Pub Date : 2022-01-21DOI: 10.14692/jfi.17.5.210-215
N. Aziza, N. Sari, Sofiya Irsalina
Penyakit layu yang disebabkan oleh Fusarium spp. merupakan penyakit penting dalam budi daya cabai. Salah satu cara potensial untuk mengendalikan penyakit tanaman ialah menggunakan agens hayati seperti cendawan endofit dari tanaman obat. Bawang dayak termasuk tanaman obat yang bersifat antibakteri, anticendawan, antiinflamasi, dan antioksidan. Penelitian bertujuan menentukan aktivitas antagonistik cendawan endofit yang berasal dari bunga bawang dayak terhadap cendawan patogen Fusarium spp. Sebanyak tujuh belas isolat cendawan endofit berhasil diperoleh dari bunga bawang dayak, yaitu isolat EnA, EnB, EnC, EnD, EnE, EnF, EnG, EnH, EnI, EnJ, EnK, EnL, EnM, EnN, EnO, EnP, dan EnQ. Lima dari tujuh belas isolat, yaitu EnA, EnF, EnI, EnJ, dan EnK digunakan untuk uji antagonisme terhadap Fusarium spp. dengan metode dual kultur. Penghambatan pertumbuhan koloni Fusarium spp. yang disebabkan oleh isolat EnA, EnF, EnI, EnJ, dan EnK berturut-turut sebesar 67.6%, 53.15%, 77.25%, 70,42% dan 67.1%.
{"title":"Aktivitas Antagonistik Cendawan Endofit Asal Bunga Bawang Dayak (Eleutherine bulbosa (Mill.) Urb.) terhadap Fusarium sp. yang Menginfeksi Tanaman Cabai","authors":"N. Aziza, N. Sari, Sofiya Irsalina","doi":"10.14692/jfi.17.5.210-215","DOIUrl":"https://doi.org/10.14692/jfi.17.5.210-215","url":null,"abstract":"Penyakit layu yang disebabkan oleh Fusarium spp. merupakan penyakit penting dalam budi daya cabai. Salah satu cara potensial untuk mengendalikan penyakit tanaman ialah menggunakan agens hayati seperti cendawan endofit dari tanaman obat. Bawang dayak termasuk tanaman obat yang bersifat antibakteri, anticendawan, antiinflamasi, dan antioksidan. Penelitian bertujuan menentukan aktivitas antagonistik cendawan endofit yang berasal dari bunga bawang dayak terhadap cendawan patogen Fusarium spp. Sebanyak tujuh belas isolat cendawan endofit berhasil diperoleh dari bunga bawang dayak, yaitu isolat EnA, EnB, EnC, EnD, EnE, EnF, EnG, EnH, EnI, EnJ, EnK, EnL, EnM, EnN, EnO, EnP, dan EnQ. Lima dari tujuh belas isolat, yaitu EnA, EnF, EnI, EnJ, dan EnK digunakan untuk uji antagonisme terhadap Fusarium spp. dengan metode dual kultur. Penghambatan pertumbuhan koloni Fusarium spp. yang disebabkan oleh isolat EnA, EnF, EnI, EnJ, dan EnK berturut-turut sebesar 67.6%, 53.15%, 77.25%, 70,42% dan 67.1%.","PeriodicalId":31619,"journal":{"name":"Jurnal Fitopatologi Indonesia","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49629989","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-01-21DOI: 10.14692/jfi.17.5.195-202
Setyowati Retno Djiwanti, Sri Rahayuningsih
Penyakit puru akar yang disebabkan oleh nematoda dan busuk rimpang karena infeksi berbagai patogen banyak dijumpai pada rimpang jahe. Penelitian dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh beberapa perlakuan benih terhadap penekanan kerusakan rimpang yang disebabkan oleh penyakit tersebut. Penelitian disusun menggunakan rancangan acak kelompok dengan 7 perlakuan rimpang, masing-masing diulang sebanyak 4 kali. Perlakuan rimpang jahe sebelum tanam terdiri atas perendaman dalam pestisida 1.5% (campuran streptomisin sulfat dan benomil), bubur Bordo (1% dan 2%), rizobakteri 10% (Bacillus pantotkenticus dan Trichoderma lactae) selama 24 jam; serta pelapisan dengan tepung karbosulfan ST (500 g untuk 4 kg rimpang) dan formula talk Fusarium non-patogenik (NP) (500 g untuk 4 kg rimpang). Rimpang jahe yang sudah diberi perlakuan ditanam pada medium tanam steril yang terdiri atas campuran tanah dan bubur Bordo 1% dan diamati sampai tanaman berumur 5 bulan. Perendaman rimpang dalam larutan pestisida dan formula rizobakteri, serta pelapisan rimpang dengan tepung karbosulfan ST dan formula Fusarium NP dapat menekan puru nematoda Meloidogyne dan busuk rimpang, serta umumnya menghasilkan viabilitas benih dan bobot segar dan atau bobot kering rimpang yang lebih baik. Kecuali bubur Bordo, empat perlakuan benih tersebut dapat dikembangkan untuk usaha penyediaan benih rimpang jahe sehat bermutu.
{"title":"Perlakuan Benih dengan Pestisida, Bubur Bordo dan Agens Hayati untuk Penekanan Penyakit Terbawa Rimpang Jahe","authors":"Setyowati Retno Djiwanti, Sri Rahayuningsih","doi":"10.14692/jfi.17.5.195-202","DOIUrl":"https://doi.org/10.14692/jfi.17.5.195-202","url":null,"abstract":"Penyakit puru akar yang disebabkan oleh nematoda dan busuk rimpang karena infeksi berbagai patogen banyak dijumpai pada rimpang jahe. Penelitian dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh beberapa perlakuan benih terhadap penekanan kerusakan rimpang yang disebabkan oleh penyakit tersebut. Penelitian disusun menggunakan rancangan acak kelompok dengan 7 perlakuan rimpang, masing-masing diulang sebanyak 4 kali. Perlakuan rimpang jahe sebelum tanam terdiri atas perendaman dalam pestisida 1.5% (campuran streptomisin sulfat dan benomil), bubur Bordo (1% dan 2%), rizobakteri 10% (Bacillus pantotkenticus dan Trichoderma lactae) selama 24 jam; serta pelapisan dengan tepung karbosulfan ST (500 g untuk 4 kg rimpang) dan formula talk Fusarium non-patogenik (NP) (500 g untuk 4 kg rimpang). Rimpang jahe yang sudah diberi perlakuan ditanam pada medium tanam steril yang terdiri atas campuran tanah dan bubur Bordo 1% dan diamati sampai tanaman berumur 5 bulan. Perendaman rimpang dalam larutan pestisida dan formula rizobakteri, serta pelapisan rimpang dengan tepung karbosulfan ST dan formula Fusarium NP dapat menekan puru nematoda Meloidogyne dan busuk rimpang, serta umumnya menghasilkan viabilitas benih dan bobot segar dan atau bobot kering rimpang yang lebih baik. Kecuali bubur Bordo, empat perlakuan benih tersebut dapat dikembangkan untuk usaha penyediaan benih rimpang jahe sehat bermutu.","PeriodicalId":31619,"journal":{"name":"Jurnal Fitopatologi Indonesia","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46673012","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-01-21DOI: 10.14692/jfi.17.5.203-209
Ramadhani Yovita Hapsari Hapsari
Infeksi cendawan terbawa benih menjadi salah satu kendala yang membatasi produksi kedelai. Studi dilakukan untuk mengevaluasi kesehatan benih kedelai hasil produksi petani yang menjadi sumber benih bagi sebagian besar petani di Kabupaten Wonogiri. Percobaan dilakukan mengikuti rancangan faktorial acak lengkap dengan dua faktor perlakuan, yaitu asal benih (Desa Genuk, Suru, dan Sumberejo) dan perlakuan benih (dengan disinfektan dan tanpa disinfektan). Metode pengujian benih menggunakan blotter test yang dimodifikasi. Identifikasi cendawan terbawa benih dilakukan berdasarkan karakter morfologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih asal Desa Sumberejo memiliki tingkat perkecambahan normal yang memenuhi syarat sebagai sumber benih. Akan tetapi, benih kedelai asal produksi mandiri petani di Wonogiri belum layak dijadikan sebagai sumber benih sehat. Benih asal Desa Suru dan Desa Genuk terinfeksi dan terkontaminasi oleh Aspergillus niger dan A. flavus dengan persentase infeksi rata-rata 90%. Kedua cendawan tersebut mendominasi infeksi dan kontaminasi benih kedelai. Penggunaan disinfektan mampu menekan infeksi dan kontaminasi Aspergillus spp.
{"title":"Kesehatan Benih Kedelai Hasil Produksi Kelompok Tani di Wonogiri","authors":"Ramadhani Yovita Hapsari Hapsari","doi":"10.14692/jfi.17.5.203-209","DOIUrl":"https://doi.org/10.14692/jfi.17.5.203-209","url":null,"abstract":"Infeksi cendawan terbawa benih menjadi salah satu kendala yang membatasi produksi kedelai. Studi dilakukan untuk mengevaluasi kesehatan benih kedelai hasil produksi petani yang menjadi sumber benih bagi sebagian besar petani di Kabupaten Wonogiri. Percobaan dilakukan mengikuti rancangan faktorial acak lengkap dengan dua faktor perlakuan, yaitu asal benih (Desa Genuk, Suru, dan Sumberejo) dan perlakuan benih (dengan disinfektan dan tanpa disinfektan). Metode pengujian benih menggunakan blotter test yang dimodifikasi. Identifikasi cendawan terbawa benih dilakukan berdasarkan karakter morfologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih asal Desa Sumberejo memiliki tingkat perkecambahan normal yang memenuhi syarat sebagai sumber benih. Akan tetapi, benih kedelai asal produksi mandiri petani di Wonogiri belum layak dijadikan sebagai sumber benih sehat. Benih asal Desa Suru dan Desa Genuk terinfeksi dan terkontaminasi oleh Aspergillus niger dan A. flavus dengan persentase infeksi rata-rata 90%. Kedua cendawan tersebut mendominasi infeksi dan kontaminasi benih kedelai. Penggunaan disinfektan mampu menekan infeksi dan kontaminasi Aspergillus spp.","PeriodicalId":31619,"journal":{"name":"Jurnal Fitopatologi Indonesia","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45612696","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
This editorial contains the front cover, editorial page, and back cover of the Indonesian Journal of Phytopathology, Vol. 17 No. 5, September 2021
这篇社论包括《印度尼西亚植物病理学杂志》的封面、社论版和封底。17 2021年9月5日
{"title":"Cover Jurnal Fitopatologi Vol. 17 No. 5, September 2021","authors":"S. Hidayat","doi":"10.14692/jfi.17.5.i","DOIUrl":"https://doi.org/10.14692/jfi.17.5.i","url":null,"abstract":"This editorial contains the front cover, editorial page, and back cover of the Indonesian Journal of Phytopathology, Vol. 17 No. 5, September 2021","PeriodicalId":31619,"journal":{"name":"Jurnal Fitopatologi Indonesia","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47616153","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-01-17DOI: 10.14692/jfi.17.5.183-194
Muhammad Evan Nurrahmawan, Giyanto, Abdjad Asih Nawangsih, Erina Sulistiani
Bibit pisang hasil kultur jaringan diketahui rentan terhadap cekaman pada awal pertumbuhan di lapangan. Pra-pengondisian bibit menggunakan agens priming dilaporkan meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan tanaman. Asap cair tempurung kelapa dilaporkan mampu memacu pertumbuhan dan menginduksi ketahanan tanaman. Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi pengaruh asap cair asal tempurung kelapa terhadap pertumbuhan dan aktivitas enzim ketahanan pada plantlet pisang Cavendish pada fase induksi perakaran serta penekanan R. syzygii subsp. celebesensis secara in vitro. Tahapan penelitian mencakup uji fitotoksisitas asap cair, analisis pertumbuhan plantlet, analisis aktivitas enzim peroksidase dan polifenol oksidase, isolasi R. syzygii subsp. celebesensis, dan uji toksisitas asap cair terhadap R. syzygii subsp. celebesensis secara in vitro. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan asap cair pada konsentrasi ≥ 1.5% bersifat fitotoksik dengan gejala meliputi klorosis, nekrosis, terbentuk lendir dan kematian plantlet. Perlakuan asap cair pada konsentrasi ≤ 1% tidak bersifat fitotoksik, bahkan peningkatan pertumbuhan plantlet optimum ditunjukkan pada perlakuan asap cair 0.1%. Perlakuan asap cair menyebabkan peningkatan aktivitas enzim ketahanan pada 2, 4 dan 6 hari setelah tanam (HST), tetapi menurun pada 30 HST. Selain itu, asap cair bersifat antibakteri melalui terbentuknya zona hambat dan menyebabkan penurunan nilai kerapatan sel R. syzygii subsp. celebesensis. Penelitian ini menunjukkan potensi teknik priming untuk pengendalian penyakit darah pisang terutama pada bibit pisang hasil kultur jaringan.
{"title":"Asap Cair Sebagai Pemacu Pertumbuhan dan Ketahanan Tanaman Pisang terhadap Ralstonia syzygii subsp. celebesensis","authors":"Muhammad Evan Nurrahmawan, Giyanto, Abdjad Asih Nawangsih, Erina Sulistiani","doi":"10.14692/jfi.17.5.183-194","DOIUrl":"https://doi.org/10.14692/jfi.17.5.183-194","url":null,"abstract":"Bibit pisang hasil kultur jaringan diketahui rentan terhadap cekaman pada awal pertumbuhan di lapangan. Pra-pengondisian bibit menggunakan agens priming dilaporkan meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan tanaman. Asap cair tempurung kelapa dilaporkan mampu memacu pertumbuhan dan menginduksi ketahanan tanaman. Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi pengaruh asap cair asal tempurung kelapa terhadap pertumbuhan dan aktivitas enzim ketahanan pada plantlet pisang Cavendish pada fase induksi perakaran serta penekanan R. syzygii subsp. celebesensis secara in vitro. Tahapan penelitian mencakup uji fitotoksisitas asap cair, analisis pertumbuhan plantlet, analisis aktivitas enzim peroksidase dan polifenol oksidase, isolasi R. syzygii subsp. celebesensis, dan uji toksisitas asap cair terhadap R. syzygii subsp. celebesensis secara in vitro. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan asap cair pada konsentrasi ≥ 1.5% bersifat fitotoksik dengan gejala meliputi klorosis, nekrosis, terbentuk lendir dan kematian plantlet. Perlakuan asap cair pada konsentrasi ≤ 1% tidak bersifat fitotoksik, bahkan peningkatan pertumbuhan plantlet optimum ditunjukkan pada perlakuan asap cair 0.1%. Perlakuan asap cair menyebabkan peningkatan aktivitas enzim ketahanan pada 2, 4 dan 6 hari setelah tanam (HST), tetapi menurun pada 30 HST. Selain itu, asap cair bersifat antibakteri melalui terbentuknya zona hambat dan menyebabkan penurunan nilai kerapatan sel R. syzygii subsp. celebesensis. Penelitian ini menunjukkan potensi teknik priming untuk pengendalian penyakit darah pisang terutama pada bibit pisang hasil kultur jaringan.","PeriodicalId":31619,"journal":{"name":"Jurnal Fitopatologi Indonesia","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47597616","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-01-17DOI: 10.14692/jfi.17.5.173-182
Satriyo Restu Adhi, Fitri Widiantini, Endah Yulia
Kehilangan hasil akibat penyakit bulai, yang disebabkan oleh Peronosclerospora spp. di beberapa sentra penanaman jagung di Pulau Jawa telah dilaporkan. Penelitian dilakukan untuk menentukan karakteristik morfometri dan tingkat patogenisitas strain Peronosclerospora. Sepuluh strain Peronosclerospora spp. berasal dari sentra produksi jagung, yaitu Blitar (BLT), Kediri (KDR), Kediri 2 (KDR2), Klaten (KLT), Cianjur (CJR), Garut (GRT), Jatinangor Sumedang (JTN), Rancakalong Sumedang (RCG), Indramayu (IMY), dan Sukabumi (SKB). Variasi morfometri diperoleh melalui pengamatan secara mikroskopis dengan melihat bentuk konidium, mengukur ketebalan dinding sel, panjang konidiofor, konidium dan konidiofor, serta menghitung jumlah cabang dan percabangan. Tingkat patogenisitas ditetapkan dengan cara menghitung persentase insidensi penyakit pada tanaman jagung. Hasil penelitian menunjukkan morfometri dan tingkat patogenisitas strain yang beragam. Analisis dendrogram berdasarkan karakter morfometri memisahkan strain Peronosclerospora menjadi dua klaster utama. Strain KDR2 merupakan spesies P. philipinensis karena identik dengan strain rujukan, yaitu P. philippinensis yang berada pada satu klaster; sedangkan strain-strain lain teridentifikasi sebagai P. maydis karena identik dengan spesies rujukan P. maydis dan membentuk satu klaster lain. Berdasarkan uji patogenisitas, strain IMY menyebabkan insidensi penyakit terendah (8.33%) dan strain KLT menyebabkan insidensi penyakit tertinggi (47.92%).
{"title":"Variasi Morfometri dan Patogenisitas Peronosclerospora spp. Penyebab Penyakit Bulai Jagung di Pulau Jawa, Indonesia","authors":"Satriyo Restu Adhi, Fitri Widiantini, Endah Yulia","doi":"10.14692/jfi.17.5.173-182","DOIUrl":"https://doi.org/10.14692/jfi.17.5.173-182","url":null,"abstract":"Kehilangan hasil akibat penyakit bulai, yang disebabkan oleh Peronosclerospora spp. di beberapa sentra penanaman jagung di Pulau Jawa telah dilaporkan. Penelitian dilakukan untuk menentukan karakteristik morfometri dan tingkat patogenisitas strain Peronosclerospora. Sepuluh strain Peronosclerospora spp. berasal dari sentra produksi jagung, yaitu Blitar (BLT), Kediri (KDR), Kediri 2 (KDR2), Klaten (KLT), Cianjur (CJR), Garut (GRT), Jatinangor Sumedang (JTN), Rancakalong Sumedang (RCG), Indramayu (IMY), dan Sukabumi (SKB). Variasi morfometri diperoleh melalui pengamatan secara mikroskopis dengan melihat bentuk konidium, mengukur ketebalan dinding sel, panjang konidiofor, konidium dan konidiofor, serta menghitung jumlah cabang dan percabangan. Tingkat patogenisitas ditetapkan dengan cara menghitung persentase insidensi penyakit pada tanaman jagung. Hasil penelitian menunjukkan morfometri dan tingkat patogenisitas strain yang beragam. Analisis dendrogram berdasarkan karakter morfometri memisahkan strain Peronosclerospora menjadi dua klaster utama. Strain KDR2 merupakan spesies P. philipinensis karena identik dengan strain rujukan, yaitu P. philippinensis yang berada pada satu klaster; sedangkan strain-strain lain teridentifikasi sebagai P. maydis karena identik dengan spesies rujukan P. maydis dan membentuk satu klaster lain. Berdasarkan uji patogenisitas, strain IMY menyebabkan insidensi penyakit terendah (8.33%) dan strain KLT menyebabkan insidensi penyakit tertinggi (47.92%).","PeriodicalId":31619,"journal":{"name":"Jurnal Fitopatologi Indonesia","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44804220","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-11-27DOI: 10.14692/jfi.17.4.159-168
I. G. A. Widyastiti, W. Widodo
Kabupaten Bangli, Bali merupakan salah satu sentra produksi jeruk di Indonesia. Kendala pada produksi jeruk di antaranya ialah penyakit busuk pangkal batang yang disebabkan oleh Lasiodiplodia theobromae. Tujuan penelitian ini menentukan faktor budi daya, letak geografis, dan curah hujan yang berkaitan dengan penyakit ini. Pengamatan kondisi penyakit dan wawancara mengenai teknik budi daya ditanyakan kepada 50 petani pemilik. Keterkaitan antara teknik budi daya dan keparahan penyakit dianalisa dari data korespondensi yang dipetakan dengan grafik biplot dan analisis kontingensi dengan uji khi kuadrat. Berdasarkan pada analisis korespondensi dan kontingensi terdapat 4 faktor cara budi daya dan 1 faktor tanaman yang berkaitan nyata terhadap keparahan busuk batang jeruk. Faktor tersebut ialah frekuensi penyiangan secara mekanis, umur tanaman, populasi tanaman per hektar, aplikasi herbisida, dan dosis pupuk nitrogen.
{"title":"Cultural Practices Triggering the Development of Citrus Stem Rot in District of Bangli","authors":"I. G. A. Widyastiti, W. Widodo","doi":"10.14692/jfi.17.4.159-168","DOIUrl":"https://doi.org/10.14692/jfi.17.4.159-168","url":null,"abstract":"Kabupaten Bangli, Bali merupakan salah satu sentra produksi jeruk di Indonesia. Kendala pada produksi jeruk di antaranya ialah penyakit busuk pangkal batang yang disebabkan oleh Lasiodiplodia theobromae. Tujuan penelitian ini menentukan faktor budi daya, letak geografis, dan curah hujan yang berkaitan dengan penyakit ini. Pengamatan kondisi penyakit dan wawancara mengenai teknik budi daya ditanyakan kepada 50 petani pemilik. Keterkaitan antara teknik budi daya dan keparahan penyakit dianalisa dari data korespondensi yang dipetakan dengan grafik biplot dan analisis kontingensi dengan uji khi kuadrat. Berdasarkan pada analisis korespondensi dan kontingensi terdapat 4 faktor cara budi daya dan 1 faktor tanaman yang berkaitan nyata terhadap keparahan busuk batang jeruk. Faktor tersebut ialah frekuensi penyiangan secara mekanis, umur tanaman, populasi tanaman per hektar, aplikasi herbisida, dan dosis pupuk nitrogen.","PeriodicalId":31619,"journal":{"name":"Jurnal Fitopatologi Indonesia","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48820322","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-11-27DOI: 10.14692/jfi.17.4.151-158
Jumjunidang No, Riska, Resta Patma Yanda, T. Purnama, A. Sutanto, C. Hermanto
Balai Penelitian Tanaman Buah (Balitbu) Tropika telah melepas tiga varietas unggul baru (VUB) pisang dengan keunggulan masing-masing. Dalam menunjang keberhasilan pengembangan varietas unggul baru tersebut perlu diketahui informasi tentang ketahanannya terhadap beberapa Vegetative Compatibility Groups (VCGs) Fusarium oxysporum f. sp. cubense (Foc). Tujuan penelitian ini ialah menentukan ketahanan tiga VUB pisang terhadap beberapa VCGs Foc di rumah kasa. Penelitian dilakukan di laboratorium proteksi tumbuhan dan rumah kasa Balitbu Tropika di Solok, dari bulan September 2016 sampai bulan Desember 2017. Rancangan yang digunakan ialah acak kelompok 21 perlakuan dan 3 ulangan, masing-masing perlakuan terdiri atas 10 tanaman. Sebanyak 3 VUB pisang (Ketan 01, Kepok Tanjung dan Raja Kinalun) masing-masing diinokulasi dengan 7 VCGs Foc: yaitu VCG 0120/15, 0123, 0124/5, 0126, 01218, 01213/16 dan 01219. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga VUB pisang menunjukkan respons ketahanan yang bervariasi terhadap isolat Foc dari berbagai VCGs dalam ras 1 dan ras 4. Ketahanan dipengaruhi oleh kompatibilitas masing-masing VCGs dari isolat Foc dengan varietas pisang. Varietas Ketan 01 (AA) mempunyai respons agak tahan dan tahan terhadap semua VCGs Foc yang diuji kecuali dengan VCG 0124/5 (ras 1) dan VCG 01213/16 (ras 4 tropis). Kepok Tanjung (ABB/BBB) rentan dan sangat rentan terhadap semua VCGs Foc, Raja Kinalun (ABB) memberikan respons tahan dan sangat tahan terhadap semua isolat VCGs Foc kecuali dengan isolat Foc VCG 0124/5 (ras 1) responsnya sangat rentan. Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai informasi awal pengembangan varietas unggul baru pisang di Indonesia.
{"title":"Resistance of Three Superior New Banana Varieties on Several Vegetative Compatibility Groups Fusarium oxysporum f. sp. cubense","authors":"Jumjunidang No, Riska, Resta Patma Yanda, T. Purnama, A. Sutanto, C. Hermanto","doi":"10.14692/jfi.17.4.151-158","DOIUrl":"https://doi.org/10.14692/jfi.17.4.151-158","url":null,"abstract":"Balai Penelitian Tanaman Buah (Balitbu) Tropika telah melepas tiga varietas unggul baru (VUB) pisang dengan keunggulan masing-masing. Dalam menunjang keberhasilan pengembangan varietas unggul baru tersebut perlu diketahui informasi tentang ketahanannya terhadap beberapa Vegetative Compatibility Groups (VCGs) Fusarium oxysporum f. sp. cubense (Foc). Tujuan penelitian ini ialah menentukan ketahanan tiga VUB pisang terhadap beberapa VCGs Foc di rumah kasa. Penelitian dilakukan di laboratorium proteksi tumbuhan dan rumah kasa Balitbu Tropika di Solok, dari bulan September 2016 sampai bulan Desember 2017. Rancangan yang digunakan ialah acak kelompok 21 perlakuan dan 3 ulangan, masing-masing perlakuan terdiri atas 10 tanaman. Sebanyak 3 VUB pisang (Ketan 01, Kepok Tanjung dan Raja Kinalun) masing-masing diinokulasi dengan 7 VCGs Foc: yaitu VCG 0120/15, 0123, 0124/5, 0126, 01218, 01213/16 dan 01219. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga VUB pisang menunjukkan respons ketahanan yang bervariasi terhadap isolat Foc dari berbagai VCGs dalam ras 1 dan ras 4. Ketahanan dipengaruhi oleh kompatibilitas masing-masing VCGs dari isolat Foc dengan varietas pisang. Varietas Ketan 01 (AA) mempunyai respons agak tahan dan tahan terhadap semua VCGs Foc yang diuji kecuali dengan VCG 0124/5 (ras 1) dan VCG 01213/16 (ras 4 tropis). Kepok Tanjung (ABB/BBB) rentan dan sangat rentan terhadap semua VCGs Foc, Raja Kinalun (ABB) memberikan respons tahan dan sangat tahan terhadap semua isolat VCGs Foc kecuali dengan isolat Foc VCG 0124/5 (ras 1) responsnya sangat rentan. Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai informasi awal pengembangan varietas unggul baru pisang di Indonesia.","PeriodicalId":31619,"journal":{"name":"Jurnal Fitopatologi Indonesia","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45807384","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Cover Jurnal Fitopatologi Vol. 17 No. 4, Juli 2021","authors":"S. Hidayat","doi":"10.14692/jfi.17.4.i","DOIUrl":"https://doi.org/10.14692/jfi.17.4.i","url":null,"abstract":"This editorial contains the front cover, editorial page, and back cover of the Indonesian Journal of Phytopathology, JFI Vol. 17 No. 4, July 2021.","PeriodicalId":31619,"journal":{"name":"Jurnal Fitopatologi Indonesia","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43555676","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-11-27DOI: 10.14692/jfi.17.4.141-150
A. Manasikana, S. Sulandari, A. Priyatmojo
Padi (Oryza sativa) termasuk ke dalam komoditas penting di Indonesia. Salah satu penyakit penting pada tanaman padi ialah penyakit hawar pelepah yang disebabkan oleh Rhizoctonia solani. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik dan kelompok anastomosis R. solani yang diisolasi dari tanaman padi varietas Ciherang, IR 64, Mekongga, dan Situ Bagendit; dan mengetahui keragaman genetiknya menggunakan primer universal, dan tingkat kekerabatannya. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2019 hingga Juli 2020 di Laboratorium Teknologi Pengendalian UGM. Pengambilan sampel dilaksanakan di Kecamatan Pandak, Bantul yang selanjutnya dilakukan isolasi dan pemurnian cendawan Rhizoctonia menggunakan medium agar-agar dekstrosa kentang. Isolat R. solani diklasifikasikan berdasarkan keragaman kultur, keragaman morfologi, jumlah inti sel, kemampuan anastomosis (AG), dan keragaman genetik. Analisis keragaman genetik dilakukan dengan PCR menggunakan primer universal ITS1 dan ITS4. Berdasarkan pengamatan keragaman kultur dan keragaman morfologi diperoleh hasil yang bervariasi. Hasil pengamatan jumlah inti sel pada keseluruhan isolat berkisar antara 5 hingga 7 inti pada sel yang termasuk dalam kategori multinukleat. Pengamatan kelompok anastomosis (AG) pada 13 isolat yang digunakan masuk ke dalam kategori C3 (anastomosis sempurna). Analisis PCR diperoleh pita DNA dengan hasil sesuai target yaitu 600–750 pb. Hasil secara sikuensing diketahui bahwa 12 isolat R. solani menunjukkan kekerabatan yang tinggi dengan isolat AG-1 IA, kecuali pada isolat CH 3.
水稻(Oryza sativa)被认为是印尼重要的商品。水稻最重要的疾病之一是由雷佐通尼亚索拉尼引起的强刺病。本研究的目的是确定从Ciherang, IR 64, mecomga,以及Bagendit品种中分离出来的菌根根菌的特征和团体;通过通用引物和硬度来了解他的基因多样性。研究于2019年10月至2020年7月在UGM控制技术实验室进行。样本提取是在街头进行的,这是一种无序的帮助,通过使用马铃薯凝胶凝胶中分离和净化真菌Rhizoctonia。索拉尼同位素是根据文化多样性、形态多样性、细胞核数量、anastomosis能力和遗传多样性分类的。基因变异分析是通过PCR使用通用ITS1和ITS4的引物进行的。通过对文化多样性和形态学的观察,可以获得各种各样的结果。对整个细胞的细胞核数量的观测涉及5到7个细胞核,属于多核类别。用于C3(完美分析)类别的13种异构体中的anastomosis (AG)观察。PCR的分析人员发现了一串DNA,上面写着“600——750 pb”。sikuensing的结果显示,除了CH 3外,12个索拉尼与ag1 -1有密切关系。
{"title":"Diversity of Rhizoctonia solani Isolates of Rice Varieties of Ciherang, IR 64, Mekongga, and Situ Bagendit","authors":"A. Manasikana, S. Sulandari, A. Priyatmojo","doi":"10.14692/jfi.17.4.141-150","DOIUrl":"https://doi.org/10.14692/jfi.17.4.141-150","url":null,"abstract":"Padi (Oryza sativa) termasuk ke dalam komoditas penting di Indonesia. Salah satu penyakit penting pada tanaman padi ialah penyakit hawar pelepah yang disebabkan oleh Rhizoctonia solani. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik dan kelompok anastomosis R. solani yang diisolasi dari tanaman padi varietas Ciherang, IR 64, Mekongga, dan Situ Bagendit; dan mengetahui keragaman genetiknya menggunakan primer universal, dan tingkat kekerabatannya. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2019 hingga Juli 2020 di Laboratorium Teknologi Pengendalian UGM. Pengambilan sampel dilaksanakan di Kecamatan Pandak, Bantul yang selanjutnya dilakukan isolasi dan pemurnian cendawan Rhizoctonia menggunakan medium agar-agar dekstrosa kentang. Isolat R. solani diklasifikasikan berdasarkan keragaman kultur, keragaman morfologi, jumlah inti sel, kemampuan anastomosis (AG), dan keragaman genetik. Analisis keragaman genetik dilakukan dengan PCR menggunakan primer universal ITS1 dan ITS4. Berdasarkan pengamatan keragaman kultur dan keragaman morfologi diperoleh hasil yang bervariasi. Hasil pengamatan jumlah inti sel pada keseluruhan isolat berkisar antara 5 hingga 7 inti pada sel yang termasuk dalam kategori multinukleat. Pengamatan kelompok anastomosis (AG) pada 13 isolat yang digunakan masuk ke dalam kategori C3 (anastomosis sempurna). Analisis PCR diperoleh pita DNA dengan hasil sesuai target yaitu 600–750 pb. Hasil secara sikuensing diketahui bahwa 12 isolat R. solani menunjukkan kekerabatan yang tinggi dengan isolat AG-1 IA, kecuali pada isolat CH 3.","PeriodicalId":31619,"journal":{"name":"Jurnal Fitopatologi Indonesia","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48520647","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}