Pub Date : 2019-10-25DOI: 10.14421/livinghadis.2019.1936
Sholahuddin Zamzabela, Indal Abror
Pada akhir abad kedua hijriah, ketika dunia Islam diramaikan dengan golongan yang menolak sunnah, baik keseluruhan ataupun yang wahid saja, Imam Syafi’i tampil sebagai seorang yang membela dan mempertahankan khabar al-wahid. Adapun yang dimaksud dengan khabar al-wahid dalam kitab al-Risalah adalah khabar yang berasal dari seseorang kepada seseorang yang lain hingga berakhir kepada Nabi saw atau berakhir kepada selain Nabi saw. Meski memiliki istilah yang hampir sama, khabar al-wahid memiliki titik perbedaan dengan khabar al- ahad atau dalam kajian `ulumul hadis lebih dikenal dengan istilah hadis ahad. Titik perbedaan tersebut terletak pada jumlah periwayat yang dimaksud pada masing-masing istilah. Ahad diartikan dengan jumlah yang lebih dari tiga tetapi tidak sampai derajat mutawattir, sementara Imam Syafi`i mengartikan wahid hanya diriwayatkan oleh satu orang perawi. Walaupun demikian, keduanya mempunyai kesamaan bahwasanya khabarul wahid dan khabarul ahad tidaklah mencapai derajat mutawatir. Dalam kaitannya dengan penetapan khabar al-wahid sebagai hujjah, kriteria kehujjahan yang ditetapkan al-Syafi’ merupakan kriteria yang cukup ketat dan lengkap. Para ulama fikih dan hadis sebelumnya, hanya mensyaratkan perawi yang tsiqah dalam penerimaan khabar al-wahid tanpa ada syarat yang lain, sementara syarat yang ditetapkan oleh sl-Syafi’i ini tampaknya merupakan syarat digunakan oleh para ahli hadis dewasa ini dengan berbagai pengembangan.
{"title":"KHABARUL WAHID DALAM PANDANGAN ASY-SYAFI'I DALAM KITAB AR-RISALAH","authors":"Sholahuddin Zamzabela, Indal Abror","doi":"10.14421/livinghadis.2019.1936","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/livinghadis.2019.1936","url":null,"abstract":"Pada akhir abad kedua hijriah, ketika dunia Islam diramaikan dengan golongan yang menolak sunnah, baik keseluruhan ataupun yang wahid saja, Imam Syafi’i tampil sebagai seorang yang membela dan mempertahankan khabar al-wahid. Adapun yang dimaksud dengan khabar al-wahid dalam kitab al-Risalah adalah khabar yang berasal dari seseorang kepada seseorang yang lain hingga berakhir kepada Nabi saw atau berakhir kepada selain Nabi saw. Meski memiliki istilah yang hampir sama, khabar al-wahid memiliki titik perbedaan dengan khabar al- ahad atau dalam kajian `ulumul hadis lebih dikenal dengan istilah hadis ahad. Titik perbedaan tersebut terletak pada jumlah periwayat yang dimaksud pada masing-masing istilah. Ahad diartikan dengan jumlah yang lebih dari tiga tetapi tidak sampai derajat mutawattir, sementara Imam Syafi`i mengartikan wahid hanya diriwayatkan oleh satu orang perawi. Walaupun demikian, keduanya mempunyai kesamaan bahwasanya khabarul wahid dan khabarul ahad tidaklah mencapai derajat mutawatir. Dalam kaitannya dengan penetapan khabar al-wahid sebagai hujjah, kriteria kehujjahan yang ditetapkan al-Syafi’ merupakan kriteria yang cukup ketat dan lengkap. Para ulama fikih dan hadis sebelumnya, hanya mensyaratkan perawi yang tsiqah dalam penerimaan khabar al-wahid tanpa ada syarat yang lain, sementara syarat yang ditetapkan oleh sl-Syafi’i ini tampaknya merupakan syarat digunakan oleh para ahli hadis dewasa ini dengan berbagai pengembangan.","PeriodicalId":32729,"journal":{"name":"Jurnal Living Hadis","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49166878","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-10-25DOI: 10.14421/livinghadis.2019.1928
Dzurrotul Arifah
Para orientalis –termasuk G.H.A. Juynboll- memiliki pandangan berbeda dengan ulama muslim mengenai asal-usul dan otentisitas hadis. Ulama muslim berpendapat bahwa hadis yang terdapat dalam kitab kanonik merupakan otentik dari Nabi, terlebih jika berstatus mutawattir. Sedangkan Juynboll berpendapat bahwa tidak semua hadis dalam kitab kanonik merupakan otentik dari Nabi, dan ke-mutawattir-an sebuah hadis tidak menjamin bahwa hadis tersebut benar-benar berasal dari Nabi. Penelitian ini menguji hadis “Keutamaan Menyampaikan Sabda Nabi” yang dinilai mutawattir dan otentik dari Nabi oleh mayoritas ulama muslim sertamerupakan salah satu sumber legitimasi umat Islam bahwa penyebaran hadis sudah digalakkan sejak masa Nabi. Kegelisahan penulis adalah, apakah hadis ini akan bernilai sama jika diteliti menggunakan teori common link G.H.A. Juynboll atau tidak. Dari hasil penelitian, penulis menemukan common link tertua (the real common link) dari hadis “Keutamaan Menyampaikan Sabda Nabi” yaitu ‘Abd al-Rahman ibn ‘Abd Allah ibn Mas‘ud (w. 79 H), seorang tabi’in senior yang berasal dari Kufah. Dengan demikian, penelitian hadis “Keutamaan Menyampaikan Sabda Nabi” menggunakan teori common link menghasilkan kesimpulan berbeda dengan pendapat ulama muslim dari segi otentisitasnya. Selain itu, penelitian ini juga ditujukan untuk memberi gambaran langkah-langkah aplikasi teori common link G.H.A. Juynboll terhadap sebuah hadis.
东方主义者——包括G.H.A.Juynboll——与穆斯林理论家对现在的起源和真实性有不同的看法。穆斯林认为,经典书籍中的礼物对先知来说是真实的,尤其是如果他是一个变种人。Juynboll认为,并不是所有经典书籍中的礼物都是来自先知的,礼物的突变也不能保证礼物真的来自先知。这项研究测试了“先知安息日优先权”,大多数穆斯林学者通过变种人和真品人对其进行了评估,并忘记了伊斯兰合法性的来源之一,即自先知以来,礼物的传播一直受到鼓励。作者的焦虑是,如果使用通用链接理论G.H.A.Juynboll进行调查,情况是否会相同。从研究结果中,作者发现了真正的共同联系,即来自古巴的“倾向于传达安息日先知”Abd al-Rahman的儿子“Abd Allah ibn Mas'ud(w.79H),一位资深塔比人”。因此,本研究“先知安息日偏好”使用共同联系理论,在其真实性方面得出了与穆斯林原始观点不同的结论。此外,本研究还旨在逐步介绍G.H.a.Juynboll公共链接理论在礼物中的应用。
{"title":"HADIS “KEUTAMAAN MENYAMPAIKAN SABDA NABI”: TINJAUAN TEORI COMMON LINK G.H.A. JUYNBOLL","authors":"Dzurrotul Arifah","doi":"10.14421/livinghadis.2019.1928","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/livinghadis.2019.1928","url":null,"abstract":"Para orientalis –termasuk G.H.A. Juynboll- memiliki pandangan berbeda dengan ulama muslim mengenai asal-usul dan otentisitas hadis. Ulama muslim berpendapat bahwa hadis yang terdapat dalam kitab kanonik merupakan otentik dari Nabi, terlebih jika berstatus mutawattir. Sedangkan Juynboll berpendapat bahwa tidak semua hadis dalam kitab kanonik merupakan otentik dari Nabi, dan ke-mutawattir-an sebuah hadis tidak menjamin bahwa hadis tersebut benar-benar berasal dari Nabi. Penelitian ini menguji hadis “Keutamaan Menyampaikan Sabda Nabi” yang dinilai mutawattir dan otentik dari Nabi oleh mayoritas ulama muslim sertamerupakan salah satu sumber legitimasi umat Islam bahwa penyebaran hadis sudah digalakkan sejak masa Nabi. Kegelisahan penulis adalah, apakah hadis ini akan bernilai sama jika diteliti menggunakan teori common link G.H.A. Juynboll atau tidak. Dari hasil penelitian, penulis menemukan common link tertua (the real common link) dari hadis “Keutamaan Menyampaikan Sabda Nabi” yaitu ‘Abd al-Rahman ibn ‘Abd Allah ibn Mas‘ud (w. 79 H), seorang tabi’in senior yang berasal dari Kufah. Dengan demikian, penelitian hadis “Keutamaan Menyampaikan Sabda Nabi” menggunakan teori common link menghasilkan kesimpulan berbeda dengan pendapat ulama muslim dari segi otentisitasnya. Selain itu, penelitian ini juga ditujukan untuk memberi gambaran langkah-langkah aplikasi teori common link G.H.A. Juynboll terhadap sebuah hadis.","PeriodicalId":32729,"journal":{"name":"Jurnal Living Hadis","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47006912","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-10-25DOI: 10.14421/livinghadis.2019.1929
Yusron Yusron
Bentuk pemerintahan khilafah dan ormas tertentu yang memaksakan ideloginya dalam kontkes NKRI menjadikan urgensi penelitian khilafah menjadi sangat penting. Hal ini sebagaimana dilakukan dalam perspektif hadis dan pemaknaannya dalam konteks sekarang. Dalam hadis-hadis yang diriwayatkan oleh beberapa periwayat, hadis yang menunjukkan bahwa satu-satunya khilafah sebagai bentuk negara adalah dalam tatanan masa pemerintahan khulafah al-rasidun. Bentuk pemerintahan disesuaikan dengan kepentingan masing-masing negara. Selain khilafah, terdapat beragam bentuk pemerintahan yang disebut dalam hadis yaitu mulkan ‘adhdhan (kerajaan yang menggigit) dan mulkan jabriyyah (kerajaan diktator). Hal yang membedakan dengan pemerintahan khilafah pada masa khulafa a-rasyidun adalah mereka dipilih dengan musyawarah dan bukan turun-termurun. Dalam perspektif hermeneutika, pemahaman atas hadis tentang khilafah harus dikembalikan kepada pembacaan secara utuh dalam perspektif historisnya dan dipahami pula dalam konteks kekinian. Sehingga, pola pemerintahan saat ini adalah mengikuti pola berdasarkan kepentingan bersama dalam sebuah negara dengan merujuk pada kenyataan historis.
{"title":"PEMAKNAAN HADIS TENTANG KHILAFAH DALAM PERSPEKTIF HERMENEUTIKA","authors":"Yusron Yusron","doi":"10.14421/livinghadis.2019.1929","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/livinghadis.2019.1929","url":null,"abstract":"Bentuk pemerintahan khilafah dan ormas tertentu yang memaksakan ideloginya dalam kontkes NKRI menjadikan urgensi penelitian khilafah menjadi sangat penting. Hal ini sebagaimana dilakukan dalam perspektif hadis dan pemaknaannya dalam konteks sekarang. Dalam hadis-hadis yang diriwayatkan oleh beberapa periwayat, hadis yang menunjukkan bahwa satu-satunya khilafah sebagai bentuk negara adalah dalam tatanan masa pemerintahan khulafah al-rasidun. Bentuk pemerintahan disesuaikan dengan kepentingan masing-masing negara. Selain khilafah, terdapat beragam bentuk pemerintahan yang disebut dalam hadis yaitu mulkan ‘adhdhan (kerajaan yang menggigit) dan mulkan jabriyyah (kerajaan diktator). Hal yang membedakan dengan pemerintahan khilafah pada masa khulafa a-rasyidun adalah mereka dipilih dengan musyawarah dan bukan turun-termurun. Dalam perspektif hermeneutika, pemahaman atas hadis tentang khilafah harus dikembalikan kepada pembacaan secara utuh dalam perspektif historisnya dan dipahami pula dalam konteks kekinian. Sehingga, pola pemerintahan saat ini adalah mengikuti pola berdasarkan kepentingan bersama dalam sebuah negara dengan merujuk pada kenyataan historis.","PeriodicalId":32729,"journal":{"name":"Jurnal Living Hadis","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44425961","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-10-25DOI: 10.14421/livinghadis.2019.1636
Muhammad Alan Juhri
Buya Mawardi Muhammad merupakan seorang ulama yang cukup tersohor di Indonesia pada abad ke-20 M, terutama di ranah asalnya, Minangkabau. Beliau sangat disegani karena pengetahuannya yang meliputi berbagai bidang keilmuan. Mulai dari ilmu bahasa, seperti nahwu, sharaf, balaghah, dan ‘arudh, serta ilmu-ilmu keislaman lainnya seperti hadis, ilmu hadis, fiqh mawaris, ilmu tafsir, dan lain sebagainya. Ini terbukti dari karya-karya yang beliau hasilkan di berbagai bidang tersebut. Tulisan ini akan membahas satu di antara karyanya yang cukup monumental di bidang hadis yang berjudul Jawāhir al-Aḥādīṡ al-Nabawiyyah. Kitab ini hanya berisi hadis-hadis shahih dan hasan yang beliau pilih dari kitab-kitab hadis dan sunan-sunan para imam yang mu’tabarah. Adapun karakteristik dari kitab ini di antaranya ialah bahwa kitab tersebut disusun berdasarkan tema-tema yang beragam berdasarkan hadis-hadis yang lebih menekankan pada masalah akhlak dalam perkara sosial dan muamalah, baik yang bersifat duniawi maupun ukhrawi. Kitab ini terdiri dari 147 halaman yang di dalamnya termuat lebih dari 500 hadis. Dengan demikian, karya Buya Mawardi ini dapat menjadi salah satu bukti kekayaan intelektual ulama Nusantara, sehingga menarik untuk diteliti sebagai khazanah tambahan bagi para generasi penerus, terutama bagi para pengkaji hadis.
{"title":"STUDI KITAB HADIS NUSANTARA: KITAB JAWAHIR AL-AHADIS KARYA BUYA MAWARDI MUHAMMAD","authors":"Muhammad Alan Juhri","doi":"10.14421/livinghadis.2019.1636","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/livinghadis.2019.1636","url":null,"abstract":"Buya Mawardi Muhammad merupakan seorang ulama yang cukup tersohor di Indonesia pada abad ke-20 M, terutama di ranah asalnya, Minangkabau. Beliau sangat disegani karena pengetahuannya yang meliputi berbagai bidang keilmuan. Mulai dari ilmu bahasa, seperti nahwu, sharaf, balaghah, dan ‘arudh, serta ilmu-ilmu keislaman lainnya seperti hadis, ilmu hadis, fiqh mawaris, ilmu tafsir, dan lain sebagainya. Ini terbukti dari karya-karya yang beliau hasilkan di berbagai bidang tersebut. Tulisan ini akan membahas satu di antara karyanya yang cukup monumental di bidang hadis yang berjudul Jawāhir al-Aḥādīṡ al-Nabawiyyah. Kitab ini hanya berisi hadis-hadis shahih dan hasan yang beliau pilih dari kitab-kitab hadis dan sunan-sunan para imam yang mu’tabarah. Adapun karakteristik dari kitab ini di antaranya ialah bahwa kitab tersebut disusun berdasarkan tema-tema yang beragam berdasarkan hadis-hadis yang lebih menekankan pada masalah akhlak dalam perkara sosial dan muamalah, baik yang bersifat duniawi maupun ukhrawi. Kitab ini terdiri dari 147 halaman yang di dalamnya termuat lebih dari 500 hadis. Dengan demikian, karya Buya Mawardi ini dapat menjadi salah satu bukti kekayaan intelektual ulama Nusantara, sehingga menarik untuk diteliti sebagai khazanah tambahan bagi para generasi penerus, terutama bagi para pengkaji hadis.","PeriodicalId":32729,"journal":{"name":"Jurnal Living Hadis","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44468488","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-10-25DOI: 10.14421/livinghadis.2019.1850
Syamsiyani Syams
Hanan Attaki merupakan sosok penceramah muda yang tengah mendapatkan popularitasnya. Hanan memiliki majelis bernama Gerakan Pemuda Hijrah yang rutin mengadakan kajian setiap hari Rabu di Kota Bandung. Kekhasan Hanan Attaki dalam memilih tema kajian yang bersifat up to date serta gaya penyampaian materi ceramah yang kekinian, menjadikan jamaahnya didominasi kaum muda. Setidaknya, sekitar 4000 orang rutin menghadiri kajian Gerakan Pemuda Hijrah tersebut. Selain ceramah secara langsung, Hanan juga memanfaatkan media sosial sebagai media dakwahnya. Akun youtube Hanan telah diikuti jutaan orang. Melihat besarnya potensi pengaruh yang ditimbulkan dari dakwah melalui media Youtube ini, peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai pemaknaan hadis oleh Hanan Attaki dalam dakwahnya di Youtube.
{"title":"PEMAKNAAN HADIS OLEH HANAN ATTAKI DALAM DAKWAHNYA DI YOUTUBE","authors":"Syamsiyani Syams","doi":"10.14421/livinghadis.2019.1850","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/livinghadis.2019.1850","url":null,"abstract":"Hanan Attaki merupakan sosok penceramah muda yang tengah mendapatkan popularitasnya. Hanan memiliki majelis bernama Gerakan Pemuda Hijrah yang rutin mengadakan kajian setiap hari Rabu di Kota Bandung. Kekhasan Hanan Attaki dalam memilih tema kajian yang bersifat up to date serta gaya penyampaian materi ceramah yang kekinian, menjadikan jamaahnya didominasi kaum muda. Setidaknya, sekitar 4000 orang rutin menghadiri kajian Gerakan Pemuda Hijrah tersebut. Selain ceramah secara langsung, Hanan juga memanfaatkan media sosial sebagai media dakwahnya. Akun youtube Hanan telah diikuti jutaan orang. Melihat besarnya potensi pengaruh yang ditimbulkan dari dakwah melalui media Youtube ini, peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai pemaknaan hadis oleh Hanan Attaki dalam dakwahnya di Youtube.","PeriodicalId":32729,"journal":{"name":"Jurnal Living Hadis","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48546522","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-09-03DOI: 10.14421/LIVINGHADIS.2019.1777
A. Imron
Sebagai software yang sengaja dibuat oleh pengembangnya (Universitas Victoria, Kanada) untuk keperluan pendidikan, Hot Potatoes telah dimanfaatkan para praktisi pendidikan (baik guru maupun dosen) untuk membantu pembelajaran di kelas dari berbagai lintas ilmu. Artikel ini menjelaskan tentang plausibilitas penggunaan Software Hot Potatoes untuk membuat game atau permainan interaktif teka-teki silang untuk mendukung pembelajaran ilmu hadis.Sebagai software yang sengaja dibuat oleh pengembangnya (Universitas Victoria, Kanada) untuk keperluan pendidikan, Hot Potatoes telah dimanfaatkan para praktisi pendidikan (baik guru maupun dosen) untuk membantu pembelajaran di kelas dari berbagai lintas ilmu. Artikel ini menjelaskan tentang plausibilitas penggunaan Software Hot Potatoes untuk membuat game atau permainan interaktif teka-teki silang untuk mendukung pembelajaran ilmu hadis.
{"title":"Game Online Teka-Teki Silang dengan Software Hot Potatoes 6 untuk Mendukung Pembelajaran Ilmu Hadis","authors":"A. Imron","doi":"10.14421/LIVINGHADIS.2019.1777","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/LIVINGHADIS.2019.1777","url":null,"abstract":"Sebagai software yang sengaja dibuat oleh pengembangnya (Universitas Victoria, Kanada) untuk keperluan pendidikan, Hot Potatoes telah dimanfaatkan para praktisi pendidikan (baik guru maupun dosen) untuk membantu pembelajaran di kelas dari berbagai lintas ilmu. Artikel ini menjelaskan tentang plausibilitas penggunaan Software Hot Potatoes untuk membuat game atau permainan interaktif teka-teki silang untuk mendukung pembelajaran ilmu hadis.Sebagai software yang sengaja dibuat oleh pengembangnya (Universitas Victoria, Kanada) untuk keperluan pendidikan, Hot Potatoes telah dimanfaatkan para praktisi pendidikan (baik guru maupun dosen) untuk membantu pembelajaran di kelas dari berbagai lintas ilmu. Artikel ini menjelaskan tentang plausibilitas penggunaan Software Hot Potatoes untuk membuat game atau permainan interaktif teka-teki silang untuk mendukung pembelajaran ilmu hadis.","PeriodicalId":32729,"journal":{"name":"Jurnal Living Hadis","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46103270","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-09-02DOI: 10.14421/LIVINGHADIS.2019.1616
Azzah Nurin Taufiqotuzzahro
Salah satu penyebab marjinalisasi dalam kehidupan, baik sosial, budaya, pendidikan, politik tidak jauh dari pemikiran yang mengarah pada perempuan yang diperkuat dengan adanya al-Qur’an dan hadis Nabi. Perempuan sering menjadi sumber perbincangan oleh pemikir Islam, terlebih menyangkut gender. Sudah banyak literatur dan kajian yang membahasnya karena dirasa masih kontroversial seiring dengan pembahasan hak-hak asasi manusia yang tidak hanya berimplikasi pada permasalahan wanita itu sendiri tetapi berimbas pula pada pembahasan agama, termasuk Islam. Namun, di sisi lain teks-teks holistik yang ada memberi pengertian lain untuk meluruskan kegagalan faham yang selama ini menjadi doktrin di dunia Islam. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis hadis Nabi bernuansa misogini yang berisi tentang perintah istri bersujud kepada suami. Pemahaman leterlek hadis tersebut diklaim oleh beberapa fraksi sebagai hadis misoginis, yang mana hadis-hadis ini diduga berisi konten yang merendahkan dan memojokkan kaum perempuan. Melalui konsep hermeneutika Hans-George Gadamer yang mengantongi meaningfulsense sebagai solusi tepat, penulis memperoleh pandangan bahwa hadis perintah istri bersujud kepada suami bukan merupakan hadis misoginis yang digadang merendahkan perempuan dan menempatkan laki-laki di posisi paling depan. Konsep hermeneutika Gadamer, yang meliputi teori pemahaman, penafsiran, dan penerapan, justru menjawab bahwa hadis tersebut menyiratkan pengangkatan derajat perempuan dengan memberikan pemahaman untuk memenuhi hak serta kewajiban antara suami dan istri, dan bersikap baik terhadap satu sama lain.
{"title":"Pembacaan Hermeneutika Hadis tentang Perintah Istri Bersujud kepada Suami: Perspektif Hans-George Gadamer","authors":"Azzah Nurin Taufiqotuzzahro","doi":"10.14421/LIVINGHADIS.2019.1616","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/LIVINGHADIS.2019.1616","url":null,"abstract":"Salah satu penyebab marjinalisasi dalam kehidupan, baik sosial, budaya, pendidikan, politik tidak jauh dari pemikiran yang mengarah pada perempuan yang diperkuat dengan adanya al-Qur’an dan hadis Nabi. Perempuan sering menjadi sumber perbincangan oleh pemikir Islam, terlebih menyangkut gender. Sudah banyak literatur dan kajian yang membahasnya karena dirasa masih kontroversial seiring dengan pembahasan hak-hak asasi manusia yang tidak hanya berimplikasi pada permasalahan wanita itu sendiri tetapi berimbas pula pada pembahasan agama, termasuk Islam. Namun, di sisi lain teks-teks holistik yang ada memberi pengertian lain untuk meluruskan kegagalan faham yang selama ini menjadi doktrin di dunia Islam. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis hadis Nabi bernuansa misogini yang berisi tentang perintah istri bersujud kepada suami. Pemahaman leterlek hadis tersebut diklaim oleh beberapa fraksi sebagai hadis misoginis, yang mana hadis-hadis ini diduga berisi konten yang merendahkan dan memojokkan kaum perempuan. Melalui konsep hermeneutika Hans-George Gadamer yang mengantongi meaningfulsense sebagai solusi tepat, penulis memperoleh pandangan bahwa hadis perintah istri bersujud kepada suami bukan merupakan hadis misoginis yang digadang merendahkan perempuan dan menempatkan laki-laki di posisi paling depan. Konsep hermeneutika Gadamer, yang meliputi teori pemahaman, penafsiran, dan penerapan, justru menjawab bahwa hadis tersebut menyiratkan pengangkatan derajat perempuan dengan memberikan pemahaman untuk memenuhi hak serta kewajiban antara suami dan istri, dan bersikap baik terhadap satu sama lain.","PeriodicalId":32729,"journal":{"name":"Jurnal Living Hadis","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49484727","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-09-02DOI: 10.14421/LIVINGHADIS.2019.1651
Ishom Fuadi Fikri
ABSTRACTThis paper aims to discuss one of the Hadith in the book "Adab al-‘Aalim wa al-Muta’allim" by KH. Hasyim As'ariy, i.e. "Khuffat al-Jannah bi al-Makaarih". The approach used is the takhrij hadith bi al-lafdzi, which is to use few words and first words in the hadith. This paper is a study of literature based on relevant literature sources and seeks to answer the question of the status of authenticity of the hadith and how to understand the hadith. The quality of the hadith is worth Saheeh as a logical consequence of the connection of the Sanad and its famous tsiqah narrators, besides the matn hadith, it also does not conflict with such hadith as narrated by other narrators who are more religious. Therefore, the hadith can be used as a shara’ proposition, where in this case KH. Hasyim As'ariy explained that among the obligations of a teacher is always to encourage himself to; 1) always increase knowledge and do good deeds in sincerity of power and effort, 2) continuous worship, 3) read, 4) study, 5) discuss, 6) make notes, 7) memorize, 8) do not waste time and his age on something that is not related to science and good deeds, except when it is primary, including; eat-drink, rest-sleep, fulfill the rights of his wife or guest, make a living according to the level of need, illness, and so on. ABSTRAKTulisan ini bertujuan untuk membahas salah satu hadis yang yang tertera di dalam kitab “Adab al-‘Aalim wa al-Muta’allim” karya KH. Hasyim As’ariy, yakni “Khuffat al-Jannah bi al-Makaarih”. Pendekatan yang digunakan adalah takhrij hadis bi al-lafdzi, yakni menggunakan sebagaian kata dan kata pertama dalam matan hadis. Tulisan ini merupakan kajian kepustakaan berdasarkan sumber-sumber literatur yang relevan dan berusaha menjawab persoalan mengenai status keotentikan hadis dan bagaimana pemahaman hadis tersebut. Kualitas hadits tersebut adalah bernilai shahih sebagai konsekuensi logis dari adanya persambungan sanad dan para perawinya terkenal tsiqah, disamping matan haditsnya juga tidak bertentangan dengan hadits semisal yang diriwayatkan oleh perawi lainnya yang lebih tsiqah. Oleh sebab itu, hadis tersebut dapat digunakan sebagai dalil syara’, dimana dalam hal ini KH. Hasyim As’ariy menjelaskan bahwa diantara kewajiban seorang guru adalah senantiasa mendorong dirinya sendiri untuk; 1) selalu menambah pengetahuan dan beramal saleh dalam kesungguhan daya dan upaya, 2) kontinyu dalam beribadah, 3) membaca, 4) belajar, 5) berdiskusi, 6) membuat catatan-catatan, 7) mengahafal, 8) tidak menyia-nyiakan waktu dan umurnya pada sesuatu yang tidak berkaitan dengan keilmuan dan amal saleh, kecuali bila hal itu bersifat primer, diantaranya; makan-minum, istirahat-tidur, memenuhi hak istri atau tamunya, mencari nafkah sesuai kadar kebutuhan, sakit, dan sebagainya.
【摘要】本文旨在探讨KH所著《阿达卜·阿利姆和穆塔·阿利姆》中的一段圣训。哈希姆·阿斯阿里,也就是。"Khuffat al-Jannah bi al-Makaarih"。使用的方法是takhrij hadith bi al-lafdzi,即在圣训中使用很少的单词和开头的单词。本文以相关文献为基础进行文献研究,试图回答圣训真实性的地位以及如何理解圣训的问题。圣训的质量是值得的,Saheeh,作为《圣训》和著名的齐卡叙述者之间联系的逻辑结果,除了圣训,它也不与其他更虔诚的叙述者所讲述的圣训相冲突。因此,圣训可以用作shara的命题,在这种情况下,KH。Hasyim As'ariy解释说,教师的义务之一就是总是鼓励自己;1)总是以力量和努力的诚意来增加知识和做好事,2)持续的崇拜,3)阅读,4)研究,5)讨论,6)做笔记,7)记忆,8)不浪费时间和年龄在与科学和善行无关的事情上,除非它是主要的,包括;吃喝,休息,睡觉,履行妻子或客人的权利,根据需要的程度谋生,生病,等等。[摘要]土耳其人在土耳其的成员都是salah satu hadis yang yang tertera di dalam kitab " Adab al- ' alim wa al- muta ' alim " karya KH。Hasyim As 'ariy, yakni“Khuffat al-Jannah bi al-Makaarih”。Pendekatan yang digunakan adalah takhrij hadis bi al-lafdzi, yakni menggunakan sebagaian kata kata pertama dalam matan hadis。tuisan ini merupakan kajian kepustakaan berdasarkan sumber-sumber文学yang relan dan berusaha menjawab个人menmenai状态keotentikan hais dan bagaimana pemahaman hais tersebut。Kualitas haits tersebut adalah bernilai shahih sebagai konsekuensi logis dari adanya persambungan sanad and dan para perawinya terkenh tsiqah, disaman haditsnya juga tidak bertentangan dengan haits semal yang diriwayatkan oleh perawi lainnya yang lebih tsiqah。Oleh sebab itu, hadis tersesebut dapat digunakan sebagai dalil syara ', dimana dalam hal ini KH。Hasyim As 'ariy menjelaskan bahwa diantara kewajiban seorang guru adalah senantiasa mendoong dirinya sendiri untuk;1) selalu menambah pengetahuan Dan beramal saleh dalam kesungguhan daya Dan upanya, 2) kontinyu dalam beribadah, 3) membaca, 4) belajar, 5) berdiskusi, 6) membuchatan -catatan, 7) menghafal, 8) tidak berkaitan dengan keilmuan Dan amal saleh, kecuali bila halitu bersifat primer, diantaranya;Makan-minum, istirahat-tidur, memenuhi hak istri atau tamunya, mencari nafkah sesuai kadar kebutuhan, sakit, Dan sebagainya。
{"title":"Takhrij dan Fahm al Hads \"Khuffat al Jannah bi al Makaarih” dalam Kitab Adab al-'Aalim wa al Muta'allim","authors":"Ishom Fuadi Fikri","doi":"10.14421/LIVINGHADIS.2019.1651","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/LIVINGHADIS.2019.1651","url":null,"abstract":"ABSTRACTThis paper aims to discuss one of the Hadith in the book \"Adab al-‘Aalim wa al-Muta’allim\" by KH. Hasyim As'ariy, i.e. \"Khuffat al-Jannah bi al-Makaarih\". The approach used is the takhrij hadith bi al-lafdzi, which is to use few words and first words in the hadith. This paper is a study of literature based on relevant literature sources and seeks to answer the question of the status of authenticity of the hadith and how to understand the hadith. The quality of the hadith is worth Saheeh as a logical consequence of the connection of the Sanad and its famous tsiqah narrators, besides the matn hadith, it also does not conflict with such hadith as narrated by other narrators who are more religious. Therefore, the hadith can be used as a shara’ proposition, where in this case KH. Hasyim As'ariy explained that among the obligations of a teacher is always to encourage himself to; 1) always increase knowledge and do good deeds in sincerity of power and effort, 2) continuous worship, 3) read, 4) study, 5) discuss, 6) make notes, 7) memorize, 8) do not waste time and his age on something that is not related to science and good deeds, except when it is primary, including; eat-drink, rest-sleep, fulfill the rights of his wife or guest, make a living according to the level of need, illness, and so on. ABSTRAKTulisan ini bertujuan untuk membahas salah satu hadis yang yang tertera di dalam kitab “Adab al-‘Aalim wa al-Muta’allim” karya KH. Hasyim As’ariy, yakni “Khuffat al-Jannah bi al-Makaarih”. Pendekatan yang digunakan adalah takhrij hadis bi al-lafdzi, yakni menggunakan sebagaian kata dan kata pertama dalam matan hadis. Tulisan ini merupakan kajian kepustakaan berdasarkan sumber-sumber literatur yang relevan dan berusaha menjawab persoalan mengenai status keotentikan hadis dan bagaimana pemahaman hadis tersebut. Kualitas hadits tersebut adalah bernilai shahih sebagai konsekuensi logis dari adanya persambungan sanad dan para perawinya terkenal tsiqah, disamping matan haditsnya juga tidak bertentangan dengan hadits semisal yang diriwayatkan oleh perawi lainnya yang lebih tsiqah. Oleh sebab itu, hadis tersebut dapat digunakan sebagai dalil syara’, dimana dalam hal ini KH. Hasyim As’ariy menjelaskan bahwa diantara kewajiban seorang guru adalah senantiasa mendorong dirinya sendiri untuk; 1) selalu menambah pengetahuan dan beramal saleh dalam kesungguhan daya dan upaya, 2) kontinyu dalam beribadah, 3) membaca, 4) belajar, 5) berdiskusi, 6) membuat catatan-catatan, 7) mengahafal, 8) tidak menyia-nyiakan waktu dan umurnya pada sesuatu yang tidak berkaitan dengan keilmuan dan amal saleh, kecuali bila hal itu bersifat primer, diantaranya; makan-minum, istirahat-tidur, memenuhi hak istri atau tamunya, mencari nafkah sesuai kadar kebutuhan, sakit, dan sebagainya.","PeriodicalId":32729,"journal":{"name":"Jurnal Living Hadis","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44930473","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-09-02DOI: 10.14421/LIVINGHADIS.2019.1647
Muhammad Rafi
Poverty is one of the most complex and very significant social problems in influencing social-community settings. Islam through the Qur'an and Sunnah has provided a solution to overcome this poverty problem with the concept of alms. Alms itself is not limited to only assets or material, but can also be done through physical effort, one of which is good deeds to others. There are many verses of the Qur'an and matan hadith that invite Muslims to give alms, either openly or secretly. Then, the text is understood and actualized by Muslims with various kinds of understanding and forms of implementation. This is what later referred to as the hadith living. Living hadith is a sunnah of the Prophet which is freely interpreted by ulama, rulers, judges and Muslims according to the situation, place and conditions they face, or also referred to as "living sunnah". There are three models of hadith living namely writing traditions, oral traditions and traditions of practice. This paper takes the focus of the living of oral hadith that comes along with the practices carried out by Muslims. In this study we will discuss the living of hadith which refers to the tradition of religious practice, more precisely about the understanding of the Sijum community regarding almsgiving and how it is implemented in the tradition of alms rice on Friday for the Sijum Amuntai community. This research is descriptive, qualitative, inductive which means that a study is conducted to get a general description or description of the hadith living. The approach used in this study is a phenomenological approach with functional theory.
{"title":"Living Hadis : Studi atas Tradisi Sedekah Nasi Bungkus Hari Jumat oleh Komunitas Sijum Amuntai","authors":"Muhammad Rafi","doi":"10.14421/LIVINGHADIS.2019.1647","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/LIVINGHADIS.2019.1647","url":null,"abstract":"Poverty is one of the most complex and very significant social problems in influencing social-community settings. Islam through the Qur'an and Sunnah has provided a solution to overcome this poverty problem with the concept of alms. Alms itself is not limited to only assets or material, but can also be done through physical effort, one of which is good deeds to others. There are many verses of the Qur'an and matan hadith that invite Muslims to give alms, either openly or secretly. Then, the text is understood and actualized by Muslims with various kinds of understanding and forms of implementation. This is what later referred to as the hadith living. Living hadith is a sunnah of the Prophet which is freely interpreted by ulama, rulers, judges and Muslims according to the situation, place and conditions they face, or also referred to as \"living sunnah\". There are three models of hadith living namely writing traditions, oral traditions and traditions of practice. This paper takes the focus of the living of oral hadith that comes along with the practices carried out by Muslims. In this study we will discuss the living of hadith which refers to the tradition of religious practice, more precisely about the understanding of the Sijum community regarding almsgiving and how it is implemented in the tradition of alms rice on Friday for the Sijum Amuntai community. This research is descriptive, qualitative, inductive which means that a study is conducted to get a general description or description of the hadith living. The approach used in this study is a phenomenological approach with functional theory.","PeriodicalId":32729,"journal":{"name":"Jurnal Living Hadis","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43650221","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-09-02DOI: 10.14421/LIVINGHADIS.2019.1612
Ahmad Muttaqin
Pengajian (religious teaching) is one of the primary programmes at Jogokariyan mosque. It has been held regularly and incidentally using the current issues as a theme. After the 212 demonstration 2016 in Jakarta, pengajian in Jogokariyan always uses the specific themes related to the religious social issues. This article tries to explore how the reception of hadis or the teachings of prophetic tradition live in a social movement in the context of pengajian at Jogokariyan mosque. Employing a social movement approach, this article seeks to explore deeply how the hadis or prophetic traditions are expressed and its relevance to the social movement in pengajian. The social movement has three strategies, namely, (1) political opportunities, (2) mobilizing structures and (3) framing process. This present paper concludes that firstly, religious teaching in Jogokariyanmosque is a model of reception of hadis about seeking knowledge and majlis ilm’. The hadis is used as a basic tool to mobilize the process of social movement in pengajian. Secondly, the social movement in the Jogokariyan mosque is motivated by the injustice feeling caused by the policy of the government today.
{"title":"Social Movement in Pengajian at Jogokariyan Mosque","authors":"Ahmad Muttaqin","doi":"10.14421/LIVINGHADIS.2019.1612","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/LIVINGHADIS.2019.1612","url":null,"abstract":"Pengajian (religious teaching) is one of the primary programmes at Jogokariyan mosque. It has been held regularly and incidentally using the current issues as a theme. After the 212 demonstration 2016 in Jakarta, pengajian in Jogokariyan always uses the specific themes related to the religious social issues. This article tries to explore how the reception of hadis or the teachings of prophetic tradition live in a social movement in the context of pengajian at Jogokariyan mosque. Employing a social movement approach, this article seeks to explore deeply how the hadis or prophetic traditions are expressed and its relevance to the social movement in pengajian. The social movement has three strategies, namely, (1) political opportunities, (2) mobilizing structures and (3) framing process. This present paper concludes that firstly, religious teaching in Jogokariyanmosque is a model of reception of hadis about seeking knowledge and majlis ilm’. The hadis is used as a basic tool to mobilize the process of social movement in pengajian. Secondly, the social movement in the Jogokariyan mosque is motivated by the injustice feeling caused by the policy of the government today.","PeriodicalId":32729,"journal":{"name":"Jurnal Living Hadis","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45788333","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}