Perbanyakan secara kultur jaringan banyak dilakukan untuk memperbanyak bibit Anggrek. Namun demikian tahapan aklimatisasi dalam kultur jaringan merupakan faktor yang sangat penting diperhatikan karena kondisi iklim di rumah plastik sangat berbeda dengan kondisi di dalam botol kultur. Disamping itu media tanam dan pupuk yang diberikan pada tahap aklimatisasi perlu diperhatikan supaya bibit tanaman anggrek bisa tumbuh dan berkembang secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan media tanam dan mendapatkan pupuk organik cair yang baik pada tahap aklimatisasi terhadap pertumbuhan planlet anggrek bulan (phalaenopsis amabilisi) hasil kultur jaringan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua faktor dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah media akar pakis, sekam padi, dan kompos kopi. Faktor ke dua adalah kontrol, pupuk cair SUPRA dan Bioto Grow. Variabel yang di amati adalah persentase hidup planlet, pertambahan tinggi tanaman, saat tumbuh daun baru, pertambahan panjang daun, pertambahan jumlah daun, pertambahan diameter batang. Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis varian dan melalui uji lanjut BNT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua jenis pupuk yang digunakan tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahn tinggi planlet, saat tumbuh daun baru, panjang daun, jumlah daun, namun berpengaruh nyata terhadap diameter batang. Ketiga jenis media tanam memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman, saat tumbuh daun baru, panjang daun, jumlah daun, dan diameter batang. Sedangkan interaksi pada kedua perlakuan tersebut tidak menujukkan pengaruh yang nyata terhadap semua variabel yang diamati. Penggunaan media yang bagus terlihat pada media kompos kopi dan akar pakis melalui pemberian pupuk cair Bioto Grow.
{"title":"PENGGUNAAN MEDIA TANAM DAN PUPUK ORGANIK CAIR PADA TAHAP AKLIMATISASI TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT ANGGREK BULAN (Phalaenopsis amabilisi) HASIL KULTUR JARINGAN","authors":"Rini Suryani, Mya Novita Sari","doi":"10.32663/JA.V17I1.466","DOIUrl":"https://doi.org/10.32663/JA.V17I1.466","url":null,"abstract":"Perbanyakan secara kultur jaringan banyak dilakukan untuk memperbanyak bibit Anggrek. Namun demikian tahapan aklimatisasi dalam kultur jaringan merupakan faktor yang sangat penting diperhatikan karena kondisi iklim di rumah plastik sangat berbeda dengan kondisi di dalam botol kultur. Disamping itu media tanam dan pupuk yang diberikan pada tahap aklimatisasi perlu diperhatikan supaya bibit tanaman anggrek bisa tumbuh dan berkembang secara optimal. \u0000Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan media tanam dan mendapatkan pupuk organik cair yang baik pada tahap aklimatisasi terhadap pertumbuhan planlet anggrek bulan (phalaenopsis amabilisi) hasil kultur jaringan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua faktor dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah media akar pakis, sekam padi, dan kompos kopi. Faktor ke dua adalah kontrol, pupuk cair SUPRA dan Bioto Grow. Variabel yang di amati adalah persentase hidup planlet, pertambahan tinggi tanaman, saat tumbuh daun baru, pertambahan panjang daun, pertambahan jumlah daun, pertambahan diameter batang. Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis varian dan melalui uji lanjut BNT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua jenis pupuk yang digunakan tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahn tinggi planlet, saat tumbuh daun baru, panjang daun, jumlah daun, namun berpengaruh nyata terhadap diameter batang. Ketiga jenis media tanam memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman, saat tumbuh daun baru, panjang daun, jumlah daun, dan diameter batang. Sedangkan interaksi pada kedua perlakuan tersebut tidak menujukkan pengaruh yang nyata terhadap semua variabel yang diamati. Penggunaan media yang bagus terlihat pada media kompos kopi dan akar pakis melalui pemberian pupuk cair Bioto Grow.","PeriodicalId":33886,"journal":{"name":"Jurnal Agroqua","volume":"13 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"81970748","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRACT In Bengkulu Province, especially at Lebong Regency is one of the regions which has various potentials that support the national economy, both agriculture, plantation, fisheries, livestock and forestry potential. In agriculture, it is an area that suitable for developing various types of horticultural crops such as gerga oranges, because it is supported by loose and fertile soil conditions and also supported by altitudes ranging from 800-1000 masl. One of the gerga oranges producing areas in Lebong Regency is Rimbo Pengadang Village, Rimbo Pengadang District. Gerga oranges cultivation run by farmers is in accordance with the existing production factors, with the hope that they will get a profitable revenue for their families. This study aims to determine the revenue of oranges farming in Rimbo Pengadang Village, to determine the effect of land area, age, education, and number of family dependents on oranges farming revenue in Rimbo Pengadang Village and to know the development of gerga culture in Rimbo Pengadang Village in the last 5 years. The data used are primary data and secondary data. The data analysis tool used PD = TR - TC, where: Pd = Agricultural revenue (Rp / Ut). TR = Total revenue (Rp / Ut) and TC = Total cost (Rp / Ut). The method used to determine the efficiency of sawn oranges farming used in the formula: R / C Ratio. To examine the factors that influence agricultural revenue, multiple linear analysis was used, with the following formula: From the results of the study, it is known that the average revenue of the orange saw farming business is Rp. 59.759.158,52 per year / UT. With an average revenue of Rp. 80.425.000 per year / UT. For Gerga oranges farming activities, the average cost is Rp. 20.665.841,48 per year / UT. And it found that of the 4 independent variables tested, the land area has a significant effect on revenue with t table> t count, amounting to 2,394. Meanwhile, if the F test carried out together, then the fcount