DNA koi herpesvirus (KHV) yang menghasilkan kelangsungan hidup tinggi pada ikan mas yang diinfeksi KHV. Frekuensi pemberian vaksin yaitu vaksinasi satu kali seminggu (K1), vaksinasi dua kali seminggu (K2), vaksinasi tiga kali seminggu (K3), ikan tidak divaksin dan diuji tantang KHV (K4), dan ikan diinjeksi dengan larutan phosphate buffered saline (K5). Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari secara satiasi.Mortalitas pada K1; K2; K3; dan K4 masing-masing adalah 33,33±5,77; 20,00±10,00; 6,67± 5,77; dan 43,33±5,77%, sedangkan kelangsungan hidup relatif (RPS) K1; K2; dan K3 masing-masing adalah 23,07±13,32; 53,84±23,07; 84,60±13,32%. Disimpulkan bahwa pemberian pakan mengandung vaksin DNA anti-KHV dengan frekuensi tiga kali dalam satu minggu efektif meningkatkan kelangsungan hidup ikan mas yang diinfeksi KHV.","PeriodicalId":30999,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran Hewan","volume":"9 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2015-03-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67668706","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2015-03-01DOI: 10.21157/J.KED.HEWAN.V9I1.2790
I. Suartha, I. A. Anthara, W. Wirata, Ni Made Ritha Krisna Dewi, I. Narendra, I. Mahardika
Penelitian ini bertujuan mengetahui seroepidemiologi infeksi porcine circo virus (PCV-2) dua pada peternakan babi di Bali. Pada penelitian ini sampel yang dianalisis sebanyak 295 sampel. Sampel berasal dari peternakan babi rakyat sebanyak 98 dan dari peternakan babi intensif sebanyak 197. Sampel berasal dari delapan kabupaten dari sembilan kabupaten yang ada di Bali. Deteksi antibodi dilaksanakan dengan uji enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) dan deteksi virus dilakukan dengan polymerase chain reaction (PCR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa seroprevalensi antibodi anti-PCV-2 adalah 84,1%, dengan sebaran di peternakan rakyat dan peternakan intensif masingmasing sebesar 70,4 dan 91,2%. Semua peternakan babi intensif menunjukkan antibodi positif. Prevalensi virus PCV-2 di seluruh Bali sebesar 1,7% dengan sebaran pada peternakan rakyat peternakan intensif masing-masing sebesar 3,1 dan 1,0%. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa infeksi PCV-2 pada peternakan babi di Bali bersifat endemis.
{"title":"REVALENSI PORCINE CIRCO VIRUS SECARA SEROLOGIS PADA PETERNAKAN BABI DI BALI","authors":"I. Suartha, I. A. Anthara, W. Wirata, Ni Made Ritha Krisna Dewi, I. Narendra, I. Mahardika","doi":"10.21157/J.KED.HEWAN.V9I1.2790","DOIUrl":"https://doi.org/10.21157/J.KED.HEWAN.V9I1.2790","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan mengetahui seroepidemiologi infeksi porcine circo virus (PCV-2) dua pada peternakan babi di Bali. Pada penelitian ini sampel yang dianalisis sebanyak 295 sampel. Sampel berasal dari peternakan babi rakyat sebanyak 98 dan dari peternakan babi intensif sebanyak 197. Sampel berasal dari delapan kabupaten dari sembilan kabupaten yang ada di Bali. Deteksi antibodi dilaksanakan dengan uji enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) dan deteksi virus dilakukan dengan polymerase chain reaction (PCR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa seroprevalensi antibodi anti-PCV-2 adalah 84,1%, dengan sebaran di peternakan rakyat dan peternakan intensif masingmasing sebesar 70,4 dan 91,2%. Semua peternakan babi intensif menunjukkan antibodi positif. Prevalensi virus PCV-2 di seluruh Bali sebesar 1,7% dengan sebaran pada peternakan rakyat peternakan intensif masing-masing sebesar 3,1 dan 1,0%. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa infeksi PCV-2 pada peternakan babi di Bali bersifat endemis.","PeriodicalId":30999,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran Hewan","volume":"9 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2015-03-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67669186","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2015-03-01DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v9i1.2778
A. Ratnawati, N. Dharmayanti
Pada penelitian ini dilakukan identifikasi virus avian influenza (AI) subtipe H5N1 pada unggas dan lingkungan pasar untuk mengetahui peran pasar sebagai sumber penularan virus. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengambilan sampel swab kloaka unggas dan lingkungan di beberapa pasar di wilayah Jawa Barat dan Tangerang. Sampel selanjutnya dilakukan isolasi ribonucleic acid (RNA) dan dilakukan reverse transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR) dengan menggunakan primer AI subtipe H5N1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa virus AI/H5N1 terdeteksi pada unggas dan lingkungan pasar. Disimpulkan bahwa pasar dapat menjadi sumber penularan virus AI subtipe H5N1 terhadap unggas lainnya.
{"title":"DETEKSI VIRUS AVIAN INFLUENZA SUBTIPE H5N1 DI BEBERAPA PASAR UNGGAS HIDUP DALAM WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT SEKITARNYA","authors":"A. Ratnawati, N. Dharmayanti","doi":"10.21157/j.ked.hewan.v9i1.2778","DOIUrl":"https://doi.org/10.21157/j.ked.hewan.v9i1.2778","url":null,"abstract":"Pada penelitian ini dilakukan identifikasi virus avian influenza (AI) subtipe H5N1 pada unggas dan lingkungan pasar untuk mengetahui peran pasar sebagai sumber penularan virus. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengambilan sampel swab kloaka unggas dan lingkungan di beberapa pasar di wilayah Jawa Barat dan Tangerang. Sampel selanjutnya dilakukan isolasi ribonucleic acid (RNA) dan dilakukan reverse transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR) dengan menggunakan primer AI subtipe H5N1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa virus AI/H5N1 terdeteksi pada unggas dan lingkungan pasar. Disimpulkan bahwa pasar dapat menjadi sumber penularan virus AI subtipe H5N1 terhadap unggas lainnya.","PeriodicalId":30999,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran Hewan","volume":"9 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2015-03-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67668858","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2015-03-01DOI: 10.21157/J.KED.HEWAN.V9I1.2774
Sri Pantja Madyawati, R. Rimayanti, Widjiati Widjiati, Agung Budianto Achmad
Tujuan penelitian ini adalah membuktikan potensi dan efektivitas rat bone marrow mesenchymal stem cell (rbmmsc) sebagai terapi pada kasus teratogenik selama kebuntingan dengan melihat ekspresi tumor necrosis factor (TNF-α), Bax, dan Bcl-2. Dua puluh empat ekor tikus bunting model teratogenik dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yang berbeda yaitu P1-Kontrol (dipapar carbon black dosis 532 mg/m3 selama 4 jam pada umur kebuntingan ke-6 s/d ke-11 + Injeksi MEM 0,1 ml), P1-Terapi (dipapar carbon black dosis 532 mg/m3 selama 4 jam pada umur kebuntingan ke-6 s/d ke-11 + rbmmsc dengan dosis 1x106 sel/0,1 ml), P2-Kontrol (dipapar carbon black dosis 532 mg/m3 selama 4 jam pada umur kebuntingan ke-6 s/d ke-17 + Injeksi MEM 0,1 ml), P2-Terapi (dipapar carbon black dosis 532 mg/m3 selama 4 jam pada umur kebuntingan ke-6 s/d ke-11 + rbmmsc dengan dosis 1x106 sel/0,1 ml). Data yang didapatkan kemudian dianalisis menggunakan uji MannWhitney. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian terapi rat bone marrow mesenchymal stem cell pada tikus model teratogenik particulate matter tidak berpengaruh dalam menurunkan parameter ekspresi TNF-α dan Bax, serta meningkatkan ekspresi Bcl-2 pada plasenta.
这项研究的目的是要证明潜力和老鼠骨骨髓干细胞mesenchymal的有效性(rbmmsc)作为治疗的teratogenik案子已经kebuntingan看到肿瘤坏死因子(TNF -α)表情、Bax和Bcl-2。怀孕二十四只老鼠teratogenik模型分为四组不同的待遇P1-Kontrol (dipapar黑碳532毫克/立方米(4小时第六kebuntingan s - d + 11岁时注射MEM 0.1 ml), P1-Terapi (dipapar黑碳532毫克/立方米(4小时第六kebuntingan s - d + 11岁时常规剂量的rbmmsc 1x106 / 0.1 ml), P2-Kontrol细胞(dipapar黑碳532毫克/立方米(4小时第六kebuntingan s - d + 17岁时注射MEM 0.1 ml),p2 -疗法(在s/d 11个+ rbmmsc 6剂量1x106单元/ 0.1 ml的时候,使用碳黑剂量532 mg/m3 4小时)。然后通过MannWhitney测试对数据进行分析。这项研究结果表明,给予老鼠骨骨髓mesenchymal模型小鼠干细胞疗法teratogenik particulate没有效果的重要参数降低TNF -α、Bax表达增加胎盘的Bcl-2表情。
{"title":"EFEKTIVITAS TERAPI RAT BONE MARROW MESENCHYMAL STEM CELL PADA TIKUS (Rattus norvegicus) MODEL TERATOGENIK PARTICULATE MATTER TERHADAP EKSPRESI TNF- , BAX, DAN BCL-2 PLASENTA","authors":"Sri Pantja Madyawati, R. Rimayanti, Widjiati Widjiati, Agung Budianto Achmad","doi":"10.21157/J.KED.HEWAN.V9I1.2774","DOIUrl":"https://doi.org/10.21157/J.KED.HEWAN.V9I1.2774","url":null,"abstract":"Tujuan penelitian ini adalah membuktikan potensi dan efektivitas rat bone marrow mesenchymal stem cell (rbmmsc) sebagai terapi pada kasus teratogenik selama kebuntingan dengan melihat ekspresi tumor necrosis factor (TNF-α), Bax, dan Bcl-2. Dua puluh empat ekor tikus bunting model teratogenik dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yang berbeda yaitu P1-Kontrol (dipapar carbon black dosis 532 mg/m3 selama 4 jam pada umur kebuntingan ke-6 s/d ke-11 + Injeksi MEM 0,1 ml), P1-Terapi (dipapar carbon black dosis 532 mg/m3 selama 4 jam pada umur kebuntingan ke-6 s/d ke-11 + rbmmsc dengan dosis 1x106 sel/0,1 ml), P2-Kontrol (dipapar carbon black dosis 532 mg/m3 selama 4 jam pada umur kebuntingan ke-6 s/d ke-17 + Injeksi MEM 0,1 ml), P2-Terapi (dipapar carbon black dosis 532 mg/m3 selama 4 jam pada umur kebuntingan ke-6 s/d ke-11 + rbmmsc dengan dosis 1x106 sel/0,1 ml). Data yang didapatkan kemudian dianalisis menggunakan uji MannWhitney. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian terapi rat bone marrow mesenchymal stem cell pada tikus model teratogenik particulate matter tidak berpengaruh dalam menurunkan parameter ekspresi TNF-α dan Bax, serta meningkatkan ekspresi Bcl-2 pada plasenta.","PeriodicalId":30999,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran Hewan","volume":"9 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2015-03-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67668699","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2015-03-01DOI: 10.21157/J.KED.HEWAN.V9I1.2777
Ening Wiedosari, S. Wahyuwardani
Penelitian ini bertujuan mengetahui kejadian penyakit secara patologis pada ayam pedaging di Kabupaten Sukabumi dan Bogor pada bulan Februari (musim penghujan) dan Juni (musim kemarau) tahun 2012. Dari sejumlah peternakan yang dikunjungi total diperoleh 40 kasus penyakit. Diagnosis penyakit ditetapkan berdasarkan sejarah penyakit yang terjadi di peternakan, umur ayam yang sakit, gejala klinis, perubahan patologi anatomis, dan histopatologis. Berbagai faktor seperti kondisi iklim, tata laksana peternakan, pengobatan, dan sejarah vaksinasi digunakan sebagai data penunjang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyakit yang teridentifikasi adalah colibacillosis (22,2%), asites (12,5%), gumboro (12,5%), Newcastle disease (ND) (10%), Salmonella pullorum (10%), dan necrotic enteritis (7,5%). Penyakit terutama terjadi pada ayam umur 11-21 hari (57,5%) dan terjadi pada musim penghujan (60%).
{"title":"STUDI KASUS PENYAKIT AYAM PEDAGING DI KABUPATEN SUKABUMI DAN BOGOR","authors":"Ening Wiedosari, S. Wahyuwardani","doi":"10.21157/J.KED.HEWAN.V9I1.2777","DOIUrl":"https://doi.org/10.21157/J.KED.HEWAN.V9I1.2777","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan mengetahui kejadian penyakit secara patologis pada ayam pedaging di Kabupaten Sukabumi dan Bogor pada bulan Februari (musim penghujan) dan Juni (musim kemarau) tahun 2012. Dari sejumlah peternakan yang dikunjungi total diperoleh 40 kasus penyakit. Diagnosis penyakit ditetapkan berdasarkan sejarah penyakit yang terjadi di peternakan, umur ayam yang sakit, gejala klinis, perubahan patologi anatomis, dan histopatologis. Berbagai faktor seperti kondisi iklim, tata laksana peternakan, pengobatan, dan sejarah vaksinasi digunakan sebagai data penunjang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyakit yang teridentifikasi adalah colibacillosis (22,2%), asites (12,5%), gumboro (12,5%), Newcastle disease (ND) (10%), Salmonella pullorum (10%), dan necrotic enteritis (7,5%). Penyakit terutama terjadi pada ayam umur 11-21 hari (57,5%) dan terjadi pada musim penghujan (60%).","PeriodicalId":30999,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran Hewan","volume":"9 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2015-03-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67668758","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2015-03-01DOI: 10.21157/J.KED.HEWAN.V9I1.2792
M. Hanafiah, W. Nurcahyo, Joko Prastowo, S. Hartati
Tujuan penelitian adalah menentukan kemungkinan faktor-faktor risiko terhadap kemunculan toksoplasmosis. Sebanyak 132 sampel serum darah diambil pada kucing lokal di Yogyakarta. Data-data epidemiologis seperti asal usul kucing, ras kucing, jenis kelamin, umur, lokasi sistem pemeliharaan, jenis pakan, dan frekuensi diare diberi kode untuk mempermudah analisis, kemudian dimasukkan, disimpan, dan dianalisis dengan program Statistix Versi 7 (Analytical Sofware inc). Analisis data dilakukan secara bivariat (Chi-square (2), dan kekuatan asosiasi (OR), dan multivariat (regresi logistik). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap adanya toksoplasmosis pada kucing berdasarkan analisis bivariat adalah pembersihan kotak pasir 1 kali sehari dan mandi 2-3 kali seminggu sedangkan faktor-faktor yang memiliki peluang meningkatkan seropositif toksoplasmosis berdasarkan analisis multivariat adalah pemeliharaan kucing yang bebas di dalam rumah, dimandikan lebih dari 1 kali seminggu, dan dimandikan lebih besar dari 1 bulan sekali.
{"title":"FAKTOR RISIKO INFEKSI Toxoplasma gondii PADA KUCING DOMESTIK YANG DIPELIHARA DI YOGYAKARTA","authors":"M. Hanafiah, W. Nurcahyo, Joko Prastowo, S. Hartati","doi":"10.21157/J.KED.HEWAN.V9I1.2792","DOIUrl":"https://doi.org/10.21157/J.KED.HEWAN.V9I1.2792","url":null,"abstract":"Tujuan penelitian adalah menentukan kemungkinan faktor-faktor risiko terhadap kemunculan toksoplasmosis. Sebanyak 132 sampel serum darah diambil pada kucing lokal di Yogyakarta. Data-data epidemiologis seperti asal usul kucing, ras kucing, jenis kelamin, umur, lokasi sistem pemeliharaan, jenis pakan, dan frekuensi diare diberi kode untuk mempermudah analisis, kemudian dimasukkan, disimpan, dan dianalisis dengan program Statistix Versi 7 (Analytical Sofware inc). Analisis data dilakukan secara bivariat (Chi-square (2), dan kekuatan asosiasi (OR), dan multivariat (regresi logistik). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap adanya toksoplasmosis pada kucing berdasarkan analisis bivariat adalah pembersihan kotak pasir 1 kali sehari dan mandi 2-3 kali seminggu sedangkan faktor-faktor yang memiliki peluang meningkatkan seropositif toksoplasmosis berdasarkan analisis multivariat adalah pemeliharaan kucing yang bebas di dalam rumah, dimandikan lebih dari 1 kali seminggu, dan dimandikan lebih besar dari 1 bulan sekali.","PeriodicalId":30999,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran Hewan","volume":"9 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2015-03-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67669315","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2015-03-01DOI: 10.21157/J.KED.HEWAN.V9I1.2794
Hasudungan A Sidabalok, Denny Widya Lukman, T. Purnawarman
Tujuan penelitian ini mengetahui karakteristik pedagang daging ayam (umur, tingkat pendidikan, pengalaman berjualan, pelatihan, dan status kepegawaian) di pasar tradisional di Kota Jakarta dan hubungan antara karakteristik tersebut dengan pengetahuan terkait higiene dan sanitasi ketika berjualan daging ayam. Sebanyak 217 pedagang daging ayam di pasar tradisional di DKI Jakarta digunakan sebagai responden. Metode penentuan sampel dengan cluster random sampling dan penentuan sampel pasar dengan probability proportional to size (PPS). Data dianalisis secara deskriptif dan hubungan antara peubah diuji dengan uji Gamma. Hasil yang diperoleh adalah hampir seluruh responden (n= 216; 99,5%) berumur di atas 21 tahun, sebagian besar responden (n= 105: 52,3%) lulus SMP dan SMA, dan kebanyakan responden memiliki pengalaman berjualan >3 tahun. Tingkat pengetahuan responden termasuk dalam kategori sedang sampai dengan baik (n= 209; 96,3%). Hasil analisis data menunjukkan terdapat hubungan nyata antara pendidikan dengan pengetahuan (P<0,05) dengan kekuatan korelasi sedang (r= 0,357), serta antara pengalaman dan pengetahuan (P<0,05) dengan terdapat hubungan nyata antara pendidikan dengan pengetahuan (P<0,05) mempunyai korelasi sedang (r= 0,357), serta antara pengalaman dan pengetahuan (P<0,05) mempunyai korelasi lemah (r= 0,296).
{"title":"KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN HIGIENE SANITASI PEDAGANG DAGING AYAM DI PASAR TRADISIONAL DI KOTA JAKARTA","authors":"Hasudungan A Sidabalok, Denny Widya Lukman, T. Purnawarman","doi":"10.21157/J.KED.HEWAN.V9I1.2794","DOIUrl":"https://doi.org/10.21157/J.KED.HEWAN.V9I1.2794","url":null,"abstract":"Tujuan penelitian ini mengetahui karakteristik pedagang daging ayam (umur, tingkat pendidikan, pengalaman berjualan, pelatihan, dan status kepegawaian) di pasar tradisional di Kota Jakarta dan hubungan antara karakteristik tersebut dengan pengetahuan terkait higiene dan sanitasi ketika berjualan daging ayam. Sebanyak 217 pedagang daging ayam di pasar tradisional di DKI Jakarta digunakan sebagai responden. Metode penentuan sampel dengan cluster random sampling dan penentuan sampel pasar dengan probability proportional to size (PPS). Data dianalisis secara deskriptif dan hubungan antara peubah diuji dengan uji Gamma. Hasil yang diperoleh adalah hampir seluruh responden (n= 216; 99,5%) berumur di atas 21 tahun, sebagian besar responden (n= 105: 52,3%) lulus SMP dan SMA, dan kebanyakan responden memiliki pengalaman berjualan >3 tahun. Tingkat pengetahuan responden termasuk dalam kategori sedang sampai dengan baik (n= 209; 96,3%). Hasil analisis data menunjukkan terdapat hubungan nyata antara pendidikan dengan pengetahuan (P<0,05) dengan kekuatan korelasi sedang (r= 0,357), serta antara pengalaman dan pengetahuan (P<0,05) dengan terdapat hubungan nyata antara pendidikan dengan pengetahuan (P<0,05) mempunyai korelasi sedang (r= 0,357), serta antara pengalaman dan pengetahuan (P<0,05) mempunyai korelasi lemah (r= 0,296).","PeriodicalId":30999,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran Hewan","volume":"9 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2015-03-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67669410","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2015-03-01DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v9i1.2785
S. Aisyah, S. Safika, Faisal Jamin
Penelitian ini bertujuan mengetahui kontaminasi Aspergillus flavus dan konsentrasi aflatoksin B1 pada jenis makanan berbahan baku kacang tanah yang dipasarkan di Banda Aceh. Pengambilan sampel dilakukan di pasar tradisional dan swalayan di Banda Aceh. Sampel diisolasi dan diidentifikasi A. flavus serta dideteksi AFB1 dengan menggunakan metode enzym-linked immunosorbent assay (ELISA). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dari 15 sampel makanan berbahan baku kacang tanah, 73,33% (11 sampel) terkontaminasi aflatoksin B 1 dengan konsentrasi yang bervariasi. Walaupun terkontaminasi aflatoksin B1, namun sebanyak 86,67% sampel makanan berbahan baku kacang tanah masih aman dikomsumsi sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan pemerintah yaitu maksimal 20 ppb.
{"title":"PENENTUAN AFLATOKSIN B1 PADA MAKANAN OLAHAN KACANG TANAH DENGAN MENGGUNAKAN ENZYME-LINKED IMMUNOSORBENT ASSAY (ELISA)","authors":"S. Aisyah, S. Safika, Faisal Jamin","doi":"10.21157/j.ked.hewan.v9i1.2785","DOIUrl":"https://doi.org/10.21157/j.ked.hewan.v9i1.2785","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan mengetahui kontaminasi Aspergillus flavus dan konsentrasi aflatoksin B1 pada jenis makanan berbahan baku kacang tanah yang dipasarkan di Banda Aceh. Pengambilan sampel dilakukan di pasar tradisional dan swalayan di Banda Aceh. Sampel diisolasi dan diidentifikasi A. flavus serta dideteksi AFB1 dengan menggunakan metode enzym-linked immunosorbent assay (ELISA). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dari 15 sampel makanan berbahan baku kacang tanah, 73,33% (11 sampel) terkontaminasi aflatoksin B 1 dengan konsentrasi yang bervariasi. Walaupun terkontaminasi aflatoksin B1, namun sebanyak 86,67% sampel makanan berbahan baku kacang tanah masih aman dikomsumsi sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan pemerintah yaitu maksimal 20 ppb.","PeriodicalId":30999,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran Hewan","volume":"9 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2015-03-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67668780","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2015-03-01DOI: 10.21157/J.KED.HEWAN.V9I1.2788
Muslim Akmal, A. Aulanni’am, M. A. Widodo, S. B. Sumitro, Basuki B. Purnomo, T. Siregar, M. Hambal, A. Amiruddin, S. Syafruddin, D. Aliza, A. Sayuti, M. Adam, T. Armansyah, Erdiansyah Rahmi
Penelitian ini bertujuan mengetahui efek injeksi inhibin B terhadap penurunan konsentrasi follicle stimulating hormone (FSH) di dalam serum pada tikus putih (Rattus norvegicus). Dalam penelitian ini digunakan 24 ekor tikus putih berjenis kelamin jantan dengan strain Wistar berumur 4 bulan dengan bobot badan 150-200 g. Tikus-tikus dikelompokkan secara acak ke dalam 4 kelompok, yaitu KK0, KP1, KP2, dan KP3, masing-masing kelompok terdiri atas 6 ekor. Kelompok KK0 merupakan kelompok kontrol hanya diinjeksi dengan phosphate buffer saline (PBS), sedangkan kelompok KP1, KP2, dan KP3 diinjeksi dengan inhibin B dengan dosis berturut-turut 25, 50, dan 100 pg/ekor. Injeksi inhibin B dilakukan secara intraperitoneum sebanyak 5 kali selama 48 hari dengan interval waktu 12 hari. Injeksi pertama inhibin B dilarutkan dengan 0,05 ml PBS dan 0,05 ml Freud’s complete adjuvant (FCA). Injeksi kedua sampai kelima, inhibin B dilarutkan dengan 0,05 ml PBS dan 0,05 ml Freud’s incomplete adjuvant (FICA). Pada hari ke-6 setelah injeksi inhibin B terakhir, tikus dikorbankan secara dislocatio cervicalis,lalu darah dikoleksi langsung dari jantung dan didiamkan hingga didapatkan serum untuk pemeriksaan konsentrasi FSH dengan menggunakan metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa injeksi inhibin B dengan dosis 100 pg/ekor menurunkan konsentrasi FSH secara nyata (P<0,05) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Berdasarkan hal tersebut, inhibin B berpeluang untuk dikembangkan sebagai kandidat kontrasepsi pria hormon berbasis peptida.
{"title":"INHIBIN B MENURUNKAN KONSENTRASI FOLLICLE STIMULATING HORMONE (FSH) PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus): UPAYA PENGEMBANGAN KONTRASEPSI HORMON PRIA BERBASIS PEPTIDA","authors":"Muslim Akmal, A. Aulanni’am, M. A. Widodo, S. B. Sumitro, Basuki B. Purnomo, T. Siregar, M. Hambal, A. Amiruddin, S. Syafruddin, D. Aliza, A. Sayuti, M. Adam, T. Armansyah, Erdiansyah Rahmi","doi":"10.21157/J.KED.HEWAN.V9I1.2788","DOIUrl":"https://doi.org/10.21157/J.KED.HEWAN.V9I1.2788","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan mengetahui efek injeksi inhibin B terhadap penurunan konsentrasi follicle stimulating hormone (FSH) di dalam serum pada tikus putih (Rattus norvegicus). Dalam penelitian ini digunakan 24 ekor tikus putih berjenis kelamin jantan dengan strain Wistar berumur 4 bulan dengan bobot badan 150-200 g. Tikus-tikus dikelompokkan secara acak ke dalam 4 kelompok, yaitu KK0, KP1, KP2, dan KP3, masing-masing kelompok terdiri atas 6 ekor. Kelompok KK0 merupakan kelompok kontrol hanya diinjeksi dengan phosphate buffer saline (PBS), sedangkan kelompok KP1, KP2, dan KP3 diinjeksi dengan inhibin B dengan dosis berturut-turut 25, 50, dan 100 pg/ekor. Injeksi inhibin B dilakukan secara intraperitoneum sebanyak 5 kali selama 48 hari dengan interval waktu 12 hari. Injeksi pertama inhibin B dilarutkan dengan 0,05 ml PBS dan 0,05 ml Freud’s complete adjuvant (FCA). Injeksi kedua sampai kelima, inhibin B dilarutkan dengan 0,05 ml PBS dan 0,05 ml Freud’s incomplete adjuvant (FICA). Pada hari ke-6 setelah injeksi inhibin B terakhir, tikus dikorbankan secara dislocatio cervicalis,lalu darah dikoleksi langsung dari jantung dan didiamkan hingga didapatkan serum untuk pemeriksaan konsentrasi FSH dengan menggunakan metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa injeksi inhibin B dengan dosis 100 pg/ekor menurunkan konsentrasi FSH secara nyata (P<0,05) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Berdasarkan hal tersebut, inhibin B berpeluang untuk dikembangkan sebagai kandidat kontrasepsi pria hormon berbasis peptida.","PeriodicalId":30999,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran Hewan","volume":"9 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2015-03-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67669056","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2015-03-01DOI: 10.21157/J.KED.HEWAN.V9I1.2797
M. H. Wibowo, Tri Untari, Sidna Artanto, Surya Amanu, Aeth Wahyuni, W. Asmara
Penelitian ini bertujuan mengetahui potensi kit deteksi cepat Anigen® rapid test kit rabies Ag dalam mendeteksi virus rabies pada sampel otak anjing yang diperoleh dari lapangan yang meliputi batas deteksi, kecepatan reaksi, uji reaksi silang, uji sensitivitas, dan spesifisitas. Batas deteksi ditentukan dengan pengenceran secara serial kontrol positif virus rabies dan selanjutnya diuji dengan rapid test kit sesuai petunjuk produsen. Uji reaksi silang dilakukan dengan canine parvovirus, Escherichia coli, dan Salmonella sp. Uji sensitivitas dan spesifisitas dilakukan terhadap sampel otak yang telah dikonfirmasi positif rabies dengan uji fluorescent antibody technique. Konfirmasi uji rapid test tersebut dilakukan dengan reverse transcriptase polymerase chain reaction. Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Anigen® rapid test kit rabies Ag mampu mendeteksi sampel yang mengandung virus rabies dengan titer 0,5 x log 106,5/0,03 ml, dengan rata-rata kecepatan reaksi 1,8 menit 29,35 detik (kurang dari 2 menit). Di samping itu Anigen® rapid test kit rabies menunjukkan tidak terdapat reaksi silang dengan canine parvovirus, Escherichia coli, dan Salmonella sp. serta mempunyai sensitivitas 92,30% dan spesifisitas 97,90%
这项研究旨在发现潜力快速检测套件Anigen®中快速测试套件狂犬病Ag在狗的大脑样本中检测狂犬病病毒检测范围覆盖的领域的交叉反应,反应速度测试,测试,灵敏度和特异性。检测极限是通过一系列对狂犬病病毒的积极控制和进一步根据制造商的指示进行快速测试的工具来确定的。交叉反应测试与犬导病毒、大肠杆菌和沙门氏菌测试进行。确认快速测试是用反向转录波酶链反应完成的。基于这些研究中获得的数据可以推断Anigen®快速测试套件狂犬病Ag可以探测到的样本含有病毒狂犬病与titer 0.5 x 106,5/0,03日志ml,平均29,35反应速度1.8分钟秒(少于2分钟)。除此之外Anigen®快速测试套件与犬科动物,parvovirus显示没有狂犬病有交叉反应,Escherichia大肠杆菌、沙门氏菌sp。有92,30%灵敏度和特异性97,90%
{"title":"EVALUASI KIT DETEKSI CEPAT TERHADAP SAMPEL OTAK ANJING TERINFEKSI VIRUS RABIES","authors":"M. H. Wibowo, Tri Untari, Sidna Artanto, Surya Amanu, Aeth Wahyuni, W. Asmara","doi":"10.21157/J.KED.HEWAN.V9I1.2797","DOIUrl":"https://doi.org/10.21157/J.KED.HEWAN.V9I1.2797","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan mengetahui potensi kit deteksi cepat Anigen® rapid test kit rabies Ag dalam mendeteksi virus rabies pada sampel otak anjing yang diperoleh dari lapangan yang meliputi batas deteksi, kecepatan reaksi, uji reaksi silang, uji sensitivitas, dan spesifisitas. Batas deteksi ditentukan dengan pengenceran secara serial kontrol positif virus rabies dan selanjutnya diuji dengan rapid test kit sesuai petunjuk produsen. Uji reaksi silang dilakukan dengan canine parvovirus, Escherichia coli, dan Salmonella sp. Uji sensitivitas dan spesifisitas dilakukan terhadap sampel otak yang telah dikonfirmasi positif rabies dengan uji fluorescent antibody technique. Konfirmasi uji rapid test tersebut dilakukan dengan reverse transcriptase polymerase chain reaction. Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Anigen® rapid test kit rabies Ag mampu mendeteksi sampel yang mengandung virus rabies dengan titer 0,5 x log 106,5/0,03 ml, dengan rata-rata kecepatan reaksi 1,8 menit 29,35 detik (kurang dari 2 menit). Di samping itu Anigen® rapid test kit rabies menunjukkan tidak terdapat reaksi silang dengan canine parvovirus, Escherichia coli, dan Salmonella sp. serta mempunyai sensitivitas 92,30% dan spesifisitas 97,90%","PeriodicalId":30999,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran Hewan","volume":"9 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2015-03-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67669457","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}