Eschatology is a doctrine or teaching related to the last days, in the Abrahamic religious belief about eschatology, namely the arrival of a savior at the end of time for these religions, namely Christianity, Judaism and Islam, the three religions believe that at the end of time a when there will be a savior who will save them from the chaos that existed in the world before the apocalypse. This issue includes who is the true savior for Christianity, Judaism, and Islam. This paper aims to find out who is the savior of the end times for the Abrahamic Religion, namely Christianity, Judaism and Islam. The form of this research uses Research from the Library (Library Research) which is carried out by collecting data including books, journals and others as well as clarifying some of the literature related to this research. According to Christianity, Jesus is their savior, who will save Christians from various corruptions in the end times, then the Jews believe in the Messiah or the Messiah as their savior in the last days, because with the messiah they can live in peace. without any interference from others, and Muslims believe in the existence of Allah's Apostle, Jesus son of Mary, who will save you Muslims from the Fitnah of Dajjal at the end of time, so Muslims need Jesus' help to kill Dajjal before the apocalypse comes.
{"title":"Religious Eschatology: The Doctrine of the Coming of the Savior In the End Times in the Perspective of Abrahamic Religion","authors":"M. Mujahidin","doi":"10.22373/arj.v3i1.15967","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/arj.v3i1.15967","url":null,"abstract":"Eschatology is a doctrine or teaching related to the last days, in the Abrahamic religious belief about eschatology, namely the arrival of a savior at the end of time for these religions, namely Christianity, Judaism and Islam, the three religions believe that at the end of time a when there will be a savior who will save them from the chaos that existed in the world before the apocalypse. This issue includes who is the true savior for Christianity, Judaism, and Islam. This paper aims to find out who is the savior of the end times for the Abrahamic Religion, namely Christianity, Judaism and Islam. The form of this research uses Research from the Library (Library Research) which is carried out by collecting data including books, journals and others as well as clarifying some of the literature related to this research. According to Christianity, Jesus is their savior, who will save Christians from various corruptions in the end times, then the Jews believe in the Messiah or the Messiah as their savior in the last days, because with the messiah they can live in peace. without any interference from others, and Muslims believe in the existence of Allah's Apostle, Jesus son of Mary, who will save you Muslims from the Fitnah of Dajjal at the end of time, so Muslims need Jesus' help to kill Dajjal before the apocalypse comes.","PeriodicalId":31333,"journal":{"name":"Religio Jurnal Studi Agamaagama","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"88873435","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-03-30DOI: 10.15575/hanifiya.v6i1.24854
Y. S. Purwadi
Artikel ini membahas konsep metafisika keterbatasan sebagai basis bagi pluralisme perspektif John Hick. Metode kualitatif jenis study literature digunakan dalam penelitian ini. Data diperoleh dari sumber-sumber primer dan sekunder yang relevan dengan topik penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep metafisika keterbatasan memainkan peran penting dalam pemikiran John Hick tentang pluralisme agama. Menurut Hick, keberagaman agama dan keyakinan adalah suatu keniscayaan dalam kondisi keterbatasan manusia dalam mencapai kebenaran yang mutlak. Oleh karena itu, konsep keterbatasan ini menjadi dasar bagi pandangan pluralis Hick. Hick berpendapat bahwa setiap agama memiliki akses terbatas dalam memahami kebenaran mutlak, dan pandangan pluralis mengakui bahwa masing-masing agama memiliki kebenaran dan nilai yang berbeda-beda. Namun, pandangan ini juga menunjukkan bahwa kebenaran mutlak dapat dipahami secara lebih utuh melalui dialog dan pengalaman antaragama. Dalam konteks ini, Hick mengembangkan teori relativitas agama dan mengusulkan bahwa keberagaman agama tidak bertentangan dengan kebenaran mutlak. Sebaliknya, keberagaman agama dapat menjadi jalan menuju pengalaman kebenaran yang lebih dalam dan universal. Kesimpulannya, jurnal ini menyajikan pandangan Hick tentang pluralisme agama berdasarkan konsep metafisika keterbatasan. Studi literature yang dilakukan dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa keberagaman agama dan keyakinan dapat dipahami dan dihargai secara lebih baik melalui dialog dan pengalaman antaragama, yang merupakan jalan menuju pemahaman yang lebih utuh tentang kebenaran mutlak.
{"title":"Metafisika Keterbatasan dan Pluralisme Agama Menurut John Hick","authors":"Y. S. Purwadi","doi":"10.15575/hanifiya.v6i1.24854","DOIUrl":"https://doi.org/10.15575/hanifiya.v6i1.24854","url":null,"abstract":"Artikel ini membahas konsep metafisika keterbatasan sebagai basis bagi pluralisme perspektif John Hick. Metode kualitatif jenis study literature digunakan dalam penelitian ini. Data diperoleh dari sumber-sumber primer dan sekunder yang relevan dengan topik penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep metafisika keterbatasan memainkan peran penting dalam pemikiran John Hick tentang pluralisme agama. Menurut Hick, keberagaman agama dan keyakinan adalah suatu keniscayaan dalam kondisi keterbatasan manusia dalam mencapai kebenaran yang mutlak. Oleh karena itu, konsep keterbatasan ini menjadi dasar bagi pandangan pluralis Hick. Hick berpendapat bahwa setiap agama memiliki akses terbatas dalam memahami kebenaran mutlak, dan pandangan pluralis mengakui bahwa masing-masing agama memiliki kebenaran dan nilai yang berbeda-beda. Namun, pandangan ini juga menunjukkan bahwa kebenaran mutlak dapat dipahami secara lebih utuh melalui dialog dan pengalaman antaragama. Dalam konteks ini, Hick mengembangkan teori relativitas agama dan mengusulkan bahwa keberagaman agama tidak bertentangan dengan kebenaran mutlak. Sebaliknya, keberagaman agama dapat menjadi jalan menuju pengalaman kebenaran yang lebih dalam dan universal. Kesimpulannya, jurnal ini menyajikan pandangan Hick tentang pluralisme agama berdasarkan konsep metafisika keterbatasan. Studi literature yang dilakukan dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa keberagaman agama dan keyakinan dapat dipahami dan dihargai secara lebih baik melalui dialog dan pengalaman antaragama, yang merupakan jalan menuju pemahaman yang lebih utuh tentang kebenaran mutlak.","PeriodicalId":31333,"journal":{"name":"Religio Jurnal Studi Agamaagama","volume":"PP 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84320044","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jazbah and mysticism are part of the Islamic Shari'a and are also the spirit of the Islamic Shari'a to unite Allah SWT. The spiritual teachings of Jazbah and Sufi mysticism can be used as a solution to overcoming various kinds of problems in human life and can maintain harmony both internally and between religious communities, because the foundation of Sufi is love and compassion (mahabbah). This article belongs to literature research with a qualitative approach. The methodology used is a descriptive analysis study. The reference sources used are literacy references such as books and journals related to religious moderation. The results of the research in essence there is no controversy between fiqh scholars and tasawwuf scholars in the implementation of jazbah and mysticism in the Naqsyabandiyah order because that is one way to achieve the degree of ihsan.ABSTRAKJazbah dan suluk merupakan bagian dari Syariát Islam dan juga merupakan ruh dari Syariát Islam untuk meng-Esakan Allah Swt. Ajaran spiritual Jazbah dan suluk sufi dapat dijadikan sebagai solusi untuk menanggulangi berbagai macam problematika kehidupan manusia serta dapat menjaga kerukunan baik intern maupun antar ummat beragama, karena pondasi dari sufi adalah cinta dan kasih sayang (mahabbah). Artikel ini tergolong dalam penelitian pustaka dengan pendekatan kualitatif. Adapun metodologi yang digunakan adalah studi deskriptif analisis. Sumber rujukan yang digunakan adalah referensi literasi seperti buku dan jurnal terkait. Hasil penelitian pada hakekatnya tidak ada kontroversi antara ulama fiqih dengan ulama tasawuf dalam pelaksanaan jazbah dan suluk dalam tarekat Naqsyabandiyah sebab itu merupakan salah satu jalan untuk mencapai derajat ihsan.
Jazbah和神秘主义是伊斯兰教法的一部分,也是团结真主的伊斯兰教法的精神。Jazbah和苏菲神秘主义的精神教义可以用来解决人类生活中的各种问题,并可以保持内部和宗教团体之间的和谐,因为苏菲的基础是爱和同情(mahabbah)。本文属文献研究,采用定性研究方法。使用的方法是描述性分析研究。所使用的参考资料来源是识字参考资料,如与宗教节制有关的书籍和期刊。研究结果在本质上,在Naqsyabandiyah秩序中,fiqh学者和tasawwuf学者在实施jazbah和神秘主义方面没有争议,因为这是达到ihsan程度的一种方式。[摘要]jazbah dan suluk merupakan bagian dari Syariát伊斯兰教dan juga merupakan ruh dari Syariát伊斯兰教untuk mengal - esakan Allah Swt。Ajaran精神上的Jazbah dan suluk sufi daat dijadikan sebagai solusi untuk menanggulangi berbagai macam problematika kehidupan manusia serat menjaga kerukunan baik intern maupun umat beragama, karena pondasi dari sufi adalah cinta dan kasih sayang (mahabbah)。Artikel ini tergolong dalam penelitian pustaka dengan pendekatan quality。适应方法学的杨迪纳坎和adalah研究的文本分析。[5][文献综述][文献参考][学报]。哈西尔·佩尼利特尔·哈西尔·卡特尼亚克·卡特尼亚克·卡特尼亚克·卡特尼亚克·卡特尼亚·卡特尼亚克·卡特尼亚·卡特尼亚·卡特尼亚·卡特尼亚·卡特尼亚·卡特尼亚·卡特尼亚·卡特尼亚·卡特尼亚·卡特尼亚·卡特尼亚·卡特尼亚·卡特尼亚·卡特尼亚·卡特尼亚·卡特尼亚·卡特尼亚·卡特尼亚·卡特尼亚·卡特尼亚·卡特尼亚·卡特尼亚·卡特尼亚·卡特尼亚
{"title":"Kontroversi Jazbah dan Suluk dalam Tarekat Al-Naqsyabandiyah Al-Khalidiyah","authors":"Faisal Muhammad Nur","doi":"10.22373/arj.v3i1.15243","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/arj.v3i1.15243","url":null,"abstract":"Jazbah and mysticism are part of the Islamic Shari'a and are also the spirit of the Islamic Shari'a to unite Allah SWT. The spiritual teachings of Jazbah and Sufi mysticism can be used as a solution to overcoming various kinds of problems in human life and can maintain harmony both internally and between religious communities, because the foundation of Sufi is love and compassion (mahabbah). This article belongs to literature research with a qualitative approach. The methodology used is a descriptive analysis study. The reference sources used are literacy references such as books and journals related to religious moderation. The results of the research in essence there is no controversy between fiqh scholars and tasawwuf scholars in the implementation of jazbah and mysticism in the Naqsyabandiyah order because that is one way to achieve the degree of ihsan.ABSTRAKJazbah dan suluk merupakan bagian dari Syariát Islam dan juga merupakan ruh dari Syariát Islam untuk meng-Esakan Allah Swt. Ajaran spiritual Jazbah dan suluk sufi dapat dijadikan sebagai solusi untuk menanggulangi berbagai macam problematika kehidupan manusia serta dapat menjaga kerukunan baik intern maupun antar ummat beragama, karena pondasi dari sufi adalah cinta dan kasih sayang (mahabbah). Artikel ini tergolong dalam penelitian pustaka dengan pendekatan kualitatif. Adapun metodologi yang digunakan adalah studi deskriptif analisis. Sumber rujukan yang digunakan adalah referensi literasi seperti buku dan jurnal terkait. Hasil penelitian pada hakekatnya tidak ada kontroversi antara ulama fiqih dengan ulama tasawuf dalam pelaksanaan jazbah dan suluk dalam tarekat Naqsyabandiyah sebab itu merupakan salah satu jalan untuk mencapai derajat ihsan. ","PeriodicalId":31333,"journal":{"name":"Religio Jurnal Studi Agamaagama","volume":"41 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"78120832","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The people of Bungo village, Wedung sub-district, Demak district, which are located in an area near the sea, have caused some of the residents to work as fishermen. Then, the fishermen and the surrounding community hold a marine alms tradition every year which must be preserved, this is believed to be very influential with the results obtained for these fishermen regarding offerings offered to supernatural creatures that live in the sea. With the aim of the community believing that there is a separate value and can receive good reciprocity for what they do. Besides that, Georges Bataille has a theory that can be applied to this sea alms tradition. Therefore, this study uncovers the problem of the marine alms tradition by elaborating Georges Bataille's theory. This paper is based on data collected through interviews with four different informants taking into account the characteristics of each and analyzed using various sources of related books and journals. From the results of this study, it was found that the religious way of the people of Bungo village in carrying out the sea alms tradition was in accordance with the theory described by Georges Bataille.ABSTRAKMasyarakat desa Bungo kecamatan Wedung kabupaten Demak yang terletak di area dekat laut menyebabkan sebagian penduduknya berprofesi sebagai nelayan. Kemudian, para nelayan dan masyarakat sekitar mengadakan tradisi sedekah laut setiap tahunnya yang wajib dilestarikan, hal ini diyakini sangat berpengaruh dengan hasil yang didapatkan bagi para nelayan tersebut terkait sesajen yang dipersembahkan bagi makhluk ghaib yang hidup di laut. Dengan tujuan masyarakat meyakini ada nilai tersendiri dan dapat menerima timbal baik atas apa yang mereka lakukan. Di samping itu, Georges Bataille memiliki sebuah teori yang dapat diaplikasikan pada tradisi sedekah laut ini. Oleh karena itu, penelitian ini mengungkap permasalahan tradisi sedekah laut dengan menjabarkan teori Georges Bataille. Tulisan ini didasarkan pada data yang dikumpulkan melalui wawancara kepada empat informan yang berbeda dengan memperhatikan karakteristik masing-masing dan dianalisa menggunakan berbagai sumber buku dan jurnal yang berkaitan. Dari hasil penelitian tersebut, ditemukannya cara beragama masyarakat desa Bungo dalam pelaksanaan tradisi sedekah laut tersebut sesuai dengan teori yang dijabarkan oleh Georges Bataille.
位于海边的德马克区威东街道本古村的居民们让一些居民去打渔。然后,渔民和周围的社区每年都有海洋布施的传统,必须保存下来,这被认为对这些渔民在向生活在海上的超自然生物提供供品方面取得的结果非常有影响。社区的目标是相信有一种独立的价值,并且可以从他们所做的事情中获得良好的回报。除此之外,乔治·巴塔耶有一个理论可以应用于海赈传统。因此,本研究通过阐述巴塔耶的理论来揭示海洋布施传统的问题。本文基于对四个不同的举报人的访谈收集的数据,考虑到每个人的特点,并使用相关书籍和期刊的各种来源进行分析。从本研究的结果来看,本戈村人对海布施传统的宗教方式与乔治巴塔耶所描述的理论是一致的。【摘要】masyarakat desa Bungo kecamatan Wedung kabupaten Demak yang terletak di area dekat laut menyebabkan sebagian penduduknya教授sebagai nelayan。Kemudian, para nelayan dan masyarakat sekitar mengadakan tradis sedekah laup tahunya yang wajib dilestarikan, halini diyakini sangat berpengaruh dengan hasil yang didapatkan bagi parnelayan tersekait sesajen yang dipersembakan bagi makhluk hahab yang hidup di laut。登干图鹃masyarakat meyakini ada nilai tersendiri dan dapat menerima timbal baias apa yang mereka lakukan。乔治·巴塔耶(george Bataille)回忆说:“我的祖国,我的祖国,我的祖国,我的祖国。”Oleh karena itu, penelitian ini mengungkap, permasalahan tradisissedekah laudengan menjabarkan teorgeorges Bataille。新疆维吾尔自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区。Dari hasil penelitian tersebut, ditemukannya cara beragama masyarakat desa Bungo dalam pelaksanaand tradisi sedekah laut tersebut sesuai dengan teori yang dijabarkan oleh Georges Bataille。
{"title":"Tradisi Sedekah Laut di Bungo Wedung Demak Ditinjau dari Perspektif Georges Bataille","authors":"Zulfatur Rofi'ah","doi":"10.22373/arj.v3i1.15117","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/arj.v3i1.15117","url":null,"abstract":"The people of Bungo village, Wedung sub-district, Demak district, which are located in an area near the sea, have caused some of the residents to work as fishermen. Then, the fishermen and the surrounding community hold a marine alms tradition every year which must be preserved, this is believed to be very influential with the results obtained for these fishermen regarding offerings offered to supernatural creatures that live in the sea. With the aim of the community believing that there is a separate value and can receive good reciprocity for what they do. Besides that, Georges Bataille has a theory that can be applied to this sea alms tradition. Therefore, this study uncovers the problem of the marine alms tradition by elaborating Georges Bataille's theory. This paper is based on data collected through interviews with four different informants taking into account the characteristics of each and analyzed using various sources of related books and journals. From the results of this study, it was found that the religious way of the people of Bungo village in carrying out the sea alms tradition was in accordance with the theory described by Georges Bataille.ABSTRAKMasyarakat desa Bungo kecamatan Wedung kabupaten Demak yang terletak di area dekat laut menyebabkan sebagian penduduknya berprofesi sebagai nelayan. Kemudian, para nelayan dan masyarakat sekitar mengadakan tradisi sedekah laut setiap tahunnya yang wajib dilestarikan, hal ini diyakini sangat berpengaruh dengan hasil yang didapatkan bagi para nelayan tersebut terkait sesajen yang dipersembahkan bagi makhluk ghaib yang hidup di laut. Dengan tujuan masyarakat meyakini ada nilai tersendiri dan dapat menerima timbal baik atas apa yang mereka lakukan. Di samping itu, Georges Bataille memiliki sebuah teori yang dapat diaplikasikan pada tradisi sedekah laut ini. Oleh karena itu, penelitian ini mengungkap permasalahan tradisi sedekah laut dengan menjabarkan teori Georges Bataille. Tulisan ini didasarkan pada data yang dikumpulkan melalui wawancara kepada empat informan yang berbeda dengan memperhatikan karakteristik masing-masing dan dianalisa menggunakan berbagai sumber buku dan jurnal yang berkaitan. Dari hasil penelitian tersebut, ditemukannya cara beragama masyarakat desa Bungo dalam pelaksanaan tradisi sedekah laut tersebut sesuai dengan teori yang dijabarkan oleh Georges Bataille.","PeriodicalId":31333,"journal":{"name":"Religio Jurnal Studi Agamaagama","volume":"301 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77346144","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Evi Rahmadani Harahap, Irwansyah Irwansyah, Neila Susanti
This study discusses the social interaction of Muslim and Christian communities after the burning of a church in Pasar Sibuhuan Village. The purpose of this study was to find out how the social interaction between Muslim and Christian communities after the burning of a church occurred in Pasar Sibuhuan Village, Padang Lawas Regency. The research method in this research is descriptive qualitative, that is, this research intends to reveal the events that occurred in the field with the actual conditions experienced by the research subjects, for example the social interaction of Muslim and Christian communities in Pasar Sibuhuan Village, Padang Lawas Regency. Furthermore, data collection methods in this study were in-depth interviews, observation, and documentation. In the research, the informants were Muslim and Christian communities in Pasar Sibuhuan Village. The results of this study show that the social interaction of Muslim and Christian communities in Pasar Sibuhuan Village leads to forms of associative interaction consisting of cooperation (gotong royong, mutual assistance, attending invitations) even though there has been an incident of burning a church in neighborhood VI of Sibuhuan Market. But there are still interactions that lead to dissociative ones consisting of conventions (loss of night patrols, loss of the culture of visiting neighbors on holidays, limited interaction).ABSTRAKPenelitian ini membahas tentang Interaksi sosial masyarakat Islam dan Kristen pasca terjadi peristiwa pembakaran Gereja di Kelurahan Pasar Sibuhuan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana interaksi sosial antara masyarakat Islam dan Kristen pasca terjadi pembakaran gereja di Kelurahan Pasar Sibuhuan, Kabupaten Padang Lawas. Metode penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu penelitian ini bermaksud untuk mengungkapkan peristiwa yang terjadi di lapangan dengan keadaan yang sebenarnya yang dialami oleh subyek penelitian misalnya interaksi sosial masyarakat Islam dan Kristen di Kelurahan Pasar Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas. Selanjutnya metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Dalam penelitian yang menjadi informan yaitu masyarakat Islam dan Kristen di Kelurahan Pasar Sibuhuan. Hasil Penelitian ini bahwa interaksi sosial masyarakat Islam dan Kristen di Kelurahan Pasar Sibuhuan mengarah kepada bentuk-bentuk interaksi asosiatif terdiri dari keja sama (gotong royong, saling membantu, menghadiri undangan) meskipun telah terjadi peristiwa pembakaran gereja yang berada di lingkungan VI Pasar Sibuhuan. Tetapi masih ada interaksi yang mengarah kepada yang disosiatif terdiri dari konravensi (hilangnya kegiatan ronda malam, hilangnya budaya mengunjungi tetangga pada saat hari-hari besar, interaksi terbatas).
本研究探讨巴萨尔寺布环村教堂被焚毁后,穆斯林与基督徒社群的社会互动。本研究旨在探讨巴东拉华县巴沙四布环村教堂遭焚毁后,穆斯林与基督徒社群之间的社会互动情况。本研究的研究方法是描述性定性的,即本研究旨在通过研究对象所经历的实际情况来揭示实地发生的事件,例如巴东拉瓦地县巴萨尔四布环村穆斯林和基督教社区的社会互动。此外,本研究的数据收集方法为深度访谈、观察和文献。在研究中,举报人是帕萨尔四布环村的穆斯林和基督教社区。本研究结果显示,尽管在四布环市场六小区发生了焚毁教堂的事件,但帕萨四布环村穆斯林与基督徒社区的社会互动仍以合作(共融、互助、出席邀请)为主要形式。但仍然有一些互动会导致由传统组成的分离性互动(失去夜间巡逻,失去假期拜访邻居的文化,互动有限)。[摘要]penelitian ini成员是由Interaksi社会组织(Interaksi social masyarakat Islam)和Kristen pasca terjadi peristidi pembakaran Gereja di Kelurahan Pasar Sibuhuan组成的。Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana interaksi social antara masyarakat Islam dan Kristen pasca terjadi pembakaran gereja di Kelurahan Pasar Sibuhuan, Kabupaten Padang Lawas。Metode penelitian dalam penelitian ini adalis deskriptif kalitf yitf penelitian ini bermaksud untuk mengungkapkan peristiwa yang terjadi di lapangan dengan keadaan yang sebenarya yang dialami oleh subyek penelitian misalnya interaksi社会masyarakat伊斯兰dan Kristen di Kelurahan Pasar Sibuhuan kabupten Padang lais。[1] [1] [1] [1] [1] [1] [1] [1] [1] [1] [1] [1]Dalam penelitian yang menjadi informan yyitu masyarakat Islam dan Kristen di Kelurahan Pasar Sibuhuan。Hasil Penelitian ini bahwa interaksi social masyarakat Islam dan Kristen di Kelurahan Pasar Sibuhuan mengartu kepada bentuk-bentuk interaksi asosiatif terdii dari keja sama (gotong royong, saling membantu, menghadiri undangan) meskipun telah terjadi peristiwa pembakaran gereja yang berada di lingkungan VI Pasar Sibuhuan。Tetapi masih ada interaksi yang mengarah kepada yang disdisi terdii dari konravensi (hilangnya kegiatan ronda malam, hilangnya budaya mengunjungi tetanga pada saat hari-hari besar, interaksi terbatas)。
{"title":"Interaksi Sosial Muslim dan Kristen Pasca Pembakaran Gereja di Pasar Sibuhuan Padang Lawas Sumatera Utara","authors":"Evi Rahmadani Harahap, Irwansyah Irwansyah, Neila Susanti","doi":"10.22373/arj.v3i1.17366","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/arj.v3i1.17366","url":null,"abstract":"This study discusses the social interaction of Muslim and Christian communities after the burning of a church in Pasar Sibuhuan Village. The purpose of this study was to find out how the social interaction between Muslim and Christian communities after the burning of a church occurred in Pasar Sibuhuan Village, Padang Lawas Regency. The research method in this research is descriptive qualitative, that is, this research intends to reveal the events that occurred in the field with the actual conditions experienced by the research subjects, for example the social interaction of Muslim and Christian communities in Pasar Sibuhuan Village, Padang Lawas Regency. Furthermore, data collection methods in this study were in-depth interviews, observation, and documentation. In the research, the informants were Muslim and Christian communities in Pasar Sibuhuan Village. The results of this study show that the social interaction of Muslim and Christian communities in Pasar Sibuhuan Village leads to forms of associative interaction consisting of cooperation (gotong royong, mutual assistance, attending invitations) even though there has been an incident of burning a church in neighborhood VI of Sibuhuan Market. But there are still interactions that lead to dissociative ones consisting of conventions (loss of night patrols, loss of the culture of visiting neighbors on holidays, limited interaction).ABSTRAKPenelitian ini membahas tentang Interaksi sosial masyarakat Islam dan Kristen pasca terjadi peristiwa pembakaran Gereja di Kelurahan Pasar Sibuhuan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana interaksi sosial antara masyarakat Islam dan Kristen pasca terjadi pembakaran gereja di Kelurahan Pasar Sibuhuan, Kabupaten Padang Lawas. Metode penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu penelitian ini bermaksud untuk mengungkapkan peristiwa yang terjadi di lapangan dengan keadaan yang sebenarnya yang dialami oleh subyek penelitian misalnya interaksi sosial masyarakat Islam dan Kristen di Kelurahan Pasar Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas. Selanjutnya metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Dalam penelitian yang menjadi informan yaitu masyarakat Islam dan Kristen di Kelurahan Pasar Sibuhuan. Hasil Penelitian ini bahwa interaksi sosial masyarakat Islam dan Kristen di Kelurahan Pasar Sibuhuan mengarah kepada bentuk-bentuk interaksi asosiatif terdiri dari keja sama (gotong royong, saling membantu, menghadiri undangan) meskipun telah terjadi peristiwa pembakaran gereja yang berada di lingkungan VI Pasar Sibuhuan. Tetapi masih ada interaksi yang mengarah kepada yang disosiatif terdiri dari konravensi (hilangnya kegiatan ronda malam, hilangnya budaya mengunjungi tetangga pada saat hari-hari besar, interaksi terbatas). ","PeriodicalId":31333,"journal":{"name":"Religio Jurnal Studi Agamaagama","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"82958053","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tulisan ini berfokus kepada karya penebusan Kristus melalui “bunuh diri” yang Ia lakukan. Kurangnya penghayatan terhadap karya Yesus menjadi permasalahan bagi umat Kristiani. Karya Yesus di kayu salib merupakan sentral dari semua kepercayaan kekristenan yang dirayakan sebagai Paskah. Paskah dihayati sebagai atau telah ditebusnya manusia dari penghukuman dosa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan study pustaka. Hasil yang dikumpulkan adalah bahwa Yesus pada dasarnya “bunuh diri” tetapi bukan untuk diriNya melainkan untuk manusia. Dengan penuh kesadaran akan konsekuensi dari kematian yang akan terjadi, Ia mengorbankan diriNya bagi manusia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menunjukkan kepada pembaca bahwa penghayatan terhadap peristiwa paskah kristiani merupakan karya Yesus dalam upaya melepaskan manusia dari penghukuman karena dosa. Kata kunci: “Bunuh diri”; Paskah; Keselamatan; Manusia
{"title":"\"Bunuh Diri\" Yesus","authors":"Kayangan, Meisyel Liku Allo","doi":"10.34307/mjsaa.v2i2.45","DOIUrl":"https://doi.org/10.34307/mjsaa.v2i2.45","url":null,"abstract":"Tulisan ini berfokus kepada karya penebusan Kristus melalui “bunuh diri” yang Ia lakukan. Kurangnya penghayatan terhadap karya Yesus menjadi permasalahan bagi umat Kristiani. Karya Yesus di kayu salib merupakan sentral dari semua kepercayaan kekristenan yang dirayakan sebagai Paskah. Paskah dihayati sebagai atau telah ditebusnya manusia dari penghukuman dosa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan study pustaka. Hasil yang dikumpulkan adalah bahwa Yesus pada dasarnya “bunuh diri” tetapi bukan untuk diriNya melainkan untuk manusia. Dengan penuh kesadaran akan konsekuensi dari kematian yang akan terjadi, Ia mengorbankan diriNya bagi manusia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menunjukkan kepada pembaca bahwa penghayatan terhadap peristiwa paskah kristiani merupakan karya Yesus dalam upaya melepaskan manusia dari penghukuman karena dosa. \u0000Kata kunci: “Bunuh diri”; Paskah; Keselamatan; Manusia","PeriodicalId":31333,"journal":{"name":"Religio Jurnal Studi Agamaagama","volume":"95 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"87500671","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstrak : Kenosis merupakan suatu konsep yang lahir dengan berdasar pada narasi Paulus dalam Filipi 2:7 tentang “mengosongkan diri”. Dalam teorinya ditekankan, bahwa Yesus relah mengenakan bagi diri-Nya natur kemanusiaan. Tetapi Ia dalam inkarnasi-Nya sama sekali tidak melepaskan natur keilahian-Nya. Sekalipun dalam konteks itu, Ia sendiri telah menjadi manusia sejati. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menguraikan kenosis Yesus Kristus dalam Filipi 2:7 dan pengosongan diri dalam spritual Buddhisme, sebagai usaha menemukan perbedaan ataupun persamaannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah komparatif, yaitu dengan membandingkan konsep kenosis dalam Filipi 2:7 dan pengosongan diri dalam Buddhisme. Kenosis adalah tindakan Allah mengosongkan diri dengan menjadi manusia. Jalan seperti itu ditempuh oleh Allah, sebagai alternatif dalam mewujudkan misi penyelamatan-Nya bagi dunia. sedangkan pegosongan diri dalam Buddhisme adalah tindakan melepaskan diri dari kemelekatan terhadap materi dan semua yang bersifat sementara. Pengosongan diri dalam Buddhisme dikenal dengan istilah sunyata. Pengosongan diri adalah jalan membebaskan diri dari penderitaan dengan memfokuskan diri pada ilahi. Kenosis Yesus Kristus dan pengosongan diri dalam Buddhisme berjumpa pada usaha mencapai kebenaran. Kenosis adalah usaha Allah mendamaikan diri-Nya dengan dunia termasuk membenarkan manusa, sedangkan pengosongan diri dalam Buddhisme pembenaran yang dikerjakan oleh manusia sendiri. Para Buddhis mengosongkan diri agar dapat mencapai kesucian dengan berpijak pada ilahi.
{"title":"STUDI KOMPARATIF KENOSIS DALAM FILIPI 2:7 DAN PENGOSONGAN DIRI DALAM BUDDHISME","authors":"Mordekai","doi":"10.34307/mjsaa.v2i2.73","DOIUrl":"https://doi.org/10.34307/mjsaa.v2i2.73","url":null,"abstract":"Abstrak : Kenosis merupakan suatu konsep yang lahir dengan berdasar pada narasi Paulus dalam Filipi 2:7 tentang “mengosongkan diri”. Dalam teorinya ditekankan, bahwa Yesus relah mengenakan bagi diri-Nya natur kemanusiaan. Tetapi Ia dalam inkarnasi-Nya sama sekali tidak melepaskan natur keilahian-Nya. Sekalipun dalam konteks itu, Ia sendiri telah menjadi manusia sejati. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menguraikan kenosis Yesus Kristus dalam Filipi 2:7 dan pengosongan diri dalam spritual Buddhisme, sebagai usaha menemukan perbedaan ataupun persamaannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah komparatif, yaitu dengan membandingkan konsep kenosis dalam Filipi 2:7 dan pengosongan diri dalam Buddhisme. Kenosis adalah tindakan Allah mengosongkan diri dengan menjadi manusia. Jalan seperti itu ditempuh oleh Allah, sebagai alternatif dalam mewujudkan misi penyelamatan-Nya bagi dunia. sedangkan pegosongan diri dalam Buddhisme adalah tindakan melepaskan diri dari kemelekatan terhadap materi dan semua yang bersifat sementara. Pengosongan diri dalam Buddhisme dikenal dengan istilah sunyata. Pengosongan diri adalah jalan membebaskan diri dari penderitaan dengan memfokuskan diri pada ilahi. Kenosis Yesus Kristus dan pengosongan diri dalam Buddhisme berjumpa pada usaha mencapai kebenaran. Kenosis adalah usaha Allah mendamaikan diri-Nya dengan dunia termasuk membenarkan manusa, sedangkan pengosongan diri dalam Buddhisme pembenaran yang dikerjakan oleh manusia sendiri. Para Buddhis mengosongkan diri agar dapat mencapai kesucian dengan berpijak pada ilahi.","PeriodicalId":31333,"journal":{"name":"Religio Jurnal Studi Agamaagama","volume":"78 10 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"87903577","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-03-01DOI: 10.15642/religi.v13i1.2285
Moh. Shalahuddin A. Warits, Sangidu Sangidu, Muh. Arif Rokhman
In a semiotic framework, hadith literature can be read as a prophetic text. With this perspective, hadith literature is no longer functional solely in the structure of Islamic legal sources, but more broadly as a language and discourse for the prophetic teachings of the Prophet Muhammad, which in its nature is intended “for all creatures” (li-l-‘ālamīn). This research then tries to reveal how Islamic prophetic language unit is formed in a whole prophetic text discourse. To take Halliday’s approach, a language unit can create its own language environment. Thus, hadith literature, as a medium for the functioning of a particular language unit, can create its own language environment, which is the prophetic language environment. A prophetic language, of course, will only be meaningful in its own ecosocial environment and can also become what is called “antilanguage” for different contexts. Yet, in fact, some hadith literatures show the presence of poetic texts in them. These poetic texts take the form of classical Arabic poetry from the pre-Islamic tradition which, if we refer to Quran 36:69, would be considered incompatible with prophethood. By unraveling the intertwining of these texts, this study seeks to show how the situation of intertextuality can pave the way for a new reading of Islamic prophetic texts. Poetic texts, in this case, may constitute a functional element that makes an important contribution in establishing Islamic prophetic discourse.
{"title":"THE PROPHET AND POETRY: Theoretical Problems of Islamic Prophetic Texts","authors":"Moh. Shalahuddin A. Warits, Sangidu Sangidu, Muh. Arif Rokhman","doi":"10.15642/religi.v13i1.2285","DOIUrl":"https://doi.org/10.15642/religi.v13i1.2285","url":null,"abstract":"In a semiotic framework, hadith literature can be read as a prophetic text. With this perspective, hadith literature is no longer functional solely in the structure of Islamic legal sources, but more broadly as a language and discourse for the prophetic teachings of the Prophet Muhammad, which in its nature is intended “for all creatures” (li-l-‘ālamīn). This research then tries to reveal how Islamic prophetic language unit is formed in a whole prophetic text discourse. To take Halliday’s approach, a language unit can create its own language environment. Thus, hadith literature, as a medium for the functioning of a particular language unit, can create its own language environment, which is the prophetic language environment. A prophetic language, of course, will only be meaningful in its own ecosocial environment and can also become what is called “antilanguage” for different contexts. Yet, in fact, some hadith literatures show the presence of poetic texts in them. These poetic texts take the form of classical Arabic poetry from the pre-Islamic tradition which, if we refer to Quran 36:69, would be considered incompatible with prophethood. By unraveling the intertwining of these texts, this study seeks to show how the situation of intertextuality can pave the way for a new reading of Islamic prophetic texts. Poetic texts, in this case, may constitute a functional element that makes an important contribution in establishing Islamic prophetic discourse.","PeriodicalId":31333,"journal":{"name":"Religio Jurnal Studi Agamaagama","volume":"880 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135533640","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-03-01DOI: 10.15642/religi.v13i1.2260
Steve Gerardo Christoffel Gaspersz, Nancy Novitra Souisa
This research article was based on a literature review using the lens of a socio-historical perspective on the dynamic relationship between Islam and Christianity in Maluku throughout the social history of the Maluku archipelago. The research question “How did the metamorphosis of religious identities (Islam and Christianity) take place through the history and contemporary social reality in Ambon?” becomes a reference to trace the historical trajectory of relations between the two religions in Maluku. The religious conflict that occurred from 1999-2005 still leaves social residues that must be carefully considered for the future of these two religions in Maluku and Indonesia. A hermeneutic analysis of social history was used to map the sociological variables that determine the existence and interaction of Islam and Christianity in Maluku, which in turn also determine interfaith relations at large in the context of Indonesia’s pluralistic society. A multidisciplinary approach was used to synthesize various documents and analyses of some experts, especially Pierre Bourdieu’s sociological analytical framework. The result of this research is the construction of historical understanding that must be understood in managing religious pluralism, especially in the relations between Islam and Christianity in Maluku and Indonesia.
{"title":"NEGOTIATING RELIGIOUS IDENTITIES AND MODERNITY IN MALUKU: A Socio-Historical Perspective","authors":"Steve Gerardo Christoffel Gaspersz, Nancy Novitra Souisa","doi":"10.15642/religi.v13i1.2260","DOIUrl":"https://doi.org/10.15642/religi.v13i1.2260","url":null,"abstract":"This research article was based on a literature review using the lens of a socio-historical perspective on the dynamic relationship between Islam and Christianity in Maluku throughout the social history of the Maluku archipelago. The research question “How did the metamorphosis of religious identities (Islam and Christianity) take place through the history and contemporary social reality in Ambon?” becomes a reference to trace the historical trajectory of relations between the two religions in Maluku. The religious conflict that occurred from 1999-2005 still leaves social residues that must be carefully considered for the future of these two religions in Maluku and Indonesia. A hermeneutic analysis of social history was used to map the sociological variables that determine the existence and interaction of Islam and Christianity in Maluku, which in turn also determine interfaith relations at large in the context of Indonesia’s pluralistic society. A multidisciplinary approach was used to synthesize various documents and analyses of some experts, especially Pierre Bourdieu’s sociological analytical framework. The result of this research is the construction of historical understanding that must be understood in managing religious pluralism, especially in the relations between Islam and Christianity in Maluku and Indonesia.","PeriodicalId":31333,"journal":{"name":"Religio Jurnal Studi Agamaagama","volume":"4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135533631","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-03-01DOI: 10.15642/religi.v13i1.2284
Khodijah Khodijah
This article discusses the activity of Jam‘iyyah Ahli al-Tarīqah al-Mu‘tabarah al-Nahdiyyah (JATMAN) in promulgating Islamic moderation on digital media. Given the swift flow of narratives of radicalism that has spread to various corners of the archipelago, an alternative contribution from the Sufi order (tarekat) is necessary regarding the scheme and model of mainstreaming Islamic moderation on the digital realm in order to deal with this problem. This research focuses on the Islamic moderation found at JATMAN’s official website, namely jatman.or.id. The research employs a qualitative approach which examines documents, manuscripts, audio-visual, and other authoritative sources. The collected data is analyzed and described descriptively and narratively. To enrich the method, Marshall McLuhan’s mass media theory is also used. This study reveals that the mainstreaming model of Islamic moderation found at jatman.or.id. is formatted in the presentation of short articles and short video recordings that emphasize the insistence of moderate Islam and its applicability with the Sufism. In addition, viewed from Marshall McLuhan’s theory it is also found that JATMAN has creatively implemented certain formula to make the dissemination of Islamic moderation more efficient and attractive using its own website, i.e. Jatman.or.id. It seems that the existence of Islamic moderation campaign of JATMAN will continue along with the existence of the Jatman.or.id to deliver messages of peaceful Islam.
本文讨论Jam 'iyyah Ahli al- tar qah al-Mu 'tabarah al-Nahdiyyah (JATMAN)在数位媒体上宣扬伊斯兰温和派的活动。鉴于激进主义的叙述迅速传播到群岛的各个角落,为了解决这个问题,苏菲派(tarekat)的另一种贡献是必要的,即在数字领域将伊斯兰温和派主流化的计划和模式。本研究的重点是在JATMAN的官方网站(即JATMAN .or.id)上找到的伊斯兰温和派。该研究采用定性方法,检查文件、手稿、视听和其他权威来源。对收集到的数据进行分析,并以描述性和叙述性的方式进行描述。为了丰富研究方法,本文还运用了麦克卢汉的大众传媒理论。本研究揭示了在jatman.or.id中发现的伊斯兰温和派主流化模式。以短文和短视频的形式呈现,强调温和伊斯兰教的坚持及其对苏非主义的适用性。此外,从马歇尔·麦克卢汉的理论来看,还发现JATMAN创造性地实施了一定的公式,通过自己的网站,即JATMAN .or.id,使伊斯兰温和派的传播更加有效和有吸引力。随着JATMAN .or.id的存在,JATMAN的伊斯兰节制运动将继续存在,传递和平的伊斯兰信息。
{"title":"TAREKAT AND THE ISLAMIC MODERATION CAMPAIGN ON DIGITAL MEDIA: A Critical Study of JATMAN’s Site at Jatman.or.id Site","authors":"Khodijah Khodijah","doi":"10.15642/religi.v13i1.2284","DOIUrl":"https://doi.org/10.15642/religi.v13i1.2284","url":null,"abstract":"This article discusses the activity of Jam‘iyyah Ahli al-Tarīqah al-Mu‘tabarah al-Nahdiyyah (JATMAN) in promulgating Islamic moderation on digital media. Given the swift flow of narratives of radicalism that has spread to various corners of the archipelago, an alternative contribution from the Sufi order (tarekat) is necessary regarding the scheme and model of mainstreaming Islamic moderation on the digital realm in order to deal with this problem. This research focuses on the Islamic moderation found at JATMAN’s official website, namely jatman.or.id. The research employs a qualitative approach which examines documents, manuscripts, audio-visual, and other authoritative sources. The collected data is analyzed and described descriptively and narratively. To enrich the method, Marshall McLuhan’s mass media theory is also used. This study reveals that the mainstreaming model of Islamic moderation found at jatman.or.id. is formatted in the presentation of short articles and short video recordings that emphasize the insistence of moderate Islam and its applicability with the Sufism. In addition, viewed from Marshall McLuhan’s theory it is also found that JATMAN has creatively implemented certain formula to make the dissemination of Islamic moderation more efficient and attractive using its own website, i.e. Jatman.or.id. It seems that the existence of Islamic moderation campaign of JATMAN will continue along with the existence of the Jatman.or.id to deliver messages of peaceful Islam.","PeriodicalId":31333,"journal":{"name":"Religio Jurnal Studi Agamaagama","volume":"5 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135533639","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}