Para Psikolog Barat Modern mengonsepsikan kebahagiaan sebagai evaluasi afektif, yaitu evaluasi individu terhadap kejadian-kejadian dalam hidup yang meliputi emosi yang menyenangkan dan emosi yang tidak menyenangkan. Sementara Imam Al-Mu ḥā sib ī menyebut bahwa kebahagiaan seseorang terletak pada keimanannya. Untuk menjaga kebahagiaan beliau menganjurkan untuk senantiasa menghisab diri. Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan konsep kebahagiaan afektif dalam pandangan psikolog modern, lalu ditinjau dari segi konsep mu ḥā sabah Imam al-Mu ḥā sibi yang memiliki relevansinya dengan kebahagiaan. Hasilnya bahwa kebahagiaan yang menggunakan standar empiris dan bersifat materialistik semata merupakan kebahagiaan semu dan berujung dengan problem kemanusiaan seperti stress dan bunuh diri. Sementara kebahagiaan yang diusahakan dengan menjaga keimanan melahirkan pribadi yang tenang, tentram dan menyambungkan kebahagiaan di dunia dengan akhirat.
{"title":"STUDI KOMPARASI ANTARA KONSEP KEBAHAGIAAN AFEKTIF DALAM PANDANGAN PSIKOLOGI BARAT MODERN DAN KONSEP MUḤĀSABAH IMAM AL-MUHĀSIBĪ","authors":"Cep Gilang Fikri Ash-Shufi, Agus Mulyana","doi":"10.24235/JY.V7I1.8076","DOIUrl":"https://doi.org/10.24235/JY.V7I1.8076","url":null,"abstract":"Para Psikolog Barat Modern mengonsepsikan kebahagiaan sebagai evaluasi afektif, yaitu evaluasi individu terhadap kejadian-kejadian dalam hidup yang meliputi emosi yang menyenangkan dan emosi yang tidak menyenangkan. Sementara Imam Al-Mu ḥā sib ī menyebut bahwa kebahagiaan seseorang terletak pada keimanannya. Untuk menjaga kebahagiaan beliau menganjurkan untuk senantiasa menghisab diri. Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan konsep kebahagiaan afektif dalam pandangan psikolog modern, lalu ditinjau dari segi konsep mu ḥā sabah Imam al-Mu ḥā sibi yang memiliki relevansinya dengan kebahagiaan. Hasilnya bahwa kebahagiaan yang menggunakan standar empiris dan bersifat materialistik semata merupakan kebahagiaan semu dan berujung dengan problem kemanusiaan seperti stress dan bunuh diri. Sementara kebahagiaan yang diusahakan dengan menjaga keimanan melahirkan pribadi yang tenang, tentram dan menyambungkan kebahagiaan di dunia dengan akhirat.","PeriodicalId":34854,"journal":{"name":"Jurnal Yaqzhan Analisis Filsafat Agama dan Kemanusiaan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46292519","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Manusia adalah makhluk yang unik, yang selalu menampilkan eksistensinya melalui pemikiran dan rasional. Keunikan manusia yang seperti itu telah lama dinyatakan oleh Aristoteles, filsuf klasik, bahwa manusia adalah animal rationale . Rumusan yang seperti itu muncul dalam filsafat manusia. Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu, filsafat manusia saat ini mengalami pergeseran dan lebih tertarik dalam upaya merumuskan manusia sebagai animal loquens (makhluk yang berbicara). Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptis-analitis. Metode yang digunakan adalah Hermeneutika untuk menafsirkan konsepsi pemikiran Jurgen Habermas tentang manusia sebagai objek materialnya. Sedangkan objek formalnya adalah filsafat manusia. Hasil penelitian ini menemukan bahwa ternyata manusia tidak hanya berkutat pada wilayah refleksi diri atau makhluk yang berpikir saja. Namun manusia dapat berkomunikasi dengan yang lain. Individu manusia menemukan keunikan dan kepribadian jika mampu bersikap komunikatif, sikap komunikatif ini terlahir dari rasionalitas yang digagas oleh Jurgen Habermas. Keberadaan Individu komunikatif inilah yang menjadi hakekat manusia dalam kajian filsafat manusia. Eksistensi manusia menjadi ada, jika manusia itu mampu bersikap komunikatif. Komunikatif dalam artian untuk melakukan kritik-kritik atas keberadaan masyarakat modern. Dalam konteks manusia modern, adanya identitas ego memiliki peran yang sangat siginifikant sebagai upaya melakukan komunikasi antar pribadi dan dengan manusia yang lain. Individu komunikatif inilah yang menjadi bagian dari individu diskursif dalam menuju masyarakat komunikatif.
{"title":"Individu Komunikatif Menurut Jurgen Habermas Dalam Perspektif Filsafat Manusia","authors":"Syahrul Kirom","doi":"10.24235/jy.v6i2.7205","DOIUrl":"https://doi.org/10.24235/jy.v6i2.7205","url":null,"abstract":"Manusia adalah makhluk yang unik, yang selalu menampilkan eksistensinya melalui pemikiran dan rasional. Keunikan manusia yang seperti itu telah lama dinyatakan oleh Aristoteles, filsuf klasik, bahwa manusia adalah animal rationale . Rumusan yang seperti itu muncul dalam filsafat manusia. Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu, filsafat manusia saat ini mengalami pergeseran dan lebih tertarik dalam upaya merumuskan manusia sebagai animal loquens (makhluk yang berbicara). Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptis-analitis. Metode yang digunakan adalah Hermeneutika untuk menafsirkan konsepsi pemikiran Jurgen Habermas tentang manusia sebagai objek materialnya. Sedangkan objek formalnya adalah filsafat manusia. Hasil penelitian ini menemukan bahwa ternyata manusia tidak hanya berkutat pada wilayah refleksi diri atau makhluk yang berpikir saja. Namun manusia dapat berkomunikasi dengan yang lain. Individu manusia menemukan keunikan dan kepribadian jika mampu bersikap komunikatif, sikap komunikatif ini terlahir dari rasionalitas yang digagas oleh Jurgen Habermas. Keberadaan Individu komunikatif inilah yang menjadi hakekat manusia dalam kajian filsafat manusia. Eksistensi manusia menjadi ada, jika manusia itu mampu bersikap komunikatif. Komunikatif dalam artian untuk melakukan kritik-kritik atas keberadaan masyarakat modern. Dalam konteks manusia modern, adanya identitas ego memiliki peran yang sangat siginifikant sebagai upaya melakukan komunikasi antar pribadi dan dengan manusia yang lain. Individu komunikatif inilah yang menjadi bagian dari individu diskursif dalam menuju masyarakat komunikatif.","PeriodicalId":34854,"journal":{"name":"Jurnal Yaqzhan Analisis Filsafat Agama dan Kemanusiaan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48634886","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Maurice Merleau-Ponty is a philosopher of phenomenology who came from France. From some of his thoughts on several matters, in this case concerning the primacy of perception, the body as a subject, masochism, the unity of taste, and the ambiguity of the experience of taste, it is an interesting discussion to study, especially among academics. Not only that, from the results of his thinking, Merleau-Ponty is also called the "ignorant guide" by the Western world. From the results of his thinking, Merleau places the body as a subject that is absolutely owned by humans, while the environment and what the five senses perceive are called objects. From the opinions expressed, it is hoped that it will be useful for many circles. In collecting data in this article using qualitative methods with a review of relevant literature and accompanied by examples that can facilitate understanding. It is very important to explore more about Merleau-Ponty's thoughts, which in this case will be studied further in an article entitled Maurice Merleau-Ponty and the Results of His Thought. In this way, this article is hoped to be able to help academics discover the uniqueness of the thoughts and opinions of Maurice Merleau-Ponty.
{"title":"MAURICE MERLEAU-PONTY AND THE RESULTS OF HIS THOUGHTS","authors":"Ali Mursyid Azisi","doi":"10.24235/jy.v6i2.7153","DOIUrl":"https://doi.org/10.24235/jy.v6i2.7153","url":null,"abstract":"Maurice Merleau-Ponty is a philosopher of phenomenology who came from France. From some of his thoughts on several matters, in this case concerning the primacy of perception, the body as a subject, masochism, the unity of taste, and the ambiguity of the experience of taste, it is an interesting discussion to study, especially among academics. Not only that, from the results of his thinking, Merleau-Ponty is also called the \"ignorant guide\" by the Western world. From the results of his thinking, Merleau places the body as a subject that is absolutely owned by humans, while the environment and what the five senses perceive are called objects. From the opinions expressed, it is hoped that it will be useful for many circles. In collecting data in this article using qualitative methods with a review of relevant literature and accompanied by examples that can facilitate understanding. It is very important to explore more about Merleau-Ponty's thoughts, which in this case will be studied further in an article entitled Maurice Merleau-Ponty and the Results of His Thought. In this way, this article is hoped to be able to help academics discover the uniqueness of the thoughts and opinions of Maurice Merleau-Ponty.","PeriodicalId":34854,"journal":{"name":"Jurnal Yaqzhan Analisis Filsafat Agama dan Kemanusiaan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46872960","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Isu gender masih menarik dibincang karena meruntuhkan nilai-nilai lokal yang secara langsung mengukuhkan budaya patriarkal. Indonesia misalnya, adalah salah satu negara yang budayanya sedikit banyak berkarakter sangat patriarkal sekali. Tentu, hal ini bukan suatu klaim atau bentuk generalisasi. Ada komunitas tertentu di Indonesia justru mempunyai pemahaman dan keyakinan yang cukup mumpuni terhadap persoalan kesetaraan gender ( gender equality ). Kesadaran Komunitas tersebut telah menjadi bagian penting dalam pola relasi laki-laki-perempuan dalam bermasyarakat. Komunitas itu adalah Suku Dayak Hindu-Budha Bhumi Seghandu . Kata Kunci: Gender, Komunitas, Dayak, Indramayu
{"title":"RELASI PEREMPUAN-LAKI-LAKI PADA KOMUNITAS DAYAK HINDU-BUDHA BUMI SEGHANDU INDRAMAYU; Suatu Eksplorasi Antropologis","authors":"B. Sanusi","doi":"10.24235/jy.v6i2.7257","DOIUrl":"https://doi.org/10.24235/jy.v6i2.7257","url":null,"abstract":"Isu gender masih menarik dibincang karena meruntuhkan nilai-nilai lokal yang secara langsung mengukuhkan budaya patriarkal. Indonesia misalnya, adalah salah satu negara yang budayanya sedikit banyak berkarakter sangat patriarkal sekali. Tentu, hal ini bukan suatu klaim atau bentuk generalisasi. Ada komunitas tertentu di Indonesia justru mempunyai pemahaman dan keyakinan yang cukup mumpuni terhadap persoalan kesetaraan gender ( gender equality ). Kesadaran Komunitas tersebut telah menjadi bagian penting dalam pola relasi laki-laki-perempuan dalam bermasyarakat. Komunitas itu adalah Suku Dayak Hindu-Budha Bhumi Seghandu . Kata Kunci: Gender, Komunitas, Dayak, Indramayu","PeriodicalId":34854,"journal":{"name":"Jurnal Yaqzhan Analisis Filsafat Agama dan Kemanusiaan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48785832","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Refleksi pemikiran Soekarno pada masa pra-kemerdekaan mencerminkan akumulasi dari berbagai aliran pemikiran yang berkembang pada saat itu, hal ini terlihat dari obsesinya untuk mempersatukan golongan nasionalisme, Islam, dan Marxisme. Golongan nasionalis dan Marxis adalah mereka yang dari Jawa ataupun yang dari luar Jawa yang terpesona oleh Pustaka Barat dan beranggapan bahwa Islam adalah agama yang terbatas mengatur masalah perseorangan saja, bahkan golongan nasionalis yang netral agama dan komunis menganggap Islam sebagai agama yang tidak relevan dengan perkembangan zaman. Sedangkan golongan Islam seperti K.H. Ahmad Dahlan dan teman-temannya menganggap sebaliknya, yakni Islam bisa mengantisipasi perkembangan zaman dan bisa memberikan solusi terhadap permasalahan-permasalahan manusia dalam berbagai bidang kehidupan baik yang bersifat individual maupun kelompok atau kenegaraan. Perspektif Sukarno tentang Islam dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal didapatkan dari budaya lokal (Jawa) dan faktor eksternal yang didapatkan dari pemikiran modernis. Kata Kunci: Islam, Nasionalisme, Pluralisme, Toleransi, Majemuk
苏加诺在独立前的思想反映了当时不同思想流派的积累,这可以从他对统一民族主义、伊斯兰教和马克思主义的痴迷中看出来。民族主义者和马克思主义者要么来自爪哇,要么来自爪哇以外的人,他们对西方图书馆着迷,认为伊斯兰教是一种只管理个人事务的有限宗教,甚至是中立的宗教和共产主义者认为伊斯兰教与时代的发展无关。然而,像K·H·艾哈迈德·达兰(k.h. Ahmad Dahlan)和他的朋友们则不这么认为。苏加诺对伊斯兰教的看法受到内部和外部因素的影响。内部因素来自当地文化(爪哇)和现代思想的外部因素。关键词:伊斯兰教、民族主义、多元化、宽容、复合
{"title":"ISLAM DAN NASIONALISME PERSPEKTIF SUKARNO","authors":"Naila Farah, Rifqi Ulinnuha","doi":"10.24235/jy.v6i2.7255","DOIUrl":"https://doi.org/10.24235/jy.v6i2.7255","url":null,"abstract":"Refleksi pemikiran Soekarno pada masa pra-kemerdekaan mencerminkan akumulasi dari berbagai aliran pemikiran yang berkembang pada saat itu, hal ini terlihat dari obsesinya untuk mempersatukan golongan nasionalisme, Islam, dan Marxisme. Golongan nasionalis dan Marxis adalah mereka yang dari Jawa ataupun yang dari luar Jawa yang terpesona oleh Pustaka Barat dan beranggapan bahwa Islam adalah agama yang terbatas mengatur masalah perseorangan saja, bahkan golongan nasionalis yang netral agama dan komunis menganggap Islam sebagai agama yang tidak relevan dengan perkembangan zaman. Sedangkan golongan Islam seperti K.H. Ahmad Dahlan dan teman-temannya menganggap sebaliknya, yakni Islam bisa mengantisipasi perkembangan zaman dan bisa memberikan solusi terhadap permasalahan-permasalahan manusia dalam berbagai bidang kehidupan baik yang bersifat individual maupun kelompok atau kenegaraan. Perspektif Sukarno tentang Islam dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal didapatkan dari budaya lokal (Jawa) dan faktor eksternal yang didapatkan dari pemikiran modernis. Kata Kunci: Islam, Nasionalisme, Pluralisme, Toleransi, Majemuk","PeriodicalId":34854,"journal":{"name":"Jurnal Yaqzhan Analisis Filsafat Agama dan Kemanusiaan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48909046","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Maqamat dalam tasawuf adalah jalan yang ditempuh oleh sufi untuk menaiki tangga spritual dari satu tingkatan ke tingkatan lain yang lebih tinggi untuk mendekatkan diri kepada Allah. Agama Buddha memiliki ajaran menyerupai maqamat yang disebut dengan delapan jalan kebenaran ditempuh untuk menghilangkan penderitaan hidup guna memperoleh pencerahan dan nirwana. Bertolak dari pandangan ini, kajian ini akan memaparkan tentang maqamat dalam tasawuf dan delapan jalan kebenaran dalam spiritualitas Buddha dengan menggunakan metode deskriptif analitis. Seterusnya untuk mengungkapkan persamaan dan perbedaan antara keduanya peneliti menggunakan metode perbandingan. Setelah melakukan kajian, peneliti menyimpulkan bahwa maqamat dalam tasawuf adalah kedudukan spiritual seorang hamba di hadapan Allah dalam ibadah dan usaha spiritualnya secara berjenjang untuk mencapai ma’rifat dan cinta-Nya. Tangga-tangga spiritual itu di antaranya ialah taubah، wara’ , zuhud , faqr , sabar , tawakkal , dan ridlo . Sedangkan delapan jalan kebenaran dalam kehidupan spiritual Buddha adalah jalan yang ditempuh untuk menghilangkan penderitaan hidup yang mengantarkan seorang Buddha memperoleh pencerahan dan nirwana. Kedelapan jalan kebenaran itu adalah pandangan benar, niat benar, ucapan benar, perbuatan benar, mata pencarian benar, usaha benar, perhatian benar, dan konsentrasi benar. Setelah melakukan studi komparasi antara keduanya, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat persamaan dalam hal tujuan yang hendak dicapai, sikap terhadap sifat tercela dan segela yang tercela, dan sebab yang menimbulkan segala yang tercela dan penderitaan. Adapun perbedaannya ada pada banyaknya jumlah jalan، urut-urutan، dan tahapan pengamalannya. Kata kunci : maqamat , tasawuf, 8 jalan kebenaran, spiritualitas Buddha.
{"title":"Maqamat dalam Tasawuf dan Delapan Jalan Kebenaran dalam Spiritualitas Buddha (Studi Komparatif)","authors":"Rif’at Husnul Ma’afi, Najib Abdussalam","doi":"10.24235/jy.v6i2.7256","DOIUrl":"https://doi.org/10.24235/jy.v6i2.7256","url":null,"abstract":"Maqamat dalam tasawuf adalah jalan yang ditempuh oleh sufi untuk menaiki tangga spritual dari satu tingkatan ke tingkatan lain yang lebih tinggi untuk mendekatkan diri kepada Allah. Agama Buddha memiliki ajaran menyerupai maqamat yang disebut dengan delapan jalan kebenaran ditempuh untuk menghilangkan penderitaan hidup guna memperoleh pencerahan dan nirwana. Bertolak dari pandangan ini, kajian ini akan memaparkan tentang maqamat dalam tasawuf dan delapan jalan kebenaran dalam spiritualitas Buddha dengan menggunakan metode deskriptif analitis. Seterusnya untuk mengungkapkan persamaan dan perbedaan antara keduanya peneliti menggunakan metode perbandingan. Setelah melakukan kajian, peneliti menyimpulkan bahwa maqamat dalam tasawuf adalah kedudukan spiritual seorang hamba di hadapan Allah dalam ibadah dan usaha spiritualnya secara berjenjang untuk mencapai ma’rifat dan cinta-Nya. Tangga-tangga spiritual itu di antaranya ialah taubah، wara’ , zuhud , faqr , sabar , tawakkal , dan ridlo . Sedangkan delapan jalan kebenaran dalam kehidupan spiritual Buddha adalah jalan yang ditempuh untuk menghilangkan penderitaan hidup yang mengantarkan seorang Buddha memperoleh pencerahan dan nirwana. Kedelapan jalan kebenaran itu adalah pandangan benar, niat benar, ucapan benar, perbuatan benar, mata pencarian benar, usaha benar, perhatian benar, dan konsentrasi benar. Setelah melakukan studi komparasi antara keduanya, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat persamaan dalam hal tujuan yang hendak dicapai, sikap terhadap sifat tercela dan segela yang tercela, dan sebab yang menimbulkan segala yang tercela dan penderitaan. Adapun perbedaannya ada pada banyaknya jumlah jalan، urut-urutan، dan tahapan pengamalannya. Kata kunci : maqamat , tasawuf, 8 jalan kebenaran, spiritualitas Buddha.","PeriodicalId":34854,"journal":{"name":"Jurnal Yaqzhan Analisis Filsafat Agama dan Kemanusiaan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46608682","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Biotransition Theory is a concept of thought and the results of the suitability test by conducting comparative experiments, in questioning the origin theory of earth life which was carried by several previous scientists such as Abiogenesis , Biogenesis , Louis Pasteur's theory, and Nasa's research which until now has not been able to universalize universally. complete with a series of theories that existed before. This paper aims to explain some of the findings and criticisms of previous theories by making a comparative approach to research and studies that the author is currently doing. Aside from being an effort to compare and test the suitability of the development of existing knowledge, this article also explains coherently to Biotransisi theory in terms of various aspects including the results of comparative studies of previous theories that have weaknesses both regarding the rationale to the experiments carried out by several previous scientists. By presenting the results of the experiments and the results of literature review, the steps in this research can answer completely the fundamental questions about the origin of earth's life, so that this paper becomes an important spotlight for various groups to carry out further studies of some of the thoughts set forth in the text this.
{"title":"Diskursus Nalar Islam dan Ilmu Pengatahuan dalam Menjelaskan Asal Usul Kehidupan Bumi","authors":"Eko Nopriyansa","doi":"10.24235/jy.v6i2.7154","DOIUrl":"https://doi.org/10.24235/jy.v6i2.7154","url":null,"abstract":"Biotransition Theory is a concept of thought and the results of the suitability test by conducting comparative experiments, in questioning the origin theory of earth life which was carried by several previous scientists such as Abiogenesis , Biogenesis , Louis Pasteur's theory, and Nasa's research which until now has not been able to universalize universally. complete with a series of theories that existed before. This paper aims to explain some of the findings and criticisms of previous theories by making a comparative approach to research and studies that the author is currently doing. Aside from being an effort to compare and test the suitability of the development of existing knowledge, this article also explains coherently to Biotransisi theory in terms of various aspects including the results of comparative studies of previous theories that have weaknesses both regarding the rationale to the experiments carried out by several previous scientists. By presenting the results of the experiments and the results of literature review, the steps in this research can answer completely the fundamental questions about the origin of earth's life, so that this paper becomes an important spotlight for various groups to carry out further studies of some of the thoughts set forth in the text this.","PeriodicalId":34854,"journal":{"name":"Jurnal Yaqzhan Analisis Filsafat Agama dan Kemanusiaan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42407398","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tasawwuf atau sufisme sebagai salah satu dari khazanah intelektual Islam menempatkan aspek batiniah manusia pada posisi sentral dalam berbagai tema pembahasannya. Pada saat tertentu, bahkan seringkali menghubungkan kesempurnaan batin manusia dengan wujud yang satu, yang transenden, yakni wujud Tuhan. Pada perkembangannya, tema di atas telah memunculkan berbagai konsep yang secara spesifik dan kompherensip membahas pola hubungan tersebut. Salah satunya yang paling berpengaruh adalah konsep wahdat al-wujud yang diperkenalkan dan dikembangkan oleh seorang sufi besar Islam dari Murcia, Andalusia, Spanyol yang bernama Muhammad Ibn ‘Ali Ibn Muhammad Ibn al-‘Arabi al-Tha’i al-Hatimi yang hidup pada abad ke-5 H atau abad ke-11 M (Austin, 1994: 17). Ia memiliki gelar Muhyiddin (penghidup agama) dan al-Syaikh al-Akbar (guru terbesar). Selanjutnya ia lebih dikenal dengan nama Ibn al-‘Arabi.
{"title":"Membumikan Tuhan: Telaah Konsepsi Sufistik Wahdat al-Wujud dalam Lokus Perilaku Sosial Kemanusiaan","authors":"A. Syatori","doi":"10.24235/jy.v6i2.7258","DOIUrl":"https://doi.org/10.24235/jy.v6i2.7258","url":null,"abstract":"Tasawwuf atau sufisme sebagai salah satu dari khazanah intelektual Islam menempatkan aspek batiniah manusia pada posisi sentral dalam berbagai tema pembahasannya. Pada saat tertentu, bahkan seringkali menghubungkan kesempurnaan batin manusia dengan wujud yang satu, yang transenden, yakni wujud Tuhan. Pada perkembangannya, tema di atas telah memunculkan berbagai konsep yang secara spesifik dan kompherensip membahas pola hubungan tersebut. Salah satunya yang paling berpengaruh adalah konsep wahdat al-wujud yang diperkenalkan dan dikembangkan oleh seorang sufi besar Islam dari Murcia, Andalusia, Spanyol yang bernama Muhammad Ibn ‘Ali Ibn Muhammad Ibn al-‘Arabi al-Tha’i al-Hatimi yang hidup pada abad ke-5 H atau abad ke-11 M (Austin, 1994: 17). Ia memiliki gelar Muhyiddin (penghidup agama) dan al-Syaikh al-Akbar (guru terbesar). Selanjutnya ia lebih dikenal dengan nama Ibn al-‘Arabi.","PeriodicalId":34854,"journal":{"name":"Jurnal Yaqzhan Analisis Filsafat Agama dan Kemanusiaan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41777211","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRAK: Tradisi uang panai’ adalah salah satu tradisi suku Makassar yang selalu menarik untuk dikaji. Tradisi ini adalah bagian dari budaya siri’ na pacce dari suku bugis Makassar yang tetap eksis di era modern. Meski dalam pelaksanaannya telah terjadi pergeseran nilai, dimana makna uang panai tidak sama dari makna pada awal munculnya tradisi ini tapi hal tersebut tidak menjadikan tradisi uang panai terkikis di masyarakat bugis tapi sebaliknya tradisi ini semakin berkembang. Pada awal munculnya uang panai’ diyakini sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan kepada perempuan bangsawan dari seorang laki-laki yang akan meminang perempuan berdarah biru. Dengan kata lain uang panai sebenarnya membeli darah perempuan bangsawan, sedang untuk perempuan yang tidak berketurunan bangsawan tidak mendapatkan uang panai’ dari laki-laki yang akan meminangnya pada saat itu. OLeh karena itu menarik jika pergeseran makna pada uang panai dilihat dari persepektif budaya siri na pacce. Metodologi Penelitian ini menggunakan metode kajian pustaka ( library research). Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat diteliti nilai-nilai pada tradisi uang panai’ yang juga banyak mengalami pergeseran makna. Kata Kunci : uang panai 1 , siri 2 , bangsawan 3 , perempuan 4 , laki-laki 5 .
摘要:帕尼的钱传统是马卡萨部落一直感兴趣的传统之一。这些传统是马卡萨布部落siri ' na pacce文化的一部分,这种文化在现代仍然存在。虽然执行过程中发生了价值的变化,但帕尼的钱的含义与这一传统的起源不同,但这并没有使帕尼的钱的传统在布吉社会受到侵蚀,相反,这一传统正在蓬勃发展。在帕尼的钱最初出现的时候,人们认为这是对一位想要娶一位出身高贵的女士的一种敬意。换句话说,帕尼的钱实际上是买贵族女性的血,而非贵族女性没有从当时乞求她的男人那里得到帕尼的钱。因此,有趣的是,从siri na pacce的文化感知来判断,panai的钱的意义的变化。本研究方法采用库研究方法。在随后的研究中,预计将研究帕尼货币传统的价值观,这也将经历许多意义上的转变。关键词:钱帕尼1,siri 2,贵族3,女性4,男性5。
{"title":"PERGESERAN MAKNA PADA NILAI SOSIAL UANG PANAI’ DALAM PRESPEKTIF BUDAYA SIRI’","authors":"Mutakhirani Mustafa, Irma Syahriani","doi":"10.24235/jy.v6i2.7250","DOIUrl":"https://doi.org/10.24235/jy.v6i2.7250","url":null,"abstract":"ABSTRAK: Tradisi uang panai’ adalah salah satu tradisi suku Makassar yang selalu menarik untuk dikaji. Tradisi ini adalah bagian dari budaya siri’ na pacce dari suku bugis Makassar yang tetap eksis di era modern. Meski dalam pelaksanaannya telah terjadi pergeseran nilai, dimana makna uang panai tidak sama dari makna pada awal munculnya tradisi ini tapi hal tersebut tidak menjadikan tradisi uang panai terkikis di masyarakat bugis tapi sebaliknya tradisi ini semakin berkembang. Pada awal munculnya uang panai’ diyakini sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan kepada perempuan bangsawan dari seorang laki-laki yang akan meminang perempuan berdarah biru. Dengan kata lain uang panai sebenarnya membeli darah perempuan bangsawan, sedang untuk perempuan yang tidak berketurunan bangsawan tidak mendapatkan uang panai’ dari laki-laki yang akan meminangnya pada saat itu. OLeh karena itu menarik jika pergeseran makna pada uang panai dilihat dari persepektif budaya siri na pacce. Metodologi Penelitian ini menggunakan metode kajian pustaka ( library research). Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat diteliti nilai-nilai pada tradisi uang panai’ yang juga banyak mengalami pergeseran makna. Kata Kunci : uang panai 1 , siri 2 , bangsawan 3 , perempuan 4 , laki-laki 5 .","PeriodicalId":34854,"journal":{"name":"Jurnal Yaqzhan Analisis Filsafat Agama dan Kemanusiaan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45824090","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRAK Hermeneutika Dilthey sebagai geisteswissenschaften yaitu dasar bagi ilmu-ilmu sosial humanistis yang memahami ekspresi kejiwaan manusia, dengan tidak hanya melihat dari aspek psikologis sang pengarang namun juga menyertakan variabel sejarah. Ia melihat peristiwa sejarah sebagai sarana untuk menangkap manusia sebagai makhluk berfikir, merasa, berkehendak, dan mencipta yang hidup di dalam arus kehidupan. Maka tujuan dari penggunaan teori hermeneutika Dilthey dalam tulisan ini yaitu kita Memahami puisi Doa karya Amir Hamzah sebagai seorang manusia dengan pemikiran dan pengalamannya secara utuh. Kata Kunci : Hermeneutika, Dilthey, Sastra, Amir Hamzah.
{"title":"ANALISIS HERMENEUTIKA DILTHEY TERHADAP PUISI DOA KARYA AMIR HAMZAH","authors":"Naila Farah","doi":"10.24235/JY.V5I1.4512","DOIUrl":"https://doi.org/10.24235/JY.V5I1.4512","url":null,"abstract":"ABSTRAK Hermeneutika Dilthey sebagai geisteswissenschaften yaitu dasar bagi ilmu-ilmu sosial humanistis yang memahami ekspresi kejiwaan manusia, dengan tidak hanya melihat dari aspek psikologis sang pengarang namun juga menyertakan variabel sejarah. Ia melihat peristiwa sejarah sebagai sarana untuk menangkap manusia sebagai makhluk berfikir, merasa, berkehendak, dan mencipta yang hidup di dalam arus kehidupan. Maka tujuan dari penggunaan teori hermeneutika Dilthey dalam tulisan ini yaitu kita Memahami puisi Doa karya Amir Hamzah sebagai seorang manusia dengan pemikiran dan pengalamannya secara utuh. Kata Kunci : Hermeneutika, Dilthey, Sastra, Amir Hamzah.","PeriodicalId":34854,"journal":{"name":"Jurnal Yaqzhan Analisis Filsafat Agama dan Kemanusiaan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47876811","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}