Pub Date : 2021-11-27DOI: 10.14692/jfi.17.4.169-171
Fitrianingrum Kurniawati, Ayang Ratna Kumala
Gejala penyakit oleh fitonematoda ditemukan pada pertanaman jambu biji di Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tanaman sakit menunjukkan gejala antara lain: tanaman kerdil, daun menguning, nekrotik akar dan puru akar. Ekstraksi nematoda dilakukan dari 100 mL sampel tanah dan 5 g sampel akar tanaman jambu biji. Identifikasi dilakukan secara morfologi dengan mengamati karakter kunci dari setiap genus fitonematoda yang ditemukan. Penghitungan jumlah nematoda dilakukan pada setiap genus fitonematoda. Enam genus fitonematoda berhasil diidentifikasi, yaitu Criconemoides, Helicotylenchus, Hoplolaimus, Meloidogyne, Rotylenchulus, dan Xiphinema dengan jumlah berkisar 8–2300 ekor. Tulisan ini merupakan laporan pertama nematoda parasit pada jambu biji di Provinsi Jawa Barat.
{"title":"Phytonematodes on Guava Plant","authors":"Fitrianingrum Kurniawati, Ayang Ratna Kumala","doi":"10.14692/jfi.17.4.169-171","DOIUrl":"https://doi.org/10.14692/jfi.17.4.169-171","url":null,"abstract":"Gejala penyakit oleh fitonematoda ditemukan pada pertanaman jambu biji di Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tanaman sakit menunjukkan gejala antara lain: tanaman kerdil, daun menguning, nekrotik akar dan puru akar. Ekstraksi nematoda dilakukan dari 100 mL sampel tanah dan 5 g sampel akar tanaman jambu biji. Identifikasi dilakukan secara morfologi dengan mengamati karakter kunci dari setiap genus fitonematoda yang ditemukan. Penghitungan jumlah nematoda dilakukan pada setiap genus fitonematoda. Enam genus fitonematoda berhasil diidentifikasi, yaitu Criconemoides, Helicotylenchus, Hoplolaimus, Meloidogyne, Rotylenchulus, dan Xiphinema dengan jumlah berkisar 8–2300 ekor. Tulisan ini merupakan laporan pertama nematoda parasit pada jambu biji di Provinsi Jawa Barat.","PeriodicalId":31619,"journal":{"name":"Jurnal Fitopatologi Indonesia","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46426209","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-11-27DOI: 10.14692/jfi.17.4.131-140
O. S. Dharmaputra, R. Hasbullah, Jeffrey Fransiscus
Serangan cendawan Thielaviopsis paradoxa dapat menurunkan kualitas buah salak selama penyimpanan. Salah satu cara penanganan pascapanen untuk mempertahankan kualitas buah salak pondoh ialah dengan penambahan bahan tambahan pangan kalsium klorida dan bahan pelapis kitosan. Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh CaCl2 dan kitosan untuk mengendalikan T. paradoxa, penyebab busuk hitam pada buah salak pondoh. Perlakuan terdiri atas CaCl2 6%, kitosan 1.5%, CaCl2 6% + kitosan 1.5%, dan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kitosan 1.5% lebih efektif dalam mempertahankan kualitas buah salak selama 12 hari penyimpanan dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Perlakuan ini menghambat peningkatan populasi mikrob, persentase kerusakan daging buah, persentase susut bobot, dan penurunan nilai organoleptik dibandingkan dengan kontrol pada suhu ±28 °C dan kelembapan relatif 65%–75%. Kitosan 1.5% dapat direkomendasikan kepada petani salak untuk memperpanjang masa simpan buah salak sampai dengan 12 hari.
{"title":"Use of Calcium Chloride and Chitosan to Control Thielaviopsis paradoxa in Salak Pondoh Fruit during Storage","authors":"O. S. Dharmaputra, R. Hasbullah, Jeffrey Fransiscus","doi":"10.14692/jfi.17.4.131-140","DOIUrl":"https://doi.org/10.14692/jfi.17.4.131-140","url":null,"abstract":"Serangan cendawan Thielaviopsis paradoxa dapat menurunkan kualitas buah salak selama penyimpanan. Salah satu cara penanganan pascapanen untuk mempertahankan kualitas buah salak pondoh ialah dengan penambahan bahan tambahan pangan kalsium klorida dan bahan pelapis kitosan. Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh CaCl2 dan kitosan untuk mengendalikan T. paradoxa, penyebab busuk hitam pada buah salak pondoh. Perlakuan terdiri atas CaCl2 6%, kitosan 1.5%, CaCl2 6% + kitosan 1.5%, dan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kitosan 1.5% lebih efektif dalam mempertahankan kualitas buah salak selama 12 hari penyimpanan dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Perlakuan ini menghambat peningkatan populasi mikrob, persentase kerusakan daging buah, persentase susut bobot, dan penurunan nilai organoleptik dibandingkan dengan kontrol pada suhu ±28 °C dan kelembapan relatif 65%–75%. Kitosan 1.5% dapat direkomendasikan kepada petani salak untuk memperpanjang masa simpan buah salak sampai dengan 12 hari.","PeriodicalId":31619,"journal":{"name":"Jurnal Fitopatologi Indonesia","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43428604","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-07-25DOI: 10.14692/JFI.17.3.113-120
Laila Nur Milati, B. Nuryanto, Umin Sumarlin
Produksi padi dapat mengalami penurunan akibat gangguan oleh penyakit hawar pelepah yang disebabkan oleh Rhizoctonia solani. Penelitian bertujuan memperkirakan penurunan hasil padi akibat penyakit hawar pelepah berdasarkan keparahan penyakit yang terjadi pada stadium masak susu. Penelitian dilaksanakan di rumah kawat dan lahan percobaan Balai Besar Penelitian Tanaman Padi pada musim hujan 2019/2020. Penelitian di rumah kawat menggunakan tiga varietas padi yaitu “Ciherang”, “Inpari 32 HDB”, dan “Baroma”; sedangkan penelitian di lahan percobaan menggunakan “Ciherang”. Inokulasi R. solani dilakukan pada tanaman padi stadium anakan maksimum dengan menyisipkan tanaman terinfeksi sebagai sumber inokulum penyakit diantara rumpun padi pada tingkat insidensi antara 5%–50%. Tingkat keparahan penyakit pada tanaman di rumah kawat dan lahan percobaan terus berkembang selama periode pengamatan dan mencapai berturut-turut 60.09% dan 70.56%. Lebih lanjut, keparahan penyakit yang tinggi menyebabkan penurunan hasil yang tinggi pula. Pengetahuan tentang hubungan insidensi dan keparahan penyakit bermanfaat dalam menentukan prediksi hasil sehingga pengendalian penyakit dapat dilakukan sedini mungkin untuk menghindari kehilangan hasil yang tinggi.
{"title":"The Relationship between Sheath Blight Disease Incidence, Disease Severity, and Rice Yield","authors":"Laila Nur Milati, B. Nuryanto, Umin Sumarlin","doi":"10.14692/JFI.17.3.113-120","DOIUrl":"https://doi.org/10.14692/JFI.17.3.113-120","url":null,"abstract":"Produksi padi dapat mengalami penurunan akibat gangguan oleh penyakit hawar pelepah yang disebabkan oleh Rhizoctonia solani. Penelitian bertujuan memperkirakan penurunan hasil padi akibat penyakit hawar pelepah berdasarkan keparahan penyakit yang terjadi pada stadium masak susu. Penelitian dilaksanakan di rumah kawat dan lahan percobaan Balai Besar Penelitian Tanaman Padi pada musim hujan 2019/2020. Penelitian di rumah kawat menggunakan tiga varietas padi yaitu “Ciherang”, “Inpari 32 HDB”, dan “Baroma”; sedangkan penelitian di lahan percobaan menggunakan “Ciherang”. Inokulasi R. solani dilakukan pada tanaman padi stadium anakan maksimum dengan menyisipkan tanaman terinfeksi sebagai sumber inokulum penyakit diantara rumpun padi pada tingkat insidensi antara 5%–50%. Tingkat keparahan penyakit pada tanaman di rumah kawat dan lahan percobaan terus berkembang selama periode pengamatan dan mencapai berturut-turut 60.09% dan 70.56%. Lebih lanjut, keparahan penyakit yang tinggi menyebabkan penurunan hasil yang tinggi pula. Pengetahuan tentang hubungan insidensi dan keparahan penyakit bermanfaat dalam menentukan prediksi hasil sehingga pengendalian penyakit dapat dilakukan sedini mungkin untuk menghindari kehilangan hasil yang tinggi.","PeriodicalId":31619,"journal":{"name":"Jurnal Fitopatologi Indonesia","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44995951","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-07-25DOI: 10.14692/jfi.17.3.92-102
C. Roza, S. Suprihanto, D. Kusdiaman, I. Widiarta, B. Nuryanto, Oco Rumasa
Identifikasi ketahanan plasma nutfah padi terhadap virus kerdil bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai varietas dan aksesi yang tahan terhadap virus kerdil padi, yaitu Rice ragged stunt virus (RRSV) dan Rice grassy stunt virus (RGSV). Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Balai Besar Penelitian Tanaman Padi pada MT1/MT2 tahun 2018. Materi genetik yang diuji yaitu 19 varietas padi yang sudah dilepas dan 50 aksesi plasma nutfah padi koleksi Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Badan Litbang Pertanian-Kementerian Pertanian. Pengamatan mengikuti metode skoring SES IRRI 2014. Respons tanaman uji terhadap RRSV dapat dikelompokkan menjadi rentan (1 varietas dan 22 aksesi), agak tahan (18 varietas dan 22 aksesi), dan tahan {2 aksesi, yaitu MDK Karawang (800 butir/Malai) (10597), dan Pulo Hitam (10615}. Respons tanaman uji terhadap RGSV dapat dikelompokkan menjadi rentan (16 varietas dan 34 aksesi), agak tahan (3 varietas dan 11 aksesi), dan tahan (1 aksesi, yaitu Ketik 1-1062). Lebih lanjut, aksesi padi yang tahan terhadap RRSV dan/atau RGSV dapat digunakan sebagai tetua dalam perakitan varietas yang tahan terhadap virus kerdil.
{"title":"Resistance of Rice Varieties and Accessions to Dwarf Viruses","authors":"C. Roza, S. Suprihanto, D. Kusdiaman, I. Widiarta, B. Nuryanto, Oco Rumasa","doi":"10.14692/jfi.17.3.92-102","DOIUrl":"https://doi.org/10.14692/jfi.17.3.92-102","url":null,"abstract":"Identifikasi ketahanan plasma nutfah padi terhadap virus kerdil bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai varietas dan aksesi yang tahan terhadap virus kerdil padi, yaitu Rice ragged stunt virus (RRSV) dan Rice grassy stunt virus (RGSV). Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Balai Besar Penelitian Tanaman Padi pada MT1/MT2 tahun 2018. Materi genetik yang diuji yaitu 19 varietas padi yang sudah dilepas dan 50 aksesi plasma nutfah padi koleksi Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Badan Litbang Pertanian-Kementerian Pertanian. Pengamatan mengikuti metode skoring SES IRRI 2014. Respons tanaman uji terhadap RRSV dapat dikelompokkan menjadi rentan (1 varietas dan 22 aksesi), agak tahan (18 varietas dan 22 aksesi), dan tahan {2 aksesi, yaitu MDK Karawang (800 butir/Malai) (10597), dan Pulo Hitam (10615}. Respons tanaman uji terhadap RGSV dapat dikelompokkan menjadi rentan (16 varietas dan 34 aksesi), agak tahan (3 varietas dan 11 aksesi), dan tahan (1 aksesi, yaitu Ketik 1-1062). Lebih lanjut, aksesi padi yang tahan terhadap RRSV dan/atau RGSV dapat digunakan sebagai tetua dalam perakitan varietas yang tahan terhadap virus kerdil.","PeriodicalId":31619,"journal":{"name":"Jurnal Fitopatologi Indonesia","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47368629","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-07-25DOI: 10.14692/JFI.17.3.121-130
Fitrianingrum Kurniawati, E. T. Tondok, Y. M. Kusumah, A. Munif
Aphelenchoides besseyi merupakan nematoda penyebab penyakit pucuk putih yang terbawa benih padi. Gen AB FAR-1 diketahui sebagai gen penting yang mengendalikan patogenisitas A. besseyi. Penelitian dilakukan untuk mengetahui karakter gen AB FAR-1 yang diisolasi dari nematoda yang berasal dari benih padi. Ekstraksi nematoda dilakukan dengan metode corong Baerman dari benih 5 varietas padi “Ciherang“, “Inpari Sidenuk“, “Sintanur“, “Hibrida Prima“ dan “Pak Tiwi“. Ekstraksi DNA total nematoda menggunakan metode CTAB dilanjutkan dengan amplifikasi gen AB FAR-1 menggunakan primer spesifik FAR-F1/R1 dan analisis urutan nukleotidanya. Pita DNA spesifik gen AB FAR-1 berukuran 150 pb berhasil diamplifikasi dari semua sampel nematoda. Analisis sekuen menunjukkan bahwa gen AB FAR-1 tersebut memiliki homologi tertinggi (92.5 – 100%) dengan aksesi Genbank JQ686690.1, yaitu gen AB FAR-1 A. besseyi asal Cina. Walaupun memiliki homologi yang tinggi, terdapat beberapa perbedaan nukleotida pada sampel gen AB FAR-1 A. besseyi asal “Ciherang“, “Inpari Sidenuk“ dan “Hibrida Prima“. Analisis pohon filogenetika lebih lanjut mengelompokkan gen AB FAR-1 A. besseyi menjadi 2 grup, yaitu grup 1 terdiri atas gen AB FAR-1 A. besseyi asal Cina, “Sintanur“, “Hibrida Prima“ dan “Pak Tiwi“ dan grup 2 gen AB FAR-1 A. besseyi asal “Ciherang“, dan “Inpari Sidenuk“.
{"title":"Molecular Characters of AB-FAR Gene 1 of Aphelenchoides besseyi from Five Rice Varieties","authors":"Fitrianingrum Kurniawati, E. T. Tondok, Y. M. Kusumah, A. Munif","doi":"10.14692/JFI.17.3.121-130","DOIUrl":"https://doi.org/10.14692/JFI.17.3.121-130","url":null,"abstract":"Aphelenchoides besseyi merupakan nematoda penyebab penyakit pucuk putih yang terbawa benih padi. Gen AB FAR-1 diketahui sebagai gen penting yang mengendalikan patogenisitas A. besseyi. Penelitian dilakukan untuk mengetahui karakter gen AB FAR-1 yang diisolasi dari nematoda yang berasal dari benih padi. Ekstraksi nematoda dilakukan dengan metode corong Baerman dari benih 5 varietas padi “Ciherang“, “Inpari Sidenuk“, “Sintanur“, “Hibrida Prima“ dan “Pak Tiwi“. Ekstraksi DNA total nematoda menggunakan metode CTAB dilanjutkan dengan amplifikasi gen AB FAR-1 menggunakan primer spesifik FAR-F1/R1 dan analisis urutan nukleotidanya. Pita DNA spesifik gen AB FAR-1 berukuran 150 pb berhasil diamplifikasi dari semua sampel nematoda. Analisis sekuen menunjukkan bahwa gen AB FAR-1 tersebut memiliki homologi tertinggi (92.5 – 100%) dengan aksesi Genbank JQ686690.1, yaitu gen AB FAR-1 A. besseyi asal Cina. Walaupun memiliki homologi yang tinggi, terdapat beberapa perbedaan nukleotida pada sampel gen AB FAR-1 A. besseyi asal “Ciherang“, “Inpari Sidenuk“ dan “Hibrida Prima“. Analisis pohon filogenetika lebih lanjut mengelompokkan gen AB FAR-1 A. besseyi menjadi 2 grup, yaitu grup 1 terdiri atas gen AB FAR-1 A. besseyi asal Cina, “Sintanur“, “Hibrida Prima“ dan “Pak Tiwi“ dan grup 2 gen AB FAR-1 A. besseyi asal “Ciherang“, dan “Inpari Sidenuk“.","PeriodicalId":31619,"journal":{"name":"Jurnal Fitopatologi Indonesia","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45627466","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-07-25DOI: 10.14692/JFI.17.3.103-112
Parnidi Parnidi, L. Soetopo, D. Damanhuri, Marjani Marjani
Kenaf merupakan salah satu tanaman yang menghasilkan serat alam. Infeksi Meloidogyne incognita (nematoda puru akar) pada tanaman kenaf menyebabkan tanaman kerdil sehingga menurunkan produksi tanaman. Penelitian ini bertujuan menentukan ketahanan tujuh genotipe kenaf terhadap M. incognita. Percobaan dilakukan dengan menginfestasi tanaman kenaf yang berumur 15 hari setelah tanam (HST) dengan M. incognita pada populasi 40 nematoda juvenil 2 per 100 g tanah. Medium tanam yang digunakan ialah tanah berpasir dengan komposisi pasir 55%, debu 36%, dan liat 17%. Variabel ketahanan terdiri atas indeks puru akar dan faktor reproduksi nematoda. Analisis asam salisilat, fenol, lignin serta beberapa variabel pertumbuhan tanaman dilakukan pada umur tanaman 75 HST. Diantara tujuh genotipe tanaman kenaf yang dievaluasi terdapat 3 genotipe yang toleran (KR4, KR15 dan KR5) dan 4 genotipe sangat rentan (KR1, KR6, Kin2, dan DS028). Genotipe yang memiliki respons toleran terhadap M. incognita menunjukkan peningkatan senyawa fenol, asam salisilat, dan lignin pada akar dibandingkan dengan kontrol. Penurunan tinggi tanaman, bobot segar tajuk, dan bobot segar akar bervariasi akibat infeksi M. incognita.
{"title":"Resistance of Several Hibiscus cannabinus genotypes Against Meloidogyne incognita","authors":"Parnidi Parnidi, L. Soetopo, D. Damanhuri, Marjani Marjani","doi":"10.14692/JFI.17.3.103-112","DOIUrl":"https://doi.org/10.14692/JFI.17.3.103-112","url":null,"abstract":"Kenaf merupakan salah satu tanaman yang menghasilkan serat alam. Infeksi Meloidogyne incognita (nematoda puru akar) pada tanaman kenaf menyebabkan tanaman kerdil sehingga menurunkan produksi tanaman. Penelitian ini bertujuan menentukan ketahanan tujuh genotipe kenaf terhadap M. incognita. Percobaan dilakukan dengan menginfestasi tanaman kenaf yang berumur 15 hari setelah tanam (HST) dengan M. incognita pada populasi 40 nematoda juvenil 2 per 100 g tanah. Medium tanam yang digunakan ialah tanah berpasir dengan komposisi pasir 55%, debu 36%, dan liat 17%. Variabel ketahanan terdiri atas indeks puru akar dan faktor reproduksi nematoda. Analisis asam salisilat, fenol, lignin serta beberapa variabel pertumbuhan tanaman dilakukan pada umur tanaman 75 HST. Diantara tujuh genotipe tanaman kenaf yang dievaluasi terdapat 3 genotipe yang toleran (KR4, KR15 dan KR5) dan 4 genotipe sangat rentan (KR1, KR6, Kin2, dan DS028). Genotipe yang memiliki respons toleran terhadap M. incognita menunjukkan peningkatan senyawa fenol, asam salisilat, dan lignin pada akar dibandingkan dengan kontrol. Penurunan tinggi tanaman, bobot segar tajuk, dan bobot segar akar bervariasi akibat infeksi M. incognita.","PeriodicalId":31619,"journal":{"name":"Jurnal Fitopatologi Indonesia","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46142984","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Anthracnose caused by Colletotrichum gloeosporioides is one of important diseases causing postharvest losses on chili. This study aimed to determine the effectiveness of the zero energy cool chamber (ZECC) in reducing the severity of anthracnose in Capsicum frutescens L. and extending the shelf life of chilies. The research was started by designing and building ZECC as a storage area for chilies. Chilies with and without fungal inoculation were stored in ZECC and storage chamber at room temperature. C. gloeosporioides experienced a growth inhibition of 40.48% after being stored in ZECC compared to its growth at room temperature. Storage of chilies in ZECC was able to reduce the severity of anthracnose by 56.2% on the 15th day, did not affect vitamin C content and total dissolved solids (TSS) and was able to reduce chilies weight loss during storage. Based on the organovisual test using the visual quality rating method and the Hedonic sensory test, consumers prefer chilies stored in the ZECC. The results showed that storage in ZECC could extend the shelf life of chilies. This storage model does not use electricity or is zero energy so it can be used by small scale farmers. This is the first report on the use of ZECC for the management of anthracnose in postharvest chilies in Indonesia.
{"title":"Zero-Energy Cool Chamber in Anthracnose Disease Management of Postharvest Capsicum frutescens","authors":"Nuzila Fitri Filaila, S. Suryanti, A. Widiastuti","doi":"10.14692/JFI.17.3.83-91","DOIUrl":"https://doi.org/10.14692/JFI.17.3.83-91","url":null,"abstract":"Anthracnose caused by Colletotrichum gloeosporioides is one of important diseases causing postharvest losses on chili. This study aimed to determine the effectiveness of the zero energy cool chamber (ZECC) in reducing the severity of anthracnose in Capsicum frutescens L. and extending the shelf life of chilies. The research was started by designing and building ZECC as a storage area for chilies. Chilies with and without fungal inoculation were stored in ZECC and storage chamber at room temperature. C. gloeosporioides experienced a growth inhibition of 40.48% after being stored in ZECC compared to its growth at room temperature. Storage of chilies in ZECC was able to reduce the severity of anthracnose by 56.2% on the 15th day, did not affect vitamin C content and total dissolved solids (TSS) and was able to reduce chilies weight loss during storage. Based on the organovisual test using the visual quality rating method and the Hedonic sensory test, consumers prefer chilies stored in the ZECC. The results showed that storage in ZECC could extend the shelf life of chilies. This storage model does not use electricity or is zero energy so it can be used by small scale farmers. This is the first report on the use of ZECC for the management of anthracnose in postharvest chilies in Indonesia.","PeriodicalId":31619,"journal":{"name":"Jurnal Fitopatologi Indonesia","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44101826","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Cover Jurnal Fitopatologi Vol. 17 No. 3, Mei 2021","authors":"S. Hidayat","doi":"10.14692/jfi.17.3.i","DOIUrl":"https://doi.org/10.14692/jfi.17.3.i","url":null,"abstract":"This editorial contains the front cover, editorial page, and back cover of the Indonesian Journal of Phytopathology, JFI Vol. 17 No. 3, Mei 2021.","PeriodicalId":31619,"journal":{"name":"Jurnal Fitopatologi Indonesia","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42464877","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
This editorial contains the front cover, editorial page and back cover of the Indonesian Journal of Phytopathology, Volume 17, No. 2, March 2021.
这篇社论包含《印度尼西亚植物病理学杂志》2021年3月第17卷第2期的封面、社论页和封底。
{"title":"Cover Jurnal Fitopatologi Vol. 17 No. 2, Maret 2021","authors":"S. Hidayat","doi":"10.14692/jfi.17.2.i","DOIUrl":"https://doi.org/10.14692/jfi.17.2.i","url":null,"abstract":"This editorial contains the front cover, editorial page and back cover of the Indonesian Journal of Phytopathology, Volume 17, No. 2, March 2021.","PeriodicalId":31619,"journal":{"name":"Jurnal Fitopatologi Indonesia","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-05-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47885818","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
This editorial contains the front cover, editorial page and back cover of the Indonesian Journal of Phytopathology, Volume 17, No. 1, January 2021.
这篇社论包含《印度尼西亚植物病理学杂志》的封面、社论版和封底,第17卷,第1期,2021年1月。
{"title":"Cover Jurnal Fitopatologi Vol. 17 No. 1, Januari 2021","authors":"S. Hidayat","doi":"10.14692/jfi.17.1.i","DOIUrl":"https://doi.org/10.14692/jfi.17.1.i","url":null,"abstract":"This editorial contains the front cover, editorial page and back cover of the Indonesian Journal of Phytopathology, Volume 17, No. 1, January 2021.","PeriodicalId":31619,"journal":{"name":"Jurnal Fitopatologi Indonesia","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-05-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44578924","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}