Naning Dwi Sulystyaningsih, Khilal Aditya, L. A. T. Tilar WSK, Nuri Muahiddah
Jenis pakan alami yang baik dan memiliki nilai gizi yang sangat tinggi dapat menunjang kehidupan larva ikan adalah Rotifer (Banchionus plicatilis). Rotifer memiliki kemampuan berkembang baik dalam waktu relatif singkat. Tujuan penelitian adalah mengetahui dan mendeskrispsikan pengaruh pemberian ragi roti dan pupuk urea terhadap laju pertumbuhan rotifer (B. plicatilis). Metode penelitian menggunakan rancangan acak lengkap, 4 perlakuan (P) dengan 3 ulangan, dengan jumlah 12 unit percobaan. Perlakuan tersebut terdiri dari: P0: Tanpa Pakan; P1: Ragi Roti 150 mg/l; P2: Pupuk Urea 150 mg/l; dan P3: Penggabungan Ragi Roti dan Pupuk Urea 150 mg/l dan di kultur selama 9 hari. Berdasarkan hasil pemeliharaan pengamatan Rotifer selama 9 hari bahwa pemberian ragi roti dan pupuk urea berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan Rotifer (K), pertumbuhan spesifik (SGR), kepadatan populsi dan waktu penggandaan diri (DT). Perlakuan terbaik adalah pemberian ragi roti 150 mg/l. Manajemen kualitas air mempengaruhi tingkat keberhasilan dan kesuksesan dalam periode budidayar Rotifer.
{"title":"PENGARUH The Effect Of Giving Bread Yeast And Urea Fertilizer On Rotifer Growth Rate (Brachiounus plicatilis)","authors":"Naning Dwi Sulystyaningsih, Khilal Aditya, L. A. T. Tilar WSK, Nuri Muahiddah","doi":"10.32663/ja.v21i1.3113","DOIUrl":"https://doi.org/10.32663/ja.v21i1.3113","url":null,"abstract":"Jenis pakan alami yang baik dan memiliki nilai gizi yang sangat tinggi dapat menunjang kehidupan larva ikan adalah Rotifer (Banchionus plicatilis). Rotifer memiliki kemampuan berkembang baik dalam waktu relatif singkat. Tujuan penelitian adalah mengetahui dan mendeskrispsikan pengaruh pemberian ragi roti dan pupuk urea terhadap laju pertumbuhan rotifer (B. plicatilis). Metode penelitian menggunakan rancangan acak lengkap, 4 perlakuan (P) dengan 3 ulangan, dengan jumlah 12 unit percobaan. Perlakuan tersebut terdiri dari: P0: Tanpa Pakan; P1: Ragi Roti 150 mg/l; P2: Pupuk Urea 150 mg/l; dan P3: Penggabungan Ragi Roti dan Pupuk Urea 150 mg/l dan di kultur selama 9 hari. Berdasarkan hasil pemeliharaan pengamatan Rotifer selama 9 hari bahwa pemberian ragi roti dan pupuk urea berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan Rotifer (K), pertumbuhan spesifik (SGR), kepadatan populsi dan waktu penggandaan diri (DT). Perlakuan terbaik adalah pemberian ragi roti 150 mg/l. Manajemen kualitas air mempengaruhi tingkat keberhasilan dan kesuksesan dalam periode budidayar Rotifer.","PeriodicalId":33886,"journal":{"name":"Jurnal Agroqua","volume":"10 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"85625666","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Perkembangan produksi suatu komoditas pertanian harus seiring dengan perkembangan harga dari komoditas yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan tinggi rendahnya pendapatan petani ditentukan oleh jumlah produksi yang dijual serta harga komoditas yang diterima petani pada waktu panen. Keberasilan suatu usahatani dapat dilihat dari pendapatan yang diterima oleh petani. Oleh karena itu, peningkatan keuntungan petani wortel dapat ditempuh melalui perbaikan aloksi penggunaan faktor-faktor produksi dalam berusahatani wortel, sehingga efesiensi produksi dapat ditingkatkan. Melihat tingginya jumlah produksi wortel di Kecamatan Selupu Rejang khususnya Desa Air Duku, penulis tertarik untuk meneliti seberapa besarnya tingkat pendapatan usahatani wortel dan menganalisa faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan usahatani wortel di Desa Air Duku dimana Desa ini termasuk kedalam wilayah Kecamatan Selupu Rejang yang menjadi penghasil komoditi wortel di Kabupaten Rejang Lebong. Berdasarkan analisis yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut rata-rata pendapatan usahatani wortel di Desa Air Duku Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong adalah sebesar Rp. 3.928.380,80,-/Ut. Hal ini berarti penerimaan petani dapat menutupi semua biaya yang telah dikeluarkan selama kegiatan produksi usahatani berlangsung. Luas lahan, umur, tingkat pendidikan dan jumlah tanggungan keluarga secara bersamaan berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani wortel dan secara parsial yang berpengaruh nyata adalah luas lahan, umur dan jumlah tanggungan keluarga.
{"title":"Analysis Of Farming And Factors Affecting The Income Of Carrot Farming In Air Duku Village, Selupu Rejang Sub-District, Rejang Lebong District","authors":"I. Fitria","doi":"10.32663/ja.v21i1.3569","DOIUrl":"https://doi.org/10.32663/ja.v21i1.3569","url":null,"abstract":"Perkembangan produksi suatu komoditas pertanian harus seiring dengan perkembangan harga dari komoditas yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan tinggi rendahnya pendapatan petani ditentukan oleh jumlah produksi yang dijual serta harga komoditas yang diterima petani pada waktu panen. Keberasilan suatu usahatani dapat dilihat dari pendapatan yang diterima oleh petani. Oleh karena itu, peningkatan keuntungan petani wortel dapat ditempuh melalui perbaikan aloksi penggunaan faktor-faktor produksi dalam berusahatani wortel, sehingga efesiensi produksi dapat ditingkatkan. Melihat tingginya jumlah produksi wortel di Kecamatan Selupu Rejang khususnya Desa Air Duku, penulis tertarik untuk meneliti seberapa besarnya tingkat pendapatan usahatani wortel dan menganalisa faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan usahatani wortel di Desa Air Duku dimana Desa ini termasuk kedalam wilayah Kecamatan Selupu Rejang yang menjadi penghasil komoditi wortel di Kabupaten Rejang Lebong. Berdasarkan analisis yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut rata-rata pendapatan usahatani wortel di Desa Air Duku Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong adalah sebesar Rp. 3.928.380,80,-/Ut. Hal ini berarti penerimaan petani dapat menutupi semua biaya yang telah dikeluarkan selama kegiatan produksi usahatani berlangsung. Luas lahan, umur, tingkat pendidikan dan jumlah tanggungan keluarga secara bersamaan berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani wortel dan secara parsial yang berpengaruh nyata adalah luas lahan, umur dan jumlah tanggungan keluarga.","PeriodicalId":33886,"journal":{"name":"Jurnal Agroqua","volume":"163 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86055094","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Lais fish is one of the endemic fish with a fairly high demand in the market. Famous for its delicious taste, lais fish it be processed in various forms of cuisine such as pindang, pempek and salai (Palembang specialties). The high public interest in this fish provides promising business prospects. However, the fulfillment of the needs of lais fish still comes from natural catches. Sothat if done prolonged, it will cause a decline in the population which if not overcome by lais fish will experience extinction. The purpose of this article is to invite the public to preserve lais fish as endemic fish and make this fish a farming commodity by knowing some basic information about lais fish. The writing method used is a literature study. As for the results obtained, lais fish are related to siamese shark (Pangasius sp.) and catfish (Clarias gariepinus). It has several local names such as jam fish or wedge lais fish, the national name of lais fish and its international name sheat catfishes. The living habitat of lais fish is in fresh water, especially flooded swamp waters. This fish is classified as a carnivore because most of its food is small shrimps and insects. The sexuality of fish can be seen based on morphology, namely differences in body size and head shape. The sex ratio of lais fish in nature is in a less balanced state. Lais fish will spawn at the time of entering the rainy season, with a spawner total spawning pattern. Lais fish has several advantages and is of economic value so that it is worthy of being a candidate for aquaculture commodities
{"title":"INTRODUCTION OF PROSPECTIVE FISH AQUACULTURE COMMODITIES Kryptopterus palembangensis","authors":"D. Yonarta, M. Muslim, M. Syaifudin, F. H. Taqwa","doi":"10.32663/ja.v21i1.3599","DOIUrl":"https://doi.org/10.32663/ja.v21i1.3599","url":null,"abstract":"Lais fish is one of the endemic fish with a fairly high demand in the market. Famous for its delicious taste, lais fish it be processed in various forms of cuisine such as pindang, pempek and salai (Palembang specialties). The high public interest in this fish provides promising business prospects. However, the fulfillment of the needs of lais fish still comes from natural catches. Sothat if done prolonged, it will cause a decline in the population which if not overcome by lais fish will experience extinction. The purpose of this article is to invite the public to preserve lais fish as endemic fish and make this fish a farming commodity by knowing some basic information about lais fish. The writing method used is a literature study. As for the results obtained, lais fish are related to siamese shark (Pangasius sp.) and catfish (Clarias gariepinus). It has several local names such as jam fish or wedge lais fish, the national name of lais fish and its international name sheat catfishes. The living habitat of lais fish is in fresh water, especially flooded swamp waters. This fish is classified as a carnivore because most of its food is small shrimps and insects. The sexuality of fish can be seen based on morphology, namely differences in body size and head shape. The sex ratio of lais fish in nature is in a less balanced state. Lais fish will spawn at the time of entering the rainy season, with a spawner total spawning pattern. Lais fish has several advantages and is of economic value so that it is worthy of being a candidate for aquaculture commodities","PeriodicalId":33886,"journal":{"name":"Jurnal Agroqua","volume":"10 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"91288798","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis POC terbaik kulit pisang kepok terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kale (Brasicca oleraceae var. acephala) green dwarf curly. Penelitian ini dilaksanakan di Jalan Perdana gang Wak Sidik Pontianak pada bulan November 2020 sampai Maret 2021. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan faktor tunggal yaitu dosis POC kulit pisang kepok dengan 5 perlakuan yaitu dosis 0 ml, 10 ml, 20 ml, 30 ml dan 40 ml, dan diulang sebanyak 5 kali sehingga terdapat 25 satuan percobaan. Satu satuan percobaan terdapat 5 tanaman contoh sehingga dalam penelitian ini dibutuhkan 125 tanaman. Variabel yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, bobot basah dan bobot kering. Data dianalisis sidik ragam dan dilanjutkan dengan UJI DMRT pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair kulit pisang kepok dengan konsentrasi 30 ml/polybag memberikan pengaruh terbaik terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang dan bobot basah tanaman kale.
这项研究的目的是确定波克香蕉皮的最佳剂量对羽衣甘蓝(Brasicca oleraceae var. cephala)的生长和生产的影响。这项研究于2020年11月至2021年3月在切割手巷大桥上进行。使用的研究设计是一个完整的随机设计(RAL),使用一种单一的、单剂量的香蕉皮药,使用5种治疗方法,即0.0ml、10毫升、20毫升、30毫升和40毫升,重复5次,得到25个测试单位。一个实验单元包含5种样本植物,因此这项研究需要125种植物。观察到的变量有植物的高度、叶子的数量、茎的直径、湿重和干重。数据分析了纤维并进行了5%的d捷尔测试。研究表明,对30毫升/多糖浓度的有机肥料对植物的高度、叶子的数量、茎的直径和羽衣甘蓝的湿重量产生最大的影响。
{"title":"Effect Of Kepok Banana Peel (Musa Paradisiaca L.) Liquid Based Organic Fertilizer On The Growth And Production Of Kale (Brasicca Oleraceae Var. Acephala) Green Dwarf Curly","authors":"Widya Eka Aprianti, Rista Delyani, Sigit Normagiat","doi":"10.32663/ja.v21i1.3534","DOIUrl":"https://doi.org/10.32663/ja.v21i1.3534","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis POC terbaik kulit pisang kepok terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kale (Brasicca oleraceae var. acephala) green dwarf curly. Penelitian ini dilaksanakan di Jalan Perdana gang Wak Sidik Pontianak pada bulan November 2020 sampai Maret 2021. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan faktor tunggal yaitu dosis POC kulit pisang kepok dengan 5 perlakuan yaitu dosis 0 ml, 10 ml, 20 ml, 30 ml dan 40 ml, dan diulang sebanyak 5 kali sehingga terdapat 25 satuan percobaan. Satu satuan percobaan terdapat 5 tanaman contoh sehingga dalam penelitian ini dibutuhkan 125 tanaman. Variabel yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, bobot basah dan bobot kering. Data dianalisis sidik ragam dan dilanjutkan dengan UJI DMRT pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair kulit pisang kepok dengan konsentrasi 30 ml/polybag memberikan pengaruh terbaik terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang dan bobot basah tanaman kale.","PeriodicalId":33886,"journal":{"name":"Jurnal Agroqua","volume":"13 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86627080","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
As a maritime country, Indonesia relies heavily on the aquaculture sector, including freshwater aquaculture. Freshwater aquaculture has been widely practised in the aquaculture of nila tilapia fish (Oreochromis niloticus). The obstacle that often arises in nila tilapia fish culture is the low growth of fish. Factors that cause low fish growth are the low ability of fish to digest the feed given. The papain enzyme can be used as a protein catalyst in feed, increasing growth rates and reducing production costs. This study was conducted from November to December 2022 at the Seberang Ulu 1 District, Palembang, South Sumatra. This study used an experimental method with treatment P0 being the control (without adding the papain enzyme) and P1 being the treatment with adding the papain enzyme at a dose of 2.25%. The P1 treatment produced the highest results: the absolute length growth of 3.49 cm, the absolute weight of tilapia of 9.8 g, feed efficiency of 98.30% and survival of 88.80%.
作为一个海洋国家,印度尼西亚严重依赖水产养殖部门,包括淡水水产养殖。淡水养殖在尼罗罗非鱼养殖中得到了广泛的应用。在尼罗罗非鱼养殖中经常出现的障碍是鱼的低生长。造成鱼生长缓慢的因素是鱼对所喂饲料的消化能力低下。木瓜蛋白酶可以作为饲料中的蛋白质催化剂,提高生长速度,降低生产成本。这项研究于2022年11月至12月在南苏门答腊岛巨港的Seberang Ulu 1区进行。本研究采用实验方法,处理P0为对照(未添加木瓜蛋白酶酶),P1为添加2.25%木瓜蛋白酶酶的处理。P1处理罗非鱼的绝对体长为3.49 cm,罗非鱼的绝对体重为9.8 g,饲料效率为98.30%,成活率为88.80%。
{"title":"GROWTH PERFORMANCE OF TILAPIA (Oreochromis niloticus) SEEDS THROUGH THE ADDITION OF PAPAIN ENZYME","authors":"Veronitta Hodifa, R. Mukti","doi":"10.32663/ja.v21i1.3638","DOIUrl":"https://doi.org/10.32663/ja.v21i1.3638","url":null,"abstract":"As a maritime country, Indonesia relies heavily on the aquaculture sector, including freshwater aquaculture. Freshwater aquaculture has been widely practised in the aquaculture of nila tilapia fish (Oreochromis niloticus). The obstacle that often arises in nila tilapia fish culture is the low growth of fish. Factors that cause low fish growth are the low ability of fish to digest the feed given. The papain enzyme can be used as a protein catalyst in feed, increasing growth rates and reducing production costs. This study was conducted from November to December 2022 at the Seberang Ulu 1 District, Palembang, South Sumatra. This study used an experimental method with treatment P0 being the control (without adding the papain enzyme) and P1 being the treatment with adding the papain enzyme at a dose of 2.25%. The P1 treatment produced the highest results: the absolute length growth of 3.49 cm, the absolute weight of tilapia of 9.8 g, feed efficiency of 98.30% and survival of 88.80%.","PeriodicalId":33886,"journal":{"name":"Jurnal Agroqua","volume":"38 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86549241","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan varietas dan jenis pupuk organik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah serta untuk mengetahui interaksi antara keduanya. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok pola faktorial, yang terdiri dari 2 faktor, yaitu: faktor perbedaan varietas (V) yang terdiri dari 3 taraf (V1 : Varietas Sanren, V2 : Varietas Lokananta, V3 : Varietas Bima Brebes). Adapun faktor ke 2 yaitu jenis pupuk organik (P) yang terdiri dari 3 taraf (P1: Pupuk Bioneensis, P2 : Pupuk Atlantik, P3, Pupuk Kandang Ayam). Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, jumlah daun umur 15, 30, 45 dan 60 HST, jumlah umbi per tanaman, berat segar umbi per tanaman dan per plot, berat umbi kering per tanaman dan per plot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan perbedaan varietas hasil terbaik di peroleh pada perlakuan V? ( Varietas Bima Brebes). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan jenis pupuk organik hasil terbaik diperoleh pada perlakuan P3 (Pupuk Kandang Ayam). Tidak terdapat interaksi antara perbedaan varietas bawang merah dan jenis pupuk organik yang digunakan terhadap seluruh parameter penelitian yang diamati.
{"title":"Effect of Different Varieties and Types of Organic Fertilizers on The Growth and production of Shallots (Allium ascalonicum L.)","authors":"Maulida Maulida, I. Iswahyudi, C. Mulyani","doi":"10.32663/ja.v21i1.3568","DOIUrl":"https://doi.org/10.32663/ja.v21i1.3568","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan varietas dan jenis pupuk organik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah serta untuk mengetahui interaksi antara keduanya. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok pola faktorial, yang terdiri dari 2 faktor, yaitu: faktor perbedaan varietas (V) yang terdiri dari 3 taraf (V1 : Varietas Sanren, V2 : Varietas Lokananta, V3 : Varietas Bima Brebes). Adapun faktor ke 2 yaitu jenis pupuk organik (P) yang terdiri dari 3 taraf (P1: Pupuk Bioneensis, P2 : Pupuk Atlantik, P3, Pupuk Kandang Ayam). Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, jumlah daun umur 15, 30, 45 dan 60 HST, jumlah umbi per tanaman, berat segar umbi per tanaman dan per plot, berat umbi kering per tanaman dan per plot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan perbedaan varietas hasil terbaik di peroleh pada perlakuan V? ( Varietas Bima Brebes). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan jenis pupuk organik hasil terbaik diperoleh pada perlakuan P3 (Pupuk Kandang Ayam). Tidak terdapat interaksi antara perbedaan varietas bawang merah dan jenis pupuk organik yang digunakan terhadap seluruh parameter penelitian yang diamati.","PeriodicalId":33886,"journal":{"name":"Jurnal Agroqua","volume":"37 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75569200","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kegiatan alih fungsi lahan yang terjadi sampai saat ini menyebabkan ketersediaan lahan kering untuk budidaya sayuran semakin berkurang oleh karena itu optimalisasi lahan basah perlu dilakukan.Salah satu lahan basah yang potensial adalah lahan rawa lebak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak morfologis, anatomis dan fisiologis cekaman muka air tanah dangkal dan genangan terhadap tanaman buncis di lahan rawa lebak. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2017 sampai dengan Januari 2018 di kolam percobaan yang berlokasi di Kelurahan Demang Lebar Daun Palembang dan di Laboratorium Terpadu Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Palembang. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan perlakuan kontrol (tidak direndam), M-13 (MAT 13 cm di bawah permukaan tanah), M-8 (MAT 8 cm di bawah permukaan tanah), M-3 (MAT 3 cm di bawah permukaan tanah) dan WL+2 (genangan 2 cm di atas permukaan tanah). Setiap perlakuan diulang 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwacekaman MAT dengan kedalaman 3 cm di bawah permukaan tanahdan genangan meningkatkan kandungan prolin tetapi menurunkan kandungan klorofil, laju perluasan daun relatif (RLER),berat segar daun spesifik (SLFW), dan kandungan air daun spesifik (SLWC). Jaringan akar terbentuk sejak satu hari setelah perlakuan diberikan. Tanaman buncis yang mengalami MAT dengan kedalaman 3 cm di bawah permukaan tanah dan genangan hanya mampu hidup selama 6 hari. Sementara tanaman buncis yang diberi perlakuan kedalaman MAT di atas 3 cm menunjukkan kemampuan untuk terus bertahan dan berhasil pulih. Tanaman buncis merupakan tanaman yang adaptif terhadap kondisi kedalaman MAT lebih dari 3 cm di bawah permukaan tanah dan berpeluang untuk dikembangkan di lahan rawa lebak.
{"title":"The Impact of Groundwater Level Stress on the Morphological, Anatomical and Physiological of Beans (Phaseolus Vulgaris L.) in the Generative Phase","authors":"Mei Meihana, B. Lakitan","doi":"10.32663/ja.v20i2.3248","DOIUrl":"https://doi.org/10.32663/ja.v20i2.3248","url":null,"abstract":"Kegiatan alih fungsi lahan yang terjadi sampai saat ini menyebabkan ketersediaan lahan kering untuk budidaya sayuran semakin berkurang oleh karena itu optimalisasi lahan basah perlu dilakukan.Salah satu lahan basah yang potensial adalah lahan rawa lebak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak morfologis, anatomis dan fisiologis cekaman muka air tanah dangkal dan genangan terhadap tanaman buncis di lahan rawa lebak. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2017 sampai dengan Januari 2018 di kolam percobaan yang berlokasi di Kelurahan Demang Lebar Daun Palembang dan di Laboratorium Terpadu Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Palembang. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan perlakuan kontrol (tidak direndam), M-13 (MAT 13 cm di bawah permukaan tanah), M-8 (MAT 8 cm di bawah permukaan tanah), M-3 (MAT 3 cm di bawah permukaan tanah) dan WL+2 (genangan 2 cm di atas permukaan tanah). Setiap perlakuan diulang 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwacekaman MAT dengan kedalaman 3 cm di bawah permukaan tanahdan genangan meningkatkan kandungan prolin tetapi menurunkan kandungan klorofil, laju perluasan daun relatif (RLER),berat segar daun spesifik (SLFW), dan kandungan air daun spesifik (SLWC). Jaringan akar terbentuk sejak satu hari setelah perlakuan diberikan. Tanaman buncis yang mengalami MAT dengan kedalaman 3 cm di bawah permukaan tanah dan genangan hanya mampu hidup selama 6 hari. Sementara tanaman buncis yang diberi perlakuan kedalaman MAT di atas 3 cm menunjukkan kemampuan untuk terus bertahan dan berhasil pulih. Tanaman buncis merupakan tanaman yang adaptif terhadap kondisi kedalaman MAT lebih dari 3 cm di bawah permukaan tanah dan berpeluang untuk dikembangkan di lahan rawa lebak.","PeriodicalId":33886,"journal":{"name":"Jurnal Agroqua","volume":"7 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"81105859","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Rumput laut (Kappaphycus alvarezii) merupakan hasil perikanan yang memiliki potensi sangat besar sekaligus memiliki nilai ekonomis tinggi dengan olahan produk yang sangat beragam sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Namun permasalahan yang sering timbul pada usaha budidaya rumput laut yaitu adanya serangan penyakit ice-ice. Gejala penyakit ice-ice umumnya ditandai dengan pemutihan pada bagian pangkal thallus, tengah dan ujung, yang diawali dengan perubahan warna thallus menjadi putih bening atau transparan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bakteri patogen pada rumput laut (K. alvarezii) yang terserang penyakit ice-ice di Kota Tarakan. Isolasi bakteri dilakukan dengan menghaluskan sampel rumput laut yang telah diambil sebanyak 30 Gram kemudian dimasukkan sebanyak 5 Gram kedalam Erlenmeyer yang berisi media pengkayaan APW sebanyak 250 ml kemudian diinkubasi selama 6-8 jam pada suhu 370C. Selanjutnya jarum ose bulat yang telah disterilisasi dimasukkan ke dalam media APW kemudian digoreskan pada media TCBS dan TSA 3% dengan metode streak plate dan diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Kemudian koloni bakteri yang tumbuh pada media dipilih dengan warna, bentuk dan elevasi yang berbeda untuk di murnikan. Identifikasi bakteri menggunakan buku Manual for the Identification of Medical Bacteria dan Bergey’s Manual of Determinatif Bacteriology berdasarkan karakteristik morfologi dan biokimia. Hasil penelitian dengan mengidentifikasi bakteri pada rumput laut yang terserang penyakit ice-ice berdasarkan uji morfologi dan biokimia ditemukan bakteri yang menginfeksi yaitu Actinobacillus, Moraxella, Alcaligenes, Vibrio dan Bacillus. Kesimpulan terdapat 5 bakteri pathogen yang teridentifikasi pada rumput laut yang terserang penyakit ice-ice diantaranya; Actinobacillus, Moraxella, Alcaligenes, Vibrio dan Bacillus.
{"title":"Identification Of Bacteria In Seaweed (Kappaphycus alvaezii) Infected With Ice-Ice Disease In Tarakan City","authors":"Burhanuddin Ihsan, Kartina Kartina, Rully Fadliansyah","doi":"10.32663/ja.v20i2.3110","DOIUrl":"https://doi.org/10.32663/ja.v20i2.3110","url":null,"abstract":"Rumput laut (Kappaphycus alvarezii) merupakan hasil perikanan yang memiliki potensi sangat besar sekaligus memiliki nilai ekonomis tinggi dengan olahan produk yang sangat beragam sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Namun permasalahan yang sering timbul pada usaha budidaya rumput laut yaitu adanya serangan penyakit ice-ice. Gejala penyakit ice-ice umumnya ditandai dengan pemutihan pada bagian pangkal thallus, tengah dan ujung, yang diawali dengan perubahan warna thallus menjadi putih bening atau transparan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bakteri patogen pada rumput laut (K. alvarezii) yang terserang penyakit ice-ice di Kota Tarakan. Isolasi bakteri dilakukan dengan menghaluskan sampel rumput laut yang telah diambil sebanyak 30 Gram kemudian dimasukkan sebanyak 5 Gram kedalam Erlenmeyer yang berisi media pengkayaan APW sebanyak 250 ml kemudian diinkubasi selama 6-8 jam pada suhu 370C. Selanjutnya jarum ose bulat yang telah disterilisasi dimasukkan ke dalam media APW kemudian digoreskan pada media TCBS dan TSA 3% dengan metode streak plate dan diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Kemudian koloni bakteri yang tumbuh pada media dipilih dengan warna, bentuk dan elevasi yang berbeda untuk di murnikan. Identifikasi bakteri menggunakan buku Manual for the Identification of Medical Bacteria dan Bergey’s Manual of Determinatif Bacteriology berdasarkan karakteristik morfologi dan biokimia. Hasil penelitian dengan mengidentifikasi bakteri pada rumput laut yang terserang penyakit ice-ice berdasarkan uji morfologi dan biokimia ditemukan bakteri yang menginfeksi yaitu Actinobacillus, Moraxella, Alcaligenes, Vibrio dan Bacillus. Kesimpulan terdapat 5 bakteri pathogen yang teridentifikasi pada rumput laut yang terserang penyakit ice-ice diantaranya; Actinobacillus, Moraxella, Alcaligenes, Vibrio dan Bacillus.","PeriodicalId":33886,"journal":{"name":"Jurnal Agroqua","volume":"14 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86914885","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status kesuburan tanah dan pengaruh pupuk organik terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial, yang terdiri dari 7 taraf, yaitu : O0 : Tanpa pupuk organik (kontrol), O1 : pupuk kandang ayam, O2 : pupuk kandang sapi, O3 : pupuk kandang kambing, O4 : pupuk petroganik, O5 : pupuk kandang domba, O6 : pupuk limbah tanaman kelapa sawit dan tebu. Peubah yang diamati adalah sifat fisik dan kimia tanah serta status kesuburan tanah lokasi penelitian serta tinggi dan jumlah daun tanaman bawang merah yang diukur pada umur 20, 40 dan 60 Hari Setelah Tanam (HST). Hasil penelitian menunjukkan bahwa status kesuburan tanah di lokasi penelitian termasuk dalam kelas kesuburan sangat rendah. Adapun perlakuan jenis pupuk organik berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi dan jumlah daun tanaman bawang merah pada umur 30 dan 45 HST dan tidak berpengaruh nyata pada umur 15 HST. Hasil terbaik diperoleh pada perlakuan pemberian pupuk kandang ayam (O1).
{"title":"Soil Fertility Status and The Effect of Organic Fertilizers on Onion Growth (Allium Ascalonicum L)","authors":"Ahmad Rasyid, I. Iswahyudi, C. Mulyani","doi":"10.32663/ja.v20i2.2925","DOIUrl":"https://doi.org/10.32663/ja.v20i2.2925","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status kesuburan tanah dan pengaruh pupuk organik terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial, yang terdiri dari 7 taraf, yaitu : O0 : Tanpa pupuk organik (kontrol), O1 : pupuk kandang ayam, O2 : pupuk kandang sapi, O3 : pupuk kandang kambing, O4 : pupuk petroganik, O5 : pupuk kandang domba, O6 : pupuk limbah tanaman kelapa sawit dan tebu. Peubah yang diamati adalah sifat fisik dan kimia tanah serta status kesuburan tanah lokasi penelitian serta tinggi dan jumlah daun tanaman bawang merah yang diukur pada umur 20, 40 dan 60 Hari Setelah Tanam (HST). Hasil penelitian menunjukkan bahwa status kesuburan tanah di lokasi penelitian termasuk dalam kelas kesuburan sangat rendah. Adapun perlakuan jenis pupuk organik berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi dan jumlah daun tanaman bawang merah pada umur 30 dan 45 HST dan tidak berpengaruh nyata pada umur 15 HST. Hasil terbaik diperoleh pada perlakuan pemberian pupuk kandang ayam (O1).","PeriodicalId":33886,"journal":{"name":"Jurnal Agroqua","volume":"19 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86717638","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Iman Suswanto, Indri Hendarti, Tris Haris Ramadhan
The study aimed to determine the LC50 using EMS on pepper and obtain a better mutant than the parents. The material used was Indian variety pepper, and the chemical mutagen was Ethyl Methane Sulphonate (EMS). Two hundred Indian Cultivar pepper seeds obtained from community gardens were treated with EMS mutagen at a concentration of 0; 0.2; 0.4; 0.6; 0.8, and 1.0% with 3 hours of immersion. Observations consisted of germination, mutagen damage and agronomic characters. The LC50 calculation was obtained from the regression relationship of dead sprouts with several doses of EMS application which had the best fitting curve with the highest determination value (R2). The results showed that pepper germination was relatively low (62%). The impact of using EMS mutagens causes growth inhibition or even death of sprouts. The higher the concentration, the higher the mortality rate. The relationship between the concentration of mutagens and the mortality rate follows the polynomial equation y = 188.45x – 97.21x2 + 2.71 with a determination value of 99%. Based on the regression model, the LC50 value is 0.3%. In this study, the EMS concentration of 0.2% succeeded obtaining a better mutant pepper than the parental. indicated by increasing the length and width of the cotyledons, respectively, 20 and 24% greater than the control.
{"title":"PERBAIKAN SIFAT LADA (Piper nigrum L.) MENGGUNAKAN MUTAGEN ETHYL METHANE SULPHONATE (EMS)","authors":"Iman Suswanto, Indri Hendarti, Tris Haris Ramadhan","doi":"10.32663/ja.v20i2.3023","DOIUrl":"https://doi.org/10.32663/ja.v20i2.3023","url":null,"abstract":"The study aimed to determine the LC50 using EMS on pepper and obtain a better mutant than the parents. The material used was Indian variety pepper, and the chemical mutagen was Ethyl Methane Sulphonate (EMS). Two hundred Indian Cultivar pepper seeds obtained from community gardens were treated with EMS mutagen at a concentration of 0; 0.2; 0.4; 0.6; 0.8, and 1.0% with 3 hours of immersion. Observations consisted of germination, mutagen damage and agronomic characters. The LC50 calculation was obtained from the regression relationship of dead sprouts with several doses of EMS application which had the best fitting curve with the highest determination value (R2). The results showed that pepper germination was relatively low (62%). The impact of using EMS mutagens causes growth inhibition or even death of sprouts. The higher the concentration, the higher the mortality rate. The relationship between the concentration of mutagens and the mortality rate follows the polynomial equation y = 188.45x – 97.21x2 + 2.71 with a determination value of 99%. Based on the regression model, the LC50 value is 0.3%. In this study, the EMS concentration of 0.2% succeeded obtaining a better mutant pepper than the parental. indicated by increasing the length and width of the cotyledons, respectively, 20 and 24% greater than the control.","PeriodicalId":33886,"journal":{"name":"Jurnal Agroqua","volume":"79 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"80789421","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}