Pub Date : 2022-02-28DOI: 10.26740/jptt.v13n1.p82-93
Paulus Eddy Suhartanto
Authentic leadership research related to antecedents and consequences is still limited, especially with regard to antecedents and consequences. Several studies show that the role of psychological capital, self knowledge and self consistency has not been consistent. Likewise, related to organizational commitment as a consequence of authentic leadership. This study aims to examine the antecedent model and consequences of authentic leadership in Catholicism-based schools. Authentic leadership antecedent test involves those consisting of self knowledge, self consistency and psychological capital as antecedents to authentic leadership. Consequence testing involves organizational commitment. The results show that psychological capital has a greater correlation than self consistency and self knowledge. The implications of antecedent roles for authentic leadership and affective commitment need to be considered in the development of authentic leadership.
{"title":"Model Kepemimpinan Autentik pada Sekolah Berbasis Agama Katolik","authors":"Paulus Eddy Suhartanto","doi":"10.26740/jptt.v13n1.p82-93","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/jptt.v13n1.p82-93","url":null,"abstract":"\u0000Authentic leadership research related to antecedents and consequences is still limited, especially with regard to antecedents and consequences. Several studies show that the role of psychological capital, self knowledge and self consistency has not been consistent. Likewise, related to organizational commitment as a consequence of authentic leadership. This study aims to examine the antecedent model and consequences of authentic leadership in Catholicism-based schools. Authentic leadership antecedent test involves those consisting of self knowledge, self consistency and psychological capital as antecedents to authentic leadership. Consequence testing involves organizational commitment. The results show that psychological capital has a greater correlation than self consistency and self knowledge. The implications of antecedent roles for authentic leadership and affective commitment need to be considered in the development of authentic leadership. \u0000 \u0000 \u0000 \u0000","PeriodicalId":32575,"journal":{"name":"Jurnal Psikologi Teori dan Terapan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-02-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49168883","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-02-28DOI: 10.26740/jptt.v13n1.p27-38
Meita Santi Budiani, Ni Wayan Sukmawati Puspitadewi, Olievia Prabandini Mulyana
Kemampuan seorang individu dalam merubah perilaku kerjanya atas inisiatif dirinya sangat penting diperhatikan terutama pada wanita yang bekerja khususnya secara work from home. Seorang karyawan yang memiliki potensi untuk menciptakan pekerjaan dan mengubah cara dimana mereka dapat memecahkan permasalahan membutuhkan adanya kecerdasan atau kemampuan yang dikaitkan dengan adversity quotient. Selain itu, adanya tingkat kepercayaan diri yang dapat menyelesaikan tugas atau sebuah pekerjaan tertentu dapat menjadi faktor pendorong sekaligus dalam memprediksi perilaku tertentu dalam meningkatkan job crafting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara adversity quotient dan self-efficacy dengan job crafting pada wanita bekerja dengan sistem WFH. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah wanita yang bekerja dengan sistem WFH. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan kriteria seorang ibu yang bekerja sebagai pegawai tetap di Surabaya dan menjalani work from home minimal 1 hari dalam seminggu. Dengan kriteria di atas, jumlah partisipan yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 65 partisipan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dengan menggunakan instrumen skala adversity quotient dengan reliabilitas 0,925, skala self-efficacy dengan reliabilitas 0,922, dan skala job crafting dengan reliabilitas 0,974. Data dianalisis dengan teknik analisis korelasi berganda dengan menggunakan bantuan software SPSS 25.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara adversity quotient dengan job crafting dan self-efficacy dengan job crafting.
{"title":"Hubungan Antara Adversity Quotient Dan Self-Efficacy Dengan Job Crafting Pada Wanita Bekerja Dengan Sistem Work From Home (Wfh)","authors":"Meita Santi Budiani, Ni Wayan Sukmawati Puspitadewi, Olievia Prabandini Mulyana","doi":"10.26740/jptt.v13n1.p27-38","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/jptt.v13n1.p27-38","url":null,"abstract":"Kemampuan seorang individu dalam merubah perilaku kerjanya atas inisiatif dirinya sangat penting diperhatikan terutama pada wanita yang bekerja khususnya secara work from home. Seorang karyawan yang memiliki potensi untuk menciptakan pekerjaan dan mengubah cara dimana mereka dapat memecahkan permasalahan membutuhkan adanya kecerdasan atau kemampuan yang dikaitkan dengan adversity quotient. Selain itu, adanya tingkat kepercayaan diri yang dapat menyelesaikan tugas atau sebuah pekerjaan tertentu dapat menjadi faktor pendorong sekaligus dalam memprediksi perilaku tertentu dalam meningkatkan job crafting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara adversity quotient dan self-efficacy dengan job crafting pada wanita bekerja dengan sistem WFH. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah wanita yang bekerja dengan sistem WFH. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan kriteria seorang ibu yang bekerja sebagai pegawai tetap di Surabaya dan menjalani work from home minimal 1 hari dalam seminggu. Dengan kriteria di atas, jumlah partisipan yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 65 partisipan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dengan menggunakan instrumen skala adversity quotient dengan reliabilitas 0,925, skala self-efficacy dengan reliabilitas 0,922, dan skala job crafting dengan reliabilitas 0,974. Data dianalisis dengan teknik analisis korelasi berganda dengan menggunakan bantuan software SPSS 25.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara adversity quotient dengan job crafting dan self-efficacy dengan job crafting.","PeriodicalId":32575,"journal":{"name":"Jurnal Psikologi Teori dan Terapan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-02-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49284899","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-02-28DOI: 10.26740/jptt.v13n1.p51-71
E. Saptandari, Ardian Praptomojati, Restu Tri Handoyo, Novita Anjarsari, Yesica Grahita Rumanti Mahambara
Munculnya pandemi COVID-19 di Indonesia menyebabkan dampak secara langsung maupun tidak langsung pada masyarakat. Dampak psikologis merupakan contoh dampak tidak langsung dari adanya pandemi ini. Masyarakat terpaksa harus mengisolasi diri, membatasi interaksi dengan orang lain, dan mengurangi berbagai kegiatan. Hal tersebut dapat memberikan dampak negatif pada kesehatan mental mereka. Oleh karena itu dibutuhkan intervensi agar hal tersebut tidak semakin memburuk. Dengan mendasarkan pada hal tersebut, studi ini bertujuan untuk melihat dampak psikologis dari adanya pandemi COVID-19 dan efektivitas telekonseling dalam meningkatkan kesehatan mental masyarakat Indonesia dalam situasi pandemi ini. Penelitian ini dilakukan dengan memberikan survei dan wawancara kepada partisipan yang mengikuti layanan telekonseling Lembaga Psikologi X. Data yang diperoleh akan dianalisis secara tematik dengan pendekatan analisis induktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pandemi COVID-19 menimbulkan kecemasan, psikosomatis, stres, serta permasalahan emosi, dan relasi. Hadirnya layanan konsultasi secara daring dapat membantu meningkatkan kesehatan mental selama pandemi COVID-19, akan tetapi dalam pelaksanaannya masih diperlukan beberapa peningkatan dan perbaikan.
{"title":"Layanan Telekonseling: Psychological First Aid dalam Situasi Pandemi COVID-19","authors":"E. Saptandari, Ardian Praptomojati, Restu Tri Handoyo, Novita Anjarsari, Yesica Grahita Rumanti Mahambara","doi":"10.26740/jptt.v13n1.p51-71","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/jptt.v13n1.p51-71","url":null,"abstract":"Munculnya pandemi COVID-19 di Indonesia menyebabkan dampak secara langsung maupun tidak langsung pada masyarakat. Dampak psikologis merupakan contoh dampak tidak langsung dari adanya pandemi ini. Masyarakat terpaksa harus mengisolasi diri, membatasi interaksi dengan orang lain, dan mengurangi berbagai kegiatan. Hal tersebut dapat memberikan dampak negatif pada kesehatan mental mereka. Oleh karena itu dibutuhkan intervensi agar hal tersebut tidak semakin memburuk. Dengan mendasarkan pada hal tersebut, studi ini bertujuan untuk melihat dampak psikologis dari adanya pandemi COVID-19 dan efektivitas telekonseling dalam meningkatkan kesehatan mental masyarakat Indonesia dalam situasi pandemi ini. Penelitian ini dilakukan dengan memberikan survei dan wawancara kepada partisipan yang mengikuti layanan telekonseling Lembaga Psikologi X. Data yang diperoleh akan dianalisis secara tematik dengan pendekatan analisis induktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pandemi COVID-19 menimbulkan kecemasan, psikosomatis, stres, serta permasalahan emosi, dan relasi. Hadirnya layanan konsultasi secara daring dapat membantu meningkatkan kesehatan mental selama pandemi COVID-19, akan tetapi dalam pelaksanaannya masih diperlukan beberapa peningkatan dan perbaikan.","PeriodicalId":32575,"journal":{"name":"Jurnal Psikologi Teori dan Terapan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-02-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48386577","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-02-28DOI: 10.26740/jptt.v13n1.p1-13
Sharleen Michelle, J. Kurniawan
Banyak fenomena menunjukkan komitmen organisasi generasi milenial rendah sehingga berdampak pada turnover. Penelitian ini bertujuan mengetahui peran karakteristik kerja dan orientasi kewirausahaan terhadap komitmen organisasi karyawan generasi milenial Perusahaan X. Selama ini belum ada penelitian yang menguji kedua variabel tersebut secara bersamaan terhadap komitemen organisasi, khususnya pada generasi millennial. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional. Subjek penelitian berjumlah 157 dengan kriteria karyawan generasi milenial, bekerja minimal 1 tahun dan diperoleh dengan teknik total population. Analisis data menggunakan regresi linear sederhana dan berganda. Hasil penelitian menunjukkan terdapat peran signifikan antara karakteristik kerja dan orientasi kewirausahaan terhadap komitmen organisasi karyawan generasi milenial Perusahaan X (R = 0.684; R² = 0.468; p < 0.05). Dimensi task identity pada karakteristik kerja dan inovatif pada orientasi kewirausahaan memiliki hubungan lebih besar pada komitmen dibandingkan dimensi lainnya, sedangkan dimensi autonomy pada kedua variabel memiliki hubungan lebih kecil pada komitmen. Hasil tambahan yaitu usia dan jenis kelamin menjadi faktor lain yang mempengaruhi komitmen organisasi.
{"title":"Peran Karakteristik Kerja dan Orientasi Kewirausahaan Terhadap Komitmen Organisasi Karyawan Generasi Milenial Perusahaan X","authors":"Sharleen Michelle, J. Kurniawan","doi":"10.26740/jptt.v13n1.p1-13","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/jptt.v13n1.p1-13","url":null,"abstract":"Banyak fenomena menunjukkan komitmen organisasi generasi milenial rendah sehingga berdampak pada turnover. Penelitian ini bertujuan mengetahui peran karakteristik kerja dan orientasi kewirausahaan terhadap komitmen organisasi karyawan generasi milenial Perusahaan X. Selama ini belum ada penelitian yang menguji kedua variabel tersebut secara bersamaan terhadap komitemen organisasi, khususnya pada generasi millennial. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional. Subjek penelitian berjumlah 157 dengan kriteria karyawan generasi milenial, bekerja minimal 1 tahun dan diperoleh dengan teknik total population. Analisis data menggunakan regresi linear sederhana dan berganda. Hasil penelitian menunjukkan terdapat peran signifikan antara karakteristik kerja dan orientasi kewirausahaan terhadap komitmen organisasi karyawan generasi milenial Perusahaan X (R = 0.684; R² = 0.468; p < 0.05). Dimensi task identity pada karakteristik kerja dan inovatif pada orientasi kewirausahaan memiliki hubungan lebih besar pada komitmen dibandingkan dimensi lainnya, sedangkan dimensi autonomy pada kedua variabel memiliki hubungan lebih kecil pada komitmen. Hasil tambahan yaitu usia dan jenis kelamin menjadi faktor lain yang mempengaruhi komitmen organisasi.","PeriodicalId":32575,"journal":{"name":"Jurnal Psikologi Teori dan Terapan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-02-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47452055","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-07-07DOI: 10.26740/JPTT.V11N3.P326-339
Cahyo Harry Sancoko, Rini Sugiarti, Fendy Suhariadi
This study aims to reveal the happiness of the COVID-19 contact tracer volunteers. A qualitative approach with a phenomenological method was employed. Five volunteers were recruited for this study. Data were collected through semistructured interviews and analyzed using an interpretative phenomenological analysis. From the results of the study, it is concluded that the happiness of being a volunteer arises from positive feelings due to perceived benefits they have given to the people in need primarily people who are recovering from COVID-19. Volunteers’ happiness also arises from the awareness of their positive life compared to people whose life tests are heavier than they have. The involvement and interaction of volunteers with people who are suffering from COVID-19 makes the volunteers feel more positive and grateful for their life.Keywords: COVID-19 contact tracking, happiness, volunteers Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebahagiaan relawan pelacak kontak COVID-19. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi. Jumlah subjek penelitian ini adalah 5 oang relawan. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara semiterstruktur. Data dianalisis menggunakan interpretative phenomenological analysis. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan menjadi relawan muncul karena bisa menolong dan merasakan kebahagiaan orang yang sembuh dari COVID-19. Kebahagiaan relawan juga muncul sebagai akibat melihat realita masih banyak orang lain yang ujian hidupnya lebih dari yang dialaminya. Keterlibatan dan interaksi para informan penlitian ini dengan orang yang sedang terkena penyakit COVID-19 telah membuat mereka memandang hidupnya lebih positif dan penuh kesyukuran.
本研究旨在揭示COVID-19接触者追踪者志愿者的幸福感。采用现象学方法的定性方法。这项研究招募了五名志愿者。通过半结构化访谈收集数据,并使用解释性现象学分析进行分析。从研究结果来看,作为一名志愿者的幸福感来自于积极的感觉,因为他们认为自己给了需要帮助的人(主要是那些从COVID-19中恢复过来的人)带来了好处。志愿者的幸福感也来自于他们意识到自己的生活比那些生活考验比他们更重的人更积极。志愿者与COVID-19患者的参与和互动使志愿者对自己的生活感到更加积极和感激。摘要:Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebahagiaan relawan pelacak kontak COVID-19。Penelitian, mongunakan, pendekatan,质量登干方法现象学。Jumlah subjek penelitian ini adalah 5 oang relawan。彭普兰的数据是:半结构。数据分析:孟古那坎解释性现象学分析。新冠肺炎(COVID-19):中国日报网2018-8-16Kebahagiaan relawan juga muncul sebagai akibat melihat realita masih banyak orang lain yang ujian hidupnya lebih dari yang dialaminya。在新冠肺炎疫情期间,中国政府官员表示,中国政府将在2019冠状病毒肺炎疫情期间对中国政府官员表示支持。
{"title":"Kebahagiaan pada Relawan Pelacak Kontak COVID-19","authors":"Cahyo Harry Sancoko, Rini Sugiarti, Fendy Suhariadi","doi":"10.26740/JPTT.V11N3.P326-339","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/JPTT.V11N3.P326-339","url":null,"abstract":"This study aims to reveal the happiness of the COVID-19 contact tracer volunteers. A qualitative approach with a phenomenological method was employed. Five volunteers were recruited for this study. Data were collected through semistructured interviews and analyzed using an interpretative phenomenological analysis. From the results of the study, it is concluded that the happiness of being a volunteer arises from positive feelings due to perceived benefits they have given to the people in need primarily people who are recovering from COVID-19. Volunteers’ happiness also arises from the awareness of their positive life compared to people whose life tests are heavier than they have. The involvement and interaction of volunteers with people who are suffering from COVID-19 makes the volunteers feel more positive and grateful for their life.Keywords: COVID-19 contact tracking, happiness, volunteers Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebahagiaan relawan pelacak kontak COVID-19. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi. Jumlah subjek penelitian ini adalah 5 oang relawan. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara semiterstruktur. Data dianalisis menggunakan interpretative phenomenological analysis. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan menjadi relawan muncul karena bisa menolong dan merasakan kebahagiaan orang yang sembuh dari COVID-19. Kebahagiaan relawan juga muncul sebagai akibat melihat realita masih banyak orang lain yang ujian hidupnya lebih dari yang dialaminya. Keterlibatan dan interaksi para informan penlitian ini dengan orang yang sedang terkena penyakit COVID-19 telah membuat mereka memandang hidupnya lebih positif dan penuh kesyukuran.","PeriodicalId":32575,"journal":{"name":"Jurnal Psikologi Teori dan Terapan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43648692","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-07-07DOI: 10.26740/JPTT.V11N3.P315-326
Umi Anugerah Izzati, Meita Santi Budiani, Olievia Prabandini Mulyana, Ni Wayan Sukmawati Puspitadewi
This research discusses the psychological well-being of employees affected by COVID-19 pandemic. This research was a descriptive study that used a quantitative approach. The subjects in the study were 118 employees who are working in an educational institution. Data were collected using the psychological well-being scale which was constructed based on the Ryff’s (1989) concept of psychological well-being. Data analysis were carried out by compiling categorization and cross-tabulating in order to determine the psychological well-being of employees. The results showed that the psychological well-being of employees was in the high category. The dimension of psychological well-being that stands out is the life purpose, followed by the positive relationships with others.Key words: Psychological well-being, employees, COVID-19 pandemic Abstrak: Penelitian ini membahas mengenai gambaran kesejahteraan psikologis pada karyawan terdampak pandemic COVID-19. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Subjek dalam penelitian adalah 118 karyawan yang bekerja di salah satu institusi pendidikan. Data dikumpulkan menggunakan skala kesejahteraan psikologis yang disusun berdasarkan konsep kesejahteraan psikologis dari Ryff (1989). Analisis data dilakukan dengan menyusun kategorisasi dan melakukan tabulasi silang guna mengetahui kesejahteraan psikologis karyawan. Hasil penelitian menunjukkan kesejahteraan psikologis yang dimiliki karyawan masuk ke dalam kategori tinggi. Dimensi kesejahteraan psikologis yang menonjol adalah tujuan hidup, dilanjutkan dengan hubungan positif dengan orang lain.
{"title":"Gambaran Kesejahteraan Psikologis pada Karyawan Terdampak Pandemi COVID-19","authors":"Umi Anugerah Izzati, Meita Santi Budiani, Olievia Prabandini Mulyana, Ni Wayan Sukmawati Puspitadewi","doi":"10.26740/JPTT.V11N3.P315-326","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/JPTT.V11N3.P315-326","url":null,"abstract":"This research discusses the psychological well-being of employees affected by COVID-19 pandemic. This research was a descriptive study that used a quantitative approach. The subjects in the study were 118 employees who are working in an educational institution. Data were collected using the psychological well-being scale which was constructed based on the Ryff’s (1989) concept of psychological well-being. Data analysis were carried out by compiling categorization and cross-tabulating in order to determine the psychological well-being of employees. The results showed that the psychological well-being of employees was in the high category. The dimension of psychological well-being that stands out is the life purpose, followed by the positive relationships with others.Key words: Psychological well-being, employees, COVID-19 pandemic Abstrak: Penelitian ini membahas mengenai gambaran kesejahteraan psikologis pada karyawan terdampak pandemic COVID-19. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Subjek dalam penelitian adalah 118 karyawan yang bekerja di salah satu institusi pendidikan. Data dikumpulkan menggunakan skala kesejahteraan psikologis yang disusun berdasarkan konsep kesejahteraan psikologis dari Ryff (1989). Analisis data dilakukan dengan menyusun kategorisasi dan melakukan tabulasi silang guna mengetahui kesejahteraan psikologis karyawan. Hasil penelitian menunjukkan kesejahteraan psikologis yang dimiliki karyawan masuk ke dalam kategori tinggi. Dimensi kesejahteraan psikologis yang menonjol adalah tujuan hidup, dilanjutkan dengan hubungan positif dengan orang lain.","PeriodicalId":32575,"journal":{"name":"Jurnal Psikologi Teori dan Terapan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46680421","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-07-07DOI: 10.26740/JPTT.V11N3.P247-266
N. Nurchayati, M. Syafiq, Riza Noviana Khoirunnisa, Ira Darmawanti
This study examined two things: a) challenges confronting undergraduate students as a result of an abrupt transition to online learning in response to the COVID-19 pandemic, and b) the coping techniques that they employed to tackle the challenges. Using Google Forms, interviews were conducted with 418 undergraduate students in one of universities in Surabaya. Qualitative thematic analysis of the interviews produced three findings. First, among the problems faced by the students are poorly done online classes, trouble interacting with lecturers and classmates, difficulty in accessing course resources, bad Internet connection, environmental distractions, and chaotic changes in class schedules. Second, as a result, the students suffered from increased stress and poor learning experience. Third, to survive, they employed three major coping techniques: problem-focused, emotion-focused, and appraisal-focused. This study concludes that students, lecturers, parents, and the government employ coping strategies that are both synergistic and antagonistic. Keywords: Coping strategies, COVID-19 pandemic, online learning, studentsAbstrak: Riset ini mengkaji tantangan para mahasiswa tingkat sarjana akibat transisi mendadak ke pembelajaran dalam jariringan (daring) di masa pandemi COVID-19, dan strategi mereka dalam mengatasi tantangan itu. Data dikumpulkan melalui wawancara tertulis menggunakan Google Forms terhadap 418 mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Surabaya. Teknik analisis tematik yang digunakan membuahkan tiga temuan. Pertama, masalah-masalah yang dihadapi para sujbek mencakup paparan materi kuliah yang tidak memadai, sukarnya interaksi dengan dosen dan sesama mahasiswa, sukarnya akses ke bahan pembelajaran, buruknya koneksi internet, distraksi lingkungan, dan berubah-ubahnya jadwal kuliah. Kedua, akibatnya, di samping mutu pengalaman belajar para mahasiswa ini menjadi tidak optimal, mereka pun mengalami problem psikis. Ketiga, dalam beradaptasi pada sistem perkuliahan online atau dalam jaringan (daring) dengan berbagai problemnya itu, para mahasiswa menempuh beragam strategi coping yang secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam tiga gugus utama strategi yaitu coping yang berpusat pada problem, coping yang bertumpu pada emosi, dan coping yang berbasis interpretasi. Riset ini mencapai kesimpulan bahwa teknik-teknik coping yang diterapkan oleh berbagai pemangku kepentingan (mahasiswa, dosen, orang tua, dan pemerintah) ternyata bekerja secara sinergis sekaligus antagonistik.
本研究调查了两件事:a)为应对COVID-19大流行,本科生突然转向在线学习所面临的挑战,以及b)他们为应对这些挑战所采用的应对技术。使用谷歌表格,对泗水一所大学的418名本科生进行了访谈。访谈的定性专题分析产生了三个发现。首先,学生面临的问题是:网络课程做得不好,与老师和同学互动困难,获取课程资源困难,网络连接不良,环境干扰,课程表变化混乱。第二,结果,学生们承受了更大的压力和糟糕的学习经验。第三,为了生存,他们采用了三种主要的应对技巧:以问题为中心、以情绪为中心和以评价为中心。本研究的结论是:学生、教师、家长和政府采用协同和对抗的应对策略。摘要:Riset ini mengkaji tantangan para mahasiswa tingkat sarjana akibat transisi mendadak ke pembelajaran dalam jariringan (dare) di masa pandemic COVID-19, dan strategy mereka dalam mengatasi tantangan itu。数据dikumpulkan melalui wawankara tertulis menggunakan谷歌Forms terhadap 418 mahasiswa di salah satu perguran tinggi di Surabaya。技术分析表明,这是一种有效的方法。Pertama, masalah-masalah yang dihadapi para sujbek mencakup paparan materi kuliah yang tidak memadai, sukarnya interaksi dengan dosen dan sesama mahasiswa, sukarnya akses ke bahan pembelajaran, buruknya koneksi internet, distraksi lingkungan, dan berubah-ubahnya jadwal kuliah。Kedua, akibatnya, di samping mutu pengalaman belajar para mahasiswa ini menjadi tidak最优,mereka pun mengalami问题psikis。中文翻译为:中文翻译为:中文翻译为:中文翻译为:中文翻译为:中文翻译为:中文翻译为:中文翻译为:中文翻译为:中文翻译为:中文翻译为:中文翻译为:中文翻译为:中文翻译为:中文翻译为:中文翻译为:中文翻译为:中文翻译为:中文翻译为:中文翻译为:中文翻译为:中文翻译为:中文翻译为:中文翻译为:中文翻译为:Riset ini menapai kespulan bahwa teknik-teknik应对yang diiterapkan oleh berbagai pemangku kepentingan (mahasiswa, dosen, orangtua, dan peremerintah) ternyata bekerja secara sinergis sekaligus拮抗剂。
{"title":"Strategi Coping Mahasiswa dalam Menghadapi Perubahan Sistem Perkuliahan di Masa Pandemi COVID-19","authors":"N. Nurchayati, M. Syafiq, Riza Noviana Khoirunnisa, Ira Darmawanti","doi":"10.26740/JPTT.V11N3.P247-266","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/JPTT.V11N3.P247-266","url":null,"abstract":"This study examined two things: a) challenges confronting undergraduate students as a result of an abrupt transition to online learning in response to the COVID-19 pandemic, and b) the coping techniques that they employed to tackle the challenges. Using Google Forms, interviews were conducted with 418 undergraduate students in one of universities in Surabaya. Qualitative thematic analysis of the interviews produced three findings. First, among the problems faced by the students are poorly done online classes, trouble interacting with lecturers and classmates, difficulty in accessing course resources, bad Internet connection, environmental distractions, and chaotic changes in class schedules. Second, as a result, the students suffered from increased stress and poor learning experience. Third, to survive, they employed three major coping techniques: problem-focused, emotion-focused, and appraisal-focused. This study concludes that students, lecturers, parents, and the government employ coping strategies that are both synergistic and antagonistic. Keywords: Coping strategies, COVID-19 pandemic, online learning, studentsAbstrak: Riset ini mengkaji tantangan para mahasiswa tingkat sarjana akibat transisi mendadak ke pembelajaran dalam jariringan (daring) di masa pandemi COVID-19, dan strategi mereka dalam mengatasi tantangan itu. Data dikumpulkan melalui wawancara tertulis menggunakan Google Forms terhadap 418 mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Surabaya. Teknik analisis tematik yang digunakan membuahkan tiga temuan. Pertama, masalah-masalah yang dihadapi para sujbek mencakup paparan materi kuliah yang tidak memadai, sukarnya interaksi dengan dosen dan sesama mahasiswa, sukarnya akses ke bahan pembelajaran, buruknya koneksi internet, distraksi lingkungan, dan berubah-ubahnya jadwal kuliah. Kedua, akibatnya, di samping mutu pengalaman belajar para mahasiswa ini menjadi tidak optimal, mereka pun mengalami problem psikis. Ketiga, dalam beradaptasi pada sistem perkuliahan online atau dalam jaringan (daring) dengan berbagai problemnya itu, para mahasiswa menempuh beragam strategi coping yang secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam tiga gugus utama strategi yaitu coping yang berpusat pada problem, coping yang bertumpu pada emosi, dan coping yang berbasis interpretasi. Riset ini mencapai kesimpulan bahwa teknik-teknik coping yang diterapkan oleh berbagai pemangku kepentingan (mahasiswa, dosen, orang tua, dan pemerintah) ternyata bekerja secara sinergis sekaligus antagonistik.","PeriodicalId":32575,"journal":{"name":"Jurnal Psikologi Teori dan Terapan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46298145","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-07-07DOI: 10.26740/JPTT.V11N3.P217-231
Amalia Rahmandani, Y. L. Kahija
The World Health Organization declared Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) as a pandemic disease. The psychological impacts of the pandemic can increase the risk of somatic symptoms among individuals. As a signal of alertness and adaptive action, prolonged somatic symptoms can affect overall psycho-physiological functions. When the symptoms continue with a decrease in individual immunity, COVID-19 infection can become riskier. This study aims to examine the effect of using body awareness to reduce somatic symptoms through a short intervention in people in the middle of COVID-19 pandemic. Intervention was conducted online in accordance with the directives of the Indonesian government concerning social restrictions. This study used one group pretest-posttest design. Data were collected using Somatic Symptom Scale (SSS-8) which was adapted into Indonesian. There were 34 subjects fully participated in this intervention based on convenience sampling through online publication (voluntary participation). Using the paired sample t-test, the results show that body awareness provides significant benefits in decreasing somatic symptoms.Keywords: Body awareness, COVID-19 pandemic, somatic symptoms Abstrak: World Health Organization menyatakan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagai penyakit pandemik. Dampak psikologis dari pandemi dapat meningkatkan risiko munculnya gejala somatis yang dirasakan oleh individu. Gejala somatis sebagai sinyal untuk waspada dan adaptif dapat berkepanjangan dan memengaruhi fungsi psikofisiologis secara menyeluruh. Gejala somatis yang berkepanjangan dan disertai penurunan imunitas individu dapat meningkatkan risiko terinfeksi COVID-19. Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh intervensi singkat “awas pada badan” terhadap penurunan gejala somatis pada masyarakat di tengah pandemi COVID-19. Intervensi dilakukan secara daring sesuai arahan pemerintah terkait pembatasan sosial. Penelitian menggunakan one group pretest-posttest design dengan menggunakan Somatic Symptom Scale (SSS-8) yang telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia sebagai instrument pengumpul data. Terdapat 34 partisipan yang direkrut berdasarkan convenience sampling melalui publikasi online dan mengikuti intervensi secara penuh (partisipasi sukarela). Hasil analisis menggunakan paired sample t-test menunjukkan bahwa latihan “awas pada badan” memberikan manfaat signifikan bagi penurunan gejala somatik.
世界卫生组织宣布2019冠状病毒病(COVID-19)为大流行疾病。大流行的心理影响可增加个体出现躯体症状的风险。作为警觉性和适应性行动的信号,延长的躯体症状可影响整体心理生理功能。当症状持续且个体免疫力下降时,COVID-19感染的风险可能会增加。本研究旨在研究在COVID-19大流行期间,通过短期干预,利用身体意识减轻躯体症状的效果。干预是根据印尼政府关于社会限制的指示在网上进行的。本研究采用一组前测后测设计。数据采用印尼语版躯体症状量表(ssss -8)收集。通过网上公布(自愿参与)的便利抽样,有34名受试者完全参与了本次干预。使用配对样本t检验,结果表明身体意识在减少躯体症状方面提供了显著的好处。摘要:世界卫生组织2019冠状病毒病(COVID-19)大流行。丹帕克心理学:大流行性脑脊膜病的流行病学研究真菌的生理机能学研究进展。对新冠肺炎脑膜炎病毒感染个体的研究。Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh干预singkat " awas pada badan ",意思是“Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh干预”。干预是一种社会行为,是一种社会行为。peneltian menggunakan一组前测后测设计邓安menggunakan躯体症状量表(ssss -8), yang telah diadaptaske dalam印尼语sebagai仪器。terapat 34 partisipan yang direkret berdasarkan方便抽样,在网上公开抽样,并在网上进行干预(partisipas sukarela)。Hasil分析,配对样本t检验,menunjukkan bahwa latihan,“awas patada badan”,成员间的manfak,显著性,以巴吉,penurununan和gejala somatik。
{"title":"Awas pada Badan untuk Menurunkan Gejala Somatis di Tengah Pandemi COVID-19","authors":"Amalia Rahmandani, Y. L. Kahija","doi":"10.26740/JPTT.V11N3.P217-231","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/JPTT.V11N3.P217-231","url":null,"abstract":"The World Health Organization declared Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) as a pandemic disease. The psychological impacts of the pandemic can increase the risk of somatic symptoms among individuals. As a signal of alertness and adaptive action, prolonged somatic symptoms can affect overall psycho-physiological functions. When the symptoms continue with a decrease in individual immunity, COVID-19 infection can become riskier. This study aims to examine the effect of using body awareness to reduce somatic symptoms through a short intervention in people in the middle of COVID-19 pandemic. Intervention was conducted online in accordance with the directives of the Indonesian government concerning social restrictions. This study used one group pretest-posttest design. Data were collected using Somatic Symptom Scale (SSS-8) which was adapted into Indonesian. There were 34 subjects fully participated in this intervention based on convenience sampling through online publication (voluntary participation). Using the paired sample t-test, the results show that body awareness provides significant benefits in decreasing somatic symptoms.Keywords: Body awareness, COVID-19 pandemic, somatic symptoms Abstrak: World Health Organization menyatakan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagai penyakit pandemik. Dampak psikologis dari pandemi dapat meningkatkan risiko munculnya gejala somatis yang dirasakan oleh individu. Gejala somatis sebagai sinyal untuk waspada dan adaptif dapat berkepanjangan dan memengaruhi fungsi psikofisiologis secara menyeluruh. Gejala somatis yang berkepanjangan dan disertai penurunan imunitas individu dapat meningkatkan risiko terinfeksi COVID-19. Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh intervensi singkat “awas pada badan” terhadap penurunan gejala somatis pada masyarakat di tengah pandemi COVID-19. Intervensi dilakukan secara daring sesuai arahan pemerintah terkait pembatasan sosial. Penelitian menggunakan one group pretest-posttest design dengan menggunakan Somatic Symptom Scale (SSS-8) yang telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia sebagai instrument pengumpul data. Terdapat 34 partisipan yang direkrut berdasarkan convenience sampling melalui publikasi online dan mengikuti intervensi secara penuh (partisipasi sukarela). Hasil analisis menggunakan paired sample t-test menunjukkan bahwa latihan “awas pada badan” memberikan manfaat signifikan bagi penurunan gejala somatik.","PeriodicalId":32575,"journal":{"name":"Jurnal Psikologi Teori dan Terapan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42921246","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Loneliness leads to several health risks, especially among university students who are prone to experience it. In order to cope with loneliness, university students need functional psychological resources, which can be measured by six-dimensional of psychological well-being (PWB) by Ryff. Thus, this study aims to predict university students’ loneliness using the multidimensional PWB. Loneliness was measured using Revised UCLA Loneliness Scale and PWB was measured using Ryff’s multi-dimensional PWB. A total number of 376 undergradute students in Faculty of Psychology Universitas Padjadjaran Indonesia were participated in this study. The test of correlation using Pearson’s r resulted all dimensions were negatively correlated. Stepwise regression analysis resulted that positive relationship, self-acceptance, environmental mastery, and autonomy were the significant predictors, predicted 74.7% of the variance, of loneliness among participants. These findings indicate that dimensions mentioned can be used as predictors of university students’ loneliness.Keywords: Loneliness, psychological well-being, university students Abstrak: Kesepian dapat memicu berbagai risiko kesehatan, terutama bagi mahasiswa yang rentan mengalaminya. Untuk menghadapi kesepian, mahasiswa memerlukan keberfungsian psikologis yang dapat ditandai oleh tingkat psychological well-being (PWB) oleh Ryff. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk memprediksi tingkat kesepian dengan menggunakan PWB multidimensional. Tingkat kesepian diukur dengan kuesioner Revised UCLA Loneliness Scale, sementara tingkat PWB diukur dengan kuesioner PWB multidimensional dari Ryff. Sebanyak 376 mahasiswa tingkat sarjana Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Indonesia berpartisipasi. Uji korelasi (r) Pearson menunjukkan semua dimensi PWB berkorelasi negatif dengan kesepian. Analisis regresi stepwise menunjukkan prediktor terkuat adalah dimensi relasi positif, penerimaan diri, penguasaan lingkungan, dan otonomi, memprediksi 74,7% varians tingkat kesepian. Hasil ini mengindikasikan bahwa keempat dimensi tersebut dapat digunakan sebagai prediktor tingkat kesepian pada mahasiswa.
孤独会导致多种健康风险,尤其是在大学生中,他们更容易经历孤独。大学生为了应对孤独,需要功能性心理资源,这可以用Ryff的心理健康六维量表(PWB)来衡量。因此,本研究旨在运用多维PWB来预测大学生的孤独感。孤独感采用修订UCLA孤独感量表测量,工作压力量表采用Ryff多维工作压力量表测量。本研究以印尼Padjadjaran大学心理学院的376名本科生为研究对象。使用Pearson’s r进行相关检验,结果显示各维度均呈负相关。逐步回归分析结果显示,正向关系、自我接纳、环境掌握和自主性是预测被试孤独感的显著因素,预测方差为74.7%。这些研究结果表明,上述维度可以作为大学生孤独感的预测因子。关键词:孤独感;心理健康;大学生Untuk menghadapi kesepian, mahasiswa memerlukan keberfunsian心理学家yang dapat ditandai oleh tingkat心理健康(PWB) oleh Ryff。Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk memprediksi tingkat kesepian dengan menggunakan PWB多维。《UCLA孤独感量表》(修订版),中文版,中文版,中文版。Sebanyak 376 mahasiswa tingkat sarjana akultas心理学大学Padjadjaran印度尼西亚berpartisipasi。Uji korelasi (r) Pearson menunjukkan semua维数PWB berkorelasi阴性登月表。逐步回归分析预测因子terkukkkan维数为正,penpeniman和diri, penguin和lingkungan, danoonomi, mempredisi为74,7%方差,tingkeepian。Hasil ini menginkasikan bahwa保持了一个维度的连续性,但dapat digunakan sebagai预测者认为这是一个持续的pada mahasiswa。
{"title":"Psychological Well-Being Sebagai Prediktor Tingkat Kesepian Mahasiswa","authors":"Janice Grace Lusiani Larasati Simanjuntak, Clement Eko Prasetio, Firza Yusani Tanjung, A. Triwahyuni","doi":"10.26740/JPTT.V11N2.P158-175","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/JPTT.V11N2.P158-175","url":null,"abstract":"Loneliness leads to several health risks, especially among university students who are prone to experience it. In order to cope with loneliness, university students need functional psychological resources, which can be measured by six-dimensional of psychological well-being (PWB) by Ryff. Thus, this study aims to predict university students’ loneliness using the multidimensional PWB. Loneliness was measured using Revised UCLA Loneliness Scale and PWB was measured using Ryff’s multi-dimensional PWB. A total number of 376 undergradute students in Faculty of Psychology Universitas Padjadjaran Indonesia were participated in this study. The test of correlation using Pearson’s r resulted all dimensions were negatively correlated. Stepwise regression analysis resulted that positive relationship, self-acceptance, environmental mastery, and autonomy were the significant predictors, predicted 74.7% of the variance, of loneliness among participants. These findings indicate that dimensions mentioned can be used as predictors of university students’ loneliness.Keywords: Loneliness, psychological well-being, university students Abstrak: Kesepian dapat memicu berbagai risiko kesehatan, terutama bagi mahasiswa yang rentan mengalaminya. Untuk menghadapi kesepian, mahasiswa memerlukan keberfungsian psikologis yang dapat ditandai oleh tingkat psychological well-being (PWB) oleh Ryff. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk memprediksi tingkat kesepian dengan menggunakan PWB multidimensional. Tingkat kesepian diukur dengan kuesioner Revised UCLA Loneliness Scale, sementara tingkat PWB diukur dengan kuesioner PWB multidimensional dari Ryff. Sebanyak 376 mahasiswa tingkat sarjana Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Indonesia berpartisipasi. Uji korelasi (r) Pearson menunjukkan semua dimensi PWB berkorelasi negatif dengan kesepian. Analisis regresi stepwise menunjukkan prediktor terkuat adalah dimensi relasi positif, penerimaan diri, penguasaan lingkungan, dan otonomi, memprediksi 74,7% varians tingkat kesepian. Hasil ini mengindikasikan bahwa keempat dimensi tersebut dapat digunakan sebagai prediktor tingkat kesepian pada mahasiswa.","PeriodicalId":32575,"journal":{"name":"Jurnal Psikologi Teori dan Terapan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-03-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46011017","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-03-05DOI: 10.26740/JPTT.V11N2.P100-115
Ulifa Rahma, Zahratul Fauza, Faizah Faizah, Yuliezar Perwira Dara
This study aims to determine the role of teacher self-monitoring as a mediator between job characteristics (emotional job demands and trust in colleagues) and teacher well-being teachers in inclusive schools. The sample of this study was 204 teachers in Indonesia from elementary to high school levels in inclusive schools using G*power. The sample selection technique in this study was accidental sampling teachers in Indonesia from elementary to high school levels in inclusive schools. The research method used is correlational quantitative research. This study uses four measuring instruments, namely the teacher well being scale, the self-monitoring scale, and, to measure job characteristics, the omnibus trust and the emotional job demand scales. Analysis of research data refers to Baron & Kenny using process modeling analysis version 3.0 by Andrew Hayes. As a result, self monitoring is able to become a mediator between emotional job demand and teacher well-being. Self monitoring has also proven to be a mediator between trust in colleagues and teacher well-being.Keywords: Job characterstics, self monitoring, well-being, teacher, inclusive schoolAbstrak: Penelitian ini bertujuan mengetahui peran teacher self monitoring sebagai mediator antara job characteristic (emotional job demands dan trust in colleagues) dan teacher well-being guru disekolah inklusi. Sampel dalam penelitian 204 guru dari jenjang Pendidikan Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Menengah Atas di sekolah inklusi menggunakan aplikasi G*power. Teknik pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah accidental sampling yaitu seluruh guru inkusi yang ditemui dari jenjang Sekolah Dasar sampai Menengah Atas. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif korelasional. Penelitian ini menggunakan empat alat ukur, yaitu skala teacher well being, self monitoring dan, untuk mengukur job characteristics, skala omnibus trust dan emotional job demand. Analisis data penelitian mengacu pada Baron & Kenny menggunakan analisis process modeling versi 3.0 oleh Andrew Hayes. Hasilnya self monitoring mampu menjadi mediator antara emotional job demand dan teacher well-being. Self monitoring juga terbukti mampu menjadi mediator antara trust in colleagues dan teacher well-being.
本研究旨在探讨全纳学校教师自我监控在工作特征(情感工作需求和同事信任)与教师幸福感之间的中介作用。本研究的样本是印度尼西亚使用G*power的包容性学校的204名小学到高中教师。本研究的样本选择方法是对印尼全纳学校小学至高中阶段的教师进行偶然抽样。研究方法为相关定量研究。本研究使用教师幸福感量表、自我监控量表、工作特征量表、综合信任量表和情感工作需求量表四种测量工具来测量教师的工作特征。研究数据的分析参考Baron & Kenny使用Andrew Hayes的3.0版流程建模分析。因此,自我监控能够成为情绪工作需求与教师幸福感之间的中介。自我监控也被证明是同事信任和教师幸福感之间的中介。摘要:Penelitian ini bertujuan mengetahui peran教师自我监控sebagai调解员antara工作特征(情感工作需求和对同事的信任)和教师幸福感大师disekolah inklusi。Sampel dalam penelitian 204 guru dari jenjang Pendidikan Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Menengah Atas di Sekolah inklusi menggunakan应用kasi G*power。Teknik pemilihan采样dalam penelitian ini adalah意外采样yitu seluruh guru inkusi yang ditemui dari jenjang Sekolah Dasar sampai Menengah Atas。方法penelitian yang digunakan adalah penelitian定量相关。Penelitian ini menggunakan empat alatukur, yitu skala教师幸福感,自我监控旦,untuk mengukur工作特征,skala综合信任旦情感工作需求。分析数据penelitian mengacu padadbaron & Kenny menggunakan分析过程建模版本3.0 oleh Andrew Hayes。哈希尼亚自我监控曼普门加迪调解员安塔拉情绪工作需求丹老师幸福。自我监控对同事和老师幸福感的信任。
{"title":"Peran Self Monitoring sebagai Mediator antara Job Characteristics dan Well-Being pada Guru Sekolah Inklusi","authors":"Ulifa Rahma, Zahratul Fauza, Faizah Faizah, Yuliezar Perwira Dara","doi":"10.26740/JPTT.V11N2.P100-115","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/JPTT.V11N2.P100-115","url":null,"abstract":"This study aims to determine the role of teacher self-monitoring as a mediator between job characteristics (emotional job demands and trust in colleagues) and teacher well-being teachers in inclusive schools. The sample of this study was 204 teachers in Indonesia from elementary to high school levels in inclusive schools using G*power. The sample selection technique in this study was accidental sampling teachers in Indonesia from elementary to high school levels in inclusive schools. The research method used is correlational quantitative research. This study uses four measuring instruments, namely the teacher well being scale, the self-monitoring scale, and, to measure job characteristics, the omnibus trust and the emotional job demand scales. Analysis of research data refers to Baron & Kenny using process modeling analysis version 3.0 by Andrew Hayes. As a result, self monitoring is able to become a mediator between emotional job demand and teacher well-being. Self monitoring has also proven to be a mediator between trust in colleagues and teacher well-being.Keywords: Job characterstics, self monitoring, well-being, teacher, inclusive schoolAbstrak: Penelitian ini bertujuan mengetahui peran teacher self monitoring sebagai mediator antara job characteristic (emotional job demands dan trust in colleagues) dan teacher well-being guru disekolah inklusi. Sampel dalam penelitian 204 guru dari jenjang Pendidikan Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Menengah Atas di sekolah inklusi menggunakan aplikasi G*power. Teknik pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah accidental sampling yaitu seluruh guru inkusi yang ditemui dari jenjang Sekolah Dasar sampai Menengah Atas. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif korelasional. Penelitian ini menggunakan empat alat ukur, yaitu skala teacher well being, self monitoring dan, untuk mengukur job characteristics, skala omnibus trust dan emotional job demand. Analisis data penelitian mengacu pada Baron & Kenny menggunakan analisis process modeling versi 3.0 oleh Andrew Hayes. Hasilnya self monitoring mampu menjadi mediator antara emotional job demand dan teacher well-being. Self monitoring juga terbukti mampu menjadi mediator antara trust in colleagues dan teacher well-being.","PeriodicalId":32575,"journal":{"name":"Jurnal Psikologi Teori dan Terapan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-03-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47152516","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}