Pub Date : 2021-12-28DOI: 10.15408/ijee.v8i2.21488
Gede Krisna, Meialldy Putra, M. Santosa, Ni Putu, Astiti Pratiwi
ABSTRACTThis study investigated the implementation of online peer feedback practice, the students’ perceptions toward online peer feedback practice, and the students’ challenges toward online peer feedback practice. The study employed a mixed-method design with SMA PGRI Blahbatuh students as the population, while the sample was 132 students. The data were collected through observing the online classes using an observation checklist, conducting a survey using a questionnaire, and conducting an interview using an interview guide through focus group discussion. The study’s findings imply several strengths and weaknesses in the online peer feedback practice. It was also revealed that the students had positive perceptions toward the online peer feedback practice. Meanwhile, the interview results revealed several contradictory results regarding the students’ challenges. The students preferred the teacher’s feedback after the practice since it would make them feel safe. The students also suggested anonymous peer feedback practice since they could give the comments honestly, with details, and specifics. Through this study, students can learn to improve their skills in communicating and collaborating with their peers. The study also provided the teacher information to create more effective and efficient online peer feedback practice. ABSTRAKPenelitian ini didesain untuk menyelidiki penerapan praktik umpan balik rekan secara daring, persepsi siswa terhadap praktik umpan balik rekan secara daring, dan tantangan siswa terhadap praktik umpan balik rekan secara daring. Penelitian ini menggunakan desain kombinasi dengan siswa SMA PGRI Blahbatuh sebagai populasi, sedangkan sampelnya hanya 132 siswa. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi kelas online menggunakan lembar observasi, survei menggunakan kuesioner, dan wawancara menggunakan pedoman wawancara melalui diskusi kelompok terfokus. Temuan penelitian menyiratkan bahwa ada beberapa kekuatan dan kelemahan dalam praktik umpan balik rekan secara daring. Terungkap pula bahwa siswa memiliki persepsi positif terhadap praktik umpan balik rekan secara daring. Sementara itu, hasil wawancara mengungkapkan beberapa hasil yang kontradiktif terkait tantangan siswa. Siswa lebih menyukai masukan dari guru setelah latihan karena akan membuat mereka merasa lebih aman. Para siswa juga menyarankan praktik umpan balik rekan anonim karena mereka dapat memberikan komentar dengan jujur, dengan detail, dan spesifik. Melalui penelitian ini, siswa dapat belajar meningkatkan keterampilannya dalam berkomunikasi dan berkolaborasi dengan teman sebayanya. Penelitian ini juga memberikan informasi kepada guru untuk menciptakan praktik umpan balik teman secara daring yang lebih efektif dan efisien.
{"title":"Students’ Perceptions on Online Peer Feedback Practice In EFL Writing","authors":"Gede Krisna, Meialldy Putra, M. Santosa, Ni Putu, Astiti Pratiwi","doi":"10.15408/ijee.v8i2.21488","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/ijee.v8i2.21488","url":null,"abstract":"ABSTRACTThis study investigated the implementation of online peer feedback practice, the students’ perceptions toward online peer feedback practice, and the students’ challenges toward online peer feedback practice. The study employed a mixed-method design with SMA PGRI Blahbatuh students as the population, while the sample was 132 students. The data were collected through observing the online classes using an observation checklist, conducting a survey using a questionnaire, and conducting an interview using an interview guide through focus group discussion. The study’s findings imply several strengths and weaknesses in the online peer feedback practice. It was also revealed that the students had positive perceptions toward the online peer feedback practice. Meanwhile, the interview results revealed several contradictory results regarding the students’ challenges. The students preferred the teacher’s feedback after the practice since it would make them feel safe. The students also suggested anonymous peer feedback practice since they could give the comments honestly, with details, and specifics. Through this study, students can learn to improve their skills in communicating and collaborating with their peers. The study also provided the teacher information to create more effective and efficient online peer feedback practice. ABSTRAKPenelitian ini didesain untuk menyelidiki penerapan praktik umpan balik rekan secara daring, persepsi siswa terhadap praktik umpan balik rekan secara daring, dan tantangan siswa terhadap praktik umpan balik rekan secara daring. Penelitian ini menggunakan desain kombinasi dengan siswa SMA PGRI Blahbatuh sebagai populasi, sedangkan sampelnya hanya 132 siswa. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi kelas online menggunakan lembar observasi, survei menggunakan kuesioner, dan wawancara menggunakan pedoman wawancara melalui diskusi kelompok terfokus. Temuan penelitian menyiratkan bahwa ada beberapa kekuatan dan kelemahan dalam praktik umpan balik rekan secara daring. Terungkap pula bahwa siswa memiliki persepsi positif terhadap praktik umpan balik rekan secara daring. Sementara itu, hasil wawancara mengungkapkan beberapa hasil yang kontradiktif terkait tantangan siswa. Siswa lebih menyukai masukan dari guru setelah latihan karena akan membuat mereka merasa lebih aman. Para siswa juga menyarankan praktik umpan balik rekan anonim karena mereka dapat memberikan komentar dengan jujur, dengan detail, dan spesifik. Melalui penelitian ini, siswa dapat belajar meningkatkan keterampilannya dalam berkomunikasi dan berkolaborasi dengan teman sebayanya. Penelitian ini juga memberikan informasi kepada guru untuk menciptakan praktik umpan balik teman secara daring yang lebih efektif dan efisien. ","PeriodicalId":31076,"journal":{"name":"IJEE Indonesian Journal of English Education","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43514904","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-28DOI: 10.15408/ijee.v8i2.21932
N. Suwastini, I. Nalantha, G. Dantes
ABSTRACTThe present study examined the effectiveness of Google Classroom media in teaching English for tourism students at a private Tourism and Business Institute in Bali during mandatory online learning in 2020. The study was qualitative research, implementing the QAIT model for evaluating the effectiveness of Google Classroom in teaching English, involving four lecturers and 42 students. The data were collected through observations of the teaching-learning process in two classes and interviews with the lecturers. The researchers were the primary research instrument, supported by interview guides and an observation checklist. In general, the use of Google Classroom in these English for Tourism classes was only sufficiently effective, with only one lecturer performing well, two lecturers performing sufficiently, and one lecturer performing insufficiently. Obstacles identified among the students were lousy internet connection, lack of device, low motivation, and lack of readiness in using the online learning platform. In conclusion, the implementation of Google Classroom in the observed English Classroom was proven to be only sufficient. This conclusion implies the need for more training for teachers in using Google Classroom to improve the quality, appropriateness, incentive, and time-effectiveness of the teaching and learning process, especially in online learning. ABSTRAKPenelitian ini mengamati efektivitas media Google Classroom dalam pengajaran bahasa Inggris untuk mahasiswa pariwisata di Institut Pariwisata dan Bisnis swasta di Bali selama pembelajaran online wajib tahun 2020. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, mengimplementasikan model QAIT untuk mengevaluasi efektivitas Google Classroom di pengajaran bahasa Inggris, yang melibatkan empat dosen dan 42 mahasiswa. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi proses belajar mengajar di kedua kelas dan wawancara dengan dosen. Peneliti bertindak sebagai instrumen penelitian utama, didukung oleh pedoman wawancara dan daftar periksa observasi. Secara umum penggunaan Google Classroom pada kelas Bahasa Inggris untuk Pariwisata ini baru cukup efektif, dengan hanya satu dosen yang berprestasi baik, dua dosen berprestasi cukup, dan satu dosen dirasa kurang memadai. Kendala yang ditemukan pada siswa adalah koneksi internet yang buruk, kurangnya perangkat, motivasi yang rendah, dan kurangnya kesiapan dalam menggunakan platform pembelajaran online. Kesimpulannya, penerapan Google Classroom di Kelas Bahasa Inggris yang diamati terbukti hanya cukup. Kesimpulan ini menyiratkan perlunya lebih banyak pelatihan bagi guru dalam menggunakan Google Classroom untuk meningkatkan kualitas, kesesuaian, insentif, dan efektivitas waktu proses belajar mengajar, terutama dalam pembelajaran online.
{"title":"The Effectiveness of Google Classroom Media in Teaching English for Tourism at a Tourism and Business Institute","authors":"N. Suwastini, I. Nalantha, G. Dantes","doi":"10.15408/ijee.v8i2.21932","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/ijee.v8i2.21932","url":null,"abstract":"ABSTRACTThe present study examined the effectiveness of Google Classroom media in teaching English for tourism students at a private Tourism and Business Institute in Bali during mandatory online learning in 2020. The study was qualitative research, implementing the QAIT model for evaluating the effectiveness of Google Classroom in teaching English, involving four lecturers and 42 students. The data were collected through observations of the teaching-learning process in two classes and interviews with the lecturers. The researchers were the primary research instrument, supported by interview guides and an observation checklist. In general, the use of Google Classroom in these English for Tourism classes was only sufficiently effective, with only one lecturer performing well, two lecturers performing sufficiently, and one lecturer performing insufficiently. Obstacles identified among the students were lousy internet connection, lack of device, low motivation, and lack of readiness in using the online learning platform. In conclusion, the implementation of Google Classroom in the observed English Classroom was proven to be only sufficient. This conclusion implies the need for more training for teachers in using Google Classroom to improve the quality, appropriateness, incentive, and time-effectiveness of the teaching and learning process, especially in online learning. ABSTRAKPenelitian ini mengamati efektivitas media Google Classroom dalam pengajaran bahasa Inggris untuk mahasiswa pariwisata di Institut Pariwisata dan Bisnis swasta di Bali selama pembelajaran online wajib tahun 2020. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, mengimplementasikan model QAIT untuk mengevaluasi efektivitas Google Classroom di pengajaran bahasa Inggris, yang melibatkan empat dosen dan 42 mahasiswa. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi proses belajar mengajar di kedua kelas dan wawancara dengan dosen. Peneliti bertindak sebagai instrumen penelitian utama, didukung oleh pedoman wawancara dan daftar periksa observasi. Secara umum penggunaan Google Classroom pada kelas Bahasa Inggris untuk Pariwisata ini baru cukup efektif, dengan hanya satu dosen yang berprestasi baik, dua dosen berprestasi cukup, dan satu dosen dirasa kurang memadai. Kendala yang ditemukan pada siswa adalah koneksi internet yang buruk, kurangnya perangkat, motivasi yang rendah, dan kurangnya kesiapan dalam menggunakan platform pembelajaran online. Kesimpulannya, penerapan Google Classroom di Kelas Bahasa Inggris yang diamati terbukti hanya cukup. Kesimpulan ini menyiratkan perlunya lebih banyak pelatihan bagi guru dalam menggunakan Google Classroom untuk meningkatkan kualitas, kesesuaian, insentif, dan efektivitas waktu proses belajar mengajar, terutama dalam pembelajaran online.","PeriodicalId":31076,"journal":{"name":"IJEE Indonesian Journal of English Education","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47526639","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-28DOI: 10.15408/ijee.v8i2.21679
Suwarsih Madya, Fitria Ayu Meiningsih
ABSTRACTGuessing game is a part of Communicative Language Teaching (CLT), which will create an atmosphere for students to increase the desire to learn languages. However, learning with games makes students undisciplined and requires a long time. This study aims to determine the effect of learning English using a guessing game method on the speaking skills of elementary school students. The study is a one-group pretest-posttest design implemented at the Islamic Elementary School in Yogyakarta. The study sample consisted of 68 students in grade 6 in 2019. The sampling technique used was total sampling. The measured learning outcomes are speaking skills in pronunciation, vocabulary, grammar, fluency, and understanding. The data were processed using the Wilcoxon test. The results showed that the students' speaking skills improved after learning with guessing games. The speaking skills that improved significantly are pronunciation, vocabulary, and fluency. Grammar and comprehension, on the other hand, improved but not significantly. The conclusion is that the guessing game can improve the students' speaking skills even though it has not covered all of its aspects.ABSTRAKGame menebak merupakan bagian dari Communicative Language Teaching (CLT) yang akan menciptakan suasana bagi siswa dalam meningkatkan keinginan untuk belajar bahasa. Namun pembelajaran dengan permainan membuat siswa tidak disiplin dan membutuhkan waktu yang lama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran bahasa Inggris menggunakan metode menebak terhadap keterampilan berbicara siswa sekolah dasar. Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan desain satu grup dengan pre tes dan pasca tes yang dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Yogyakarta. Sampel penelitian berjumlah 68 siswa kelas 6 tahun 2019. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling. Hasil belajar yang diukur adalah keterampilan berbicara berupa pengucapan, kosakata, tata bahasa, kefasihan, dan pemahaman. Data diolah menggunakan uji Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan berbicara siswa meningkat setelah melalui proses pembelajaran dengan permainan tebak-tebakan. Keterampilan berbicara meningkat secara signifikan adalah pengucapan, kosa kata dan kefasihan. Tata bahasa dan pemahaman meningkat tetapi tidak signifikan. Kesimpulannya adalah bahwa permainan tebak-tebakan dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa meskipun belum mencakup semua aspeknya.
{"title":"The Use of Guessing Game in Improving the Speaking Skills of Elementary School Students","authors":"Suwarsih Madya, Fitria Ayu Meiningsih","doi":"10.15408/ijee.v8i2.21679","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/ijee.v8i2.21679","url":null,"abstract":"ABSTRACTGuessing game is a part of Communicative Language Teaching (CLT), which will create an atmosphere for students to increase the desire to learn languages. However, learning with games makes students undisciplined and requires a long time. This study aims to determine the effect of learning English using a guessing game method on the speaking skills of elementary school students. The study is a one-group pretest-posttest design implemented at the Islamic Elementary School in Yogyakarta. The study sample consisted of 68 students in grade 6 in 2019. The sampling technique used was total sampling. The measured learning outcomes are speaking skills in pronunciation, vocabulary, grammar, fluency, and understanding. The data were processed using the Wilcoxon test. The results showed that the students' speaking skills improved after learning with guessing games. The speaking skills that improved significantly are pronunciation, vocabulary, and fluency. Grammar and comprehension, on the other hand, improved but not significantly. The conclusion is that the guessing game can improve the students' speaking skills even though it has not covered all of its aspects.ABSTRAKGame menebak merupakan bagian dari Communicative Language Teaching (CLT) yang akan menciptakan suasana bagi siswa dalam meningkatkan keinginan untuk belajar bahasa. Namun pembelajaran dengan permainan membuat siswa tidak disiplin dan membutuhkan waktu yang lama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran bahasa Inggris menggunakan metode menebak terhadap keterampilan berbicara siswa sekolah dasar. Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan desain satu grup dengan pre tes dan pasca tes yang dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Yogyakarta. Sampel penelitian berjumlah 68 siswa kelas 6 tahun 2019. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling. Hasil belajar yang diukur adalah keterampilan berbicara berupa pengucapan, kosakata, tata bahasa, kefasihan, dan pemahaman. Data diolah menggunakan uji Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan berbicara siswa meningkat setelah melalui proses pembelajaran dengan permainan tebak-tebakan. Keterampilan berbicara meningkat secara signifikan adalah pengucapan, kosa kata dan kefasihan. Tata bahasa dan pemahaman meningkat tetapi tidak signifikan. Kesimpulannya adalah bahwa permainan tebak-tebakan dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa meskipun belum mencakup semua aspeknya.","PeriodicalId":31076,"journal":{"name":"IJEE Indonesian Journal of English Education","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48222227","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-28DOI: 10.15408/ijee.v8i2.21853
Ika Hidayanti, Alfan Zuhairi, Kurniasih Kurniasih
ABSTRACTMeasuring students’ English ability in most universities would be counted from their passing grade on the Test of English as A Foreign Language (TOEFL). Listening to natives is considered a complicated section to answer among the three sections. Thus, EFL learners should focus on attainment strategies to answer the TOEFL preparation test. The current study examines students’ profile of attainment strategy use and how usage of this strategy differs by gender. The sixth English semester students, faculty of education at Universitas Islam Malang, were required to fill out the questionnaire of strategies used to answer the TOEFL. Utilizing the descriptive and independent t-test, the findings reveal that students deployed the strategies at a moderate level. Further, female students used all the strategies more often and significantly differently than their counterparts. This implies that the use of strategies could ease them in obtaining good scores in listening.ABSTRAKMengukur ketrampilan bahasa Inggris mahasiswa di sebagian besar universitas akan dihitung dari nilai kelulusan mereka pada tes TOEFL (Test of English as a Foreign Language). Diantara ketiga bagian pada tes TOEFL, tes pada bagian I (Listening) dianggap sebagai tes yang sulit untuk dijawab. Sehingga, mahasiswa diharapkan bisa fokus dan bisa menggunakan strategi tepat ketika menjawab tes TOEFL. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana profil penggunaan strategi menjawab tes TOEFL dan mengidentifikasi perbedaan penggunaaan oleh mahasiswa laki-laki dan perempuan. Mahasiswa semester enam jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Pendidikan, Universitas Islam Malang dilibatkan dalam penelitian ini dan mereka diminta mengisi kuesioner strategi menjawab tes TOEFL. Dengan menggunakan analisis dan Uji T-tes, temuan menunjukkan bahwa mahasiswa menggunakan strategi dalam kategori sedang. Hasil selanjutnya mengindikasikan bahwa mahasiswa perempuan sering menggunakan strategi dan berbeda secara signifikan dari mahasiswa laki-laki. Hal ini berarti bahwa penggunaan strategi dapat memudahkan mahasiswa tersebut untuk mendapatkan nilai bagus.
摘要在大多数大学里,衡量学生的英语能力都是从托福成绩中计算出来的。在三个部分中,听当地人说话被认为是一个比较复杂的部分。因此,英语学习者应注重成就策略来应对托福备考。目前的研究考察了学生的成就策略的使用概况,以及这种策略的使用如何因性别而异。伊斯兰玛琅大学(Universitas Islam Malang)教育学院第六学期的学生被要求填写托福考试策略问卷。利用描述性和独立t检验,研究结果显示,学生在中等水平上部署了策略。此外,女学生使用所有策略的频率更高,且差异显著。这意味着策略的使用可以帮助他们在听力中取得好成绩。[摘要]孟古克·克特兰·英格里斯大学的研究结果表明,孟古克·克特兰·英格里斯大学的研究结果表明,孟古克·克特兰·英格里斯大学的研究结果表明,孟古克·克特兰·英格里斯大学的研究结果与托福(作为外语的英语考试)结果一致。Diantara ketiga bagian pat tes TOEFL, tes patada bagian I(听力)dianggap sebagai tes yang sulit untuk dijawab。在托福考试中,我认为这是一种很好的学习方法。Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana剖析penggunaan策略menjai托福考试的dan mengiidentififikasi perbedaan和penggunaan oleh mahasiswa laki-laki dan perempuan。Mahasiswa学期考试科目为jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Pendidikan, Universitas islamismalang dililibatkan dalam penelitian i dan mereka diminan mengisi kuesioner策略考试科目为TOEFL。邓坎分析孟古纳坎,丹·乌吉·特提斯,temuumunjukkan, mahasiswa孟古纳坎战略,dalam kategori seang。哈西尔·萨兰朱尼娅·孟山都·卡西坎·巴瓦·马哈西姆·卡西姆·卡西姆·卡西姆·卡西姆·卡西姆·卡西姆·卡西姆·卡西姆·卡西姆·卡西姆·卡西姆·卡西姆哈尔尼·贝拉蒂·巴哈尼·巴哈尼·巴哈尼·巴哈尼·巴哈尼·巴哈尼·巴哈尼·巴哈尼·巴哈尼·巴哈尼·巴哈尼·巴哈尼·巴哈尼·巴哈尼·巴哈尼。
{"title":"Strategy Preference in Listening: A Profile of EFL Students to Answer TOEFL Test","authors":"Ika Hidayanti, Alfan Zuhairi, Kurniasih Kurniasih","doi":"10.15408/ijee.v8i2.21853","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/ijee.v8i2.21853","url":null,"abstract":"ABSTRACTMeasuring students’ English ability in most universities would be counted from their passing grade on the Test of English as A Foreign Language (TOEFL). Listening to natives is considered a complicated section to answer among the three sections. Thus, EFL learners should focus on attainment strategies to answer the TOEFL preparation test. The current study examines students’ profile of attainment strategy use and how usage of this strategy differs by gender. The sixth English semester students, faculty of education at Universitas Islam Malang, were required to fill out the questionnaire of strategies used to answer the TOEFL. Utilizing the descriptive and independent t-test, the findings reveal that students deployed the strategies at a moderate level. Further, female students used all the strategies more often and significantly differently than their counterparts. This implies that the use of strategies could ease them in obtaining good scores in listening.ABSTRAKMengukur ketrampilan bahasa Inggris mahasiswa di sebagian besar universitas akan dihitung dari nilai kelulusan mereka pada tes TOEFL (Test of English as a Foreign Language). Diantara ketiga bagian pada tes TOEFL, tes pada bagian I (Listening) dianggap sebagai tes yang sulit untuk dijawab. Sehingga, mahasiswa diharapkan bisa fokus dan bisa menggunakan strategi tepat ketika menjawab tes TOEFL. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana profil penggunaan strategi menjawab tes TOEFL dan mengidentifikasi perbedaan penggunaaan oleh mahasiswa laki-laki dan perempuan. Mahasiswa semester enam jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Pendidikan, Universitas Islam Malang dilibatkan dalam penelitian ini dan mereka diminta mengisi kuesioner strategi menjawab tes TOEFL. Dengan menggunakan analisis dan Uji T-tes, temuan menunjukkan bahwa mahasiswa menggunakan strategi dalam kategori sedang. Hasil selanjutnya mengindikasikan bahwa mahasiswa perempuan sering menggunakan strategi dan berbeda secara signifikan dari mahasiswa laki-laki. Hal ini berarti bahwa penggunaan strategi dapat memudahkan mahasiswa tersebut untuk mendapatkan nilai bagus. ","PeriodicalId":31076,"journal":{"name":"IJEE Indonesian Journal of English Education","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42596596","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-28DOI: 10.15408/ijee.v8i2.19843
Arif Nugroho, Yunika Triana
ABSTRACTThe present-day English language learning is characterized by educational potentials of digital technology for informal learning context. However, research examining EFL learners’ characteristics on self-directed use of digital devices for language learning remains a paucity of evidence. Addressing this current issue, the present study aims to shed some light on English language learners’ beliefs and practices on informal digital learning of English beyond classroom. A total of 117 Indonesian EFL learners participated in this study through a 5-point Likert-scale survey and semi-structured interview. The results revealed the disparity between the EFL learners’ beliefs and practices on informal digital learning of English. These EFL learners surely believed that informal digital learning activities could significantly enhance the target language skills, but they slightly engaged in digital learning activities beyond the classroom schedule. The results of semi-structured interviews further delineated that use of native languages in their social circle relationships and limitations of the digital devices used became particular reasons for this circumstance. The results contribute to the realm of English language teaching to reach the possible synchronicity between teacher-designed in-class and out-class digital learning activities and students’ language learning styles and preferences to achieve the success of target language learning.ABSTRAKPembelajaran bahasa Inggris masa kini bercirikan potensi pendidikan teknologi digital untuk konteks pembelajaran informal. Namun, penelitian yang meneliti karakteristik pelajar EFL tentang penggunaan perangkat digital secara mandiri untuk pembelajaran bahasa masih tetap kekurangan bukti. Mengatasi masalah saat ini, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan keyakinan dan praktik pembelajar bahasa Inggris tentang pembelajaran digital informal bahasa Inggris di luar kelas. Sebanyak 117 pelajar EFL Indonesia berpartisipasi dalam penelitian ini melalui survei skala Likert 5 poin dan wawancara semi terstruktur. Hasilnya mengungkapkan perbedaan antara keyakinan dan praktik pelajar EFL pada pembelajaran digital informal bahasa Inggris. Pembelajar EFL ini pasti percaya bahwa kegiatan pembelajaran digital informal dapat secara signifikan meningkatkan keterampilan bahasa target, tetapi mereka sedikit terlibat dalam kegiatan pembelajaran digital di luar jadwal kelas. Hasil wawancara semi-terstruktur lebih lanjut menggambarkan bahwa penggunaan bahasa asli dari hubungan lingkaran sosial mereka dan keterbatasan perangkat digital yang digunakan menjadi alasan khusus untuk keadaan ini. Hasilnya berkontribusi pada ranah pengajaran bahasa Inggris untuk mencapai kemungkinan sinkronisitas antara kegiatan pembelajaran digital di dalam dan di luar kelas yang dirancang guru dan gaya dan preferensi belajar bahasa siswa untuk mencapai keberhasilan pembelajaran bahasa target.
{"title":"EFL Learners’ Beliefs and Practices on Informal Digital Learning of English beyond Classroom","authors":"Arif Nugroho, Yunika Triana","doi":"10.15408/ijee.v8i2.19843","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/ijee.v8i2.19843","url":null,"abstract":"ABSTRACTThe present-day English language learning is characterized by educational potentials of digital technology for informal learning context. However, research examining EFL learners’ characteristics on self-directed use of digital devices for language learning remains a paucity of evidence. Addressing this current issue, the present study aims to shed some light on English language learners’ beliefs and practices on informal digital learning of English beyond classroom. A total of 117 Indonesian EFL learners participated in this study through a 5-point Likert-scale survey and semi-structured interview. The results revealed the disparity between the EFL learners’ beliefs and practices on informal digital learning of English. These EFL learners surely believed that informal digital learning activities could significantly enhance the target language skills, but they slightly engaged in digital learning activities beyond the classroom schedule. The results of semi-structured interviews further delineated that use of native languages in their social circle relationships and limitations of the digital devices used became particular reasons for this circumstance. The results contribute to the realm of English language teaching to reach the possible synchronicity between teacher-designed in-class and out-class digital learning activities and students’ language learning styles and preferences to achieve the success of target language learning.ABSTRAKPembelajaran bahasa Inggris masa kini bercirikan potensi pendidikan teknologi digital untuk konteks pembelajaran informal. Namun, penelitian yang meneliti karakteristik pelajar EFL tentang penggunaan perangkat digital secara mandiri untuk pembelajaran bahasa masih tetap kekurangan bukti. Mengatasi masalah saat ini, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan keyakinan dan praktik pembelajar bahasa Inggris tentang pembelajaran digital informal bahasa Inggris di luar kelas. Sebanyak 117 pelajar EFL Indonesia berpartisipasi dalam penelitian ini melalui survei skala Likert 5 poin dan wawancara semi terstruktur. Hasilnya mengungkapkan perbedaan antara keyakinan dan praktik pelajar EFL pada pembelajaran digital informal bahasa Inggris. Pembelajar EFL ini pasti percaya bahwa kegiatan pembelajaran digital informal dapat secara signifikan meningkatkan keterampilan bahasa target, tetapi mereka sedikit terlibat dalam kegiatan pembelajaran digital di luar jadwal kelas. Hasil wawancara semi-terstruktur lebih lanjut menggambarkan bahwa penggunaan bahasa asli dari hubungan lingkaran sosial mereka dan keterbatasan perangkat digital yang digunakan menjadi alasan khusus untuk keadaan ini. Hasilnya berkontribusi pada ranah pengajaran bahasa Inggris untuk mencapai kemungkinan sinkronisitas antara kegiatan pembelajaran digital di dalam dan di luar kelas yang dirancang guru dan gaya dan preferensi belajar bahasa siswa untuk mencapai keberhasilan pembelajaran bahasa target. ","PeriodicalId":31076,"journal":{"name":"IJEE Indonesian Journal of English Education","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45867162","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-28DOI: 10.15408/ijee.v8i2.20793
N. Nursamsu
ABSTRACTThis research investigated the interaction effects between gender and Learner-Centered Teaching Strategies toward learners' writing performance. The study was a quasi-experiment using tests as the research instrument. The participants were 72 learners of the English Department at a state institution consisting of 34 males and 38 females. The class was classified into two parts: experiment groups consisting of self-directed learning class (SDL), discovery learning class (DL), and small group discussion class (SGD); and a control group: lecturing class (L). A two-way ANOVA was used for data analysis. The findings confirmed a significant difference by gender (F=10.629. Sig. 0.002<0.05); and Learner-Centered Teaching Strategies F=20.658. Sig. 0.000<0.050) on the learners' writing performance. It also indicated that females (means score 73.46) were higher than males (means score 64.45). In contrast, no interaction effect simultaneously occurred among gender and the Learner-Centered Teaching Strategies (F 2.70) = 2.301. Sig. 0.086>0.050). Both of them did not contribute simultaneously to writing performance. Lastly, the r squared was 0.574 indicating a high correlation of teaching strategies and gender (57%). The teachers were suggested to apply learner-centered teaching strategies in an L2 writing class at a higher education level.ABSTRAKPenelitian ini menyelidiki pengaruh interaksi antara gender dan strategi pengajaran terpusat pada peserta didik terhadap kinerja menulis peserta didik. Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan instrument yang digunakan adalah tes. Partisipan berjumlah 72 mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris di sebuah universitas negeri yang terdiri dari 34 laki-laki dan 38 perempuan. Kelas diklasifikasikan menjadi dua bagian: kelompok eksperimen yang terdiri dari kelas self-directed learning (SDL), kelas discovery learning (DL), ; kelas diskusi kelompok kecil (SGD); dan kelompok kontrol: kelas kuliah (L). Anova dua jalur digunakan pada analisis data. Temuan mengkonfirmasi perbedaan yang signifikan terjadi untuk jenis kelamin (F = 10,629. Sig. 0,002 <0,05); dan strategi pengajaran terpusat pada peserta didik F=20.658. Sig. 0,000<0,050) terhadap kemampuan menulis siswa. Hal ini juga menunjukkan bahwa perempuan (rata-rata skor 73,46) lebih tinggi daripada laki-laki (rata-rata skor 64,45). Sebaliknya, tidak ada efek interaksi yang terjadi secara simultan antara gender dan strategi pengajaran terpusat pada peserta didik (F 2,70) = 2,301. Tanda tangan. 0,086>0,050). Keduanya tidak berkontribusi secara bersamaan pada kinerja menulis. Terakhir, nilai r kuadrat adalah 0,574 yang menunjukkan korelasi tinggi antara strategi pengajaran dan gender (57%). Para guru disarankan untuk menerapkan strategi pengajaran yang berpusat pada peserta didik di kelas menulis L2 di pendidikan tinggi.
摘要本研究探讨了性别和以学习者为中心的教学策略对学生写作成绩的交互影响。本研究是以测试为研究工具的准实验。研究对象是一所国立大学英语系的72名学生,其中男34人,女38人。课堂分为两部分:实验组由自主学习班(SDL)、发现学习班(DL)和小组讨论班(SGD)组成;对照组为授课班(L)。数据分析采用双因素方差分析。研究结果证实了性别之间的显著差异(F=10.629)。Sig 0.0020.050)。他们两人并没有同时为写作做出贡献。最后,r平方为0.574,表明教学策略与性别高度相关(57%)。建议教师在高等教育的第二语言写作课堂上运用以学习者为中心的教学策略。摘要/ abstract摘要:penelitian ini menyelidiki pengaridki interaksi, antara gender danstrategi pengajajan terpusa peserta didik. penelitian penelitian ini menyelidiki pengaridki interaksi。詹尼斯penelitian ini adalah kuasi ekexperiment登干仪器yang digunakan adalah tes。在马来西亚的大学里,有一所大学是在马来西亚的大学里,有一所大学是在马来西亚的大学里。Kelas diklasifikasikan menjadi dua bagian: kelompok eksperen yang terdiri dari Kelas自主学习(SDL), Kelas发现学习(DL);海参(SGD);dan kelompok对照:kelas kuliah (L). Anova dua jalur digunakan数据分析。(F = 10,629)。Sig. 0,002, 0,050)。Keduanya tidak berkontribusi secara bersamaan padkinerja menulis。Terakhir, nilai和kuadrat adalah 0.574 yang menunjukkan korelasi tinggi antara strategy i pengajaran dan gender(57%)。Para guru disarankan untuk menerapkan strategi pengajaran yang berpusat paderta didik di kelas menulis L2 dididikkan tinggi。
{"title":"Investigation on Gender and Learners-Centered Teaching Strategies Toward Learners' Writing Performance","authors":"N. Nursamsu","doi":"10.15408/ijee.v8i2.20793","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/ijee.v8i2.20793","url":null,"abstract":"ABSTRACTThis research investigated the interaction effects between gender and Learner-Centered Teaching Strategies toward learners' writing performance. The study was a quasi-experiment using tests as the research instrument. The participants were 72 learners of the English Department at a state institution consisting of 34 males and 38 females. The class was classified into two parts: experiment groups consisting of self-directed learning class (SDL), discovery learning class (DL), and small group discussion class (SGD); and a control group: lecturing class (L). A two-way ANOVA was used for data analysis. The findings confirmed a significant difference by gender (F=10.629. Sig. 0.002<0.05); and Learner-Centered Teaching Strategies F=20.658. Sig. 0.000<0.050) on the learners' writing performance. It also indicated that females (means score 73.46) were higher than males (means score 64.45). In contrast, no interaction effect simultaneously occurred among gender and the Learner-Centered Teaching Strategies (F 2.70) = 2.301. Sig. 0.086>0.050). Both of them did not contribute simultaneously to writing performance. Lastly, the r squared was 0.574 indicating a high correlation of teaching strategies and gender (57%). The teachers were suggested to apply learner-centered teaching strategies in an L2 writing class at a higher education level.ABSTRAKPenelitian ini menyelidiki pengaruh interaksi antara gender dan strategi pengajaran terpusat pada peserta didik terhadap kinerja menulis peserta didik. Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan instrument yang digunakan adalah tes. Partisipan berjumlah 72 mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris di sebuah universitas negeri yang terdiri dari 34 laki-laki dan 38 perempuan. Kelas diklasifikasikan menjadi dua bagian: kelompok eksperimen yang terdiri dari kelas self-directed learning (SDL), kelas discovery learning (DL), ; kelas diskusi kelompok kecil (SGD); dan kelompok kontrol: kelas kuliah (L). Anova dua jalur digunakan pada analisis data. Temuan mengkonfirmasi perbedaan yang signifikan terjadi untuk jenis kelamin (F = 10,629. Sig. 0,002 <0,05); dan strategi pengajaran terpusat pada peserta didik F=20.658. Sig. 0,000<0,050) terhadap kemampuan menulis siswa. Hal ini juga menunjukkan bahwa perempuan (rata-rata skor 73,46) lebih tinggi daripada laki-laki (rata-rata skor 64,45). Sebaliknya, tidak ada efek interaksi yang terjadi secara simultan antara gender dan strategi pengajaran terpusat pada peserta didik (F 2,70) = 2,301. Tanda tangan. 0,086>0,050). Keduanya tidak berkontribusi secara bersamaan pada kinerja menulis. Terakhir, nilai r kuadrat adalah 0,574 yang menunjukkan korelasi tinggi antara strategi pengajaran dan gender (57%). Para guru disarankan untuk menerapkan strategi pengajaran yang berpusat pada peserta didik di kelas menulis L2 di pendidikan tinggi.","PeriodicalId":31076,"journal":{"name":"IJEE Indonesian Journal of English Education","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45202314","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-28DOI: 10.15408/ijee.v8i2.22358
R. Prasetya
ABSTRACTThe study aimed to explore and investigate the versatility, capacity, and adaptability for accommodating online English learning. The qualitative approach was employed in the study with a descriptive research design. 86 participants responded to the survey, and 25 semi-structured interviews were adjusted from the National Survey of Student Engagement (NSSE). The study’s findings have implications for employing online instructors, instructional designers, and administrators to increase online course engagement. The study exposed four recommendations based on the finding, including instructional elements of collaborated and interactive activities, integrated electronic tests applied on mobile phones, and Enhanced Social familiarity. English lecturers preferred to use Moodle and Google classroom as their daily Learning Management System (LMS) in the study context. The interactive tools intended to apply with QuizGame and Wirewax while conference communication instrument approved to the Google Meeting and Skype. Conclusively, the study offered implications for practice by confirming and presenting the online tools approach that might be utilized to engage and implement online English learning education in Higher Education circumstances.ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan menyelidiki keserbagunaan, kapasitas, dan kemampuan beradaptasi untuk mengakomodasi pembelajaran daring bahasa Inggris. Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian ini dengan desain penelitian deskriptif. 86 peserta menanggapi survei, dan 25 wawancara semi-terstruktur disesuaikan dari National Survey of Student Engagement (NSSE). Temuan penelitian ini memiliki implikasi untuk mengenlola instruktur daring, perancang instruksional pembelajaran, dan administrator untuk meningkatkan keterlibatan kelas daring. Studi ini memaparkan empat rekomendasi, termasuk elemen instruksional dari aktivitas kolaborasi dan interaktif, tes elektronik terintegrasi yang diterapkan pada ponsel, dan Peningkatan kedekatan Sosial. Instruktur atau dosen bahasa Inggris lebih menggunakan Moodle dan Google classroom sebagai Learning Management System (LMS) harian mereka dalam konteks belajar daring. Keterlibatan alat interaktif dimaksudkan untuk penerapan dengan QuizGame dan Wirewax sementara instrumen komunikasi konferensi digunakan dalam Google Meeting dan Skype. Secara meyakinkan, penelitian ini menawarkan implikasi untuk praktik dengan mengonfirmasi dan menyajikan pendekatan alat daring sehingga dapat digunakan untuk melibatkan dan mengimplementasikan pendidikan pembelajaran bahasa Inggris daring di lingkungan Pendidikan Tinggi.
{"title":"Engagement Strategies in Electronic Tools English Online Learning: Higher Education Context","authors":"R. Prasetya","doi":"10.15408/ijee.v8i2.22358","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/ijee.v8i2.22358","url":null,"abstract":"ABSTRACTThe study aimed to explore and investigate the versatility, capacity, and adaptability for accommodating online English learning. The qualitative approach was employed in the study with a descriptive research design. 86 participants responded to the survey, and 25 semi-structured interviews were adjusted from the National Survey of Student Engagement (NSSE). The study’s findings have implications for employing online instructors, instructional designers, and administrators to increase online course engagement. The study exposed four recommendations based on the finding, including instructional elements of collaborated and interactive activities, integrated electronic tests applied on mobile phones, and Enhanced Social familiarity. English lecturers preferred to use Moodle and Google classroom as their daily Learning Management System (LMS) in the study context. The interactive tools intended to apply with QuizGame and Wirewax while conference communication instrument approved to the Google Meeting and Skype. Conclusively, the study offered implications for practice by confirming and presenting the online tools approach that might be utilized to engage and implement online English learning education in Higher Education circumstances.ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan menyelidiki keserbagunaan, kapasitas, dan kemampuan beradaptasi untuk mengakomodasi pembelajaran daring bahasa Inggris. Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian ini dengan desain penelitian deskriptif. 86 peserta menanggapi survei, dan 25 wawancara semi-terstruktur disesuaikan dari National Survey of Student Engagement (NSSE). Temuan penelitian ini memiliki implikasi untuk mengenlola instruktur daring, perancang instruksional pembelajaran, dan administrator untuk meningkatkan keterlibatan kelas daring. Studi ini memaparkan empat rekomendasi, termasuk elemen instruksional dari aktivitas kolaborasi dan interaktif, tes elektronik terintegrasi yang diterapkan pada ponsel, dan Peningkatan kedekatan Sosial. Instruktur atau dosen bahasa Inggris lebih menggunakan Moodle dan Google classroom sebagai Learning Management System (LMS) harian mereka dalam konteks belajar daring. Keterlibatan alat interaktif dimaksudkan untuk penerapan dengan QuizGame dan Wirewax sementara instrumen komunikasi konferensi digunakan dalam Google Meeting dan Skype. Secara meyakinkan, penelitian ini menawarkan implikasi untuk praktik dengan mengonfirmasi dan menyajikan pendekatan alat daring sehingga dapat digunakan untuk melibatkan dan mengimplementasikan pendidikan pembelajaran bahasa Inggris daring di lingkungan Pendidikan Tinggi.","PeriodicalId":31076,"journal":{"name":"IJEE Indonesian Journal of English Education","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48917541","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-29DOI: 10.15408/ijee.v1i1.19890
E. Rahmani
ABSTRACTCurrent studies report that a teaching practice program is important for pre-service teachers of English in providing real teaching experiences at school. However, since the Covid-19 outbreak, all school activities are transferred to online delivery mode, which led to teaching practice implementation to be conducted online. This transference must cause pre-service teachers to have different teaching practice experiences. Therefore, the study aims to discover pre-service teachers' perceptions regarding their teaching practice experience during the pandemic. This research was conducted to 114 seventh-semester students of the English Education Department of FKIP Pontianak. The methodology was a mixed-method where the quantitative procedure was first done, followed by the qualitative procedure. The data were gathered through questionnaires and interviews. The results indicated that the online teaching practice program brought various experiences resulting in “satisfying” and “unsatisfying” perceptions. In detail, more than 50% of participants agreed that despite the challenging situations they faced during the practice, they found the online teaching practice program beneficial, especially in providing broad teaching insights and experience. Hence, despite limitations to its ways of implementation, teaching practice program tends to shape positive teaching mindset and attitudes for pre-service teachers. ABSTRAKStudi saat ini melaporkan bahwa program praktik mengajar penting bagi calon guru Bahasa Inggris dalam memberikan pengalaman mengajar yang nyata di sekolah. Namun, sejak merebaknya wabah Covid-19, seluruh kegiatan sekolah dialihkan secara online, sehingga pelaksanaan praktik mengajar dilakukan secara online. Pemindahan ini harus menyebabkan para calon guru memiliki pengalaman praktik mengajar yang berbeda. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi calon guru tentang pengalaman praktik mengajar mereka selama pandemi. Penelitian ini dilakukan terhadap 114 mahasiswa semester tujuh pada Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Pontianak. Metodolog yang digunakan adalah metode penelitian campuran di mana prosedur kuantitatif dilakukan pertama kali, diikuti oleh prosedur kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program praktik mengajar online memberi berbagai pengalaman yang menghasilkan persepsi “memuaskan” atau “tidak memuaskan”. Secara rinci, lebih dari 50% peserta setuju bahwa meskipun menghadapi situasi menantang selama praktik, mereka menemukan program praktik mengajar online bermanfaat, terutama dalam memberikan wawasan dan pengalaman mengajar yang luas. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa terlepas dari cara pelaksanaannya, program praktik mengajar selalu membentuk pola pikir dan sikap mengajar yang positif kepada guru prajabatan.
摘要目前的研究表明,教学实习项目对职前英语教师提供真实的学校教学体验非常重要。然而,自新冠肺炎疫情爆发以来,学校所有活动都转移到在线交付模式,这导致教学实践实施在网上进行。这种迁移必然导致职前教师有不同的教学实践经历。因此,本研究旨在了解职前教师对疫情期间教学实践经验的看法。本研究以蓬甸纳外国语学院英语教育系七学期114名学生为对象。该方法是一种混合方法,首先进行定量程序,然后进行定性程序。数据是通过问卷调查和访谈收集的。结果表明,在线教学实践项目带来了各种体验,导致“满意”和“不满意”的感知。超过50%的参与者认为,尽管他们在实践中面临着挑战,但他们认为在线教学实践项目是有益的,特别是在提供广泛的教学见解和经验方面。因此,尽管教学实践计划的实施方式有一定的局限性,但它倾向于为职前教师塑造积极的教学心态和态度。【摘要】研究了在马来半岛上的民族主义运动,以及在马来半岛上的民族主义运动,以及在马来半岛上的民族主义运动。Namun, sejak merebaknya wabah Covid-19, seluruh kegiatan sekolah dialihkan secara在线,sehinga pelaksanaan praktik mengajar dilakukan secara在线。Pemindahan ini harus menyebabkan para calon guru memiliki pengalaman praktik mengajar yang berbeda。Oleh karenitu说:“我知道我的女儿是谁,我的女儿是谁,我的女儿是谁。”彭丽君,我是彭丽君,我是彭丽君,我是彭丽君。Metodolog yang digunakan adalah metomede penelitian campuran di mana检察官的素质,diikuti检察官的素质。彭普兰数据局局长丹·瓦万卡拉说。Hasil penelitian menunjukkan bahwa程序praktik mengajar在线成员berbagai pengalaman yang menghasilkan persepsi“memuaskan”atau“tidak memuaskan”。Secara rinci, lebih dari 50% peserta setuju bahwa meskipun menghadapi的情况,menantang selama praktik, mereka menemukan程序praktik mengajar在线berman, terutama dalam成员kan wawasan dan pengalaman mengajar yang luas。Oleh karena, dapat dispulpulkan bahwa terlepas dari cara pelaksanaannya,程序praktik mengajar selalu membentuk polakir dan sikapap mengajar yang积极的kepada guru prajabatan。
{"title":"Teaching Practice during the Pandemic Outbreak: Perceptions of Pre-Service English Teachers","authors":"E. Rahmani","doi":"10.15408/ijee.v1i1.19890","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/ijee.v1i1.19890","url":null,"abstract":"ABSTRACTCurrent studies report that a teaching practice program is important for pre-service teachers of English in providing real teaching experiences at school. However, since the Covid-19 outbreak, all school activities are transferred to online delivery mode, which led to teaching practice implementation to be conducted online. This transference must cause pre-service teachers to have different teaching practice experiences. Therefore, the study aims to discover pre-service teachers' perceptions regarding their teaching practice experience during the pandemic. This research was conducted to 114 seventh-semester students of the English Education Department of FKIP Pontianak. The methodology was a mixed-method where the quantitative procedure was first done, followed by the qualitative procedure. The data were gathered through questionnaires and interviews. The results indicated that the online teaching practice program brought various experiences resulting in “satisfying” and “unsatisfying” perceptions. In detail, more than 50% of participants agreed that despite the challenging situations they faced during the practice, they found the online teaching practice program beneficial, especially in providing broad teaching insights and experience. Hence, despite limitations to its ways of implementation, teaching practice program tends to shape positive teaching mindset and attitudes for pre-service teachers. ABSTRAKStudi saat ini melaporkan bahwa program praktik mengajar penting bagi calon guru Bahasa Inggris dalam memberikan pengalaman mengajar yang nyata di sekolah. Namun, sejak merebaknya wabah Covid-19, seluruh kegiatan sekolah dialihkan secara online, sehingga pelaksanaan praktik mengajar dilakukan secara online. Pemindahan ini harus menyebabkan para calon guru memiliki pengalaman praktik mengajar yang berbeda. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi calon guru tentang pengalaman praktik mengajar mereka selama pandemi. Penelitian ini dilakukan terhadap 114 mahasiswa semester tujuh pada Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Pontianak. Metodolog yang digunakan adalah metode penelitian campuran di mana prosedur kuantitatif dilakukan pertama kali, diikuti oleh prosedur kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program praktik mengajar online memberi berbagai pengalaman yang menghasilkan persepsi “memuaskan” atau “tidak memuaskan”. Secara rinci, lebih dari 50% peserta setuju bahwa meskipun menghadapi situasi menantang selama praktik, mereka menemukan program praktik mengajar online bermanfaat, terutama dalam memberikan wawasan dan pengalaman mengajar yang luas. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa terlepas dari cara pelaksanaannya, program praktik mengajar selalu membentuk pola pikir dan sikap mengajar yang positif kepada guru prajabatan.","PeriodicalId":31076,"journal":{"name":"IJEE Indonesian Journal of English Education","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45675181","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-29DOI: 10.15408/ijee.v1i1.17157
S. Utami, Jumaidi Nur
ABSTRACTThis study aimed to analyze students’ reading interest during the learning-from-home policy in the Covid-19 pandemic time, and it was conducted at the English Department of the University of Kutai Kartanegara in Tenggarong. This descriptive study employed a qualitative approach with a survey design that involved 79 students from the second, fourth, and sixth semesters as participants. The data were obtained through a questionnaire and interview, and they were then analyzed descriptively. Results of this study showed that during the learning-from-home policy students liked to read anything but lecture materials. They argued that reading was tedious and difficult. They preferred reading fiction to reading non-fiction and preferred reading online to reading offline. They read 15-30 minutes a day and only read 1-3 books within five months of learning from home. Their reading materials came from online and offline sources, from websites, and print books by using smartphones. The type of material that was mostly read was novels especially romantic ones. This study suggests that teachers should present lecture materials in such a way that students would be interested in reading them for certain reasons academically or personally.ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis minat baca siswa selama belajar dari rumah pada waktu pandemi Covid-19, dan dilakukan di Jurusan Bahasa Inggris Universitas Kutai Kartanegara di Tenggarong. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan studi deskriptif jenis survei yang melibatkan 79 mahasiswa semester dua, empat, dan enam sebagai partisipan. Data diperoleh melalui angket dan wawancara, kemudian dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabulasi frekuensi dan persentase, serta dalam bentuk naratif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa suka membaca apa saja kecuali materi perkuliahan selama belajar dari rumah. Mereka berpendapat bahwa membaca itu membosankan dan sulit. Mereka lebih suka membaca fiksi daripada membaca non-fiksi dan lebih suka membaca online daripada membaca offline. Mereka membaca 15-30 menit sehari dan hanya membaca 1-3 buku dalam waktu lima bulan belajar dari rumah. Sumber bacaan mereka berasal dari online dan offline, dari Website dan buku cetak dengan menggunakan smartphone. Jenis materi yang paling banyak dibaca adalah novel terutama novel romance. Studi ini menunjukkan bahwa terdapat berbagai alasan mengapa fenomena tersebut terjadi.
{"title":"An Analysis of Students’ Reading Interest during Learning From Home amidst the Covid-19 Pandemic","authors":"S. Utami, Jumaidi Nur","doi":"10.15408/ijee.v1i1.17157","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/ijee.v1i1.17157","url":null,"abstract":"ABSTRACTThis study aimed to analyze students’ reading interest during the learning-from-home policy in the Covid-19 pandemic time, and it was conducted at the English Department of the University of Kutai Kartanegara in Tenggarong. This descriptive study employed a qualitative approach with a survey design that involved 79 students from the second, fourth, and sixth semesters as participants. The data were obtained through a questionnaire and interview, and they were then analyzed descriptively. Results of this study showed that during the learning-from-home policy students liked to read anything but lecture materials. They argued that reading was tedious and difficult. They preferred reading fiction to reading non-fiction and preferred reading online to reading offline. They read 15-30 minutes a day and only read 1-3 books within five months of learning from home. Their reading materials came from online and offline sources, from websites, and print books by using smartphones. The type of material that was mostly read was novels especially romantic ones. This study suggests that teachers should present lecture materials in such a way that students would be interested in reading them for certain reasons academically or personally.ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis minat baca siswa selama belajar dari rumah pada waktu pandemi Covid-19, dan dilakukan di Jurusan Bahasa Inggris Universitas Kutai Kartanegara di Tenggarong. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan studi deskriptif jenis survei yang melibatkan 79 mahasiswa semester dua, empat, dan enam sebagai partisipan. Data diperoleh melalui angket dan wawancara, kemudian dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabulasi frekuensi dan persentase, serta dalam bentuk naratif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa suka membaca apa saja kecuali materi perkuliahan selama belajar dari rumah. Mereka berpendapat bahwa membaca itu membosankan dan sulit. Mereka lebih suka membaca fiksi daripada membaca non-fiksi dan lebih suka membaca online daripada membaca offline. Mereka membaca 15-30 menit sehari dan hanya membaca 1-3 buku dalam waktu lima bulan belajar dari rumah. Sumber bacaan mereka berasal dari online dan offline, dari Website dan buku cetak dengan menggunakan smartphone. Jenis materi yang paling banyak dibaca adalah novel terutama novel romance. Studi ini menunjukkan bahwa terdapat berbagai alasan mengapa fenomena tersebut terjadi.","PeriodicalId":31076,"journal":{"name":"IJEE Indonesian Journal of English Education","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49156089","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-29DOI: 10.15408/ijee.v1i1.20146
Safrul Muluk, Habiburrahim Habiburrahim, T. Zulfikar, S. Akmal, Nasriyanti Nasriyanti, M. Safrul
ABSTRACTThis research was designed to investigate the strategies used and challenges faced by lecturers in managing EFL speaking classes. The researchers used both classroom observation and semi-structured interviews in collecting the data. The participants of this research were three EFL lecturers teaching English Speaking classes at the English Department of Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh, Indonesia. These lecturers were selected purposively; all of them were those assigned to teach the speaking class. Insights of the lecturers on their experiences in managing speaking classes were investigated to examine strategies and challenges they faced. The findings suggest that the lecturers utilized several strategies such as setting the classroom, determining seating arrangements, fostering discipline, applying certain speaking activities, and providing interesting topics to discuss. The data also indicated that the lecturers faced challenges in managing their teaching. Issues such as lack of equipment or teaching media to support speaking activities, students’ lacked self-confidence, and lack of vocabulary were among the challenges faced by the lecturers. ABSTRAKPenelitian ini bertujuan mendapat informasi tentang strategi dan tantangan yang dihadapi dosen di dalam mengelola kelas. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara semi-terstruktur. Sumber data atau partisipan dalam penelitian ini adalah 3 dosen yang mengajar kelas Speaking di Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Para partisipan itu direkrut mengunakan teknik purposive sampling, dimana partisipan yang terlibat adalah yang sudah mengajar speaking selama beberapa semester. Hasil obssrevasi dan wawancara diperoleh informasi bahwa terdapat beberapa strategi dosen di dalam mengelola kelas, diantaranya: menyusun tempat duduk sedimikian rupa, menegakkan disiplin, mengunakan berbagai teknik pembelajaran speaking, dan memberikan topik yang menarik untuk didiskusikan. Penelitian ini juga memperoleh beberapa temuan yang berhubungan dengan tantangan dosen, diantaranya, tidak mencukupi fasilitas yang memadai yang dapat mendukung aktivitas pembelajaran speaking, kurangnya rasa percaya diri dari mahasiswa itu sendiri, dan tidak memadainya kosa kata yang dikuasai mahasiswa juga merupakan tantangan tersendiri dalam pengelolaan kelas speaking.
摘要本研究旨在探讨讲师在管理英语口语课堂时所采用的策略和面临的挑战。研究人员在收集数据时采用了课堂观察和半结构化访谈两种方法。本研究的参与者是三位在印度尼西亚班达亚齐伊斯兰大学(university of Islam Negeri Ar-Raniry)英语系教授英语口语课程的讲师。这些讲师是有意挑选的;他们都被派去教口语课。调查了讲师在管理口语课程方面的经验,以检查他们面临的策略和挑战。研究结果表明,讲师使用了几种策略,如设置教室,确定座位安排,培养纪律,应用某些演讲活动,以及提供有趣的话题来讨论。数据还表明,讲师在管理教学方面面临挑战。缺乏设备或教学媒体来支持口语活动,学生缺乏自信,词汇量不足等问题是讲师面临的挑战。【摘要】penelitian ini bertujuan mendapapat informasi tentenstrategy, dan tantanangan, dihadapi dosen, di dalam mengelola kelas。方法数据来自于adalah观测站和wawancara半地震。在亚齐省班达亚齐省,大量的数据来自于当地的一些地区。有目的的抽样,有针对性的抽样,有针对性的抽样,有针对性的抽样,有针对性的抽样,有针对性的抽样,有针对性的抽样。Hasil obssrevasi dan wawancara diperoleh informasi bahssat beberapa strategi dosen di dalam mengelola kelas, diantaranya: menyusun tempat duduk sedimikian rupa, menegakkan disiplin, menunakan berbagai teknik pembelajaran发言,dan memberkan topik yang menarik untuk didiskusikan。Penelitian ini juga memperoleh beberapa temuan yang berhubungan dengan tantanangan dosen, diantaranya, tidak mencuupi fasilitas yang memadai yang dapat mendukung aktivitas pembelajaran说,kurangnya rasya peraya diri dari mahasiswa itsendiri, dan tidak memadainya kosa kata yang dikuasai mahasiswa juga merupakan tantangan tersendiri dalam pengelolaan kelas说。
{"title":"Classroom Management in EFL Speaking Class: Strategies and Challenges","authors":"Safrul Muluk, Habiburrahim Habiburrahim, T. Zulfikar, S. Akmal, Nasriyanti Nasriyanti, M. Safrul","doi":"10.15408/ijee.v1i1.20146","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/ijee.v1i1.20146","url":null,"abstract":"ABSTRACTThis research was designed to investigate the strategies used and challenges faced by lecturers in managing EFL speaking classes. The researchers used both classroom observation and semi-structured interviews in collecting the data. The participants of this research were three EFL lecturers teaching English Speaking classes at the English Department of Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh, Indonesia. These lecturers were selected purposively; all of them were those assigned to teach the speaking class. Insights of the lecturers on their experiences in managing speaking classes were investigated to examine strategies and challenges they faced. The findings suggest that the lecturers utilized several strategies such as setting the classroom, determining seating arrangements, fostering discipline, applying certain speaking activities, and providing interesting topics to discuss. The data also indicated that the lecturers faced challenges in managing their teaching. Issues such as lack of equipment or teaching media to support speaking activities, students’ lacked self-confidence, and lack of vocabulary were among the challenges faced by the lecturers. ABSTRAKPenelitian ini bertujuan mendapat informasi tentang strategi dan tantangan yang dihadapi dosen di dalam mengelola kelas. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara semi-terstruktur. Sumber data atau partisipan dalam penelitian ini adalah 3 dosen yang mengajar kelas Speaking di Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Para partisipan itu direkrut mengunakan teknik purposive sampling, dimana partisipan yang terlibat adalah yang sudah mengajar speaking selama beberapa semester. Hasil obssrevasi dan wawancara diperoleh informasi bahwa terdapat beberapa strategi dosen di dalam mengelola kelas, diantaranya: menyusun tempat duduk sedimikian rupa, menegakkan disiplin, mengunakan berbagai teknik pembelajaran speaking, dan memberikan topik yang menarik untuk didiskusikan. Penelitian ini juga memperoleh beberapa temuan yang berhubungan dengan tantangan dosen, diantaranya, tidak mencukupi fasilitas yang memadai yang dapat mendukung aktivitas pembelajaran speaking, kurangnya rasa percaya diri dari mahasiswa itu sendiri, dan tidak memadainya kosa kata yang dikuasai mahasiswa juga merupakan tantangan tersendiri dalam pengelolaan kelas speaking.","PeriodicalId":31076,"journal":{"name":"IJEE Indonesian Journal of English Education","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45206134","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}