Fenomena Ayatisasi di Indonesia (Studi Analisis Ayat-Ayat Politik), penelitian ini menganalisis tentang fenomena ayatisasi dalam perpolitikan yang terjadi Indonesia, dengan menggunakan metode kualitatif dengan dua pendekatan, yaitu: historical approach, karena penelitian ini bersentuhan dengan sejarah dan verifikatif untuk menguji kebenaran suatu fenomena. Tema ini penting untuk didiskusikan karena ayatisasi dalam perpolitikan sering terjadi di Indonesia. Dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangsih dalam keilmuan dan menjadi parameter terkait ayatisasi secara umum dan dalam perpolitikan secara khusus. Di antara ayatisasi politik adalah penggunaan QS. Al-Mâ’idah [5]: 44 untuk menegakkan khilâfah Islâmiyyah dan penggunaan QS. An-Nisâ’ [4]: 34 sebagai dalil larangan memilih seorang perempuan menjadi pemimpin.
{"title":"FENOMENA AYATISASI DI INDONESIA (STUDI ANALISIS AYAT-AYAT POLITIK)","authors":"Syaifullah Syaifullah, Romlah Widayati, Ade Naelul Huda","doi":"10.59622/jiat.v3i2.68","DOIUrl":"https://doi.org/10.59622/jiat.v3i2.68","url":null,"abstract":"Fenomena Ayatisasi di Indonesia (Studi Analisis Ayat-Ayat Politik), penelitian ini menganalisis tentang fenomena ayatisasi dalam perpolitikan yang terjadi Indonesia, dengan menggunakan metode kualitatif dengan dua pendekatan, yaitu: historical approach, karena penelitian ini bersentuhan dengan sejarah dan verifikatif untuk menguji kebenaran suatu fenomena. Tema ini penting untuk didiskusikan karena ayatisasi dalam perpolitikan sering terjadi di Indonesia. Dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangsih dalam keilmuan dan menjadi parameter terkait ayatisasi secara umum dan dalam perpolitikan secara khusus. Di antara ayatisasi politik adalah penggunaan QS. Al-Mâ’idah [5]: 44 untuk menegakkan khilâfah Islâmiyyah dan penggunaan QS. An-Nisâ’ [4]: 34 sebagai dalil larangan memilih seorang perempuan menjadi pemimpin.","PeriodicalId":34522,"journal":{"name":"Jurnal AtTibyan Jurnal Ilmu Alquran dan Tafsir","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75983847","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Wasathiyyah atau moderasi dewasa ini telah menjadi diskursus yang juga dipertegas sebagai arus utama keislaman di Indonesia. Konsep ini dinilai sebagai solusi untuk menjawab berbagai problematika keagamaan dan peradaban global, terutama terhadap ancaman ideologi tafrith dan ifrath di Indonesia. Penelitian ini merupakan upaya pengejawantahan konsep wasathiyyah dalam Al-Qur’an menggunakan jenis penelitian kualitatif yang murni bersifat kepustakaan (library research). Penelitian ini juga memberikan konsep wasathiyyah mulai dari paparan umum ihwal wasathiyyah, analisis ayat, serta manfaat. Selain itu, penelitian ini menemukan bahwa ada signifikansi dalam pengimplementasian nilai-nilai dalam konsep wasathiyyah sebagai upaya bela negara yang ditawarkan.
{"title":"KONSEP WASATHIYYAH ISLAM DALAM UPAYA BELA NEGARA PERSPEKTIF AL-QUR’AN","authors":"Arnawan Dwi Nugraha, Muhammad Izharuddin","doi":"10.59622/jiat.v3i2.66","DOIUrl":"https://doi.org/10.59622/jiat.v3i2.66","url":null,"abstract":"Wasathiyyah atau moderasi dewasa ini telah menjadi diskursus yang juga dipertegas sebagai arus utama keislaman di Indonesia. Konsep ini dinilai sebagai solusi untuk menjawab berbagai problematika keagamaan dan peradaban global, terutama terhadap ancaman ideologi tafrith dan ifrath di Indonesia. Penelitian ini merupakan upaya pengejawantahan konsep wasathiyyah dalam Al-Qur’an menggunakan jenis penelitian kualitatif yang murni bersifat kepustakaan (library research). Penelitian ini juga memberikan konsep wasathiyyah mulai dari paparan umum ihwal wasathiyyah, analisis ayat, serta manfaat. Selain itu, penelitian ini menemukan bahwa ada signifikansi dalam pengimplementasian nilai-nilai dalam konsep wasathiyyah sebagai upaya bela negara yang ditawarkan.","PeriodicalId":34522,"journal":{"name":"Jurnal AtTibyan Jurnal Ilmu Alquran dan Tafsir","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75951860","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Eksistensi praktek qira’at tujuh tidak merata di dunia Islam, dan tidak mencakup keseluruhan imam tujuh (al-qurra’ al-sab’ah). Di Indonesia, ulama nusantara yang berkhidmat di tanah haram, Muhamad Mahfudz al-Tarmasi (w. 1920 M) memberikan konsen di bidang qira’at dengan menulis karya Tanwīr al-Ṣadr Bi Qira’at al-Imām Abī ‘Amr. Karya ini, hemat penulis sebagai salah satu usaha untuk terus menghidupkan qira’at sab’ah di tengah-tengah masyarakat, khususnya bacaan Abū ‘Amr. Meskipun demikian, validitas qira’at Imam Abū ‘Amr dalam kitab Tanwīr al-Ṣadr Bi Qira’at al-Imām Abī ‘Amr masih menjadi permasalahan. Kesimpulan yang didapatkan melalui kroscek dari sampel surat al-Anfal terhadap validitas qira’at Abū ‘Amr dalam kitab Tanwīr al-Ṣadr Bi Qira’at al-Imām Abī ‘Amr, secara general valid dan memiliki konsistensi terhadap kaidah atau pola karakteristik qira’at Abū ‘Amr. Hasil validitas dan konsistensi didapatkan melalui parameter pola karakteristik qira’at Abū ‘Amr yang telah ditulis oleh al-Syāṭibiy yaitu meliputi bacaan isti’adzah, basmalah, al-Idgām, al-mad wa al-qashr, dua hamzah baik dalam satu kata atau dua kata, hamzah mufrod, al-fath, al-imālah dan al-Taqlīl, waqaf atau berhenti pada khat atau rasm utsmani, ya’ iḍāfah, ya’ zaidah dan farsy al-huruf atau pola karakteristik khusus.
{"title":"VALIDITAS QIRA’AT IMAM ABŪ ‘AMR DALAM KITAB TANWĪR AL-ṢADR BI QIRA’AT AL-IMĀM ABĪ ‘AMR (STUDI QS. AL-ANFĀL)","authors":"Muhamad Dikron, Subur Wijaya","doi":"10.59622/jiat.v3i2.64","DOIUrl":"https://doi.org/10.59622/jiat.v3i2.64","url":null,"abstract":"Eksistensi praktek qira’at tujuh tidak merata di dunia Islam, dan tidak mencakup keseluruhan imam tujuh (al-qurra’ al-sab’ah). Di Indonesia, ulama nusantara yang berkhidmat di tanah haram, Muhamad Mahfudz al-Tarmasi (w. 1920 M) memberikan konsen di bidang qira’at dengan menulis karya Tanwīr al-Ṣadr Bi Qira’at al-Imām Abī ‘Amr. Karya ini, hemat penulis sebagai salah satu usaha untuk terus menghidupkan qira’at sab’ah di tengah-tengah masyarakat, khususnya bacaan Abū ‘Amr. Meskipun demikian, validitas qira’at Imam Abū ‘Amr dalam kitab Tanwīr al-Ṣadr Bi Qira’at al-Imām Abī ‘Amr masih menjadi permasalahan. Kesimpulan yang didapatkan melalui kroscek dari sampel surat al-Anfal terhadap validitas qira’at Abū ‘Amr dalam kitab Tanwīr al-Ṣadr Bi Qira’at al-Imām Abī ‘Amr, secara general valid dan memiliki konsistensi terhadap kaidah atau pola karakteristik qira’at Abū ‘Amr. Hasil validitas dan konsistensi didapatkan melalui parameter pola karakteristik qira’at Abū ‘Amr yang telah ditulis oleh al-Syāṭibiy yaitu meliputi bacaan isti’adzah, basmalah, al-Idgām, al-mad wa al-qashr, dua hamzah baik dalam satu kata atau dua kata, hamzah mufrod, al-fath, al-imālah dan al-Taqlīl, waqaf atau berhenti pada khat atau rasm utsmani, ya’ iḍāfah, ya’ zaidah dan farsy al-huruf atau pola karakteristik khusus.","PeriodicalId":34522,"journal":{"name":"Jurnal AtTibyan Jurnal Ilmu Alquran dan Tafsir","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"89160535","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Karya ilmiah ini berupaya menganalisis afiliasi dan pengaruh teologi Islam terhadap Ahmad Hassan saat menafsirkan ayat-ayat mutasyâbihât, khususnya ayat-ayat mutasyâbih ash-shifât. Karya ilmiah ini berbeda dengan karya tulis Muhammad Ashrah bin Ismail yang ayat-ayat mutasyâbihât dalam Tafsir an-Nur Karya Muhammad Hasbi ash-Siddieqy, karena meskipun objek kajiannya sama-sama membahas ayat-ayat mutasyâbihât, namun tokoh yang dipilih tidak sama, sehingga bisa mengahsilkan kesimpulan yang berbeda. Metodologi yang digunakan dalam artikel ini adalah kualitatif dengan pendekatan teologi dan sosial. Adapun metode analisisnya adalah content-analisis (analytical content method). Selanjutnya data yang telah terkumpul disaring, kemudian dikaji dalam bentuk deskripsi, setelah itu diambil kesimpulan.
{"title":"PENGARUH FIRQAH TEOLOGI ISLAM TERHADAP PENAFSIRAN AHMAD HASSAN (ANALISIS PENAFSIRAN AYAT-AYAT SIFAT DALAM AL-FURQÂN: TAFSIR QUR’AN)","authors":"Ahmad Suladi, Hamzah Hamzah","doi":"10.59622/jiat.v3i2.70","DOIUrl":"https://doi.org/10.59622/jiat.v3i2.70","url":null,"abstract":"Karya ilmiah ini berupaya menganalisis afiliasi dan pengaruh teologi Islam terhadap Ahmad Hassan saat menafsirkan ayat-ayat mutasyâbihât, khususnya ayat-ayat mutasyâbih ash-shifât. Karya ilmiah ini berbeda dengan karya tulis Muhammad Ashrah bin Ismail yang ayat-ayat mutasyâbihât dalam Tafsir an-Nur Karya Muhammad Hasbi ash-Siddieqy, karena meskipun objek kajiannya sama-sama membahas ayat-ayat mutasyâbihât, namun tokoh yang dipilih tidak sama, sehingga bisa mengahsilkan kesimpulan yang berbeda. Metodologi yang digunakan dalam artikel ini adalah kualitatif dengan pendekatan teologi dan sosial. Adapun metode analisisnya adalah content-analisis (analytical content method). Selanjutnya data yang telah terkumpul disaring, kemudian dikaji dalam bentuk deskripsi, setelah itu diambil kesimpulan.","PeriodicalId":34522,"journal":{"name":"Jurnal AtTibyan Jurnal Ilmu Alquran dan Tafsir","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"80251333","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Warisan Islam Nusantara: Tafsir Al-Qur’an Carakan dan Narasi Reformisme adalah salah satu kontribusi terbaru dalam bidang ini. Buku ini ditulis oleh Siti Mariatul Kiptiyah, alumnus Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Jurusan Interdisciplinary Islamic Studies, konsentrasi Hermeneutika Al-Qur’an. Buku ini berawal dari tesis penulis yang kemudian mendapatkan penghargaan Nusantara Academic Award (NAA) 2019 yang diselenggarakan oleh Nusantara Institute. Dalam pengantarnya, Sumanto Al Qurtuby, direktur Nusantara Institute, menulis bahwa NAA diadakan sebagai pendorong peneliti-peneliti junior untuk melakukan penelitian serius atas khazanah luhur warisan para leluhur bangsa. Setelah melewati seleksi yang ketat, tesis Siti Mariatul Kiptiyah ini diputuskan untuk mendapatkan penghargaan, dan kemudian diterbitkan oleh eLSA Press pada Maret 2020.
伊斯兰遗产:《古兰经》的解释和改革叙事是该领域最近的贡献之一。这本书是由Siti Mariatul Kiptiyah的研究生发现的,瑜伽研究系,伊斯兰异端研究,古兰经中疑心病集中。它开始于后来获得努桑塔拉学术奖(NAA) 2019奖的作者论文。Nusantara研究所所长Sumanto Al Qurtuby在导言中写道,NAA是一个初级研究人员的动力,他对国家祖先遗产的崇高研究进行了认真的研究。经过严格的选择,Siti Mariatul Kiptiyah的论文决定获得奖励,然后于2020年3月由eLSA Press发表。
{"title":"Warisan Islam Nusantara: Tafsir Al-Qur’an Carakan dan Narasi Reformisme","authors":"F. Lukman","doi":"10.32495/nun.v8i1.346","DOIUrl":"https://doi.org/10.32495/nun.v8i1.346","url":null,"abstract":"Warisan Islam Nusantara: Tafsir Al-Qur’an Carakan dan Narasi Reformisme adalah salah satu kontribusi terbaru dalam bidang ini. Buku ini ditulis oleh Siti Mariatul Kiptiyah, alumnus Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Jurusan Interdisciplinary Islamic Studies, konsentrasi Hermeneutika Al-Qur’an. Buku ini berawal dari tesis penulis yang kemudian mendapatkan penghargaan Nusantara Academic Award (NAA) 2019 yang diselenggarakan oleh Nusantara Institute. Dalam pengantarnya, Sumanto Al Qurtuby, direktur Nusantara Institute, menulis bahwa NAA diadakan sebagai pendorong peneliti-peneliti junior untuk melakukan penelitian serius atas khazanah luhur warisan para leluhur bangsa. Setelah melewati seleksi yang ketat, tesis Siti Mariatul Kiptiyah ini diputuskan untuk mendapatkan penghargaan, dan kemudian diterbitkan oleh eLSA Press pada Maret 2020.","PeriodicalId":34522,"journal":{"name":"Jurnal AtTibyan Jurnal Ilmu Alquran dan Tafsir","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"85333114","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini berjudul “Interpretasi Maqâmât al-auliyâ perspektif al-Qur’an”. Penelitian ini difokuskan pada penemuan beberapa ayat-ayat alQur’an tentang kedudukan wali-wali Allah di sisi tuhannya. Tujuan dari penelitian ini untuk meningkatkan kualitas kedekatan hamba kepada penciptanya dan untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang kedudukan wali-wali Allah yang sebenarnya. Maqâmât auliyâ sangatlah penting dikaji dalam rangka merespon anggapan masyarakat tentang kedudukan wali yang tidak sesuai dengan ajaran-ajaran nabi Muhammada SAW. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan menggunakan kajian pustaka. Sumber data berupa sumber-sumber tertulis berupa kitab, buku, artikel, jural dan umber-sumber otoritatif liannya yang relevan dengan tema. tehnik pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi, yakni mengumpulkan data mulai berbagai buku dan literatur yang relevan dengan tema. Sementara analisa data mengguanakan metode content analisis (analisis isi), yaitu melakukan analisa terhadap Ayat-ayat yang maqâm auliyâ atau kedudukan wali-wali Allah dalam al-Qur’an, kemudian dijabarkan dengan rinci. Penelitian ini menunjukan bahwa maqâm auliyâ adalah maqâm yang tinggi di sisi tuhannya. dan untuk mencapainya harus dengan aturanaturan atau ajara-ajaran yang dibawa dan dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW.
{"title":"INTERPRETASI MAQAMAT AL-AULYA PERSPEKTIF AL-QUR’AN","authors":"Adib Minanul Cholik, Marzuki Marzuki","doi":"10.59622/jiat.v2i1.46","DOIUrl":"https://doi.org/10.59622/jiat.v2i1.46","url":null,"abstract":"Penelitian ini berjudul “Interpretasi Maqâmât al-auliyâ perspektif al-Qur’an”. Penelitian ini difokuskan pada penemuan beberapa ayat-ayat alQur’an tentang kedudukan wali-wali Allah di sisi tuhannya. Tujuan dari penelitian ini untuk meningkatkan kualitas kedekatan hamba kepada penciptanya dan untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang kedudukan wali-wali Allah yang sebenarnya. Maqâmât auliyâ sangatlah penting dikaji dalam rangka merespon anggapan masyarakat tentang kedudukan wali yang tidak sesuai dengan ajaran-ajaran nabi Muhammada SAW. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan menggunakan kajian pustaka. Sumber data berupa sumber-sumber tertulis berupa kitab, buku, artikel, jural dan umber-sumber otoritatif liannya yang relevan dengan tema. tehnik pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi, yakni mengumpulkan data mulai berbagai buku dan literatur yang relevan dengan tema. Sementara analisa data mengguanakan metode content analisis (analisis isi), yaitu melakukan analisa terhadap Ayat-ayat yang maqâm auliyâ atau kedudukan wali-wali Allah dalam al-Qur’an, kemudian dijabarkan dengan rinci. Penelitian ini menunjukan bahwa maqâm auliyâ adalah maqâm yang tinggi di sisi tuhannya. dan untuk mencapainya harus dengan aturanaturan atau ajara-ajaran yang dibawa dan dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW. ","PeriodicalId":34522,"journal":{"name":"Jurnal AtTibyan Jurnal Ilmu Alquran dan Tafsir","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"78390787","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural Perspektif Al-Qur’an. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih jauh mengenai nilai-nilai multikultural yang terkandung di dalam alQur’an untuk kemudian dikaitkan atau dikorelasikan dengan konsep pendidikan multikultural. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan Library Research (penelitian kepustakaan) dan menggunakan metode deskriptif-analisis (Descriptive-analytis) yaitu dengan mendeskripsikan kemudian menganalisis ayat-ayat Al-Qur’an terkait nilai-nilai pendidikan multikultural. Sumber data berupa sumber-sumber tertulis berupa kitab-kitab tafsir, buku-buku, artikel, jurnal, makalah, karya tulis dan sumber-sumber otoritatif lainnya yang relevan dengan tema. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat banyak sekali nilai-nilai multikultural di dalam al-Quran yang sesuai dan sejalan yang dapat di aplikasikan dalam pendidikan multikultural. Semua nilai itu terfokus pada tiga nilai yang menjadi nilai inti (core value) pada pendidikan multikultual. Nilai keadilan, nilai toleransi dan nilai kebangsaan apabila mampu di aplikasikan dengan baik oleh masyarakat multikultur seperti bangsa Indonesia, dapat menumbuhkan kesadaran dan rasa saling menghargai atas perbedaan dan keberagaman ras, suku, budaya, etnis dan agama sehingga mampu mereduksi timbulnya konflik yang disebabkan oleh berbagai macam perbedaan.
{"title":"NILAI-NILAI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL PERSPEKTIF AL-QUR’AN","authors":"Subur Wijaya, Idris Hisbullah Huzen","doi":"10.59622/jiat.v2i1.42","DOIUrl":"https://doi.org/10.59622/jiat.v2i1.42","url":null,"abstract":"Penelitian ini berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural Perspektif Al-Qur’an. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih jauh mengenai nilai-nilai multikultural yang terkandung di dalam alQur’an untuk kemudian dikaitkan atau dikorelasikan dengan konsep pendidikan multikultural. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan Library Research (penelitian kepustakaan) dan menggunakan metode deskriptif-analisis (Descriptive-analytis) yaitu dengan mendeskripsikan kemudian menganalisis ayat-ayat Al-Qur’an terkait nilai-nilai pendidikan multikultural. Sumber data berupa sumber-sumber tertulis berupa kitab-kitab tafsir, buku-buku, artikel, jurnal, makalah, karya tulis dan sumber-sumber otoritatif lainnya yang relevan dengan tema. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat banyak sekali nilai-nilai multikultural di dalam al-Quran yang sesuai dan sejalan yang dapat di aplikasikan dalam pendidikan multikultural. Semua nilai itu terfokus pada tiga nilai yang menjadi nilai inti (core value) pada pendidikan multikultual. Nilai keadilan, nilai toleransi dan nilai kebangsaan apabila mampu di aplikasikan dengan baik oleh masyarakat multikultur seperti bangsa Indonesia, dapat menumbuhkan kesadaran dan rasa saling menghargai atas perbedaan dan keberagaman ras, suku, budaya, etnis dan agama sehingga mampu mereduksi timbulnya konflik yang disebabkan oleh berbagai macam perbedaan. ","PeriodicalId":34522,"journal":{"name":"Jurnal AtTibyan Jurnal Ilmu Alquran dan Tafsir","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77956457","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pernikahan merupakan salah satu fitrah kemanusiaan (‘garizah insaniyah) naluri kemanusiaan, karena itu islam menganjurkan menikah. Bila garizah tidak dipenuhi dengan jalan yang sah yaitu pernikahan, maka ia akan mencari jalan-jalan syetan yang banyak menjerumuskan ke lembah hitam. Islam telah menjadikan ikatan pernikahan yang sah berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunah sebagai satu-satunya sarana untuk memenuhi tuntunan naluri manusia yang asasi serta sarana untuk membina keluarga yang islami. Penelitian ini ditunjukan untuk mengadakan kajian yang lebih mendalam terhadap makna yang terkandung di balik teks ayat al-Qur’an tentang menikah, sehingga dapat diketahui dengan jelas bagaimana ayat al-Qur’an berbicara mengenai pernikahan. Hasil dari penelelitian ini penululis menyoimpulkan bahwa bahwa dalam pernikahan terdapat tuntunan hakiki yaitu kebahagiaan yang bersifat rohani, karena pada hakekatnya perkawinan menurut Allah dalam firman-Nya telah memberikan kesempatan kepada manusia untuk meraih kebahagiaan jasmani dan rohani melalui pernikahan yang menimbulkan halalnya hubungan antara laki- laki dan perempuan dari suatu perkawinan. Berpasang pasangan merupakan sunatullah yang berlaku pada semua mahluk Allah Swt, baik pada manusia, tumbuh tumbuhan maupun hewan. Untuk hidup berpasang-pasangan, terlebih dahulu manusia harus diikat dengan ikatan pernikahan yang sah, disinilah letak perbedaan manusia dengan makhluk lainnya.
{"title":"PERNIKAHAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN","authors":"M. Hasbi, Dede Apandi","doi":"10.59622/jiat.v3i1.53","DOIUrl":"https://doi.org/10.59622/jiat.v3i1.53","url":null,"abstract":"Pernikahan merupakan salah satu fitrah kemanusiaan (‘garizah insaniyah) naluri kemanusiaan, karena itu islam menganjurkan menikah. Bila garizah tidak dipenuhi dengan jalan yang sah yaitu pernikahan, maka ia akan mencari jalan-jalan syetan yang banyak menjerumuskan ke lembah hitam. Islam telah menjadikan ikatan pernikahan yang sah berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunah sebagai satu-satunya sarana untuk memenuhi tuntunan naluri manusia yang asasi serta sarana untuk membina keluarga yang islami. Penelitian ini ditunjukan untuk mengadakan kajian yang lebih mendalam terhadap makna yang terkandung di balik teks ayat al-Qur’an tentang menikah, sehingga dapat diketahui dengan jelas bagaimana ayat al-Qur’an berbicara mengenai pernikahan. Hasil dari penelelitian ini penululis menyoimpulkan bahwa bahwa dalam pernikahan terdapat tuntunan hakiki yaitu kebahagiaan yang bersifat rohani, karena pada hakekatnya perkawinan menurut Allah dalam firman-Nya telah memberikan kesempatan kepada manusia untuk meraih kebahagiaan jasmani dan rohani melalui pernikahan yang menimbulkan halalnya hubungan antara laki- laki dan perempuan dari suatu perkawinan. Berpasang pasangan merupakan sunatullah yang berlaku pada semua mahluk Allah Swt, baik pada manusia, tumbuh tumbuhan maupun hewan. Untuk hidup berpasang-pasangan, terlebih dahulu manusia harus diikat dengan ikatan pernikahan yang sah, disinilah letak perbedaan manusia dengan makhluk lainnya.","PeriodicalId":34522,"journal":{"name":"Jurnal AtTibyan Jurnal Ilmu Alquran dan Tafsir","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86250665","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Konsep interaksi sosial yang terdapat di dalam al-Qur’an mempunyai banyak karakter dan macam-macamnya, setiap ayat yang berbicara tentang interaksi memiliki makna-makna yang bisa dibilang berbeda, namun jika diteliti dengan seksama itu semua adalah satu pemahaman. Seperti yang terdapat pada surah al-Mumtahanah ayat 8 bahwasannya interaksi sosial itu adalah proses timbal balik yang dilakukan oleh seluruh belahan manusia dengan tidak membeda-bedakan antara ras, suku, ideologi, negara bahkan agama. Dan Allah SWT tidak melarang atau bahkan menganjurkan untuk berinteraksi kepada siapapun. Dalam artian berintraksi kepada orang-orang yang tidak memerangi kalian. Dan Allah SWT juga menganjurkan untuk berbuat adil dengan mereka semuanya. Berbuat adil dalam masalah interaksi itu tidak ada batasannya, baik kepada sesama agama maupun lintas agama. Dengan syarat interaksi sosial yang terjalin itu tidak melanggar syari’at dan hukum-hukum Allah SWT. Imam Musthafa al-Maraghi memberikan penjelasan bahwasannya Interaksi sosial adalah suatu hubungan timbal balik yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat. Baik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok, yang mana tidak saling membedakan atara satu dengan yang lain, baik dari aspek sosial, kasta, posisi, suku, ekonomi bahkan agama.
{"title":"BIOGRAFI SINGKAT DAN PENAFSIRAN AL-MARAGHI TERHADAP AYAT-AYAT INTERAKSI SOSIAL","authors":"Hamzah Hamzah, Hilmi Hilmi","doi":"10.59622/jiat.v2i1.49","DOIUrl":"https://doi.org/10.59622/jiat.v2i1.49","url":null,"abstract":"Konsep interaksi sosial yang terdapat di dalam al-Qur’an mempunyai banyak karakter dan macam-macamnya, setiap ayat yang berbicara tentang interaksi memiliki makna-makna yang bisa dibilang berbeda, namun jika diteliti dengan seksama itu semua adalah satu pemahaman. Seperti yang terdapat pada surah al-Mumtahanah ayat 8 bahwasannya interaksi sosial itu adalah proses timbal balik yang dilakukan oleh seluruh belahan manusia dengan tidak membeda-bedakan antara ras, suku, ideologi, negara bahkan agama. Dan Allah SWT tidak melarang atau bahkan menganjurkan untuk berinteraksi kepada siapapun. Dalam artian berintraksi kepada orang-orang yang tidak memerangi kalian. Dan Allah SWT juga menganjurkan untuk berbuat adil dengan mereka semuanya. Berbuat adil dalam masalah interaksi itu tidak ada batasannya, baik kepada sesama agama maupun lintas agama. Dengan syarat interaksi sosial yang terjalin itu tidak melanggar syari’at dan hukum-hukum Allah SWT. Imam Musthafa al-Maraghi memberikan penjelasan bahwasannya Interaksi sosial adalah suatu hubungan timbal balik yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat. Baik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok, yang mana tidak saling membedakan atara satu dengan yang lain, baik dari aspek sosial, kasta, posisi, suku, ekonomi bahkan agama.","PeriodicalId":34522,"journal":{"name":"Jurnal AtTibyan Jurnal Ilmu Alquran dan Tafsir","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75913689","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Hingga kini dikalangan ‘Ulama masih terdapat perberbedaan pendapat terkait boleh dan tidaknya non-Muslim sebagai pemimpin bagi umat Islam. Hal itu umumnya didasarkan pada pemaknaan kata auliâ dalam al-Qur’an terkait konteks larangan menjadikan orang-orang kafir sebagai auliâ. Maka peneliti mengangkat tema “Pemimpin Non-Muslim dalam Perspektif Ibn Jarir Ath-Thabary” yang didasarkan pada tiga ayat terkait tema tersebut, yakni surat Ali Imrân ayat 28, surat al-Nisâ 144 dan surat al-Mâidah 51. Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah pertama, Apa pengertian pemimpin dalam konsep Islam. Kedua, Apa saja term-term yang digunakan dalam Islam terkait pemimpin atau penguasa. Ketiga, bagaimana penafsiran Ath-Thabary terhadap surat Ali Imrân ayat 28, surat al-Nisâ 144 dan surat al-Mâidah 51. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan metode analisis deskriptif (analytical descriptive method) yaitu suatu upaya mendeskripsikan dan menganalisa penafsiran terkait kata auliâ dalam al-Qur’an terkait konteks larangan menjadikan orang-orang kafir sebagai auliâ. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa ketiga ayat di atas menurut At-thabary bermakna larangan menjadikan orang-orang kafir sebagai auliâ bagi umat Islam. Adapun Ath-Thabary memaknai term auliâ dengan pembantu, penolong, penopang atau pelindung.
{"title":"PEMIMPIN NON MUSLIM DALAM PERSPEKTIF IBN JARIR ATH-THABARY","authors":"M. Shidqi, Nasril Albab Mochammad","doi":"10.59622/jiat.v2i1.48","DOIUrl":"https://doi.org/10.59622/jiat.v2i1.48","url":null,"abstract":"Hingga kini dikalangan ‘Ulama masih terdapat perberbedaan pendapat terkait boleh dan tidaknya non-Muslim sebagai pemimpin bagi umat Islam. Hal itu umumnya didasarkan pada pemaknaan kata auliâ dalam al-Qur’an terkait konteks larangan menjadikan orang-orang kafir sebagai auliâ. Maka peneliti mengangkat tema “Pemimpin Non-Muslim dalam Perspektif Ibn Jarir Ath-Thabary” yang didasarkan pada tiga ayat terkait tema tersebut, yakni surat Ali Imrân ayat 28, surat al-Nisâ 144 dan surat al-Mâidah 51. Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah pertama, Apa pengertian pemimpin dalam konsep Islam. Kedua, Apa saja term-term yang digunakan dalam Islam terkait pemimpin atau penguasa. Ketiga, bagaimana penafsiran Ath-Thabary terhadap surat Ali Imrân ayat 28, surat al-Nisâ 144 dan surat al-Mâidah 51. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan metode analisis deskriptif (analytical descriptive method) yaitu suatu upaya mendeskripsikan dan menganalisa penafsiran terkait kata auliâ dalam al-Qur’an terkait konteks larangan menjadikan orang-orang kafir sebagai auliâ. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa ketiga ayat di atas menurut At-thabary bermakna larangan menjadikan orang-orang kafir sebagai auliâ bagi umat Islam. Adapun Ath-Thabary memaknai term auliâ dengan pembantu, penolong, penopang atau pelindung.","PeriodicalId":34522,"journal":{"name":"Jurnal AtTibyan Jurnal Ilmu Alquran dan Tafsir","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"78626843","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}