Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemotongan organ tubuh udang lobster yang terbaik terhadap persentase moulting dan kelangsungan hidup lobster air tawar (Cherax quadricarinatus). Penelitian ini dilaksanakna pada bulan April sampai dengan bulan Juni 2020 di Labortaorium Akuakultur Fakultas Pertanian, Universitas Prof. Dr. Hazairin, SH Bengkulu. Penelitian dilaksanakan selama 60 hari. Wadah yang digunakan berupa keranjang plastik berukuran panjang 29 cm lebar 19 cm dan tinggi 11cm sebanyak 20 unit. Jumlah lobster yang digunakan untuk setiap wadah adalah 3 ekor, dengan ukuran panjang rata-rata awal 9 – 12 cm/ekor dan berat rata-rata awal 25- 50 gram/ ekor. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan tersebut adalah P1 = Tanpa Pemotongan (Normal), P2 = Pemotongan Kaki Renang, P3= Pemotongan Capit dan P4 = Pemotongan Mata (Ablasi). Data dianalisis dengan sidik ragam (Analisys of Varian) dengan taraf uji taraf 5% dan 1%. Bila berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji BNT ( Beda Nyata Terkecil) dengan taraf uji 5%. Parameter yang diamati adalah persentase dan kelangsungan hidup. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemotongan organ tubuh udang lobster air tawar (Cherax quaddricarinatus) berpengaruh sangat nyata terhadap persentase moulting, namun berpengaruh tidak nyata terhadap kelangsungan hidup. Pemotongan organ tubuh yang terbaik terdapat pada percobaan pemotongan capit dengan persentese moulting 60%. Keberlangsungan hidup dari semua perlakuan yang dicobakan adalah antara 73%- 93%.
{"title":"Effect Of Cutting Organs Of Lobster Shrimp (Cherax Quadricarinatus) On Moulting Percentage And Survival","authors":"Andriyeni Andriyeni, Zulkhasyni Zulkhasyni, Galang Samargandhi Athybi, Dedi Pardiansyah","doi":"10.32663/ja.v20i1.2653","DOIUrl":"https://doi.org/10.32663/ja.v20i1.2653","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemotongan organ tubuh udang lobster yang terbaik terhadap persentase moulting dan kelangsungan hidup lobster air tawar (Cherax quadricarinatus). Penelitian ini dilaksanakna pada bulan April sampai dengan bulan Juni 2020 di Labortaorium Akuakultur Fakultas Pertanian, Universitas Prof. Dr. Hazairin, SH Bengkulu. Penelitian dilaksanakan selama 60 hari. Wadah yang digunakan berupa keranjang plastik berukuran panjang 29 cm lebar 19 cm dan tinggi 11cm sebanyak 20 unit. Jumlah lobster yang digunakan untuk setiap wadah adalah 3 ekor, dengan ukuran panjang rata-rata awal 9 – 12 cm/ekor dan berat rata-rata awal 25- 50 gram/ ekor. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan tersebut adalah P1 = Tanpa Pemotongan (Normal), P2 = Pemotongan Kaki Renang, P3= Pemotongan Capit dan P4 = Pemotongan Mata (Ablasi). Data dianalisis dengan sidik ragam (Analisys of Varian) dengan taraf uji taraf 5% dan 1%. Bila berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji BNT ( Beda Nyata Terkecil) dengan taraf uji 5%. Parameter yang diamati adalah persentase dan kelangsungan hidup. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemotongan organ tubuh udang lobster air tawar (Cherax quaddricarinatus) berpengaruh sangat nyata terhadap persentase moulting, namun berpengaruh tidak nyata terhadap kelangsungan hidup. Pemotongan organ tubuh yang terbaik terdapat pada percobaan pemotongan capit dengan persentese moulting 60%. Keberlangsungan hidup dari semua perlakuan yang dicobakan adalah antara 73%- 93%.","PeriodicalId":33886,"journal":{"name":"Jurnal Agroqua","volume":"38 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"87380718","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan panjang mutlak, berat mutlak, dan kelulusan hidup ikan butuh keleng (Butis butis) yang didomestikasikan dengan diberikan pakan alami berbeda. Penelitian ini bersifat eksperimental. Wadah pemeliharaan yang digunakan berupa dua tong plastik berkapasitas 70 liter. Ikan yang dipelihara pada masing-masing wadah sebanyak 10 individu selama 1 bulan. Perlakuan A, ikan diberi makan udang kecepe (Acetes sp) dan Perlakuan B, ikan diberi makan jentik nyamuk (Culex sp). Setelah 1 bulan ikan dipelihara kemudian diambil data pertumbuhan panjang mutlak, berat mutlak, serta tingkat kelulusan hidupnya. Data panjang mutlak dan berat mutlak ikan dianalisis dengan uji Paired T Test dengan Statical Product and Servive Solutions (SPSS) versi 22 untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. Hasil analisis data terkait pertumbuhan panjang mutlak dan berat mutlak ikan butuh keleng berpengaruh tidak nyata (non significant). Pertumbuhan panjang mutlak rata-rata pada Perlakuan A (0,3 cm) dan Perlakuan B (0,325 cm). Pertumbuhan berat mutlak rata-rata pada Perlakuan A (1,044 g) dan Perlakuan B (0,712 g). Tingkat kelulusan hidup ikan yang diberi pakan udang kecepe sebesar 90% dan yang diberi pakan jentik nyamuk sebesar 80%.
{"title":"Domestication of crazy fish (Butis butis) by being given different natural feed","authors":"Ika Nazira Lubis, K. Khairul, H. M. Manullang","doi":"10.32663/ja.v20i1.2506","DOIUrl":"https://doi.org/10.32663/ja.v20i1.2506","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan panjang mutlak, berat mutlak, dan kelulusan hidup ikan butuh keleng (Butis butis) yang didomestikasikan dengan diberikan pakan alami berbeda. Penelitian ini bersifat eksperimental. Wadah pemeliharaan yang digunakan berupa dua tong plastik berkapasitas 70 liter. Ikan yang dipelihara pada masing-masing wadah sebanyak 10 individu selama 1 bulan. Perlakuan A, ikan diberi makan udang kecepe (Acetes sp) dan Perlakuan B, ikan diberi makan jentik nyamuk (Culex sp). Setelah 1 bulan ikan dipelihara kemudian diambil data pertumbuhan panjang mutlak, berat mutlak, serta tingkat kelulusan hidupnya. Data panjang mutlak dan berat mutlak ikan dianalisis dengan uji Paired T Test dengan Statical Product and Servive Solutions (SPSS) versi 22 untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. Hasil analisis data terkait pertumbuhan panjang mutlak dan berat mutlak ikan butuh keleng berpengaruh tidak nyata (non significant). Pertumbuhan panjang mutlak rata-rata pada Perlakuan A (0,3 cm) dan Perlakuan B (0,325 cm). Pertumbuhan berat mutlak rata-rata pada Perlakuan A (1,044 g) dan Perlakuan B (0,712 g). Tingkat kelulusan hidup ikan yang diberi pakan udang kecepe sebesar 90% dan yang diberi pakan jentik nyamuk sebesar 80%.","PeriodicalId":33886,"journal":{"name":"Jurnal Agroqua","volume":"7 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"83618921","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jarak dan kombinasi pemupukan, serta interaksinya terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah. Desain yang digunakan adalah desain petak terbagi. Petak utama adalah Jarak Tanam (J) yang terdiri dari 3 taraf yaitu: J1 : Konvensional 20 x 20 cm, J2 : Jajar legowo 25 x 25 cm, J3 : Jajar legowo 30 x 30 cm. Sebagai anak petak merupakan kombinasi antara pupuk Petroganik (P ), Phonska, dan Urea yang terdiri dari 3 taraf yaitu, P1 : Kombinasi Pupuk Petroganik, Phonska dan Urea dengan perbandingan 3:3:2, P2 : Kombinasi Pupuk Petronik, Phonska dan Urea dengan perbandingan 2 : 1 : 1, dan P3 : Kombinasi pupuk Petronik, Phonska dan Urea dengan perbandingan 5 : 2 : 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 30 , 45, 60 dan 75 HST, jumlah anakan total 15 , 30, dan 45 HST, umur berbunga, umur panen, jumlah gabah per malai, bobot produksi per petak dan bobot 100 butir. Pengaruh nyata terhadap jumlah anakan umur 60 hari, jumlah anakan umur 75 hari dan bobot rumpun. Jarak tanam terbaik adalah 25 cm x 25 cm. Kombinasi pupuk berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan umur 70 hari, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap variabel lainnya. Interaksi kombinasi pupuk dan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan total pada 30 HST, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap variabel lainnya. Hasil terbaik diperoleh pada jarak tanam 25 cm x 25 cm dengan kombinasi pemupukan Petronik, Phonska dan Urea dengan perbandingan 5 : 2 : 1
{"title":"Effect of planting distance and fertilizer combination on growth and production of Upland Rive line UNHZ 12","authors":"Asfaruddin Asfaruddin, Prihanani Prihanani, Eko Wahyudi","doi":"10.32663/ja.v20i1.2652","DOIUrl":"https://doi.org/10.32663/ja.v20i1.2652","url":null,"abstract":"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jarak dan kombinasi pemupukan, serta interaksinya terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah. Desain yang digunakan adalah desain petak terbagi. Petak utama adalah Jarak Tanam (J) yang terdiri dari 3 taraf yaitu: J1 : Konvensional 20 x 20 cm, J2 : Jajar legowo 25 x 25 cm, J3 : Jajar legowo 30 x 30 cm. Sebagai anak petak merupakan kombinasi antara pupuk Petroganik (P ), Phonska, dan Urea yang terdiri dari 3 taraf yaitu, P1 : Kombinasi Pupuk Petroganik, Phonska dan Urea dengan perbandingan 3:3:2, P2 : Kombinasi Pupuk Petronik, Phonska dan Urea dengan perbandingan 2 : 1 : 1, dan P3 : Kombinasi pupuk Petronik, Phonska dan Urea dengan perbandingan 5 : 2 : 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 30 , 45, 60 dan 75 HST, jumlah anakan total 15 , 30, dan 45 HST, umur berbunga, umur panen, jumlah gabah per malai, bobot produksi per petak dan bobot 100 butir. Pengaruh nyata terhadap jumlah anakan umur 60 hari, jumlah anakan umur 75 hari dan bobot rumpun. Jarak tanam terbaik adalah 25 cm x 25 cm. Kombinasi pupuk berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan umur 70 hari, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap variabel lainnya. Interaksi kombinasi pupuk dan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan total pada 30 HST, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap variabel lainnya. Hasil terbaik diperoleh pada jarak tanam 25 cm x 25 cm dengan kombinasi pemupukan Petronik, Phonska dan Urea dengan perbandingan 5 : 2 : 1 \u0000","PeriodicalId":33886,"journal":{"name":"Jurnal Agroqua","volume":"48 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"81610194","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Milva Dwi Kusuma, I. Iswahyudi, Murdhiani Murdhiani
This study aims to make sheet organic mulch from several agricultural wastes and determine the best type of material for making sheet organic mulch. This research was carried out at the Greenhouse of the Faculty of Agriculture and the Laboratory of Agrotechnology, Faculty of Agriculture, Samudra University, Langsa City, Aceh Province which took place from February to April 2021.This study used a non-factorial completely randomized design (CRD) with four replications and used several agricultural waste materials consisting of bagasse, water hyacinth, rice straw, corn husks, banana fronds, coconut fiber and empty fruit bunches of oil palm. The raw materials used are agricultural waste 2.4 Kg and NaOH 0.168 Kg. The parameters observed in this study were water absorption, mulch moisture content and mulch yield.The results showed that the type of agricultural waste had a very significant effect on the sheet mulch produced. For water absorption parameters, raw material from bagasse (M1) is the best treatment. As for the water content parameter, the best treatment was found in Coconut Coir (M6) while the best treatment for the mulch yield parameter was found in Rice Straw (M3) agricultural waste.Based on the results of the study, to produce the best sheet mulch, it is recommended to use agricultural waste material from rice straw (M3).
{"title":"Manufacturing and Testing of Mulch Sheet from Agricultural Waste Raw Materials","authors":"Milva Dwi Kusuma, I. Iswahyudi, Murdhiani Murdhiani","doi":"10.32663/ja.v20i1.2368","DOIUrl":"https://doi.org/10.32663/ja.v20i1.2368","url":null,"abstract":"This study aims to make sheet organic mulch from several agricultural wastes and determine the best type of material for making sheet organic mulch. This research was carried out at the Greenhouse of the Faculty of Agriculture and the Laboratory of Agrotechnology, Faculty of Agriculture, Samudra University, Langsa City, Aceh Province which took place from February to April 2021.This study used a non-factorial completely randomized design (CRD) with four replications and used several agricultural waste materials consisting of bagasse, water hyacinth, rice straw, corn husks, banana fronds, coconut fiber and empty fruit bunches of oil palm. The raw materials used are agricultural waste 2.4 Kg and NaOH 0.168 Kg. The parameters observed in this study were water absorption, mulch moisture content and mulch yield.The results showed that the type of agricultural waste had a very significant effect on the sheet mulch produced. For water absorption parameters, raw material from bagasse (M1) is the best treatment. As for the water content parameter, the best treatment was found in Coconut Coir (M6) while the best treatment for the mulch yield parameter was found in Rice Straw (M3) agricultural waste.Based on the results of the study, to produce the best sheet mulch, it is recommended to use agricultural waste material from rice straw (M3).","PeriodicalId":33886,"journal":{"name":"Jurnal Agroqua","volume":"26 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"83258776","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
R. Kusuma, M. S. Dadiono, Kasprijo Kasprijo, M. Nurhafid
{"title":"Blood Profile of Tilapia (Oreochromis niloticus) Strains Sultana, Nirwana and Larasati against Aeromonas hydrophyla infection","authors":"R. Kusuma, M. S. Dadiono, Kasprijo Kasprijo, M. Nurhafid","doi":"10.32663/ja.v20i1.2303","DOIUrl":"https://doi.org/10.32663/ja.v20i1.2303","url":null,"abstract":"","PeriodicalId":33886,"journal":{"name":"Jurnal Agroqua","volume":"9 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"80238424","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Provinsi Bengkulu menghasilkan 250.000 ton ikan setiap tahunnya. Namun, hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa hampir separuh dari total tangkapan ikan akan berakhir menjadi limbah. Limbah ikan tersebut harus dimanfaatkan agar dapat menghindari polusi lingkungan. Penelitian ini bermaksud untuk memanfaatkan limbah ikan rucah menjadi pupuk organik serta melihat pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis. Masalah utama dalam pembuatan pupuk organik dari limbah ikan rucah adalah mudah membusuk, sehingga beresiko menyebabkan kegagalan. Solusi yang ditawarkan adalah mengurangi kadar air dalam ikan rucah. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh kadar air ikan rucah serta dosis pupuk organik ikan rucah terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis. Penelitian dirancang dengan Rancangan Acak Lengkap dalam 3 ulangan. Faktor yang diuji adalah dua tingkat kadar air yaitu J1: 75% dan J2: 30%. Sebagai pembanding digunakan pupuk kandang: J3. Sedangkan dosis pupuk organik ikan rucah yang diuji adalah dosis 5, 10, 15, dan 20 ton per hektar. Data dianalisa dengan Anova dan dilanjutkan dengan BNT 5%. Hasil utama dari penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, penggunaan limbah ikan rucah sebagai pupuk organik telah meningkatkan produktivitas jagung manis hingga 4,20 ton/ha lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan pupuk kandang. Kedua, kandungan kadar air ikan rucah yang tinggi memberikan pengaruh yang terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis. Ketiga, Dosis pupuk organik ikan rucah dosis 5 ton/ha memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata dengan dosis tertinggi yaitu 20 ton/ha terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis.
{"title":"Application of Fish Waste Organic Fertilizer Increased Yield of Sweetcorn","authors":"Ikhsan Hasibuan, F. Aryani, Meylinda Puspitasari","doi":"10.32663/ja.v20i1.2628","DOIUrl":"https://doi.org/10.32663/ja.v20i1.2628","url":null,"abstract":"Provinsi Bengkulu menghasilkan 250.000 ton ikan setiap tahunnya. Namun, hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa hampir separuh dari total tangkapan ikan akan berakhir menjadi limbah. Limbah ikan tersebut harus dimanfaatkan agar dapat menghindari polusi lingkungan. Penelitian ini bermaksud untuk memanfaatkan limbah ikan rucah menjadi pupuk organik serta melihat pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis. Masalah utama dalam pembuatan pupuk organik dari limbah ikan rucah adalah mudah membusuk, sehingga beresiko menyebabkan kegagalan. Solusi yang ditawarkan adalah mengurangi kadar air dalam ikan rucah. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh kadar air ikan rucah serta dosis pupuk organik ikan rucah terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis. Penelitian dirancang dengan Rancangan Acak Lengkap dalam 3 ulangan. Faktor yang diuji adalah dua tingkat kadar air yaitu J1: 75% dan J2: 30%. Sebagai pembanding digunakan pupuk kandang: J3. Sedangkan dosis pupuk organik ikan rucah yang diuji adalah dosis 5, 10, 15, dan 20 ton per hektar. Data dianalisa dengan Anova dan dilanjutkan dengan BNT 5%. Hasil utama dari penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, penggunaan limbah ikan rucah sebagai pupuk organik telah meningkatkan produktivitas jagung manis hingga 4,20 ton/ha lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan pupuk kandang. Kedua, kandungan kadar air ikan rucah yang tinggi memberikan pengaruh yang terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis. Ketiga, Dosis pupuk organik ikan rucah dosis 5 ton/ha memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata dengan dosis tertinggi yaitu 20 ton/ha terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis.","PeriodicalId":33886,"journal":{"name":"Jurnal Agroqua","volume":"14 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"81728509","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Development Strategy For Transfer Of Oil Palm Land Functions To Rice Rice Land","authors":"Timbul Rasoki, Ana Nurmalia, Lina Asnamawati","doi":"10.32663/ja.v20i1.2238","DOIUrl":"https://doi.org/10.32663/ja.v20i1.2238","url":null,"abstract":"","PeriodicalId":33886,"journal":{"name":"Jurnal Agroqua","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"89760515","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
J. Fidari, Maftuch Maftuch, A. Kurniawan, M. Bisri
Probolinggo, East Java, Indonesia, is an area with a high potential for shrimp aquaculture because these areas meet the criteria for candidate vaname shrimp aquaculture. Probolinggo in tropical regions with stable climate dan sea waves that have the potential for vaname shrimp aquaculture. The analysis required the following data: tidal data, topographic maps, network layouts, and water quality data for shrimp. This research was conducted by using the facilities at the brackish water and Marine Fisheries Laboratory of Probolinggo; an eco-green aquaculture circulation system was modeled and assessed using shrimp pond. First, the survey was located in Probolinggo City area, with coordinates 7° 44? 30.03? S and 113° 13? 58.68?. The methods used hydrological analysis: Water needs analysis for aquaculture irrigation based on the rules given by the Food and Agriculture Organization and water circulation analysis (Feedpedia, 2016). Material strength analysis of the embankments of the model pools: The comparison of area ratio toward embankment type dimension, design of dike and ponds, water filling discharge of brackish-water pond, and stages for ponds model design development. The results of the research suggested that dike should be planned to be as high as 1.5 m at the highest tide. The results of observations and tables of tidal recordings that had been verified then became the primary benchmark for planning the shrimp pond bottom. Based on the results of the analysis, it was found that the tidal height in the study location areas ranged from 2.5 to 3 m. A total of 80% of the area was used for production ponds.
{"title":"THE DESIGN MODEL OF INTENSIVE VANAME SHRIMP PONDS FOR ECO-GREEN AQUACULTURE DEVELOPMENT IN THE AREA OF PROBOLINGGO, EAST JAVA, INDONESIA","authors":"J. Fidari, Maftuch Maftuch, A. Kurniawan, M. Bisri","doi":"10.32663/ja.v20i1.2582","DOIUrl":"https://doi.org/10.32663/ja.v20i1.2582","url":null,"abstract":"Probolinggo, East Java, Indonesia, is an area with a high potential for shrimp aquaculture because these areas meet the criteria for candidate vaname shrimp aquaculture. Probolinggo in tropical regions with stable climate dan sea waves that have the potential for vaname shrimp aquaculture. The analysis required the following data: tidal data, topographic maps, network layouts, and water quality data for shrimp. This research was conducted by using the facilities at the brackish water and Marine Fisheries Laboratory of Probolinggo; an eco-green aquaculture circulation system was modeled and assessed using shrimp pond. First, the survey was located in Probolinggo City area, with coordinates 7° 44? 30.03? S and 113° 13? 58.68?. The methods used hydrological analysis: Water needs analysis for aquaculture irrigation based on the rules given by the Food and Agriculture Organization and water circulation analysis (Feedpedia, 2016). Material strength analysis of the embankments of the model pools: The comparison of area ratio toward embankment type dimension, design of dike and ponds, water filling discharge of brackish-water pond, and stages for ponds model design development. The results of the research suggested that dike should be planned to be as high as 1.5 m at the highest tide. The results of observations and tables of tidal recordings that had been verified then became the primary benchmark for planning the shrimp pond bottom. Based on the results of the analysis, it was found that the tidal height in the study location areas ranged from 2.5 to 3 m. A total of 80% of the area was used for production ponds.","PeriodicalId":33886,"journal":{"name":"Jurnal Agroqua","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"88688605","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tatik Raisawati, M. Melati, S. A. Aziz, M. Rafi, Parwito Parwito
Tempuyung (Sonchus arvensis L.) is known in Indonesia as traditional medicine. This study was conducted to observe diseases that attack tempuyung in organic cultivation. Ten accessions of sowthistle were collected from Dramaga, Cibadak, Cicurug, Lembang, Matesih, Sekipan, Tawangmangu, Batu, Banjararum, and Sumbersekar, with altitudes between 186-1280 m above sea level and rainfall of 988-2573 mm. The research was carried out in the organic experimental field of Cikarawang, IPB, Bogor, with a geographical location of 6o30' - 6o45' SL and 106o30'-106o45´ EL and an altitude of 190 m above sea level. The research location is a lowland with 1618 mm of rainfall during the study. Pest identification was carried out in the Plant Clinic laboratory of the Plant Protection Department of IPB. Disease identification was carried out by taking symptomatic plants, then isolated and grown in PDA media and then identified. The results showed that the disease that attacked the sowthistle in this experiment was caused by the bacterium Pseudomonas sp and fungi Fusarium sp. The disease attack rate ranges from 32 to 60%. Disease attacks were controlled by removing the affected plants and then spraying with turmeric solution in a ratio of 1: 10. Pests that attacked sowthistle were snails, grasshoppers, fruit borer caterpillars, and panicle-sucking insects.
{"title":"KAJIAN HAMA DAN PENYAKIT 10 AKSESI TEMPUYUNG PADA BUDIDAYA ORGANIK","authors":"Tatik Raisawati, M. Melati, S. A. Aziz, M. Rafi, Parwito Parwito","doi":"10.32663/ja.v20i1.2507","DOIUrl":"https://doi.org/10.32663/ja.v20i1.2507","url":null,"abstract":"Tempuyung (Sonchus arvensis L.) is known in Indonesia as traditional medicine. This study was conducted to observe diseases that attack tempuyung in organic cultivation. Ten accessions of sowthistle were collected from Dramaga, Cibadak, Cicurug, Lembang, Matesih, Sekipan, Tawangmangu, Batu, Banjararum, and Sumbersekar, with altitudes between 186-1280 m above sea level and rainfall of 988-2573 mm. The research was carried out in the organic experimental field of Cikarawang, IPB, Bogor, with a geographical location of 6o30' - 6o45' SL and 106o30'-106o45´ EL and an altitude of 190 m above sea level. The research location is a lowland with 1618 mm of rainfall during the study. Pest identification was carried out in the Plant Clinic laboratory of the Plant Protection Department of IPB. Disease identification was carried out by taking symptomatic plants, then isolated and grown in PDA media and then identified. The results showed that the disease that attacked the sowthistle in this experiment was caused by the bacterium Pseudomonas sp and fungi Fusarium sp. The disease attack rate ranges from 32 to 60%. Disease attacks were controlled by removing the affected plants and then spraying with turmeric solution in a ratio of 1: 10. Pests that attacked sowthistle were snails, grasshoppers, fruit borer caterpillars, and panicle-sucking insects.","PeriodicalId":33886,"journal":{"name":"Jurnal Agroqua","volume":"160 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75334919","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The development of swamp rice varieties tolerant to submergence is an important step in reducing the impact of floods that often occur in swamplands. The objective of this study was to evaluate the response of eight genotypes of swamp rice in the early stages of tillering to submergence stress. The experiment was carried out using a completely randomized design with three replications. Pots filled with swamp soil were used as the growing media and a tarpaulin pond was used to submerge the plants. The swamp rice lines evaluated were UBPR 2, UBPR 6, UBPR 7, UBPR 8, UBPR 10, and UBPR 11 with Inpari 30 variety as the resistance check variety and Batang Piaman variety as the susceptible check variety. The results showed that the genotypes had varying degree growth recovery following the exposure of 10 days of submergence stress. and UBPR 11 tend to recover faster than other genotypes, classified as tolerant based on plant height, and the number of leaves and leaf greenness are moderately tolerant
{"title":"Response of Swamp Rice Elite lines to Submergence in Early Phase of Tiller Formation","authors":"S. Sumardi, M. Chozin, Rafi Anwar","doi":"10.32663/ja.v20i1.2547","DOIUrl":"https://doi.org/10.32663/ja.v20i1.2547","url":null,"abstract":"The development of swamp rice varieties tolerant to submergence is an important step in reducing the impact of floods that often occur in swamplands. The objective of this study was to evaluate the response of eight genotypes of swamp rice in the early stages of tillering to submergence stress. The experiment was carried out using a completely randomized design with three replications. Pots filled with swamp soil were used as the growing media and a tarpaulin pond was used to submerge the plants. The swamp rice lines evaluated were UBPR 2, UBPR 6, UBPR 7, UBPR 8, UBPR 10, and UBPR 11 with Inpari 30 variety as the resistance check variety and Batang Piaman variety as the susceptible check variety. The results showed that the genotypes had varying degree growth recovery following the exposure of 10 days of submergence stress. and UBPR 11 tend to recover faster than other genotypes, classified as tolerant based on plant height, and the number of leaves and leaf greenness are moderately tolerant","PeriodicalId":33886,"journal":{"name":"Jurnal Agroqua","volume":"23 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77177865","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}