Pub Date : 2018-12-25DOI: 10.30983/ISLAM_REALITAS.V4I2.786
Ferdian Ferdian
TThis article is about the establishment of tolerance between groups of religious followers at the regencey level. FKUB, which means the forum for religious harmony, have been established since 2006 to maintain the religious harmony among different religious followers in Indonesia. The forum was formed after a joint policy between the Minister of Religious Affairs and the Minister of Internal Affairs. The joint policy was constructed based on the view that the governmental effort on facilitating communication and dialog between different religious leaders will prevent the horizontal conflict between religious followers. This paper is aimed to investigate the FKUB’s role in establishing tolerance between groups of the religious followers in West Pasaman Regency. This paper is mainly focused on investigating the activities organized to maintain the inter-religious harmony in the regency. By using indepth interview technique and the Functional Structural Theory are used and implemented to portray the contribution of FKUB to the establishment of the religious harmony. It is found that FKUB conducts various activities in playing their role, that are facilitating a series of dialogue between religious groups and community leaders and conducting investigations and mediations as they are needed. FKUB of West Pasaman Regency integrate itself to the social system of the community which allow them to manage the inter-religious harmony in West Pasaman. Artikel ini adalah tentang penciptaan toleransi antar pemeluk agama pada tingkat kabupaten. Forum Kerukunan Ummat Beragama (FKUB) mulai dari tingkat nasional sampai pada tingkat kabupaten/ kota didirikan oleh pemerintah setelah reformasi (2006) untuk menciptakan kerukunan umat beragama di Indonesia. Kebijakan ini merupakan kebijakan bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri didasarkan pada pandangan bahwa konflik-konflik agama yang terjadi dapat dikendalikan dengan mewadahi komunikasi antar pemuka-pemuka agama yang berbeda. Artikel ini akan menyampaikan hasil penelitian tentang fungsi FKUB menciptakan toleransi antar umat bergama di Kabupaten Pasaman Barat, yang terdiri dari pemeluk agama yang berbeda. Fokus penelitian pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk menjaga kerukunan antar umat beragama di Kabupaten Pasaman Barat. Dengan menggunakan teknik wawancara mendalam dan Teori Struktural Fungsional, artikel ini akan menunjukkan bahwa untuk menciptakan kerukunan antar umat beragama FKUB Pasaman Barat melakukan berbagai kegiatan yakni melakukan dialog dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, melakukan investigasi dan mediasi. Dalam melakukan berbagai aktivitas-aktivitas, FKUB Pasaman Barat menduduki posisi integrasi dalam sistem sosial kerukunan beragama di Kabupaten Pasaman Barat dan memainkan peranan sebagai penjaga kerukunan antar umat beragama.
这篇文章是关于在摄政层面建立宗教信徒群体之间的宽容。FKUB,意为宗教和谐论坛,成立于2006年,旨在维护印尼不同宗教信徒之间的宗教和谐。该论坛是根据宗教事务部长和内政部长的联合政策成立的。联合政策是基于政府为促进不同宗教领袖之间的沟通和对话所做的努力,以防止宗教信徒之间的横向冲突。本文的目的是调查在西巴萨曼摄政的宗教信徒群体之间建立宽容的FKUB的作用。本文主要考察摄政时期为维护宗教间和谐而组织的活动。本文运用深度访谈法和功能结构理论,对教友会对建立宗教和谐的贡献进行了刻画。调查发现,联合会在发挥其作用方面开展了各种活动,促进宗教团体和社区领导人之间的一系列对话,并在必要时进行调查和调解。西帕萨曼摄政的FKUB融入了社区的社会体系,使他们能够管理西帕萨曼的宗教间和谐。Artikel ini adalah tentenpciptaan容忍,antar pemeluk, agama patippakatkatupaten。印尼民族团结与民主论坛(FKUB)(2006)印尼民族团结与民主改革论坛(2006)。我爱你,我爱你,我爱你,我爱你,我爱你,我爱你,我爱你,我爱你,我爱你,我爱你。Artikel ini akan menyampaikan hasil penelitian tentenfusi FKUB menciptakan toleranantar bergama di Kabupaten Pasaman Barat, yang terdiri dari pemeluk agama yang berbeda。集中精力,让自己活跃起来,让自己活跃起来,让自己活跃起来,让自己活跃起来。登干梦古那坎的技术和文化,在结构和文化上,在结构和文化上,在文化上,在文化上,在文化上,在文化上,在文化上,在文化上,在文化上,在文化上。我的意思是,我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思。
{"title":"FUNGSI FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (FKUB) DALAM SISTEM SOSIAL PENCIPTAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI KABUPATEN PASAMAN BARAT","authors":"Ferdian Ferdian","doi":"10.30983/ISLAM_REALITAS.V4I2.786","DOIUrl":"https://doi.org/10.30983/ISLAM_REALITAS.V4I2.786","url":null,"abstract":"TThis article is about the establishment of tolerance between groups of religious followers at the regencey level. FKUB, which means the forum for religious harmony, have been established since 2006 to maintain the religious harmony among different religious followers in Indonesia. The forum was formed after a joint policy between the Minister of Religious Affairs and the Minister of Internal Affairs. The joint policy was constructed based on the view that the governmental effort on facilitating communication and dialog between different religious leaders will prevent the horizontal conflict between religious followers. This paper is aimed to investigate the FKUB’s role in establishing tolerance between groups of the religious followers in West Pasaman Regency. This paper is mainly focused on investigating the activities organized to maintain the inter-religious harmony in the regency. By using indepth interview technique and the Functional Structural Theory are used and implemented to portray the contribution of FKUB to the establishment of the religious harmony. It is found that FKUB conducts various activities in playing their role, that are facilitating a series of dialogue between religious groups and community leaders and conducting investigations and mediations as they are needed. FKUB of West Pasaman Regency integrate itself to the social system of the community which allow them to manage the inter-religious harmony in West Pasaman. Artikel ini adalah tentang penciptaan toleransi antar pemeluk agama pada tingkat kabupaten. Forum Kerukunan Ummat Beragama (FKUB) mulai dari tingkat nasional sampai pada tingkat kabupaten/ kota didirikan oleh pemerintah setelah reformasi (2006) untuk menciptakan kerukunan umat beragama di Indonesia. Kebijakan ini merupakan kebijakan bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri didasarkan pada pandangan bahwa konflik-konflik agama yang terjadi dapat dikendalikan dengan mewadahi komunikasi antar pemuka-pemuka agama yang berbeda. Artikel ini akan menyampaikan hasil penelitian tentang fungsi FKUB menciptakan toleransi antar umat bergama di Kabupaten Pasaman Barat, yang terdiri dari pemeluk agama yang berbeda. Fokus penelitian pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk menjaga kerukunan antar umat beragama di Kabupaten Pasaman Barat. Dengan menggunakan teknik wawancara mendalam dan Teori Struktural Fungsional, artikel ini akan menunjukkan bahwa untuk menciptakan kerukunan antar umat beragama FKUB Pasaman Barat melakukan berbagai kegiatan yakni melakukan dialog dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, melakukan investigasi dan mediasi. Dalam melakukan berbagai aktivitas-aktivitas, FKUB Pasaman Barat menduduki posisi integrasi dalam sistem sosial kerukunan beragama di Kabupaten Pasaman Barat dan memainkan peranan sebagai penjaga kerukunan antar umat beragama.","PeriodicalId":33314,"journal":{"name":"Islam Realitas Journal of Islamic Social Studies","volume":"53 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"85172607","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-25DOI: 10.30983/ISLAM_REALITAS.V4I2.785
Lukis Alam
Religion is based on the perspective of attitudes and attention to the doctrines that apply in everyday life. On its journey, diversity is often a symbol and goal of achieving certain interests. However, sometimes he often raises conflicts within the structure of society. Power and religion sometimes cannot be united, which results in friction between the authorities and their people. In this regard, the existence of this study wants to highlight the dynamics of intellectual diversity in public space. They want to fight for religious rights that have been ruled out by the government. So that with the metamorphosed Tarbiyah movement being campus preaching, they have directed a non-confrontational movement that fights Islam in the public space by taking mosque settings as the foundation of religious idealism in the modern era. The rise of campus preaching in various universities throughout Indonesia originated from the concerns of Islamic activists on the impartiality of the authorities in a system based on religious guidance. Especially in the era of the 70s when the New Order replaced the Old Order, many actions were contrary to Islamic norms. The further development of the preaching of this campus is growing rapidly, as a result there is a new Islamic model conducted by students who try to instill an ethical system to the community. This study uses a qualitative method that combines literature sources with a phenomenological approach that refers to field data. Therefore the final result of this study presents the religious aspirations of young intellectuals in their relations with the political interests of the ruler who display modern piety attitudes that process into contemporary Islamic models in the public sphere. Keberagamaan didasarkan pada perspektif sikap dan atensi atas doktrin yang berlaku di dalam kehidupan sehari-hari. Pada perjalanannya, keberagamaan seringkali menjadi simbol dan tujuan mencapai kepentingan tertentu. Namun, adakalanya ia kerap memunculkan pertentangan di dalam struktur masyarakat. Kekuasaan dan agama terkadang tidak bisa disatukan, yang berakibat pada gesekan antara penguasa dengan rakyatnya. Berkaitan dengan hal tersebut, adanya penelitian ini ingin menyoroti dinamika keberagamaan kaum intelektual di ruang publik. Mereka ingin memperjuangkan keberagamaan yang selama ini dikesampingkan penguasa. Sehingga dengan gerakan Tarbiyah yang bermetamorfosa menjadi dakwah kampus, mereka telah mengarahkan pada suatu gerakan non-konfrontatif yang memperjuangkan Islam di ruang publik dengan mengambil setting masjid sebagai landasan idealisme keberagamaan di era modern. Maraknya dakwah kampus di berbagai universitas di seluruh Indonesia berawal dari keprihatinan para aktivis Islam terhadap keberpihakan penguasa pada liberalisasi nilai dan moral. Terlebih di era 70-an saat Orde Baru menggantikan Orde Lama, banyak sekali tindakan-tindakan yang bertentangan dengan norma Islam. Perkembangan selanjutnya, dakwah kampus ini berkembang d
宗教是建立在对日常生活中适用的教义的态度和关注的基础上的。在发展过程中,多样性往往是实现某种利益的象征和目标。然而,有时他也会引发社会结构内部的矛盾。权力和宗教有时无法统一,这导致当局与人民之间的摩擦。在这方面,本研究的存在是为了强调公共空间中智力多样性的动态。他们想争取被政府排除在外的宗教权利。因此,随着蜕变的Tarbiyah运动成为校园布道,他们指导了一场非对抗性的运动,通过将清真寺环境作为现代宗教理想主义的基础,在公共空间对抗伊斯兰教。印度尼西亚各地大学校园布道的兴起,源于伊斯兰活动人士对当局在以宗教指导为基础的制度中的公正性的担忧。特别是在新秩序取代旧秩序的70年代,许多行为违反了伊斯兰规范。校园布道的进一步发展正在迅速发展,因此,学生们试图向社区灌输道德体系,从而形成了一种新的伊斯兰模式。本研究采用定性方法,结合文献来源和现象学方法,参考实地数据。因此,本研究的最终结果呈现了年轻知识分子的宗教愿望与统治者的政治利益的关系,统治者表现出现代虔诚的态度,这些态度在公共领域转化为当代伊斯兰模式。Keberagamaan didasarkan pada的观点是,这是一个很好的例子。Pada perjalanannya, keberagamaan seringkali menjadi符号dan tujuan menjapi, keep ingingan和tertentu。Namun, adakalanya a kerap memunculkan pertenangan di dalam structur masyarakat。企鹅,企鹅,企鹅,企鹅,企鹅。柏克坦登高登高、登高登高、登高登高、登高登高、登高登高、登高登高、登高登高。Mereka ingin memperjuangkan keberagamaan yang selama ini dikesampingkan企鹅。圣城,登甘,古吉拉特邦,圣城,圣城,圣城,圣城,圣城,圣城,圣城,圣城,圣城,圣城,圣城,圣城,圣城,圣城,圣城,圣城,圣城,圣城,圣城,圣城,圣城,圣城,圣城Maraknya dakwah kampus di berbagai universitas di seluruh印度尼西亚berawal dari keprihatan para aktivis伊斯兰教terhadap keberpihakan企鹅padpadliberalisasi nilai dan moral。Terlebih di era 70-an saat Orde Baru menggantikan Orde Lama, banyak sekali tindakan-tindakan yang bertentangan dengan norma Islam。Perkembangan selanjutnya, dakwah kampus ini berkembang dengan pesat, akibatnya terjadi模型keysan baru yang dilakukan oleh mahasiswa yang mencoba menanamkan系统etika kepaada masyarakat。杨Penelitian ini menggunakan metode kualitatif memadukan sumber-sumber pustaka dengan pendekatan fenomenologis杨mengacu lapangan达里语数据。Oleh karena itu, hasil akhir penelitian ini menyuguhkan aspirasas keberagamaan kaum知识分子,dalam persinggunganya, dengan, keberagamaan,政治,企鹅,yang menampilkan sikap kesalehan,现代,yang menampilkan, sikap, kesalehan,现代,yang, menjadi,模型,伊斯兰教,kontemporer di ruang public。
{"title":"ISLAMIZATION, PIETY, FUNDAMENTALISM: RELIGIOUS MOVEMENT IN CAMPUS","authors":"Lukis Alam","doi":"10.30983/ISLAM_REALITAS.V4I2.785","DOIUrl":"https://doi.org/10.30983/ISLAM_REALITAS.V4I2.785","url":null,"abstract":"Religion is based on the perspective of attitudes and attention to the doctrines that apply in everyday life. On its journey, diversity is often a symbol and goal of achieving certain interests. However, sometimes he often raises conflicts within the structure of society. Power and religion sometimes cannot be united, which results in friction between the authorities and their people. In this regard, the existence of this study wants to highlight the dynamics of intellectual diversity in public space. They want to fight for religious rights that have been ruled out by the government. So that with the metamorphosed Tarbiyah movement being campus preaching, they have directed a non-confrontational movement that fights Islam in the public space by taking mosque settings as the foundation of religious idealism in the modern era. The rise of campus preaching in various universities throughout Indonesia originated from the concerns of Islamic activists on the impartiality of the authorities in a system based on religious guidance. Especially in the era of the 70s when the New Order replaced the Old Order, many actions were contrary to Islamic norms. The further development of the preaching of this campus is growing rapidly, as a result there is a new Islamic model conducted by students who try to instill an ethical system to the community. This study uses a qualitative method that combines literature sources with a phenomenological approach that refers to field data. Therefore the final result of this study presents the religious aspirations of young intellectuals in their relations with the political interests of the ruler who display modern piety attitudes that process into contemporary Islamic models in the public sphere. Keberagamaan didasarkan pada perspektif sikap dan atensi atas doktrin yang berlaku di dalam kehidupan sehari-hari. Pada perjalanannya, keberagamaan seringkali menjadi simbol dan tujuan mencapai kepentingan tertentu. Namun, adakalanya ia kerap memunculkan pertentangan di dalam struktur masyarakat. Kekuasaan dan agama terkadang tidak bisa disatukan, yang berakibat pada gesekan antara penguasa dengan rakyatnya. Berkaitan dengan hal tersebut, adanya penelitian ini ingin menyoroti dinamika keberagamaan kaum intelektual di ruang publik. Mereka ingin memperjuangkan keberagamaan yang selama ini dikesampingkan penguasa. Sehingga dengan gerakan Tarbiyah yang bermetamorfosa menjadi dakwah kampus, mereka telah mengarahkan pada suatu gerakan non-konfrontatif yang memperjuangkan Islam di ruang publik dengan mengambil setting masjid sebagai landasan idealisme keberagamaan di era modern. Maraknya dakwah kampus di berbagai universitas di seluruh Indonesia berawal dari keprihatinan para aktivis Islam terhadap keberpihakan penguasa pada liberalisasi nilai dan moral. Terlebih di era 70-an saat Orde Baru menggantikan Orde Lama, banyak sekali tindakan-tindakan yang bertentangan dengan norma Islam. Perkembangan selanjutnya, dakwah kampus ini berkembang d","PeriodicalId":33314,"journal":{"name":"Islam Realitas Journal of Islamic Social Studies","volume":"13 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"74876616","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-25DOI: 10.30983/ISLAM_REALITAS.V4I1.511
Muhiddinur Kamal
Pantara region (Panti-Tapus-Rao) is an area that lies on the border north Sumatra Indonesia consists of diverse cultures, ethnicities, races and religions. This area is a picture of a multicultural society, scattered in various corners of the village. The society of Pantara is a homogeneous society both in terms of custom and religion in Minangkabau. During the era Pagaruyung Kingdom in Minangkabau, Pantara region was given region's special autonomy status called "Lordship of Padang Nunang" located in Rao. The status of “Lordship” as shoreline areas (regions in power) is given by the special autonomous kingdom of Pagaruyung, contributing to strengthen society of "Pantara" as an honor for indigenous of Minangkabau tradition which holds the tradition of, "Tradition founded upon Islamic law, Islamic law founded upon the Qur'an" (adat basandi syara', syara' basandi Kitabullah). The massive arrival of Batak Toba and Mandailaing in the early days of independence to Pantara region(Panti-Tapus-Rao), change homogenous society into a heterogeneous society. The diversity in Pantara region covers ethnicity and culture as well as diversity in religion. Batak Toba and Mandailing society share the same patrilineal culture, but they are different in terms of religion. Batak Toba society made Protestants association or better known as HKBP while Mandailing community embraced Islam. Minangkabau people have the same religion as the Mandailing, because both are Moslem but they are different in customs. Mandailing embraced patrilineal while indigenous Minangkabau is matrilineal. On the other hand, Batak and Minang people different both in religion and culture. Batak are Christians while the Minangkabau are Muslims. The presence of Javanese people who come when it was brought by the Dutch, and the arrival of Malay people who chose to stay in the region participated Pantara enrich the diversity of Pantara region. Pantara region now has turned into a society that is heterogeneous in terms of ethnicity, religion, culture and language, they are live together in harmony, although sometimes arise, but can be mitigated and resolved quickly.There are some factors to live in harmony in diversity within the multicultural society of Pantara: 1). Understanding of religious teachings which are sublime and peaceful, 2). Values of local wisdom, 3). Recognition of newcomers, 4). And the pattern of leadership in the community
{"title":"HARMONY IN DIVERSITY: STUDY ON POTENTIAL HARMONIOUS MULTICULTURAL SOCIETY \"PANTARA\" REGIONS (PANTI-TAPUS-RAO) NORTHERN BORDER OF WEST SUMATRA","authors":"Muhiddinur Kamal","doi":"10.30983/ISLAM_REALITAS.V4I1.511","DOIUrl":"https://doi.org/10.30983/ISLAM_REALITAS.V4I1.511","url":null,"abstract":"Pantara region (Panti-Tapus-Rao) is an area that lies on the border north Sumatra Indonesia consists of diverse cultures, ethnicities, races and religions. This area is a picture of a multicultural society, scattered in various corners of the village. The society of Pantara is a homogeneous society both in terms of custom and religion in Minangkabau. During the era Pagaruyung Kingdom in Minangkabau, Pantara region was given region's special autonomy status called \"Lordship of Padang Nunang\" located in Rao. The status of “Lordship” as shoreline areas (regions in power) is given by the special autonomous kingdom of Pagaruyung, contributing to strengthen society of \"Pantara\" as an honor for indigenous of Minangkabau tradition which holds the tradition of, \"Tradition founded upon Islamic law, Islamic law founded upon the Qur'an\" (adat basandi syara', syara' basandi Kitabullah). The massive arrival of Batak Toba and Mandailaing in the early days of independence to Pantara region(Panti-Tapus-Rao), change homogenous society into a heterogeneous society. The diversity in Pantara region covers ethnicity and culture as well as diversity in religion. Batak Toba and Mandailing society share the same patrilineal culture, but they are different in terms of religion. Batak Toba society made Protestants association or better known as HKBP while Mandailing community embraced Islam. Minangkabau people have the same religion as the Mandailing, because both are Moslem but they are different in customs. Mandailing embraced patrilineal while indigenous Minangkabau is matrilineal. On the other hand, Batak and Minang people different both in religion and culture. Batak are Christians while the Minangkabau are Muslims. The presence of Javanese people who come when it was brought by the Dutch, and the arrival of Malay people who chose to stay in the region participated Pantara enrich the diversity of Pantara region. Pantara region now has turned into a society that is heterogeneous in terms of ethnicity, religion, culture and language, they are live together in harmony, although sometimes arise, but can be mitigated and resolved quickly.There are some factors to live in harmony in diversity within the multicultural society of Pantara: 1). Understanding of religious teachings which are sublime and peaceful, 2). Values of local wisdom, 3). Recognition of newcomers, 4). And the pattern of leadership in the community","PeriodicalId":33314,"journal":{"name":"Islam Realitas Journal of Islamic Social Studies","volume":"93 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"81725202","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-25DOI: 10.30983/islam_realitas.v4i2.703
B. Rahman
Peradaban Islam telah memberikan peran yang besar terhadap dunia, mengeluarkan dunia dari kegelapan dan kebodohan, penyimpangan dan kebinasaan akhlak, lalu memberikan nilai yang menguasai dunia sebelum Islam dengan berbagai macam ikatan. Peradaban Islam berlandaskan pada al-Qur‘an dan Hadits dua dasar fundamental penegak peradaban Islam tanpa membedakan bentuk, jenis, dan agama. Pengaruh Islam terhadap Eropa, khususnya dalam aspek ilmu pengetahuan telah berlangsung sejak abad ke-12. Pada abad ke-14 gerakan kebangkitan muncul kembali (renaissance). Pengaruh kebudayaan Islam terutama meluasnya di Eropa melalui masyarakat Spanyol (711-1492 M) dan Sicilia (825-1091M), dan juga melalui Perang Salib. Dengan demikian, kehadiran Islam di Spanyol tersebut memberikan bahan bandingan bagi orang-orang Eropa. Pengaruh Islam terhadap Eropa dapat dilihat dari aspek kontribusi sastra Arab terhadap Eropa, baik itu berupa bahasa maupun karya sastra. Pertama, dibidang bahasa, masih terdapat beberapa kota besar yang diberi nama Arab, seperti Jabal Tarik (Spanyol: Gibraltar), Madinah Salim (Spanyol: Medinacelli) Kedua, dibidang sastra, baik puisi maupun prosa, dengan banyaknya penerjemahan buku-buku dari bahasa Arab ke bahasa Spanyol, Urdu, Parsi dan sebagainya.
{"title":"KONTRIBUSI SASTRA ARAB TERHADAP PERKEMBANGAN PERADABAN BARAT","authors":"B. Rahman","doi":"10.30983/islam_realitas.v4i2.703","DOIUrl":"https://doi.org/10.30983/islam_realitas.v4i2.703","url":null,"abstract":"Peradaban Islam telah memberikan peran yang besar terhadap dunia, mengeluarkan dunia dari kegelapan dan kebodohan, penyimpangan dan kebinasaan akhlak, lalu memberikan nilai yang menguasai dunia sebelum Islam dengan berbagai macam ikatan. Peradaban Islam berlandaskan pada al-Qur‘an dan Hadits dua dasar fundamental penegak peradaban Islam tanpa membedakan bentuk, jenis, dan agama. Pengaruh Islam terhadap Eropa, khususnya dalam aspek ilmu pengetahuan telah berlangsung sejak abad ke-12. Pada abad ke-14 gerakan kebangkitan muncul kembali (renaissance). Pengaruh kebudayaan Islam terutama meluasnya di Eropa melalui masyarakat Spanyol (711-1492 M) dan Sicilia (825-1091M), dan juga melalui Perang Salib. Dengan demikian, kehadiran Islam di Spanyol tersebut memberikan bahan bandingan bagi orang-orang Eropa. Pengaruh Islam terhadap Eropa dapat dilihat dari aspek kontribusi sastra Arab terhadap Eropa, baik itu berupa bahasa maupun karya sastra. Pertama, dibidang bahasa, masih terdapat beberapa kota besar yang diberi nama Arab, seperti Jabal Tarik (Spanyol: Gibraltar), Madinah Salim (Spanyol: Medinacelli) Kedua, dibidang sastra, baik puisi maupun prosa, dengan banyaknya penerjemahan buku-buku dari bahasa Arab ke bahasa Spanyol, Urdu, Parsi dan sebagainya.","PeriodicalId":33314,"journal":{"name":"Islam Realitas Journal of Islamic Social Studies","volume":"110 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77217165","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-07-25DOI: 10.30983/islam_realitas.v4i1.507
Arlan Sidha, Witjaksono Witjaksono
The direct election of regional heads in a democratic system, in fact, becomes a challenge for a region to provide intelligent political education for its people. Unfortunately, however, the challenge must be tested by a group of strong people (local strongmen) an area that has its own characteristics in preserving its power for many years. Therefore, in this article, will be studied how the role of Election Supervisory Committee (Panwaslu) Cimahi City in dealing with money politics and local strongmen hegemony. This research uses descriptive qualitative method with structured interview. The results of this study show that Panwaslu Kota Cimahi runs two roles, namely the role in the preparation stage and the role at the implementation stage. Where the results of both new formal actions and has not entered into the realm of substantial Direstuinya pemilihan umum kepala daerah secara langsung dalam sistem demokrasi, sejatinya menjadi tantangan tersendiri bagi suatu daerah untuk memberikan pendidikan politik yang cerdas bagi masyarakatnya. Namun sayangnya, tantangan tersebut harus diuji oleh sekelompok orang kuat (local strongmen) suatu wilayah yang memiliki karakteristik tersendiri dalam melestarikan kekuasaannya hingga bertahun-tahun. Maka dari itu dalam artikel ini, hendak dikaji bagaimana peran dari Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kota Cimahi dalam menyikapi politik uang serta hegemoni local strongmen. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan wawancara terstruktur. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa Panwaslu Kota Cimahi menjalankan dua peran, yakni peran pada tahap persiapan dan peran pada tahap pelaksanaan. Dimana hasil dari keduanya baru tindakan-tindakan formal dan belum masuk ke ranah substansial
在民主制度下,地区领导人的直接选举,实际上成为一个地区为其人民提供智慧政治教育的挑战。然而,不幸的是,这一挑战必须由一群强人(地方强人)来检验,这个地区有自己的特点,可以多年保持其权力。因此,本文将研究市选举监督委员会(Panwaslu)在处理金钱政治和地方强人霸权中的作用。本研究采用结构化访谈的描述性定性方法。本研究结果表明,Panwaslu Kota Cimahi运行两个角色,即在准备阶段的角色和在实施阶段的角色。凡是新正式行动的结果并没有进入实质性的领域,即进入民主体制,即进入民主体制,进入民主体制,进入民主体制。Namun sayangnya, tantangan tersebut harus diuji oleh sekelompok orang kuat(当地强人)suatu wilayah yang memiliki karakteristik tersendiri dalam melestarikan kekuasaannya hingga bertahun-tahun。Maka dari itu dalam artikel ini, hendak dikaji bagaimana peran dari Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kota Cimahi dalam menyikapi politik ang serta称霸地方强人。Penelitian ini mongunakan方法定性描述。哈西尔·达里·潘里特尼·潘里特尼·巴瓦·潘瓦兹鲁·科塔·西马希尼·潘里特尼·潘里特尼·潘里特尼·潘里特尼·潘里特尼·潘里特尼·潘里特尼·潘里特尼·潘里特尼Dimana hasil dari keduanya baru tindakan-tindakan formal dan belum masuk ke ranah实质性的
{"title":"PERAN PANITIA PENGAWAS PEMILU (PANWASLU) DALAM MENEKAN KEMUDARATAN POLITIK UANG PADA WILAYAH YANG DIKUASAI LOCAL STRONGMEN : STUDI PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KOTA CIMAHI TAHUN 2017","authors":"Arlan Sidha, Witjaksono Witjaksono","doi":"10.30983/islam_realitas.v4i1.507","DOIUrl":"https://doi.org/10.30983/islam_realitas.v4i1.507","url":null,"abstract":"The direct election of regional heads in a democratic system, in fact, becomes a challenge for a region to provide intelligent political education for its people. Unfortunately, however, the challenge must be tested by a group of strong people (local strongmen) an area that has its own characteristics in preserving its power for many years. Therefore, in this article, will be studied how the role of Election Supervisory Committee (Panwaslu) Cimahi City in dealing with money politics and local strongmen hegemony. This research uses descriptive qualitative method with structured interview. The results of this study show that Panwaslu Kota Cimahi runs two roles, namely the role in the preparation stage and the role at the implementation stage. Where the results of both new formal actions and has not entered into the realm of substantial Direstuinya pemilihan umum kepala daerah secara langsung dalam sistem demokrasi, sejatinya menjadi tantangan tersendiri bagi suatu daerah untuk memberikan pendidikan politik yang cerdas bagi masyarakatnya. Namun sayangnya, tantangan tersebut harus diuji oleh sekelompok orang kuat (local strongmen) suatu wilayah yang memiliki karakteristik tersendiri dalam melestarikan kekuasaannya hingga bertahun-tahun. Maka dari itu dalam artikel ini, hendak dikaji bagaimana peran dari Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kota Cimahi dalam menyikapi politik uang serta hegemoni local strongmen. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan wawancara terstruktur. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa Panwaslu Kota Cimahi menjalankan dua peran, yakni peran pada tahap persiapan dan peran pada tahap pelaksanaan. Dimana hasil dari keduanya baru tindakan-tindakan formal dan belum masuk ke ranah substansial","PeriodicalId":33314,"journal":{"name":"Islam Realitas Journal of Islamic Social Studies","volume":"61 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"83982165","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-07-25DOI: 10.30983/ISLAM_REALITAS.V4I1.506
Zulfan Taufik
Ruang demokrasi yang tercipta sebagai akibat lanjutan dari gerakan reformasi telah menjadi arena kontestasi aneka kekuatan politik gerakan keagamaan. Masjid, sebagai pusat aktivitas masyarakat, pun menjadi arena kontestasi berbagai kelompok keagamaan dalam penyemaian dan penyebaran ideologi mereka. Tulisan ini fokus untuk memotret fenomena persebaran ideologi Islam radikal di Bekasi Jawa Barat, yang secara khusus menempatkan masjid yang berdasarkan survey awal terindikasi dimasuki kelompok yang mendukung ISIS, sebagai unit analisisnya; Bagaimana modus operandi dan strategi kelompok radikal tersebut dalam mempengaruhi DKM masjid. Pengetahuan akan hasil penelitian ini, nantinya dapat menutupi fakta tentang kurangnya pengetahuan yang memadai tentang modus ekspansi dan strategi gerakan kelompok radikal tersebut telah membuat mereka berpengaruh meskipun dalam jumlah terbatas di beberapa masjid. Dengan menjadikan dua masjid yang ada di Kota Bekasi sebagai studi kasusnya, tulisan ini menemukan berbagai variabel seperti situasi lingkungan dan transfer kognisi yang kondusif, muatan materi keagamaan, serta pengurus DKM dan penceramah yang memili-ki perspektif ideologi radikal memberikan implikasi dalam penyebaran ide¬ologi yang sesuai dengan kelompoknya. Dengan kata lain, masjid sebagai basis keagamaan masyarakat menjadi salah satu wadah strategis bagi kelompok keagamaan untuk menyebarkan ideologi mereka.
{"title":"BEREBUT KUASA RUMAH TUHAN: EKSPANSI IDEOLOGI RADIKAL MELALUI MASJID DI KOTA BEKASI","authors":"Zulfan Taufik","doi":"10.30983/ISLAM_REALITAS.V4I1.506","DOIUrl":"https://doi.org/10.30983/ISLAM_REALITAS.V4I1.506","url":null,"abstract":"Ruang demokrasi yang tercipta sebagai akibat lanjutan dari gerakan reformasi telah menjadi arena kontestasi aneka kekuatan politik gerakan keagamaan. Masjid, sebagai pusat aktivitas masyarakat, pun menjadi arena kontestasi berbagai kelompok keagamaan dalam penyemaian dan penyebaran ideologi mereka. Tulisan ini fokus untuk memotret fenomena persebaran ideologi Islam radikal di Bekasi Jawa Barat, yang secara khusus menempatkan masjid yang berdasarkan survey awal terindikasi dimasuki kelompok yang mendukung ISIS, sebagai unit analisisnya; Bagaimana modus operandi dan strategi kelompok radikal tersebut dalam mempengaruhi DKM masjid. Pengetahuan akan hasil penelitian ini, nantinya dapat menutupi fakta tentang kurangnya pengetahuan yang memadai tentang modus ekspansi dan strategi gerakan kelompok radikal tersebut telah membuat mereka berpengaruh meskipun dalam jumlah terbatas di beberapa masjid. Dengan menjadikan dua masjid yang ada di Kota Bekasi sebagai studi kasusnya, tulisan ini menemukan berbagai variabel seperti situasi lingkungan dan transfer kognisi yang kondusif, muatan materi keagamaan, serta pengurus DKM dan penceramah yang memili-ki perspektif ideologi radikal memberikan implikasi dalam penyebaran ide¬ologi yang sesuai dengan kelompoknya. Dengan kata lain, masjid sebagai basis keagamaan masyarakat menjadi salah satu wadah strategis bagi kelompok keagamaan untuk menyebarkan ideologi mereka.","PeriodicalId":33314,"journal":{"name":"Islam Realitas Journal of Islamic Social Studies","volume":"41 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84436355","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-07-25DOI: 10.30983/ISLAM_REALITAS.V4I1.463
Endrizal Endrizal, Novi Hendri, Ridha Ahida
This paper examines the construction of social identity that occurred in the Chinese society of Indonesian descent. Discrimination and violence against ethnic Chinese are common. So that few ethnic Chinese seem to resign, accept it as fate, or it is an inevitable consequence of being a foreign minority. One can easily, on behalf of an abstract or abstract racial identity and away from the reality of annihilating a neighbor beside his own house, or groups imagined as others (others). People often get caught up in the illusion of a unique and unfettered identity. It is found in this study that identity builds in discourse, and therefore needs to be understood as something formed in historical and institutional spaces, structures constructed by specific discursive practices Tulisan ini mengkaji tentang konstruksi identitas sosial yang terjadi di tengah masyarakat China keturunan Indonesia. Diskriminasi dan kekerasan yang terjadi terhadap etnis China dianggap sesuatu yang biasa. Sehingga tidak sedikit etnis China yang seolah pasrah, menerimanya sebagai takdir, atau merupakan sebuah konsekuensi yang tak terelakkan sebagai golongan minoritas asing. Orang dapat dengan mudah, atas nama identitas ras atau agama yang abstrak dan jauh dari realitas justru menghabisi tetangga yang ada disamping rumahnya sendiri, atau kelompok-kelompok yang diimajinasikan sebagai yang lain (orang lain). Orang sering terjebak ke dalam ilusi tentang identitas yang unik dan tanpa pilihan. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa identitas terbangun di dalam diskursus, dan karenanya perlu dipahami sebagai sesuatu yang dibentuk dalam ruang-ruang historis dan institusional, struktur-struktur yang dikonstruksikan oleh praktik-praktik diskursif yang spesifik.
本文考察了印尼裔华人社会中社会身份的建构。对华人的歧视和暴力很常见。因此,很少有华人辞职,认为这是命运,或者这是作为外国少数民族的必然结果。一个人可以很容易地,代表一个抽象的或抽象的种族身份,并远离现实,消灭邻居在他自己的房子,或群体想象为他者(他人)。人们常常陷入一种独特而无拘无束的身份幻觉中。本研究发现,认同在话语中建立,因此需要被理解为在历史和制度空间中形成的东西,由特定话语实践构建的结构。Diskriminasi dan kerkerasan yang terjadi terhadap etis China dianggap sesuatu yang biasa。sehinga tidak sedikit etis China yang seolah pasrah, menerimanya sebagai takdir, atau merupakan sebuah konsekuensi yang tak terelakkan sebagai golongan少数民族。【译文】猩猩的生长发育,猴的生长发育,猴的生长发育,猴的生长发育,猴的生长发育,猴的生长发育,猴的生长发育,猴的生长发育。猩猩服务terjebak和dalam ilusi tententenidentias yang unik dan tanpa pilihan。Dalam penelitian ini ditemukan bahwa identitas terbangun di Dalam diskursus, dan karenanya perlu dipahami sebagai sesuatu yang didibentuk Dalam ruang-ruang historis dan机构,structure - structure yang dikonstruksikan oleh praktik-praktik diskursif yang specifik。
{"title":"IDENTITAS: KONSTRUKSI SOSIAL DAN KEKUASAAN","authors":"Endrizal Endrizal, Novi Hendri, Ridha Ahida","doi":"10.30983/ISLAM_REALITAS.V4I1.463","DOIUrl":"https://doi.org/10.30983/ISLAM_REALITAS.V4I1.463","url":null,"abstract":"This paper examines the construction of social identity that occurred in the Chinese society of Indonesian descent. Discrimination and violence against ethnic Chinese are common. So that few ethnic Chinese seem to resign, accept it as fate, or it is an inevitable consequence of being a foreign minority. One can easily, on behalf of an abstract or abstract racial identity and away from the reality of annihilating a neighbor beside his own house, or groups imagined as others (others). People often get caught up in the illusion of a unique and unfettered identity. It is found in this study that identity builds in discourse, and therefore needs to be understood as something formed in historical and institutional spaces, structures constructed by specific discursive practices \u0000 \u0000Tulisan ini mengkaji tentang konstruksi identitas sosial yang terjadi di tengah masyarakat China keturunan Indonesia. Diskriminasi dan kekerasan yang terjadi terhadap etnis China dianggap sesuatu yang biasa. Sehingga tidak sedikit etnis China yang seolah pasrah, menerimanya sebagai takdir, atau merupakan sebuah konsekuensi yang tak terelakkan sebagai golongan minoritas asing. Orang dapat dengan mudah, atas nama identitas ras atau agama yang abstrak dan jauh dari realitas justru menghabisi tetangga yang ada disamping rumahnya sendiri, atau kelompok-kelompok yang diimajinasikan sebagai yang lain (orang lain). Orang sering terjebak ke dalam ilusi tentang identitas yang unik dan tanpa pilihan. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa identitas terbangun di dalam diskursus, dan karenanya perlu dipahami sebagai sesuatu yang dibentuk dalam ruang-ruang historis dan institusional, struktur-struktur yang dikonstruksikan oleh praktik-praktik diskursif yang spesifik.","PeriodicalId":33314,"journal":{"name":"Islam Realitas Journal of Islamic Social Studies","volume":"117 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75760455","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-07-25DOI: 10.30983/ISLAM_REALITAS.V4I1.504
Nursholeha Muh Salleh, Dara Maulina Binti Jalaluddin
Penulisan ini membincangkan tentang gagasan wanita dalam CEDAW berdasarkan analisis fiqh. Beberapa unsur feminisma telah mendominasi dalam draft CEDAW sehingga terdapat beberapa dari pasal-pasal CEDAW yang bertentangan dengan syariat Islam. Feminisma adalah satu agenda Barat yang bertujuan untuk mengakhiri penindasan yang dialami oleh wanita, iaitu persamaan dan kebebasan status serta peran diantara lelaki dan perempuan di segala hal kehidupan. Walaupun kefahaman ini berkembang di Barat, ia telah mempengaruhi cara berfikir umat Islam melalui serangan-serangan pemikiran yang menuntut kebebasan mutlak. Metodologi kajian menggunakan analisis kepustakaan dengan berpandukan sumber daripada perpustakaan dan capaian maya. Hasil kajian menunjukkan bahawa wujudnya pengaruh feminisma kepada para intelektual muslimah. Kajian ini juga mendapati bahawa dalam mengaplikasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam pasal-pasal CEDAW tersebut harus dimaknai dalam konteks budaya, agama dan negara masing-masing kerana tidak dapat dimaknai secara mutlak tanpa batasan
{"title":"KONVENSYEN PENGHAPUSAN SEGALA BENTUK DISKRIMINASI TERHADAP WANITA (CEDAW) : SATU TINJAUAN AWAL","authors":"Nursholeha Muh Salleh, Dara Maulina Binti Jalaluddin","doi":"10.30983/ISLAM_REALITAS.V4I1.504","DOIUrl":"https://doi.org/10.30983/ISLAM_REALITAS.V4I1.504","url":null,"abstract":"Penulisan ini membincangkan tentang gagasan wanita dalam CEDAW berdasarkan analisis fiqh. Beberapa unsur feminisma telah mendominasi dalam draft CEDAW sehingga terdapat beberapa dari pasal-pasal CEDAW yang bertentangan dengan syariat Islam. Feminisma adalah satu agenda Barat yang bertujuan untuk mengakhiri penindasan yang dialami oleh wanita, iaitu persamaan dan kebebasan status serta peran diantara lelaki dan perempuan di segala hal kehidupan. Walaupun kefahaman ini berkembang di Barat, ia telah mempengaruhi cara berfikir umat Islam melalui serangan-serangan pemikiran yang menuntut kebebasan mutlak. Metodologi kajian menggunakan analisis kepustakaan dengan berpandukan sumber daripada perpustakaan dan capaian maya. Hasil kajian menunjukkan bahawa wujudnya pengaruh feminisma kepada para intelektual muslimah. Kajian ini juga mendapati bahawa dalam mengaplikasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam pasal-pasal CEDAW tersebut harus dimaknai dalam konteks budaya, agama dan negara masing-masing kerana tidak dapat dimaknai secara mutlak tanpa batasan","PeriodicalId":33314,"journal":{"name":"Islam Realitas Journal of Islamic Social Studies","volume":"87 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"79383309","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-07-25DOI: 10.30983/islam_realitas.v4i1.508
Yusrizal Effendi
Term surau sangat identik dengan masyarakat Minang dan usianya hampir sama dengan terjadinya Islamisasi di Sumatera Barat. Surau masih eksis hingga saat ini karena kegunaannya yang multi fungsi. Menurut Elizabeth E. Graves, setelah anak muda mengalami pubertas, pemuda tidak dapat lagi tidur di rumah orangtuanya, tetapi tidur di surau bersama teman sebaya yang lain. Pelajar yang pergi meninggalkan nagari, guru-guru agama serta para pedagang yang datang dari daerah yang jauh menjadikan surau sebagai tempat peristirahatan. Belakangan fungsi surau, terutama surau dagang tidak berbanding lurus dengan niat pendiri sebelumnya. Surau dagang banyak ditinggalkan karena paradigmanya hanya dijadikan sebagai tempat persinggahan bagi saudagar yang datang dari jauh. Dalam penelitian ini, penulis mengemukakan perlunya revitalisasi surau dagang secara fungsional sebagai khazanah pembentukan karakter pemuda Minang dalam menempa kehidupan. Temuan yang penulis dapatkan dari penelitian ini adalah beberapa surau di Pasar Tradisional seperti Balai Pauh Kambar, Sungai Sariak, dan sebagainya ternyata masih aktif melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan yang
Term surau与米南人有着完全相同的历史,与西苏门答腊伊斯兰化的历史几乎相同。苏拉存在的原因是它的多功能功能。据伊丽莎白·埃格雷夫斯(Elizabeth E. Graves)说,一旦年轻人进入青春期,年轻人就不能再睡在父母家里,只能和其他同龄人睡在苏拉古。离开纳加利的学生、宗教教师和来自遥远地区的商人使苏拉鲁成为一个休息的地方。如今,surau的功能,尤其是贸易的功能,与昔日创始人的意图并不成正比。许多贸易苏拉被留下来,因为它的基本原理只是作为来自远方的商人的中途停留地。在这项研究中,作者认为有必要职能地振兴贸易苏拉,使米南青年在塑造生命中的性格。作者从这项研究中发现的一些发现来自传统市场的苏拉乌,如帕帕斯卡普大厅、萨里亚克河等,这些发现都是活跃的宗教活动
{"title":"REVITALISASI PERAN SOSIAL SURAU DAGANG DALAM PEMBENTUKKAN KARAKTER MASYARAKAT PASAR TRADISIONAL DI PADANG PARIAMAN","authors":"Yusrizal Effendi","doi":"10.30983/islam_realitas.v4i1.508","DOIUrl":"https://doi.org/10.30983/islam_realitas.v4i1.508","url":null,"abstract":"Term surau sangat identik dengan masyarakat Minang dan usianya hampir sama dengan terjadinya Islamisasi di Sumatera Barat. Surau masih eksis hingga saat ini karena kegunaannya yang multi fungsi. Menurut Elizabeth E. Graves, setelah anak muda mengalami pubertas, pemuda tidak dapat lagi tidur di rumah orangtuanya, tetapi tidur di surau bersama teman sebaya yang lain. Pelajar yang pergi meninggalkan nagari, guru-guru agama serta para pedagang yang datang dari daerah yang jauh menjadikan surau sebagai tempat peristirahatan. Belakangan fungsi surau, terutama surau dagang tidak berbanding lurus dengan niat pendiri sebelumnya. Surau dagang banyak ditinggalkan karena paradigmanya hanya dijadikan sebagai tempat persinggahan bagi saudagar yang datang dari jauh. Dalam penelitian ini, penulis mengemukakan perlunya revitalisasi surau dagang secara fungsional sebagai khazanah pembentukan karakter pemuda Minang dalam menempa kehidupan. Temuan yang penulis dapatkan dari penelitian ini adalah beberapa surau di Pasar Tradisional seperti Balai Pauh Kambar, Sungai Sariak, dan sebagainya ternyata masih aktif melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan yang","PeriodicalId":33314,"journal":{"name":"Islam Realitas Journal of Islamic Social Studies","volume":"31 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"88986375","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-07-25DOI: 10.30983/islam_realitas.v4i1.652
Nunu Nurhanuddin, Hardi Putra Wirman
This paper discusses the issue of theology that is indebted to sciences and technology. Technology, even though imposes a negative impact on theology particulary to those whose faith is still unstable, has strengthened Moslem’s belief and does not become a threat. How technology reinforces the faith of Moslem is strongly related to the agenda of reactualization through the praxis activities. The mode of social life should be put on the basis of social transformation in accordance with needs and challenges. The tranformation is closely tied to the development with race structure or human consciousness with the environment. The modification of human life in order to achieve such transformation can be actualized through four basic cultural structures: ethical constitution, esthetic, work orientation and the knowledge of technology. The writer concludes that four elements mentioned above determines the success of Islamic civilization for the future life.
{"title":"SOCIAL THEOLOGY: RE-ACTUALIZING CULTURAL VALUES INTO SOCIETY TRANSFORMATION","authors":"Nunu Nurhanuddin, Hardi Putra Wirman","doi":"10.30983/islam_realitas.v4i1.652","DOIUrl":"https://doi.org/10.30983/islam_realitas.v4i1.652","url":null,"abstract":"This paper discusses the issue of theology that is indebted to sciences and technology. Technology, even though imposes a negative impact on theology particulary to those whose faith is still unstable, has strengthened Moslem’s belief and does not become a threat. How technology reinforces the faith of Moslem is strongly related to the agenda of reactualization through the praxis activities. The mode of social life should be put on the basis of social transformation in accordance with needs and challenges. The tranformation is closely tied to the development with race structure or human consciousness with the environment. The modification of human life in order to achieve such transformation can be actualized through four basic cultural structures: ethical constitution, esthetic, work orientation and the knowledge of technology. The writer concludes that four elements mentioned above determines the success of Islamic civilization for the future life.","PeriodicalId":33314,"journal":{"name":"Islam Realitas Journal of Islamic Social Studies","volume":"16 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"78700585","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}