Pub Date : 2023-06-30DOI: 10.35990/mk.v6n2.p173-182
Hafizhah Alya Rizviar, Galuh Ramaningrum, T. Setyarini, Kanti Ratnaningrum
COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2. Kasus COVID-19 di Indonesia mencapai 7,76%, angka ini lebih besar dari kasus COVID-19 di dunia yang hanya 0,8-2,2%. Gambaran foto thoraks dan karakteristik pasien COVID-19 anak lebih bervariasi dibanding kasus dewasa. Penelitian terkait COVID-19 pada anak di Indonesia masih terbatas. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui gambaran foto thoraks dan karakteristik pasien COVID-19 anak. Penelitian ini adalah studi deskriptif observasional dengan pendekatan kuantitatif. Sampel penelitian ini adalah anak yang didiagnosis COVID-19 dan dirawat di bangsal anak di RSUD Tugurejo Semarang periode Mei 2020-Agustus 2021. Data penelitian menggunakan data sekunder berupa rekam medis. Gambaran foto thoraks yang sering ditemukan penebalan pola broncovaskular dan infiltrasi (39,5%) dan normal (39,5%). Sampel anak di dominasi usia remaja (12-18 tahun) sebanyak 52,6%, laki-laki 68,4%, indeks massa tubuh (IMT) normal 73,7%; dengan gejala ringan 63,2%. Pasien dengan komorbid hanya 2,6%. Gambaran foto thoraks bervariasi kemungkinan disebabkan manifestasi klinis anak mayoritas ringan-sedang sehingga tidak ada gambaran khas seperti pada dewasa. Karakteristik pasien berdasarkan usia mayoritas remaja kemungkinan disebabkan remaja merupakan usia produktif yang memiliki risiko terpapar paling besar karena interaksi erat dengan sekitar. Jenis kelamin mayoritas laki-laki kemungkinan disebabkan jumlah CD4+ pada tubuh lebih sedikit dari wanita. Pasien dengan komorbid hanya 2,6% yaitu bayi prematur kemungkinan disebabkan kekebalan sistem humoral dan selular yang belum cukup. IMT mayoritas normal namun nutrisi sangat dibutuhkan dalam pertahanan tubuh melawan virus. Gejala anak mayoritas ringan-sedang kemungkinan diakibatkan anak memiliki ACE-2 lebih sedikit dari dewasa sehingga tidak sensitif terhadap virus SARS-CoV-2 Kata kunci: anak, COVID-19, foto thoraks, karakteristik
{"title":"GAMBARAN RADIOLOGI FOTO THORAKS DAN KARAKTERISTIK PASIEN ANAK PENDERITA COVID-19 DI RSUD TUGUREJO SEMARANG","authors":"Hafizhah Alya Rizviar, Galuh Ramaningrum, T. Setyarini, Kanti Ratnaningrum","doi":"10.35990/mk.v6n2.p173-182","DOIUrl":"https://doi.org/10.35990/mk.v6n2.p173-182","url":null,"abstract":"COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2. Kasus COVID-19 di Indonesia mencapai 7,76%, angka ini lebih besar dari kasus COVID-19 di dunia yang hanya 0,8-2,2%. Gambaran foto thoraks dan karakteristik pasien COVID-19 anak lebih bervariasi dibanding kasus dewasa. Penelitian terkait COVID-19 pada anak di Indonesia masih terbatas. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui gambaran foto thoraks dan karakteristik pasien COVID-19 anak. Penelitian ini adalah studi deskriptif observasional dengan pendekatan kuantitatif. Sampel penelitian ini adalah anak yang didiagnosis COVID-19 dan dirawat di bangsal anak di RSUD Tugurejo Semarang periode Mei 2020-Agustus 2021. Data penelitian menggunakan data sekunder berupa rekam medis. Gambaran foto thoraks yang sering ditemukan penebalan pola broncovaskular dan infiltrasi (39,5%) dan normal (39,5%). Sampel anak di dominasi usia remaja (12-18 tahun) sebanyak 52,6%, laki-laki 68,4%, indeks massa tubuh (IMT) normal 73,7%; dengan gejala ringan 63,2%. Pasien dengan komorbid hanya 2,6%. Gambaran foto thoraks bervariasi kemungkinan disebabkan manifestasi klinis anak mayoritas ringan-sedang sehingga tidak ada gambaran khas seperti pada dewasa. Karakteristik pasien berdasarkan usia mayoritas remaja kemungkinan disebabkan remaja merupakan usia produktif yang memiliki risiko terpapar paling besar karena interaksi erat dengan sekitar. Jenis kelamin mayoritas laki-laki kemungkinan disebabkan jumlah CD4+ pada tubuh lebih sedikit dari wanita. Pasien dengan komorbid hanya 2,6% yaitu bayi prematur kemungkinan disebabkan kekebalan sistem humoral dan selular yang belum cukup. IMT mayoritas normal namun nutrisi sangat dibutuhkan dalam pertahanan tubuh melawan virus. Gejala anak mayoritas ringan-sedang kemungkinan diakibatkan anak memiliki ACE-2 lebih sedikit dari dewasa sehingga tidak sensitif terhadap virus SARS-CoV-2 \u0000\u0000Kata kunci: anak, COVID-19, foto thoraks, karakteristik","PeriodicalId":33234,"journal":{"name":"Jurnal Profesi Medika","volume":"7 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"91189637","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-30DOI: 10.35990/mk.v6n2.p123-133
Dhin Syihabudin
Pandemi Corona Virus Disease (COVID-19) membuat pemerintah menganjurkan perguruan tinggi untuk meminimalkan proses pembelajaran luring dan mengutamakan pembelajaran daring yang menyebabkan mahasiswa sering menggunakan laptop dan terpapar cahaya laptop dalam waktu yang lama, mengerjakan tugas hingga larut malam dapat menyebabkan terganggunya kualitas tidur, sehingga berisiko mengalami astneopia, biasanya ditandai dengan gejala somatik seperti mata kering, merah, penglihatan kabur. WHO mencatat kejadian astenopia di dunia rata-rata 75% per tahun. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kualitas tidur dan lamanya paparan cahaya laptop dengan kejadian astenopia di masa pandemi. Penelitian kuantitatif, observasional analitik dengan cross sectional. Instrumen yang digunakan PSQI (Pittsburgh Sleep Quality Index) dan VFI (Visual Fatigue Index). Data dianalisis secara bivariat menggunakan uji chi square. Sampel penelitian adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. Dari 60 responden, 65% memiliki kualitas tidur yang buruk, 66,7% terpapar cahaya laptop dalam jangka waktu yang lama dan 53,3% mengalami astenopia. Berdasarkan hasil analisis didapatkan nilai signifikasi antara kualitas tidur dengan astenopia (p=0,000) dan lamanya paparan cahaya laptop dengan astenopia (p=0,044) sehingga nilai (p < 0,05). Terdapat hubungan antara kualitas tidur dan lamanya paparan cahaya laptop dengan kejadian astenopia di masa pandemi. Kata kunci : astenopia, kualitas tidur, lamanya paparan cahaya laptop
{"title":"HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DAN LAMANYA PAPARAN CAHAYA LAPTOP DENGAN KEJADIAN ASTENOPIA DI MASA PANDEMI","authors":"Dhin Syihabudin","doi":"10.35990/mk.v6n2.p123-133","DOIUrl":"https://doi.org/10.35990/mk.v6n2.p123-133","url":null,"abstract":"Pandemi Corona Virus Disease (COVID-19) membuat pemerintah menganjurkan perguruan tinggi untuk meminimalkan proses pembelajaran luring dan mengutamakan pembelajaran daring yang menyebabkan mahasiswa sering menggunakan laptop dan terpapar cahaya laptop dalam waktu yang lama, mengerjakan tugas hingga larut malam dapat menyebabkan terganggunya kualitas tidur, sehingga berisiko mengalami astneopia, biasanya ditandai dengan gejala somatik seperti mata kering, merah, penglihatan kabur. WHO mencatat kejadian astenopia di dunia rata-rata 75% per tahun. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kualitas tidur dan lamanya paparan cahaya laptop dengan kejadian astenopia di masa pandemi. Penelitian kuantitatif, observasional analitik dengan cross sectional. Instrumen yang digunakan PSQI (Pittsburgh Sleep Quality Index) dan VFI (Visual Fatigue Index). Data dianalisis secara bivariat menggunakan uji chi square. Sampel penelitian adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. Dari 60 responden, 65% memiliki kualitas tidur yang buruk, 66,7% terpapar cahaya laptop dalam jangka waktu yang lama dan 53,3% mengalami astenopia. Berdasarkan hasil analisis didapatkan nilai signifikasi antara kualitas tidur dengan astenopia (p=0,000) dan lamanya paparan cahaya laptop dengan astenopia (p=0,044) sehingga nilai (p < 0,05). Terdapat hubungan antara kualitas tidur dan lamanya paparan cahaya laptop dengan kejadian astenopia di masa pandemi. \u0000Kata kunci : astenopia, kualitas tidur, lamanya paparan cahaya laptop","PeriodicalId":33234,"journal":{"name":"Jurnal Profesi Medika","volume":"6 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"80451196","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-30DOI: 10.35990/mk.v6n2.p134-142
Asti Kristianti, Siska Telly Pratiwi, Nadya Safira, Nurbaiti Nazarudin
Pembersihan telinga menggunakan cotton buds dapat menjadi faktor risiko infeksi telinga luar terutama kejadian otitis eksterna yang dapat menimbulkan berbagai keluhan telinga seperti nyeri telinga, telinga gatal, telinga penuh, dan penurunan pendengaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pembersihan telinga menggunakan cotton buds dengan kejadian keluhan telinga pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani (FK Unjani) Angkatan 2019. Populasi penelitian ini adalah Mahasiswa FK Unjani Angkatan 2019 yang melakukan pembersihan telinga menggunakan cotton buds dengan keluhan telinga yang memenuhi kriteria inklusi. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Penetapan sampel menggunakan Rumus uji hipotesis beda dua proporsi dua kelompok. Jumlah responden minimal yang dapat digunakan dalam penelitian adalah berjumlah 30 responden. Metode dalam pengambilan responden menggunakan consecutive sampling. Instrumen yang dipakai pada penelitian ini adalah kuesioner. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat. Karakteristik responden yang menggunakan cotton buds dalam membersihkan telinganya berjenis kelamin perempuan lebih banyak daripada laki-laki (83,33%). Dalam membersihkan telinga responden paling banyak menggunakan cotton buds menimbulkan keluhan telinga gatal (45,28%), nyeri telinga (33,96%), telinga penuh (18,87%), dan penurunan pendengaran (1,89%). Dari penelitian didapatkan hasil hubungan yang bermakna dengan nilai odds ratio 95,28 kali lebih besar antara pembersihan telinga menggunakan cotton buds dengan kejadian keluhan telinga pada Mahasiswa FK Unjani Angkatan 2019 dibandingkan dengan yang tidak menggunakan cotton buds. Mayoritas keluhan telinga yang terjadi adalah telinga gatal yang menandakan sudah memasuki stadium inflamasi kronik dari kejadian otitis eksterna. Kata Kunci: Cotton buds, keluhan telinga, pembersihan telinga
{"title":"HUBUNGAN PEMBERSIHAN TELINGA MENGGUNAKAN COTTON BUDS DENGAN KEJADIAN KELUHAN TELINGA","authors":"Asti Kristianti, Siska Telly Pratiwi, Nadya Safira, Nurbaiti Nazarudin","doi":"10.35990/mk.v6n2.p134-142","DOIUrl":"https://doi.org/10.35990/mk.v6n2.p134-142","url":null,"abstract":"Pembersihan telinga menggunakan cotton buds dapat menjadi faktor risiko infeksi telinga luar terutama kejadian otitis eksterna yang dapat menimbulkan berbagai keluhan telinga seperti nyeri telinga, telinga gatal, telinga penuh, dan penurunan pendengaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pembersihan telinga menggunakan cotton buds dengan kejadian keluhan telinga pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani (FK Unjani) Angkatan 2019. Populasi penelitian ini adalah Mahasiswa FK Unjani Angkatan 2019 yang melakukan pembersihan telinga menggunakan cotton buds dengan keluhan telinga yang memenuhi kriteria inklusi. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Penetapan sampel menggunakan Rumus uji hipotesis beda dua proporsi dua kelompok. Jumlah responden minimal yang dapat digunakan dalam penelitian adalah berjumlah 30 responden. Metode dalam pengambilan responden menggunakan consecutive sampling. Instrumen yang dipakai pada penelitian ini adalah kuesioner. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat. Karakteristik responden yang menggunakan cotton buds dalam membersihkan telinganya berjenis kelamin perempuan lebih banyak daripada laki-laki (83,33%). Dalam membersihkan telinga responden paling banyak menggunakan cotton buds menimbulkan keluhan telinga gatal (45,28%), nyeri telinga (33,96%), telinga penuh (18,87%), dan penurunan pendengaran (1,89%). Dari penelitian didapatkan hasil hubungan yang bermakna dengan nilai odds ratio 95,28 kali lebih besar antara pembersihan telinga menggunakan cotton buds dengan kejadian keluhan telinga pada Mahasiswa FK Unjani Angkatan 2019 dibandingkan dengan yang tidak menggunakan cotton buds. Mayoritas keluhan telinga yang terjadi adalah telinga gatal yang menandakan sudah memasuki stadium inflamasi kronik dari kejadian otitis eksterna.\u0000\u0000Kata Kunci: Cotton buds, keluhan telinga, pembersihan telinga","PeriodicalId":33234,"journal":{"name":"Jurnal Profesi Medika","volume":"49 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"80612127","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-30DOI: 10.35990/mk.v6n2.p152-161
Sri Sarwendah, Jeffrey Jeffrey, Hasna Humaira, Euis Reni Yuslianti
Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sangat penting untuk mecegah timbulnya penyakit gigi yang akan menurunkan kesehatan gigi dan mulut. Salah satu faktor yang memengaruhi kesehatan gigi dan mulut adalah sikap, perilaku, dan pengetahuan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan tingkat kebersihan gigi dan mulut pada anak usia 12 tahun di SDN 1 Jampangkulon Kabupaten Sukabumi. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan teknik probability berupa simple random sampling dengan jumlah sampel 39 orang dengan menggunakan analisis chi-square di SDN 1 Jampangkulon. Pengambilan data kebersihan gigi dan mulut menggunakan metode oral hygiene index simplified (OHI-S). Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh anak usia 12 tahun mempunyai frekuensi tertinggi berdasarkan pengetahuan adalah kriteria cukup, dan frekuensi tertinggi berdasarkan kesehatan gigi dan mulut adalah kriteria cukup. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka didapatkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan pengetahuan dengan kesehatan gigi dan mulut pada anak usia 12 tahun di SDN 1 Jampangkulon. Kata kunci : kesehatan gigi, tingkat pengetahuan
{"title":"TINGKAT PENGETAHUAN BERHUBUNGAN DENGAN KESEHATAN \u0000GIGI MULUT SISWA SDN JAMPANGKULON SUKABUMI","authors":"Sri Sarwendah, Jeffrey Jeffrey, Hasna Humaira, Euis Reni Yuslianti","doi":"10.35990/mk.v6n2.p152-161","DOIUrl":"https://doi.org/10.35990/mk.v6n2.p152-161","url":null,"abstract":"Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sangat penting untuk mecegah timbulnya penyakit gigi yang akan menurunkan kesehatan gigi dan mulut. Salah satu faktor yang memengaruhi kesehatan gigi dan mulut adalah sikap, perilaku, dan pengetahuan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan tingkat kebersihan gigi dan mulut pada anak usia 12 tahun di SDN 1 Jampangkulon Kabupaten Sukabumi. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan teknik probability berupa simple random sampling dengan jumlah sampel 39 orang dengan menggunakan analisis chi-square di SDN 1 Jampangkulon. Pengambilan data kebersihan gigi dan mulut menggunakan metode oral hygiene index simplified (OHI-S). Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh anak usia 12 tahun mempunyai frekuensi tertinggi berdasarkan pengetahuan adalah kriteria cukup, dan frekuensi tertinggi berdasarkan kesehatan gigi dan mulut adalah kriteria cukup. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka didapatkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan pengetahuan dengan kesehatan gigi dan mulut pada anak usia 12 tahun di SDN 1 Jampangkulon.\u0000Kata kunci : kesehatan gigi, tingkat pengetahuan","PeriodicalId":33234,"journal":{"name":"Jurnal Profesi Medika","volume":"8 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"88555079","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}