Pub Date : 2022-07-30DOI: 10.51700/manajemen.v2i2.348
M. Muhibbin, Asriandi Asriandi, Nur'aini Nur'aini
Pesantren sebagai pusat pendidikan yang berbasis pengembangan karakter, tentunya mengalami dinamika yang secara terus menerus membutuhkan inovasi-inovasi baru sesuai dengan perkembangan zaman. Penelitian akan mengurai eksistensi pesantren dalam pengembangan karakter dengan mengambil sampel di Ponpes Darurrahman. Ada beberapa model yang digunakan oleh ponpes Darurrahman dalam mengembangkan karakter adalah yang pertama, keteladanan, kedua, penanaman kedisiplinan, ketiga, pembiasaan, Keempat, menciptakan suasana yang kondusif, kelima, integrasi dan internalisasi. Kelima model ini kemudian diimplemnetasikan dalam bentuk Kejujuran, keadilan, toleransi, rasa hormat, dan kedisiplinan diri. Pengembangan karakter di Ponpes Darurrahman menghadapi kendala seperti masih belum maksimalnya praktik yang dilaksanakan, tapi secara tidak langsung sudah menunjukkan hasil yang positif. Para santri juga mengalami beberapa kesulitan dalam mengikuti model yang dikembangkan oleh pondok pesantren, sehingga tentunya ada yang berhasil dan ada juga yang tidak berhasil dalam megikuti model pengembangan karakter yang dikembangkan dalam pondok pesantre
{"title":"PESANTREN: PENDIDIKAN BERBASIS PENGEMBANGAN KARAKTER","authors":"M. Muhibbin, Asriandi Asriandi, Nur'aini Nur'aini","doi":"10.51700/manajemen.v2i2.348","DOIUrl":"https://doi.org/10.51700/manajemen.v2i2.348","url":null,"abstract":"Pesantren sebagai pusat pendidikan yang berbasis pengembangan karakter, tentunya mengalami dinamika yang secara terus menerus membutuhkan inovasi-inovasi baru sesuai dengan perkembangan zaman. Penelitian akan mengurai eksistensi pesantren dalam pengembangan karakter dengan mengambil sampel di Ponpes Darurrahman. Ada beberapa model yang digunakan oleh ponpes Darurrahman dalam mengembangkan karakter adalah yang pertama, keteladanan, kedua, penanaman kedisiplinan, ketiga, pembiasaan, Keempat, menciptakan suasana yang kondusif, kelima, integrasi dan internalisasi. Kelima model ini kemudian diimplemnetasikan dalam bentuk Kejujuran, keadilan, toleransi, rasa hormat, dan kedisiplinan diri. Pengembangan karakter di Ponpes Darurrahman menghadapi kendala seperti masih belum maksimalnya praktik yang dilaksanakan, tapi secara tidak langsung sudah menunjukkan hasil yang positif. Para santri juga mengalami beberapa kesulitan dalam mengikuti model yang dikembangkan oleh pondok pesantren, sehingga tentunya ada yang berhasil dan ada juga yang tidak berhasil dalam megikuti model pengembangan karakter yang dikembangkan dalam pondok pesantre","PeriodicalId":345922,"journal":{"name":"Jurnal Manajemen dan Budaya","volume":"49 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126999300","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-07-30DOI: 10.51700/manajemen.v2i2.349
Eliyana Eliyana, Muhajirin Ramzi, S. Sunardi
Salah satu sikap yang harus dimiliki seorang anak untuk menjadi manusia yang baik dan benar adalah memiliki sikap moral dan keagamaan yang baik dalam berperilaku sebagai umat Beragama, sebagai anggota keluarga, dan anggota masyarakat. Dari umur Anak Usia Dini adalah saat yang paling baik bagi seorang pendidik dan tenaga kependidikan dalam meletakkan dasar-dasar pendidikan moral dan keagamaan terhadap anak. Walaupun peran orang tua sangat besar dalam membangun dasar moral dan agama bagi anak-anaknya, tetapi peran seorang pendidik/guru PAUD juga tidak kalah penting perannya dalam membimbing/membangun nilai moral dan keagamaan bagi seorang anak, karena biasanya anak-anak selalu menuruti perintah gurunya. Oleh karena itu seorang pendidik/guru PAUD harus selalu berupaya dengan berbagai cara agar dapat membimbing anak-anak muridnya agar mempunyai kepribadian yang baik, yang dilandasai dengan nilai moral dan agama. Dengan diberikannya landasan pendidikan moral dan agama kepada Anak Usia Dini, maka seorang anak PAUD dapat belajar membedakan perilaku yang baik, benar dan salah, serta terbiasa menjalankan ajaran agama sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Mendidik anak-anak dengan pendidikan moral agama yang baik, bukanlah pekerjaan yang mudah dilakukan, oleh karena itu seorang pendidik/guru PAUD harus selalu meningkatkan wawasan, pemahaman dan keterampilan terkait pengembangan Nilai Moral dan Nilai Agama Anak Usia Dini
{"title":"MANAJEMEN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN NILAI MORAL DAN AGAMA PADA ANAK USIA DINI DI PAUD INSAN KAAMIL TENIGA LOMBOK UTARA","authors":"Eliyana Eliyana, Muhajirin Ramzi, S. Sunardi","doi":"10.51700/manajemen.v2i2.349","DOIUrl":"https://doi.org/10.51700/manajemen.v2i2.349","url":null,"abstract":"Salah satu sikap yang harus dimiliki seorang anak untuk menjadi manusia yang baik dan benar adalah memiliki sikap moral dan keagamaan yang baik dalam berperilaku sebagai umat Beragama, sebagai anggota keluarga, dan anggota masyarakat. Dari umur Anak Usia Dini adalah saat yang paling baik bagi seorang pendidik dan tenaga kependidikan dalam meletakkan dasar-dasar pendidikan moral dan keagamaan terhadap anak. Walaupun peran orang tua sangat besar dalam membangun dasar moral dan agama bagi anak-anaknya, tetapi peran seorang pendidik/guru PAUD juga tidak kalah penting perannya dalam membimbing/membangun nilai moral dan keagamaan bagi seorang anak, karena biasanya anak-anak selalu menuruti perintah gurunya. Oleh karena itu seorang pendidik/guru PAUD harus selalu berupaya dengan berbagai cara agar dapat membimbing anak-anak muridnya agar mempunyai kepribadian yang baik, yang dilandasai dengan nilai moral dan agama. Dengan diberikannya landasan pendidikan moral dan agama kepada Anak Usia Dini, maka seorang anak PAUD dapat belajar membedakan perilaku yang baik, benar dan salah, serta terbiasa menjalankan ajaran agama sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Mendidik anak-anak dengan pendidikan moral agama yang baik, bukanlah pekerjaan yang mudah dilakukan, oleh karena itu seorang pendidik/guru PAUD harus selalu meningkatkan wawasan, pemahaman dan keterampilan terkait pengembangan Nilai Moral dan Nilai Agama Anak Usia Dini","PeriodicalId":345922,"journal":{"name":"Jurnal Manajemen dan Budaya","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130972965","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-07-30DOI: 10.51700/manajemen.v2i2.338
Reniwati Reniwati
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen perpustakaan di SMA Negeri 1 Wanasaba Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur NTB, serta faktor penghambat dan penunjang manajemen perpustakaan dalam meningkatkan minat baca peserta didik di SMA Negeri 1 Wanasaba Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur NTB. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dilakukan untuk mengungkapkan berbagai gejala yang muncul dari berbagai manajemen perpustakaan terhadap minat baca peserta didik di SMA Negeri 1 Wanasaba Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur NTB. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data antara lain: Metode observasi, metode wawancara dan metode dokumentasi. Setelah data yang diproleh dilapangan sudah terkumpul selanjutnya di analisis kembali menggunakan metode analisis data deskriptif dengan proses reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang manajemen perpustakaan di SMA Negeri 1 Wanasaba Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur NTB, maka dapat diambil kesimpulannya sebagai berikut: 1) SMA Negeri 1 Wanasaba Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur NTB di lihat dari aspek gedung/ruang perpustakaan yang masih belum memenuhi standar dengan jumlah peserta didik yang ada di sekolah, dilihat dari aspek sumber daya manusia atau pustakawan perpustakaan, yang masih kurang yang hanya 1 orang pustakawan, dan dilihat dari aspek koleksi bahan bacaan perpustakaan, koleksi buku-buku yang ada di perpustakaan SMA Negeri 1 Wanasaba Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur NTB, yang lebih banyak menyediakan buku-buku pelajaran akan tetapi masih kurang dalam penyediaan buku-buku referensi lainnya seperti buku novel, buku motivasi dan lain sebagainya. Faktor penunjang dalam manajemen perpustakaan dalam meningkatkan minat baca peserta didik di SMA Negeri 1 Wanasaba Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur NTB, adanya dukungan dari semua pihak yang terlibat disekolah, adanya program bedah buku yang diadakan oleh pihak perpustakaan sekolah, kelengkapan buku-buku dari masing-masing mata pelajaran yang ada. Faktor penghambat dalam manajemen perpustakaan dalam meningkatkan minat baca peserta didik di SMA Negeri 1 Wanasaba Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur NTB, meliputi: a. kurang tersedianya dana yang khusus untuk bagian perpustakaan, b. kurangnya sarana dan prasarana yang ada di ruang perpustakaan, c. terlalu banyaknya tugas pokok yang harus dikerjakana oleh tenaga atau pegawai perpustakaan yang ada tanpa melihat berapa jumlah tenaga perpustakaan yang hanya ada 2 orang tapi hanya satu orang yang selalu melayani siswa atau guru yang menyebabkan kurang maksimalnya di dalam penerapan dan pelaksanaan manajemen perpustakaan di sekolah tersebut
这项研究的目的是了解NTB东龙目岛1国高中的图书馆管理,以及抑制和支持图书馆管理的因素,以提高学生对北龙目岛1国高中学生的阅读兴趣。该研究是一项定性研究,目的是揭示图书馆管理中不同学生对北龙目岛东龙目岛学生阅读兴趣的症状。关于数据收集中使用的研究方法包括观察方法、采访方法和文件方法。一旦实地收集了已确定的数据,然后使用数据还原、数据演示和提取过程的描述性数据分析方法重新分析。根据NTB东龙目岛SMA Wanasaba地区图书馆管理的研究和讨论,得出的结论如下:1)高中国家Wanasaba街道Wanasaba龙目岛东部NTB县图书馆大楼-方面看到的空间还没有标准的学习者的数量在人力资源方面,从学校或图书馆的图书,图书还差的只有1人,从收藏方面书籍的图书馆,收藏在图书馆材料全国高中1 Wanasaba街道Wanasaba龙目岛东部NTB县,他们提供更多的教科书,但仍然缺乏其他参考书,如小说、励志书籍等。NTB东龙目岛高中学生对提高学生阅读兴趣的图书馆管理方面的一个支柱因素是,学校各派人士都支持这一计划,图书馆部门举办的图书解剖项目,以及现有各学科的完整书籍。抑制图书馆管理的因素促进了SMA Negeri 1 Wanasaba street Wanasaba东区龙目岛的学习者的阅读兴趣,包括:a .缺乏专门的资金供应,图书馆,b .缺乏工具和基础设施的一部分,在图书馆,c .太多的主要任务必须由人力来dikerjakana或没有看到多少劳力的图书馆图书馆员工的只有两个人,但只有一个人总是导致缺乏最大的服务学生或老师在学校图书馆管理应用和执行这些
{"title":"Manajemen Kurikulum dalam Menyikapi Merdeka Belajar di Tingkat Sekolah Menengah Atas","authors":"Reniwati Reniwati","doi":"10.51700/manajemen.v2i2.338","DOIUrl":"https://doi.org/10.51700/manajemen.v2i2.338","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen perpustakaan di SMA Negeri 1 Wanasaba Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur NTB, serta faktor penghambat dan penunjang manajemen perpustakaan dalam meningkatkan minat baca peserta didik di SMA Negeri 1 Wanasaba Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur NTB. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dilakukan untuk mengungkapkan berbagai gejala yang muncul dari berbagai manajemen perpustakaan terhadap minat baca peserta didik di SMA Negeri 1 Wanasaba Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur NTB. \u0000 Adapun metode penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data antara lain: Metode observasi, metode wawancara dan metode dokumentasi. Setelah data yang diproleh dilapangan sudah terkumpul selanjutnya di analisis kembali menggunakan metode analisis data deskriptif dengan proses reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. \u0000 Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang manajemen perpustakaan di SMA Negeri 1 Wanasaba Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur NTB, maka dapat diambil kesimpulannya sebagai berikut: 1) SMA Negeri 1 Wanasaba Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur NTB di lihat dari aspek gedung/ruang perpustakaan yang masih belum memenuhi standar dengan jumlah peserta didik yang ada di sekolah, dilihat dari aspek sumber daya manusia atau pustakawan perpustakaan, yang masih kurang yang hanya 1 orang pustakawan, dan dilihat dari aspek koleksi bahan bacaan perpustakaan, koleksi buku-buku yang ada di perpustakaan SMA Negeri 1 Wanasaba Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur NTB, yang lebih banyak menyediakan buku-buku pelajaran akan tetapi masih kurang dalam penyediaan buku-buku referensi lainnya seperti buku novel, buku motivasi dan lain sebagainya. Faktor penunjang dalam manajemen perpustakaan dalam meningkatkan minat baca peserta didik di SMA Negeri 1 Wanasaba Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur NTB, adanya dukungan dari semua pihak yang terlibat disekolah, adanya program bedah buku yang diadakan oleh pihak perpustakaan sekolah, kelengkapan buku-buku dari masing-masing mata pelajaran yang ada. Faktor penghambat dalam manajemen perpustakaan dalam meningkatkan minat baca peserta didik di SMA Negeri 1 Wanasaba Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur NTB, meliputi: a. kurang tersedianya dana yang khusus untuk bagian perpustakaan, b. kurangnya sarana dan prasarana yang ada di ruang perpustakaan, c. terlalu banyaknya tugas pokok yang harus dikerjakana oleh tenaga atau pegawai perpustakaan yang ada tanpa melihat berapa jumlah tenaga perpustakaan yang hanya ada 2 orang tapi hanya satu orang yang selalu melayani siswa atau guru yang menyebabkan kurang maksimalnya di dalam penerapan dan pelaksanaan manajemen perpustakaan di sekolah tersebut","PeriodicalId":345922,"journal":{"name":"Jurnal Manajemen dan Budaya","volume":"42 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115834901","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-07-30DOI: 10.51700/manajemen.v2i2.341
Niayah Niayah
Pendidikan sangatlah penting dalam peningkatan mutu, sehingga diperlukanlah peningkatan pendidikan yang berkaitan dengan peningkatan proses belajar-mengajar. Oleh karena itu, diperlukan manajemen kelas yang baik agar tujuan belajar-mengajar dapat tercapai. Dalam manajemen kelas, guru harus senantiasa memperhatikan dan menciptakan suasana kondusif di dalam kelas, dengan adanya guru yang berkompeten dan berkualitas diharapkan mampu dalam menciptakan suasana belajar-mengajar yang efektif di dalam kelas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen kelas dalam meningkatkan proses belajar-mengajar pendidikan agama Islam dan mengetahui faktor pendukung serta faktor penghambat manajemen kelas dalam meningkatkan proses belajar-mengajar pendidikan agama Islam. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah observasi, wawancara dan teknik dokumen. Analisis data menggunakan analisis data secara induktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen kelas dalam meningkatkan proses belajar-mengajar pendidikan agama Islam sudah berjalan dengan baik tetapi belum maksimal. Faktor pendukung manajemen kelas berasal dari guru, fasilitas dan peserta didik, faktor penghambatnya adalah adanya kegiatan sekolah yang mengorbankan jam pelajaran, kelas yang mendapat jam terakhir, peserta didik kurang aktif dan kurang disiplin dalam mengerjakan tugas dan peserta didik yang sering keluar masuk kelas dengan alasan ke kamar kecil
{"title":"Manajemen Kelas Dalam Meningkatkan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam Di SMP Negeri 1 Aikmel Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur NTB","authors":"Niayah Niayah","doi":"10.51700/manajemen.v2i2.341","DOIUrl":"https://doi.org/10.51700/manajemen.v2i2.341","url":null,"abstract":"Pendidikan sangatlah penting dalam peningkatan mutu, sehingga diperlukanlah peningkatan pendidikan yang berkaitan dengan peningkatan proses belajar-mengajar. Oleh karena itu, diperlukan manajemen kelas yang baik agar tujuan belajar-mengajar dapat tercapai. Dalam manajemen kelas, guru harus senantiasa memperhatikan dan menciptakan suasana kondusif di dalam kelas, dengan adanya guru yang berkompeten dan berkualitas diharapkan mampu dalam menciptakan suasana belajar-mengajar yang efektif di dalam kelas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen kelas dalam meningkatkan proses belajar-mengajar pendidikan agama Islam dan mengetahui faktor pendukung serta faktor penghambat manajemen kelas dalam meningkatkan proses belajar-mengajar pendidikan agama Islam. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah observasi, wawancara dan teknik dokumen. Analisis data menggunakan analisis data secara induktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen kelas dalam meningkatkan proses belajar-mengajar pendidikan agama Islam sudah berjalan dengan baik tetapi belum maksimal. Faktor pendukung manajemen kelas berasal dari guru, fasilitas dan peserta didik, faktor penghambatnya adalah adanya kegiatan sekolah yang mengorbankan jam pelajaran, kelas yang mendapat jam terakhir, peserta didik kurang aktif dan kurang disiplin dalam mengerjakan tugas dan peserta didik yang sering keluar masuk kelas dengan alasan ke kamar kecil","PeriodicalId":345922,"journal":{"name":"Jurnal Manajemen dan Budaya","volume":"44 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133756755","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-07-30DOI: 10.51700/manajemen.v2i2.339
Handayani Handayani
Manajemen peserta didik dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pringgabaya. Kedisiplinan merupakan salah satu kunci keberhasilan suatu lembaga pendidikan, oleh sebab itu peningkatan kedisiplinan siswa harus dilakukan oleh semua sekolah tak terkecuali Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pringgabaya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat lebih jauh bagaimana manajemen peserta didik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pringgabaya dalam meningkatkan kedisiplinan siswa dengan jumlah 1013 siswa. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis pendekatan kualitatif deskriptif. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini dimulai dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Sedangkan untuk mengecek keabsahan data tersebut peneliti menggunakan metode triangulasi data. Hasil dari penelitian ini menujukkan bahwa manajemen peserta didik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pringgabaya meliputi perencanaan peserta didik, penerimaan peserta didik, pengelompokan peserta didik, kehadiran peserta didik, pembinaan peserta didik, kenaikan kelas dan penjurusan, perpindahan peserta didik, kelulusan dan alumni, kegiatan ektra kelas, dan layanan peserta didik. Dalam menegakkan kedisiplinan siswa dibuatkan aturan atau tata tertib, bagi siswa yang melanggar aturan atau tata tertib tersebut maka dikenakan saksi berupa sistem bobot point. Adapun upaya yang dilakukan dalam meningkatkan kedisiplinan siswa yaitu perjanjian di atas kerjas bermaterai, pertemuan wali siswa, pengelompokkan peserta didik berdasarkan guru pembimbing, membuat daftar hadir peserta didik, membuat surat pernyatan (teguran atau peringatan), membuat suarat izin meninggalkan pelajaran, dan membuat kartu izin satpam. Dalam pelaksanaanya peserta didik bekerjasama dengan penanggung jawab dari setiap kegiatan yang telah dibentuk. Dalam menunjang kegiatan manajemen peserta didik ada beberapa layanan yang telah diberikan oleh sekolah diantaranya layanan kesehatan, layanan perpustakaan, layanan bimbingan konseling, layanan transportasi, dan layanan kantin. Untuk meningkatkan kedisiplinan, siswa wajib mengikuti aturan-aturan yang berlaku di sekolah, apabila siswa melanggar peraturan sekolah maka peserta didik akan mendapatkan point, dan setiap pelanggaran mempunyai bobot poin yang berbeda-beda. Ketika point sudah mencapai 100 point maka siswa akan dikembalikan ke orang tuanya.
{"title":"Manajemen Peserta Didik Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa di SMAN 1 Pringgabaya","authors":"Handayani Handayani","doi":"10.51700/manajemen.v2i2.339","DOIUrl":"https://doi.org/10.51700/manajemen.v2i2.339","url":null,"abstract":"Manajemen peserta didik dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pringgabaya. Kedisiplinan merupakan salah satu kunci keberhasilan suatu lembaga pendidikan, oleh sebab itu peningkatan kedisiplinan siswa harus dilakukan oleh semua sekolah tak terkecuali Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pringgabaya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat lebih jauh bagaimana manajemen peserta didik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pringgabaya dalam meningkatkan kedisiplinan siswa dengan jumlah 1013 siswa. \u0000Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis pendekatan kualitatif deskriptif. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini dimulai dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Sedangkan untuk mengecek keabsahan data tersebut peneliti menggunakan metode triangulasi data. \u0000Hasil dari penelitian ini menujukkan bahwa manajemen peserta didik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pringgabaya meliputi perencanaan peserta didik, penerimaan peserta didik, pengelompokan peserta didik, kehadiran peserta didik, pembinaan peserta didik, kenaikan kelas dan penjurusan, perpindahan peserta didik, kelulusan dan alumni, kegiatan ektra kelas, dan layanan peserta didik. Dalam menegakkan kedisiplinan siswa dibuatkan aturan atau tata tertib, bagi siswa yang melanggar aturan atau tata tertib tersebut maka dikenakan saksi berupa sistem bobot point. Adapun upaya yang dilakukan dalam meningkatkan kedisiplinan siswa yaitu perjanjian di atas kerjas bermaterai, pertemuan wali siswa, pengelompokkan peserta didik berdasarkan guru pembimbing, membuat daftar hadir peserta didik, membuat surat pernyatan (teguran atau peringatan), membuat suarat izin meninggalkan pelajaran, dan membuat kartu izin satpam. Dalam pelaksanaanya peserta didik bekerjasama dengan penanggung jawab dari setiap kegiatan yang telah dibentuk. Dalam menunjang kegiatan manajemen peserta didik ada beberapa layanan yang telah diberikan oleh sekolah diantaranya layanan kesehatan, layanan perpustakaan, layanan bimbingan konseling, layanan transportasi, dan layanan kantin. Untuk meningkatkan kedisiplinan, siswa wajib mengikuti aturan-aturan yang berlaku di sekolah, apabila siswa melanggar peraturan sekolah maka peserta didik akan mendapatkan point, dan setiap pelanggaran mempunyai bobot poin yang berbeda-beda. Ketika point sudah mencapai 100 point maka siswa akan dikembalikan ke orang tuanya.","PeriodicalId":345922,"journal":{"name":"Jurnal Manajemen dan Budaya","volume":"50 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130423511","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-01-31DOI: 10.51700/manajemen.v2i1.262
Sri Wahyuni, Kaharudin Kaharudin
Gula gending merupakan sejenis jajanan khas yang berasal dari Desa Kembang Kerang yang begitu populer pada era 80an sampai 90an, terutama bagi anak-anak pada masa itu, sekaligus merupakan sebuah pertunjukan musik yang dimainkan ketika pedagang harum manis mempromosikan barang dagangannya untuk menarik perhatian calon pembeli. Gula Gending sering juga disebut sebagai jajanan khas Lombok (rambut nenek) yang di beberapa Daerah juga dikenal dengan beberapa sebutan, seperti gula kapas, harum manis, permen kapas (cotton candy). Kepopuleran gula gending dan banyaknya masyarakat kembang kerang memilih berprofesi sebagai pedagang gula gending membuat peneliti tertarik mengkaji lebih dalam bagaimana eksistensi gula gending dalam dinamika budaya Lombok ? dan seberapa besar perannya menyokong pendidikan generasi muda desa kembang kerang ?. Dengan melakukan studi kepustakaan peneliti mengkaji literatur terkait “gula gending”. Sebagai wadah dari para pengrajin kuliner dalam menjajankan manisan tersebut, produk unggul yang lahir dari kearifan lokal ini telah mampu memberikan kehidupan yang lebih baik bagi warga masyarakatnya yang bermata pencaharian sebagai pengrajin dan penjual gula gending berkembang di lingkungan Desa Kembang Kerang Daya sebagai mata pencaharian masyarakat setempat. Alat pukul yang khas ini, hanya ada di Desa Kembang Kerang Daya dan kini merambah di Pulau Lombok sampai luar Daerah. Sehingga mereka mampu menyekolahkan anak-anak mereka hingga sarjana bahkan sampai doctor, tidak hanya itu, dari hasil berjualan gula gending mereka bisa pergi ke tanah suci Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Analisis dilakukan terhadap fakta gula gending sebagai alat musik tradisional yang khas dengan keunikannya sudah dikenal sampai manca Negara serta eksistensinya dalam dinamika budaya Lombok
{"title":"Gula Gending Dalam Sudut Pandang Budaya dan Perannya Menyokong Pendidikan Generasi Muda Desa Kembang Kerang","authors":"Sri Wahyuni, Kaharudin Kaharudin","doi":"10.51700/manajemen.v2i1.262","DOIUrl":"https://doi.org/10.51700/manajemen.v2i1.262","url":null,"abstract":"Gula gending merupakan sejenis jajanan khas yang berasal dari Desa Kembang Kerang yang begitu populer pada era 80an sampai 90an, terutama bagi anak-anak pada masa itu, sekaligus merupakan sebuah pertunjukan musik yang dimainkan ketika pedagang harum manis mempromosikan barang dagangannya untuk menarik perhatian calon pembeli. Gula Gending sering juga disebut sebagai jajanan khas Lombok (rambut nenek) yang di beberapa Daerah juga dikenal dengan beberapa sebutan, seperti gula kapas, harum manis, permen kapas (cotton candy). Kepopuleran gula gending dan banyaknya masyarakat kembang kerang memilih berprofesi sebagai pedagang gula gending membuat peneliti tertarik mengkaji lebih dalam bagaimana eksistensi gula gending dalam dinamika budaya Lombok ? dan seberapa besar perannya menyokong pendidikan generasi muda desa kembang kerang ?. Dengan melakukan studi kepustakaan peneliti mengkaji literatur terkait “gula gending”. Sebagai wadah dari para pengrajin kuliner dalam menjajankan manisan tersebut, produk unggul yang lahir dari kearifan lokal ini telah mampu memberikan kehidupan yang lebih baik bagi warga masyarakatnya yang bermata pencaharian sebagai pengrajin dan penjual gula gending berkembang di lingkungan Desa Kembang Kerang Daya sebagai mata pencaharian masyarakat setempat. Alat pukul yang khas ini, hanya ada di Desa Kembang Kerang Daya dan kini merambah di Pulau Lombok sampai luar Daerah. Sehingga mereka mampu menyekolahkan anak-anak mereka hingga sarjana bahkan sampai doctor, tidak hanya itu, dari hasil berjualan gula gending mereka bisa pergi ke tanah suci Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Analisis dilakukan terhadap fakta gula gending sebagai alat musik tradisional yang khas dengan keunikannya sudah dikenal sampai manca Negara serta eksistensinya dalam dinamika budaya Lombok","PeriodicalId":345922,"journal":{"name":"Jurnal Manajemen dan Budaya","volume":"2018 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121338263","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-01-31DOI: 10.51700/manajemen.v2i1.260
I. Ismail
Unit satuan pendidikan merupakan salah satu organisasi yang memiliki fungsi pengorganisasian dalam satu struktur, dan tingkat struktur tertinggi adalah Kepala sekolah. Sebagai seorang pemimpin kepala sekolah harus memikul tanggung jawab keseluruhan organisasi. Selanjutnya, kepemimpinan harus dipahami lebih sebagai layanan untuk organisasi dan anggotanya. Melalui kajian literatur penelitian ini mencoba mengkaji lebih mendalam terkait kepemimpinan pendidikan di sekolah. Metode penelitian artikel ini adalah deskriptif kualitatif dimana data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan tehnik studi dokumentasi dengan membaca, menguraikan, dan mengumpulkan berbagai artikel hasil penelitian dan kajian serta berbagai literatur yang berhubungan dengan kepemimpinan. Hasil analisis berbagai literatur, peneliti setidaknya mendapat dua kesimpulan: 1) Kepemimpinan adalah seorang yang mempunyai kemampuan, kekuatan seni untuk mempengaruhi, memberikan aspirasi, dan mengarahkan perilaku seseorang atau organisasi di dalam kerjanya dengan cara kepatuhan, kepercayaan, kehormatan, dan kerja sama yang bersemangat dalam mencapai tujuan pendidikan bersama. 2) Agar dapat mencapai tujuan pendidikan secara optimal, efektif, dan efisien, maka dibutuhkan kepemimpinan kepala sekolah yang bertanggung jawab dan memahami tugas pokok serta fungsinya. Fungsi kepemimpinan pendidikan; (1) Educator ; (2) Manager; (3) Administrator; (4) Supervisor; (5) Leader; (6) Innovator; dan (7) Motivator, disingkat EMASLIM
{"title":"Kepemimpinan Pendidikan Di Sekolah","authors":"I. Ismail","doi":"10.51700/manajemen.v2i1.260","DOIUrl":"https://doi.org/10.51700/manajemen.v2i1.260","url":null,"abstract":"Unit satuan pendidikan merupakan salah satu organisasi yang memiliki fungsi pengorganisasian dalam satu struktur, dan tingkat struktur tertinggi adalah Kepala sekolah. Sebagai seorang pemimpin kepala sekolah harus memikul tanggung jawab keseluruhan organisasi. Selanjutnya, kepemimpinan harus dipahami lebih sebagai layanan untuk organisasi dan anggotanya. Melalui kajian literatur penelitian ini mencoba mengkaji lebih mendalam terkait kepemimpinan pendidikan di sekolah. Metode penelitian artikel ini adalah deskriptif kualitatif dimana data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan tehnik studi dokumentasi dengan membaca, menguraikan, dan mengumpulkan berbagai artikel hasil penelitian dan kajian serta berbagai literatur yang berhubungan dengan kepemimpinan. Hasil analisis berbagai literatur, peneliti setidaknya mendapat dua kesimpulan: 1) Kepemimpinan adalah seorang yang mempunyai kemampuan, kekuatan seni untuk mempengaruhi, memberikan aspirasi, dan mengarahkan perilaku seseorang atau organisasi di dalam kerjanya dengan cara kepatuhan, kepercayaan, kehormatan, dan kerja sama yang bersemangat dalam mencapai tujuan pendidikan bersama. 2) Agar dapat mencapai tujuan pendidikan secara optimal, efektif, dan efisien, maka dibutuhkan kepemimpinan kepala sekolah yang bertanggung jawab dan memahami tugas pokok serta fungsinya. Fungsi kepemimpinan pendidikan; (1) Educator ; (2) Manager; (3) Administrator; (4) Supervisor; (5) Leader; (6) Innovator; dan (7) Motivator, disingkat EMASLIM","PeriodicalId":345922,"journal":{"name":"Jurnal Manajemen dan Budaya","volume":"107 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124792599","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-01-31DOI: 10.51700/manajemen.v2i1.281
Musabbihin Musabbihin
Proses pembelajaran Al qur’an Hadits guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menggunakan metode, model dan strategi pembelajaran, sehingga akan diikuti dengan peningkatan daya serap belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan penerapan Metode diskusi dapat meningkatkan daya serap belajar siswa Kelas VIII B MTs NW Karang Baru Tahun Pelajaran 2021-2022 pada Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadist Pada Kompetensi Memahami Ketentuan Hukum Bacaan Mad ‘Iwad. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII B MTs NW Karang Baru Tahun Pelajaran 2021-2022 dengan jumlah 22 siswa perempuan. Berdasarkan data dari hasil post test pada siklus I, terdapat siswa yang mencapai ketuntasan terdapat 17 siswa dengan persentase 77,3%, sedangkan siswa hasil belajarnya belum tuntas mencapai 5 siswa dengan persentase 22,7%, sedangkan hasil pretes siswa, terdapat siswa yang mencapai ketuntasan terdapat 10 siswa dengan persentase 44,45%, sedangkan siswa yang tidak tuntas mencapai 12 siswa dengan persentase 54,54%, dengan demikian, penerapan diskusi pada siklus I daya serap belajar siswa terdapat peningkatan dari sebelum pelaksanaan, yaitu: siswa yang mencapai ketuntasan pada hasil pretes mencapai 44,45%, dan ketuntasan pada hasil postest siklus I mencapai 77,2% terhadap peningkatan 32,85%, sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan menurun 31,84%. Pada siklus II daya serap belajar siswa terdapat peningkatan sebelum pelaksanaan, yaitu siswa mencapai ketuntasan dari hasil pretest mencapai 77,7%, dan ketuntasan dari hasil post test siklus II mencapai 95,45% terdapat peningkatan 18,15%, sedangkan siswa ya belum mencapai ketuntasan pada hasil pre test 22,7%, dan siswa yang belum mencapai ketuntasan pada hasil post test siklus II mencapai 4,54 % terdapat siswa yang belum mencapai ketuntasan menurun sebesar 18,16%. Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode diskusi dapat meningkatkan daya serap siswa untuk belajar bersama dan meningkatkan hasil belajar.
{"title":"Upaya Meningkatkan Daya Serap Belajar Siswa Pada Kompetensi Memahami Ketentuan Hukum Bacaan Mad ‘Iwad Melalui Metode Diskusi Di Kelas VIII-B MTs NW Karang Baru","authors":"Musabbihin Musabbihin","doi":"10.51700/manajemen.v2i1.281","DOIUrl":"https://doi.org/10.51700/manajemen.v2i1.281","url":null,"abstract":"Proses pembelajaran Al qur’an Hadits guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menggunakan metode, model dan strategi pembelajaran, sehingga akan diikuti dengan peningkatan daya serap belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan penerapan Metode diskusi dapat meningkatkan daya serap belajar siswa Kelas VIII B MTs NW Karang Baru Tahun Pelajaran 2021-2022 pada Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadist Pada Kompetensi Memahami Ketentuan Hukum Bacaan Mad ‘Iwad. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII B MTs NW Karang Baru Tahun Pelajaran 2021-2022 dengan jumlah 22 siswa perempuan. Berdasarkan data dari hasil post test pada siklus I, terdapat siswa yang mencapai ketuntasan terdapat 17 siswa dengan persentase 77,3%, sedangkan siswa hasil belajarnya belum tuntas mencapai 5 siswa dengan persentase 22,7%, sedangkan hasil pretes siswa, terdapat siswa yang mencapai ketuntasan terdapat 10 siswa dengan persentase 44,45%, sedangkan siswa yang tidak tuntas mencapai 12 siswa dengan persentase 54,54%, dengan demikian, penerapan diskusi pada siklus I daya serap belajar siswa terdapat peningkatan dari sebelum pelaksanaan, yaitu: siswa yang mencapai ketuntasan pada hasil pretes mencapai 44,45%, dan ketuntasan pada hasil postest siklus I mencapai 77,2% terhadap peningkatan 32,85%, sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan menurun 31,84%. Pada siklus II daya serap belajar siswa terdapat peningkatan sebelum pelaksanaan, yaitu siswa mencapai ketuntasan dari hasil pretest mencapai 77,7%, dan ketuntasan dari hasil post test siklus II mencapai 95,45% terdapat peningkatan 18,15%, sedangkan siswa ya belum mencapai ketuntasan pada hasil pre test 22,7%, dan siswa yang belum mencapai ketuntasan pada hasil post test siklus II mencapai 4,54 % terdapat siswa yang belum mencapai ketuntasan menurun sebesar 18,16%. Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode diskusi dapat meningkatkan daya serap siswa untuk belajar bersama dan meningkatkan hasil belajar.","PeriodicalId":345922,"journal":{"name":"Jurnal Manajemen dan Budaya","volume":"30 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130724578","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-01-31DOI: 10.51700/manajemen.v2i1.279
Lina Mardiana
Materi shalat fardu merupakan salah satu materi yang sangat urgen sekali dalam Kurikulum Pendidikan Agama Islam yang harus tercapai secara tuntas kepada 3 ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Agar tercapainya 3 ranah tersebut maka haruslah menggunakan metode yang tepat dalam proses pembelajaran dan harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar. Masih Banyaknya siswa-siswi kelas VII B MTs Nahdlatul Wathan Karang Baru yang belum bisa melaksanakan shalat fardu dengan baik dan benar. Jika dibiarkan berlarut-larut maka siswa-siswi tidak akan pernah mengetahui tata cara sholat yang baik dan benar, Untuk mengatasi masalah ini, peneliti tertarik menggunakan metode simulasi untuk membantu siswa dalam melaksanakannya. Maka dari itu peneliti mengangkat judul penerapan metode simulasi untuk membantu siswa dalam melaksanakan sholat fardu lima waktu dengan baik dan benar. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa pada siklus I ketercapaian daya serap siswa mencapai 66,9% dari 24 siswa dan tingkat ketuntasan klasikal siswa dalam simulasi sholat lima waktu hanya mencapai 32,5% atau hanya 11 siswa saja. sedangkan pada siklus II ketercapaian daya serap siswa mencapai 73,7% tingkat ketuntasan klasikal siswa dalam mensimulasi sholat lima waktu mencapai 71,% atau 23 siswa. Pada mata pelajaran fikih pada kompetensi ini sudah meningkat walaupun belum mencapai 99,9%. Perubahan yang terjadi dari siklus I ke siklus II menunjukkan bahwa menggunakan metode simulasi sudah efektif dilakukan
{"title":"Penerapan Metode Simulasi Untuk Membantu Siswa Dalam Melaksanakan Shalat Fardu Lima Waktu Dengan Baik dan Benar di Kelas VII B MTs NW Karang Baru","authors":"Lina Mardiana","doi":"10.51700/manajemen.v2i1.279","DOIUrl":"https://doi.org/10.51700/manajemen.v2i1.279","url":null,"abstract":"Materi shalat fardu merupakan salah satu materi yang sangat urgen sekali dalam Kurikulum Pendidikan Agama Islam yang harus tercapai secara tuntas kepada 3 ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Agar tercapainya 3 ranah tersebut maka haruslah menggunakan metode yang tepat dalam proses pembelajaran dan harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar. Masih Banyaknya siswa-siswi kelas VII B MTs Nahdlatul Wathan Karang Baru yang belum bisa melaksanakan shalat fardu dengan baik dan benar. Jika dibiarkan berlarut-larut maka siswa-siswi tidak akan pernah mengetahui tata cara sholat yang baik dan benar, Untuk mengatasi masalah ini, peneliti tertarik menggunakan metode simulasi untuk membantu siswa dalam melaksanakannya. Maka dari itu peneliti mengangkat judul penerapan metode simulasi untuk membantu siswa dalam melaksanakan sholat fardu lima waktu dengan baik dan benar. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa pada siklus I ketercapaian daya serap siswa mencapai 66,9% dari 24 siswa dan tingkat ketuntasan klasikal siswa dalam simulasi sholat lima waktu hanya mencapai 32,5% atau hanya 11 siswa saja. sedangkan pada siklus II ketercapaian daya serap siswa mencapai 73,7% tingkat ketuntasan klasikal siswa dalam mensimulasi sholat lima waktu mencapai 71,% atau 23 siswa. Pada mata pelajaran fikih pada kompetensi ini sudah meningkat walaupun belum mencapai 99,9%. Perubahan yang terjadi dari siklus I ke siklus II menunjukkan bahwa menggunakan metode simulasi sudah efektif dilakukan","PeriodicalId":345922,"journal":{"name":"Jurnal Manajemen dan Budaya","volume":"144 3","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114106752","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-01-31DOI: 10.51700/manajemen.v2i1.280
M. Yamin
Pelaksanaan proses pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan metode diskusi. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar pada mata pelajaran Akidah Akhlak. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs NW Suralaga. Semester 1 tahun pelajaran 2021/2O22. Adapun jumlah siswa kelas VII sebanyak 18 orang siswa (10 putra, 8 putri). Data dikumpulkan melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis data kualitatif diperoleh dari hasil observasi terhadap minat belajar siswa dan kegiatan guru selama proses kegiatan pembelajaran. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan minat belajar Akidah Akhlak dari pada siklus I hasil evaluasi mengenai peningkatan minat belajar siswa masih sedikit yang meningkat, siklus II Hasil evaluasi mengenai peningkatan minat belajar siswa sudah mulai meningkat dan siklus III siswa sudah aktif dan tidak malu-malu lagi untuk bertanya. Untuk mengetahui minat siswa melalui metode diskusi digunakan indikator minat belajar siswa sebagai pedoman guru antara lain Senang terhadap mata pelajaran Akidah Akhlak, memperhatikan apa yang disampaikan guru, aktif dalam kegiatan pembelajaran Akidah Akhlak dan Ketertarikan terhadap mata pelajaran Akidah Akhlak. Kesimpulan penelitian ini adalah metode diskusi dapat meningkatkan minat belajar siswa
{"title":"Meningkatkan Minat Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode Dikusi Pada Mata Pelajaran Akidak Akhlak Kelas VII MTs NW Suralaga","authors":"M. Yamin","doi":"10.51700/manajemen.v2i1.280","DOIUrl":"https://doi.org/10.51700/manajemen.v2i1.280","url":null,"abstract":"Pelaksanaan proses pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan metode diskusi. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar pada mata pelajaran Akidah Akhlak. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs NW Suralaga. Semester 1 tahun pelajaran 2021/2O22. Adapun jumlah siswa kelas VII sebanyak 18 orang siswa (10 putra, 8 putri). Data dikumpulkan melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis data kualitatif diperoleh dari hasil observasi terhadap minat belajar siswa dan kegiatan guru selama proses kegiatan pembelajaran. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan minat belajar Akidah Akhlak dari pada siklus I hasil evaluasi mengenai peningkatan minat belajar siswa masih sedikit yang meningkat, siklus II Hasil evaluasi mengenai peningkatan minat belajar siswa sudah mulai meningkat dan siklus III siswa sudah aktif dan tidak malu-malu lagi untuk bertanya. Untuk mengetahui minat siswa melalui metode diskusi digunakan indikator minat belajar siswa sebagai pedoman guru antara lain Senang terhadap mata pelajaran Akidah Akhlak, memperhatikan apa yang disampaikan guru, aktif dalam kegiatan pembelajaran Akidah Akhlak dan Ketertarikan terhadap mata pelajaran Akidah Akhlak. Kesimpulan penelitian ini adalah metode diskusi dapat meningkatkan minat belajar siswa","PeriodicalId":345922,"journal":{"name":"Jurnal Manajemen dan Budaya","volume":"21 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131980405","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}