Pub Date : 2022-06-30DOI: 10.26740/jptt.v13n2.p102-113
Rifka Fatchurrahmi, Siti Urbayatun
Abstract: Final year students enter the developmental age of young adults. Individuals who enter young adulthood will face various problems in completing studies and other problems. Individuals can experience a quarter-life crisis which is characterized by emotional responses such as feelings of panic, helplessness, instability, anxiety, depression and even depression. This can be influenced by various causes, one of which is emotional intelligence. The purpose of this study was to examine the role of emotional intelligence on the quarter life crisis in final year students. Data were obtained from a sample of 125 final year students using purposive and simple random techniques. The instruments used for data collection are the quarter life crisis scale and the emotional intelligence scale. Data were analyzed using simple linear regression method. The results of the study found that emotional intelligence played a significant role in the quarter life crisis in final year students. Aspects of emotional intelligence, are self-motivation, empathy and social skills play a role in the quarter-life crisis. Meanwhile, aspects of self-awareness and self-regulation do not play a role in the quarter life crisis. Abstrak: Mahasiswa tingkat akhir masuk dalam perkembangan usia dewasa muda. Individu yang memasuki usia dewasa muda akan menghadapi berbagai permasalahan dalam penyelesaian studi maupun masalah lainnya. Individu dapat mengalami quarter-life crisis yang ditandai dengan respon emosional seperti perasaan panik, tidak berdaya, tidak stabil, kecemasan, tertekan bahkan depresi. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai penyebab salah satunya kecerdasan emosi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji peran kecerdasan emosi terhadap quarter life crisis pada mahasiswa tingkat akhir. Data diperoleh dari sampel sebanyak 125 mahasiswa tingkat akhir menggunakan teknik purposive dan simple random. Instrumen yang digunakan untuk pengambilan data adalah skala quarter life crisis dan skala kecerdasan emosi. Data dianalisis menggunakan metode regresi linier sederhana. Hasil penelitian menemukan bahwa kecerdasan emosi berperan signifikan terhadap quarter life crisis pada mahasiswa tingkat akhir.
摘要:高三学生进入青壮年的发展年龄。进入青年期的个人在完成学业和其他问题上将面临各种各样的问题。个人可能会经历四分之一人生危机,其特征是情绪反应,如恐慌、无助、不稳定、焦虑、抑郁甚至抑郁。这可能受到各种原因的影响,其中之一就是情商。本研究旨在探讨情绪智力对高三学生四分之一人生危机的影响。数据是从125名最后一年级学生的样本中获得的,使用了有目的和简单的随机技术。数据收集使用的工具是四分之一生活危机量表和情绪智力量表。数据分析采用简单线性回归方法。研究结果发现,情商在大四学生的四分之一人生危机中发挥了重要作用。情商、自我激励、同理心和社交技巧等方面在四分之一人生危机中发挥了作用。同时,自我意识和自我调节方面在四分之一生命危机中没有发挥作用。摘要:Mahasiswa tingkat akhir masuk dalam perkembangan usia dewasa muda。个体阳木的生长发育、生长发育、生长发育、生长发育、生长发育、生长发育、生长发育、生长发育等方面的研究。个人对四分之一人生危机的反应,情绪分裂,情绪分裂,情绪分裂,情绪分裂,情绪分裂,情绪分裂,情绪分裂,情绪分裂。我想说的是,我的朋友们,我的朋友们,我的朋友们,我的朋友们。Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji peran kecerdasan emosi,即四分之一的生命危机padmahasiswa tingkat akhir。数据的双重特征是样本的有目的和简单随机。仪器yang digunakan untuk pengambilan数据adalah skala四分之一生命危机dan skala kederdasan情绪。数据分析蒙古纳坎方法回归线性序列分析。Hasil penelitian menemukan bahwa kecerdasan emosi是一种具有重大意义的人,可以解决四分之一的生命危机。
{"title":"Peran Kecerdasan Emosi terhadap Quarter Life Crisis pada Mahasiswa Tingkat Akhir","authors":"Rifka Fatchurrahmi, Siti Urbayatun","doi":"10.26740/jptt.v13n2.p102-113","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/jptt.v13n2.p102-113","url":null,"abstract":"Abstract: Final year students enter the developmental age of young adults. Individuals who enter young adulthood will face various problems in completing studies and other problems. Individuals can experience a quarter-life crisis which is characterized by emotional responses such as feelings of panic, helplessness, instability, anxiety, depression and even depression. This can be influenced by various causes, one of which is emotional intelligence. The purpose of this study was to examine the role of emotional intelligence on the quarter life crisis in final year students. Data were obtained from a sample of 125 final year students using purposive and simple random techniques. The instruments used for data collection are the quarter life crisis scale and the emotional intelligence scale. Data were analyzed using simple linear regression method. The results of the study found that emotional intelligence played a significant role in the quarter life crisis in final year students. Aspects of emotional intelligence, are self-motivation, empathy and social skills play a role in the quarter-life crisis. Meanwhile, aspects of self-awareness and self-regulation do not play a role in the quarter life crisis. \u0000Abstrak: Mahasiswa tingkat akhir masuk dalam perkembangan usia dewasa muda. Individu yang memasuki usia dewasa muda akan menghadapi berbagai permasalahan dalam penyelesaian studi maupun masalah lainnya. Individu dapat mengalami quarter-life crisis yang ditandai dengan respon emosional seperti perasaan panik, tidak berdaya, tidak stabil, kecemasan, tertekan bahkan depresi. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai penyebab salah satunya kecerdasan emosi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji peran kecerdasan emosi terhadap quarter life crisis pada mahasiswa tingkat akhir. Data diperoleh dari sampel sebanyak 125 mahasiswa tingkat akhir menggunakan teknik purposive dan simple random. Instrumen yang digunakan untuk pengambilan data adalah skala quarter life crisis dan skala kecerdasan emosi. Data dianalisis menggunakan metode regresi linier sederhana. Hasil penelitian menemukan bahwa kecerdasan emosi berperan signifikan terhadap quarter life crisis pada mahasiswa tingkat akhir.","PeriodicalId":32575,"journal":{"name":"Jurnal Psikologi Teori dan Terapan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48189125","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstract: The purpose of this study was to determine the relationship between perceptions of husband's empathy and social support with marital satisfaction. The research hypothesis that there is a relationship between perceptions of husband's empathy and social support with marital satisfaction. Respondents in this study were 200 wives who have dual roles and work as doctors and policewomen. The research used purposive sampling technique and to collect data were used scale of perception of husband's empathy, social support and marital satisfaction. Data analysis using pearson correlation. The results of the analysis showed that the perception of husband's empathy had a significant relationship with marital satisfaction (r=0.546; p=0.000), while social support also had a significant relationship with marital satisfaction (r=0.764; p = 0.000) Thus the hypothesis in this study is accepted. Abstrak: Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap empati suami dan dukungan sosial dengan kepuasan pernikahan. Hipotesis penelitian yaitu ada hubungan antara persepsi terhadap empati suami dan dukungan sosial dengan kepuasan pernikahan. Responden dalam penelitian ini berjumlah 200 orang istri yang berperan ganda serta berprofesi sebagai dokter dan polwan. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dan untuk mengumpulkan data menggunakan skala persepsi empati suami, dukungan sosial dan kepuasan pernikahan. Analisis data menggunakan korelasi pearson. Hasil analisis menunjukkan bahwa persepsi terhadap empati suami memiliki hubungan yang signifikan dengan kepuasan pernikahan (r=0.546; p = 0,000). Sementara dukungan sosial juga memiliki hubungan yang signifikan dengan kepuasan pernikahan (r=0.764; p = 0,000 ). Dengan demikian hipotesis pada penelitian ini diterima.
摘要:本研究旨在探讨丈夫共情知觉、社会支持知觉与婚姻满意度的关系。本研究假设丈夫共情知觉、社会支持知觉与婚姻满意度之间存在关系。该研究的调查对象是200名身兼医生和警察双重角色的妻子。本研究采用目的性抽样方法,采用丈夫共情感知量表、社会支持量表和婚姻满意度量表收集数据。使用pearson相关性进行数据分析。分析结果显示,丈夫共情感知与婚姻满意度有显著相关(r=0.546;P =0.000),社会支持对婚姻满意度也有显著影响(r=0.764;p = 0.000),因此本研究的假设被接受。摘要:土鹃penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap empati suami dan dukungan social dengan kepuasan pernikahan。人类进化是一种进化,人类进化是一种进化,人类进化是一种进化。2004年7月1日,中国政府宣布,将在全国范围内设立一个专门的政府机构。有目的的抽样研究了蒙古人的研究数据,蒙古人的研究数据,蒙古人的研究数据,蒙古人的研究数据。分析数据:menggunakan korelasi pearson。Hasil分析:menunjukkan bahwa persepsi terhahadap empatipatii suami memiliki hubungan yang显著(r=0.546;P = 0000)。Sementara dukungan social juga memoriliki hubungan yang显著性(r=0.764;P = 0000)。邓干德米克人的人格特征是二元性的。
{"title":"Persepsi Terhadap Empati Suami, Dukungan Sosial dan Kepuasan Pernikahan Pada Istri Dengan Peran Ganda","authors":"Amalia Juniarly, R. Rachmawati, Indra Prapto Nugroho, Syifa Syifa, Yulinda Nuranisyah","doi":"10.26740/jptt.v13n2.p144-154","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/jptt.v13n2.p144-154","url":null,"abstract":"Abstract: The purpose of this study was to determine the relationship between perceptions of husband's empathy and social support with marital satisfaction. The research hypothesis that there is a relationship between perceptions of husband's empathy and social support with marital satisfaction. Respondents in this study were 200 wives who have dual roles and work as doctors and policewomen. The research used purposive sampling technique and to collect data were used scale of perception of husband's empathy, social support and marital satisfaction. Data analysis using pearson correlation. The results of the analysis showed that the perception of husband's empathy had a significant relationship with marital satisfaction (r=0.546; p=0.000), while social support also had a significant relationship with marital satisfaction (r=0.764; p = 0.000) Thus the hypothesis in this study is accepted.\u0000Abstrak: Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap empati suami dan dukungan sosial dengan kepuasan pernikahan. Hipotesis penelitian yaitu ada hubungan antara persepsi terhadap empati suami dan dukungan sosial dengan kepuasan pernikahan. Responden dalam penelitian ini berjumlah 200 orang istri yang berperan ganda serta berprofesi sebagai dokter dan polwan. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dan untuk mengumpulkan data menggunakan skala persepsi empati suami, dukungan sosial dan kepuasan pernikahan. Analisis data menggunakan korelasi pearson. Hasil analisis menunjukkan bahwa persepsi terhadap empati suami memiliki hubungan yang signifikan dengan kepuasan pernikahan (r=0.546; p = 0,000). Sementara dukungan sosial juga memiliki hubungan yang signifikan dengan kepuasan pernikahan (r=0.764; p = 0,000 ). Dengan demikian hipotesis pada penelitian ini diterima.","PeriodicalId":32575,"journal":{"name":"Jurnal Psikologi Teori dan Terapan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45970529","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-30DOI: 10.26740/jptt.v13n2.p130-143
Ni Kadek Ayu Mas Yoca Hapsari Pariartha, Afifah Chusna Az Zahra, Chaty Trizka Anggini, Nur Eva
Abstract: Violence in dating relationships is a rife phenomenon in Indonesia. This violence is experienced by many women and has a negative impact on the psychological side. The purpose of this study was to examine the role of forgiveness and social support on psychological well-being in women survivors of violence in dating relationships, partially or simultaneously. The approach of this study is descriptive quantitative. The research participants were 143 women survivors of violence in dating relationships. The study instruments include the forgiveness scale, social support scale, and the psychological well-being scale which is the result of adaptation. The results showed that forgiveness and social support had a significant effect on psychological well-being either partially or simultaneously. The implication of this research is that women who have survived dating violence need to understand the importance of forgiveness and social support. If the problems experienced are too complicated and interfere daily activities, immediately consult to a psychologist or psychiatrist for further treatment. Abstrak: Kekerasan dalam hubungan pacaran menjadi fenomena yang marak terjadi di Indonesia. Kekerasan ini banyak dialami oleh perempuan dan berdampak buruk pada sisi psikologisnya. Tujuan dari penelitian ini untuk menguji peran forgiveness dan dukungan sosial terhadap kesejahteraan psikologis pada perempuan penyintas kekerasan dalam hubungan pacaran secara parsial maupun simultan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang berjenis deskriptif. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 143 perempuan penyintas kekerasan dalam hubungan pacaran. Instrumen penelitian diantaranya skala forgiveness, skala dukungan sosial, dan skala kesejahteraan psikologis yang merupakan hasil adaptasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa forgiveness dan dukungan sosial berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan psikologis baik secara parsial dan simultan dimana forgiveness memberikan kontribusi sebesar 17.6% dan dukungan sosial sebesar 49%. Secara simultan forgiveness dan dukungan sosial memberikan kontribusi sebesar 24.1% dan sisanya 75.9% dipengaruhi faktor lain. Hal tersebut berarti semakin tinggi forgiveness dan dukungan sosial yang dimiliki oleh penyintas kekerasan dalam pacaran maka akan semakin tinggi pula kesejahteraan psikologisnya.Implikasi penelitian ini adalah perempuan penyintas kekerasan dalam pacaran perlu memahami pentingnya forgiveness (pemaafan) dan dukungan sosial. Apabila permasalahan yang dialami terlalu complicated dan sampai mengganggu aktivitas, segera konsultasikan ke psikolog atau psikiater untuk penanganan lebih lanjut.
{"title":"The Role of Forgiveness and Social Support on Psychological Well Being Among Women in Dating Violence","authors":"Ni Kadek Ayu Mas Yoca Hapsari Pariartha, Afifah Chusna Az Zahra, Chaty Trizka Anggini, Nur Eva","doi":"10.26740/jptt.v13n2.p130-143","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/jptt.v13n2.p130-143","url":null,"abstract":"Abstract: Violence in dating relationships is a rife phenomenon in Indonesia. This violence is experienced by many women and has a negative impact on the psychological side. The purpose of this study was to examine the role of forgiveness and social support on psychological well-being in women survivors of violence in dating relationships, partially or simultaneously. The approach of this study is descriptive quantitative. The research participants were 143 women survivors of violence in dating relationships. The study instruments include the forgiveness scale, social support scale, and the psychological well-being scale which is the result of adaptation. The results showed that forgiveness and social support had a significant effect on psychological well-being either partially or simultaneously. The implication of this research is that women who have survived dating violence need to understand the importance of forgiveness and social support. If the problems experienced are too complicated and interfere daily activities, immediately consult to a psychologist or psychiatrist for further treatment.\u0000Abstrak: Kekerasan dalam hubungan pacaran menjadi fenomena yang marak terjadi di Indonesia. Kekerasan ini banyak dialami oleh perempuan dan berdampak buruk pada sisi psikologisnya. Tujuan dari penelitian ini untuk menguji peran forgiveness dan dukungan sosial terhadap kesejahteraan psikologis pada perempuan penyintas kekerasan dalam hubungan pacaran secara parsial maupun simultan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang berjenis deskriptif. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 143 perempuan penyintas kekerasan dalam hubungan pacaran. Instrumen penelitian diantaranya skala forgiveness, skala dukungan sosial, dan skala kesejahteraan psikologis yang merupakan hasil adaptasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa forgiveness dan dukungan sosial berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan psikologis baik secara parsial dan simultan dimana forgiveness memberikan kontribusi sebesar 17.6% dan dukungan sosial sebesar 49%. Secara simultan forgiveness dan dukungan sosial memberikan kontribusi sebesar 24.1% dan sisanya 75.9% dipengaruhi faktor lain. Hal tersebut berarti semakin tinggi forgiveness dan dukungan sosial yang dimiliki oleh penyintas kekerasan dalam pacaran maka akan semakin tinggi pula kesejahteraan psikologisnya.Implikasi penelitian ini adalah perempuan penyintas kekerasan dalam pacaran perlu memahami pentingnya forgiveness (pemaafan) dan dukungan sosial. Apabila permasalahan yang dialami terlalu complicated dan sampai mengganggu aktivitas, segera konsultasikan ke psikolog atau psikiater untuk penanganan lebih lanjut.","PeriodicalId":32575,"journal":{"name":"Jurnal Psikologi Teori dan Terapan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44244493","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-30DOI: 10.26740/jptt.v13n2.p171-179
Stefanni Fanni, Bachtiar Syaiful Bachri, M. Jannah
Abstract: This research has a background on the importance of early childhood education where psychologists view the age of 0-6 years as the Golden Age, namely the golden age that comes only once. In this phase all developments develop very rapidly, so all aspects must be developed. One important aspect of development is language in the scope of literacy skills. One of the interventions that can be given to improve literacy skills is through animated video media. This study aims to examine the effect of animated video media on the literacy skills of Kindergarten children in Group A. An experimental approach through the Nonequivalent Control Group Design was applied to this study. The experiment was carried out for 4 times. A total of 60 (28 boys and 32 girls) group A kindergarten children were involved in this study. Age range 4-5 years. Data were obtained through observation sheets of literacy skills before and after treatment with animated video media. The Mann Whitney test was used as a data analysis technique. The results showed that the statistic Z = -5,483 with a significant level of 0.000 < 5%. This shows that there is an effect of animated video media on the literacy abilities of group A kindergarten children. The decline in literacy skills occurs due to the less attractive media used for group A children. The provision of animated video media makes children more interested in learning literacy which can improve children's literacy skills. Animated video media can be used as an intervention for Kindergarten Group A children to improve literacy skills. Abstrak: Penelitian ini memiliki latar belakang pentingnya pendidikan anak usia dini dimana para ahli psikologi memandang pada usia 0-6 tahun merupakan masa Golden Age yakni masa keemasan yang datang hanya sekali. Pada fase ini semua perkembangan berkembang sangat pesat, sehingga semua aspek harus dikembangkan. Salah satu aspek perkembangan yang penting adalah bahasa dalam lingkup kemampuan keaksaraan. Salah satu intervensi yang dapat diberikan untuk meningkatkan kemampuan keaksaraan yaitu melalui media video animasi. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menguji pengaruh media video animasi terhadap kemampuan keaksaraan anak TK Kelompok A. Pendekatan eksperimen melalui Nonequivalent Control Group Design diterapkan pada penelitian ini. Eksperimen dilakukan selama 4 kali. Sejumlah 60 (28 laki-laki dan 32 perempuan) anak TK kelompok A terlibat dalam penelitian ini. Rentang usia 4-5 tahun. Data diperoleh melalui lembar observasi kemampuan keaksaraan saat sebelum dan sesudah perlakuan dengan media video animasi. Uji mann whitney test digunakan sebagi teknik analisis data. Hasil riset menunjukkan bahwa statistik Z = -5.483 dengan taraf signifikan sebesar 0.000 < 5%. Ini menunjukkan ada pengaruh media video animasi terhadap kemampuan keaksaraan anak TK Kelompok A. Penurunan kemampuan keaksaraan terjadi dikarenakan kurang menariknya media yang digunakan untuk anak kelompok A. Pemberian media video a
摘要:本研究的背景是儿童早期教育的重要性,心理学家认为0-6岁是“黄金时代”,即只有一次的黄金时代。在这个阶段,所有的发展都非常迅速,所以各个方面都必须得到发展。发展的一个重要方面是识字技能范围内的语言。提高读写能力的干预措施之一是通过动画视频媒体。本研究旨在探讨动画视频媒体对幼儿园a组儿童读写能力的影响。本研究采用非等效对照组设计的实验方法。实验共进行了4次。本研究共涉及A组幼儿园儿童60名(男28名,女32名)。年龄范围4-5岁。通过动画视频媒体治疗前后的读写能力观察表获得数据。曼-惠特尼检验被用作数据分析技术。结果表明,统计量Z = -5,483,显著水平为0.000 < 5%。由此可见,动画视频媒体对A组幼儿园幼儿的读写能力有一定的影响。识字能力的下降是由于A组儿童使用的媒体不那么有吸引力。动画视频媒体的提供使儿童对学习识字更感兴趣,从而提高儿童的识字能力。动画视频媒体可以作为幼儿园A组儿童提高读写能力的干预手段。摘要:Penelitian ini memoriliki latar belakang pentingnya pendidikan anak usia dini dimana para ahli psychology memandang padusia 0-6 tahun merupakan masa黄金时代yakni masa keemasan yang datang hanya sekali。当一个人在学校学习时,他会说:“我在学校学习,我在学校学习。”萨拉赫说:“我的祖国,我的祖国,我的祖国,我的祖国。萨拉赫在新闻发布会上说:“萨拉赫在新闻发布会上发表了讲话。”Penelitian ini memoriliki tujuan untuk menguji pengaruh媒体视频animasi terhadap kemampuan keaksaraan anak k Kelompok A. Pendekatan实验melalui非等效对照组设计diterapkan padpenelitian ini。Eksperimen dilakukan selama 4 kali。Sejumlah 60 (28 laki-laki dan 32 perempuan) anak TK kelompok A terlibat dalam penelitian ini。人堂usia 4-5 tahun。数据分析:数据分析、数据分析、数据分析、数据分析、数据分析、数据分析、数据分析和数据分析。Uji mann whitney test digunakan sebagi teknik分析数据。Hasil - visit menunjukkan bahwa统计Z = -5.483, dengan - taran显著,sebesar 0.000 < 5%。penununjukkan ada pengaruh媒体视频animasi terhadap kemampuan keaksaraan kaksaraan kaksaraan terjadi dikarenakan kurang menarknya媒体视频animasi lebih membubuk tertarik untuk belajar keaksaraan yang dapat meningkatkan kemampuan keaksaraan anak kaksaraan。媒体视频animasi dapat dijadikan salah satu intervensi untuk anak TK Kelompok untuk meingkatkan kemampuan keaksaraan。
{"title":"Pengaruh Media Video Animasi Terhadap Kemampuan Keaksaraan Anak TK Kelompok A","authors":"Stefanni Fanni, Bachtiar Syaiful Bachri, M. Jannah","doi":"10.26740/jptt.v13n2.p171-179","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/jptt.v13n2.p171-179","url":null,"abstract":"Abstract: This research has a background on the importance of early childhood education where psychologists view the age of 0-6 years as the Golden Age, namely the golden age that comes only once. In this phase all developments develop very rapidly, so all aspects must be developed. One important aspect of development is language in the scope of literacy skills. One of the interventions that can be given to improve literacy skills is through animated video media. This study aims to examine the effect of animated video media on the literacy skills of Kindergarten children in Group A. An experimental approach through the Nonequivalent Control Group Design was applied to this study. The experiment was carried out for 4 times. A total of 60 (28 boys and 32 girls) group A kindergarten children were involved in this study. Age range 4-5 years. Data were obtained through observation sheets of literacy skills before and after treatment with animated video media. The Mann Whitney test was used as a data analysis technique. The results showed that the statistic Z = -5,483 with a significant level of 0.000 < 5%. This shows that there is an effect of animated video media on the literacy abilities of group A kindergarten children. The decline in literacy skills occurs due to the less attractive media used for group A children. The provision of animated video media makes children more interested in learning literacy which can improve children's literacy skills. Animated video media can be used as an intervention for Kindergarten Group A children to improve literacy skills.\u0000Abstrak: Penelitian ini memiliki latar belakang pentingnya pendidikan anak usia dini dimana para ahli psikologi memandang pada usia 0-6 tahun merupakan masa Golden Age yakni masa keemasan yang datang hanya sekali. Pada fase ini semua perkembangan berkembang sangat pesat, sehingga semua aspek harus dikembangkan. Salah satu aspek perkembangan yang penting adalah bahasa dalam lingkup kemampuan keaksaraan. Salah satu intervensi yang dapat diberikan untuk meningkatkan kemampuan keaksaraan yaitu melalui media video animasi. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menguji pengaruh media video animasi terhadap kemampuan keaksaraan anak TK Kelompok A. Pendekatan eksperimen melalui Nonequivalent Control Group Design diterapkan pada penelitian ini. Eksperimen dilakukan selama 4 kali. Sejumlah 60 (28 laki-laki dan 32 perempuan) anak TK kelompok A terlibat dalam penelitian ini. Rentang usia 4-5 tahun. Data diperoleh melalui lembar observasi kemampuan keaksaraan saat sebelum dan sesudah perlakuan dengan media video animasi. Uji mann whitney test digunakan sebagi teknik analisis data. Hasil riset menunjukkan bahwa statistik Z = -5.483 dengan taraf signifikan sebesar 0.000 < 5%. Ini menunjukkan ada pengaruh media video animasi terhadap kemampuan keaksaraan anak TK Kelompok A. Penurunan kemampuan keaksaraan terjadi dikarenakan kurang menariknya media yang digunakan untuk anak kelompok A. Pemberian media video a","PeriodicalId":32575,"journal":{"name":"Jurnal Psikologi Teori dan Terapan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43891816","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-30DOI: 10.26740/jptt.v13n2.p180-194
Diah Sofiah, M.Hum Hartono, F. Sinambela
Abstract: Currently, many lecturer positions have been filled by millennials, even in 2025, the number of millennial workers will reach 75%, which means three out of four workers are millennials (Brant, 2019). Previous studies have shown that there are differences in the work values of the millennial and previous generations. This difference in work values will make millennial workers likely to avoid organizational citizenship behavior (OCB), even though OCB is a significant indicator of organizational performance (Podsakoff and Mackenzie, 1997). This study aims to examine the effect of transformational leadership on OCB through work engagement on millennial lecturers. This research is a quantitative research, involving 126 millennial lecturers in Indonesia as research subjects. Data collection was carried out with the help of an electronic device and used the OCB scale, Utrecht Work Engagement Scale (UWES) and the transformational leadership scale. The results of this study indicate that work engagement significantly mediates the effect of transformational leadership on millennial lecturers' OCB. Leadership does not have a direct influence on OCB, but transformational leadership can influence OCB through work engagement. Abstrak: Saat ini posisi dosen sudah banyak yang diisi oleh milenial, bahkan pada tahun 2025, jumlah pekerja milenial akan mencapai 75%, yang berarti tiga dari empat pekerja adalah milenial (Brant, 2019). Studi terdahulu menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai-nilai kerja generasi milenial dan generasi sebelumnya. Perbedaan nilai kerja ini, akan membuat pekerja milenial mungkin akan menghindar dari organizational citizenship behavior (OCB), padahal OCB adalah indikator signifikan kinerja organisasi (Podsakoff dan Mackenzie, 1997). Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh kepemimpinan transformasional pada OCB melalui work engagement pada dosen milenial. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, melibatkan 126 dosen milenial di Indonesia sebagai subjek penelitian. Pengambilan data dilakukan dengan bantuan alat elektronik dan menggunakan skala OCB, Utrecht Work Engagement Scale (UWES) dan skala kepemimpinan transformasional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa work engagement memediasi secara signifikan pengaruh kepemimpinan transformasional pada OCB dosen milenial. Kepemimpinan tidak memiliki pengaruh langsung pada OCB, namun kepemimpinan transformasional dapat mempengaruhi OCB melalui work engagement.
摘要:目前,许多讲师职位都是由千禧一代填补的,即使在2025年,千禧一代的人数将达到75%,这意味着四分之三的工人是千禧一代(Brant, 2019)。之前的研究表明,千禧一代和前几代人的工作价值观存在差异。这种工作价值观的差异将使千禧一代员工有可能避免组织公民行为(OCB),尽管OCB是组织绩效的一个重要指标(Podsakoff和Mackenzie, 1997)。本研究旨在探讨变革型领导通过对千禧一代讲师的工作投入对组织公民行为的影响。本研究为定量研究,选取印尼126位千禧讲师作为研究对象。数据收集是在电子设备的帮助下进行的,使用了OCB量表、乌得勒支工作投入量表(UWES)和变革型领导量表。本研究结果表明,工作投入显著中介变革型领导对千禧一代讲师组织行为的影响。领导对组织公民行为没有直接影响,但变革型领导可以通过工作投入影响组织公民行为。摘要:Saat ini posisi dosen sudah banyak yang diisi oleh millennial, bakan pada tahun 2025, jumlah pekerja millennial akan menapai 75%, yang berarti tiga dari empat pekerja adalah millennial (Brant, 2019)。研究terdahulu menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai-nilai kerja generasi millenial dan generasi sebelumnya。组织公民行为(OCB),组织公民行为指标显著性研究(Podsakoff dan Mackenzie, 1997)。Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh保持转型模式,OCB模式,工作投入模式,千年。Penelitian ini merupakan Penelitian kuantitatif, melibatkan 126个千年印度尼西亚sebagai subject Penelitian。Pengambilan data dilakukan dengan bantuan alat eleconik danmenggunakan skala OCB, Utrecht Work Engagement Scale (UWES) danskala keman transformation。工作敬业度是一种具有重要意义的工作敬业度媒介,是一种具有变革意义的工作敬业度媒介。保持良好的工作敬业度,保持良好的工作敬业度,保持良好的工作敬业度。
{"title":"Peran Work Engagement Pada Hubungan Kepemimpinan Transformasional Dengan Organizational Citizenship Behavior Dosen Milenial","authors":"Diah Sofiah, M.Hum Hartono, F. Sinambela","doi":"10.26740/jptt.v13n2.p180-194","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/jptt.v13n2.p180-194","url":null,"abstract":"Abstract: Currently, many lecturer positions have been filled by millennials, even in 2025, the number of millennial workers will reach 75%, which means three out of four workers are millennials (Brant, 2019). Previous studies have shown that there are differences in the work values of the millennial and previous generations. This difference in work values will make millennial workers likely to avoid organizational citizenship behavior (OCB), even though OCB is a significant indicator of organizational performance (Podsakoff and Mackenzie, 1997). This study aims to examine the effect of transformational leadership on OCB through work engagement on millennial lecturers. This research is a quantitative research, involving 126 millennial lecturers in Indonesia as research subjects. Data collection was carried out with the help of an electronic device and used the OCB scale, Utrecht Work Engagement Scale (UWES) and the transformational leadership scale. The results of this study indicate that work engagement significantly mediates the effect of transformational leadership on millennial lecturers' OCB. Leadership does not have a direct influence on OCB, but transformational leadership can influence OCB through work engagement.\u0000Abstrak: Saat ini posisi dosen sudah banyak yang diisi oleh milenial, bahkan pada tahun 2025, jumlah pekerja milenial akan mencapai 75%, yang berarti tiga dari empat pekerja adalah milenial (Brant, 2019). Studi terdahulu menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai-nilai kerja generasi milenial dan generasi sebelumnya. Perbedaan nilai kerja ini, akan membuat pekerja milenial mungkin akan menghindar dari organizational citizenship behavior (OCB), padahal OCB adalah indikator signifikan kinerja organisasi (Podsakoff dan Mackenzie, 1997). Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh kepemimpinan transformasional pada OCB melalui work engagement pada dosen milenial. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, melibatkan 126 dosen milenial di Indonesia sebagai subjek penelitian. Pengambilan data dilakukan dengan bantuan alat elektronik dan menggunakan skala OCB, Utrecht Work Engagement Scale (UWES) dan skala kepemimpinan transformasional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa work engagement memediasi secara signifikan pengaruh kepemimpinan transformasional pada OCB dosen milenial. Kepemimpinan tidak memiliki pengaruh langsung pada OCB, namun kepemimpinan transformasional dapat mempengaruhi OCB melalui work engagement.","PeriodicalId":32575,"journal":{"name":"Jurnal Psikologi Teori dan Terapan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45533078","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-30DOI: 10.26740/jptt.v13n2.p214-225
Ezra Redo Jawentinus, R. Rostiana
Abstract: The aim of this study is to measure the effect of gratitude on Organizational Citizenship Behavioral (OCB) by considering organizational support (POS) and Perceptions of Working from Home (WFH) as moderators. Subjects in the study were 122 employees of B Group using non-probability sampling with convenience sampling technique. This study used a non-experimental quantitative design with a correlational approach. The research model was tested using the SPSS, and LISRELL programs. Testing is supported by several measuring tools, including the Organizational Citizenship Behavior Scale (Podsakoff & MacKenzie, 1990), Gratitude at Work Scale (Cain, 2018), The Survey of Perceived Organizational Support (Eisenberger, 1997) and the Perception questionnaire developed independently. As a result, the study found that Gratitude contributed (R2 = 24,9%) to OCB. Furthermore, POS significantly moderated the relationship between gratitude and OCB. The contribution from gratitude to OCB increased when employees felt higer support (POS). However, the role of WFH’ perception did not proven to be a moderator between gratitude and OCB. Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengetahui peran bersyukur terhadap perilaku kewargaan organisasional (PKO) dengan mempertimbangkan dukungan organisasi (POS) dan persepsi bekerja dari rumah (WFH) sebagai moderator. Subjek penelitian ini adalah 122 karyawan/i B Group dengan menggunakan metode non-probability sampling dengan teknik convenience sampling. Penelitian menggunakan design kuantitatif non-eksperimental dengan pendekatan korelasional. Pengujian model penelitian dilakukan dengan bantuan program SPSS dan LISREL. Pengujian didukung oleh beberapa alat ukur antara lain Organizational Citizenship Behavior Scale, Gratitude at Work Scale, The Survey of Perceived Organizational Support dan skala Persepsi terhadap WFH yang dikembangkan secara mandiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bersyukur berkontribusi (R2= 24,9%) terhadap PKO. Selanjutnya, POS terbukti menjadi moderator antara bersyukur dengan PKO, dalam hal ini terbukti peran bersyukur terhadap PKO semakin meningkat ketika karyawan/i merasakan dukungan (POS) yang tinggi. Sementara persepsi terhadap WFH tidak terbukti perannya sebagai moderator antara bersyukur dengan PKO.
{"title":"Pengaruh Bersyukur Terhadap Perilaku Kewargaan Organisasional Karyawan di Masa Masa Pandemi Covid-19","authors":"Ezra Redo Jawentinus, R. Rostiana","doi":"10.26740/jptt.v13n2.p214-225","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/jptt.v13n2.p214-225","url":null,"abstract":"Abstract: The aim of this study is to measure the effect of gratitude on Organizational Citizenship Behavioral (OCB) by considering organizational support (POS) and Perceptions of Working from Home (WFH) as moderators. Subjects in the study were 122 employees of B Group using non-probability sampling with convenience sampling technique. This study used a non-experimental quantitative design with a correlational approach. The research model was tested using the SPSS, and LISRELL programs. Testing is supported by several measuring tools, including the Organizational Citizenship Behavior Scale (Podsakoff & MacKenzie, 1990), Gratitude at Work Scale (Cain, 2018), The Survey of Perceived Organizational Support (Eisenberger, 1997) and the Perception questionnaire developed independently. As a result, the study found that Gratitude contributed (R2 = 24,9%) to OCB. Furthermore, POS significantly moderated the relationship between gratitude and OCB. The contribution from gratitude to OCB increased when employees felt higer support (POS). However, the role of WFH’ perception did not proven to be a moderator between gratitude and OCB.\u0000Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengetahui peran bersyukur terhadap perilaku kewargaan organisasional (PKO) dengan mempertimbangkan dukungan organisasi (POS) dan persepsi bekerja dari rumah (WFH) sebagai moderator. Subjek penelitian ini adalah 122 karyawan/i B Group dengan menggunakan metode non-probability sampling dengan teknik convenience sampling. Penelitian menggunakan design kuantitatif non-eksperimental dengan pendekatan korelasional. Pengujian model penelitian dilakukan dengan bantuan program SPSS dan LISREL. Pengujian didukung oleh beberapa alat ukur antara lain Organizational Citizenship Behavior Scale, Gratitude at Work Scale, The Survey of Perceived Organizational Support dan skala Persepsi terhadap WFH yang dikembangkan secara mandiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bersyukur berkontribusi (R2= 24,9%) terhadap PKO. Selanjutnya, POS terbukti menjadi moderator antara bersyukur dengan PKO, dalam hal ini terbukti peran bersyukur terhadap PKO semakin meningkat ketika karyawan/i merasakan dukungan (POS) yang tinggi. Sementara persepsi terhadap WFH tidak terbukti perannya sebagai moderator antara bersyukur dengan PKO.","PeriodicalId":32575,"journal":{"name":"Jurnal Psikologi Teori dan Terapan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48266282","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-02-28DOI: 10.26740/jptt.v13n1.p39-50
Abdul Hafidz, Suryanto Suryanto, Anung Priambodo
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan mendeskripsikan problematik psikososial pemilihan cabang olahraga Petanque di kalangan atlet. Problematik psikologis ini diduga muncul, karena di saat cabang olahraga petanque banyak memperoleh prestasi baik ditingkat regional maupun nasional, terdapat ketidakpastian mengenai status atlet di lembaga x. Ketidakpastian tersebut menyebabkan turunya performa atlit di lapangan. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Sumber data diambil melalui wawancara semiterstruktur dan dokumentasi terhadap atlet petanque. Analisis data menggunakan langkah-langkah display data, reduksi data dan menarik kesimpulan. Didapatkan kesimpulan bahwa berbagai permasalahan yang terjadi pada atlet petanque mengakibatkan problematika psikososial pada diri atlet. Sehingga dapat mempengaruhi kondisi psikologi maupun sosial atlet cabang olahraga petanque. Diperoleh beberapa problematika psikososial yang dialami atlet cabang olahraga petanque dalam beberapa aspek, yaitu Motivasi, Kecemasan karir, Konsep diri atlit, Dukungan sosial dan Masa Depan Cabang Olahraga Petanque.
{"title":"PROBLEMATIK PSIKOSOSIAL PADA ATLET CABANG OLAHRAGA PETANQUE","authors":"Abdul Hafidz, Suryanto Suryanto, Anung Priambodo","doi":"10.26740/jptt.v13n1.p39-50","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/jptt.v13n1.p39-50","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan mendeskripsikan problematik psikososial pemilihan cabang olahraga Petanque di kalangan atlet. Problematik psikologis ini diduga muncul, karena di saat cabang olahraga petanque banyak memperoleh prestasi baik ditingkat regional maupun nasional, terdapat ketidakpastian mengenai status atlet di lembaga x. Ketidakpastian tersebut menyebabkan turunya performa atlit di lapangan. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Sumber data diambil melalui wawancara semiterstruktur dan dokumentasi terhadap atlet petanque. Analisis data menggunakan langkah-langkah display data, reduksi data dan menarik kesimpulan. Didapatkan kesimpulan bahwa berbagai permasalahan yang terjadi pada atlet petanque mengakibatkan problematika psikososial pada diri atlet. Sehingga dapat mempengaruhi kondisi psikologi maupun sosial atlet cabang olahraga petanque. Diperoleh beberapa problematika psikososial yang dialami atlet cabang olahraga petanque dalam beberapa aspek, yaitu Motivasi, Kecemasan karir, Konsep diri atlit, Dukungan sosial dan Masa Depan Cabang Olahraga Petanque.","PeriodicalId":32575,"journal":{"name":"Jurnal Psikologi Teori dan Terapan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-02-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47238163","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-02-28DOI: 10.26740/jptt.v13n1.p71-81
Zuraidah Faradiana, Al Mubarok
ABSTRAKMasalah yang timbul pada masa dewasa awal salah satunya berawal dari ketika mulai membina hubungan lawan jenis. Selalu ada masalah yang berkaitan dengan hal tersebut salah satunya disebabkan oleh kondisi psikologis yang dimilikinya. Kondisi psikologis yang di maksud dapat berkaitan dengan perasaan, mental, serta pola pikir yang dimiliki individu tersebut. Ketika individu selalu berpikir positif, maka yang akan terwujud adalah sesuatu yang positif. Begitupun sebaliknya, ketika individu selalu memiliki pikiran negatif, maka yang didapatkanpun berupa sesuatu yang negatif seperti munculnya rasa cemas. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara pola pikir negatif dengan kecemasan dalam membina hubungan lawan jenis pada dewasa awal. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan jenis korelasi (correlational research). sampel dalam penelitian ini berjumlah 102 responden yang dipilih dengan menggunakan teknik snowball sampling. Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner yang terdiri dari skala kecemasan dalam membina hubungan lawan jenis dan skala pola pikir negatif. Analisis data yang digunakan merupakan analisis korelasi product moment dengan dibantu software SPSS for windows versi 23. Hasil penelitian menunjukkan nilai sig. < 0,05 dan nilai pearson correlation sebesar 0,354. Hal itu menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara pola pikir negatif dengan kecemasan dalam membina hubungan lawan jenis. Maka dapat disimpulkan jika individu memiliki pola pikir negatif yang tinggi, maka individu tersebut memiliki kecenderungan kecemasan yang tinggi juga. Begitupun sebaliknya, ketika individu memiliki pola pikir negatif yang rendah, maka kecemasan yang dimiliki individu tersebut juga rendah.Kata kunci: pola pikir negatif, kecemasan, dewasa
{"title":"Hubungan antara Pola Pikir Negatif dengan Kecemasan dalam Membina Hubungan Lawan Jenis pada Dewasa Awal","authors":"Zuraidah Faradiana, Al Mubarok","doi":"10.26740/jptt.v13n1.p71-81","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/jptt.v13n1.p71-81","url":null,"abstract":"ABSTRAKMasalah yang timbul pada masa dewasa awal salah satunya berawal dari ketika mulai membina hubungan lawan jenis. Selalu ada masalah yang berkaitan dengan hal tersebut salah satunya disebabkan oleh kondisi psikologis yang dimilikinya. Kondisi psikologis yang di maksud dapat berkaitan dengan perasaan, mental, serta pola pikir yang dimiliki individu tersebut. Ketika individu selalu berpikir positif, maka yang akan terwujud adalah sesuatu yang positif. Begitupun sebaliknya, ketika individu selalu memiliki pikiran negatif, maka yang didapatkanpun berupa sesuatu yang negatif seperti munculnya rasa cemas. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara pola pikir negatif dengan kecemasan dalam membina hubungan lawan jenis pada dewasa awal. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan jenis korelasi (correlational research). sampel dalam penelitian ini berjumlah 102 responden yang dipilih dengan menggunakan teknik snowball sampling. Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner yang terdiri dari skala kecemasan dalam membina hubungan lawan jenis dan skala pola pikir negatif. Analisis data yang digunakan merupakan analisis korelasi product moment dengan dibantu software SPSS for windows versi 23. Hasil penelitian menunjukkan nilai sig. < 0,05 dan nilai pearson correlation sebesar 0,354. Hal itu menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara pola pikir negatif dengan kecemasan dalam membina hubungan lawan jenis. Maka dapat disimpulkan jika individu memiliki pola pikir negatif yang tinggi, maka individu tersebut memiliki kecenderungan kecemasan yang tinggi juga. Begitupun sebaliknya, ketika individu memiliki pola pikir negatif yang rendah, maka kecemasan yang dimiliki individu tersebut juga rendah.Kata kunci: pola pikir negatif, kecemasan, dewasa","PeriodicalId":32575,"journal":{"name":"Jurnal Psikologi Teori dan Terapan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-02-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46058558","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-02-28DOI: 10.26740/jptt.v13n1.p14-26
Olievia Prabandini Mulyana, Umi Anugerah Izzati, Ni Wayan Sukmawati Puspitadew, Meita Santi Budiani
Abstract: Nowadays, working conditions has forced employees to be able to complete work flexibly, which makes employees have to work more so that it can have an impact on the imbalance between their personal and work lives. Aims of this study is to determine the relationship between organizational climate variabel with work life balance variabel in employees. This research method is quantitative with correlational design. The sample of this study were 81 employees using convenience sampling technique. Data collection using a work life balance scale and the organizational climate scale. The data analysis technique used product moment correlational test. The results of this study indicate that there is a significant relationship between organizational climate with work life balance in employees. Keywords: Work life balance, Organizational climate, Employees Abstrak: Kondisi kerja saat ini membuat karyawan dituntut untuk mampu menyelesaikan pekerjaan secara fleksibel dimana hal ini membuat karyawan harus bekerja lebih sehingga dapat memberikan dampak ketidakseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaannya. Tujuan dari penelitian ini ialah mengetahui hubungan antara variabel iklim organisasi dengan variabel work life balance pada karyawan. Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain korelasional. Sampel pada penelitian ini sebanyak 81 karyawan dengan menggunakan teknik convenience sampling. Pengumpulan data menggunakan skala work life balance dan skala iklim organisasi. Teknik analisis data menggunakan uji korelasi product moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara iklim organisasi dengan work life balance pada karyawan. Kata kunci: Work life balance, Iklim Organisasi, Karyawan
{"title":"Hubungan antara Iklim Organisasi dengan Work Life Balance pada Karyawan","authors":"Olievia Prabandini Mulyana, Umi Anugerah Izzati, Ni Wayan Sukmawati Puspitadew, Meita Santi Budiani","doi":"10.26740/jptt.v13n1.p14-26","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/jptt.v13n1.p14-26","url":null,"abstract":"Abstract: Nowadays, working conditions has forced employees to be able to complete work flexibly, which makes employees have to work more so that it can have an impact on the imbalance between their personal and work lives. Aims of this study is to determine the relationship between organizational climate variabel with work life balance variabel in employees. This research method is quantitative with correlational design. The sample of this study were 81 employees using convenience sampling technique. Data collection using a work life balance scale and the organizational climate scale. The data analysis technique used product moment correlational test. The results of this study indicate that there is a significant relationship between organizational climate with work life balance in employees. \u0000Keywords: Work life balance, Organizational climate, Employees \u0000Abstrak: Kondisi kerja saat ini membuat karyawan dituntut untuk mampu menyelesaikan pekerjaan secara fleksibel dimana hal ini membuat karyawan harus bekerja lebih sehingga dapat memberikan dampak ketidakseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaannya. Tujuan dari penelitian ini ialah mengetahui hubungan antara variabel iklim organisasi dengan variabel work life balance pada karyawan. Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain korelasional. Sampel pada penelitian ini sebanyak 81 karyawan dengan menggunakan teknik convenience sampling. Pengumpulan data menggunakan skala work life balance dan skala iklim organisasi. Teknik analisis data menggunakan uji korelasi product moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara iklim organisasi dengan work life balance pada karyawan. \u0000Kata kunci: Work life balance, Iklim Organisasi, Karyawan","PeriodicalId":32575,"journal":{"name":"Jurnal Psikologi Teori dan Terapan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-02-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47365946","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-02-28DOI: 10.26740/jptt.v13n1.p94-105
M. Jannah, Diana Rahmasari, Damajanti Kusuma Dewi, Umi Anugerah Izzati
Abstract: This research has a background on the importance of mental aspects as a supporter of performance achievement in shooting student athletes. One of the influential mental aspects was cognitive anxiety needed reduced by mental training. Autogenic relaxation can be applied to reduce cognitive anxiety. The aim of this research was to knowing the effect of autogenic relaxation training on reducing cognitive anxiety among shooting student athletes. An experimental approach with pretest-posttest control group design was used for 6 times in this ressearch. A total of 12 (6 male, 6 female) shooting student athletes were involved in this study. Age range 19-23 years old. Data obtained through cognitive anxiety scale. Independent t test was used as a data analysis technique. The results of the research show that the t value is -8.374 with p < 0.001. This shows that autogenic relaxation training effective to reduce shooting student athlete’s cognitive anxiety. The decrease of cognitive anxiety occurred partly due to the athlete's acceptance of the importance of mental training. In addition, autogenic relaxation mechanisms lead to specific responses against cognitive anxiety symptoms. Relaxation is characterized by physiological adjustments that are caused without any tension in the mind and body. As a result, anxiety is distracted so that it decreases. Autogenic relaxation can be used as an intervention for shooting student athletes to reduce their cognitive anxiety. Key words: Autogenic relaxation, anxiety, shooting, athlete, mental training. Abstrak: Penelitian ini memiliki latar belakang pentingnya aspek mental sebagai pendukung pencapaian performa pada atlet mahasiswa cabang olahraga menembak. Salah satu aspek mental yang berpengaruh adalah kecemasan kognitif. Salah satu intervensi yang dapat dilakukan untuk menurunkan kecemasan kognitif yaitu melalui latihan relaksasi otogenik. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui dampak latihan relaksasi otogenik terhadap penurunan kecemasan kognitif pada atlet mahasiswa cabang olahraga menembak. Pendekatan eksperimen melalui desain pretest-posttest control group diterapkan pada penelitian ini. Eksperimen dilakukan selama 6 kali. Sejumlah 12 orang (6 laki-laki, 6 perempuan) atlet mahasiswa cabang olahraga menembak terlibat dalam penelitian ini. Rentang usia 19 – 23 tahun. Data diperoleh melalui skala kecemasan kognitif saat sebelum dan sesudah perlakuan relaksasi otogenik. Uji t independent digunakan sebagai teknik analisis data. Hasil riset menunjukkan bahwa nilai t sebesar -8,374 dengan p < 0,001. Ini menunjukkan bahwa latihan relaksasi otogenik berdampak pada penurunan kecemasan kognitif pada atlet mahaasiswa cabang olahraga menembak. Penurunan kecemasan kognitif terjadi antara lain disebabkan oleh adanya hasil fase edukasi akan pentingnya latihan mental bagi atlet mahasiswa cabang olahraga menembak. Selain itu, mekanisme relaksasi otogenik mengarah pada respon spesifik melawan gejala ke
摘要:本研究旨在探讨心理因素对射击学生运动员成绩成就的影响。其中一个有影响的心理方面是认知焦虑需要通过心理训练来减少。自体放松可以用来减少认知焦虑。本研究的目的是了解自体放松训练对降低射击学生运动员认知焦虑的影响。本研究采用前测后测对照组设计的实验方法,共6次。本研究共涉及12名射击学生运动员(男6名,女6名)。年龄范围19-23岁。数据通过认知焦虑量表获得。采用独立t检验作为数据分析技术。研究结果表明,t值为-8.374,p < 0.001。说明自体放松训练能有效降低射击学生运动员的认知焦虑。认知焦虑的减少部分是由于运动员接受了心理训练的重要性。此外,自体放松机制导致针对认知焦虑症状的特定反应。放松的特点是在身心没有任何紧张的情况下进行的生理调整。因此,焦虑被分散,从而减少。自体放松可作为射击学生运动员认知焦虑的干预手段。关键词:自体放松,焦虑,射击,运动员,心理训练摘要:Penelitian ini memoriliki latar belakang pentingnya aspemental sebagai pendukung penapaian performada atlet mahasiswa cabang olahraga menembak。萨拉赫在讲话中谈到了精神方面的问题。Salah satu干预yang dapat dilakukan untuk menurunkan kecemasan kogniif yitu melalui latian relakasi otogenik。Penelitian ini memoriliki tujuan untuk mengetahui dampak latian relakasi, otogenik terhahaka penununk mengetahui danpak latian relakasi, otogenik terhaka penutuk, kecemasan kognitiv pada atlet mahasiswa cabang olahraga menmenbak。实验前、后测对照组均为实验前、后测对照组。Eksperimen dilakukan selama 6 kali。Sejumlah 12 orang (6 laki-laki, 6 perempuan) atlet mahasiswa cabang olahraga menembak terlibat dalam penelitian ini。人堂usia 19 - 23号。数据双元化,数据双元化,数据双元化,数据双元化,数据双元化,数据双元化。Uji独立的digunakan sebagai技术分析数据。Hasil访问menunjukkan bahwa nilai = 8,374, p < 0,001。我的名字叫“我的名字”,我的名字叫“我的名字”,我的名字叫“我的名字”,我的名字叫“我的名字”。Penurunan kecemasan kognitif terjadi antara(印尼)是一种不健康的生活方式,是一种不健康的生活方式。Selain - itu, mekanisrelakiski - mengarah - pada, melawan - gejala - kecemasan - kognitif。Relaksasi ditandai penyesuan fisologii danpikiran。Dampaknya kecemasan kognitif terurai sseingga terjadi penurunan。在此之前,我曾说过,如果你有机会,我将会有更多的机会,我将有更多的机会,我将会有更多的机会。Kata kunci: Relaksasi otogenik, kecemasan kognitif, menembak, atlet mahasiswa, latihan mental。
{"title":"Dampak Latihan Relaksasi Otogenik Terhadap Kecemasan Kognitif Atlet Mahasiswa Cabang Olahraga Menembak","authors":"M. Jannah, Diana Rahmasari, Damajanti Kusuma Dewi, Umi Anugerah Izzati","doi":"10.26740/jptt.v13n1.p94-105","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/jptt.v13n1.p94-105","url":null,"abstract":"Abstract: This research has a background on the importance of mental aspects as a supporter of performance achievement in shooting student athletes. One of the influential mental aspects was cognitive anxiety needed reduced by mental training. Autogenic relaxation can be applied to reduce cognitive anxiety. The aim of this research was to knowing the effect of autogenic relaxation training on reducing cognitive anxiety among shooting student athletes. An experimental approach with pretest-posttest control group design was used for 6 times in this ressearch. A total of 12 (6 male, 6 female) shooting student athletes were involved in this study. Age range 19-23 years old. Data obtained through cognitive anxiety scale. Independent t test was used as a data analysis technique. The results of the research show that the t value is -8.374 with p < 0.001. This shows that autogenic relaxation training effective to reduce shooting student athlete’s cognitive anxiety. The decrease of cognitive anxiety occurred partly due to the athlete's acceptance of the importance of mental training. In addition, autogenic relaxation mechanisms lead to specific responses against cognitive anxiety symptoms. Relaxation is characterized by physiological adjustments that are caused without any tension in the mind and body. As a result, anxiety is distracted so that it decreases. Autogenic relaxation can be used as an intervention for shooting student athletes to reduce their cognitive anxiety. \u0000Key words: Autogenic relaxation, anxiety, shooting, athlete, mental training.\u0000Abstrak: Penelitian ini memiliki latar belakang pentingnya aspek mental sebagai pendukung pencapaian performa pada atlet mahasiswa cabang olahraga menembak. Salah satu aspek mental yang berpengaruh adalah kecemasan kognitif. Salah satu intervensi yang dapat dilakukan untuk menurunkan kecemasan kognitif yaitu melalui latihan relaksasi otogenik. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui dampak latihan relaksasi otogenik terhadap penurunan kecemasan kognitif pada atlet mahasiswa cabang olahraga menembak. Pendekatan eksperimen melalui desain pretest-posttest control group diterapkan pada penelitian ini. Eksperimen dilakukan selama 6 kali. Sejumlah 12 orang (6 laki-laki, 6 perempuan) atlet mahasiswa cabang olahraga menembak terlibat dalam penelitian ini. Rentang usia 19 – 23 tahun. Data diperoleh melalui skala kecemasan kognitif saat sebelum dan sesudah perlakuan relaksasi otogenik. Uji t independent digunakan sebagai teknik analisis data. Hasil riset menunjukkan bahwa nilai t sebesar -8,374 dengan p < 0,001. Ini menunjukkan bahwa latihan relaksasi otogenik berdampak pada penurunan kecemasan kognitif pada atlet mahaasiswa cabang olahraga menembak. Penurunan kecemasan kognitif terjadi antara lain disebabkan oleh adanya hasil fase edukasi akan pentingnya latihan mental bagi atlet mahasiswa cabang olahraga menembak. Selain itu, mekanisme relaksasi otogenik mengarah pada respon spesifik melawan gejala ke","PeriodicalId":32575,"journal":{"name":"Jurnal Psikologi Teori dan Terapan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-02-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45674297","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}