Pub Date : 2021-10-11DOI: 10.26877/bioma.v10i2.7429
Muhaeming Muhaeming, J. Jamilah, Zulkarnaim Zulkarnaim
Penambahan nutrisi perlu dilakukan untuk meningkatkan produktivitas pertumbuhan jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus). Salah satu bahan yang dapat digunakan adalah serbuk jagung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan serbuk jagung pada komposisi media tanam terhadap pertumbuhan miselium bibit F1 jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) dan mengetahui konsentrasi serbuk jagung yang paling baik digunakan pada pertumbuhan miselium bibit F1 jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus). Penelitian ini mengunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 4 perlakuan dan 3 ulangan sehingga diperoleh 12 satuan percobaan; P0 (perlakuan kontrol), P1 (25%), P2 (50%), dan P3 (100%). Variabel yang diukur adalah persentase pertumbuhan miselium yang diamati pada hari ke-6, 12 dan 18 dan waktu penyebaran miselium Hari Setelah Inokulasi (HSI). Data hasil penelitian dianalisis menggunakan analysis of variance (ANOVA) dengan uji lanjut menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh pada pertumbuhan miselium bibit F1 jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) dengan penambahan serbuk jagung pada komposisi media tanam. Selain Itu, konsentrasi serbuk jagung yang memberikan hasil yang paling baik terhadap pertumbuhan miselium adalah P2 dengan konsentrasi 50%. Kata kunci : miselium F1; Pleurotus ostreatus; serbuk jagung ABSTRACTAdditional nutrition needs to be done to increase the productivity of oyster mushroom (Pleurotus ostreatus) growth. One of the materials that can be used is corn powder. This study aimed to determine the effect of corn powder on the planting medium composition towards mycelium growth of oyster mushroom F1 seeds (Pleurotus ostreatus) and to find the best concentration of corn powder to grow mycelium seeds F1 oyster mushroom (Pleurotus ostreatus). This research was an experimental study using a Completely Randomized Design (CRD) with 4 treatments namely; P0 (control treatment), P1 (25%), P2 (50%), and P3 (100%), and 3 repetitions so that obtained 12 experimental units. The variables measured were the mycelium growth percentage on days 6, 12, and 18, and the mycelium widespread time after the day of inoculation. The data were analyzed using ANOVA then continued on the Least Significant Difference (LSD) test. The results showed that the addition of corn powder on oyster mushroom growing media affected mycelium growth of the oyster mushroom F1 seeds (Pleurotus ostreatus). It also found that the P2 with a 50% concentration of corn powder gave the widest mycelium growth. Keywords: corn powder; mycelium; Pleurotus ostreatus
{"title":"Pengaruh penambahan serbuk jagung pada komposisi media tanam terhadap pertumbuhan miselium bibit F1 jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus)","authors":"Muhaeming Muhaeming, J. Jamilah, Zulkarnaim Zulkarnaim","doi":"10.26877/bioma.v10i2.7429","DOIUrl":"https://doi.org/10.26877/bioma.v10i2.7429","url":null,"abstract":"Penambahan nutrisi perlu dilakukan untuk meningkatkan produktivitas pertumbuhan jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus). Salah satu bahan yang dapat digunakan adalah serbuk jagung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan serbuk jagung pada komposisi media tanam terhadap pertumbuhan miselium bibit F1 jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) dan mengetahui konsentrasi serbuk jagung yang paling baik digunakan pada pertumbuhan miselium bibit F1 jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus). Penelitian ini mengunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 4 perlakuan dan 3 ulangan sehingga diperoleh 12 satuan percobaan; P0 (perlakuan kontrol), P1 (25%), P2 (50%), dan P3 (100%). Variabel yang diukur adalah persentase pertumbuhan miselium yang diamati pada hari ke-6, 12 dan 18 dan waktu penyebaran miselium Hari Setelah Inokulasi (HSI). Data hasil penelitian dianalisis menggunakan analysis of variance (ANOVA) dengan uji lanjut menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh pada pertumbuhan miselium bibit F1 jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) dengan penambahan serbuk jagung pada komposisi media tanam. Selain Itu, konsentrasi serbuk jagung yang memberikan hasil yang paling baik terhadap pertumbuhan miselium adalah P2 dengan konsentrasi 50%. Kata kunci : miselium F1; Pleurotus ostreatus; serbuk jagung ABSTRACTAdditional nutrition needs to be done to increase the productivity of oyster mushroom (Pleurotus ostreatus) growth. One of the materials that can be used is corn powder. This study aimed to determine the effect of corn powder on the planting medium composition towards mycelium growth of oyster mushroom F1 seeds (Pleurotus ostreatus) and to find the best concentration of corn powder to grow mycelium seeds F1 oyster mushroom (Pleurotus ostreatus). This research was an experimental study using a Completely Randomized Design (CRD) with 4 treatments namely; P0 (control treatment), P1 (25%), P2 (50%), and P3 (100%), and 3 repetitions so that obtained 12 experimental units. The variables measured were the mycelium growth percentage on days 6, 12, and 18, and the mycelium widespread time after the day of inoculation. The data were analyzed using ANOVA then continued on the Least Significant Difference (LSD) test. The results showed that the addition of corn powder on oyster mushroom growing media affected mycelium growth of the oyster mushroom F1 seeds (Pleurotus ostreatus). It also found that the P2 with a 50% concentration of corn powder gave the widest mycelium growth. Keywords: corn powder; mycelium; Pleurotus ostreatus","PeriodicalId":314958,"journal":{"name":"Bioma : Jurnal Ilmiah Biologi","volume":"29 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133217459","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-11DOI: 10.26877/bioma.v10i2.6371
Eva Agustina, Funsu Andiarna, Irul Hidayati, Vindi Fristy Kartika
Salah satu tanaman yang berfungsi sebagai antijamur adalah bawang putih yang diinovasikan menjadi produk bawang yang berwarna hitam atau black garlic. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antijamur ekstrak black barlic terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans. Metoda dalam penelitian ini adalah bawang putih dipanaskan selama 35 hari pada suhu 65°C untuk mendapatkan black garlic. Black garlic diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut methanol. Uji aktivitas antibakteri berdasarkan uji zona hambat, konsentrasi hambat minimal (KHM) dan konsentrasi bunuh minimal (KBM). Uji zona hambat dengan variasi konsentrasi ekstrak 100%, 90% dan 80%. Konsentrasi dengan nilai zona hambat yang baik akan dilanjutkan ke uji KHM dan KBM dengan pengenceran ke 1 sampai 5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa zona hambat ekstrak Black Garlic dengan konsentrasi 100% memiliki zona hambat paling bagus yaitu 3,15 mm. Uji KHM optimum diperoleh pada pengenceran ke-5 dengan nilai OD terendah 0,460. Uji KBM dari ekstrak black garlic pada pengenceran ke-5 menunjukkan koloni jamur C. albicans masih tumbuh, sehingga dapat dikatakan bahwa ekstrak black garlic hanya mampu menghambat pertumbuhan jamur namun tidak bisa membunuh jamur C. albicans. Kata kunci: antijamur; black garlic; maserasi ABSTRACTActivity test of black garlic extract against the growth of the fungi Candida albicans. One plant that functions as an antifungal is garlic which is innovated into black garlic. The aim of this study is to indentify black garlic extract antifungal activity against of the Candida albicans. The method in this research was heated garlic for 35 days at temperature of 65°C. Black garlic was extracted by maceration method using methanol solvent. Antibacterial activity test based on inhibition zone test, minimal inhibitory concentration (MIC) and minimal kill concentration (MBC). Inhibition zone test with various extract concentrations of 100%, 90% and 80%. Concentrations with good inhibition zone values will be continued to the MIC and MBC tests with dilutions 1 to 5. The results showed that the inhibition zone of black garlic extract with a concentration of 100%, 3.15 mm. The optimum MIC test was obtained at the 5 dilution with the lowest OD value of absorbance 0.460. The MBC test of the black garlic extract at the 5 dilution showed C. albicans fungal colonies were still growing, so it can be said that the black garlic extract was only able to inhibit fungal growth but could not kill C. albicans fungi. Keywords: antifungal; black garlic; maceration
{"title":"Uji aktivitas antijamur ekstrak black garlic terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans","authors":"Eva Agustina, Funsu Andiarna, Irul Hidayati, Vindi Fristy Kartika","doi":"10.26877/bioma.v10i2.6371","DOIUrl":"https://doi.org/10.26877/bioma.v10i2.6371","url":null,"abstract":"Salah satu tanaman yang berfungsi sebagai antijamur adalah bawang putih yang diinovasikan menjadi produk bawang yang berwarna hitam atau black garlic. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antijamur ekstrak black barlic terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans. Metoda dalam penelitian ini adalah bawang putih dipanaskan selama 35 hari pada suhu 65°C untuk mendapatkan black garlic. Black garlic diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut methanol. Uji aktivitas antibakteri berdasarkan uji zona hambat, konsentrasi hambat minimal (KHM) dan konsentrasi bunuh minimal (KBM). Uji zona hambat dengan variasi konsentrasi ekstrak 100%, 90% dan 80%. Konsentrasi dengan nilai zona hambat yang baik akan dilanjutkan ke uji KHM dan KBM dengan pengenceran ke 1 sampai 5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa zona hambat ekstrak Black Garlic dengan konsentrasi 100% memiliki zona hambat paling bagus yaitu 3,15 mm. Uji KHM optimum diperoleh pada pengenceran ke-5 dengan nilai OD terendah 0,460. Uji KBM dari ekstrak black garlic pada pengenceran ke-5 menunjukkan koloni jamur C. albicans masih tumbuh, sehingga dapat dikatakan bahwa ekstrak black garlic hanya mampu menghambat pertumbuhan jamur namun tidak bisa membunuh jamur C. albicans. Kata kunci: antijamur; black garlic; maserasi ABSTRACTActivity test of black garlic extract against the growth of the fungi Candida albicans. One plant that functions as an antifungal is garlic which is innovated into black garlic. The aim of this study is to indentify black garlic extract antifungal activity against of the Candida albicans. The method in this research was heated garlic for 35 days at temperature of 65°C. Black garlic was extracted by maceration method using methanol solvent. Antibacterial activity test based on inhibition zone test, minimal inhibitory concentration (MIC) and minimal kill concentration (MBC). Inhibition zone test with various extract concentrations of 100%, 90% and 80%. Concentrations with good inhibition zone values will be continued to the MIC and MBC tests with dilutions 1 to 5. The results showed that the inhibition zone of black garlic extract with a concentration of 100%, 3.15 mm. The optimum MIC test was obtained at the 5 dilution with the lowest OD value of absorbance 0.460. The MBC test of the black garlic extract at the 5 dilution showed C. albicans fungal colonies were still growing, so it can be said that the black garlic extract was only able to inhibit fungal growth but could not kill C. albicans fungi. Keywords: antifungal; black garlic; maceration","PeriodicalId":314958,"journal":{"name":"Bioma : Jurnal Ilmiah Biologi","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130215693","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jamur merupakan salah satu komponen ekosistem yang berperan penting dalam mendukung keberlangsungan siklus kehidupan di dalam hutan. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi jenis jamur makroskopik pada kawasan hutan wisata di Desa Tiang Tarah, Kabupaten Bangka. Penelitian dilakukan secara eksploratif dengan menelusuri jalur wisata yang terdapat dalam kawasan hutan. Hasil penelitian diperoleh sebanyak 44 jenis jamur makroskopik berbeda yang termasuk ke dalam sepuluh ordo dari filum Basidiomycota dan Ascomycota. Keseluruhan jamur tersebut termasuk ke dalam Basidiomycota dan Ascomycota. Genus Marasmius merupakan jamur yang paling beragam pada lokasi penelitian. Jamur ini merupakan salah satu jenis jamur yang banyak ditemukan pada daun mati dan serasah hutan. Keberadaan jamur makroskopik di hutan sangat penting sebagai komponen ekosistem tersebut. Kata kunci: Bangka; fungi makroskopik; hutan; keanekaragaman; Marasmius ABSTRACTDiversity of macroscopic mushrooms in the tourism forest of Tiang Tarah Village, Bangka Regency. Fungi is one of the ecosystem components that plays an important role in supporting the sustainability of the life cycle in the forest. This research aimed to identify the species of macroscopic fungi in the tourism forest area in Tiang Tarah Village, Bangka Regency. The research was conducted in an exploratory manner by tracing the tourist route in the forest area. The results found as many of 44 different macroscopic fungus belongs to ten orders from the phyllum of Basidiomycota and Ascomycota. The whole fungus were belong to Basidiomycota and Ascomycota. The genus Marasmius was the most diverse fungi in the study area. This fungus is a type of fungus that is commonly found in dead leaves and forest litter. The presence of macroscopic fungi in the forest is very important as a component of the ecosystem. Keywords: Bangka; diversity; forest, macroscopic fungi; Marasmius
{"title":"Keanekaragaman jamur makroskopik di Hutan Wisata Desa Tiang Tarah Kabupaten Bangka","authors":"Rahmad Lingga, Nurzaidah Putri Dalimunthe, Budi Afriyansyah, Riko Irwanto, Henri Henri, Erwin Januardi, Marinah Marinah, Safitri Safitri","doi":"10.26877/bioma.v10i2.7920","DOIUrl":"https://doi.org/10.26877/bioma.v10i2.7920","url":null,"abstract":"Jamur merupakan salah satu komponen ekosistem yang berperan penting dalam mendukung keberlangsungan siklus kehidupan di dalam hutan. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi jenis jamur makroskopik pada kawasan hutan wisata di Desa Tiang Tarah, Kabupaten Bangka. Penelitian dilakukan secara eksploratif dengan menelusuri jalur wisata yang terdapat dalam kawasan hutan. Hasil penelitian diperoleh sebanyak 44 jenis jamur makroskopik berbeda yang termasuk ke dalam sepuluh ordo dari filum Basidiomycota dan Ascomycota. Keseluruhan jamur tersebut termasuk ke dalam Basidiomycota dan Ascomycota. Genus Marasmius merupakan jamur yang paling beragam pada lokasi penelitian. Jamur ini merupakan salah satu jenis jamur yang banyak ditemukan pada daun mati dan serasah hutan. Keberadaan jamur makroskopik di hutan sangat penting sebagai komponen ekosistem tersebut. Kata kunci: Bangka; fungi makroskopik; hutan; keanekaragaman; Marasmius ABSTRACTDiversity of macroscopic mushrooms in the tourism forest of Tiang Tarah Village, Bangka Regency. Fungi is one of the ecosystem components that plays an important role in supporting the sustainability of the life cycle in the forest. This research aimed to identify the species of macroscopic fungi in the tourism forest area in Tiang Tarah Village, Bangka Regency. The research was conducted in an exploratory manner by tracing the tourist route in the forest area. The results found as many of 44 different macroscopic fungus belongs to ten orders from the phyllum of Basidiomycota and Ascomycota. The whole fungus were belong to Basidiomycota and Ascomycota. The genus Marasmius was the most diverse fungi in the study area. This fungus is a type of fungus that is commonly found in dead leaves and forest litter. The presence of macroscopic fungi in the forest is very important as a component of the ecosystem. Keywords: Bangka; diversity; forest, macroscopic fungi; Marasmius","PeriodicalId":314958,"journal":{"name":"Bioma : Jurnal Ilmiah Biologi","volume":"50 1-2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122503145","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-11DOI: 10.26877/bioma.v10i2.8236
Intan Chairun Nisa, Brilliant Margalin
Helicobacter pylori diketahui sebagai penyebab utama tukak lambung dengan melemahkan lapisan pelindung pada lambung dan duodenum. Sejumlah obat anti tukak lambung yang sering digunakan dapat menyebabkan resistensi pada H. pylori. Ganoderma lucidum diketahui dapat menghambat dan mendukung penyembuhan tukak lambung yang disebabkan oleh asam asetat. Akan tetapi, kemampuan G. lucidum dalam menghambat tukak lambung yang disebabkan H. pylori belum banyak diungkap. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak G. lucidum dalam menghambat pertumbuhan H. pylori penyebab tukak lambung. Penelitian merupakan ekperimental dua faktorial yaitu jenis pelarut fraksinasi dan konsentrasi ektrak G. lucidum. Ekstrak G. lucidum difraksinasi menggunakan dua jenis pelarut yaitu etanol 60% dan akuades. Konsentrasi ekstrak G. lucidum yang digunakan adalah 1, 5, 10, 20, 30 mg/mL. Efektivitas ekstrak G. lucidum diuji dengan metode difusi cakram. Berdasarkan analisis statistik didapat bahwa jenis pelarut berpengaruh terhadap aktivitas daya hambat H. pylori dengan nilai pada pelarut etanol 60% signifikan lebih tinggi dibandingkan akuades. Konsentrasi ekstrak G. lucidum baik etanol maupun akuades berpengaruh signifikan terhadap aktivitas daya hambat. Aktivitas daya hambat tertinggi adalah pada perlakuan ekstrak etanol G. lucidum konsentrasi 20 mg/ml. Kata kunci: akuades; difusi cakram; etanol; Helicobacter pylori; Ganoderma lucidum ABSTRACTOptimization and effectiveness assay of Ganoderma lucidum extract as Anti-Helicobactor pylori. Helicobacter pylori is known to be the main cause of gastric ulcers by weakening the protective lining of the stomach and duodenal. A number of gastric anti-ulcer drugs can cause resistance to H. pylori. Ganoderma lucidum is known to inhibit and support the healing of gastric ulcers caused by acetic acid. G. lucidum's ability to inhibit H. pylori growth has not been revealed much. This research aims to find out the effectiveness of G. lucidum extract in inhibiting the growth of H. pylori which causes gastric ulcers. This study is an experimental two factorial namely the type of fractionation solvent and the concentration of G. lucidum extract. Ganoderma lucidum extract is diffractionated using two types of solvents namely 60% ethanol and akuades. The concentration of G. lucidum extract used is 1, 5, 10, 20, 30 mg/mL. The effectiveness of G. lucidum is tested using the disc diffusion method. Based on statistical analysis found that the type of solvent affects the activity of H. pylori's resistance with a value in ethanol solvents 60% significantly higher than akuades On the other hand the concentration of G. lucidum extract in both ethanol and aquades has a significant effect on the activity of the slave. The highest inhibitory activity is in the treatment of ethanol extract G. lucidum concentration 20 mg / ml. Keywords: aquades; diffusion disc; ethanol; Helicobacter pylori; Ganoderma lucidum
{"title":"Optimasi dan uji efektivitas ekstrak Ganoderma lucidum sebagai anti-Helicobacter pylori","authors":"Intan Chairun Nisa, Brilliant Margalin","doi":"10.26877/bioma.v10i2.8236","DOIUrl":"https://doi.org/10.26877/bioma.v10i2.8236","url":null,"abstract":"Helicobacter pylori diketahui sebagai penyebab utama tukak lambung dengan melemahkan lapisan pelindung pada lambung dan duodenum. Sejumlah obat anti tukak lambung yang sering digunakan dapat menyebabkan resistensi pada H. pylori. Ganoderma lucidum diketahui dapat menghambat dan mendukung penyembuhan tukak lambung yang disebabkan oleh asam asetat. Akan tetapi, kemampuan G. lucidum dalam menghambat tukak lambung yang disebabkan H. pylori belum banyak diungkap. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak G. lucidum dalam menghambat pertumbuhan H. pylori penyebab tukak lambung. Penelitian merupakan ekperimental dua faktorial yaitu jenis pelarut fraksinasi dan konsentrasi ektrak G. lucidum. Ekstrak G. lucidum difraksinasi menggunakan dua jenis pelarut yaitu etanol 60% dan akuades. Konsentrasi ekstrak G. lucidum yang digunakan adalah 1, 5, 10, 20, 30 mg/mL. Efektivitas ekstrak G. lucidum diuji dengan metode difusi cakram. Berdasarkan analisis statistik didapat bahwa jenis pelarut berpengaruh terhadap aktivitas daya hambat H. pylori dengan nilai pada pelarut etanol 60% signifikan lebih tinggi dibandingkan akuades. Konsentrasi ekstrak G. lucidum baik etanol maupun akuades berpengaruh signifikan terhadap aktivitas daya hambat. Aktivitas daya hambat tertinggi adalah pada perlakuan ekstrak etanol G. lucidum konsentrasi 20 mg/ml. Kata kunci: akuades; difusi cakram; etanol; Helicobacter pylori; Ganoderma lucidum ABSTRACTOptimization and effectiveness assay of Ganoderma lucidum extract as Anti-Helicobactor pylori. Helicobacter pylori is known to be the main cause of gastric ulcers by weakening the protective lining of the stomach and duodenal. A number of gastric anti-ulcer drugs can cause resistance to H. pylori. Ganoderma lucidum is known to inhibit and support the healing of gastric ulcers caused by acetic acid. G. lucidum's ability to inhibit H. pylori growth has not been revealed much. This research aims to find out the effectiveness of G. lucidum extract in inhibiting the growth of H. pylori which causes gastric ulcers. This study is an experimental two factorial namely the type of fractionation solvent and the concentration of G. lucidum extract. Ganoderma lucidum extract is diffractionated using two types of solvents namely 60% ethanol and akuades. The concentration of G. lucidum extract used is 1, 5, 10, 20, 30 mg/mL. The effectiveness of G. lucidum is tested using the disc diffusion method. Based on statistical analysis found that the type of solvent affects the activity of H. pylori's resistance with a value in ethanol solvents 60% significantly higher than akuades On the other hand the concentration of G. lucidum extract in both ethanol and aquades has a significant effect on the activity of the slave. The highest inhibitory activity is in the treatment of ethanol extract G. lucidum concentration 20 mg / ml. Keywords: aquades; diffusion disc; ethanol; Helicobacter pylori; Ganoderma lucidum","PeriodicalId":314958,"journal":{"name":"Bioma : Jurnal Ilmiah Biologi","volume":"39 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131035227","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-11DOI: 10.26877/bioma.v10i2.6274
Reza Raihandhany, Muhammad Aditio Ramadian
Oxalidaceae atau suku belimbing-belimbingan merupakan suku yang berasal dari bangsa Oxalidales dan terdiri dari enam marga serta 775 jenis. Nama Oxalidaceae berasal dari Bahasa Yunani, oxic, artinya asam. Bagian tumbuhan pada suku ini terasa asam karena terdapat kandungan asam oksalat. Suku ini tersebar di seluruh dunia. Nilai ekonomi yang dihasilkan dari suku ini tergolong kecil, namun beberapa jenis berpotensi dan dapat dimanfaatkan sebagai tumbuhan pangan, obat, dan ornamental. Suku Oxalidaceae juga terdapat di Institut Teknologi Bandung (ITB) Kampus Ganesha. Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi keanekaragaman jenis dalam suku Oxalidaceae di ITB Kampus Ganesha dengan menggunakan metode jelajah. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan ditemukan enam jenis dari dua marga (Averrhoa dan Oxalis) dengan masing-masing bentuk hidup pohon dan herba secara berturut-turut. Keenam jenis dari suku Oxalidaceae yang ditemukan di ITB Kampus Ganesha antara lain Averrhoa bilimbi, Averrhoa carambola, Oxalis barrelieri, Oxalis corniculata, Oxalis debilis var. corymbosa, dan Oxalis intermedia. Kata kunci: Averrhoa; ITB Ganesha; keanekaragaman; Oxalidaceae; Oxalis ABSTRACTStudy of diversity types in the Oxalidaceae tribe in Bandung Institute of Technology (ITB), Ganesha CampusOxalidaceae, or wood sorrel family is a family that classified under Oxalidales order and consist of six genera and 775 species. Oxalidaceae name comes from Old Greek language, oxic, meaning acid. The species contain oxalic acid that gives sour taste to the plant. It is widely distributed across the world. The economic value of the species in this family is rather low, but some has potential to become food, medicinal, and ornamental plants. This family also found in Institut Teknologi Bandung (ITB) Ganesha campus. This research aimed to do inventory of the family’s species in ITB Ganesha campus. The method used in this research was roaming/exploration method. The result showed that there were six species from two genera (Averrhoa and Oxalis) found in the campus. The two Averrhoa species were found to be tree species meanwhile four Oxalis species were herb species. All six species found were Averrhoa bilimbi, Averrhoa carambola, Oxalis barrelieri, Oxalis corniculata, Oxalis debilis var. corymbosa, and Oxalis intermedia. Keywords: Averrhoa; biodiversity; ITB Ganesha; Oxalidaceae; Oxalis s, ITB Ganesha
{"title":"Studi keanekaragaman jenis dalam Suku Oxalidaceae di Institut Teknologi Bandung (ITB) Kampus Ganesha","authors":"Reza Raihandhany, Muhammad Aditio Ramadian","doi":"10.26877/bioma.v10i2.6274","DOIUrl":"https://doi.org/10.26877/bioma.v10i2.6274","url":null,"abstract":"Oxalidaceae atau suku belimbing-belimbingan merupakan suku yang berasal dari bangsa Oxalidales dan terdiri dari enam marga serta 775 jenis. Nama Oxalidaceae berasal dari Bahasa Yunani, oxic, artinya asam. Bagian tumbuhan pada suku ini terasa asam karena terdapat kandungan asam oksalat. Suku ini tersebar di seluruh dunia. Nilai ekonomi yang dihasilkan dari suku ini tergolong kecil, namun beberapa jenis berpotensi dan dapat dimanfaatkan sebagai tumbuhan pangan, obat, dan ornamental. Suku Oxalidaceae juga terdapat di Institut Teknologi Bandung (ITB) Kampus Ganesha. Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi keanekaragaman jenis dalam suku Oxalidaceae di ITB Kampus Ganesha dengan menggunakan metode jelajah. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan ditemukan enam jenis dari dua marga (Averrhoa dan Oxalis) dengan masing-masing bentuk hidup pohon dan herba secara berturut-turut. Keenam jenis dari suku Oxalidaceae yang ditemukan di ITB Kampus Ganesha antara lain Averrhoa bilimbi, Averrhoa carambola, Oxalis barrelieri, Oxalis corniculata, Oxalis debilis var. corymbosa, dan Oxalis intermedia. Kata kunci: Averrhoa; ITB Ganesha; keanekaragaman; Oxalidaceae; Oxalis ABSTRACTStudy of diversity types in the Oxalidaceae tribe in Bandung Institute of Technology (ITB), Ganesha CampusOxalidaceae, or wood sorrel family is a family that classified under Oxalidales order and consist of six genera and 775 species. Oxalidaceae name comes from Old Greek language, oxic, meaning acid. The species contain oxalic acid that gives sour taste to the plant. It is widely distributed across the world. The economic value of the species in this family is rather low, but some has potential to become food, medicinal, and ornamental plants. This family also found in Institut Teknologi Bandung (ITB) Ganesha campus. This research aimed to do inventory of the family’s species in ITB Ganesha campus. The method used in this research was roaming/exploration method. The result showed that there were six species from two genera (Averrhoa and Oxalis) found in the campus. The two Averrhoa species were found to be tree species meanwhile four Oxalis species were herb species. All six species found were Averrhoa bilimbi, Averrhoa carambola, Oxalis barrelieri, Oxalis corniculata, Oxalis debilis var. corymbosa, and Oxalis intermedia. Keywords: Averrhoa; biodiversity; ITB Ganesha; Oxalidaceae; Oxalis s, ITB Ganesha ","PeriodicalId":314958,"journal":{"name":"Bioma : Jurnal Ilmiah Biologi","volume":"68 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125565858","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-11DOI: 10.26877/bioma.v10i2.7928
Ichsan Luqmana Indra Putra, Aulia Wulanda
Spodoptera frugiperda merupakan hama baru di Indonesia yang menyerang tanaman jagung dan memiliki berbagai macam tanaman inang lain. Salah satu tanaman yang dimungkinkan menjadi inang dari hama ini di Indonesia adalah bayam. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui lama siklus hidup S. frugiperda yang diberikan pakan daun bayam cabut hijau dan daun bayam duri hijau. Metode penelitian ini yaitu permeliharaan S. furgiperda dengan sumber pakan yang berbeda dan mengamati beberapa parameter. Analisis statistik berupa inferensial, data yang dilakukan dengan uji normalitas Shapiro-Wilk. Apabila data normal dilakukan uji homogenitas dengan dilanjutkan analisis ANNOVA. Hasil penelitian menunjukan bahwa S. frugiperda pada pakan kontrol (daun jagung) memiliki lama siklus hidup 38 hari, daun bayam cabut hijau 40 hari, dan daun bayam duri hijau 42 hari. Panjang larva S. frugiperda paling panjang didapatan pada pakan daun bayam duri hijau, sedangkan diameter kepala tidak terdapat perbedaan antara ketiga pakan. Bobot larva paling berat didapatkan pada pakan daun bayam cabut hijau. Panjang dan berat pupa S. frugiperda paling tinggi didapatkan pada pakan daun bayam duri hijau. Jumlah jantan paling banyak dihasilkan pada pakan daun bayam cabut hijau dan daun bayam duri hijau, sedangkan jumlah betina paling banyak dihasilkan pakan kontrol. Jumlah telur paling banyak dihasilkan pada pakan kontrol dan paling sedikit pada bayam duri hijau. Pakan bayam cabut dan bayam duri daun bayam cabut hijau dan bayam duri hijau dapat digunakan sebagai pakan alternatif bagi S. frugiperda di laboratorium. Kata kunci: pakan alternatif; perkembangan; pertumbuhan; Spodoptera frugiperda ABSTRACTLife cycle of Spodoptera frugiperda J.E. Smith with green spinach and green thorn spinach leaves in the laboratory. Spodoptera frugiperda is a new pest in Indonesia that attacks maize and has a wide variety of other host plants. One of the plants that is possible to host this pest in Indonesia is spinach. The purpose of this study was to determine the length of the life cycle of S. frugiperda which was fed with green spinach leaves and green thorn spinach leaves. This research method is the maintenance of S. furgiperda with different feed sources and observing several parameters. Statistical analysis in the form of inferential, the data was done by using the Shapiro-Wilk normality test. If the data is normal, the homogeneity test is carried out followed by ANNOVA analysis. The results showed that S. frugiperda in control diets (corn leaves) had a life cycle length of 38 days, green spinach leaves 40 days, and green thorn spinach leaves 42 days. Thelarvae of longestS. frugiperda were found in green thorn spinach leaf feed, while there was no difference in head diameter between the three diets. The heaviest larval weight was found in green pulled spinach feed. Thelength and weight ofpupa were S. frugiperda highestfound in green thorn spinach leaf feed. The highest number of males was produced in gre
{"title":"Siklus hidup Spodoptera frugiperda J.E. Smith dengan pakan daun bayam cabut hijau dan daun bayam duri hijau di laboratorium","authors":"Ichsan Luqmana Indra Putra, Aulia Wulanda","doi":"10.26877/bioma.v10i2.7928","DOIUrl":"https://doi.org/10.26877/bioma.v10i2.7928","url":null,"abstract":"Spodoptera frugiperda merupakan hama baru di Indonesia yang menyerang tanaman jagung dan memiliki berbagai macam tanaman inang lain. Salah satu tanaman yang dimungkinkan menjadi inang dari hama ini di Indonesia adalah bayam. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui lama siklus hidup S. frugiperda yang diberikan pakan daun bayam cabut hijau dan daun bayam duri hijau. Metode penelitian ini yaitu permeliharaan S. furgiperda dengan sumber pakan yang berbeda dan mengamati beberapa parameter. Analisis statistik berupa inferensial, data yang dilakukan dengan uji normalitas Shapiro-Wilk. Apabila data normal dilakukan uji homogenitas dengan dilanjutkan analisis ANNOVA. Hasil penelitian menunjukan bahwa S. frugiperda pada pakan kontrol (daun jagung) memiliki lama siklus hidup 38 hari, daun bayam cabut hijau 40 hari, dan daun bayam duri hijau 42 hari. Panjang larva S. frugiperda paling panjang didapatan pada pakan daun bayam duri hijau, sedangkan diameter kepala tidak terdapat perbedaan antara ketiga pakan. Bobot larva paling berat didapatkan pada pakan daun bayam cabut hijau. Panjang dan berat pupa S. frugiperda paling tinggi didapatkan pada pakan daun bayam duri hijau. Jumlah jantan paling banyak dihasilkan pada pakan daun bayam cabut hijau dan daun bayam duri hijau, sedangkan jumlah betina paling banyak dihasilkan pakan kontrol. Jumlah telur paling banyak dihasilkan pada pakan kontrol dan paling sedikit pada bayam duri hijau. Pakan bayam cabut dan bayam duri daun bayam cabut hijau dan bayam duri hijau dapat digunakan sebagai pakan alternatif bagi S. frugiperda di laboratorium. Kata kunci: pakan alternatif; perkembangan; pertumbuhan; Spodoptera frugiperda ABSTRACTLife cycle of Spodoptera frugiperda J.E. Smith with green spinach and green thorn spinach leaves in the laboratory. Spodoptera frugiperda is a new pest in Indonesia that attacks maize and has a wide variety of other host plants. One of the plants that is possible to host this pest in Indonesia is spinach. The purpose of this study was to determine the length of the life cycle of S. frugiperda which was fed with green spinach leaves and green thorn spinach leaves. This research method is the maintenance of S. furgiperda with different feed sources and observing several parameters. Statistical analysis in the form of inferential, the data was done by using the Shapiro-Wilk normality test. If the data is normal, the homogeneity test is carried out followed by ANNOVA analysis. The results showed that S. frugiperda in control diets (corn leaves) had a life cycle length of 38 days, green spinach leaves 40 days, and green thorn spinach leaves 42 days. Thelarvae of longestS. frugiperda were found in green thorn spinach leaf feed, while there was no difference in head diameter between the three diets. The heaviest larval weight was found in green pulled spinach feed. Thelength and weight ofpupa were S. frugiperda highestfound in green thorn spinach leaf feed. The highest number of males was produced in gre","PeriodicalId":314958,"journal":{"name":"Bioma : Jurnal Ilmiah Biologi","volume":"215 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"117100713","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-07-31DOI: 10.26877/BIOMA.V9I2.7056
Arnold Christian Hendrik, A. M. Meha
Pada pembudidayaan jenis tanaman kehutanan lokal perlu pengetahuan mengenai teknik perkecambahan yang tepat, untuk memperoleh semai secara cepat dalam jumlah banyak. Tanaman Kabesak (Acacia leucophloea) dan asam jawa (Tamarindus indica) merupakan tanaman yang memiliki manfaat penting secara ekonomis dan ekologis karena itu pemahaman teknik perkecambahan yang tepat penting diketahui. Penelitian ini mengkaji pengaruh bahan perendaman dan waktu perendaman terhadap daya kecambah kabesak dan asam jawa. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 2 perlakuan (faktorial) dan 3 ulangan. Faktor perlakukan pertama adalah bahan perendaman yaitu monosodium glutamat, urine sapi dan air panas. Faktor kedua adalah waktu perendaman yaitu 6 jam, 12 jam dan 24 jam. Perlakuan diujikan masing-masing ke benih kabesak dan asam jawa. Parameter pengamatan dalam penelitian ini adalah daya kecambah benih kabesak dan asam jawa. Hasil uji daya kecambah benih kabesak menunjukkan perendaman dengan air panas menghasilkan daya kecambah tertinggi dibanding perlakuan perendaman dengan bahan lainnya terhadap benih kabesak. Interaksi terbaik untuk bahan perendaman dan lama perendaman terhadap daya kecambah kabesak yaitu perlakuan perendaman dengan air panas selama 12 jam. Untuk uji daya kecambah Asam jawa diketahui bahwa bahan perendaman tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap daya kecambah benih tersebut. Daya kecambah Asam jawa dipengaruhi oleh lama perendaman, dengan lama perendaman terbaik selama 6 jam. Kata kunci: asam jawa, kabesak, monosodium Glutamat, semai, urin
{"title":"DAYA KECAMBAH KABESAK (Acacia leucophloea) DAN ASAM JAWA (Tamarindus indica) MENGGUNAKAN VARIASI BAHAN DAN WAKTU PERENDAMAN","authors":"Arnold Christian Hendrik, A. M. Meha","doi":"10.26877/BIOMA.V9I2.7056","DOIUrl":"https://doi.org/10.26877/BIOMA.V9I2.7056","url":null,"abstract":"Pada pembudidayaan jenis tanaman kehutanan lokal perlu pengetahuan mengenai teknik perkecambahan yang tepat, untuk memperoleh semai secara cepat dalam jumlah banyak. Tanaman Kabesak (Acacia leucophloea) dan asam jawa (Tamarindus indica) merupakan tanaman yang memiliki manfaat penting secara ekonomis dan ekologis karena itu pemahaman teknik perkecambahan yang tepat penting diketahui. Penelitian ini mengkaji pengaruh bahan perendaman dan waktu perendaman terhadap daya kecambah kabesak dan asam jawa. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 2 perlakuan (faktorial) dan 3 ulangan. Faktor perlakukan pertama adalah bahan perendaman yaitu monosodium glutamat, urine sapi dan air panas. Faktor kedua adalah waktu perendaman yaitu 6 jam, 12 jam dan 24 jam. Perlakuan diujikan masing-masing ke benih kabesak dan asam jawa. Parameter pengamatan dalam penelitian ini adalah daya kecambah benih kabesak dan asam jawa. Hasil uji daya kecambah benih kabesak menunjukkan perendaman dengan air panas menghasilkan daya kecambah tertinggi dibanding perlakuan perendaman dengan bahan lainnya terhadap benih kabesak. Interaksi terbaik untuk bahan perendaman dan lama perendaman terhadap daya kecambah kabesak yaitu perlakuan perendaman dengan air panas selama 12 jam. Untuk uji daya kecambah Asam jawa diketahui bahwa bahan perendaman tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap daya kecambah benih tersebut. Daya kecambah Asam jawa dipengaruhi oleh lama perendaman, dengan lama perendaman terbaik selama 6 jam. Kata kunci: asam jawa, kabesak, monosodium Glutamat, semai, urin","PeriodicalId":314958,"journal":{"name":"Bioma : Jurnal Ilmiah Biologi","volume":"114 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116493677","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-10-31DOI: 10.26877/BIOMA.V8I2.4545
Ulvi Atika Suri, Eko Retno Mulyaningrum
ABTRACTThe development of the 21st century skills requires educators to prepare students for global economic competition by having special skills, one of which is problem solving. Achievement of the 21st skills century is done by improving the teaching profession, one of which is through lesson study for learning community. The purpose of this study is to determine whether there is an influence on the application of the auditory intellectually repetition (AIR) learning model through lesson study for learning community on the problem solving abilities of students. This study uses a quasi experimental design method through the randomized posttest-only control group design using matched subjects. The study was conducted at Semarang 11 Public High School in the 2018/2019 school year. Based on the research, the results of statistical tests on the problem solving ability variable have a significance value (2-tailed) of 0.000 <0.05 so that it can be concluded that there are significant differences in students' problem solving abilities between the experimental class and the control class. The experimental class scored better than the control class, with the acquisition of the experimental class number of 76.96 and the control class of 65.94. Based on these results it can be concluded that the application of auditory intellectually repetition (AIR) learning models through lesson study for learning community can improve students' problem solving abilitiesKeywords: Auditory Intellectually Repetition (AIR) Learning Model, Lesson Study for Learning Community, Problem Solving
{"title":"PENGARUH MODEL AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI LESSON STUDY FOR LEARNING COMMUNITY","authors":"Ulvi Atika Suri, Eko Retno Mulyaningrum","doi":"10.26877/BIOMA.V8I2.4545","DOIUrl":"https://doi.org/10.26877/BIOMA.V8I2.4545","url":null,"abstract":"ABTRACTThe development of the 21st century skills requires educators to prepare students for global economic competition by having special skills, one of which is problem solving. Achievement of the 21st skills century is done by improving the teaching profession, one of which is through lesson study for learning community. The purpose of this study is to determine whether there is an influence on the application of the auditory intellectually repetition (AIR) learning model through lesson study for learning community on the problem solving abilities of students. This study uses a quasi experimental design method through the randomized posttest-only control group design using matched subjects. The study was conducted at Semarang 11 Public High School in the 2018/2019 school year. Based on the research, the results of statistical tests on the problem solving ability variable have a significance value (2-tailed) of 0.000 <0.05 so that it can be concluded that there are significant differences in students' problem solving abilities between the experimental class and the control class. The experimental class scored better than the control class, with the acquisition of the experimental class number of 76.96 and the control class of 65.94. Based on these results it can be concluded that the application of auditory intellectually repetition (AIR) learning models through lesson study for learning community can improve students' problem solving abilitiesKeywords: Auditory Intellectually Repetition (AIR) Learning Model, Lesson Study for Learning Community, Problem Solving ","PeriodicalId":314958,"journal":{"name":"Bioma : Jurnal Ilmiah Biologi","volume":"8 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115873627","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-10-31DOI: 10.26877/BIOMA.V8I2.4586
Bil Mustaqim, T. A. Sarjana, H. I. Wahyuni
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji zona penempatan berbeda dalam kandang closed house dan dampaknya terhadap microclimatic ammonia dan profil darah merah ayam broiler. Materi yang digunakan adalah ayam broiler sebanyak 360 ekor dengan bobot awal 44,8 ± 1,66 g dari kandang closed house berpopulasi 11.000 ekor. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan dan 6 kelompok, setiap kelompok percobaan terdiri dari 15 ekor ayam. Perlakuannya adalah penempatan ayam pada posisi tertentu dari panjang kandang yang diukur dari inlet, yaitu: zona 1 = sejajar dengan inlet, zona 2 = 15 meter, zona 3 = 30 meter dan zona 4 = 45 meter. Parameter yang diukur yaitu total eritrosit, kadar hemoglobin, dan persentase hematokrit. Data yang diperoleh dianalisis ragam dan jika terdapat pengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa zona yang semakin jauh dari inlet nyata (P<0,05) meningkatkan persentase hematokrit, namun tidak berpengaruh terhadap jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin (p>0,05). Simpulan penelitian yaitu zona penempatan ayam pada posisi lebih jauh dari inlet menyebabkan peningkatan microclimatic ammonia sehingga berpengaruh terhadap penambahan persentase hematokrit ayam broiler.
{"title":"PENGARUH MICROCLIMATE DAN MICROCLIMATIC AMMONIA CLOSED HOUSE TERHADAP PROFIL SEL DARAH MERAH AYAM BROILER","authors":"Bil Mustaqim, T. A. Sarjana, H. I. Wahyuni","doi":"10.26877/BIOMA.V8I2.4586","DOIUrl":"https://doi.org/10.26877/BIOMA.V8I2.4586","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji zona penempatan berbeda dalam kandang closed house dan dampaknya terhadap microclimatic ammonia dan profil darah merah ayam broiler. Materi yang digunakan adalah ayam broiler sebanyak 360 ekor dengan bobot awal 44,8 ± 1,66 g dari kandang closed house berpopulasi 11.000 ekor. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan dan 6 kelompok, setiap kelompok percobaan terdiri dari 15 ekor ayam. Perlakuannya adalah penempatan ayam pada posisi tertentu dari panjang kandang yang diukur dari inlet, yaitu: zona 1 = sejajar dengan inlet, zona 2 = 15 meter, zona 3 = 30 meter dan zona 4 = 45 meter. Parameter yang diukur yaitu total eritrosit, kadar hemoglobin, dan persentase hematokrit. Data yang diperoleh dianalisis ragam dan jika terdapat pengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa zona yang semakin jauh dari inlet nyata (P<0,05) meningkatkan persentase hematokrit, namun tidak berpengaruh terhadap jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin (p>0,05). Simpulan penelitian yaitu zona penempatan ayam pada posisi lebih jauh dari inlet menyebabkan peningkatan microclimatic ammonia sehingga berpengaruh terhadap penambahan persentase hematokrit ayam broiler.","PeriodicalId":314958,"journal":{"name":"Bioma : Jurnal Ilmiah Biologi","volume":"47 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127933224","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-10-31DOI: 10.26877/BIOMA.V8I2.4942
A. S. Nugroho, Widia Noviani, D. Widyastuti
Desa Ngesrep Balong Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal merupakan desa di lereng Gunung Ungaran yang memiliki beberapa tipe habitat bagi Rhopalocera.Rhopalocera merupakan subordo dari Lepidopterayang berperanpenting dalam ekosistem terutama pada proses penyerbukan tumbuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik tipe habitat Rhopalocera dan tingkat pemanfaatan tiap tipe habitat oleh Rhopalocera diDesa NgesrepBalong. Penelitian inidilakukan pada bulanJanuari sampai Maret 2019. Pengambilan data dilakukandenganmetodeline transect. HasilpenelitianmenunjukanbahwaRhopalocerayang dijumpaidilokasipenelitiansebanyak54 jenisyang tersebar pada lima tipe habitat yang diamati, yaitu habitat sungai, kebun kopi, hutan pinus, tegalan, dan permukiman warga. Tiap habitat memiliki karakteristik yang berbeda. Tipe habitat yang paling banyak dimanfaatkan dan disukai Rhopalocera adalah habitattegalan, sedangkan habitat yang paling sedikit dimanfaatkan adalah habitat permukiman warga. Kata kunci: Rhopalocera, karakteristik habitat, pemanfaatan habitat
{"title":"KARAKTERISTIK DAN PEMANFAATAN TIPE HABITAT RHOPALOCERA DI DESA NGESREP BALONG KABUPATEN KENDAL","authors":"A. S. Nugroho, Widia Noviani, D. Widyastuti","doi":"10.26877/BIOMA.V8I2.4942","DOIUrl":"https://doi.org/10.26877/BIOMA.V8I2.4942","url":null,"abstract":"Desa Ngesrep Balong Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal merupakan desa di lereng Gunung Ungaran yang memiliki beberapa tipe habitat bagi Rhopalocera.Rhopalocera merupakan subordo dari Lepidopterayang berperanpenting dalam ekosistem terutama pada proses penyerbukan tumbuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik tipe habitat Rhopalocera dan tingkat pemanfaatan tiap tipe habitat oleh Rhopalocera diDesa NgesrepBalong. Penelitian inidilakukan pada bulanJanuari sampai Maret 2019. Pengambilan data dilakukandenganmetodeline transect. HasilpenelitianmenunjukanbahwaRhopalocerayang dijumpaidilokasipenelitiansebanyak54 jenisyang tersebar pada lima tipe habitat yang diamati, yaitu habitat sungai, kebun kopi, hutan pinus, tegalan, dan permukiman warga. Tiap habitat memiliki karakteristik yang berbeda. Tipe habitat yang paling banyak dimanfaatkan dan disukai Rhopalocera adalah habitattegalan, sedangkan habitat yang paling sedikit dimanfaatkan adalah habitat permukiman warga. Kata kunci: Rhopalocera, karakteristik habitat, pemanfaatan habitat","PeriodicalId":314958,"journal":{"name":"Bioma : Jurnal Ilmiah Biologi","volume":"107 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124130564","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}