Librianti Virdha Amartya, Joko M Tri, Dewanti Nikie Astorina Yunita
Meningkatnya kebutuhan konsumsi air minum telah menyebabkan air olahan DAM (Depot Air Minum) menjadi salah satu preferensi yang popular di kalangan masyarakat. Hal tersebut dikarenakan jumlah depot air minum yang terdapat di Kecamatan Sukmajaya mengalami peningkatan dari tahun 2019-2020 yaitu sebesar 33%. Untuk mempunyai status aman konsumsi, air olahan DAM harus terbebas dari kandungan Coliform. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara higiene sanitasi DAM dengan jumlah Coliform, dengan subjek penelitian DAM di Kecamatan Sukmajaya. Metode penelitian yang digunakan merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan pendekatan cross-sectional, dengan variabel sanitasi tempat, sanitasi peralatan, dan hygiene penjamah dari populasi penelitian sebanyak 45 unit DAM dengan jumlah sampel yang diambil sebanyak 31 unit DAM. Dengan menggunakan metode observasi dan wawancara dengan lembar checklist yang berpedoman pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 43 tahun 2014, hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 31 DAM, terdapat 15 (48,4%) DAM telah memenuhi syarat angka total Coliform, dan 16 (51,6%) lainnya tidak memenuhi syarat angka total Coliform. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sanitasi peralatan (p=0,001); dan kondisi higiene penjamah (p=0,001) dengan keberadaan bakteri Coliform. Sedangkan pada kondisi sanitasi tempat (p=0,537) tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan keberadaan bakteri Coliform. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sanitasi peralatan dan higiene penjamah dengan jumlah coliform air minum olahan DAM. Di lain sisi, variablel sanitasi tempat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan dengan jumlah coliform air minum olahan DAM.
{"title":"Hubungan Sanitasi Tempat, Sanitasi Peralatan Dan Higiene Penjamah Dengan Bakteri Coliform Pada Depot Air Minum Di Kecamatan Sukmajaya","authors":"Librianti Virdha Amartya, Joko M Tri, Dewanti Nikie Astorina Yunita","doi":"10.31964/jkl.v20i1.495","DOIUrl":"https://doi.org/10.31964/jkl.v20i1.495","url":null,"abstract":"\u0000Meningkatnya kebutuhan konsumsi air minum telah menyebabkan air olahan DAM (Depot Air Minum) menjadi salah satu preferensi yang popular di kalangan masyarakat. Hal tersebut dikarenakan jumlah depot air minum yang terdapat di Kecamatan Sukmajaya mengalami peningkatan dari tahun 2019-2020 yaitu sebesar 33%. Untuk mempunyai status aman konsumsi, air olahan DAM harus terbebas dari kandungan Coliform. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara higiene sanitasi DAM dengan jumlah Coliform, dengan subjek penelitian DAM di Kecamatan Sukmajaya. Metode penelitian yang digunakan merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan pendekatan cross-sectional, dengan variabel sanitasi tempat, sanitasi peralatan, dan hygiene penjamah dari populasi penelitian sebanyak 45 unit DAM dengan jumlah sampel yang diambil sebanyak 31 unit DAM. Dengan menggunakan metode observasi dan wawancara dengan lembar checklist yang berpedoman pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 43 tahun 2014, hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 31 DAM, terdapat 15 (48,4%) DAM telah memenuhi syarat angka total Coliform, dan 16 (51,6%) lainnya tidak memenuhi syarat angka total Coliform. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sanitasi peralatan (p=0,001); dan kondisi higiene penjamah (p=0,001) dengan keberadaan bakteri Coliform. Sedangkan pada kondisi sanitasi tempat (p=0,537) tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan keberadaan bakteri Coliform. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sanitasi peralatan dan higiene penjamah dengan jumlah coliform air minum olahan DAM. Di lain sisi, variablel sanitasi tempat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan dengan jumlah coliform air minum olahan DAM.\u0000","PeriodicalId":31963,"journal":{"name":"Sanitasi Jurnal Kesehatan Lingkungan","volume":"58 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"78709134","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRAK Latar Belakang : Tempat pembuangan akhir sampah merupakan tempat akhir untuk menimbun berbagai jenis sampah. Salah satu jenis sampah tersebut berupa logam berat diantaranya timbal. Timbal merupakan salah satu logam berat yang sangat beracun bagi manusia terutama anak- anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kandungan logam berat timbal dalam sumur gali masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kota Palembang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pencemaran logam berat timbal (Pb) pada air sumur gali penduduk disekitar TPA Sukawinatan Kota Palembang. Metode Penelitian : Penelitian ini bersifat deskriftif dengan desai cross sectional. Contoh uji diambil jarak dengan kriteria jarak 100 meter, 200 meter, 300 meter, 400 meter dan 500 meter dari TPA, jumlah contoh uji sumur 15 sumur gali, pengujian kandungan timbal dilakukan di laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan. Pengukuran pH dan suhu dilakukan secara in situ, sedangkan untuk kondisi kontruksi sumur gali dan kualitas fisik air sumur gali menggunakan lembar observasi. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi kontruksi sumur gali yang tidak memenuhi syarat kesehatan, tetapi kualitas fisik air sumur gali (warna, bau dan rasa) memenuhi syarat kesehatan, kandungan timbal dalam sumur gali masyarakat yaitu 0,02 dan 0,03 mg/L, dari 15 sumur gali tidak ada yang melebihi nilai baku mutu lingkungan yaitu 0,01 ppm, sedangkan pH air gali berkisar antara 4,9 dan 6,4. Namun jika kadar timbal dalam air sumur gali dibandingkan dengan persyaratan air minum maka semuanya tidak memenuhi syarat untuk air minum. Kesimpulan : Kandungan timbal dalam air sumur gali masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kota Palembang ditemukan masih berada di bawah baku mutu persyartan air bersih. Oleh karena itu partisipasi masyarakat dan peran pemerintah setempat dapat diperlukan untuk melakukan pengolahan air sumur dan memperbaiki kontruksi sumur gali masyarakat yang berada di sekitar pembuangan akhir sampah.
{"title":"Analisis Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) pada Air Sumur Gali Masyarakat di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sukawinatan","authors":"Nora Nora, Maksuk Maksuk, Maliha Amin","doi":"10.36086/jsl.v2i2.877","DOIUrl":"https://doi.org/10.36086/jsl.v2i2.877","url":null,"abstract":"ABSTRAK \u0000Latar Belakang : Tempat pembuangan akhir sampah merupakan tempat akhir untuk menimbun berbagai jenis sampah. Salah satu jenis sampah tersebut berupa logam berat diantaranya timbal. Timbal merupakan salah satu logam berat yang sangat beracun bagi manusia terutama anak- anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kandungan logam berat timbal dalam sumur gali masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kota Palembang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pencemaran logam berat timbal (Pb) pada air sumur gali penduduk disekitar TPA Sukawinatan Kota Palembang. Metode Penelitian : Penelitian ini bersifat deskriftif dengan desai cross sectional. Contoh uji diambil jarak dengan kriteria jarak 100 meter, 200 meter, 300 meter, 400 meter dan 500 meter dari TPA, jumlah contoh uji sumur 15 sumur gali, pengujian kandungan timbal dilakukan di laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan. Pengukuran pH dan suhu dilakukan secara in situ, sedangkan untuk kondisi kontruksi sumur gali dan kualitas fisik air sumur gali menggunakan lembar observasi. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi kontruksi sumur gali yang tidak memenuhi syarat kesehatan, tetapi kualitas fisik air sumur gali (warna, bau dan rasa) memenuhi syarat kesehatan, kandungan timbal dalam sumur gali masyarakat yaitu 0,02 dan 0,03 mg/L, dari 15 sumur gali tidak ada yang melebihi nilai baku mutu lingkungan yaitu 0,01 ppm, sedangkan pH air gali berkisar antara 4,9 dan 6,4. Namun jika kadar timbal dalam air sumur gali dibandingkan dengan persyaratan air minum maka semuanya tidak memenuhi syarat untuk air minum. Kesimpulan : Kandungan timbal dalam air sumur gali masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kota Palembang ditemukan masih berada di bawah baku mutu persyartan air bersih. Oleh karena itu partisipasi masyarakat dan peran pemerintah setempat dapat diperlukan untuk melakukan pengolahan air sumur dan memperbaiki kontruksi sumur gali masyarakat yang berada di sekitar pembuangan akhir sampah.","PeriodicalId":31963,"journal":{"name":"Sanitasi Jurnal Kesehatan Lingkungan","volume":"35 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-11-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84999331","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang: Air minum isi ulang adalah air minum dalam bentuk curah yang dihasilkan oleh usaha industri (DAMIU) melalui proses pengolahan air baku yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Hasil pemeriksaan Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) pada tahun 2020 di wilayah kerja Puskesmas Bukitsangkal dari 19 depot yang diperiksa hanya 10 depot yang memenuhi syarat kesehatan (Dinkes Palembang, 2020). Tujuannya diketahui gambaran hygiene sanitasi depot air minum isi ulang (DAMIU) dan kualitas mikrobiologis AMIU di wilayah kerja Puskesmas Bukitsangkal Kota Palembang. Metode: Penelitian ini dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan metode cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah 18 DAMIU yang berada di wilayah kerja Puskesmas Bukitsangkal dan dilakukan uji laboratorium. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara total sampling. Hasil: Dari hasil penelitian menyebutkan bahwa ada 1 DAMIU (5,6%) tidak memenuhi syarat karena positif bakteri Coliform, berdasarkan kepemilikkan sertifikat laik hygiene sanitasi terdapat 15 DAMIU (83,3%) yang belum memiliki sertifikat laik hygiene sanitasi, berdasarkan variabel lokasi dan bangunan 18 DAMIU (100%) memenuhi syarat, berdasarkan variabel peralatan 17 DAMIU (94,4%) memenuhi syarat, berdasarkan variabel karyawan 18 DAMIU (100%) tidak memenuhi syarat dan berdasarkan variabel sumber air baku dan air minum 1 DAMIU (5,6%) tidak memenuhi syarat. Kesimpulan: Terdapat 1 DAMIU (5,6%) tidak memenuhi syarat mikrobiologis air minum isi ulang.
{"title":"Hygiene Sanitasi Depot Air Minum Isi Ulang dan Kualitas Mikrobiologis Air Minum Isi Ulang di Wilayah Kerja Puskesmas Bukitsangkal Kota Palembang","authors":"Delyra Afiqah Zarifah, Diah Navianti, Yulianto Yulianto","doi":"10.36086/jsl.v2i2.1304","DOIUrl":"https://doi.org/10.36086/jsl.v2i2.1304","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Air minum isi ulang adalah air minum dalam bentuk curah yang dihasilkan oleh usaha industri (DAMIU) melalui proses pengolahan air baku yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Hasil pemeriksaan Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) pada tahun 2020 di wilayah kerja Puskesmas Bukitsangkal dari 19 depot yang diperiksa hanya 10 depot yang memenuhi syarat kesehatan (Dinkes Palembang, 2020). Tujuannya diketahui gambaran hygiene sanitasi depot air minum isi ulang (DAMIU) dan kualitas mikrobiologis AMIU di wilayah kerja Puskesmas Bukitsangkal Kota Palembang. Metode: Penelitian ini dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan metode cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah 18 DAMIU yang berada di wilayah kerja Puskesmas Bukitsangkal dan dilakukan uji laboratorium. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara total sampling. Hasil: Dari hasil penelitian menyebutkan bahwa ada 1 DAMIU (5,6%) tidak memenuhi syarat karena positif bakteri Coliform, berdasarkan kepemilikkan sertifikat laik hygiene sanitasi terdapat 15 DAMIU (83,3%) yang belum memiliki sertifikat laik hygiene sanitasi, berdasarkan variabel lokasi dan bangunan 18 DAMIU (100%) memenuhi syarat, berdasarkan variabel peralatan 17 DAMIU (94,4%) memenuhi syarat, berdasarkan variabel karyawan 18 DAMIU (100%) tidak memenuhi syarat dan berdasarkan variabel sumber air baku dan air minum 1 DAMIU (5,6%) tidak memenuhi syarat. Kesimpulan: Terdapat 1 DAMIU (5,6%) tidak memenuhi syarat mikrobiologis air minum isi ulang.","PeriodicalId":31963,"journal":{"name":"Sanitasi Jurnal Kesehatan Lingkungan","volume":"4 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-11-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"78666554","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRAK Latar Belakang: Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia pada tahun 2017 di Sumatera Selatan terdapat sebanyak 13.345 kasus ISPA, salah satu faktor terjadinya penyakit ISPA adalah kepadatan hunian rumah. Penelitian ini bertuajuan untuk mengetahui gambaran kondisi fisik rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang. Metode: Jenis penelitian yang digunenelitian yang bersifat observasional dengan rancangan cross sectional. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan pengambilan purposive (Purposive Proporsional Random Sampling) sebanyak 105 sampel rumah. Analisis data secara deskriptif untuk melihat distribusi frekuensi setiap variabel. Hasil: Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang dapat diketahui hasil penelitian dari 105 rumah yang terdapat penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Balita sebanyak 50 rumah (47,6%) dan yang tidak terdapat penderita ISPA sebanyak 55 rumah (52,4%). Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kondisi fisik rumah yang tidak memenuhi syarat merupakan faktor risiko terhadap kejadian penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita, namun kondisi fisik rumah yang sudah memenuhi syarat tetap dapat menjadi faktor risiko kejadian penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita oleh beberapa faktor selain kondisi fisik rumah. Kata kunci: Kondisi fisik rumah, Penyakit ISPA, Balita
{"title":"Kondisi Fisik Rumah dengan Kejadian Penyakit Ispa pada Balita di Kota Palembang","authors":"Freddy Junilantivo, Priyadi Priyadi, Pitri Noviadi","doi":"10.36086/jsl.v2i2.1416","DOIUrl":"https://doi.org/10.36086/jsl.v2i2.1416","url":null,"abstract":"ABSTRAK \u0000Latar Belakang: Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia pada tahun 2017 di Sumatera Selatan terdapat sebanyak 13.345 kasus ISPA, salah satu faktor terjadinya penyakit ISPA adalah kepadatan hunian rumah. Penelitian ini bertuajuan untuk mengetahui gambaran kondisi fisik rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang. \u0000Metode: Jenis penelitian yang digunenelitian yang bersifat observasional dengan rancangan cross sectional. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan pengambilan purposive (Purposive Proporsional Random Sampling) sebanyak 105 sampel rumah. Analisis data secara deskriptif untuk melihat distribusi frekuensi setiap variabel. \u0000Hasil: Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang dapat diketahui hasil penelitian dari 105 rumah yang terdapat penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Balita sebanyak 50 rumah (47,6%) dan yang tidak terdapat penderita ISPA sebanyak 55 rumah (52,4%). \u0000Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kondisi fisik rumah yang tidak memenuhi syarat merupakan faktor risiko terhadap kejadian penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita, namun kondisi fisik rumah yang sudah memenuhi syarat tetap dapat menjadi faktor risiko kejadian penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita oleh beberapa faktor selain kondisi fisik rumah. \u0000Kata kunci: Kondisi fisik rumah, Penyakit ISPA, Balita","PeriodicalId":31963,"journal":{"name":"Sanitasi Jurnal Kesehatan Lingkungan","volume":"63 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-11-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84001705","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Riri Tri Cahyani, Rusmiati Rusmiati, Ngadino Ngadino, Narwati Narwati
IRTP Tempe yang berada di Desa Sambiremebe, diketahui sanitasi lokasi industri dan lingkungan tidak terawat, bangunan dan fasilitas yang kotor, tidak ada fasilitas sanitasi seperti sarana cuci tangan. Personal hygiene penjamah yang tidak menggunakan alat pelindung diri dan makan pada saat proses produksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi sanitasi daan personal hygiene penjamah industri tempe di Desa Sambirembe, Kecamatan Karangrejo, Kabupaten Magetan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Dalam pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Populasi sampel industri tempe nomor 5 IRTP.Data yang diperoleh selanjutnya diolah dan disajikan dalam bentuk tabel kemudian dianalisis secara deskriptif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi Sanitasi IRTP Tempe termasuk kategori cukup (40%). Penjamah personal hygiene termasuk kategori cukup (38%).Kesimpulan penelitian adalah kondisi sanitasi dan penjamah personal hygiene termasuk kategori cukup. Saran yang diberikan kepada pemilik IRTP rutin melakukan pemeliharaan lingkungan IRTP, menyediakan sarana cuci tangan, serta kandang sapi diletakkan secara terpisah dari tempat produksi. Penjamah rutin kuku, menggunakan alat pelindung diri, tidak makan pada saat produksi.
{"title":"Kondisi Sanitasi dan Personal Hygiene Industri Tempe di Desa Sambirembe Kecamatan Karangrejo Kabupaten Magetan","authors":"Riri Tri Cahyani, Rusmiati Rusmiati, Ngadino Ngadino, Narwati Narwati","doi":"10.36086/jsl.v2i2.1398","DOIUrl":"https://doi.org/10.36086/jsl.v2i2.1398","url":null,"abstract":"IRTP Tempe yang berada di Desa Sambiremebe, diketahui sanitasi lokasi industri dan lingkungan tidak terawat, bangunan dan fasilitas yang kotor, tidak ada fasilitas sanitasi seperti sarana cuci tangan. Personal hygiene penjamah yang tidak menggunakan alat pelindung diri dan makan pada saat proses produksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi sanitasi daan personal hygiene penjamah industri tempe di Desa Sambirembe, Kecamatan Karangrejo, Kabupaten Magetan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Dalam pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Populasi sampel industri tempe nomor 5 IRTP.Data yang diperoleh selanjutnya diolah dan disajikan dalam bentuk tabel kemudian dianalisis secara deskriptif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi Sanitasi IRTP Tempe termasuk kategori cukup (40%). Penjamah personal hygiene termasuk kategori cukup (38%).Kesimpulan penelitian adalah kondisi sanitasi dan penjamah personal hygiene termasuk kategori cukup. Saran yang diberikan kepada pemilik IRTP rutin melakukan pemeliharaan lingkungan IRTP, menyediakan sarana cuci tangan, serta kandang sapi diletakkan secara terpisah dari tempat produksi. Penjamah rutin kuku, menggunakan alat pelindung diri, tidak makan pada saat produksi. \u0000 ","PeriodicalId":31963,"journal":{"name":"Sanitasi Jurnal Kesehatan Lingkungan","volume":"45 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-11-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77402536","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang : Penyakit scabies adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh ektoparasit yang memiliki gejala-gejala khas yang disebut sebagai tanda cardinal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan personal hygiene dengan kejadian penyakit scabies di Pondok Pesantren Thawalib Kota Padang. Metode : Penelitian ini menggunakan deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh santri yang berada di Pondok Pesantren Thawalib Kota Padang sebanyak 138 santri, dengan besar sampel sebanyak 58 santri menggunakan metode systematic random sampling. Hasil : Hasil bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna kebersihan pakaian (P value=0,458 dan PR = 2,172), kebersihan tempat tidur dan sprei (P value=0,129 dan PR = 2,714), dengan kejadian Penyakit Scabies, namun ada hubungan yang bermakana kondisi kerbersihan kulit (P value=0,021 dan PR= 5,61), kondisi kebersihan tangan dan kuku (P value=0,002 dan PR = 11,11), dan kebersihan handuk (P value=0,000 dan PR = 9,14) dengan kejadian Penyakit Scabies di Pondok Pesantren Thawalib. Kesimpulan : Tidak ada hubungan yang bermakna kondisi kebersihan pakaian , kebersihan tempat tidur dan seprei dengan kejadian penyakit Scabies pada santri di Pondok Pesantren Thawalib Kota Padang Tahun 2022. Ada hubungan yang bermakna kebersihan kulit, kebersihan tangan dan kuku, kebersihan handuk dengan kejadian penyakit Scabies pada santri di Pondok Pesantren Kota Padang Tahun 2022 Kata Kunci : Scabies,Personal Hygiene
背景:scabies是一种由外寄生虫引起的疾病,其典型症状被称为红衣主教的标志。本研究的目的是查明hygiene与巴东寺Thawalib temple中的scabies疾病事件的个人关系。方法:本研究采用分段法进行分析描述性描述性研究。这项研究的人口是当时世界上共有138名santri位于santa walib巴东寄宿学校的小屋,其中58名santri使用了随机抽样方法进行了大量的样本。结果:二元结果显示没有意义的关系(P value = 0.458衣服清洁作业= 2,172),清洁床和床单(P value = 0.129和作业= 2,714 Scabies疾病),和《创世纪》,但也有bermakana kerbersihan皮肤状况的关系(P value = = 5.61 0.021和作业),卫生条件和指甲的手(P value = = 11,11)和作业,使作业和清洁毛巾(P value =万= 9,14)和《创世纪》Scabies疾病的必读的书Thawalib。结论:没有任何关系表明衣服、床和床单的清洁状况与2022年巴东马德桑特鲁小屋的三次癌症事件有关。有一种关系,指的是皮肤清洁、双手和指甲清洁、毛巾清洁,以及2022年巴东市寄宿学校三分之一厕所严重Scabies事件
{"title":"Personal Hygiene dengan Kejadian Penyakit Scabies di Pondok Pesantren Thawalib Kota Padang","authors":"N. Aulia, Wijayan Tono, Awalud Din","doi":"10.36086/jsl.v2i2.1308","DOIUrl":"https://doi.org/10.36086/jsl.v2i2.1308","url":null,"abstract":"Latar Belakang : Penyakit scabies adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh ektoparasit yang memiliki gejala-gejala khas yang disebut sebagai tanda cardinal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan personal hygiene dengan kejadian penyakit scabies di Pondok Pesantren Thawalib Kota Padang. \u0000Metode : Penelitian ini menggunakan deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh santri yang berada di Pondok Pesantren Thawalib Kota Padang sebanyak 138 santri, dengan besar sampel sebanyak 58 santri menggunakan metode systematic random sampling. \u0000Hasil : Hasil bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna kebersihan pakaian (P value=0,458 dan PR = 2,172), kebersihan tempat tidur dan sprei (P value=0,129 dan PR = 2,714), dengan kejadian Penyakit Scabies, namun ada hubungan yang bermakana kondisi kerbersihan kulit (P value=0,021 dan PR= 5,61), kondisi kebersihan tangan dan kuku (P value=0,002 dan PR = 11,11), dan kebersihan handuk (P value=0,000 dan PR = 9,14) dengan kejadian Penyakit Scabies di Pondok Pesantren Thawalib. \u0000Kesimpulan : Tidak ada hubungan yang bermakna kondisi kebersihan pakaian , kebersihan tempat tidur dan seprei dengan kejadian penyakit Scabies pada santri di Pondok Pesantren Thawalib Kota Padang Tahun 2022. Ada hubungan yang bermakna kebersihan kulit, kebersihan tangan dan kuku, kebersihan handuk dengan kejadian penyakit Scabies pada santri di Pondok Pesantren Kota Padang Tahun 2022 \u0000Kata Kunci : Scabies,Personal Hygiene","PeriodicalId":31963,"journal":{"name":"Sanitasi Jurnal Kesehatan Lingkungan","volume":"3 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-11-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"85152958","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-11-07DOI: 10.29238/sanitasi.v15i2.1624
M. T. Mapa, Norsahirah Binti Maulana, Adib Jafar, Nordin Sakke, Ramli Dollah, Amrullah Maraining
The outbreak of COVID-19 spread at the beginning of 2019, and the spread of COVID-19 became increasingly uncontrolled in December 2019, resulting in most countries being severely affected in terms of economy or health. A face mask is an alternative in reducing the spread of disease through the air, either through nasal or oral droplets such as sneezing and coughing. However, using disposable face masks has created a new problem in waste management concerning facemask after-usage handling. Therefore, the objective of this study on community behavior in facemask waste management during the COVID-19 pandemic is to identify the influence(s) of community background(s) on the handling of facemask waste. A probability sampling method was used involving 220 respondents who were selected at random. The research method is in the form of a survey, which is then analyzed using regression analysis. The study's results found that the variables such as gender, education level, and total income affected the community's behavior in managing face mask waste. Therefore, the effectiveness of implementing guidelines and policies should be more thorough so that issues related to the disposal of face mask waste can be reduced.
{"title":"The Influence Of Socioeconomic Background On Community Behaviour In Face Mask Waste Management During The COVID-19 Pandemic In Kudat, Malaysia","authors":"M. T. Mapa, Norsahirah Binti Maulana, Adib Jafar, Nordin Sakke, Ramli Dollah, Amrullah Maraining","doi":"10.29238/sanitasi.v15i2.1624","DOIUrl":"https://doi.org/10.29238/sanitasi.v15i2.1624","url":null,"abstract":"The outbreak of COVID-19 spread at the beginning of 2019, and the spread of COVID-19 became increasingly uncontrolled in December 2019, resulting in most countries being severely affected in terms of economy or health. A face mask is an alternative in reducing the spread of disease through the air, either through nasal or oral droplets such as sneezing and coughing. However, using disposable face masks has created a new problem in waste management concerning facemask after-usage handling. Therefore, the objective of this study on community behavior in facemask waste management during the COVID-19 pandemic is to identify the influence(s) of community background(s) on the handling of facemask waste. A probability sampling method was used involving 220 respondents who were selected at random. The research method is in the form of a survey, which is then analyzed using regression analysis. The study's results found that the variables such as gender, education level, and total income affected the community's behavior in managing face mask waste. Therefore, the effectiveness of implementing guidelines and policies should be more thorough so that issues related to the disposal of face mask waste can be reduced.","PeriodicalId":31963,"journal":{"name":"Sanitasi Jurnal Kesehatan Lingkungan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-11-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48932348","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-10-14DOI: 10.29238/sanitasi.v15i2.1425
Anisa Imaniar, Oto Prasadi, Ilma Fadlilah
Domestic wastewater is generated from washing clothes, kitchen and bathroom waste with high organic matter content. The purpose of this study was to determine the effectiveness of Apu (Pistia stratiotes L.) and Water Kangkung (Ipomoea aquatica F.) plants in reducing COD, BOD, and Ammonia levels in domestic wastewater at Cilacap State Polytechnic regarding the quality standard of PP RI No. 22 of 202. The acclimatization process was carried out before processing for 15 days. Wastewater treatment is carried out using 2 container boxes with a volume of 9 liters of waste water. This research was conducted using the phytoremediation method in the form of domestic wastewater with processing for 14 days. Domestic wastewater treatment at Cilacap State Polytechnic based on variations in sampling time on day 0 and day 14, it is known that the performance of Apu wood plants is better than Kangkung in reducing COD, BOD, and Ammonia levels, which are highest on day q4, which is successively to 11.3 mg/L, 3.4 mg/L, and 0.0008 mg/L. The effectiveness of reducing the concentration of COD, BOD, and Ammonia was highest on day 14 in wastewater treatment using Kayu apu plant, namely COD 60.07%; BOD 42.37%; and Ammonia 76.0%. Of the 2 plant variations used, kayu apu was more effective in reducing COD, BOD, and Ammonia.
生活污水是由洗衣服、厨房和浴室的废物产生的,这些废物的有机物含量很高。本研究的目的是确定Apu (Pistia stratiotes L.)和Water Kangkung (Ipomoea aquatica F.)植物在降低Cilacap州立理工学院生活废水中COD, BOD和氨水平方面的有效性,并参照PP RI No. 22 of 202的质量标准。处理前进行驯化15 d。废水处理采用2个集装箱箱,废水容积为9升。本研究采用植物修复法对生活污水进行处理,处理时间为14天。根据第0天和第14天采样时间的变化,我们知道Apu木植物在降低COD、BOD和氨氮水平方面的表现优于康宫,在第q4天达到最高,分别为11.3 mg/L、3.4 mg/L和0.0008 mg/L。在第14天,凯屿apu厂对COD、BOD和氨氮浓度的降低效果最高,为60.07%;BOD 42.37%;氨76.0%。在2种植物变异中,卡尤阿普在降低COD、BOD和氨氮方面更有效。
{"title":"Efektivitas Kayu Apu Dan Kangkung Air Untuk Menurunkan Kadar COD, BOD, Dan Amonia Pada Air Limbah Domestik","authors":"Anisa Imaniar, Oto Prasadi, Ilma Fadlilah","doi":"10.29238/sanitasi.v15i2.1425","DOIUrl":"https://doi.org/10.29238/sanitasi.v15i2.1425","url":null,"abstract":"Domestic wastewater is generated from washing clothes, kitchen and bathroom waste with high organic matter content. The purpose of this study was to determine the effectiveness of Apu (Pistia stratiotes L.) and Water Kangkung (Ipomoea aquatica F.) plants in reducing COD, BOD, and Ammonia levels in domestic wastewater at Cilacap State Polytechnic regarding the quality standard of PP RI No. 22 of 202. The acclimatization process was carried out before processing for 15 days. Wastewater treatment is carried out using 2 container boxes with a volume of 9 liters of waste water. This research was conducted using the phytoremediation method in the form of domestic wastewater with processing for 14 days. Domestic wastewater treatment at Cilacap State Polytechnic based on variations in sampling time on day 0 and day 14, it is known that the performance of Apu wood plants is better than Kangkung in reducing COD, BOD, and Ammonia levels, which are highest on day q4, which is successively to 11.3 mg/L, 3.4 mg/L, and 0.0008 mg/L. The effectiveness of reducing the concentration of COD, BOD, and Ammonia was highest on day 14 in wastewater treatment using Kayu apu plant, namely COD 60.07%; BOD 42.37%; and Ammonia 76.0%. Of the 2 plant variations used, kayu apu was more effective in reducing COD, BOD, and Ammonia.","PeriodicalId":31963,"journal":{"name":"Sanitasi Jurnal Kesehatan Lingkungan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-10-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44622455","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-09-27DOI: 10.29238/sanitasi.v15i2.1315
Febriana Nur Aini, Narto Narto, S. Haryanti
Water is one of the most important components for the survival of humans and other living things. There are several parameters that must be considered in water, one of which is chemical parameters in the form of levels of iron (Fe) and manganese (Mn). Excessive levels of iron (fe) and manganese (Mn) will cause health and environmental problems so that treatment is needed to overcome these problems. The aim of the study was to determine the difference in levels of iron (Fe) and manganese (Mn) in dug well water before and after using the cascade method. Aerators. This research is a quasi-experimental research with PreTest Post Test Group Design. The object of this research is dug well water belonging to a resident in Sawit Hamlet, Panggungharjo, Sewon, Bantul. The cascade aerator used has dimensions of height for each step of 25 cm with a diameter of 30 cm and a width of 28 cm. The results of this study showed that there was a difference between the levels of iron (Fe) before and after the use of the cascade aerator method, the average decrease in iron (Fe) levels after filtering was 24.97% with a bound sig T-Test value of 0.005. There is a difference between the levels of manganese (Mn) before and after using the cascade aerator method, the average decrease in manganese (Mn) levels after filtering is 26.07% with a bound sig T-Test value of 0.010.
{"title":"Penggunaan Metode Cascade Aerator Untuk Penurunan Kadar Besi Dan Mangan Air Sumur Gali","authors":"Febriana Nur Aini, Narto Narto, S. Haryanti","doi":"10.29238/sanitasi.v15i2.1315","DOIUrl":"https://doi.org/10.29238/sanitasi.v15i2.1315","url":null,"abstract":"Water is one of the most important components for the survival of humans and other living things. There are several parameters that must be considered in water, one of which is chemical parameters in the form of levels of iron (Fe) and manganese (Mn). Excessive levels of iron (fe) and manganese (Mn) will cause health and environmental problems so that treatment is needed to overcome these problems. The aim of the study was to determine the difference in levels of iron (Fe) and manganese (Mn) in dug well water before and after using the cascade method. Aerators. This research is a quasi-experimental research with PreTest Post Test Group Design. The object of this research is dug well water belonging to a resident in Sawit Hamlet, Panggungharjo, Sewon, Bantul. The cascade aerator used has dimensions of height for each step of 25 cm with a diameter of 30 cm and a width of 28 cm. The results of this study showed that there was a difference between the levels of iron (Fe) before and after the use of the cascade aerator method, the average decrease in iron (Fe) levels after filtering was 24.97% with a bound sig T-Test value of 0.005. There is a difference between the levels of manganese (Mn) before and after using the cascade aerator method, the average decrease in manganese (Mn) levels after filtering is 26.07% with a bound sig T-Test value of 0.010.","PeriodicalId":31963,"journal":{"name":"Sanitasi Jurnal Kesehatan Lingkungan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-09-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45189411","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Waste is a product of human activity in the form of residual and unwanted existence. Utilization of leachate as a bio activator is an alternative to utilizing leachate from waste piles into something useful for processing organic waste into compost. The study aimed to determine whether or not there was a significant difference in the growth rate of composted tomato plants with leachate activator and compost without activator. The research method used a semi-quasi-experimental design with a treatment group and a control group and composting for 30 days and testing on plants for 15 days. Statistical analysis using the Independent Sample T-Test. The result of this research is that compost with 45 ml of leachate activator produces compost with a pH of 7.5, a final temperature of 31oC, and a final humidity of 60%. The results of the Independent Sample T-Test test on plant height produced p-value (sig) = 0.467> 0.05 and on the number of plant leaves produced p-value (sig) = 0.481> 0.05. The study concluded that the results of compost with a leachate activator of as much as 45 ml did not meet the requirements of SNI 19-7030-2004 and there was no significant difference in the average growth of compost tomato plants with a leachate activator and compost without an activator so it can be concluded that the leachate activator was 45 ml has no significant effect on compost quality and tomato plant growth.
{"title":"Pemanfaatan Air Lindi Sebagai Aktivator Kompos Metode Takakura","authors":"Vidia Nuria Rahman, Devi Safira Damayanti, Septa Indra Puspikawati","doi":"10.29238/sanitasi.v15i2.1398","DOIUrl":"https://doi.org/10.29238/sanitasi.v15i2.1398","url":null,"abstract":"Waste is a product of human activity in the form of residual and unwanted existence. Utilization of leachate as a bio activator is an alternative to utilizing leachate from waste piles into something useful for processing organic waste into compost. The study aimed to determine whether or not there was a significant difference in the growth rate of composted tomato plants with leachate activator and compost without activator. The research method used a semi-quasi-experimental design with a treatment group and a control group and composting for 30 days and testing on plants for 15 days. Statistical analysis using the Independent Sample T-Test. The result of this research is that compost with 45 ml of leachate activator produces compost with a pH of 7.5, a final temperature of 31oC, and a final humidity of 60%. The results of the Independent Sample T-Test test on plant height produced p-value (sig) = 0.467> 0.05 and on the number of plant leaves produced p-value (sig) = 0.481> 0.05. The study concluded that the results of compost with a leachate activator of as much as 45 ml did not meet the requirements of SNI 19-7030-2004 and there was no significant difference in the average growth of compost tomato plants with a leachate activator and compost without an activator so it can be concluded that the leachate activator was 45 ml has no significant effect on compost quality and tomato plant growth.","PeriodicalId":31963,"journal":{"name":"Sanitasi Jurnal Kesehatan Lingkungan","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-09-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42130478","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}