Latar Belakang :. Instansi kesehatan di Indonesia telah mendata diantaranya YPAC Cabang Semarang dengan jumlah anak terdiagnosa Cerebral Palsy pada tahun 2008 sebanyak 41 anak, tahun 2009 sebanyak 36 anak, pada tahun 2010 sebanyak 39 anak, pada tahun 2011 sebanyak 41 anak, pada tahun 2012 sebanyak 47 anak, pada tahun 2013 sebanyak 47 anak, pada tahun 2014 sebanyak 50 anak, pada tahun 2015 sebanyak 56 anak, pada tahun 2016 sebanyak 78 anak (YPAC Cabang Semarang,2016). Penelitian dilakukan di YPAC semarang pada bulan November 2017 sebanyak 8 orang partisipan dengan tindakan fisioterapi menggunakan konsep bobath dengan teknik inhibisi, fasilitasi dan stimulasi. Penelitian menggunakan metode pretest-posttest dengan quasi eksperimen Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh terapi latihan dengan metode Bobath Exercise dalam meningkatkan kemampuan fungsional pada pasien Cerebral Palsy Diplegia Spastic. Hasil : Setelah dilakukan terapi didapatkan hasil adalah tidak ada peningkatan kemampuan fungsional pasien berdasarkan hasil uji paired sample t test didapatkan nilai p (sig) sebesar 0.080 yang berada dibawah batas kritis yaitu >0,05 sehingga Ho diterima sedangkan Ha ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi peningkatan yang signifikan antara sebelum dengan sesudah terapi. Kesimpulan : Terapi latihan dengan metode Bobath Exercise seperti inhibisi dan fasilitasi, latihan dengan easy stand dan latihan berjalan pada paralel bar serta pemberian edukasi epada partisipan belum dapat menunjukkan hasil yang signifikan dalam meningkatkan kemampuan fungsional partisipan, keberhasilan terapi juga membutuhkan kerja sama yang aik antara pasien, orang tua pasien dengan terapi dan durasi waktu terapi juga mempengaruhi keberhasilan dalam pelaksanaan terapi.
{"title":"PENGARUH TERAPI LATIHAN TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGIA","authors":"Didik Purnomo, K. Kuswardani, R. Novitasari","doi":"10.33660/JFRWHS.V2I1.41","DOIUrl":"https://doi.org/10.33660/JFRWHS.V2I1.41","url":null,"abstract":"Latar Belakang :. Instansi kesehatan di Indonesia telah mendata diantaranya YPAC Cabang Semarang dengan jumlah anak terdiagnosa Cerebral Palsy pada tahun 2008 sebanyak 41 anak, tahun 2009 sebanyak 36 anak, pada tahun 2010 sebanyak 39 anak, pada tahun 2011 sebanyak 41 anak, pada tahun 2012 sebanyak 47 anak, pada tahun 2013 sebanyak 47 anak, pada tahun 2014 sebanyak 50 anak, pada tahun 2015 sebanyak 56 anak, pada tahun 2016 sebanyak 78 anak (YPAC Cabang Semarang,2016). Penelitian dilakukan di YPAC semarang pada bulan November 2017 sebanyak 8 orang partisipan dengan tindakan fisioterapi menggunakan konsep bobath dengan teknik inhibisi, fasilitasi dan stimulasi. Penelitian menggunakan metode pretest-posttest dengan quasi eksperimen \u0000Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh terapi latihan dengan metode Bobath Exercise dalam meningkatkan kemampuan fungsional pada pasien Cerebral Palsy Diplegia Spastic. \u0000Hasil : Setelah dilakukan terapi didapatkan hasil adalah tidak ada peningkatan kemampuan fungsional pasien berdasarkan hasil uji paired sample t test didapatkan nilai p (sig) sebesar 0.080 yang berada dibawah batas kritis yaitu >0,05 sehingga Ho diterima sedangkan Ha ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi peningkatan yang signifikan antara sebelum dengan sesudah terapi. \u0000Kesimpulan : Terapi latihan dengan metode Bobath Exercise seperti inhibisi dan fasilitasi, latihan dengan easy stand dan latihan berjalan pada paralel bar serta pemberian edukasi epada partisipan belum dapat menunjukkan hasil yang signifikan dalam meningkatkan kemampuan fungsional partisipan, keberhasilan terapi juga membutuhkan kerja sama yang aik antara pasien, orang tua pasien dengan terapi dan durasi waktu terapi juga mempengaruhi keberhasilan dalam pelaksanaan terapi.","PeriodicalId":34105,"journal":{"name":"Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-08-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44822397","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRAK Latar belakang : Osteoartritis merupakan salah satu penyakit degenerative yang ditandai dengan hilangnya tulang rawan articular dan terjadi peradangan sinovial yang menyebabkan kekakuan sendi, nyeri dan kehilangan mobilitas sendi. Ada banyak faktor risiko osteoarthritis lutut, salah satunya adalah riwayat cidera lutut. Cidera lutut menurunkan kestabilan sendi lutut pada bantalan beban tubuh. Cidera lutut meningkatkan risiko osteoarthritis pada area kontak tibiofemoral dan tekanan pada cidera meniscal, sehingga menyebabkan unstabil sendi berupa ligament sprain dan lesi pada chondral atau dengan mengganggu sistem neuromuskular. Individu dengan riwayat trauma sendi 3-6 kali lebih berpotensi terjadinya osteoarthritis lutut. Dalam 5 tahun cedera, lutut mengalami perubahan struktural seperti, perubahan komposisi tulang rawan, dan perubahan pada struktur ulang. Tujuan Penelitian : Menganalisis hubungan antara riwayat cidera lutut terhadap pasien yang berpotensi osteoarthritis lutut di Puskesmas Dinoyo Kota Malang. etode Penelitian : Desain penelitian menggunakan Case Control Study dengan jumlah sampel 120 responden di Puskesmas Dinoyo Kota Malang yang diambil dengan metode Simple Random Sampling. Pengambilan data untuk mengetahui riwayat cidera lutut dinilai dengan kuesioner OA Risk C dan wawancara mendalam. Potensi adanya osteoarthritis lutut dinilai menggunakan pemeriksaan fisik, skala jette dan data sekunder dari Puskesmas Dinoyo Kota Malang. Hasil : Hasil penelitian dengan uji Chi-Square terhadap Riwayat cidera lutut dikaitkan dengan osteoarthritis lutut dalam penelitian ini didapatkan nilai signifikan lebih kecil dari alpha 5% (0,00 < 0,05) dengan Odds Ratio [OR= 5,82 (95% CI 2,54-13,35)]. Kesimpulan : Terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat cidera lutut terhadap pasien yang berpotensi osteoarthritis lutut di Puskesmas Dinoyo Kota Malang dan orang yang memiliki riwayat cidera lutut berpeluang 5 kali lebih besar menderita osteoarthritis lutut daripada orang yang tidak memiliki riwayat cidera lutut.
骨关节炎是一种退行性疾病,其特征是关节软骨丧失和滑膜炎症,导致关节僵硬、疼痛和关节移动性丧失。膝关节骨关节炎的风险很多,其中之一是膝盖受伤的历史。膝盖受伤会降低膝盖在承重垫上的稳定性。膝盖受伤会增加股骨接触区域骨关节炎和损伤压力的风险,导致肩部关节扩张和病变不稳定,或干扰神经肌肉系统。有关节外伤历史的人患骨性关节炎的可能性是膝关节骨关节炎的3-6倍。在五年的损伤中,膝盖经历了结构性的变化,比如软骨结构的变化,以及重塑结构的变化。研究目的:分析贫穷城市迪诺夫斯马的膝盖损伤历史与膝盖关节炎患者之间的关系。研究数据:在马郎迪诺约的Puskesmas迪诺约,用简单的随机抽样方法进行的案例控制研究设计。膝盖受伤史的数据检索由OA风险C问卷和深度采访进行评估。从不幸的城市迪诺约的日常日常数据中,可以看出膝关节骨炎的潜力。结果:由chi square测试膝盖损伤历史与膝关节骨关节炎相关的研究发现,其价值远远低于alpha 5%(0.00< 0.05)的Odds Ratio[或= 5.82 [95% CI 2,54- 13.35]。结论:膝盖受伤史与贫穷城市腰金的膝盖骨关节炎患者的膝盖损伤史与膝盖受伤史的患者的膝盖关节炎发病率是没有膝盖受伤史的人的5倍。
{"title":"Hubungan Riwayat Cidera Lutut Terhadap Pasien Yang Berpotensi Osteoarthritis Lutut Di Puskesmas Dinoyo Kota Malang","authors":"Safun Rahmanto, Khaiyatul Aisyah","doi":"10.33660/jfrwhs.v3i1.31","DOIUrl":"https://doi.org/10.33660/jfrwhs.v3i1.31","url":null,"abstract":"ABSTRAK \u0000Latar belakang : Osteoartritis merupakan salah satu penyakit degenerative yang ditandai dengan hilangnya tulang rawan articular dan terjadi peradangan sinovial yang menyebabkan kekakuan sendi, nyeri dan kehilangan mobilitas sendi. Ada banyak faktor risiko osteoarthritis lutut, salah satunya adalah riwayat cidera lutut. Cidera lutut menurunkan kestabilan sendi lutut pada bantalan beban tubuh. Cidera lutut meningkatkan risiko osteoarthritis pada area kontak tibiofemoral dan tekanan pada cidera meniscal, sehingga menyebabkan unstabil sendi berupa ligament sprain dan lesi pada chondral atau dengan mengganggu sistem neuromuskular. Individu dengan riwayat trauma sendi 3-6 kali lebih berpotensi terjadinya osteoarthritis lutut. Dalam 5 tahun cedera, lutut mengalami perubahan struktural seperti, perubahan komposisi tulang rawan, dan perubahan pada struktur ulang. Tujuan Penelitian : Menganalisis hubungan antara riwayat cidera lutut terhadap pasien yang berpotensi osteoarthritis lutut di Puskesmas Dinoyo Kota Malang. etode Penelitian : Desain penelitian menggunakan Case Control Study dengan jumlah sampel 120 responden di Puskesmas Dinoyo Kota Malang yang diambil dengan metode Simple Random Sampling. Pengambilan data untuk mengetahui riwayat cidera lutut dinilai dengan kuesioner OA Risk C dan wawancara mendalam. Potensi adanya osteoarthritis lutut dinilai menggunakan pemeriksaan fisik, skala jette dan data sekunder dari Puskesmas Dinoyo Kota Malang. Hasil : Hasil penelitian dengan uji Chi-Square terhadap Riwayat cidera lutut dikaitkan dengan osteoarthritis lutut dalam penelitian ini didapatkan nilai signifikan lebih kecil dari alpha 5% (0,00 < 0,05) dengan Odds Ratio [OR= 5,82 (95% CI 2,54-13,35)]. Kesimpulan : Terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat cidera lutut terhadap pasien yang berpotensi osteoarthritis lutut di Puskesmas Dinoyo Kota Malang dan orang yang memiliki riwayat cidera lutut berpeluang 5 kali lebih besar menderita osteoarthritis lutut daripada orang yang tidak memiliki riwayat cidera lutut. \u0000 ","PeriodicalId":34105,"journal":{"name":"Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-08-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46510950","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-08-01DOI: 10.33660/jfrwhs.v2i2.344
Z. Abidin
Latar Belakang Peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya pada mulanya berupa upaya penyembuhan penyakit, kemudian secara berangsur-angsur berkembang ke arah keterpaduan upaya kesehatan yang mencakup upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau, pemerintah telah menggulirkan berbagai macam kebijakan, baik kebijakan yang berkaitan dengan upaya pemenuhan kebutuhan sarana pelayanan kesehatan maupun kebijakan yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan. Salah satu kebijakan, pemerintah ialah mengajak peran serta masyarakat dan pihak swasta untuk ikut ambil bagian dalam upaya pemenuhan sarana pelayanan kesehatan. Metode penelitian Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif. Pendekatan yuridis normatif dilakukan untuk mendapatkan data sekunder, dengan menelaah bahan hukum primer (peraturan perundang-undangan), bahan hukum sekunder (karya ilmiah, hasil penelitian, dan literatur), dan bahan hukum tersier (kamus, bibiliografi, ensiklopedia dan indeks), dan didukung dengan data primer, yaitu data yang diperoleh melalui wawancara dengan subyek hukum di lapangan.
{"title":"TANGGUNG JAWAB HUKUM FISIOTERAPIS PRAKTIK MANDIRI TERHADAP PASIEN","authors":"Z. Abidin","doi":"10.33660/jfrwhs.v2i2.344","DOIUrl":"https://doi.org/10.33660/jfrwhs.v2i2.344","url":null,"abstract":"Latar Belakang Peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya pada mulanya berupa upaya penyembuhan penyakit, kemudian secara berangsur-angsur berkembang ke arah keterpaduan upaya kesehatan yang mencakup upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau, pemerintah telah menggulirkan berbagai macam kebijakan, baik kebijakan yang berkaitan dengan upaya pemenuhan kebutuhan sarana pelayanan kesehatan maupun kebijakan yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan. Salah satu kebijakan, pemerintah ialah mengajak peran serta masyarakat dan pihak swasta untuk ikut ambil bagian dalam upaya pemenuhan sarana pelayanan kesehatan. Metode penelitian Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif. Pendekatan yuridis normatif dilakukan untuk mendapatkan data sekunder, dengan menelaah bahan hukum primer (peraturan perundang-undangan), bahan hukum sekunder (karya ilmiah, hasil penelitian, dan literatur), dan bahan hukum tersier (kamus, bibiliografi, ensiklopedia dan indeks), dan didukung dengan data primer, yaitu data yang diperoleh melalui wawancara dengan subyek hukum di lapangan.","PeriodicalId":34105,"journal":{"name":"Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-08-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44323679","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The purpose of this study to determine differences in the effect of back exercisesto increase flexibility of the spine, the lower back pain and spinal flexibility, andto investigate the interaction between type of therapy , low back pain.Type ofresearch is that the study is a quasi-experimental, with a pretest - posttest designapproach . With the method of taking samples is purposive incidental samplingthrough inspection procedures to establish the diagnosis of lower back pain.Theresults in this study are reduction in lower back pain and increase spinal flexibilitybut there is no effect and a significant interaction between the type of physicaltherapy to increase flexibility and decrease lower back pain , then there is nosignificant difference between the type of therapy to lower back pain. Based onthe conclusions obtained the following results : The type of physical therapyinfrared and william flexi exercise compared with other types of physical therapyinfrared and Mc . Kenzie exercise.
{"title":"PERBEDAAN PENGARUH TERAPI SINAR INFRA MERAH DAN BACK EXERCISE TERHADAP NYERI PUNGGUNG BAWAH","authors":"E. Prasetyo","doi":"10.33660/jfrwhs.v2i2.24","DOIUrl":"https://doi.org/10.33660/jfrwhs.v2i2.24","url":null,"abstract":"The purpose of this study to determine differences in the effect of back exercisesto increase flexibility of the spine, the lower back pain and spinal flexibility, andto investigate the interaction between type of therapy , low back pain.Type ofresearch is that the study is a quasi-experimental, with a pretest - posttest designapproach . With the method of taking samples is purposive incidental samplingthrough inspection procedures to establish the diagnosis of lower back pain.Theresults in this study are reduction in lower back pain and increase spinal flexibilitybut there is no effect and a significant interaction between the type of physicaltherapy to increase flexibility and decrease lower back pain , then there is nosignificant difference between the type of therapy to lower back pain. Based onthe conclusions obtained the following results : The type of physical therapyinfrared and william flexi exercise compared with other types of physical therapyinfrared and Mc . Kenzie exercise. \u0000 ","PeriodicalId":34105,"journal":{"name":"Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49327298","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pada kasus frozen shoulder dapat menyebabkan rasa nyeri, keterbatasanLGS bahu sertapenurunan aktifitas fungsional. TENS, terapi manipulasi dan holdrelax merupakan modalitas yang dapat digunakan oleh fisioterapi dalammengurangi nyeri, meningkatkan LGS bahu serta meningkatkan aktifitasfungsional pada penderita frozen shoulder. Rancangan penelitian menggunakanquasi-eksperimen, dengan two groups pre test – post test design. Analisastatistikdengan menggunakan uji hipotesis non parametrik karena subyek < 30yaitu menggunakan uji Wilcoxon dan Mann Whitney test. Hasil penelitiannyasebagai berikut pada kelompok I (TENS & terapi manipulasi) hasil uji beda nilaiLGS bahu pada pre – post test diperoleh hasil p <0,05. Sedangkan pada kelompokII (TENS & hold relax) hasil uji beda nilai LGS bahu pre-post test diperoleh hasilp<0,05, yang berarti terdapat perbedaan bermakna hold relax dan terapimanipulasi terhadap peningkatan LGS bahu pada penderita frozen shoulder.Sedangkan pada uji Mann Whitney diperoleh hasil p<0,05 yang berarti terdapatperbedaan yang bermakna antar kedua kelompok perlakuan. Kesimpulan daripenelitian ini, ada pengaruh pemberian TENS dan terapi manipulasi terhadappeningkatan LGS bahu pada penderita frozen shoulder. Ada pengaruh pemberianTENS dan hold relax terhadap peningkatan LGS bahu pada penderita frozenshoulder. TENS dan terapi manipulasi lebih baik dibandingkan TENS dan holdrelax dalam meningkatkan LGS bahu pada penderita frozenshoulder.
{"title":"PERBEDAAN PENGARUH TENS DAN TERAPI MANIPULASI DENGAN TENS DAN HOLD RELAX TERHADAP LGS BAHU PADA PASIEN FROZEN SHOULDER","authors":"D. Astuti","doi":"10.33660/jfrwhs.v2i2.18","DOIUrl":"https://doi.org/10.33660/jfrwhs.v2i2.18","url":null,"abstract":"Pada kasus frozen shoulder dapat menyebabkan rasa nyeri, keterbatasanLGS bahu sertapenurunan aktifitas fungsional. TENS, terapi manipulasi dan holdrelax merupakan modalitas yang dapat digunakan oleh fisioterapi dalammengurangi nyeri, meningkatkan LGS bahu serta meningkatkan aktifitasfungsional pada penderita frozen shoulder. Rancangan penelitian menggunakanquasi-eksperimen, dengan two groups pre test – post test design. Analisastatistikdengan menggunakan uji hipotesis non parametrik karena subyek < 30yaitu menggunakan uji Wilcoxon dan Mann Whitney test. Hasil penelitiannyasebagai berikut pada kelompok I (TENS & terapi manipulasi) hasil uji beda nilaiLGS bahu pada pre – post test diperoleh hasil p <0,05. Sedangkan pada kelompokII (TENS & hold relax) hasil uji beda nilai LGS bahu pre-post test diperoleh hasilp<0,05, yang berarti terdapat perbedaan bermakna hold relax dan terapimanipulasi terhadap peningkatan LGS bahu pada penderita frozen shoulder.Sedangkan pada uji Mann Whitney diperoleh hasil p<0,05 yang berarti terdapatperbedaan yang bermakna antar kedua kelompok perlakuan. Kesimpulan daripenelitian ini, ada pengaruh pemberian TENS dan terapi manipulasi terhadappeningkatan LGS bahu pada penderita frozen shoulder. Ada pengaruh pemberianTENS dan hold relax terhadap peningkatan LGS bahu pada penderita frozenshoulder. TENS dan terapi manipulasi lebih baik dibandingkan TENS dan holdrelax dalam meningkatkan LGS bahu pada penderita frozenshoulder. \u0000 ","PeriodicalId":34105,"journal":{"name":"Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43240488","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Berat badan merupakan ukuran tubuh dalam sisi beratnya yang ditimbangdalam keadaan berpakaian minimal tanpa perlengkapan apapun. Berat badandiukur dengan alat ukur berat badan dengan satuan kilogram. Dengan mengetahuiberat badan seseorang maka kita akan dapat memperkirakan tingkat kesehatanatau gizi seseorang. Overweight adalah berat badan yang melebihi normal. Yangdiukur menggunakan IMT. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruhsenam pilates dan senam body language terhadap penurunan persentase lemaktubuh mahasiswi overweight di Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta. Populasi dalampenelitian ini adalah mahasiswi Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta yang mengalamikelebihan berat badan dan berusia 19-20 tahun. Sample penelitian ini adalah mahasiswai Stikes Aisyiyah Yogyakartayang kelebihan berat badan.Pengukuran dengan Caliper Skala. Adapunpengumpulan data menggunakan skala ordinal.Dengan pendekatan Quasiekperimental desain penelitian menggunakan pre-test and post-test groupdesign. Hasil pengujian pada anava 2 jalur diperoleh nilai F hitung pada kelompokusia sebesar 7.05. dengan nilai F hitung sebesar 4.11. Nilai Fhitung > Ftabelberarti ada perbedaan persentase lemak tubuh pada kelompok perlakauan aerobiclow impact, dengan kelompok perlakuan senam pilates. Berdasarkan uji anovadiperoleh nilai rata-rata penurunan persentase lemak tubuh pada kelompok senambody language sebesar 3.62 sedangkan pada kelompok senam pilates rata-ratapenurunan persentase lemak tubuh sebesar 2.86. Hal ini berarti kelompok senamsenam body language memiliki tingkat penurunan persentase lemak tubuh lebihbesar dibandingkan kelompok senam pilates.
重量是身体在没有任何附属品的情况下在体重两侧漂浮的身体的大小。体重是用一磅(千克)的重量单位来衡量的。了解一个人的体重,我们就能估计他的健康或营养水平。超重是体重超标。这是用IMT测量的。这项研究的目的是确定普拉提(pilates)和身体语言(body language)对减少日惹女童体重过剩比例的影响。这项研究的人群是19-20岁的Aisyiyah日惹的一名女学生。这些研究样本是学生Stikes Aisyiyah yogaryah超重的学生。卷笔刀测量。使用序数来收集数据。采用前技术和后测试设计的研究方法。anava 2号线的测试结果在7.05组中得到F值。F计数为4.11。fg g > ftabel表示,参加有氧运动的团体中脂肪含量与普拉提治疗小组的比例不同。根据测试,人体语言中脂肪的平均比例下降了3.62,而普拉提体操团体的平均脂肪比例下降了2.86。这意味着体能体操团体比普拉提团体更容易减肥。
{"title":"PERBEDAAN PENGARUH SENAM PILATES DAN SENAM BODY LANGUAGE TERHADAP PENURUNAN PERSENTASE LEMAK TUBUH MAHASISWI OVERWEIGHT DI UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA","authors":"Veni Fatmawati, Syurrahmi Syurrahmi","doi":"10.33660/jfrwhs.v2i2.19","DOIUrl":"https://doi.org/10.33660/jfrwhs.v2i2.19","url":null,"abstract":"Berat badan merupakan ukuran tubuh dalam sisi beratnya yang ditimbangdalam keadaan berpakaian minimal tanpa perlengkapan apapun. Berat badandiukur dengan alat ukur berat badan dengan satuan kilogram. Dengan mengetahuiberat badan seseorang maka kita akan dapat memperkirakan tingkat kesehatanatau gizi seseorang. Overweight adalah berat badan yang melebihi normal. Yangdiukur menggunakan IMT. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruhsenam pilates dan senam body language terhadap penurunan persentase lemaktubuh mahasiswi overweight di Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta. Populasi dalampenelitian ini adalah mahasiswi Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta yang mengalamikelebihan berat badan dan berusia 19-20 tahun. Sample penelitian ini adalah mahasiswai Stikes Aisyiyah Yogyakartayang kelebihan berat badan.Pengukuran dengan Caliper Skala. Adapunpengumpulan data menggunakan skala ordinal.Dengan pendekatan Quasiekperimental desain penelitian menggunakan pre-test and post-test groupdesign. Hasil pengujian pada anava 2 jalur diperoleh nilai F hitung pada kelompokusia sebesar 7.05. dengan nilai F hitung sebesar 4.11. Nilai Fhitung > Ftabelberarti ada perbedaan persentase lemak tubuh pada kelompok perlakauan aerobiclow impact, dengan kelompok perlakuan senam pilates. Berdasarkan uji anovadiperoleh nilai rata-rata penurunan persentase lemak tubuh pada kelompok senambody language sebesar 3.62 sedangkan pada kelompok senam pilates rata-ratapenurunan persentase lemak tubuh sebesar 2.86. Hal ini berarti kelompok senamsenam body language memiliki tingkat penurunan persentase lemak tubuh lebihbesar dibandingkan kelompok senam pilates.","PeriodicalId":34105,"journal":{"name":"Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46912210","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Trigger finger or tenosyvitis stenosing is described as a condition wherethe finger tendon is locked at the time of movement from the flexion positiontoward the extension position. This is due to local inflammation or the presence ofswelling in the flexor tendon wrap that causes the wrapper can not normally flow.Signs and symptoms that arise is the presence of pain, the spasm M. FleksorDigitorum, decreased strength of M. Fleksor Digitorum, limitations of fingerjoints. Physiotherapy modalities used include: ultrasound, infra red and transversefriction.To know the benefits of therapy with ultrasound modality, infra red andtransverse friction in relieving pain, reducing spasm M. Flexor Digitorum,increasing muscle strength M. Flexor Digitorum, increasing the scope of fingerjoint motion. Management of physiotherapy on finger trigger conditions withultrasound, infrared, and transverse friction modalities. After receiving physiotherapy treatment (ultrasound, infra red and transferfriction) for 6 times the therapy was obtained: 1) Decreased the tenderness of theflexor tendon from T1: 5.1 cm to T6: 0.9 cm, 2) Increased scope of joint motion inthe left PIP II of T1: S = 20º-0º-30º to T6: S = 28º-0º-60º and MCP II T1: S = 10º0º-30ºto T6:S=14º-0º-59º,3)Increased strength of M.Flexor Digitorum on PIP II Sinistra from T1: 4 to T6: 5, 4) Decreased the spasm of M. Fleksor Digitorum from T1: 1 to T6: 0. Ultasound, infra red and transverse friction can reduce pain,reduce spasm M. Flexor Digitorum, increase strength M. Flexor Digitorum,increase the scope of joint motion.
扳机指或腱鞘炎狭窄被描述为手指肌腱在从屈曲位置向伸展位置运动时被锁定的一种情况。这是由于局部炎症或屈肌腱包膜肿胀导致包膜不能正常流动。出现的体征和症状是疼痛、指屈肌痉挛、指屈肌力量减弱、手指关节受限。使用的物理治疗方式包括:超声、红外线和横向摩擦。了解超声方式、红外线和横向摩擦治疗在缓解疼痛、减少痉挛、增加肌肉力量、增加指屈肌活动范围等方面的益处。超声、红外和横向摩擦方式对手指触发条件的物理治疗管理。后接受理疗治疗(超声波、红外线和transferfriction)获得了6次治疗:1)减少theflexor肌腱从T1的温柔:T6 5.1厘米:0.9厘米,2)增加关节运动范围在左T1 PIP二世:S = 20º0º-30ºT6: S = 28ºT1 0º-60º和MCP II: S = 10 0º-30ººT6: S = 14º0º-59º,3)增加对皮普II Sinistra M.Flexor肌腱牵向前的力量从T1: 4 - T6: 5、4)降低m .从T1 Fleksor肌腱牵向前的痉挛:1 T6: 0。超声、红外线及横向摩擦可减轻疼痛,减轻指屈肌痉挛,增加指屈肌力量,增加关节活动范围。
{"title":"PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI TRIGGER FINGER DENGAN INTERVENSI ULTRASOUND (US), INFRARED (IR) DAN TRANSVERSE FRICTION DI RSUD BENDAN PEKALONGAN","authors":"A. Santoso, E. Prasetyo","doi":"10.33660/jfrwhs.v2i2.22","DOIUrl":"https://doi.org/10.33660/jfrwhs.v2i2.22","url":null,"abstract":"Trigger finger or tenosyvitis stenosing is described as a condition wherethe finger tendon is locked at the time of movement from the flexion positiontoward the extension position. This is due to local inflammation or the presence ofswelling in the flexor tendon wrap that causes the wrapper can not normally flow.Signs and symptoms that arise is the presence of pain, the spasm M. FleksorDigitorum, decreased strength of M. Fleksor Digitorum, limitations of fingerjoints. Physiotherapy modalities used include: ultrasound, infra red and transversefriction.To know the benefits of therapy with ultrasound modality, infra red andtransverse friction in relieving pain, reducing spasm M. Flexor Digitorum,increasing muscle strength M. Flexor Digitorum, increasing the scope of fingerjoint motion. Management of physiotherapy on finger trigger conditions withultrasound, infrared, and transverse friction modalities. \u0000After receiving physiotherapy treatment (ultrasound, infra red and transferfriction) for 6 times the therapy was obtained: 1) Decreased the tenderness of theflexor tendon from T1: 5.1 cm to T6: 0.9 cm, 2) Increased scope of joint motion inthe left PIP II of T1: S = 20º-0º-30º to T6: S = 28º-0º-60º and MCP II T1: S = 10º0º-30ºto T6:S=14º-0º-59º,3)Increased strength of M.Flexor Digitorum on PIP II Sinistra from T1: 4 to T6: 5, 4) Decreased the spasm of M. Fleksor Digitorum from T1: 1 to T6: 0. Ultasound, infra red and transverse friction can reduce pain,reduce spasm M. Flexor Digitorum, increase strength M. Flexor Digitorum,increase the scope of joint motion. \u0000 ","PeriodicalId":34105,"journal":{"name":"Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42321275","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kuswardani Kuswadani, A. Purwoko, Daniel Budi Wibowo
Fisioterapi mandiri di kota Semarang masih banyak ditemukan kekuranganantara lain : kelengkapan sertifikat kompetensi, standar pelayanan fisioterapi,standar operasional prosedur, perizinan tempat praktik fisioterapi. Tujuanpenelitian ini adalah untuk menganalisis pelaksanaan perlindungan hukumterhadap pasien sebagai konsumen jasa dan fisioterapis dalam pelayananfisioterapi mandiri di kota Semarang. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatanyuridis sosiologis, spesifikasi penelitian deskriptif analitik, data yang digunakanberupa data primer dan sekunder. Metode pengumpulan data melalui studi pustakadan studi lapangan. Populasinya adalah seluruh pasien dan fisioterapi mandiri dikota Semarang, sampel diambil secara non random sampling dengan tipepurposive sampling yaitu seluruh pasien dan fisioterapi mandiri di kota Semarangyang di bagi menjadi empat bagian yaitu Semarang selatan, utara, barat, dantimur. Analisis menggunakan analisis kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaanperlindungan hukum terhadap pasien sebagai konsumen jasa dan fisioterapisdalam pelayanan fisioterapi mandiri di kota Semarang belum terlaksana denganbaik, dengan ditemukannya bukti - bukti pelanggaran yang di antaranya adalahbelum mempunyai sertifikat kompetensi Surat Tanda Registrasi Fisioterapi(STRF), Surat Izin Praktek Fisioterapi (SIPF), dan Surat Izin Kerja Fisioterapi(SIKF), tempat praktik fisioterapi belum berizin resmi, dan di temukannyafisioterapi mandiri yang belum melakukan inform consent dan rekam medis. Halini merupakan pelanggaran terutama Undang - Undang No. 36 tahun 2014Tentang Tenaga Kesehatan.
{"title":"PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN SEBAGAI KONSUMEN JASA DAN FISIOTERAPIS DALAM PELAYANAN FISIOTERAPI MANDIRI DI KOTA SEMARANG","authors":"Kuswardani Kuswadani, A. Purwoko, Daniel Budi Wibowo","doi":"10.33660/jfrwhs.v2i2.25","DOIUrl":"https://doi.org/10.33660/jfrwhs.v2i2.25","url":null,"abstract":"Fisioterapi mandiri di kota Semarang masih banyak ditemukan kekuranganantara lain : kelengkapan sertifikat kompetensi, standar pelayanan fisioterapi,standar operasional prosedur, perizinan tempat praktik fisioterapi. Tujuanpenelitian ini adalah untuk menganalisis pelaksanaan perlindungan hukumterhadap pasien sebagai konsumen jasa dan fisioterapis dalam pelayananfisioterapi mandiri di kota Semarang. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatanyuridis sosiologis, spesifikasi penelitian deskriptif analitik, data yang digunakanberupa data primer dan sekunder. Metode pengumpulan data melalui studi pustakadan studi lapangan. Populasinya adalah seluruh pasien dan fisioterapi mandiri dikota Semarang, sampel diambil secara non random sampling dengan tipepurposive sampling yaitu seluruh pasien dan fisioterapi mandiri di kota Semarangyang di bagi menjadi empat bagian yaitu Semarang selatan, utara, barat, dantimur. Analisis menggunakan analisis kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaanperlindungan hukum terhadap pasien sebagai konsumen jasa dan fisioterapisdalam pelayanan fisioterapi mandiri di kota Semarang belum terlaksana denganbaik, dengan ditemukannya bukti - bukti pelanggaran yang di antaranya adalahbelum mempunyai sertifikat kompetensi Surat Tanda Registrasi Fisioterapi(STRF), Surat Izin Praktek Fisioterapi (SIPF), dan Surat Izin Kerja Fisioterapi(SIKF), tempat praktik fisioterapi belum berizin resmi, dan di temukannyafisioterapi mandiri yang belum melakukan inform consent dan rekam medis. Halini merupakan pelanggaran terutama Undang - Undang No. 36 tahun 2014Tentang Tenaga Kesehatan. \u0000 ","PeriodicalId":34105,"journal":{"name":"Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48513403","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Lansia dalam beraktivitas memerlukan keseimbangan yang baik,keseimbangan adalah interaksi dari tiga unsur yaitu kemampuan fisik menyangkutsistem muskuloskletal dan lingkup gerak sendi (LGS), lingkungan aktivitas danbeban kerja (Shumway-cook, 2001). Hasil penelitian uji validitas dan reliabilitasstep test sebagai alat ukur keseimbangan pada lansia ini di harapkan dapat dijadikan pertimbangan pemilihan sebagai instrumen tes penyaringan resiko jatuh.Faktor utama resiko jatuh pada lansia adalah fungsi keseimbangan, sehinggadengan dilakukan pemeriksaan keseimbangan dengan step test secara dini diharapkan dapat mencegah resiko jatuh pada lansia dalam beraktivitas. DiIndonesia penelitian tentang alat ukur step test ini belum terlalu banyak. Denganadanya penelitian ini di harapkan akan menambah evidence based terhadapvaliditas dan reliabilitas dari alat ukur keseimbangan step test ini. Pengukuranuntuk uji validitas di lakukan oleh 2 (dua) orang pengukur mengukur 30 subyekpenelitian , untuk uji reliabilitas interrater di lakukan oleh 3 (tiga) pengukurterhadap 30 subyek penelitian dalam waktu yang sama, uji reliabilitas intraraterdi lakukan oleh 1 (satu) orang pengukur dalam 3 (tiga) kesempatan waktu yangberbeda terhadap 30 subyek penelitian. Analisa statistik menggunakan Analisadeskriptif, Uji validitas dengan korelasi Pearson dan Analisa uji reliabilitas untukmengetahui koefisien korelasi interrater dan intrarater dengan tehnik statistikReliability Analysis Scale atau ALPHA (Domhold, 2000). Uji validitas hasilp=0,000 dan r=0,716 di mana dapat di putuskan ada hubungan antara step test danTUG tes dan hubungannya kuat, uji reliabiliatas interrater pengukur 1, 2 dan 3 di peroleh nilai p=0,000 artinya ada hubungan antara pengukur 1, 2 dan 3 besar nilai ICC = 0,98, uji reliabilitas intrarater di peroleh hasil dari pengukur 3 (tiga)dalam 3 (tiga) kesempatan waktu yang berbeda nilai p=0,000 dapat di putuskanbahwa ada hubungan antara pengukur 3 dalam kesempatan 1, 2 dan 3 besar nilaiICC adalah 0,89. step test valid dan reliabel sebagai alat ukur keseimbangan padalansia.
{"title":"UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS STEP TEST SEBAGAI ALAT UKUR KESEIMBANGAN PADA LANSIA","authors":"Didik Purnomo","doi":"10.33660/jfrwhs.v2i2.23","DOIUrl":"https://doi.org/10.33660/jfrwhs.v2i2.23","url":null,"abstract":"Lansia dalam beraktivitas memerlukan keseimbangan yang baik,keseimbangan adalah interaksi dari tiga unsur yaitu kemampuan fisik menyangkutsistem muskuloskletal dan lingkup gerak sendi (LGS), lingkungan aktivitas danbeban kerja (Shumway-cook, 2001). Hasil penelitian uji validitas dan reliabilitasstep test sebagai alat ukur keseimbangan pada lansia ini di harapkan dapat dijadikan pertimbangan pemilihan sebagai instrumen tes penyaringan resiko jatuh.Faktor utama resiko jatuh pada lansia adalah fungsi keseimbangan, sehinggadengan dilakukan pemeriksaan keseimbangan dengan step test secara dini diharapkan dapat mencegah resiko jatuh pada lansia dalam beraktivitas. DiIndonesia penelitian tentang alat ukur step test ini belum terlalu banyak. Denganadanya penelitian ini di harapkan akan menambah evidence based terhadapvaliditas dan reliabilitas dari alat ukur keseimbangan step test ini. Pengukuranuntuk uji validitas di lakukan oleh 2 (dua) orang pengukur mengukur 30 subyekpenelitian , untuk uji reliabilitas interrater di lakukan oleh 3 (tiga) pengukurterhadap 30 subyek penelitian dalam waktu yang sama, uji reliabilitas intraraterdi lakukan oleh 1 (satu) orang pengukur dalam 3 (tiga) kesempatan waktu yangberbeda terhadap 30 subyek penelitian. Analisa statistik menggunakan Analisadeskriptif, Uji validitas dengan korelasi Pearson dan Analisa uji reliabilitas untukmengetahui koefisien korelasi interrater dan intrarater dengan tehnik statistikReliability Analysis Scale atau ALPHA (Domhold, 2000). Uji validitas hasilp=0,000 dan r=0,716 di mana dapat di putuskan ada hubungan antara step test danTUG tes dan hubungannya kuat, uji reliabiliatas interrater pengukur 1, 2 dan 3 di peroleh nilai p=0,000 artinya ada hubungan antara pengukur 1, 2 dan 3 besar nilai ICC = 0,98, uji reliabilitas intrarater di peroleh hasil dari pengukur 3 (tiga)dalam 3 (tiga) kesempatan waktu yang berbeda nilai p=0,000 dapat di putuskanbahwa ada hubungan antara pengukur 3 dalam kesempatan 1, 2 dan 3 besar nilaiICC adalah 0,89. step test valid dan reliabel sebagai alat ukur keseimbangan padalansia.","PeriodicalId":34105,"journal":{"name":"Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43247470","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Background:The impact of high-end student load on final project would triggerphysical stress that such as tension headache. This was influenced by ergonomicposition and neck muscle work at low level consentric. The purpose of thisresearch is knowing effect of myofascial release and strengthening exercise todecrease pain and improve functional activity for tension headache condition.Methods: This study was quasy experiment two group with control, conducted onJanuary 6 – Februari 3 2018. Sampling method by incidental sampling approach16 students were conducted for this study, divided into 2 groups. The treatmentgroup was (myofascial release and strengthening exercise) and performed painand functional measurements by using VAS (Visual Analogue Scale). dataanalysis used shapiro wilk test, leuvene test, paired sample t-test, and independentsample t-testResult: The influence of myofascial release and strengthening exercise on thedecrease of pain with the result p = 0.000, while the increase of functional activitythat is p = 0.000 which means the influence of (+) to the increase of functionalactivity. The existence of different treatment groups (myofascial release andstrenthening exercise) and the control group (strecthing) with p = 0.001.Conclusion: There was influence myofascial release and strengthening exerciseon the reduction of pain in the condition of tension headache.
{"title":"EFEKTIVITAS MYOFASCIAL RELEASE DAN STRENGTHENING EXERCISE TERHADAP NYERI DAN PENINGKATAN AKTIVITAS FUNGSIONAL PADA KONDISI TENSION HEADACHE","authors":"Nita Ardiani, Agus Widodo, Farid Rahman","doi":"10.33660/jfrwhs.v2i2.17","DOIUrl":"https://doi.org/10.33660/jfrwhs.v2i2.17","url":null,"abstract":"Background:The impact of high-end student load on final project would triggerphysical stress that such as tension headache. This was influenced by ergonomicposition and neck muscle work at low level consentric. The purpose of thisresearch is knowing effect of myofascial release and strengthening exercise todecrease pain and improve functional activity for tension headache condition.Methods: This study was quasy experiment two group with control, conducted onJanuary 6 – Februari 3 2018. Sampling method by incidental sampling approach16 students were conducted for this study, divided into 2 groups. The treatmentgroup was (myofascial release and strengthening exercise) and performed painand functional measurements by using VAS (Visual Analogue Scale). dataanalysis used shapiro wilk test, leuvene test, paired sample t-test, and independentsample t-testResult: The influence of myofascial release and strengthening exercise on thedecrease of pain with the result p = 0.000, while the increase of functional activitythat is p = 0.000 which means the influence of (+) to the increase of functionalactivity. The existence of different treatment groups (myofascial release andstrenthening exercise) and the control group (strecthing) with p = 0.001.Conclusion: There was influence myofascial release and strengthening exerciseon the reduction of pain in the condition of tension headache. \u0000 ","PeriodicalId":34105,"journal":{"name":"Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46658158","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}