ABSTRACTIn uttering the English language, especially English directive acts, Indonesian people do not deliver it directly, but they convey it long-winded. It is influenced by the Indonesian culture that tends to convolute in explaining something which is different from the English-speaking culture that speaks straight to the point. The objectives of the study were to identify the common types of directive illocutionary acts and to describe how the Indonesian culture is represented in English illocutionary acts made by the students of SMA Negeri 10 Palembang. The method of the study was descriptive-qualitative. The data was collected from twenty-six participants of SMA Negeri 10 Palembang through the role-play technique. Results of this study showed eight common types of English directive acts: commanding, requesting, suggesting, forbidding, questioning, permitting, encouraging, and wishing. Besides, the resemblance between the Indonesian culture and illocutionary acts has an interconnection shown in culture transfer. In this this study in particular, questioning was the most dominant directive act, and this is because Indonesian people tend to ask first before uttering straight to the point and suggesting was the second most dominant whereas requesting was the least dominant. ABSTRAKDalam pengucapan bahasa Inggris khususnya bahasa Inggris directive act, orang Indonesia tidak menyampaikannya secara langsung, tetapi menyampaikannya dengan bertele-tele. Hal tersebut dipengaruhi oleh budaya Indonesia yang berbelit-belit dalam menjelaskan sesuatu yang berbeda dengan budaya Inggris yang berbicara langsung ke intinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis-jenis ilokusi direktif yang umum dan mendeskripsikan bagaimana kemiripan budaya Indonesia dalam ilokusi bahasa Inggris yang dibuat oleh siswa SMA Negeri 10 Palembang. Metode penelitian adalah deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan pada dua puluh enam peserta SMA Negeri 10 Palembang melalui peragaan role play. Studi ini menunjukkan delapan jenis tindakan direktif bahasa Inggris yang umum seperti memerintah, meminta, menyarankan, melarang, mempertanyakan, mengizinkan, mendorong, dan berharap. Selain itu, kemiripan budaya Indonesia dengan ilokusi memiliki keterkaitan yang terlihat dalam transfer budaya. Dari penelitian ini, bertanya sangat dominan karena masyarakat Indonesia cenderung bertanya terlebih dahulu sebelum berbicara langsung ke pokok permasalahan. Dominasi kedua menunjukkan, dan yang terakhir meminta.
摘要在使用英语,特别是英语指令时,印尼人不会直接传达,但他们会长篇大论地传达。它受到印尼文化的影响,在解释一些不同于英语文化的东西时往往会令人费解,因为英语文化直截了当。本研究的目的是确定指示性言语行为的常见类型,并描述印尼文化如何在SMA Negeri 10 Palembang的学生所做的英语言语行为中得到体现。研究方法为描述性定性研究。数据是通过角色扮演技术从SMA Negeri 10 Palembang的26名参与者那里收集的。本研究的结果显示了八种常见的英语指令行为:命令、请求、暗示、禁止、质疑、允许、鼓励和希望。此外,印尼文化与言外行为的相似性在文化迁移中也表现出了内在的联系。特别是在这项研究中,提问是最占主导地位的指令行为,这是因为印尼人倾向于先提问,然后直截了当地说出来,暗示是第二占主导地位,而请求是最不占主导地位。在英语中,尤其是在《英语指令法》中,印尼人不直接传输,而是通过电话传输。它受到印尼文化的影响,在解释与英国文化不同的东西时令人反感,直接切中要害。本研究的目的是确定通用指示语的类型,并描述10个发展中国家高中的学生如何在英语语言中形成印尼文化的相似性。研究方法为定性描述。通过角色扮演庆祝活动,对26名高中参与者进行了数据收集。本研究展示了一般英语指令行为的八种类型,如裁决、询问、推荐、禁止、质疑、允许、推动和希望。此外,印尼文化与伊洛库斯的相似之处在文化转移方面也有明显的联系。从这项研究来看,这个问题非常占主导地位,因为印尼人倾向于在直接与问题树交谈之前先问。第二个统治显示出来,最后一个问道。
{"title":"Indonesian Culture Influence Towards English Directive Acts Used by Senior High School Students","authors":"Tamara Becce Tenridinanti, Indawan Syahri, Maribel Casinto Abalos, Rini Susanti","doi":"10.15408/ijee.v1i1.20127","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/ijee.v1i1.20127","url":null,"abstract":"ABSTRACTIn uttering the English language, especially English directive acts, Indonesian people do not deliver it directly, but they convey it long-winded. It is influenced by the Indonesian culture that tends to convolute in explaining something which is different from the English-speaking culture that speaks straight to the point. The objectives of the study were to identify the common types of directive illocutionary acts and to describe how the Indonesian culture is represented in English illocutionary acts made by the students of SMA Negeri 10 Palembang. The method of the study was descriptive-qualitative. The data was collected from twenty-six participants of SMA Negeri 10 Palembang through the role-play technique. Results of this study showed eight common types of English directive acts: commanding, requesting, suggesting, forbidding, questioning, permitting, encouraging, and wishing. Besides, the resemblance between the Indonesian culture and illocutionary acts has an interconnection shown in culture transfer. In this this study in particular, questioning was the most dominant directive act, and this is because Indonesian people tend to ask first before uttering straight to the point and suggesting was the second most dominant whereas requesting was the least dominant. ABSTRAKDalam pengucapan bahasa Inggris khususnya bahasa Inggris directive act, orang Indonesia tidak menyampaikannya secara langsung, tetapi menyampaikannya dengan bertele-tele. Hal tersebut dipengaruhi oleh budaya Indonesia yang berbelit-belit dalam menjelaskan sesuatu yang berbeda dengan budaya Inggris yang berbicara langsung ke intinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis-jenis ilokusi direktif yang umum dan mendeskripsikan bagaimana kemiripan budaya Indonesia dalam ilokusi bahasa Inggris yang dibuat oleh siswa SMA Negeri 10 Palembang. Metode penelitian adalah deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan pada dua puluh enam peserta SMA Negeri 10 Palembang melalui peragaan role play. Studi ini menunjukkan delapan jenis tindakan direktif bahasa Inggris yang umum seperti memerintah, meminta, menyarankan, melarang, mempertanyakan, mengizinkan, mendorong, dan berharap. Selain itu, kemiripan budaya Indonesia dengan ilokusi memiliki keterkaitan yang terlihat dalam transfer budaya. Dari penelitian ini, bertanya sangat dominan karena masyarakat Indonesia cenderung bertanya terlebih dahulu sebelum berbicara langsung ke pokok permasalahan. Dominasi kedua menunjukkan, dan yang terakhir meminta. ","PeriodicalId":31076,"journal":{"name":"IJEE Indonesian Journal of English Education","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48927591","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-29DOI: 10.15408/ijee.v1i1.20220
Arlischa Ardinengtyas, A. Himawan
ABSTRACTThe Covid-19 pandemic that started at the end of December 2019 has brought tremendous impacts on education in Indonesia and worldwide. Responding to this situation, the ministry of education appeals to some educational institutions to conduct online learning during the pandemic. SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta is one of the schools which consistently adhered to the regulation by maintaining the learning process through Moodle-based E-Learning. This phenomenological study is designed to explore students’ and teachers’ perceptions toward the implementation of Moodle E-Learning in ELT during the pandemic. The semi-structured interview was conducted to twenty students and three teachers to get the data based on their beliefs, perceptions, experiences, and perspectives toward the phenomenon. Results of this study show that the use of Moodle E-Learning brings benefits to the ELT Classroom. It builds students’ learning interest and contributes to the enhancement of technological and pedagogical aspects in ELT. Comprehensive material and learning sources are beneficial to expand students’ autonomous learning and problem-solving skills. Further, maximizing Moodle E-Learning features such as discussion forum and teleconference can bridge the demand of blended learning. Thus, Moodle E-Learning is a recommended platform for conducting online learning especially during the pandemic. ABSTRAKPenyakit pandemik (COVID-19) yang terjadi pada akhir Desember 2019 membawa dampak yang luar biasa bagi pendidikan Indonesia. Menaggapi situasi tersebut, Kementerian Pendidikan menghimbau beberapa institusi pendidikan untuk melakukan pembelajaran online selama pandemik terjadi. SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta merupakan salah satu sekolah yang konsisten menaati regulasi dengan tetap menjaga proses pembelajaran melalui Moodle E Learning Based. Penelitian ini dirancang di bawah studi fenomenologi untuk mengeksplorasi resepsi siswa dan guru terhadap penerapan Moodle E-Learning di ELT selama penyakit pandemi. Wawancara semiterstruktur di lakukan terhadap dua puluh siswa dan tiga guru untuk mendapatkan data yang tidak terbatas berdasarkan keyakinan resepsi, pengalaman, dan perspektif mereka terhadap fenomena tersebut. Penggunaan Moodle E-Learning membawa beberapa manfaat bagi kelas ELT. Hasil penelitian ini menunjukn bahwa penggunaan Moodle E-Learning meningkatkan minat belajar siswa. Selain itu memberikan konstribusi pada beberapa peningkatan aspek teknologi dan pedagogis di ELT. Materi yang komprehensif, dan sumber belajar bermanfaat untuk mengembangkan pembelajaran otonom siswa dan ketrampilan memecahkan masalah memaksimalkan fitur Moodle E-Learning seperti forum diskusi dan telekonferensi dapat menjembatani permintaan blended learning. Dengan demikian, Moodle E-Learning adalah platform yang direkomendasikan untuk melakukan pembelajaran online.
{"title":"Enhancing ELT Classroom Using Moodle E-Learning During the Pandemic: Students’ and Teachers’ Voices","authors":"Arlischa Ardinengtyas, A. Himawan","doi":"10.15408/ijee.v1i1.20220","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/ijee.v1i1.20220","url":null,"abstract":"ABSTRACTThe Covid-19 pandemic that started at the end of December 2019 has brought tremendous impacts on education in Indonesia and worldwide. Responding to this situation, the ministry of education appeals to some educational institutions to conduct online learning during the pandemic. SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta is one of the schools which consistently adhered to the regulation by maintaining the learning process through Moodle-based E-Learning. This phenomenological study is designed to explore students’ and teachers’ perceptions toward the implementation of Moodle E-Learning in ELT during the pandemic. The semi-structured interview was conducted to twenty students and three teachers to get the data based on their beliefs, perceptions, experiences, and perspectives toward the phenomenon. Results of this study show that the use of Moodle E-Learning brings benefits to the ELT Classroom. It builds students’ learning interest and contributes to the enhancement of technological and pedagogical aspects in ELT. Comprehensive material and learning sources are beneficial to expand students’ autonomous learning and problem-solving skills. Further, maximizing Moodle E-Learning features such as discussion forum and teleconference can bridge the demand of blended learning. Thus, Moodle E-Learning is a recommended platform for conducting online learning especially during the pandemic. ABSTRAKPenyakit pandemik (COVID-19) yang terjadi pada akhir Desember 2019 membawa dampak yang luar biasa bagi pendidikan Indonesia. Menaggapi situasi tersebut, Kementerian Pendidikan menghimbau beberapa institusi pendidikan untuk melakukan pembelajaran online selama pandemik terjadi. SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta merupakan salah satu sekolah yang konsisten menaati regulasi dengan tetap menjaga proses pembelajaran melalui Moodle E Learning Based. Penelitian ini dirancang di bawah studi fenomenologi untuk mengeksplorasi resepsi siswa dan guru terhadap penerapan Moodle E-Learning di ELT selama penyakit pandemi. Wawancara semiterstruktur di lakukan terhadap dua puluh siswa dan tiga guru untuk mendapatkan data yang tidak terbatas berdasarkan keyakinan resepsi, pengalaman, dan perspektif mereka terhadap fenomena tersebut. Penggunaan Moodle E-Learning membawa beberapa manfaat bagi kelas ELT. Hasil penelitian ini menunjukn bahwa penggunaan Moodle E-Learning meningkatkan minat belajar siswa. Selain itu memberikan konstribusi pada beberapa peningkatan aspek teknologi dan pedagogis di ELT. Materi yang komprehensif, dan sumber belajar bermanfaat untuk mengembangkan pembelajaran otonom siswa dan ketrampilan memecahkan masalah memaksimalkan fitur Moodle E-Learning seperti forum diskusi dan telekonferensi dapat menjembatani permintaan blended learning. Dengan demikian, Moodle E-Learning adalah platform yang direkomendasikan untuk melakukan pembelajaran online. ","PeriodicalId":31076,"journal":{"name":"IJEE Indonesian Journal of English Education","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44625033","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-29DOI: 10.15408/ijee.v1i1.19880
Jennet Senawati, N. Suwastini, I. G. Jayantini, N. L. P. S. Adnyani, N. N. Artini
ABSTRACTAlthough reading aloud is an old teaching strategy, its relevance has been vouched by research from time to time. The present study aimed to critically review experts' opinions and results of previous research on the definition and characteristics of reading aloud and its benefits for young children in the EFL contexts by employing George’s (2008) model of literature review. The review revealed that the teacher plays the most crucial role in reading aloud, acting as the bridge between the text and the student's comprehension. A good design of reading aloud demands the teacher’s competence in choosing the text to meet the students’ interest and level; planning the tempo of the reading and the pauses to pose questions and comments; and making connections with the text and the children. Reading aloud benefits children’s English regarding their vocabulary, pronunciation, comprehension, listening skills, reading skills, speaking skills, communicative skills, and motivation, literacy, and critical thinking skills. These results imply that reading aloud is still relevant to be implemented nowadays because of the benefits it brings to children’s English. ABSTRAKMeski sering dianggap metode lama, membaca nyaring memberi banyak manfaat. Artikel ini bertujuan untuk melakukan kajian kritis terhadap pendapat ahli dan penelitian terdahulu mengenai pengertian, ciri khas, serta manfaat membaca nyaring, dengan mengikuti model penelitian kajian pustaka George (2008). Diungkapkan bahwa guru menjadi penentu kesuksesan kegiatan membaca nyaring sebagai jembatan yang menghubungkan siswa dengan teks yang dibaca. Kegiatan membaca nyaring bergantung pada kemampuan guru untuk memilih teks yang sesuai dengan minat dan kemampuan siswa, serta merancang proses pembacaan terkait tempo dan penempatan jeda untuk memberi komentar, bertanya, maupun membuat kaitan-kaitan antara teks dan siswa. Ahli dan penelitian terdahulu berpendapat bahwa kegiatan membaca nyaring berkontribusi secara positif terhadap siswa terkait pembentukan kosakata, pelafalan, pemahaman, keterampilan mendengar, membaca, berbicara, dan berkomunikasi, serta motivasi, literasi, dan kemampuan berpikir kritis berkomunikasi mereka. Jadi, membaca nyaring sangat relevan diimmplementasikan pada jaman sekarang karena kegiatan ini sangat positif untuk perkembangan Bahasa Inggris siswa.
{"title":"The Benefits of Reading Aloud for Children: A Review in EFL Context","authors":"Jennet Senawati, N. Suwastini, I. G. Jayantini, N. L. P. S. Adnyani, N. N. Artini","doi":"10.15408/ijee.v1i1.19880","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/ijee.v1i1.19880","url":null,"abstract":"ABSTRACTAlthough reading aloud is an old teaching strategy, its relevance has been vouched by research from time to time. The present study aimed to critically review experts' opinions and results of previous research on the definition and characteristics of reading aloud and its benefits for young children in the EFL contexts by employing George’s (2008) model of literature review. The review revealed that the teacher plays the most crucial role in reading aloud, acting as the bridge between the text and the student's comprehension. A good design of reading aloud demands the teacher’s competence in choosing the text to meet the students’ interest and level; planning the tempo of the reading and the pauses to pose questions and comments; and making connections with the text and the children. Reading aloud benefits children’s English regarding their vocabulary, pronunciation, comprehension, listening skills, reading skills, speaking skills, communicative skills, and motivation, literacy, and critical thinking skills. These results imply that reading aloud is still relevant to be implemented nowadays because of the benefits it brings to children’s English. ABSTRAKMeski sering dianggap metode lama, membaca nyaring memberi banyak manfaat. Artikel ini bertujuan untuk melakukan kajian kritis terhadap pendapat ahli dan penelitian terdahulu mengenai pengertian, ciri khas, serta manfaat membaca nyaring, dengan mengikuti model penelitian kajian pustaka George (2008). Diungkapkan bahwa guru menjadi penentu kesuksesan kegiatan membaca nyaring sebagai jembatan yang menghubungkan siswa dengan teks yang dibaca. Kegiatan membaca nyaring bergantung pada kemampuan guru untuk memilih teks yang sesuai dengan minat dan kemampuan siswa, serta merancang proses pembacaan terkait tempo dan penempatan jeda untuk memberi komentar, bertanya, maupun membuat kaitan-kaitan antara teks dan siswa. Ahli dan penelitian terdahulu berpendapat bahwa kegiatan membaca nyaring berkontribusi secara positif terhadap siswa terkait pembentukan kosakata, pelafalan, pemahaman, keterampilan mendengar, membaca, berbicara, dan berkomunikasi, serta motivasi, literasi, dan kemampuan berpikir kritis berkomunikasi mereka. Jadi, membaca nyaring sangat relevan diimmplementasikan pada jaman sekarang karena kegiatan ini sangat positif untuk perkembangan Bahasa Inggris siswa.","PeriodicalId":31076,"journal":{"name":"IJEE Indonesian Journal of English Education","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49248561","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-29DOI: 10.15408/ijee.v1i1.17886
Novrika Nartiningrum, Arif Nugroho
ABSTRACTMaintaining undisrupted learning during this pandemic becomes a challenge for teachers all over the world. In Indonesia, the practices of open online learning are not yet to be implemented. Online learning in Secondary school Year 7-9 level goes as far as internet-assisted learning or blended learning. Thus, previous research has not examined teachers' perspectives on full online learning as implemented during the Covid-19 pandemic. Considering this situation, EFL Secondary school Year 7-9 teachers’ perspectives, as one of the essential aspects of online learning, lack investigation. Therefore, the present study offers 20 EFL Secondary school Year 7-9 teachers’ insights regarding challenges, suggestions, and teaching materials needed during the Covid-19 outbreak. Drawing on qualitative data collected by means of self-written reflections and semi-structured interviews, the findings informed that poor internet signal disrupts the teaching process. Thus, the teachers suggest that maintaining a stable internet connection should become a priority. Then, easy access to online applications and websites is deemed necessary by teachers as material sources for online teaching. The results of this study contribute to the literature of English language teaching in response to the present-day phenomenon about online learning, particularly in Secondary school Year 7-9 level. ABSTRAKMempertahankan pembelajaran tanpa gangguan selama pandemic ini menjadi tantangan bagi para guru di seluruh dunia. Di Indonesia, praktik pembelajaran online terbuka masih belum diterapkan. Pembelajaran online di Sekolah Menengah tingkat 7-9 masih sejauh pembelajaran dengan bantuan internet atau pembelajaran campuran. Dengan demikian, penelitian sebelumnya belum mengkaji perspektif guru tentang full online learning sepertin yang diterapkan selama pandemi Covid-19. Mempertimbangkan situasi ini, perspektif guru EFL Sekolah Menengah Kelas 7-9, sebagai salah satu aspek penting dari pembelajaran online, belum diselidiki. Oleh karena itu, penelitian ini menawarkan perspektif dari 20 guru 20 EFL Sekolah Menengah Kelas 7-9 tentang tantangan, saran dan bahan pengajaran yang dibutuhkan selama wabah Covid-19. Berdasarkan data kualitatif yang dikumpulkan melalui refleksi yang ditulis sendiri dan wawancara semi-terstruktur interviews, temuan menginformasikan bahwa sinyal internet yang buruk mengganggu proses pengajaran. Oleh karena itu, para guru menyarankan bahwa menjaga koneksi internet yang stabil harus menjadi prioritas. Kemudian, aplikasi dan website online yang mudah diakses dianggap dibutuhkan oleh guru sebagai sumber materi pembelajaran online. Hasil penelitian ini berkontribusi pada literatur pengajaran Bahasa Inggris dalam menanggapi fenomena pembelajaran online saat ini, khususnya di tingkat Sekolah Menengah Kelas 7-9.
{"title":"English Teachers’ Perspectives on Challenges, Suggestions, and Materials of Online Teaching amidst the Global Pandemic","authors":"Novrika Nartiningrum, Arif Nugroho","doi":"10.15408/ijee.v1i1.17886","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/ijee.v1i1.17886","url":null,"abstract":"ABSTRACTMaintaining undisrupted learning during this pandemic becomes a challenge for teachers all over the world. In Indonesia, the practices of open online learning are not yet to be implemented. Online learning in Secondary school Year 7-9 level goes as far as internet-assisted learning or blended learning. Thus, previous research has not examined teachers' perspectives on full online learning as implemented during the Covid-19 pandemic. Considering this situation, EFL Secondary school Year 7-9 teachers’ perspectives, as one of the essential aspects of online learning, lack investigation. Therefore, the present study offers 20 EFL Secondary school Year 7-9 teachers’ insights regarding challenges, suggestions, and teaching materials needed during the Covid-19 outbreak. Drawing on qualitative data collected by means of self-written reflections and semi-structured interviews, the findings informed that poor internet signal disrupts the teaching process. Thus, the teachers suggest that maintaining a stable internet connection should become a priority. Then, easy access to online applications and websites is deemed necessary by teachers as material sources for online teaching. The results of this study contribute to the literature of English language teaching in response to the present-day phenomenon about online learning, particularly in Secondary school Year 7-9 level. ABSTRAKMempertahankan pembelajaran tanpa gangguan selama pandemic ini menjadi tantangan bagi para guru di seluruh dunia. Di Indonesia, praktik pembelajaran online terbuka masih belum diterapkan. Pembelajaran online di Sekolah Menengah tingkat 7-9 masih sejauh pembelajaran dengan bantuan internet atau pembelajaran campuran. Dengan demikian, penelitian sebelumnya belum mengkaji perspektif guru tentang full online learning sepertin yang diterapkan selama pandemi Covid-19. Mempertimbangkan situasi ini, perspektif guru EFL Sekolah Menengah Kelas 7-9, sebagai salah satu aspek penting dari pembelajaran online, belum diselidiki. Oleh karena itu, penelitian ini menawarkan perspektif dari 20 guru 20 EFL Sekolah Menengah Kelas 7-9 tentang tantangan, saran dan bahan pengajaran yang dibutuhkan selama wabah Covid-19. Berdasarkan data kualitatif yang dikumpulkan melalui refleksi yang ditulis sendiri dan wawancara semi-terstruktur interviews, temuan menginformasikan bahwa sinyal internet yang buruk mengganggu proses pengajaran. Oleh karena itu, para guru menyarankan bahwa menjaga koneksi internet yang stabil harus menjadi prioritas. Kemudian, aplikasi dan website online yang mudah diakses dianggap dibutuhkan oleh guru sebagai sumber materi pembelajaran online. Hasil penelitian ini berkontribusi pada literatur pengajaran Bahasa Inggris dalam menanggapi fenomena pembelajaran online saat ini, khususnya di tingkat Sekolah Menengah Kelas 7-9.","PeriodicalId":31076,"journal":{"name":"IJEE Indonesian Journal of English Education","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49410893","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-29DOI: 10.15408/ijee.v1i1.20681
Adaninggar Septi Subekti
ABSTRACTThe present study was conducted to find the relationship between English for Academic Purposes (EAP) learners’ Self-directed Learning (SDL) and their achievement as measured with their EAP class grades as well as the relationship between these grades and their resilience. This study used a survey as the method of data collection and 157 learners who were enrolled in EAP online classes willingly participated in the study. Results of Pearson’s correlation and Regression analysis showed that learners’ SDL was very weakly associated with their grades (r (155) = .01, p > .05), with their SDL being unable to predict their ultimate achievement (R2 = .000). This study further found a very weak negative relationship between learners’ resilience and their grades (r (155) = -.02, p > .05). Learners’ resilience was not a predictor for their grades either (R2 = .000). As the present study is an exploratory study of the issue in question in the Indonesian context of English as a foreign language (EFL), it is suggested that further studies be conducted to establish more conclusive findings on the predictive power of learners’ SDL and resilience towards their English learning achievement. ABSTRAKStudi ini bertujuan menginvestigasi hubungan antara Self-directed Learning (SDL) pembelajar kelas Bahasa Inggris untuk tujuan akademik (EAP) dan pencapaian belajar di kelas Bahasa Inggris serta hubungan antara pencapaian belajar tersebut dengan ketahanan (resilience) mereka. Studi ini menggunakan metode survei dan sebanyak 157 pembelajar di kelas EAP bermoda daring berpartisipasi dalam studi ini. Studi ini menemukan bahwa SDL pembelajar berkorelasi sangat lemah dengan pencapaian belajar (r (155) = .01, p > .05) dan bahwa SDL tidak mampu memprediksi pencapaian belajar (R2 = .000). Studi ini juga menemukan bahwa ketahanan pembelajar berkorelasi sangat lemah dengan pencapaian belajar (r (155) = -.02, p > .05) dan tidak mampu memprediksi pencapaian belajar (R2 = .000). Karena studi ini termasuk studi awal dalam kajian SDL dan ketahanan pembelajar dalam kaitannya dengan pencapaian belajar pada konteks pembelajaran Bahasa Inggris sebagai bahasa asing di Indonesia, terkait dengan hasil studi ini, disarankan dilakukan studi-studi lain dalam konteks Indonesia. Studi-studi ini dapat dilakukan untuk mendapatkan kesimpulan yang lebih solid terkait besar kecilnya kemampuan SDL dan ketahanan pembelajar dalam memprediksi pencapaian belajar mereka dalam Bahasa Inggris.
摘要本研究旨在探讨学术英语(EAP)学习者自主学习(SDL)与其学业成绩之间的关系,以及学业成绩与其心理弹性之间的关系。本研究采用问卷调查的方式收集数据,157名选修EAP在线课程的学习者自愿参与了本研究。Pearson相关分析和回归分析结果显示,学习者的SDL与其成绩呈极弱相关(r (155) = 0.01, p >.05),其SDL无法预测其最终成就(R2 = .000)。本研究进一步发现,学习者心理弹性与成绩呈极弱的负相关(r(155) = -)。02, p < 0.05)。学习者的弹性也不是他们成绩的预测因子(R2 = .000)。由于本研究是在印度尼西亚英语作为外语的背景下对问题进行的探索性研究,因此建议进行进一步的研究,以确定学习者的SDL和弹性对其英语学习成绩的预测能力。【摘要】对自主学习(SDL)、自我学习(EAP)、自我学习(SDL)、自我学习(SDL)、自我学习(SDL)、自我学习(EAP)、自我学习(SDL)、自我学习(EAP)、自我学习(EAP)、自我学习(EAP)、自我学习(EAP)、自我学习(EAP)、自我学习(EAP)、自我学习(EAP)、自我学习(EAP)、自我学习(EAP)、自我学习(EAP)、自我学习(EAP)、自我学习(EAP)、自我学习(EAP)、自我学习(EAP)、自我学习(EAP)、自我学习(EAP)等进行了研究。研究,孟古纳坎方法,调查,丹·塞巴尼亚克,彭贝拉贾尔·迪·克拉斯,EAP, bermoda, berpartisisipai, dalam,研究。研究结果表明:menemukan bahwa SDL pembelajar berkorelasi sangat lemah dengan pencapaian belajar (r (155) = .01, p[0.05])和bahwa SDL tidak mampu memprediksi pencapaian belajar (R2 = .000)。研究:juga menemukan bahwa ketahanan penbelajar berkorelasi sangat lemah dengan penapaian belajar (r(155) = -)。2002, p < 0.05), dan tidak mampu memprediksi pencapaian belajar (R2 = .000)。Karena studi ini termasuk studi awal dalam kaekjian SDL dan ketahanan pembelajar dalam kaitannya dengan pencapaian belajar padkonteks pembelajan Bahasa Inggris sebagai Bahasa asing di Indonesia, terkait dengan hasil studi ini, disarankan dilakukan studi- studain dalam konteks Indonesia。学习-学习-学习-学习-学习-学习-学习-学习-学习-学习-学习-学习-学习-学习-学习-学习-学习-学习-学习-学习-学习-学习-学习-学习-学习-学习-学习-学习-学习-学习-学习-学习-学习-学习-学习-学习-学习-学习-学习-学习-学习-学习-学习-学习-学习
{"title":"Indonesian Learners’ Self-directed Learning and Resilience in Online English Classes: Assessing Interaction with L2 Achievement","authors":"Adaninggar Septi Subekti","doi":"10.15408/ijee.v1i1.20681","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/ijee.v1i1.20681","url":null,"abstract":"ABSTRACTThe present study was conducted to find the relationship between English for Academic Purposes (EAP) learners’ Self-directed Learning (SDL) and their achievement as measured with their EAP class grades as well as the relationship between these grades and their resilience. This study used a survey as the method of data collection and 157 learners who were enrolled in EAP online classes willingly participated in the study. Results of Pearson’s correlation and Regression analysis showed that learners’ SDL was very weakly associated with their grades (r (155) = .01, p > .05), with their SDL being unable to predict their ultimate achievement (R2 = .000). This study further found a very weak negative relationship between learners’ resilience and their grades (r (155) = -.02, p > .05). Learners’ resilience was not a predictor for their grades either (R2 = .000). As the present study is an exploratory study of the issue in question in the Indonesian context of English as a foreign language (EFL), it is suggested that further studies be conducted to establish more conclusive findings on the predictive power of learners’ SDL and resilience towards their English learning achievement. ABSTRAKStudi ini bertujuan menginvestigasi hubungan antara Self-directed Learning (SDL) pembelajar kelas Bahasa Inggris untuk tujuan akademik (EAP) dan pencapaian belajar di kelas Bahasa Inggris serta hubungan antara pencapaian belajar tersebut dengan ketahanan (resilience) mereka. Studi ini menggunakan metode survei dan sebanyak 157 pembelajar di kelas EAP bermoda daring berpartisipasi dalam studi ini. Studi ini menemukan bahwa SDL pembelajar berkorelasi sangat lemah dengan pencapaian belajar (r (155) = .01, p > .05) dan bahwa SDL tidak mampu memprediksi pencapaian belajar (R2 = .000). Studi ini juga menemukan bahwa ketahanan pembelajar berkorelasi sangat lemah dengan pencapaian belajar (r (155) = -.02, p > .05) dan tidak mampu memprediksi pencapaian belajar (R2 = .000). Karena studi ini termasuk studi awal dalam kajian SDL dan ketahanan pembelajar dalam kaitannya dengan pencapaian belajar pada konteks pembelajaran Bahasa Inggris sebagai bahasa asing di Indonesia, terkait dengan hasil studi ini, disarankan dilakukan studi-studi lain dalam konteks Indonesia. Studi-studi ini dapat dilakukan untuk mendapatkan kesimpulan yang lebih solid terkait besar kecilnya kemampuan SDL dan ketahanan pembelajar dalam memprediksi pencapaian belajar mereka dalam Bahasa Inggris.","PeriodicalId":31076,"journal":{"name":"IJEE Indonesian Journal of English Education","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47027420","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-30DOI: 10.15408/ijee.v7i2.17773
Kadek Erlita Dwiyanti, I. Pratama, N. Manik
ABSTRACTThe Covid-19 pandemic has caused learning to be carried out online. Not all students, however, are ready for online learning. This study aims to examine the level of readiness of eighth-grade students at a junior high school through an explanatory sequential mixed method design consisting of quantitative and qualitative phases. Student readiness for online learning in this study was reviewed from five dimensions: self-directed learning, motivation for learning, computer/internet self-efficacy, learner control, and online communication self-efficacy. The Online Learning Readiness Scale (OLRS) survey proposed by Hung (2010) with a five-point-Likert scale was used to collect quantitative data. The data were analyzed quantitatively, and the level of readiness was measured utilizing the e-learning readiness assessment model suggested by Aydin and Tasci (2005). Follow-up interviews were then held to support the quantitative data. The results showed that the majority of students entered the level of "ready but needs a few improvements". However, there was one item in the dimension of self-directed learning that was included in the level of "not ready needs some work". The implication of this study is the need to encourage students to actively communicate in online learning, especially for shy students.ABSTRAKPandemi Covid-19 menyebabkan pembelajaran dilakukan secara online. Namun, tidak semua siswa siap dengan pembelajaran online. Penelitian ini bertujuan untuk menguji tingkat kesiapan siswa kelas VIII sebuah sekolah menengah pertama melalui penelitian explanatory sequential mixed method yang terdiri dari tahap kuantitatif dan kualitatif. Kesiapan siswa untuk pembelajaran online ditinjau dari lima dimensi: pembelajaran mandiri, motivasi belajar, efikasi diri komputer / internet, kontrol peserta didik, dan efikasi diri komunikasi online. Survei Online Learning Readiness Scale (OLRS) yang digagas oleh Hung (2010) dilengkapi dengan skala Likert lima poin digunakan untuk mengumpulkan data kuantitatif. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan tingkatannya diukur dengan model penilaian kesiapan E-learning yang dikemukakan oleh Aydin dan Tasci (2005). Wawancara kemudian dilakukan untuk mengumpulkan data guna mendukung data kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan siswa memasuki level “siap, tetapi perlu sedikit perbaikan”. Namun, ada satu item dalam dimensi pembelajaran mandiri yang termasuk dalam tingkat "belum siap, perlu peningkatan". Implikasi dari penelitian ini adalah perlunya mendorong siswa untuk aktif berkomunikasi dalam pembelajaran online, khususnya bagi siswa yang pemalu.
【摘要】新冠肺炎疫情导致在线学习。然而,并非所有学生都准备好接受在线学习。本研究旨在通过定量和定性两个阶段的解释序贯混合方法设计来检验初中生的准备水平。本研究从自主学习、学习动机、计算机/网络自我效能、学习者控制和网络交流自我效能五个维度考察学生的在线学习准备。采用Hung(2010)提出的在线学习准备量表(OLRS)调查,采用五点likert量表收集定量数据。对数据进行定量分析,并利用Aydin和Tasci(2005)提出的e-learning准备程度评估模型测量准备程度。然后进行后续访谈以支持定量数据。结果显示,大多数学生进入了“准备好了,但需要一些改进”的水平。然而,在自主学习维度中,有一个项目被包含在“尚未准备好需要一些工作”的层面中。本研究的启示是需要鼓励学生在网络学习中积极交流,特别是对于害羞的学生。【摘要】新冠肺炎疫情防控在线分析。Namun, tidak semua siswa siap dengan penbelajaran在线。Penelitian ini bertujuan untuk menguji tingkat kesiapan siswa kelas VIII sebuah sekolah menengah perama melalui Penelitian解释顺序混合方法yang terdii dari taha定量和定性。日本siswa untuk pembelajaran online ditinjau dari lima维度:pembelajaran mandiri, motivasi belajar, efikasi diri computer / internet,控制peserta didik,和efikasi diri komunikasi online。调查在线学习准备量表(OLRS)(2010):数据定量分析。[3][数据分析][数据分析][数据分析][数据分析][数据分析][数据分析][数据分析][数据分析][数据分析][数据分析][数据分析][数据分析][数据分析][数据分析][数据分析][数据分析][数据分析][数据分析]数据统计,数据统计,数据统计。Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan siswa memasuki level“siap, tetapi perlu sedikit perbaikan”。Namun, ada satu item dalam dimensi pembelajaran mandiri yang termasuk dalam tingkat "belum siap, perlu peningkatan"。这句话的意思是:“我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。”
{"title":"Online Learning Readiness of Junior High School Students in Denpasar","authors":"Kadek Erlita Dwiyanti, I. Pratama, N. Manik","doi":"10.15408/ijee.v7i2.17773","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/ijee.v7i2.17773","url":null,"abstract":"ABSTRACTThe Covid-19 pandemic has caused learning to be carried out online. Not all students, however, are ready for online learning. This study aims to examine the level of readiness of eighth-grade students at a junior high school through an explanatory sequential mixed method design consisting of quantitative and qualitative phases. Student readiness for online learning in this study was reviewed from five dimensions: self-directed learning, motivation for learning, computer/internet self-efficacy, learner control, and online communication self-efficacy. The Online Learning Readiness Scale (OLRS) survey proposed by Hung (2010) with a five-point-Likert scale was used to collect quantitative data. The data were analyzed quantitatively, and the level of readiness was measured utilizing the e-learning readiness assessment model suggested by Aydin and Tasci (2005). Follow-up interviews were then held to support the quantitative data. The results showed that the majority of students entered the level of \"ready but needs a few improvements\". However, there was one item in the dimension of self-directed learning that was included in the level of \"not ready needs some work\". The implication of this study is the need to encourage students to actively communicate in online learning, especially for shy students.ABSTRAKPandemi Covid-19 menyebabkan pembelajaran dilakukan secara online. Namun, tidak semua siswa siap dengan pembelajaran online. Penelitian ini bertujuan untuk menguji tingkat kesiapan siswa kelas VIII sebuah sekolah menengah pertama melalui penelitian explanatory sequential mixed method yang terdiri dari tahap kuantitatif dan kualitatif. Kesiapan siswa untuk pembelajaran online ditinjau dari lima dimensi: pembelajaran mandiri, motivasi belajar, efikasi diri komputer / internet, kontrol peserta didik, dan efikasi diri komunikasi online. Survei Online Learning Readiness Scale (OLRS) yang digagas oleh Hung (2010) dilengkapi dengan skala Likert lima poin digunakan untuk mengumpulkan data kuantitatif. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan tingkatannya diukur dengan model penilaian kesiapan E-learning yang dikemukakan oleh Aydin dan Tasci (2005). Wawancara kemudian dilakukan untuk mengumpulkan data guna mendukung data kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan siswa memasuki level “siap, tetapi perlu sedikit perbaikan”. Namun, ada satu item dalam dimensi pembelajaran mandiri yang termasuk dalam tingkat \"belum siap, perlu peningkatan\". Implikasi dari penelitian ini adalah perlunya mendorong siswa untuk aktif berkomunikasi dalam pembelajaran online, khususnya bagi siswa yang pemalu.","PeriodicalId":31076,"journal":{"name":"IJEE Indonesian Journal of English Education","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41899730","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-30DOI: 10.15408/ijee.v7i2.17321
Reza Anggriyashati Adara
ABSTRACTImproving learners’ motivation is an essential task for teachers because it can maintain learners’ interest in learning. This is why teachers employ numerous motivational strategies in order to enhance learners’ motivation. One of the strategies that can enhance learners’ motivation is using songs in English classrooms. The present study aims to analyse the effects of using songs in EFL classrooms on EFL learners’ motivation. The study used an experimental method by dividing the respondents into two groups: the experimental and control classes. While the control class was taught English conventionally, the experimental class lessons were integrated with English songs. Furthermore, a set of questionnaires and semi-structured interviews were administered in order to obtain the data. The findings suggest that songs seem to have positive effects on EFL learners’ motivation. Besides, using songs in EFL classrooms helps learners absorb new vocabulary and make English lessons more engaging. Thus, English teachers need to consider using English songs in their classrooms to improve learners’ motivation. Nevertheless, songs need to be suited to the learners’ level of English, age, and characteristics of the lessons.ABSTRAKMeningkatkan motivasi siswa adalah tugas penting bagi guru karena hal itu bisa meningkatkan minat siswa dalam belajar. Hal itu yang membuat guru menerapkan berbagai strategi motivasional demi meningkatkan motivasi siswa. Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi siswa adalah menggunakan lagu-lagu di kelas-kelas bahasa Inggris. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek-efek lagu dalam peningkatan motivasi di kelas-kelas bahasa Inggris. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan membagi responden ke dalam dua grup: eksperimental dan kontrol. Kelas kontrol belajar bahasa Inggris secara konvensional sedangkan kelas eksperimental belajar bahasa Inggris dengan pelajaran yang diintegrasikan dengan lagu. Selain itu penelitian ini menggunakan kuesioner dan wawancara semi terstruktur untuk mendapatkan hasilnya. Penelitian ini mengindikasikan lagu dapat memotivasi siswa untuk belajar bahasa Inggris dan mendapatkan kosakata baru. Oleh karena itu, guru harus mempertimbangkan penggunaan lagu dalam kelas-kelas bahasa Inggris untuk meningkatkan motivasi siswa. Namun, penggunaan lagu perlu disesuaikan dengan level kemampuan bahasa Inggris, usia dan karakteristik pelajaran.
{"title":"Enhancing EFL Learners’ Motivation through Songs","authors":"Reza Anggriyashati Adara","doi":"10.15408/ijee.v7i2.17321","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/ijee.v7i2.17321","url":null,"abstract":"ABSTRACTImproving learners’ motivation is an essential task for teachers because it can maintain learners’ interest in learning. This is why teachers employ numerous motivational strategies in order to enhance learners’ motivation. One of the strategies that can enhance learners’ motivation is using songs in English classrooms. The present study aims to analyse the effects of using songs in EFL classrooms on EFL learners’ motivation. The study used an experimental method by dividing the respondents into two groups: the experimental and control classes. While the control class was taught English conventionally, the experimental class lessons were integrated with English songs. Furthermore, a set of questionnaires and semi-structured interviews were administered in order to obtain the data. The findings suggest that songs seem to have positive effects on EFL learners’ motivation. Besides, using songs in EFL classrooms helps learners absorb new vocabulary and make English lessons more engaging. Thus, English teachers need to consider using English songs in their classrooms to improve learners’ motivation. Nevertheless, songs need to be suited to the learners’ level of English, age, and characteristics of the lessons.ABSTRAKMeningkatkan motivasi siswa adalah tugas penting bagi guru karena hal itu bisa meningkatkan minat siswa dalam belajar. Hal itu yang membuat guru menerapkan berbagai strategi motivasional demi meningkatkan motivasi siswa. Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi siswa adalah menggunakan lagu-lagu di kelas-kelas bahasa Inggris. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek-efek lagu dalam peningkatan motivasi di kelas-kelas bahasa Inggris. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan membagi responden ke dalam dua grup: eksperimental dan kontrol. Kelas kontrol belajar bahasa Inggris secara konvensional sedangkan kelas eksperimental belajar bahasa Inggris dengan pelajaran yang diintegrasikan dengan lagu. Selain itu penelitian ini menggunakan kuesioner dan wawancara semi terstruktur untuk mendapatkan hasilnya. Penelitian ini mengindikasikan lagu dapat memotivasi siswa untuk belajar bahasa Inggris dan mendapatkan kosakata baru. Oleh karena itu, guru harus mempertimbangkan penggunaan lagu dalam kelas-kelas bahasa Inggris untuk meningkatkan motivasi siswa. Namun, penggunaan lagu perlu disesuaikan dengan level kemampuan bahasa Inggris, usia dan karakteristik pelajaran.","PeriodicalId":31076,"journal":{"name":"IJEE Indonesian Journal of English Education","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44405173","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-30DOI: 10.15408/ijee.v7i2.17182
Septia Tri Gunawan, R. Dewi, Zaharil Anasy
ABSTRACTThis study is intended to acquire empirical evidence regarding the impact of the teacher's Indirect Written Corrective Feedback on students' writing ability of explanation texts. Fifty six students enrolling at a high school in Jakarta were selected as the sample. They were separately distributed in the experimental class and the control class that respectively contained 28 students. Purposive sampling was utilized to recognize who the research subjects were and what level of their competence was for inclusion in this study. A quasi-experimental design, which is a subpart of a quantitative method, was employed. The data were assembled by running a writing test in the pre-test and post-test sections, whose results were followed by normality and homogeneity tests. The findings showed that the experimental class’ post-test outcome was 64.71, while the control class’ post-test was 58.25. Since the t-value surpasses the t-table (2.502>1.675), it indicates that the teacher's Indirect Written Corrective Feedback has a significant effect on improving students' writing explanation texts.ABSTRAKStudi ini bertujuan untuk memperoleh bukti riil terkait pengaruh dari umpan balik tertulis tidak langsung oleh guru terhadap kemampuan siswa dalam menulis teks eksplanasi. 56 siswa yang bersekolah di sebuah sekolah menengah atas terpilih sebagai sampel. Siswa tersebut terbagi dalam kelas eksperimen dan kelas kontrol, yang masing-masing kelas berisikan 28 orang. Oleh karenanya, purposive sampling diterapkan karena peneliti sudah mengetahui siapa saja subjek penelitian dan kompetensi apa saja yang dimiliki. Desain kuasi-eksperimen yang merupakan sub-bagian dari metode kuantitatif digunakan oleh peneliti. Data diperoleh dengan mengadakan ujian tes tulis yang terdapat pada pra-tes dan pasca-tes yang diikuti dengna uji normalitas dan uji homogenitas. Hasil temuan menunjukkan bahwa rata-rata hasil pasca-tes yang diraih oleh siswa di kelas eksperimen sebesar 64.71, sedangkan 58.25 adalah hasil dari siswa kelas kontrol. Karena nilai t hitung melampaui nilai t tabel (2.502>1.675), maka hal tersebut menandakan umpan balik tertulis tidak langsung oleh guru memiliki dampak yang signifikan dalam meningkatkan kemampuan menulis siswa menulis teks eksplanasi.
{"title":"The Impact of Teacher’s Indirect Written Corrective Feedback on Eleventh Graders’ Explanation Writing Ability","authors":"Septia Tri Gunawan, R. Dewi, Zaharil Anasy","doi":"10.15408/ijee.v7i2.17182","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/ijee.v7i2.17182","url":null,"abstract":"ABSTRACTThis study is intended to acquire empirical evidence regarding the impact of the teacher's Indirect Written Corrective Feedback on students' writing ability of explanation texts. Fifty six students enrolling at a high school in Jakarta were selected as the sample. They were separately distributed in the experimental class and the control class that respectively contained 28 students. Purposive sampling was utilized to recognize who the research subjects were and what level of their competence was for inclusion in this study. A quasi-experimental design, which is a subpart of a quantitative method, was employed. The data were assembled by running a writing test in the pre-test and post-test sections, whose results were followed by normality and homogeneity tests. The findings showed that the experimental class’ post-test outcome was 64.71, while the control class’ post-test was 58.25. Since the t-value surpasses the t-table (2.502>1.675), it indicates that the teacher's Indirect Written Corrective Feedback has a significant effect on improving students' writing explanation texts.ABSTRAKStudi ini bertujuan untuk memperoleh bukti riil terkait pengaruh dari umpan balik tertulis tidak langsung oleh guru terhadap kemampuan siswa dalam menulis teks eksplanasi. 56 siswa yang bersekolah di sebuah sekolah menengah atas terpilih sebagai sampel. Siswa tersebut terbagi dalam kelas eksperimen dan kelas kontrol, yang masing-masing kelas berisikan 28 orang. Oleh karenanya, purposive sampling diterapkan karena peneliti sudah mengetahui siapa saja subjek penelitian dan kompetensi apa saja yang dimiliki. Desain kuasi-eksperimen yang merupakan sub-bagian dari metode kuantitatif digunakan oleh peneliti. Data diperoleh dengan mengadakan ujian tes tulis yang terdapat pada pra-tes dan pasca-tes yang diikuti dengna uji normalitas dan uji homogenitas. Hasil temuan menunjukkan bahwa rata-rata hasil pasca-tes yang diraih oleh siswa di kelas eksperimen sebesar 64.71, sedangkan 58.25 adalah hasil dari siswa kelas kontrol. Karena nilai t hitung melampaui nilai t tabel (2.502>1.675), maka hal tersebut menandakan umpan balik tertulis tidak langsung oleh guru memiliki dampak yang signifikan dalam meningkatkan kemampuan menulis siswa menulis teks eksplanasi.","PeriodicalId":31076,"journal":{"name":"IJEE Indonesian Journal of English Education","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44326903","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-30DOI: 10.15408/ijee.v7i2.17785
Carlos Lenin Alvarez Llerena
ABSTRACTThe Backward Design Model (BDM) is a curriculum approach in language teaching, which begins with the specification of learning outcomes that are the basis for developing instructional processes and input (Richards, 2013). This study aims to display a theoretical analysis of how the integration of the BDM has impacted English as a Foreign Language class. Thus, this study provides the results of reviewing research-based articles about how the integration of the BDM has benefited EFL teachers and students. These benefits are related to the main elements of the BDM, namely, designing learning to provide enduring understandings, assessing students’ performance based on acceptable evidence, and planning learning experiences and instructions based on desirable outcomes. The results indicated that the BDM indeed brought benefits to EFL teachers and students, revealing that this model's efficient application can help (a) teachers better understand the procedural knowledge of learning and (b) students improve their English language skills.ABSTRAKBackward Design Model merupakan pendekatan kurikulum dalam pengajaran bahasa yang diawali dengan spesifikasi hasil belajar yang menjadi dasar untuk pegembangan proses dan masukan pembelajaran (Richards, 2013). Penelitian ini bertujuan untuk menampilkan analisis teoritis tentang bagaimana integrasi Backward Design Model (BDM) berdampak pada kelas bahasa Inggris sebagai bahasa asing. Penelitian ini merupakan hasil dari telaah artikel berbasis penelitian tentang bagaimana integrasi BDM bermanfaat bagi para guru dan siswa EFL. Manfaat ini berkaitan dengan elemen utama BDM yaitu merancang pembelajaran untuk pemahaman yang bertahan lama, penilaian kinerja siswa berdasarkan bukti yang dapat diterima, dan merencanakan pengalaman dan instruksi pembelajaran berdasarkan hasil yang diinginkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BDM memang membawa manfaat bagi para guru dan siswa. Hasil penelitian juga mengungkapkan bahwa penerapan model yang efisien ini membantu para guru untuk memiliki pemahaman yang lebih baik tentang pengetahuan prosedural pembelajaran dan juga membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris mereka.
摘要后向设计模型(BDM)是语言教学中的一种课程方法,它从学习成果的规范开始,这是开发教学过程和输入的基础(Richards, 2013)。本研究旨在从理论上分析BDM的整合如何影响作为外语的英语课堂。因此,本研究提供了基于研究的文章的结果,这些文章是关于BDM的整合如何使英语教师和学生受益的。这些好处与BDM的主要要素有关,即设计学习以提供持久的理解,基于可接受的证据评估学生的表现,以及根据期望的结果规划学习经验和指导。结果表明,BDM确实给英语教师和学生带来了好处,揭示了该模型的有效应用可以帮助(a)教师更好地理解学习的程序性知识(b)学生提高英语语言技能。[摘要]后向设计模型merupakan pendekatan kurikulum dalam pengajajan bahasa yang diawali dengan specifikasi hasil belajar yang menjadi dasar untuk pegembangan proprodan masukan penbelajan [Richards, 2013]。基于后向设计模型(BDM)的中文中文中文中文翻译。Penelitian ini merupakan hasil dari telaah artikel berbasis Penelitian tentang bagaimana integrasi BDM bermanfaat bagi para guru dan siswa EFL。Manfaat ini berkaitan dentan element utama BDM yitu merancang penbelajaran untuk pemahaman yang bertahan lama, penkierja siswa berdhaarkan bukti yang dapat diterima, dan merencanakan pengalaman dan indksi penbelajaran berdhaarkan hasil yang diinginkan。Hasil penelitian menunjukkan bahwa BDM memang membawa manfaat bagi para guru dan siswa。Hasil penelitian juga mengungkapkan bahwa penerapan模型yang efisien ini membantu para guru untuk memiliki pemahaman yang lebih baik tentenang pengetahuan程序penbelajan dan juga membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris mereka。
{"title":"The Benefits of Backward Design in the English as a Foreign Language Context","authors":"Carlos Lenin Alvarez Llerena","doi":"10.15408/ijee.v7i2.17785","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/ijee.v7i2.17785","url":null,"abstract":"ABSTRACTThe Backward Design Model (BDM) is a curriculum approach in language teaching, which begins with the specification of learning outcomes that are the basis for developing instructional processes and input (Richards, 2013). This study aims to display a theoretical analysis of how the integration of the BDM has impacted English as a Foreign Language class. Thus, this study provides the results of reviewing research-based articles about how the integration of the BDM has benefited EFL teachers and students. These benefits are related to the main elements of the BDM, namely, designing learning to provide enduring understandings, assessing students’ performance based on acceptable evidence, and planning learning experiences and instructions based on desirable outcomes. The results indicated that the BDM indeed brought benefits to EFL teachers and students, revealing that this model's efficient application can help (a) teachers better understand the procedural knowledge of learning and (b) students improve their English language skills.ABSTRAKBackward Design Model merupakan pendekatan kurikulum dalam pengajaran bahasa yang diawali dengan spesifikasi hasil belajar yang menjadi dasar untuk pegembangan proses dan masukan pembelajaran (Richards, 2013). Penelitian ini bertujuan untuk menampilkan analisis teoritis tentang bagaimana integrasi Backward Design Model (BDM) berdampak pada kelas bahasa Inggris sebagai bahasa asing. Penelitian ini merupakan hasil dari telaah artikel berbasis penelitian tentang bagaimana integrasi BDM bermanfaat bagi para guru dan siswa EFL. Manfaat ini berkaitan dengan elemen utama BDM yaitu merancang pembelajaran untuk pemahaman yang bertahan lama, penilaian kinerja siswa berdasarkan bukti yang dapat diterima, dan merencanakan pengalaman dan instruksi pembelajaran berdasarkan hasil yang diinginkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BDM memang membawa manfaat bagi para guru dan siswa. Hasil penelitian juga mengungkapkan bahwa penerapan model yang efisien ini membantu para guru untuk memiliki pemahaman yang lebih baik tentang pengetahuan prosedural pembelajaran dan juga membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris mereka.","PeriodicalId":31076,"journal":{"name":"IJEE Indonesian Journal of English Education","volume":"64 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77207708","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRACTHighlighting the TOEFL prediction test, this study attempted to explore EFL learners’ strategies in dealing with the reading comprehension section of the TOEFL prediction test, both in reading the texts and tackling the questions. This study employed a qualitative research design as its approach and a semi-structured interview as the instrument to gain the data. Six participants were purposively selected from the English Language Education Department of UIN Ar-Raniry Banda Aceh. They were interviewed concerning their reading strategies in dealing with the questions in the TOEFL Prediction test. The findings revealed five strategies used by the participants in contending with the TOEFL reading section, classified into reading strategy and test-taking strategy. The reading strategies consist of skimming and scanning the passages, using context to understand the meaning of unfamiliar vocabulary, and utilizing background knowledge. Meanwhile, reviewing the questions and prioritizing easier questions are included in the test-taking strategy. This study proposes further research to investigate the effectiveness of particular strategies in improving EFL students’ performance in facing the reading section.ABSTRAKMengangkat topik tes TOEFL Prediksi, penelitian ini mencoba menyelidiki strategi yang dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswi Bahasa Inggris dalam menghadapi bagian Reading Comprehension di tes TOEFL, baik strategi ketika membaca teks maupun ketika menjawab soal-soal yang tersedia. Studi ini menggunakan pendekatan qualitatif dan menggunakan wawancara semi-terstruktur sebagai instrument untuk menghasilkan data. Teknik purposive sampling digunakan dalam memilih enam partisipan untuk studi ini yang keenamnya berasal dari Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada lima strategi yang digunakan oleh partisipan dalam menyelesaikan TOEFL Reading Section. Kelima strategi tersebut dapat diklasifikasikan kepada reading strategy (strategi membaca) dan test-taking strategy (strategi dalam menghadapi tes). Reading strategies terdiri dari membaca teks dengan menggunakan teknik skimming and scanning, menggunakan konteks untuk dapat memahami makna dari kata-kata yang sukar, dan menggunakan background knowledge (pengetahuan sebelumnya) ketika membaca teks. Sementara mereview pertanyaan dan mengutamakan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang lebih mudah termasuk dalam test-taking strategy yang dilakukan oleh partisipan ketika menghadapi tes. Studi ini mendukung penelitian lebih dalam kedepannya terkait keefektifan dari strategi-strategi ini dalam meningkatkan performa mahasiswa-mahasiswi Bahasa Inggris dalam menyelesaikan bagian reading comprehension.
{"title":"Strategies in dealing with the Reading Section of ‘TOEFL Prediction’: a case of Aceh EFL Learners","authors":"Fera Busfina Zalha, Alfiatunnur Alfiatunnur, Cut Annisa Triana Kamil","doi":"10.15408/ijee.v7i2.17622","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/ijee.v7i2.17622","url":null,"abstract":"ABSTRACTHighlighting the TOEFL prediction test, this study attempted to explore EFL learners’ strategies in dealing with the reading comprehension section of the TOEFL prediction test, both in reading the texts and tackling the questions. This study employed a qualitative research design as its approach and a semi-structured interview as the instrument to gain the data. Six participants were purposively selected from the English Language Education Department of UIN Ar-Raniry Banda Aceh. They were interviewed concerning their reading strategies in dealing with the questions in the TOEFL Prediction test. The findings revealed five strategies used by the participants in contending with the TOEFL reading section, classified into reading strategy and test-taking strategy. The reading strategies consist of skimming and scanning the passages, using context to understand the meaning of unfamiliar vocabulary, and utilizing background knowledge. Meanwhile, reviewing the questions and prioritizing easier questions are included in the test-taking strategy. This study proposes further research to investigate the effectiveness of particular strategies in improving EFL students’ performance in facing the reading section.ABSTRAKMengangkat topik tes TOEFL Prediksi, penelitian ini mencoba menyelidiki strategi yang dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswi Bahasa Inggris dalam menghadapi bagian Reading Comprehension di tes TOEFL, baik strategi ketika membaca teks maupun ketika menjawab soal-soal yang tersedia. Studi ini menggunakan pendekatan qualitatif dan menggunakan wawancara semi-terstruktur sebagai instrument untuk menghasilkan data. Teknik purposive sampling digunakan dalam memilih enam partisipan untuk studi ini yang keenamnya berasal dari Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada lima strategi yang digunakan oleh partisipan dalam menyelesaikan TOEFL Reading Section. Kelima strategi tersebut dapat diklasifikasikan kepada reading strategy (strategi membaca) dan test-taking strategy (strategi dalam menghadapi tes). Reading strategies terdiri dari membaca teks dengan menggunakan teknik skimming and scanning, menggunakan konteks untuk dapat memahami makna dari kata-kata yang sukar, dan menggunakan background knowledge (pengetahuan sebelumnya) ketika membaca teks. Sementara mereview pertanyaan dan mengutamakan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang lebih mudah termasuk dalam test-taking strategy yang dilakukan oleh partisipan ketika menghadapi tes. Studi ini mendukung penelitian lebih dalam kedepannya terkait keefektifan dari strategi-strategi ini dalam meningkatkan performa mahasiswa-mahasiswi Bahasa Inggris dalam menyelesaikan bagian reading comprehension.","PeriodicalId":31076,"journal":{"name":"IJEE Indonesian Journal of English Education","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42634019","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}