Latar Belakang : Sarana sanitasi dasar berkaitan langsung dengan kesehatan lingkungan. Sarana sanitasi dasar yaitu meliputi sarana jamban, sarana air bersih, sarana pengelolaan sampah dan sarana pembuangan air limbah (SPAL). Dampak dari rendahnya tingkat cakupan sanitasi dapat menyebabkan penyakit berbasis lingkungan seperti diare. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai adanya hubungan ketersediaan sarana sanitasi dasar dengan kejadian diare pada balita di Nagari Campago.
Metode : Penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2022. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita berusia 0-59 bulan yang tinggal dan menetap di Nagari Campago Kecamatan V Koto Kampung Dalam Kabupaten Padang Pariaman sebanyak 1023 Balita, Dari populasi balita yang ada maka dihitung besar sampel penelitian sebanyak 91 Balita. Setelah dilakukan random sample lalu data hasil data dianalisis secara univariat.
Hasil : Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kondisi sarana sanitasi dasar masih dominan tidak memenuhi syarat kesehatan dengan jamban tidak memenuhi syarat sebesar 80,2 %, sarana air bersih tidak memenuhi syarat sebesar 51,6 %, sarana pengelolan sampah tidak memenuhi syarat sebesar 56,0 %, dan sarana pembuangan air limbah tidak memenuhi syarat sebesar 60,4 dengan kejadian diare pada Balita sebanyak 50 (54,9%), sedangkan yang tidak terjadi Diare pada balita sebayak 41 (45,1%).
Kesimpulan : Masih tingginya kondisi sarana sanitasi dasar yang tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga dapat menjadi salah satu faktor pemicu kejadiaan diare pada balita.
Kata Kunci : Diare, Sarana Sanitasi Dasar
{"title":"Kondisi Sarana Sanitasi Dasar dengan Kejadian Diare pada Balita di Nagari Campago","authors":"Vanny Villia Sari, Burhan Muslim, Suksmerri Suksmerri","doi":"10.36086/jsl.v3i1.1309","DOIUrl":"https://doi.org/10.36086/jsl.v3i1.1309","url":null,"abstract":"Latar Belakang : Sarana sanitasi dasar berkaitan langsung dengan kesehatan lingkungan. Sarana sanitasi dasar yaitu meliputi sarana jamban, sarana air bersih, sarana pengelolaan sampah dan sarana pembuangan air limbah (SPAL). Dampak dari rendahnya tingkat cakupan sanitasi dapat menyebabkan penyakit berbasis lingkungan seperti diare. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai adanya hubungan ketersediaan sarana sanitasi dasar dengan kejadian diare pada balita di Nagari Campago.
 Metode : Penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2022. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita berusia 0-59 bulan yang tinggal dan menetap di Nagari Campago Kecamatan V Koto Kampung Dalam Kabupaten Padang Pariaman sebanyak 1023 Balita, Dari populasi balita yang ada maka dihitung besar sampel penelitian sebanyak 91 Balita. Setelah dilakukan random sample lalu data hasil data dianalisis secara univariat.
 Hasil : Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kondisi sarana sanitasi dasar masih dominan tidak memenuhi syarat kesehatan dengan jamban tidak memenuhi syarat sebesar 80,2 %, sarana air bersih tidak memenuhi syarat sebesar 51,6 %, sarana pengelolan sampah tidak memenuhi syarat sebesar 56,0 %, dan sarana pembuangan air limbah tidak memenuhi syarat sebesar 60,4 dengan kejadian diare pada Balita sebanyak 50 (54,9%), sedangkan yang tidak terjadi Diare pada balita sebayak 41 (45,1%).
 Kesimpulan : Masih tingginya kondisi sarana sanitasi dasar yang tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga dapat menjadi salah satu faktor pemicu kejadiaan diare pada balita.
 Kata Kunci : Diare, Sarana Sanitasi Dasar","PeriodicalId":31963,"journal":{"name":"Sanitasi Jurnal Kesehatan Lingkungan","volume":"41 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135642034","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Background: One of the work rooms at PDAM Delta Tirta, Sidoarjo Regency has a fairly high noise level of 91 dBA ,so it has a health risk to the workforce. Purpose: This study aims to determine the noise intensity and hearing ability of workers in the water treatment installation area of PDAM Delta Tirta. Sidoarjo Regency.
Methods: This type of research is descriptive observational. The variables of this research are noise intensity and hearing ability of workers in the water treatment installation area of PDAM Delta Tirta, Sidoarjo Regency. Measurement of noise intensity using a sound level meter and for measuring hearing ability using an audiometry tool. The data obtained will then be processed and presented in tabular form and then analyzed descriptively.
Results: : The results of the study indicate that the noise intensity in the water treatment installation area of PDAM Delta Tirta, Sidoarjo Regency 50% meets the requirements and 50% does not meet the requirements, the hearing ability of the workforce is 100 % have normal hearing ability.
Conclusion: There are two rooms that have a noise intensity exceeding the threshold, namely the distribution pump room and the ultrafiltration room and the hearing ability of the workers at PDAM Delta Tirta who all have normal hearing abilities.
{"title":"Intensitas Kebisingan dan Kemampuan Pendengaran Pekerja di Area IPA PDAM Delta Tirta Kabupaten Sidoarjo","authors":"Ratih Nurul Azizah, Rachmaniyah Rachmaniyah, Imam Thohari, Khambali Khambali","doi":"10.36086/jsl.v3i1.1401","DOIUrl":"https://doi.org/10.36086/jsl.v3i1.1401","url":null,"abstract":"Background: One of the work rooms at PDAM Delta Tirta, Sidoarjo Regency has a fairly high noise level of 91 dBA ,so it has a health risk to the workforce. Purpose: This study aims to determine the noise intensity and hearing ability of workers in the water treatment installation area of PDAM Delta Tirta. Sidoarjo Regency.
 Methods: This type of research is descriptive observational. The variables of this research are noise intensity and hearing ability of workers in the water treatment installation area of PDAM Delta Tirta, Sidoarjo Regency. Measurement of noise intensity using a sound level meter and for measuring hearing ability using an audiometry tool. The data obtained will then be processed and presented in tabular form and then analyzed descriptively.
 Results: : The results of the study indicate that the noise intensity in the water treatment installation area of PDAM Delta Tirta, Sidoarjo Regency 50% meets the requirements and 50% does not meet the requirements, the hearing ability of the workforce is 100 % have normal hearing ability. 
 Conclusion: There are two rooms that have a noise intensity exceeding the threshold, namely the distribution pump room and the ultrafiltration room and the hearing ability of the workers at PDAM Delta Tirta who all have normal hearing abilities.","PeriodicalId":31963,"journal":{"name":"Sanitasi Jurnal Kesehatan Lingkungan","volume":"12 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135642035","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRAK
Latar Belakang: Pemanfaatan sampah untuk tujuan komersial sesungguhnya dapat dilakukan baik oleh masyarakat maupun industri. Namun merubah paradigma masyarakat yang memandang sampah sebagai barang yang harus segera dibuang, menjadi bahan baku atau sumber daya yang bernilai ekonomis perlu terus disosialisasikan oleh pemerintah.
Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental (Experimental Research). Metode eksperimen ini dilakukan dengan kreativitas untuk menguji coba keefektifan benda untuk dijadikan alternatif baru. Penelitian ini dilakukan melalui dua tahap, tahap pertama berupa pembuatan sampel peredam suara dan tahap kedua yaitu pengujian intensitas redaman suara.
Hasil: Nilai koefisien penyerapan suara pada frekuensi 250 Hz dan 500 Hz dengan variasi ketebalan sampel sampah masker 0,5 cm, 1 cm, dan 2 cm dikategorikan reflecting dan masih belum memenuhi standar. Sedangkan variasi ketebalan sampel sampah masker 0,5 cm pada frekuensi 1000 dan 2000 Hz sudah memenuhi standar dengan kategori hardly absorbing, kemudian variasi ketebalan sampel sampah masker 1 cm dan 2 cm pada frekuensi 1000 dan 2000 Hz sudah memenuhi standar dengan kategori absorbing.
Kesimpulan: Adanya peningkatan nilai Noise Absorption Coefficient (NAC) pada setiap variasi ketebalan sampah masker sesuai dengan frekuensi yang diuji. Beberapa variasi ketebalan memenuhi standar sehingga dapat dikatakan efektif dalam meredam suara dengan frekuensi tersebut, namun ada beberapa variasi ketebalan yang nilai koefisiennya belum memenuhi standar sehingga dapat dikatakan tidak efektif.
{"title":"Efektivitas Pemanfaatan Sampah Masker Sebagai Peredam Suara","authors":"Helwin Privera, Khairil Anwar, Pitri Noviadi","doi":"10.36086/jsl.v3i1.1408","DOIUrl":"https://doi.org/10.36086/jsl.v3i1.1408","url":null,"abstract":"ABSTRAK
 Latar Belakang: Pemanfaatan sampah untuk tujuan komersial sesungguhnya dapat dilakukan baik oleh masyarakat maupun industri. Namun merubah paradigma masyarakat yang memandang sampah sebagai barang yang harus segera dibuang, menjadi bahan baku atau sumber daya yang bernilai ekonomis perlu terus disosialisasikan oleh pemerintah.
 Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental (Experimental Research). Metode eksperimen ini dilakukan dengan kreativitas untuk menguji coba keefektifan benda untuk dijadikan alternatif baru. Penelitian ini dilakukan melalui dua tahap, tahap pertama berupa pembuatan sampel peredam suara dan tahap kedua yaitu pengujian intensitas redaman suara.
 Hasil: Nilai koefisien penyerapan suara pada frekuensi 250 Hz dan 500 Hz dengan variasi ketebalan sampel sampah masker 0,5 cm, 1 cm, dan 2 cm dikategorikan reflecting dan masih belum memenuhi standar. Sedangkan variasi ketebalan sampel sampah masker 0,5 cm pada frekuensi 1000 dan 2000 Hz sudah memenuhi standar dengan kategori hardly absorbing, kemudian variasi ketebalan sampel sampah masker 1 cm dan 2 cm pada frekuensi 1000 dan 2000 Hz sudah memenuhi standar dengan kategori absorbing.
 Kesimpulan: Adanya peningkatan nilai Noise Absorption Coefficient (NAC) pada setiap variasi ketebalan sampah masker sesuai dengan frekuensi yang diuji. Beberapa variasi ketebalan memenuhi standar sehingga dapat dikatakan efektif dalam meredam suara dengan frekuensi tersebut, namun ada beberapa variasi ketebalan yang nilai koefisiennya belum memenuhi standar sehingga dapat dikatakan tidak efektif.
","PeriodicalId":31963,"journal":{"name":"Sanitasi Jurnal Kesehatan Lingkungan","volume":"29 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136284629","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRAK Latar Belakang: Pemanfaatan sampah untuk tujuan komersial sesungguhnya dapat dilakukan baik oleh masyarakat maupun industri. Namun merubah paradigma masyarakat yang memandang sampah sebagai barang yang harus segera dibuang, menjadi bahan baku atau sumber daya yang bernilai ekonomis perlu terus disosialisasikan oleh pemerintah. Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental (Experimental Research). Metode eksperimen ini dilakukan dengan kreativitas untuk menguji coba keefektifan benda untuk dijadikan alternatif baru. Penelitian ini dilakukan melalui dua tahap, tahap pertama berupa pembuatan sampel peredam suara dan tahap kedua yaitu pengujian intensitas redaman suara. Hasil: Nilai koefisien penyerapan suara pada frekuensi 250 Hz dan 500 Hz dengan variasi ketebalan sampel sampah masker 0,5 cm, 1 cm, dan 2 cm dikategorikan reflecting dan masih belum memenuhi standar. Sedangkan variasi ketebalan sampel sampah masker 0,5 cm pada frekuensi 1000 dan 2000 Hz sudah memenuhi standar dengan kategori hardly absorbing, kemudian variasi ketebalan sampel sampah masker 1 cm dan 2 cm pada frekuensi 1000 dan 2000 Hz sudah memenuhi standar dengan kategori absorbing. Kesimpulan: Adanya peningkatan nilai Noise Absorption Coefficient (NAC) pada setiap variasi ketebalan sampah masker sesuai dengan frekuensi yang diuji. Beberapa variasi ketebalan memenuhi standar sehingga dapat dikatakan efektif dalam meredam suara dengan frekuensi tersebut, namun ada beberapa variasi ketebalan yang nilai koefisiennya belum memenuhi standar sehingga dapat dikatakan tidak efektif.
{"title":"Efektivitas Pemanfaatan Sampah Masker Sebagai Peredam Suara","authors":"Helwin Privera, Khairil Anwar, Pitri Noviadi","doi":"10.36086/jsl.v2i2.1408","DOIUrl":"https://doi.org/10.36086/jsl.v2i2.1408","url":null,"abstract":"ABSTRAK \u0000Latar Belakang: Pemanfaatan sampah untuk tujuan komersial sesungguhnya dapat dilakukan baik oleh masyarakat maupun industri. Namun merubah paradigma masyarakat yang memandang sampah sebagai barang yang harus segera dibuang, menjadi bahan baku atau sumber daya yang bernilai ekonomis perlu terus disosialisasikan oleh pemerintah. \u0000Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental (Experimental Research). Metode eksperimen ini dilakukan dengan kreativitas untuk menguji coba keefektifan benda untuk dijadikan alternatif baru. Penelitian ini dilakukan melalui dua tahap, tahap pertama berupa pembuatan sampel peredam suara dan tahap kedua yaitu pengujian intensitas redaman suara. \u0000Hasil: Nilai koefisien penyerapan suara pada frekuensi 250 Hz dan 500 Hz dengan variasi ketebalan sampel sampah masker 0,5 cm, 1 cm, dan 2 cm dikategorikan reflecting dan masih belum memenuhi standar. Sedangkan variasi ketebalan sampel sampah masker 0,5 cm pada frekuensi 1000 dan 2000 Hz sudah memenuhi standar dengan kategori hardly absorbing, kemudian variasi ketebalan sampel sampah masker 1 cm dan 2 cm pada frekuensi 1000 dan 2000 Hz sudah memenuhi standar dengan kategori absorbing. \u0000Kesimpulan: Adanya peningkatan nilai Noise Absorption Coefficient (NAC) pada setiap variasi ketebalan sampah masker sesuai dengan frekuensi yang diuji. Beberapa variasi ketebalan memenuhi standar sehingga dapat dikatakan efektif dalam meredam suara dengan frekuensi tersebut, namun ada beberapa variasi ketebalan yang nilai koefisiennya belum memenuhi standar sehingga dapat dikatakan tidak efektif. \u0000 ","PeriodicalId":31963,"journal":{"name":"Sanitasi Jurnal Kesehatan Lingkungan","volume":"13 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"79769600","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-04-04DOI: 10.29238/sanitasi.v16i1.1458
Laily Munawarah, S. Sulasmi
Indonesia sebagai negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani mengakibatkan penggunaan pestisida untuk membasmi hama tanaman guna meningkatkan produktivitas hasil dan kualitas pertanian seringkali tidak dapat dihindari. Namun penggunaan pestisida yang berlebihan akan mengakibatkan risiko keracunan pada petani, salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian keracunan akibat pestisida adalah lama penyemprotan. Tujuan dari penelitian ini yakni untuk mengetahui hubungan antara lama penyemprotan terhadap kadar hemoglobin petani. Jenis penelitian ini adalah Eksplanatory-observasional dengan pendekatan desain studi cross-sectional, data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden melalui pengisian kuisioner yang dilakukan pada bulan Februari – Maret 2022 dengan teknik purposive sampling sebanyak 27 sampel dan dianalisis menggunakan Uji Chi-Square. Hasil penelitian ini diperoleh nilai signifikasi 1,000 (>0,05). Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara lama penyemprotan pestisida dan kadar hemoglobin petani di desa Tanjungsari kabupaten Sukoharjo. Disarankan untuk menghubungkan faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi kadar hemoglobin pada petani seperti dosis pestisida yang digunakan, lama bekerja menjadi petani dan penggunaan APD saat melakukan penyemprotan.
{"title":"Hubungan antara lama penyemprotan pestisida terhadap kadar hemoglobin pada petani di Desa Tanjungsari Kabupaten Sukoharjo","authors":"Laily Munawarah, S. Sulasmi","doi":"10.29238/sanitasi.v16i1.1458","DOIUrl":"https://doi.org/10.29238/sanitasi.v16i1.1458","url":null,"abstract":"Indonesia sebagai negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani mengakibatkan penggunaan pestisida untuk membasmi hama tanaman guna meningkatkan produktivitas hasil dan kualitas pertanian seringkali tidak dapat dihindari. Namun penggunaan pestisida yang berlebihan akan mengakibatkan risiko keracunan pada petani, salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian keracunan akibat pestisida adalah lama penyemprotan. Tujuan dari penelitian ini yakni untuk mengetahui hubungan antara lama penyemprotan terhadap kadar hemoglobin petani. Jenis penelitian ini adalah Eksplanatory-observasional dengan pendekatan desain studi cross-sectional, data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden melalui pengisian kuisioner yang dilakukan pada bulan Februari – Maret 2022 dengan teknik purposive sampling sebanyak 27 sampel dan dianalisis menggunakan Uji Chi-Square. Hasil penelitian ini diperoleh nilai signifikasi 1,000 (>0,05). Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara lama penyemprotan pestisida dan kadar hemoglobin petani di desa Tanjungsari kabupaten Sukoharjo. Disarankan untuk menghubungkan faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi kadar hemoglobin pada petani seperti dosis pestisida yang digunakan, lama bekerja menjadi petani dan penggunaan APD saat melakukan penyemprotan.","PeriodicalId":31963,"journal":{"name":"Sanitasi Jurnal Kesehatan Lingkungan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46430068","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-04-03DOI: 10.29238/sanitasi.v16i1.1402
Kejadian kasus DBD di Kemantren Kotagede selalu menjadi 10 penyakit terbesar pada jangka waktu 3 tahun terakhir. Penggunaan sistem informasi geografis mampu membantu menganalisis kondisi wilayah terhadap penyakit DBD dan mengetahui pola sebaran kasus DBD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan sebaran kasus DBD setiap caturwulan di daerah Kemantren Kotagede berdasarkan kepadatan penduduk, angka bebas jentik, dan tingkat curah hujan dengan peta berbasis SIG tahun 2021. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional retrospektif dengan pendekatan spasial mengenai kejadian DBD pada tahun 2021 di Kemantren Kotagede dengan permodelan overlay pada sistem informasi geografis. Hasil penelitian menunjukkan hotspot analysis dari variabel ABJ, kepadatan penduduk, dan curah hujan memiliki klaster non-signifikan, yang artinya seluruh variabel bebas memiliki risiko persebaran yang sama terhadap tinggi rendahnya incidence rate yang menjadi variabel terikat. Kesimpulan dari penelitian ini menujukkan bahwa kejadian penyakit DBD di Kemantren Kotagede mengalami peningkatan yang fluktuatif pada setiap caturwulannya. Tingkat curah hujan dan angka bebas jentik berhubungan dengan Incidence Rate penyakit DBD pada Kemantren Kotagede, sedangkan kepadatan penduduk memiliki hubungan yang lemah terhadap kejadian penyakit DBD.
{"title":"Analisis spasial penyakit DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Kotagede Kota Yogyakarta","authors":"","doi":"10.29238/sanitasi.v16i1.1402","DOIUrl":"https://doi.org/10.29238/sanitasi.v16i1.1402","url":null,"abstract":"Kejadian kasus DBD di Kemantren Kotagede selalu menjadi 10 penyakit terbesar pada jangka waktu 3 tahun terakhir. Penggunaan sistem informasi geografis mampu membantu menganalisis kondisi wilayah terhadap penyakit DBD dan mengetahui pola sebaran kasus DBD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan sebaran kasus DBD setiap caturwulan di daerah Kemantren Kotagede berdasarkan kepadatan penduduk, angka bebas jentik, dan tingkat curah hujan dengan peta berbasis SIG tahun 2021. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional retrospektif dengan pendekatan spasial mengenai kejadian DBD pada tahun 2021 di Kemantren Kotagede dengan permodelan overlay pada sistem informasi geografis. Hasil penelitian menunjukkan hotspot analysis dari variabel ABJ, kepadatan penduduk, dan curah hujan memiliki klaster non-signifikan, yang artinya seluruh variabel bebas memiliki risiko persebaran yang sama terhadap tinggi rendahnya incidence rate yang menjadi variabel terikat. Kesimpulan dari penelitian ini menujukkan bahwa kejadian penyakit DBD di Kemantren Kotagede mengalami peningkatan yang fluktuatif pada setiap caturwulannya. Tingkat curah hujan dan angka bebas jentik berhubungan dengan Incidence Rate penyakit DBD pada Kemantren Kotagede, sedangkan kepadatan penduduk memiliki hubungan yang lemah terhadap kejadian penyakit DBD.","PeriodicalId":31963,"journal":{"name":"Sanitasi Jurnal Kesehatan Lingkungan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46077774","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-02-28DOI: 10.29238/sanitasi.v16i1.1484
Tika Dhefiana, Reni Suhelmi, Hansen
Stunting merupakan masalah gizi nasional dengan pravelensi kejadian cukup tinggi setiap tahun yang tercatat 23,4% pada tahun 2021. Secara regional, terdapat 403 balita tercatat stunting di Kota Samarinda sedangkan 87 balita stunting dilaporkan pada Puskesmas Juanda tahun 2021. Salah satu penyebab tidak langsung stunting adalah faktor lingkungan melalui perilaku hidup bersih dan sehat yang secara signifikan memengaruhi pola asupan gizi anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu balita dalam implementasi PHBS dengan kejadian stunting pada balita berusia 24 hingga 59 bulan di Kelurahan Air Hitam Kota Samarinda. Populasi yang ditetapkan pada penelitian ini ialah ibu yang mempunyai balita berusia 24 hingga 59 bulan di Posyandu Srikaya dan Posyandu Al-Azhar. Sampel yang ditentukan dalam penelitian ini sebanyak 50 responden dengan metode penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei 2022 melalui wawancara langsung responden menggunakan kuesioner dan pengukuran antropometri pada balita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 22% balita mengalami stunting, terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan penerapan PHBS ibu dengan kejadian stunting (p-value = 0,030 dan 0,017). Diharapkan masyarakat dapat lebih peduli dan dapat menerapkan PHBS di lingkungan mereka sebagai langkah awal pencegahan stunting.
{"title":"Hubungan Penerapan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Orang Tua Dengan Kejadian Stunting Di Kelurahan Air Hitam Kota Samarinda","authors":"Tika Dhefiana, Reni Suhelmi, Hansen","doi":"10.29238/sanitasi.v16i1.1484","DOIUrl":"https://doi.org/10.29238/sanitasi.v16i1.1484","url":null,"abstract":"Stunting merupakan masalah gizi nasional dengan pravelensi kejadian cukup tinggi setiap tahun yang tercatat 23,4% pada tahun 2021. Secara regional, terdapat 403 balita tercatat stunting di Kota Samarinda sedangkan 87 balita stunting dilaporkan pada Puskesmas Juanda tahun 2021. Salah satu penyebab tidak langsung stunting adalah faktor lingkungan melalui perilaku hidup bersih dan sehat yang secara signifikan memengaruhi pola asupan gizi anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu balita dalam implementasi PHBS dengan kejadian stunting pada balita berusia 24 hingga 59 bulan di Kelurahan Air Hitam Kota Samarinda. Populasi yang ditetapkan pada penelitian ini ialah ibu yang mempunyai balita berusia 24 hingga 59 bulan di Posyandu Srikaya dan Posyandu Al-Azhar. Sampel yang ditentukan dalam penelitian ini sebanyak 50 responden dengan metode penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei 2022 melalui wawancara langsung responden menggunakan kuesioner dan pengukuran antropometri pada balita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 22% balita mengalami stunting, terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan penerapan PHBS ibu dengan kejadian stunting (p-value = 0,030 dan 0,017). Diharapkan masyarakat dapat lebih peduli dan dapat menerapkan PHBS di lingkungan mereka sebagai langkah awal pencegahan stunting.","PeriodicalId":31963,"journal":{"name":"Sanitasi Jurnal Kesehatan Lingkungan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-02-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42054525","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-02-28DOI: 10.29238/sanitasi.v16i1.1399
Karina Winda Rofifah, Mastuti Widi Lestari
Kadmium merupakan logam berat yang paling banyak ditemukan di lingkungan. Cd yang masuk ke dalam tubuh secara terus-menerus dapat menyebabkan keracunan, seperti hipertensi. Pekerja bengkel las berpotensi terpapar logam Cd melalui fumes yang terhirup pada saat proses pengelasan. Selain melalui pernafasan, Cd juga dapat masuk melalui rambut. Pada tahun 2017 di Puskesmas Grogol ditemukan 3.896 kasus berdasarkan pengkajian penderita hipertensi tertinggi di Kabupaten Sukoharjo. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kadar kadmium (Cd) pada rambut dengan kejadian hipertensi pekerja las di Kelurahan Banaran, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional. Data yang dianalisis diuji dengan menggunakan aplikasi pengolahan data statistik SPSS versi 25.0. Analisis statistik menggunakan uji Mann Whitney nilai asymp.sig 0,552 maka p>0,05. Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kadar kadmium (Cd) pada rambut dengan kejadian hipertensi pekerja las di Kelurahan Banaran, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo. Disarankan untuk menggunakan alat pelindung diri untuk menimalisasi paparan kadmium dan untuk pemilik bengkel las dapat mengkondisikan work station yang sirkulasi udaranya baik dengan ventilasi besar dan luas.
{"title":"Analisis Paparan Kadar Kadmium (CD) pada Rambut dengan Kejadian Hipertensi Pekerja Las di Kelurahan Banaran, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo","authors":"Karina Winda Rofifah, Mastuti Widi Lestari","doi":"10.29238/sanitasi.v16i1.1399","DOIUrl":"https://doi.org/10.29238/sanitasi.v16i1.1399","url":null,"abstract":"Kadmium merupakan logam berat yang paling banyak ditemukan di lingkungan. Cd yang masuk ke dalam tubuh secara terus-menerus dapat menyebabkan keracunan, seperti hipertensi. Pekerja bengkel las berpotensi terpapar logam Cd melalui fumes yang terhirup pada saat proses pengelasan. Selain melalui pernafasan, Cd juga dapat masuk melalui rambut. Pada tahun 2017 di Puskesmas Grogol ditemukan 3.896 kasus berdasarkan pengkajian penderita hipertensi tertinggi di Kabupaten Sukoharjo. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kadar kadmium (Cd) pada rambut dengan kejadian hipertensi pekerja las di Kelurahan Banaran, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional. Data yang dianalisis diuji dengan menggunakan aplikasi pengolahan data statistik SPSS versi 25.0. Analisis statistik menggunakan uji Mann Whitney nilai asymp.sig 0,552 maka p>0,05. Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kadar kadmium (Cd) pada rambut dengan kejadian hipertensi pekerja las di Kelurahan Banaran, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo. Disarankan untuk menggunakan alat pelindung diri untuk menimalisasi paparan kadmium dan untuk pemilik bengkel las dapat mengkondisikan work station yang sirkulasi udaranya baik dengan ventilasi besar dan luas.","PeriodicalId":31963,"journal":{"name":"Sanitasi Jurnal Kesehatan Lingkungan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-02-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48251194","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-02-28DOI: 10.29238/sanitasi.v16i1.1675
Bayu Kusuma Adi, T. Joko, O. Setiani
Hospitals are health services that produce waste and sources of pollution for human health and the environment. dr. Soehadi Prijonegoro Hospital produces the most medical waste in the sragen regency and still needs cold storage. This research evaluated the management of hazardous toxicity material medical, solid waste. Life cycle assessment calculations can be performed using a software application, simparo 9.0. This scope of research with gate to gate approach. Inventory data was obtained from primary and secondary data collection. Daily medical waste is about 135 kg, while the average month is 3961 kg—medical waste management in dr. Soehadi Prijonegoro includes reducing, sorting, labeling, storage, transporting, and processing have been following applicable regulations. The results of the TCLP test of solids incinerator ash and chimney incinerator emissions meet the quality standards. The most significant impact on the ecosystem is the global warming potential in the emergency service room. For impacts, the natural resources and the impact on the ecosystem is the inpatient room due to excessive use of medical waste. Use of energy and materials to minimize emissions and waste. Keywords: Hospital, Waste, Impact
{"title":"Analysis Of Hazardous Medical Waste In Dr. Soehadi Prijonegoro Hospital Using A Life Cycle Assessment Approach","authors":"Bayu Kusuma Adi, T. Joko, O. Setiani","doi":"10.29238/sanitasi.v16i1.1675","DOIUrl":"https://doi.org/10.29238/sanitasi.v16i1.1675","url":null,"abstract":"Hospitals are health services that produce waste and sources of pollution for human health and the environment. dr. Soehadi Prijonegoro Hospital produces the most medical waste in the sragen regency and still needs cold storage. This research evaluated the management of hazardous toxicity material medical, solid waste. Life cycle assessment calculations can be performed using a software application, simparo 9.0. This scope of research with gate to gate approach. Inventory data was obtained from primary and secondary data collection. Daily medical waste is about 135 kg, while the average month is 3961 kg—medical waste management in dr. Soehadi Prijonegoro includes reducing, sorting, labeling, storage, transporting, and processing have been following applicable regulations. The results of the TCLP test of solids incinerator ash and chimney incinerator emissions meet the quality standards. The most significant impact on the ecosystem is the global warming potential in the emergency service room. For impacts, the natural resources and the impact on the ecosystem is the inpatient room due to excessive use of medical waste. Use of energy and materials to minimize emissions and waste. \u0000Keywords: Hospital, Waste, Impact","PeriodicalId":31963,"journal":{"name":"Sanitasi Jurnal Kesehatan Lingkungan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-02-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45736555","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Keluhan nyeri otot rangka merupakan serangkaian sakit atau cedera yang terjadi pada otot, tendon, tulang, ligamen, sendi, dan saraf mulai dari tingkat sangat ringan sampai sangat sakit yang disebut dengan Muskuloskeletal disorders (MSD). Keluhan nyeri otot rangka ini disebabkan oleh aktivitas dengan tingkat pengulangan yang tinggi dengan cara kerja yang tidak ergonomis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jenis kelamin, masa kerja, dan berat beban dengan keluhan nyeri otot rangka pada pemulung. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan metode pendekatan cross sectional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis kelamin paling banyak adalah perempuan sebesar 76,7%, masa kerja pemulung ? 5 tahun sebesar 77,1%, berat beban yang berisiko sebesar 10,5% dan keluhan nyeri otot rangka sebesar 63,2%. Analisis uji chi square test menunjukkan terdapat hubungan antara jenis kelamin (p: 0,026), masa kerja (p: 0,006), berat beban (p: 0,001) dengan keluhan nyeri otot rangka pada pemulung di TPST RDF Kabupaten Cilacap. Pemulung diharapkan tidak mengangkut beban sampah yang berlebihan, mengatur jam istirahat, dan menerapkan konsumsi gizi seimbang.
{"title":"Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Nyeri Otot Rangka Pada Pemulung Di Lingkungan TPST RDF Kabupaten Cilacap","authors":"Poppi Nastasia Yunita Dewi, Nita Sofia Rakhmawati, Estri Kartika, Didit Hariyanto Saputro","doi":"10.29238/sanitasi.v16i1.1683","DOIUrl":"https://doi.org/10.29238/sanitasi.v16i1.1683","url":null,"abstract":"Keluhan nyeri otot rangka merupakan serangkaian sakit atau cedera yang terjadi pada otot, tendon, tulang, ligamen, sendi, dan saraf mulai dari tingkat sangat ringan sampai sangat sakit yang disebut dengan Muskuloskeletal disorders (MSD). Keluhan nyeri otot rangka ini disebabkan oleh aktivitas dengan tingkat pengulangan yang tinggi dengan cara kerja yang tidak ergonomis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jenis kelamin, masa kerja, dan berat beban dengan keluhan nyeri otot rangka pada pemulung. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan metode pendekatan cross sectional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis kelamin paling banyak adalah perempuan sebesar 76,7%, masa kerja pemulung ? 5 tahun sebesar 77,1%, berat beban yang berisiko sebesar 10,5% dan keluhan nyeri otot rangka sebesar 63,2%. Analisis uji chi square test menunjukkan terdapat hubungan antara jenis kelamin (p: 0,026), masa kerja (p: 0,006), berat beban (p: 0,001) dengan keluhan nyeri otot rangka pada pemulung di TPST RDF Kabupaten Cilacap. Pemulung diharapkan tidak mengangkut beban sampah yang berlebihan, mengatur jam istirahat, dan menerapkan konsumsi gizi seimbang.","PeriodicalId":31963,"journal":{"name":"Sanitasi Jurnal Kesehatan Lingkungan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-02-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42085888","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}