Pub Date : 2022-11-10DOI: 10.33660/jfrwhs.v7i1.197
Suci Amanati, Boki Jaleha
Salah satu faktor yang dapat berhubungan dengan daya tahan tubuh adalah Aktivitas Fisik. Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dilakukan untuk meningkatkan pengeluaran tenaga/energi dan pembakaran energi. Apabila seseorang melakukan latihan fisik atau olah raga selama 30 menit setiap hari atau minimal 3-5 hari dalam seminggu dapat dikatakan dalam tingkatan yang cukup (Karim,2018). Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik, dengan desain studi Cross Sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan Aktivitas Fisik dan status gizi dengan Cardiorespiratory fitness, yang dapat dilihat dari keuesioner IPAq (International Aktivitas Fisik Questionarre) yang telah diisi oleh partisipan dan juga dipadukan dengan tes daya tahan/endurance test Harvard StepTest, Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara aktifitas fisik terhadap tingkat kebugaran partisipan yang disimpulkan dari uji hubungan untuk hasil score Harvard step test menggunakan uji korelasi Pearson didapatkan hasil 0,691. Artinya besar korelasi atau hubungan antar variabel aktifitas fisik dengan cardiorespiratory fitness yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara aktifitas fisik terhadap tingkat kebugaran.
{"title":"Hubungan Antara Aktifitas Fisik Terhadap Cardiorespiratory Fitness","authors":"Suci Amanati, Boki Jaleha","doi":"10.33660/jfrwhs.v7i1.197","DOIUrl":"https://doi.org/10.33660/jfrwhs.v7i1.197","url":null,"abstract":"Salah satu faktor yang dapat berhubungan dengan daya tahan tubuh adalah Aktivitas Fisik. Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dilakukan untuk meningkatkan pengeluaran tenaga/energi dan pembakaran energi. Apabila seseorang melakukan latihan fisik atau olah raga selama 30 menit setiap hari atau minimal 3-5 hari dalam seminggu dapat dikatakan dalam tingkatan yang cukup (Karim,2018). Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik, dengan desain studi Cross Sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan Aktivitas Fisik dan status gizi dengan Cardiorespiratory fitness, yang dapat dilihat dari keuesioner IPAq (International Aktivitas Fisik Questionarre) yang telah diisi oleh partisipan dan juga dipadukan dengan tes daya tahan/endurance test Harvard StepTest, Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara aktifitas fisik terhadap tingkat kebugaran partisipan yang disimpulkan dari uji hubungan untuk hasil score Harvard step test menggunakan uji korelasi Pearson didapatkan hasil 0,691. Artinya besar korelasi atau hubungan antar variabel aktifitas fisik dengan cardiorespiratory fitness yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara aktifitas fisik terhadap tingkat kebugaran.","PeriodicalId":34105,"journal":{"name":"Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi","volume":"90 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-11-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41282486","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-11-10DOI: 10.33660/jfrwhs.v7i1.192
W. Wijianto, Wanda Kurnia Yuda
Stroke is a neurological disorder associated with vascular injury of the central nervous system. This disease is the second leading cause of death and the leading cause of disability worldwide. The prevalence of stroke in Indonesia increases with age. The highest stroke cases were aged 75 years and over (50.2%) and the lowest was 15-20 years (0.6%). Based on gender, male (11.0%) was more than female (10.9%). Stroke can be done by controlling lifestyle such as smoking, alcohol consumption, light physical activity, unhealthy eating patterns. The population in this study was to find stroke patients at Moewardi Hospital. Samples were outpatients at Anggrek 2 and inpatients at instalasi rehabilitasi medik totaling 30 patients. The method used is analytic observational with cross sectional design. Collecting data through direct interview techniques to the patient or the patient's guardian. The statistical test used to analyze the data in this study was the chi square test. The results of data analysis showed a relationship between diet (p=0.025 <0.05) and physical activity (p=0.010 <0.05) with the incidence of stroke at Dr Moerwardi Hospital, and there was no significant relationship between smoking (p=0.459 > 0.05) and alcohol (p = 0.309 > 0.05) with the incidence of stroke in Dr Moewardi Hospital.
{"title":"Hubungan Gaya Hidup Dengan Kejadian Stroke Di Rumah Sakit","authors":"W. Wijianto, Wanda Kurnia Yuda","doi":"10.33660/jfrwhs.v7i1.192","DOIUrl":"https://doi.org/10.33660/jfrwhs.v7i1.192","url":null,"abstract":"Stroke is a neurological disorder associated with vascular injury of the central nervous system. This disease is the second leading cause of death and the leading cause of disability worldwide. The prevalence of stroke in Indonesia increases with age. The highest stroke cases were aged 75 years and over (50.2%) and the lowest was 15-20 years (0.6%). Based on gender, male (11.0%) was more than female (10.9%). Stroke can be done by controlling lifestyle such as smoking, alcohol consumption, light physical activity, unhealthy eating patterns. The population in this study was to find stroke patients at Moewardi Hospital. Samples were outpatients at Anggrek 2 and inpatients at instalasi rehabilitasi medik totaling 30 patients. The method used is analytic observational with cross sectional design. Collecting data through direct interview techniques to the patient or the patient's guardian. The statistical test used to analyze the data in this study was the chi square test. The results of data analysis showed a relationship between diet (p=0.025 <0.05) and physical activity (p=0.010 <0.05) with the incidence of stroke at Dr Moerwardi Hospital, and there was no significant relationship between smoking (p=0.459 > 0.05) and alcohol (p = 0.309 > 0.05) with the incidence of stroke in Dr Moewardi Hospital.","PeriodicalId":34105,"journal":{"name":"Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-11-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44470254","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-11-10DOI: 10.33660/jfrwhs.v7i1.186
S. Dt, N. Islamiyah, Sudaryanto Sudaryanto
Latar Belakang : Non-spesific neck pain merupakan nyeri leher mekanik yang umumnya disebabkan karena adanya faktor kebiasaan postur yang jelek meliputi kebiasaan bekerja dalam posisi yang tidak ergonomis secara berulang-ulang sehingga menyebabkan peregangan pada ligament dan otot secara berlebihan, dan memperlihatkan keterbatasan gerak lateral fleksi dan rotasi cervical. Metode : Penelitian ini adalah penelitian ekspirimen dengan desain randomized pre test – post test control group design, dilaksanakan di Klinik Mabbulosibatang Fisioterapi dengan sampel sebanyak 26 orang mahasiswa Hasil : Berdasarkan analisis uji paired sample t pada kelompok perlakuan dan kontrol diperolehan nilai p=0,000 (p<0,050) untuk semua kelompok data, yang berarti bahwa kombinasi US, Muscle Energy Technique dan Scapular Function Training dan kombinasi US, Muscle Energy Technique dapat memberikan perbaikan LGS lateral fleksi dan rotasi cervical serta disabilitas cervical yang signifikan. Hasil uji independent sampel t diperoleh nilai p=0,926 (lateral fleksi), p=0,269 (rotasi), dan p=0,501 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok. Kesimpulan : Disimpulkan bahwa kombinasi Ultrasound, Muscle Energy Technique dan Scapular Fungction Training tidak lebih efektif daripada kombinasi Ultrasound dan Muscle Energy Technique terhadap perbaikan LGS dan fungsional cervical pada non-spesific neck pain.
{"title":"Ultrasound, Muscle Energy Technique dengan Scapular Function Training terhadap Perbaikan LGS dan Fungsional Cervical pada Penderita Non- Spesific Neck Pain","authors":"S. Dt, N. Islamiyah, Sudaryanto Sudaryanto","doi":"10.33660/jfrwhs.v7i1.186","DOIUrl":"https://doi.org/10.33660/jfrwhs.v7i1.186","url":null,"abstract":"Latar Belakang : Non-spesific neck pain merupakan nyeri leher mekanik yang umumnya disebabkan karena adanya faktor kebiasaan postur yang jelek meliputi kebiasaan bekerja dalam posisi yang tidak ergonomis secara berulang-ulang sehingga menyebabkan peregangan pada ligament dan otot secara berlebihan, dan memperlihatkan keterbatasan gerak lateral fleksi dan rotasi cervical. Metode : Penelitian ini adalah penelitian ekspirimen dengan desain randomized pre test – post test control group design, dilaksanakan di Klinik Mabbulosibatang Fisioterapi dengan sampel sebanyak 26 orang mahasiswa Hasil : Berdasarkan analisis uji paired sample t pada kelompok perlakuan dan kontrol diperolehan nilai p=0,000 (p<0,050) untuk semua kelompok data, yang berarti bahwa kombinasi US, Muscle Energy Technique dan Scapular Function Training dan kombinasi US, Muscle Energy Technique dapat memberikan perbaikan LGS lateral fleksi dan rotasi cervical serta disabilitas cervical yang signifikan. Hasil uji independent sampel t diperoleh nilai p=0,926 (lateral fleksi), p=0,269 (rotasi), dan p=0,501 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok. Kesimpulan : Disimpulkan bahwa kombinasi Ultrasound, Muscle Energy Technique dan Scapular Fungction Training tidak lebih efektif daripada kombinasi Ultrasound dan Muscle Energy Technique terhadap perbaikan LGS dan fungsional cervical pada non-spesific neck pain.","PeriodicalId":34105,"journal":{"name":"Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-11-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48041292","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-11-10DOI: 10.33660/jfrwhs.v7i1.204
Mutmainnah Munir, Riskah Nur’amalia, I. Irianto
Kelompok remaja hingga dewasa muda (15 – 24 tahun) memiliki gaya hidup tidak aktif atau kurang melakukan aktivitas fisik yang dilihat dari jenis kelamin, perempuan memiliki presentase lebih besar dalam hal kurang melakukan aktivitas fisik. Volume Oksigen Maksimal (VO2Maks) dapat ditingkatkan dengan rutin melakukan aktivitas fisik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan tingkat VO2Maks pada siswa sekolah menengah atas Pondok Pesantren Putri Darul Istiqamah Maros. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional dan metode purposive sampling. Subjek penelitian yakni Siswa SMA Pondok Pesantren Putri Darul Istiqamah Maros yang berusia kisaran 15 – 18 tahun. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 89 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengambilan data primer melalui instrumen pengukuran aktivitas fisik dengan menggunakan parameter International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) dan pengukuran tingkat VO2Maks menggunakan Cooper Test (Lari 2.4 KM). Hasil Penelitian setelah dilakukan uji normalitas Kolmogrov Smirnov diperoleh sebaran data tidak normal (p<0.05), kemudian dilakukan uji analisis hubungan (Spearman Rho) menunjukkan nilai signifikansi (p) kedua variabel sebesar (p<0.05) yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan dengan korelasi negatif antara variabel aktivitas fisik dengan tingkat VO2Maks (r= - 498). Hal ini menunjukkan bahwa apabila nilai aktivitas fisik tinggi dan nilai VO2Maks rendah maka didapatkan hasil yang baik.
{"title":"Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Tingkat VO2Maks pada Siswa Sekolah Menengah Atas","authors":"Mutmainnah Munir, Riskah Nur’amalia, I. Irianto","doi":"10.33660/jfrwhs.v7i1.204","DOIUrl":"https://doi.org/10.33660/jfrwhs.v7i1.204","url":null,"abstract":"Kelompok remaja hingga dewasa muda (15 – 24 tahun) memiliki gaya hidup tidak aktif atau kurang melakukan aktivitas fisik yang dilihat dari jenis kelamin, perempuan memiliki presentase lebih besar dalam hal kurang melakukan aktivitas fisik. Volume Oksigen Maksimal (VO2Maks) dapat ditingkatkan dengan rutin melakukan aktivitas fisik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan tingkat VO2Maks pada siswa sekolah menengah atas Pondok Pesantren Putri Darul Istiqamah Maros. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional dan metode purposive sampling. Subjek penelitian yakni Siswa SMA Pondok Pesantren Putri Darul Istiqamah Maros yang berusia kisaran 15 – 18 tahun. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 89 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengambilan data primer melalui instrumen pengukuran aktivitas fisik dengan menggunakan parameter International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) dan pengukuran tingkat VO2Maks menggunakan Cooper Test (Lari 2.4 KM). Hasil Penelitian setelah dilakukan uji normalitas Kolmogrov Smirnov diperoleh sebaran data tidak normal (p<0.05), kemudian dilakukan uji analisis hubungan (Spearman Rho) menunjukkan nilai signifikansi (p) kedua variabel sebesar (p<0.05) yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan dengan korelasi negatif antara variabel aktivitas fisik dengan tingkat VO2Maks (r= - 498). Hal ini menunjukkan bahwa apabila nilai aktivitas fisik tinggi dan nilai VO2Maks rendah maka didapatkan hasil yang baik.","PeriodicalId":34105,"journal":{"name":"Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-11-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46440628","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-11-10DOI: 10.33660/jfrwhs.v7i1.191
Suryo Saputra, M. T. Kasumbung, Nur Agung Martopo, Dinda Nafilla
Osteoarthritis (OA) knee adalah salah satu penyakit kronis paling umum diderita dan memiliki pengaruh yang besar dalam penurunan kualitas hidup seorang individu. Pada OA knee jika dilihat dari sudut pandang struktural yang paling umum dikeluhkan yaitu nyeri, kaku persendian, berkurangnya propioseptif dan penurunan kekuatan otot. Dalam kajian antalgic gait, kajian kinematik harus menjadi prioritas utama selain pembahasan timbulnya nyeri itu sendiri. Sayangnya, di Indonesia belum ada penelitian tentang profil kinematik pada pasien OA pada orang Indonesia. Parameter yang digunakan selama ini adalah parameter profil kinematik Eropa yang menurut peneliti ada sedikit perbedaan dengan profile orang Indonesia. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh antara OA knee terhadap perubahan profil kinematik (straight length, cadence dan sudut toe-out) dan mengkaji hubungan efek OA knee terhadap perubahan profile kinematik angle pada (trunk, hip, knee, ankle) saat melakukan gait cycle. Nantinya profile kinematik yang didapatkan akan menjadi parameter normal dalam menentukan program latihan untuk meningkatkan kualitas berjalan pada pasien OA knee di Indonesia. Penelitian ini mengunakan metode penelitian Studi Observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional yaitu dengan menekankan pada waktu penelitian atau observasi data dalam sekali waktu pada variabel bebas dan terikat. Pada parameter spatial-temporal yakni straight length dan cadence, pada individu dengan kondisi OA knee memiliki straight length lebih pendek dibandingkan dengan individu normal dan pada individu dengan kondisi OA knee memiliki cadence lebih sedikit daripada individu yang normal. Pada kinematik trunk angle (hip, knee, ankle) saat berjalan dengan melihat individu OA knee memiliki kemiringan sudut deviasi dibidang frontal pada gerakan side fleksi trunk dan dibidang sagital pada gerakan fleksi trunk yang lebih tinggi dari pada individu dengan kondisi normal. Dari penelitian ini bisa dapat disimpulkan bahwasanya adanya perbedaan profil kinematik antara seseorang dengan kondisi OA knee dengan seseorang yang normal.
{"title":"Profil Kinematik (Straight Length, Cadence, Toe-Out) dan Angle (Trunk, Hip, Knee, dan Ankle) Pada Individu Osteoarthritis Knee di Indonesia","authors":"Suryo Saputra, M. T. Kasumbung, Nur Agung Martopo, Dinda Nafilla","doi":"10.33660/jfrwhs.v7i1.191","DOIUrl":"https://doi.org/10.33660/jfrwhs.v7i1.191","url":null,"abstract":"Osteoarthritis (OA) knee adalah salah satu penyakit kronis paling umum diderita dan memiliki pengaruh yang besar dalam penurunan kualitas hidup seorang individu. Pada OA knee jika dilihat dari sudut pandang struktural yang paling umum dikeluhkan yaitu nyeri, kaku persendian, berkurangnya propioseptif dan penurunan kekuatan otot. Dalam kajian antalgic gait, kajian kinematik harus menjadi prioritas utama selain pembahasan timbulnya nyeri itu sendiri. Sayangnya, di Indonesia belum ada penelitian tentang profil kinematik pada pasien OA pada orang Indonesia. Parameter yang digunakan selama ini adalah parameter profil kinematik Eropa yang menurut peneliti ada sedikit perbedaan dengan profile orang Indonesia. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh antara OA knee terhadap perubahan profil kinematik (straight length, cadence dan sudut toe-out) dan mengkaji hubungan efek OA knee terhadap perubahan profile kinematik angle pada (trunk, hip, knee, ankle) saat melakukan gait cycle. Nantinya profile kinematik yang didapatkan akan menjadi parameter normal dalam menentukan program latihan untuk meningkatkan kualitas berjalan pada pasien OA knee di Indonesia. Penelitian ini mengunakan metode penelitian Studi Observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional yaitu dengan menekankan pada waktu penelitian atau observasi data dalam sekali waktu pada variabel bebas dan terikat. Pada parameter spatial-temporal yakni straight length dan cadence, pada individu dengan kondisi OA knee memiliki straight length lebih pendek dibandingkan dengan individu normal dan pada individu dengan kondisi OA knee memiliki cadence lebih sedikit daripada individu yang normal. Pada kinematik trunk angle (hip, knee, ankle) saat berjalan dengan melihat individu OA knee memiliki kemiringan sudut deviasi dibidang frontal pada gerakan side fleksi trunk dan dibidang sagital pada gerakan fleksi trunk yang lebih tinggi dari pada individu dengan kondisi normal. Dari penelitian ini bisa dapat disimpulkan bahwasanya adanya perbedaan profil kinematik antara seseorang dengan kondisi OA knee dengan seseorang yang normal.","PeriodicalId":34105,"journal":{"name":"Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-11-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46872527","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang : Capsulitis Adhesive adalah gangguan yang terjadi di area bahu berupa peradangan pada kapsul sendi yang menyebabkan rasa kaku dan nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian trkasi-translasi dan hold relax terhadap perubahan ROM shoulder pada pasien Capslitis adhesive. Metode : Penelitian ini adalah penelitian Pra Eksperimen dengan One group pre-test & post-test design. Populasi sampel adalah penderita Capsulitis Adhesive Poli Fisioterapi Rumah Sakit Umum Daerah Barru. Pengambilan data pasien dengan menggunakan goniometer pre-test dan post-test. Selama masa penelitian jumlah sampel sebanyak 12 responden yang diambil menggunakan teknik total sampling yaitu seluruh penderita. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan penderita yang mengalami Capsulitis Adhesive lebih banyak dialami kelompok usia ≥ 45 tahun dan jenis kelamin sebagian besar perempuan. ROM sebelum & sesudah pemberian intervensi menunjukkan ada perubahan yang signifikan dari nilai p=0,000 dengan tingkat kepercayaan 95%. Berdasarkan Uji Paired Sampel T Test dengan nilai p= 0,000 < (0,05) telah memperlihatkan bahwa terdapat pengaruh traksi-translasi dan hold relax terhadap perubahan ROM pada penderita Capsulitis Adhesive. Kesimpulan : Disimpilkan bahwa ROM sebelum & sesudah pemberian traksi-translasi & hold relax memperlihatkan ada perubahan ROM setelah diberikan teknik traksi-translasi dan hold relax.
{"title":"Pengaruh Pemberian Traksi-Translasi dan Hold Relax Terhadap Perubahan ROM Shoulder Akibat Capsulitis Adhesive","authors":"Nurul Hikmah, Fitriah Nurul Fatimah, Sudaryanto Sudaryanto","doi":"10.33660/jfrwhs.v7i1.184","DOIUrl":"https://doi.org/10.33660/jfrwhs.v7i1.184","url":null,"abstract":"Latar Belakang : Capsulitis Adhesive adalah gangguan yang terjadi di area bahu berupa peradangan pada kapsul sendi yang menyebabkan rasa kaku dan nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian trkasi-translasi dan hold relax terhadap perubahan ROM shoulder pada pasien Capslitis adhesive. Metode : Penelitian ini adalah penelitian Pra Eksperimen dengan One group pre-test & post-test design. Populasi sampel adalah penderita Capsulitis Adhesive Poli Fisioterapi Rumah Sakit Umum Daerah Barru. Pengambilan data pasien dengan menggunakan goniometer pre-test dan post-test. Selama masa penelitian jumlah sampel sebanyak 12 responden yang diambil menggunakan teknik total sampling yaitu seluruh penderita. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan penderita yang mengalami Capsulitis Adhesive lebih banyak dialami kelompok usia ≥ 45 tahun dan jenis kelamin sebagian besar perempuan. ROM sebelum & sesudah pemberian intervensi menunjukkan ada perubahan yang signifikan dari nilai p=0,000 dengan tingkat kepercayaan 95%. Berdasarkan Uji Paired Sampel T Test dengan nilai p= 0,000 < (0,05) telah memperlihatkan bahwa terdapat pengaruh traksi-translasi dan hold relax terhadap perubahan ROM pada penderita Capsulitis Adhesive. Kesimpulan : Disimpilkan bahwa ROM sebelum & sesudah pemberian traksi-translasi & hold relax memperlihatkan ada perubahan ROM setelah diberikan teknik traksi-translasi dan hold relax.","PeriodicalId":34105,"journal":{"name":"Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-11-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47950899","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-07-13DOI: 10.33660/jfrwhs.v6i2.170
A. Wahyudi, Indah Pramita, D. Daryono
Karyawan kantor di RS Prima Medika melakukan aktivitas pekerjaan dengan sikap kerja duduk statis. Sikap ini dipertahankan selama bekerja kurang lebih dari 4 jam sampai dengan 8 jam lebih. Sikap kerja duduk dalam waktu yang lama dengan leher dan punggung tidak dalam posisi ergonomis mengakibatkan pemendekan pada otot-otot skeletal, hal ini dikarenakan terjadinya reaksi ketegangan atau kontraksi dalam jangka waktu yang panjang sehingga apabila terjadi secaara terus menerus dapat menyebabkan keluhan pada otot-otot yang mendapat beban. Metode penelitian ini adalah metode Cross Sectional dengan menggunakan responden sebanyak 27 orang karyawan kantor RS Prima Medika yang didapat berdasarkan kriteria penelitian. Alat ukur pada penelitian ini adalah Rapid Entire Body Assessment untuk mengukur sikap kerja dan lembar kuesioner Nordic Body Map untuk mengukur keluhan muskuloskeletal dari responden. Hasil pengukuran selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan Spearman’s Rho Test. Hasil Spearman’s Rho Test menunjukkan nilai signifikasi 0,990 dan nilai korelasi 0,003 antara sikap kerja dengan keluhan muskuloskeletal dan nilai korelasi 0,068 dan nilai signifikasi 0,737 antara durasi kerja dengan keluhan muskuloskeletal. Hasil ini menunjukkan bahwa korelasi sikap kerja dan durasi kerja dengan keluhan muskuloskeletal memiliki hubungan searah yang sangat lemah dan tidak signifikan
Prima Medika医院的办公室工作人员正在以一种静态的坐着的态度工作。这种行为在工作不到4小时到8小时的时间内保持不变。[UNK]颈部和背部坐着的长期行为不符合人体工程学,导致骨骼肌僵硬,这是由于长期的应力或收缩反应,因此当持续发生时,可能会导致承受负荷的肌肉出现问题。该研究方法是横断面法,使用根据研究标准获得的多达27名基层医院工作人员的回答。本研究中的测量方法是快速全身评估,用于测量工作态度,以及北欧身体图的Kuesion表,用于测量响应者的肌肉骨骼投诉。下一次测量的结果是使用Spearman的Rho检验进行假设的。【UNK】Spearman的Rho测试结果显示,工作行为与肌肉骨骼投诉之间的显著性值为0.990,相关值为0.003,工作时间与肌肉骨骼抱怨之间的相关值为0.068,显著性值0.737。结果表明,工作态度和工作时间与肌肉骨骼主诉的相关性具有非常微弱和不显著的历史关系。
{"title":"Hubungan Sikap Dan Durasi Kerja Dengan Keluhan Muskuloskeletal Pada Karyawan Kantor Di Rumah Sakit Prima Medika Bali","authors":"A. Wahyudi, Indah Pramita, D. Daryono","doi":"10.33660/jfrwhs.v6i2.170","DOIUrl":"https://doi.org/10.33660/jfrwhs.v6i2.170","url":null,"abstract":"Karyawan kantor di RS Prima Medika melakukan aktivitas pekerjaan dengan sikap kerja duduk statis. Sikap ini dipertahankan selama bekerja kurang lebih dari 4 jam sampai dengan 8 jam lebih. Sikap kerja duduk dalam waktu yang lama dengan leher dan punggung tidak dalam posisi ergonomis mengakibatkan pemendekan pada otot-otot skeletal, hal ini dikarenakan terjadinya reaksi ketegangan atau kontraksi dalam jangka waktu yang panjang sehingga apabila terjadi secaara terus menerus dapat menyebabkan keluhan pada otot-otot yang mendapat beban. Metode penelitian ini adalah metode Cross Sectional dengan menggunakan responden sebanyak 27 orang karyawan kantor RS Prima Medika yang didapat berdasarkan kriteria penelitian. Alat ukur pada penelitian ini adalah Rapid Entire Body Assessment untuk mengukur sikap kerja dan lembar kuesioner Nordic Body Map untuk mengukur keluhan muskuloskeletal dari responden. Hasil pengukuran selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan Spearman’s Rho Test. Hasil Spearman’s Rho Test menunjukkan nilai signifikasi 0,990 dan nilai korelasi 0,003 antara sikap kerja dengan keluhan muskuloskeletal dan nilai korelasi 0,068 dan nilai signifikasi 0,737 antara durasi kerja dengan keluhan muskuloskeletal. Hasil ini menunjukkan bahwa korelasi sikap kerja dan durasi kerja dengan keluhan muskuloskeletal memiliki hubungan searah yang sangat lemah dan tidak signifikan","PeriodicalId":34105,"journal":{"name":"Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44880980","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar belakang : Skoliosis merupakan keadaan tulang belakang mengalami abnormalitas kelengkungan kurva ke sisi lateral pada bidang frontal dan dengan atau pun tidak disertai rotasi tulang belakang pada bidang sagital dan axial. Intervensi yang diberikan pada kasus ini yaitu klapp method yang berprinsip untuk mengulur asimetris postur dan penguatan otot pada kasus skoliosisdengan tujuanmenimbulkan penurunan derajat kurva skoliosis idiopatik tipe c lumbal . Metode penelitian : ini adalah eksperimental, desain penelitian menggunakan one group pre and post test with control design dengan melibatkan subjek sebanyak 24 adolescent. Teknik pengambilan sampel menggunakan blind randomized control trial menjadi 2 kelompok yakni kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan sebanyak 12 subjek penelitian diberi perlakuan berupa klapp method dan kelompok kontrol tidak aktif sebanyak 12 subjek.Pemeriksaanbentuk kurva skoliosis menggunakan plumb line dan pengukuran derajat kurva skoliosis dilakukan menggunakan skoliometer. Hasil : Setelah dilakukan intervensi selama 5 minggu dengan frekuensi 3 kali seminggu, didapatkan adanya penurunan derajat kurva skoliosis pada adolescent yang yang signifikan. Simpulan : Klapp method yang diprogramkan kepada pasien mampu menurunkan derajat kurva skoliosis pada adolescent dengan skoliosis idiopatik tipe C lumbal.
{"title":"Pengaruh Klapp Method Terhadap Penurunan Derajat Kurva Skoliosis Idiopatik Tipe C Lumbal Pada Adolescent","authors":"Adilla Afifah, Sugiono Sugiono, Sukadarwanto Sukadarwanto, Noerjanah Noerjanah","doi":"10.33660/jfrwhs.v6i2.189","DOIUrl":"https://doi.org/10.33660/jfrwhs.v6i2.189","url":null,"abstract":"Latar belakang : Skoliosis merupakan keadaan tulang belakang mengalami abnormalitas kelengkungan kurva ke sisi lateral pada bidang frontal dan dengan atau pun tidak disertai rotasi tulang belakang pada bidang sagital dan axial. Intervensi yang diberikan pada kasus ini yaitu klapp method yang berprinsip untuk mengulur asimetris postur dan penguatan otot pada kasus skoliosisdengan tujuanmenimbulkan penurunan derajat kurva skoliosis idiopatik tipe c lumbal . Metode penelitian : ini adalah eksperimental, desain penelitian menggunakan one group pre and post test with control design dengan melibatkan subjek sebanyak 24 adolescent. Teknik pengambilan sampel menggunakan blind randomized control trial menjadi 2 kelompok yakni kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan sebanyak 12 subjek penelitian diberi perlakuan berupa klapp method dan kelompok kontrol tidak aktif sebanyak 12 subjek.Pemeriksaanbentuk kurva skoliosis menggunakan plumb line dan pengukuran derajat kurva skoliosis dilakukan menggunakan skoliometer. Hasil : Setelah dilakukan intervensi selama 5 minggu dengan frekuensi 3 kali seminggu, didapatkan adanya penurunan derajat kurva skoliosis pada adolescent yang yang signifikan. Simpulan : Klapp method yang diprogramkan kepada pasien mampu menurunkan derajat kurva skoliosis pada adolescent dengan skoliosis idiopatik tipe C lumbal.","PeriodicalId":34105,"journal":{"name":"Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45607284","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang: Aktivitas kerja pemetik teh banyak melibatkan posisi berdiri yang memerlukan kontraksi pada otot tungkai bawah untuk mempertahankan posisi tubuh. Aktivitas tersebut dilakukan hampir setiap hari sehingga dapat memicu timbulnya keluhan musculoskeletal berupa kondisi nyeri spasme otot gastrocnemius yang berdampak pada produktivitas kerja pemetik teh. Tujuan: Mengetahui pengaruh kombinasi contract relax dan hold relax terhadap penurunan nyeri spasme otot gastrocnemius pada pemetik teh. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan pre-experimental design (one group pre-test and post-test) dengan melibatkan sebanyak 25 sampel pemetik teh. Penelitian ini menggunakan Numerical Rating Scale sebagai instrumen skala nyeri. Penelitian ini dilakukan selama 4 minggu dengan 3 kali latihan dalam seminggu. Hasil Penelitian: Hasil uji normalitas diperoleh bahwa data tidak terdistribusi normal dengan nilai 0.004 dan 0.045 (p<0.05). Sementara hasil Wilcoxon test menunjukkan nilai sebesar 0.000 (p<0.05). Kesimpulan: Terdapat pengaruh kombinasi contract relax dan hold relax terhadap penurunan nyeri spasme otot gastrocnemius pada pekerja pemetik teh di PT. Perkebunan Nusantara XII Kebun Teh Wonosari, Lawang, Kabupaten Malang.
背景:许多茶叶采摘活动包括站立姿势,需要四肢肌肉收缩来保持身体姿势。这种活动几乎每天都在进行,可能会引发肌肉骨骼酸痛的症状,导致茶的生产力受到影响。目的:了解合同结合性和握合作用有助于减轻喝茶时胃灼热肌肉痉挛的影响。研究方法:这项研究采用了前试验设计(一组前试验和后测试),涉及多达25个采茶样本。这项研究使用数字天平作为疼痛量表。这项研究为期四周,每周进行三次练习。研究结果:测试结果发现,具有0.004级和0.045级的数据无法正常分布(p<0.05)。而威尔科森测试的结果显示,价值为1o .05分。结论:马朗县努桑塔拉十二茶园(nusancnemius ' s nusancnemius)的一个茶园,有一种放松和握手的结合,可以减轻胃肠肌痉挛的痛苦。
{"title":"Pengaruh Kombinasi Contract Relax dan Hold Relax Terhadap Penurunan Nyeri Spasme Otot Gastrocnemius pada Pemetik Teh","authors":"Elsa Annisa Jannah, Safun Rahmanto, Zidni Imanurrohmah Lubis","doi":"10.33660/jfrwhs.v6i2.190","DOIUrl":"https://doi.org/10.33660/jfrwhs.v6i2.190","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Aktivitas kerja pemetik teh banyak melibatkan posisi berdiri yang memerlukan kontraksi pada otot tungkai bawah untuk mempertahankan posisi tubuh. Aktivitas tersebut dilakukan hampir setiap hari sehingga dapat memicu timbulnya keluhan musculoskeletal berupa kondisi nyeri spasme otot gastrocnemius yang berdampak pada produktivitas kerja pemetik teh. Tujuan: Mengetahui pengaruh kombinasi contract relax dan hold relax terhadap penurunan nyeri spasme otot gastrocnemius pada pemetik teh. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan pre-experimental design (one group pre-test and post-test) dengan melibatkan sebanyak 25 sampel pemetik teh. Penelitian ini menggunakan Numerical Rating Scale sebagai instrumen skala nyeri. Penelitian ini dilakukan selama 4 minggu dengan 3 kali latihan dalam seminggu. Hasil Penelitian: Hasil uji normalitas diperoleh bahwa data tidak terdistribusi normal dengan nilai 0.004 dan 0.045 (p<0.05). Sementara hasil Wilcoxon test menunjukkan nilai sebesar 0.000 (p<0.05). Kesimpulan: Terdapat pengaruh kombinasi contract relax dan hold relax terhadap penurunan nyeri spasme otot gastrocnemius pada pekerja pemetik teh di PT. Perkebunan Nusantara XII Kebun Teh Wonosari, Lawang, Kabupaten Malang.","PeriodicalId":34105,"journal":{"name":"Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45088715","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-16DOI: 10.33660/jfrwhs.v6i2.185
Afrianti Wahyu Widiarti, Dwi Kurniawati
Latar Belakang: Kulit merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia yang memberikan perlindungan. Proses menua pada kulit secara intrinsik dapat dipercepat akibat berbagai faktor ekstrinsik yang didominasi oleh paparan sinar matahari. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Ionthoporesis dengan Serum C terhadap Kelembaban dan Elastisitas Kulit Wajah pada Wanita. Metode: Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi experimental dengan rancangan one group pretest – posttest with control design. Hasil: Uji Independent Samples Test kelembaban Kelompok I dan II menghasilkan nilai p 0.000 yang berarti ada perbedaan secara bermakna. Uji Independent Samples Test elastisitas Kelompok I dan II menghasilkan nilai p 0.017 yang berarti ada perbedaan secara bermakna. Kesimpulan: Kesimpulannya pemberian serum C dengan metode ionthophoresis lebih dapat meningkatkan kelembaban dan elastisitas kulit wajah dibandingkan dengan pemberian serum C dengan dioles.
{"title":"Pengaruh Ionthoporesis dengan Serum C terhadap Kelembaban dan Elastisitas Kulit Wajah pada Wanita","authors":"Afrianti Wahyu Widiarti, Dwi Kurniawati","doi":"10.33660/jfrwhs.v6i2.185","DOIUrl":"https://doi.org/10.33660/jfrwhs.v6i2.185","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Kulit merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia yang memberikan perlindungan. Proses menua pada kulit secara intrinsik dapat dipercepat akibat berbagai faktor ekstrinsik yang didominasi oleh paparan sinar matahari. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Ionthoporesis dengan Serum C terhadap Kelembaban dan Elastisitas Kulit Wajah pada Wanita. Metode: Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi experimental dengan rancangan one group pretest – posttest with control design. Hasil: Uji Independent Samples Test kelembaban Kelompok I dan II menghasilkan nilai p 0.000 yang berarti ada perbedaan secara bermakna. Uji Independent Samples Test elastisitas Kelompok I dan II menghasilkan nilai p 0.017 yang berarti ada perbedaan secara bermakna. Kesimpulan: Kesimpulannya pemberian serum C dengan metode ionthophoresis lebih dapat meningkatkan kelembaban dan elastisitas kulit wajah dibandingkan dengan pemberian serum C dengan dioles.","PeriodicalId":34105,"journal":{"name":"Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44076182","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}