Pub Date : 2023-10-03DOI: 10.24319/jtpk.14.191-201
Wahbi Wahbi, Mulyono S. Baskoro, Didin Komarudin
Kegiatan pembesaran post larva lobster masih bergantung pada benih dari alam, sedangkan post larva yang tertangkap sedikit dan ukurannya tidak seragam. Oleh karena itu dibutuhkan alat tangkap yang efektif dan efisien. Keefektifan alat tangkap dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya kedalaman pengoperasianya dan bahan pembentuk. Bahan pembentuk yang digunakan yaitu kantong semen dan kantong pakan udang. Pada kedalaman pengoperasianya dengan kedalaman 2, 4, 6, 8, 10, 12, dan 14 m. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan bahan perangkap yang efektif untuk menangkap post larva lobster dan mengidentifikasi kedalaman peletakan perangkap yang sesuai dengan swimming layer post larva lobster. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perbandingan kedalaman perangkap pada kedalaman 14 m memberikan hasil tangkapan tertinggi yaitu 47 ekor dan terendah pada kedalaman 2 dan 4 m dengan hasil tangkapan 3 ekor, sedangkan pada perbandingan bahan pembentuk hasil tanggkapan tertinggi pada bahan kantong semen yaitu 191 ekor, sedangkan pada kantong pakan udang yaitu 188 ekor. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan kedalaman 14 m dan bahan kantong semen memberikan hasil tangkapan tertinggi.
{"title":"PERBANDINGAN KEDALAMAN DAN MATERIAL PERANGKAP POST LARVA LOBSTER DI TELUK AWANG, LOMBOK","authors":"Wahbi Wahbi, Mulyono S. Baskoro, Didin Komarudin","doi":"10.24319/jtpk.14.191-201","DOIUrl":"https://doi.org/10.24319/jtpk.14.191-201","url":null,"abstract":"Kegiatan pembesaran post larva lobster masih bergantung pada benih dari alam, sedangkan post larva yang tertangkap sedikit dan ukurannya tidak seragam. Oleh karena itu dibutuhkan alat tangkap yang efektif dan efisien. Keefektifan alat tangkap dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya kedalaman pengoperasianya dan bahan pembentuk. Bahan pembentuk yang digunakan yaitu kantong semen dan kantong pakan udang. Pada kedalaman pengoperasianya dengan kedalaman 2, 4, 6, 8, 10, 12, dan 14 m. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan bahan perangkap yang efektif untuk menangkap post larva lobster dan mengidentifikasi kedalaman peletakan perangkap yang sesuai dengan swimming layer post larva lobster. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perbandingan kedalaman perangkap pada kedalaman 14 m memberikan hasil tangkapan tertinggi yaitu 47 ekor dan terendah pada kedalaman 2 dan 4 m dengan hasil tangkapan 3 ekor, sedangkan pada perbandingan bahan pembentuk hasil tanggkapan tertinggi pada bahan kantong semen yaitu 191 ekor, sedangkan pada kantong pakan udang yaitu 188 ekor. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan kedalaman 14 m dan bahan kantong semen memberikan hasil tangkapan tertinggi.","PeriodicalId":32366,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan","volume":"98 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135696785","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-10-03DOI: 10.24319/jtpk.14.181-189
Fandi Baharuddin, Henni Wijayanti, Nidya Kartini
Kepiting bakau (Scylla sp.) memiliki keterkaitan dengan ekosistem sekitarnya, khususnya dalam ekosistem mangrove. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi jenis-jenis kepiting bakau (Scylla sp.) yang terdapat di Taman Wisata Mangrove Pandan Alas, Desa Sriminosari, Lampung Timur dan mengkaji hubungan kelimpahan kepiting bakau dengan parameter lingkungan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2022 di Taman Wisata Mangrove Pandan Alas, Lampung Timur. Data analisis menggunakan PCA (Principal Component Analysis). Spesies kepiting bakau yang ditemukan pada Taman Wisata Mangrove Pandan Alas yaitu kepiting bakau jenis Scylla serrata dan Scylla olivacea. Berdasarkan hasil PCA, parameter yang memengaruhi kelimpahan kepiting bakau di Taman Wisata mangrove Pandan Alas adalah BOT (Bahan Organik Total), substrat, dan pH tanah.
红树林蟹(锡拉警司)与周围的生态系统有联系,尤其是在红树林生态系统中。这项研究的目的是确定在Mangrove Pandan park, Sriminosari,楠榜,以及红树林大螃蟹与环境参数的关系。该研究于2022年10月至11月在南榜的Mangrove Pandan park进行。使用PCA进行分析数据(原则分析)。在红树林保护区发现的一种红树林螃蟹,也就是锡拉塞拉塔和“锡拉”olivacea。根据PCA的结果,影响红树林主题公园红树林蟹数量的参数是一个机器人(全有机食品)、基质和土壤pH值。
{"title":"KELIMPAHAN KEPITING BAKAU (Scylla sp.) DI TAMAN WISATA MANGROVE PANDAN ALAS, DESA SRIMINOSARI, LAMPUNG TIMUR","authors":"Fandi Baharuddin, Henni Wijayanti, Nidya Kartini","doi":"10.24319/jtpk.14.181-189","DOIUrl":"https://doi.org/10.24319/jtpk.14.181-189","url":null,"abstract":"Kepiting bakau (Scylla sp.) memiliki keterkaitan dengan ekosistem sekitarnya, khususnya dalam ekosistem mangrove. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi jenis-jenis kepiting bakau (Scylla sp.) yang terdapat di Taman Wisata Mangrove Pandan Alas, Desa Sriminosari, Lampung Timur dan mengkaji hubungan kelimpahan kepiting bakau dengan parameter lingkungan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2022 di Taman Wisata Mangrove Pandan Alas, Lampung Timur. Data analisis menggunakan PCA (Principal Component Analysis). Spesies kepiting bakau yang ditemukan pada Taman Wisata Mangrove Pandan Alas yaitu kepiting bakau jenis Scylla serrata dan Scylla olivacea. Berdasarkan hasil PCA, parameter yang memengaruhi kelimpahan kepiting bakau di Taman Wisata mangrove Pandan Alas adalah BOT (Bahan Organik Total), substrat, dan pH tanah.","PeriodicalId":32366,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan","volume":"7 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135696798","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ikan kakap (Lutjanus vitta) termasuk famili Lutjanidae yang sebagian besar hidupnya di perairan karang. Ikan tersebut merupakan salah satu target utama dalam penangkapan di perairan Teluk Jakarta yang didaratkan di TPI Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji tentang pola pertumbuhan, tingkat kematangan gonad, dan ukuran pertama kali matang gonad (Lm) ikan tersebut. Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2022. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survei dengan teknik pengambilan sampel yaitu purposive random sampling. Hasil penelitian diperoleh total tangkapan sebanyak 113 ekor yang terdiri dari ikan jantan berjumlah 53 ekor dan betina berjumlah 60 ekor. Pola pertumbuhan ikan kakap adalah isometrik. Tingkat kematangan gonad banyak terdapat pada TKG II dan III. Ikan kakap di perairan Teluk Jakarta memiliki ukuran pertama kali matang gonad adalah 213,5 mm. Maka, ukuran ikan yang lebih baik ditangkap adalah yang memiliki panjang lebih dari ukuran matang gonadnya.
{"title":"TINGKAT KEMATANGAN GONAD IKAN KAKAP (Lutjanus vitta) YANG DIDARATKAN DI TPI TANJUNG PASIR, KABUPATEN TANGERANG","authors":"Lauura Hermala Yunita, Farhan Ramdhani, Yoppie Wulanda, Rizky Janatul Magwa, Ester Restiana Endang Gelis, Septy Heltria","doi":"10.24319/jtpk.14.213-219","DOIUrl":"https://doi.org/10.24319/jtpk.14.213-219","url":null,"abstract":"Ikan kakap (Lutjanus vitta) termasuk famili Lutjanidae yang sebagian besar hidupnya di perairan karang. Ikan tersebut merupakan salah satu target utama dalam penangkapan di perairan Teluk Jakarta yang didaratkan di TPI Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji tentang pola pertumbuhan, tingkat kematangan gonad, dan ukuran pertama kali matang gonad (Lm) ikan tersebut. Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2022. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survei dengan teknik pengambilan sampel yaitu purposive random sampling. Hasil penelitian diperoleh total tangkapan sebanyak 113 ekor yang terdiri dari ikan jantan berjumlah 53 ekor dan betina berjumlah 60 ekor. Pola pertumbuhan ikan kakap adalah isometrik. Tingkat kematangan gonad banyak terdapat pada TKG II dan III. Ikan kakap di perairan Teluk Jakarta memiliki ukuran pertama kali matang gonad adalah 213,5 mm. Maka, ukuran ikan yang lebih baik ditangkap adalah yang memiliki panjang lebih dari ukuran matang gonadnya.","PeriodicalId":32366,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan","volume":"27 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135697034","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Konsep pangan darurat di Indonesia belum sepenuhnya memperhatikan aspek pemenuhan kecukupan gizi dan model pangan yang sesuai, termasuk potensi pangan lokal. Pengembangan kemasan pemanasan sendiri dengan reaksi eksotermik sebagai respons terhadap tuntutan modern akan kepraktisan dan higienitas masih belum dilakukan. Di sisi lain, terdapat potensi kalsium oksida cangkang kerang sebagai sumber material pemanas eksotermik yang menjanjikan. Penelitian bertujuan menentukan reaktan kalsium oksida yang diperoleh dari limbah cangkang kerang darah untuk digunakan sebagai kemasan pemanasan sendiri dengan reaksi eksotermik pada pangan darurat lokal bubbor paddas. Tahapan penelitian meliputi pembuatan dan penentuan karakteristik bubbor paddas sebagai pangan darurat lokal sesuai asupan harian, kalsinasi kalsium oksida dari cangkang kerang darah, serta perancangan dan penentuan karakteristik kemasan pemanasan sendiri dengan reaksi eksotermik untuk pangan darurat lokal. Bubbor paddas sebagai model pangan darurat lokal yang dihasilkan, memiliki takaran saji 380 g dengan asupan harian 510 kilokalori energi. Kalsium oksida yang diperoleh dari kalsinasi cangkang kerang darah pada suhu 900°C selama 4 jam memiliki kristalisasi yang menghasilkan perubahan energi (entalpi) sebesar -312,20 J/g dan -21,30 J/g, dengan pelepasan panas yang bersifat eksotermik. Melalui perbandingan 1:2 dengan air dan nilai pH 11,68±0,49, kemasan pemanasan sendiri dengan reaksi eksotermik ini mampu menghasilkan panas 6,72 kilojoule atau dapat memanaskan bubbor paddas hingga suhu 28°C setelah menjalani waktu 40 menit untuk mencapai kestabilan suhu.
{"title":"KALSIUM OKSIDA CANGKANG KERANG SEBAGAI MATERIAL REAKSI EKSOTERMIS KEMASAN PEMANAS SENDIRI UNTUK PANGAN DARURAT LOKAL","authors":"Bambang Riyanto, Wini Trilaksani, Nur’afni Rahmaeni","doi":"10.24319/jtpk.14.137-147","DOIUrl":"https://doi.org/10.24319/jtpk.14.137-147","url":null,"abstract":"Konsep pangan darurat di Indonesia belum sepenuhnya memperhatikan aspek pemenuhan kecukupan gizi dan model pangan yang sesuai, termasuk potensi pangan lokal. Pengembangan kemasan pemanasan sendiri dengan reaksi eksotermik sebagai respons terhadap tuntutan modern akan kepraktisan dan higienitas masih belum dilakukan. Di sisi lain, terdapat potensi kalsium oksida cangkang kerang sebagai sumber material pemanas eksotermik yang menjanjikan. Penelitian bertujuan menentukan reaktan kalsium oksida yang diperoleh dari limbah cangkang kerang darah untuk digunakan sebagai kemasan pemanasan sendiri dengan reaksi eksotermik pada pangan darurat lokal bubbor paddas. Tahapan penelitian meliputi pembuatan dan penentuan karakteristik bubbor paddas sebagai pangan darurat lokal sesuai asupan harian, kalsinasi kalsium oksida dari cangkang kerang darah, serta perancangan dan penentuan karakteristik kemasan pemanasan sendiri dengan reaksi eksotermik untuk pangan darurat lokal. Bubbor paddas sebagai model pangan darurat lokal yang dihasilkan, memiliki takaran saji 380 g dengan asupan harian 510 kilokalori energi. Kalsium oksida yang diperoleh dari kalsinasi cangkang kerang darah pada suhu 900°C selama 4 jam memiliki kristalisasi yang menghasilkan perubahan energi (entalpi) sebesar -312,20 J/g dan -21,30 J/g, dengan pelepasan panas yang bersifat eksotermik. Melalui perbandingan 1:2 dengan air dan nilai pH 11,68±0,49, kemasan pemanasan sendiri dengan reaksi eksotermik ini mampu menghasilkan panas 6,72 kilojoule atau dapat memanaskan bubbor paddas hingga suhu 28°C setelah menjalani waktu 40 menit untuk mencapai kestabilan suhu.","PeriodicalId":32366,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan","volume":"22 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135697811","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2023 sampai bulan Februari 2023 bertempat di Sumber Belajar Ilmu Hayati (SBIH) Ruyani, bertujuan untuk mengetahui frekuensi dan efisiensi yang terbaik dalam pemberian pakan, sehingga diketahui pertumbuhan yang optimal terhadap benih ikan toman (Channa micropeltes). Penelitian ini menggunakan sebanyak empat unit box plastik dengan ukuran (40x30x30 cm3), dengan ketinggian air 30 cm dari dasar. Pakan yang digunakan berupa cacing Tubifex sp., diberikan dengan dosis P1 (pelet 100%), P2 (pelet 75% + cacing sutra 25%), P3 (pelet 50% + cacing sutra 50%), dan P4 (pelet 25% + cacing sutra 75%). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yakni Rancangan Acak Lengkap (RAL), dan dilanjutkan dengan uji LSD. Dari perlakuan, hasil yang terbaik adalah pemberian pakan pada perlakuan P4 (pelet 25% + cacing sutra 75%), pertumbuhan berat ikan toman selama penelitian mencapai 18,18 g, pertumbuhan panjang ikan toman 2,95 mm, pertumbuhan lebar ikan toman 3,18 mm. Kualitas air selama penelitian diperoleh pH 4,1-6,6, suhu 27,0-29,8°C, TDS 5,1-8,8, dan DO 4,6-7,9. Dari hasil penelitian yang diuji dengan uji BNT, didapatkan bahwa perlakuan P4 berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan yang lainya. Hasil uji Test-independent lanjut pada semua perlakuan, didapatkan hasil yang signifikan terhadap pertumbuhan ikan toman.
{"title":"PENGARUH PENAMBAHAN PAKAN CACING SUTRA (Tubifex sp.) TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN TOMAN (Channa micropeltes)","authors":"Friska Intan Wulandari, Aceng Ruyani, Deni Parlindungan, Ariefa Primair Yani, Aprina Defianti","doi":"10.24319/jtpk.14.203-211","DOIUrl":"https://doi.org/10.24319/jtpk.14.203-211","url":null,"abstract":"Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2023 sampai bulan Februari 2023 bertempat di Sumber Belajar Ilmu Hayati (SBIH) Ruyani, bertujuan untuk mengetahui frekuensi dan efisiensi yang terbaik dalam pemberian pakan, sehingga diketahui pertumbuhan yang optimal terhadap benih ikan toman (Channa micropeltes). Penelitian ini menggunakan sebanyak empat unit box plastik dengan ukuran (40x30x30 cm3), dengan ketinggian air 30 cm dari dasar. Pakan yang digunakan berupa cacing Tubifex sp., diberikan dengan dosis P1 (pelet 100%), P2 (pelet 75% + cacing sutra 25%), P3 (pelet 50% + cacing sutra 50%), dan P4 (pelet 25% + cacing sutra 75%). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yakni Rancangan Acak Lengkap (RAL), dan dilanjutkan dengan uji LSD. Dari perlakuan, hasil yang terbaik adalah pemberian pakan pada perlakuan P4 (pelet 25% + cacing sutra 75%), pertumbuhan berat ikan toman selama penelitian mencapai 18,18 g, pertumbuhan panjang ikan toman 2,95 mm, pertumbuhan lebar ikan toman 3,18 mm. Kualitas air selama penelitian diperoleh pH 4,1-6,6, suhu 27,0-29,8°C, TDS 5,1-8,8, dan DO 4,6-7,9. Dari hasil penelitian yang diuji dengan uji BNT, didapatkan bahwa perlakuan P4 berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan yang lainya. Hasil uji Test-independent lanjut pada semua perlakuan, didapatkan hasil yang signifikan terhadap pertumbuhan ikan toman.","PeriodicalId":32366,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan","volume":"122 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135695946","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sumber daya terumbu karang di Taman Nasional Kepulauan Seribu memiliki persentase sebesar 40% tutupan terumbu karang hidup sejak tahun 2011 hingga 2017, dan sudah tergolong dalam kategori rusak. Kondisi tutupan terumbu karang pada Pulau Kayu Angin Genteng memiliki persentase sebesar 49% sejak tahun 2018 hingga 2019 dan masuk ke dalam kategori rusak sedang. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kondisi terumbu karang di Pulau Genteng Besar dan Kayu Angin Genteng. menggunakan metode Underwater Photo Transect dan dianalisis menggunakan software CPCe (Coral Point Count with Excel Extensions). Lokasi pengambilan data dilakukan dengan cara purposive sampling. Hasil pengamatan yang di Pulau Genteng Besar menunjukkan hasil tutupan karang keras tertinggi yaitu berada pada titik utara (57,25%). Kategori jenis lifeform tertinggi yang ditemukan di titik barat adalah jenis Coral Massive (CM) (13,31%) dan terendah terdapat pada kategori Acropora Digitate (ACD) (0,27%). Hasil pengamatan yang dilakukan di Pulau Kayu Angin Genteng menunjukkan persentase hasil tutupan karang keras sebesar 32,30%, 10 jenis kategori lifeform tertinggi yang ditemukan di titik utara adalah Coral Foliose (CF) (24,06%) dan terendah pada kategori Coral Massive (CM).
{"title":"PENILAIAN KONDISI TERUMBU KARANG DI PULAU GENTENG BESAR DAN KAYU ANGIN GENTENG, KEPULAUAN SERIBU","authors":"Siti Fatma Assyifa, Gatot Yulianto, Fredinan Yulianda","doi":"10.24319/jtpk.14.113-123","DOIUrl":"https://doi.org/10.24319/jtpk.14.113-123","url":null,"abstract":"Sumber daya terumbu karang di Taman Nasional Kepulauan Seribu memiliki persentase sebesar 40% tutupan terumbu karang hidup sejak tahun 2011 hingga 2017, dan sudah tergolong dalam kategori rusak. Kondisi tutupan terumbu karang pada Pulau Kayu Angin Genteng memiliki persentase sebesar 49% sejak tahun 2018 hingga 2019 dan masuk ke dalam kategori rusak sedang. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kondisi terumbu karang di Pulau Genteng Besar dan Kayu Angin Genteng. menggunakan metode Underwater Photo Transect dan dianalisis menggunakan software CPCe (Coral Point Count with Excel Extensions). Lokasi pengambilan data dilakukan dengan cara purposive sampling. Hasil pengamatan yang di Pulau Genteng Besar menunjukkan hasil tutupan karang keras tertinggi yaitu berada pada titik utara (57,25%). Kategori jenis lifeform tertinggi yang ditemukan di titik barat adalah jenis Coral Massive (CM) (13,31%) dan terendah terdapat pada kategori Acropora Digitate (ACD) (0,27%). Hasil pengamatan yang dilakukan di Pulau Kayu Angin Genteng menunjukkan persentase hasil tutupan karang keras sebesar 32,30%, 10 jenis kategori lifeform tertinggi yang ditemukan di titik utara adalah Coral Foliose (CF) (24,06%) dan terendah pada kategori Coral Massive (CM).","PeriodicalId":32366,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan","volume":"5 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135697822","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis persentase tutupan mangrove di Desa Jago Jago Sumatera Utara. Metode hemispherical photography digunakan untuk menentukan tajuk mangrove. Metode ini memberikan informasi yang lebih akurat karena area yang ditangkap oleh kamera lebih presisi, sehingga dapat menggambarkan tutupan tajuk mangrove yang sebenarnya. Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2022 di 6 stasiun. Lokasi stasiun penelitian ditentukan dengan menggunakan purposive sampling. Pengambilan data tajuk mangrove menggunakan kamera 12-megapiksel. Teknik ini diterapkan pada plot berukuran 10x10 m2 dan dianalisis menggunakan perangkat lunak ImageJ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 8 spesies mangrove yang ditemukan di Desa Jago Jago yaitu Rhizophora stylosa, Rhizophora apiculata, Xylocarpus granatum, Bruguiera sexangula, Bruguiera gymnorrhiza, Ceriops tagal, Lumnitzera littorea, dan Nypa fruticans. Nilai kerapatan yang didapatkan berkisar 1.400 sampai 1.708,67 ind/ha, dan rata-rata nilai tajuk mangrove sebesar 76,15 %, tergolong rapat.
{"title":"PENILAIAN KESEHATAN MANGROVE DI DESA JAGO JAGO, KABUPATEN TAPANULI TENGAH, SUMATERA UTARA","authors":"Cahyani Fitrah Tanjung, Fredinan Yulianda, Fery Kurniawan","doi":"10.24319/jtpk.14.157-167","DOIUrl":"https://doi.org/10.24319/jtpk.14.157-167","url":null,"abstract":"Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis persentase tutupan mangrove di Desa Jago Jago Sumatera Utara. Metode hemispherical photography digunakan untuk menentukan tajuk mangrove. Metode ini memberikan informasi yang lebih akurat karena area yang ditangkap oleh kamera lebih presisi, sehingga dapat menggambarkan tutupan tajuk mangrove yang sebenarnya. Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2022 di 6 stasiun. Lokasi stasiun penelitian ditentukan dengan menggunakan purposive sampling. Pengambilan data tajuk mangrove menggunakan kamera 12-megapiksel. Teknik ini diterapkan pada plot berukuran 10x10 m2 dan dianalisis menggunakan perangkat lunak ImageJ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 8 spesies mangrove yang ditemukan di Desa Jago Jago yaitu Rhizophora stylosa, Rhizophora apiculata, Xylocarpus granatum, Bruguiera sexangula, Bruguiera gymnorrhiza, Ceriops tagal, Lumnitzera littorea, dan Nypa fruticans. Nilai kerapatan yang didapatkan berkisar 1.400 sampai 1.708,67 ind/ha, dan rata-rata nilai tajuk mangrove sebesar 76,15 %, tergolong rapat.","PeriodicalId":32366,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan","volume":"10 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135696642","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kapal ikan merupakan kapal yang digunakan melakukan aktivitas penangkapan ikan, pengangkutan ikan, dan lain-lain. Kapal penangkap ikan di Puger memiliki ciri khas tersendiri yang mana memiliki bentuk lambung gemuk dan lebar. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kapal dalam olah geraknya. Namun, akan berdampak pada besarnya resistance kapal. Sehingga diperlukan komponen sebagai peredam gerakan kapal tanpa membuat bentuk lambung kapal yang gemuk dan lebar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan kapal dalam kondisi perairan laut lepas terutama di Perairan Puger, sebagai landasan terkait uji karakteristik hidrodinamika pada kapal ikan di Perairan Puger dengan menambahkan komponen skeg guna meminimalisir terjadinya kecelakaan kapal oleng di masa yang akan datang. Obyek penelitian ini menggunakan model kapal yang sudah beroperasi dan kemudian dilakukan penggambaran ulang serta dimodifikasi dengan penambahan skeg yang selanjutnya dilakukan analisis hidrodinamika kapal diantaranya hambatan dan olah gerak kapal dengan menggunakan metode numerik. Sehingga diperoleh hasil hambatan dan olah gerak kapal dari pengembangan variasi lambung kapal ikan yang lebih baik 86-98% daripada tanpa menggunakan skeg. Penggunaan skeg terhadap karakteristik hambatan dan olah gerak kapal yang lebih baik yang sesuai dengan wilayah Perairan Puger.
{"title":"PENGARUH PENAMBAHAN SKEG TERHADAP OLAH GERAK DAN HAMBATAN KAPAL NELAYAN DI PELABUHAN PERIKANAN PUGER, JEMBER","authors":"Hery Indria Dwi Puspita, Ahmad Yasim, Rudianto Rudianto, Robertoes Koekoeh Koentjoro Wibowo, Ramli Firdaus Kusnadi, Muhamad Arju Nabilul Akmal","doi":"10.24319/jtpk.14.169-179","DOIUrl":"https://doi.org/10.24319/jtpk.14.169-179","url":null,"abstract":"Kapal ikan merupakan kapal yang digunakan melakukan aktivitas penangkapan ikan, pengangkutan ikan, dan lain-lain. Kapal penangkap ikan di Puger memiliki ciri khas tersendiri yang mana memiliki bentuk lambung gemuk dan lebar. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kapal dalam olah geraknya. Namun, akan berdampak pada besarnya resistance kapal. Sehingga diperlukan komponen sebagai peredam gerakan kapal tanpa membuat bentuk lambung kapal yang gemuk dan lebar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan kapal dalam kondisi perairan laut lepas terutama di Perairan Puger, sebagai landasan terkait uji karakteristik hidrodinamika pada kapal ikan di Perairan Puger dengan menambahkan komponen skeg guna meminimalisir terjadinya kecelakaan kapal oleng di masa yang akan datang. Obyek penelitian ini menggunakan model kapal yang sudah beroperasi dan kemudian dilakukan penggambaran ulang serta dimodifikasi dengan penambahan skeg yang selanjutnya dilakukan analisis hidrodinamika kapal diantaranya hambatan dan olah gerak kapal dengan menggunakan metode numerik. Sehingga diperoleh hasil hambatan dan olah gerak kapal dari pengembangan variasi lambung kapal ikan yang lebih baik 86-98% daripada tanpa menggunakan skeg. Penggunaan skeg terhadap karakteristik hambatan dan olah gerak kapal yang lebih baik yang sesuai dengan wilayah Perairan Puger.","PeriodicalId":32366,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan","volume":"6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135695682","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Garis pantai pada umumnya mengalami perubahan posisi dari waktu ke waktu akibat adanya abrasi dan sedimentasi. Perubahan garis pantai dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya akibat adanya bangunan pantai. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perubahan garis pantai akibat adanya bangunan pantai breakwater di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Metode pengolahan dan analisis data dilakukan menggunakan teknologi penginderaan jauh. Dari hasil pengolahan dan analisis data citra satelit Landsat 7 dan 8 dari tahun 2010 sampai tahun 2017 terdapat endapan sedimen atau akresi di pantai Pulau Pramuka akibat adanya bangunan breakwater. Luas endapan sedimen yang terjadi pada tahun 2010 sebesar 7.731 ha, pada tahun 2015 sebesar 7.974 ha, sedangkan pada tahun 2016 sebesar 5.285 ha dan pada tahun 2017 sebesar 5.387 ha. Timbulnya endapan sedimen di pinggiran pantai akibat breakwater ini mengakibatkan terjadinya perubahan garis pantai di sekitar Pulau Pramuka.
由于磨损和减少,海岸线通常会随着时间的推移而改变位置。海岸线的变化受到许多因素的影响,其中一个原因是沿海建筑。这项研究的目的是观察一千群岛童子军岛上防波堤海岸建筑的变化。数据处理和分析方法是使用远程成像技术进行的。从2010年到2017年,在童子军海岸发现了沉淀物或akresi,这是由于防洪装置破裂造成的。2010年的沉积物总量为7,731 ha, 2015年为7,974 ha, 2016年为5,285 ha, 2017年为5,387 ha。这些防波堤造成的沿海沉积物的出现导致童子军岛周围的海岸线发生了变化。
{"title":"PERUBAHAN GARIS PANTAI AKIBAT ADANYA BREAKWATER DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, INDONESIA","authors":"Roberto Patar Pasaribu, Larasati Putri Hapsari, Anthon Anthonny Djari, Abdul Rahman, Anasri Tanjung, Fany Arsanti Kapitan","doi":"10.24319/jtpk.14.125-136","DOIUrl":"https://doi.org/10.24319/jtpk.14.125-136","url":null,"abstract":"Garis pantai pada umumnya mengalami perubahan posisi dari waktu ke waktu akibat adanya abrasi dan sedimentasi. Perubahan garis pantai dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya akibat adanya bangunan pantai. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perubahan garis pantai akibat adanya bangunan pantai breakwater di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Metode pengolahan dan analisis data dilakukan menggunakan teknologi penginderaan jauh. Dari hasil pengolahan dan analisis data citra satelit Landsat 7 dan 8 dari tahun 2010 sampai tahun 2017 terdapat endapan sedimen atau akresi di pantai Pulau Pramuka akibat adanya bangunan breakwater. Luas endapan sedimen yang terjadi pada tahun 2010 sebesar 7.731 ha, pada tahun 2015 sebesar 7.974 ha, sedangkan pada tahun 2016 sebesar 5.285 ha dan pada tahun 2017 sebesar 5.387 ha. Timbulnya endapan sedimen di pinggiran pantai akibat breakwater ini mengakibatkan terjadinya perubahan garis pantai di sekitar Pulau Pramuka.","PeriodicalId":32366,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan","volume":"95 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135696791","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Chlorella vulgaris merupakan salah satu mikroalga yang berpotensi digunakan sebagai bahan baku biodiesel. Selain itu juga digunakan sebagai food additive serta sumber pakan alami sehingga perlu dilakukan upaya kultur untuk memenuhi ketersediaan stok C. vulgaris. Kondisi lingkungan serta nutrien merupakan kondisi yang perlu diperhatikan. Salah satu sumber nutrien dapat diperoleh dari hasil fermentasi karagenan. Sedangkan kondisi lingkungan berkaitan dengan sistem kultur yang digunakan. Kultur skala semi massal digunakan untuk meningkatkan biomassa mikroalga. Penelitian tersebut menggunakan uji ANOVA dan uji jarak berganda Duncan dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan yaitu P1 (Kontrol): menggunakan pupuk campuran Urea 70 ppm, ZA 40 ppm, TSP 40 ppm, EDTA 5 ppm, FeCl3 1 ppm, dan NPK 5 ppm dengan takaran pemberian disamakan dengan dosis pupuk Walne yakni 1 mL/L, P2: menggunakan pupuk karagenan yang difermentasi dengan dosis 20 ppm, P3: menggunakan pupuk karagenan yang difermentasi dengan dosis 30 ppm, dan P4: menggunakan pupuk karagenan yang difermentasi dengan dosis 40 ppm. Hasil penelitian diperoleh bahwa penambahan pupuk karagenan yang difermentasi diperoleh dosis terbaik 20 ppm dengan hasil diameter sel 2,79 µm dan kandungan lipid 45,02%.
{"title":"PENGARUH PUPUK FERMENTASI KARAGENAN TERHADAP DIAMETER SEL DAN KANDUNGAN LIPID Chlorella vulgaris SKALA SEMI MASSAL","authors":"Alfin Tauhid, Luthfiana Aprilianita Sari, Gunanti Mahasri","doi":"10.24319/jtpk.14.149-156","DOIUrl":"https://doi.org/10.24319/jtpk.14.149-156","url":null,"abstract":"Chlorella vulgaris merupakan salah satu mikroalga yang berpotensi digunakan sebagai bahan baku biodiesel. Selain itu juga digunakan sebagai food additive serta sumber pakan alami sehingga perlu dilakukan upaya kultur untuk memenuhi ketersediaan stok C. vulgaris. Kondisi lingkungan serta nutrien merupakan kondisi yang perlu diperhatikan. Salah satu sumber nutrien dapat diperoleh dari hasil fermentasi karagenan. Sedangkan kondisi lingkungan berkaitan dengan sistem kultur yang digunakan. Kultur skala semi massal digunakan untuk meningkatkan biomassa mikroalga. Penelitian tersebut menggunakan uji ANOVA dan uji jarak berganda Duncan dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan yaitu P1 (Kontrol): menggunakan pupuk campuran Urea 70 ppm, ZA 40 ppm, TSP 40 ppm, EDTA 5 ppm, FeCl3 1 ppm, dan NPK 5 ppm dengan takaran pemberian disamakan dengan dosis pupuk Walne yakni 1 mL/L, P2: menggunakan pupuk karagenan yang difermentasi dengan dosis 20 ppm, P3: menggunakan pupuk karagenan yang difermentasi dengan dosis 30 ppm, dan P4: menggunakan pupuk karagenan yang difermentasi dengan dosis 40 ppm. Hasil penelitian diperoleh bahwa penambahan pupuk karagenan yang difermentasi diperoleh dosis terbaik 20 ppm dengan hasil diameter sel 2,79 µm dan kandungan lipid 45,02%.","PeriodicalId":32366,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan","volume":"37 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135697823","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}