Keterlibatan pesantren dan kyai dalam hal politik selalu menarik untuk diperbincangkan dan menimbulkan pro dan kontra. Apalagi perbincangan itu muncul dari masyarakat sekitar pesantren sendiri, baik penduduk sekitar pesantren, alumni pesantren maupun walisantri. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan tafsir dan ijtihad politik pesantren dengan mengambil lokasi di pesantren Buntet yang merupakan salah satu pesantren tertua di Jawa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan cara pengambilan data wawancara terhadap sumber yang terkait. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Pondok pesantren sebagai lembaga dakwah yang berhubungan secara langsung dengan masyarakat sangat menarik perhatian para politisi sebagai bidikan untuk mengangkat suara partai politiknya. Atas dasar itu pula, maka kemudian muncul pandangan masyarakat yang pro dan kontra mengenai keterlibatan pesantren dan kyai dalam persoalan politik praktis. Kata Kunci: Ijtihad Politik, Pesantren Buntet, Kyai
{"title":"TAFSIR DAN IJTIHAD POLITIK PESANTREN: Suatu Perspektif dari Pondok Buntet Pesantren Cirebon","authors":"A. Syatori","doi":"10.24235/JY.V4I2.3552","DOIUrl":"https://doi.org/10.24235/JY.V4I2.3552","url":null,"abstract":"Keterlibatan pesantren dan kyai dalam hal politik selalu menarik untuk diperbincangkan dan menimbulkan pro dan kontra. Apalagi perbincangan itu muncul dari masyarakat sekitar pesantren sendiri, baik penduduk sekitar pesantren, alumni pesantren maupun walisantri. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan tafsir dan ijtihad politik pesantren dengan mengambil lokasi di pesantren Buntet yang merupakan salah satu pesantren tertua di Jawa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan cara pengambilan data wawancara terhadap sumber yang terkait. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Pondok pesantren sebagai lembaga dakwah yang berhubungan secara langsung dengan masyarakat sangat menarik perhatian para politisi sebagai bidikan untuk mengangkat suara partai politiknya. Atas dasar itu pula, maka kemudian muncul pandangan masyarakat yang pro dan kontra mengenai keterlibatan pesantren dan kyai dalam persoalan politik praktis. Kata Kunci: Ijtihad Politik, Pesantren Buntet, Kyai","PeriodicalId":34854,"journal":{"name":"Jurnal Yaqzhan Analisis Filsafat Agama dan Kemanusiaan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47718290","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"FIRASAT, MAKRIFAT DAN MUKASYAFAT DALAM PRESPEKTIF TASAWUF","authors":"A. Kholid","doi":"10.24235/JY.V4I2.3548","DOIUrl":"https://doi.org/10.24235/JY.V4I2.3548","url":null,"abstract":"","PeriodicalId":34854,"journal":{"name":"Jurnal Yaqzhan Analisis Filsafat Agama dan Kemanusiaan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41279307","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Setiap manusia yang mengaku dirinya sebagai seorang muslim tentu dimulai dengan pengakuan terhadap adanya Allah swt sebagai Tuhan dan Muhammad saw sebagai utusan Allah atau yang dikenal dengan istilah syahadat. Dalam jamaah tarekat asy-Syahadatain pun dikenal adanya syahadat sebagaimana syahadat yang ada pada tarekat-tarekat lainnya dalam Islam. Namun demikian, dalam jamaah tarekat asy-Syahadatain terdapat perbedaan dalam hal pembacaan shalawat terhadap nabi Muhammad saw. Perbedaan dimaksud adalah perbedaan dimana Shalawat yang dibaca As-Syahadatain versi pimpinan Abah Ahmad Yahya adalah: Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad. Menurut kelompok Abah Ahmad Yahya mengapa mereka dalam membaca shalawat kepada Nabi Muhammad hanya membaca Allahumma shalli ‘ala Muhammad , tanpa ditambahi dengan bacaan wa ‘ala ali sayyidina Muhammad, tiada lain karena mereka mengikuti apa yang telah diajarkan oleh Abah Umar bin Ismail Yahya yang merupakan pendiri jama’ah As-Syahadatain dan guru mereka yang dikenal sebagai guru Syahadat bagi mereka. Kelompok Abah Ahmad bin Isma’il dalam membaca shalawat kepada Nabi Muhammad saw dengan bacaan Allahumma shalli ‘ala Muhammad , dan ditambahi dengan bacaan wa ‘ala ali sayyidina Muhammad, Kata Kunci: Syahadat, Shalawat, Tarekat, Tarekat Asy-Syahadatain
每一个承认自己是穆斯林的人,都应该从承认上帝是主开始,穆罕默德把他视为上帝的使者或众所周知的代祷者。在后世有一个联盟。但是祈祷是有区别的。不同之处在于,在Abah Ahmad Yahya版本中阅读As Syahadata的Shalawat是:Allahuma shalli’ala sayyidina Muhammad。他们为什么读安拉的祷告?这是因为他们遵循了Abah Umar bin Ismail(约翰)的教导,他是Al-Shaddain时代的创始人,也是他们的老师,他们称他为Al-Shaddan的老师。Abah Ahmad bin Isma'il小组向穆罕默德宣读了祈祷词,阅读了安拉的祈祷词,并添加了wa'ala ali sayyidina Muhammad的祈祷词。关键词:Syahadat,Shalawat,Tarekat,Tarukat Asy Syahadatain
{"title":"EKSISTENSI SYAHADAT DAN SHALAWAT DALAM PRESPEKTIF TAREKAT ASY-SYAHADATAIN","authors":"Fakhruddin Fakhruddin","doi":"10.24235/jy.v4i2.3547","DOIUrl":"https://doi.org/10.24235/jy.v4i2.3547","url":null,"abstract":"Setiap manusia yang mengaku dirinya sebagai seorang muslim tentu dimulai dengan pengakuan terhadap adanya Allah swt sebagai Tuhan dan Muhammad saw sebagai utusan Allah atau yang dikenal dengan istilah syahadat. Dalam jamaah tarekat asy-Syahadatain pun dikenal adanya syahadat sebagaimana syahadat yang ada pada tarekat-tarekat lainnya dalam Islam. Namun demikian, dalam jamaah tarekat asy-Syahadatain terdapat perbedaan dalam hal pembacaan shalawat terhadap nabi Muhammad saw. Perbedaan dimaksud adalah perbedaan dimana Shalawat yang dibaca As-Syahadatain versi pimpinan Abah Ahmad Yahya adalah: Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad. Menurut kelompok Abah Ahmad Yahya mengapa mereka dalam membaca shalawat kepada Nabi Muhammad hanya membaca Allahumma shalli ‘ala Muhammad , tanpa ditambahi dengan bacaan wa ‘ala ali sayyidina Muhammad, tiada lain karena mereka mengikuti apa yang telah diajarkan oleh Abah Umar bin Ismail Yahya yang merupakan pendiri jama’ah As-Syahadatain dan guru mereka yang dikenal sebagai guru Syahadat bagi mereka. Kelompok Abah Ahmad bin Isma’il dalam membaca shalawat kepada Nabi Muhammad saw dengan bacaan Allahumma shalli ‘ala Muhammad , dan ditambahi dengan bacaan wa ‘ala ali sayyidina Muhammad, Kata Kunci: Syahadat, Shalawat, Tarekat, Tarekat Asy-Syahadatain","PeriodicalId":34854,"journal":{"name":"Jurnal Yaqzhan Analisis Filsafat Agama dan Kemanusiaan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45569985","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Santo Augustinus seorang filosof abad pertengahan yang sekaligus juga seorang teolog. Ia mencari sintesis antara rasionalitas Yunani dan iman Kristiani. Meskipun iman Kristiani dan refleksi filosofis menyatu secara tak terpisahkan dalam Santo Augustinus, apa yang ditulisnya bukan hanya penting bagi teologi Kristiani, melainkan juga merupakan sumbangan besar kepada pemikiran murni filosofis, melampaui umat seimannya. Santo Augustinus tidak menulis buku khusus tentang etika – meskipun bernapaskan imannya yang kristiani – dalam struktur teoritis etika Santo Augustinus betul-betul filosofis yang tidak mengandaikan iman keprcayaan agama tertentu. Etika Santo Augustinus yang mengangkat kembali intuisi dasar Plato amat menentukan seluruh pemikiran teologi moral di Barat selanjutnya. Dalam pemikirannya tentang etika, Santo Augustinus sama sekali tidak menyinggung tentang filsafat perennial. Namun pemikiran etikanya yang yang mendasarkan pada perintah ilahi dan penyatuan manusia dengan Tuhan melalui cinta membawa pada visi filsafat perenial. Dimana ada tiga konsepsi filsafat perenial/filsafat keabadian yaitu metafisika (berorientasi pada ketuhanan), psikologi (manusia sebagai mikrokosmos) dan etika (sebagai keselarasan). Kata kunci: Perenialisme, Etika, Teolog, dan filsafat.
{"title":"PERENIALISME PEMIKIRAN ETIKA SANTO AUGUSTINUS (Dari Theologi ke Filsafat Keabadian)","authors":"Bisri Bisri","doi":"10.24235/jy.v4i2.3550","DOIUrl":"https://doi.org/10.24235/jy.v4i2.3550","url":null,"abstract":"Santo Augustinus seorang filosof abad pertengahan yang sekaligus juga seorang teolog. Ia mencari sintesis antara rasionalitas Yunani dan iman Kristiani. Meskipun iman Kristiani dan refleksi filosofis menyatu secara tak terpisahkan dalam Santo Augustinus, apa yang ditulisnya bukan hanya penting bagi teologi Kristiani, melainkan juga merupakan sumbangan besar kepada pemikiran murni filosofis, melampaui umat seimannya. Santo Augustinus tidak menulis buku khusus tentang etika – meskipun bernapaskan imannya yang kristiani – dalam struktur teoritis etika Santo Augustinus betul-betul filosofis yang tidak mengandaikan iman keprcayaan agama tertentu. Etika Santo Augustinus yang mengangkat kembali intuisi dasar Plato amat menentukan seluruh pemikiran teologi moral di Barat selanjutnya. Dalam pemikirannya tentang etika, Santo Augustinus sama sekali tidak menyinggung tentang filsafat perennial. Namun pemikiran etikanya yang yang mendasarkan pada perintah ilahi dan penyatuan manusia dengan Tuhan melalui cinta membawa pada visi filsafat perenial. Dimana ada tiga konsepsi filsafat perenial/filsafat keabadian yaitu metafisika (berorientasi pada ketuhanan), psikologi (manusia sebagai mikrokosmos) dan etika (sebagai keselarasan). Kata kunci: Perenialisme, Etika, Teolog, dan filsafat.","PeriodicalId":34854,"journal":{"name":"Jurnal Yaqzhan Analisis Filsafat Agama dan Kemanusiaan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41749690","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tulisan ini mencoba mengeksplorasi pemikiran Immanuel Kant tentang Pencerahan. Pencerahan bagi Kant adalah pembebasan manusia dari ketidakdewasaan yang disebabkan oleh kesalahannya sendiri, karena tidak mampu menggunakan akal tanpa tuntunan orang lain. Konsepsi Kant tentang Pencerahan menjadi ciri khas filsafat Jerman membebaskan rasio manusia untuk berani berpikir dan melakukan perubahan yang signifikan bagi masyarakatnya. Pesan Kant yang tajam secara metafisik sesungguhnya dapat dimaknai lebih dalam tidak hanya mengukuhkan prinsip-prinsip dasar kebebasan rasio dan keberanian berpikir bagi manusia, tetapi juga secara tersirat menggugat otoritas keagamaan yang seringkali dalam sejarah berselingkuh dengan kekuasaan despotik dalam rangka memuluskan proyek-proyek pembangunan dan penindasan. Masyarakat harus didorong agar berani menggunakan rasionya sendiri dengan sepenuhnya, sebab dari sana bermuara kebebasan dan terbitnya kemandirian. Kata Kunci: Pencerahan, Filsafat, Jerman, Kebebasan, Rasio
{"title":"PENCERAHAN SEBAGAI KEBEBASAN RASIO DALAM PEMIKIRAN IMMANUEL KANT","authors":"R. H. Abror","doi":"10.24235/jy.v4i2.3534","DOIUrl":"https://doi.org/10.24235/jy.v4i2.3534","url":null,"abstract":"Tulisan ini mencoba mengeksplorasi pemikiran Immanuel Kant tentang Pencerahan. Pencerahan bagi Kant adalah pembebasan manusia dari ketidakdewasaan yang disebabkan oleh kesalahannya sendiri, karena tidak mampu menggunakan akal tanpa tuntunan orang lain. Konsepsi Kant tentang Pencerahan menjadi ciri khas filsafat Jerman membebaskan rasio manusia untuk berani berpikir dan melakukan perubahan yang signifikan bagi masyarakatnya. Pesan Kant yang tajam secara metafisik sesungguhnya dapat dimaknai lebih dalam tidak hanya mengukuhkan prinsip-prinsip dasar kebebasan rasio dan keberanian berpikir bagi manusia, tetapi juga secara tersirat menggugat otoritas keagamaan yang seringkali dalam sejarah berselingkuh dengan kekuasaan despotik dalam rangka memuluskan proyek-proyek pembangunan dan penindasan. Masyarakat harus didorong agar berani menggunakan rasionya sendiri dengan sepenuhnya, sebab dari sana bermuara kebebasan dan terbitnya kemandirian. Kata Kunci: Pencerahan, Filsafat, Jerman, Kebebasan, Rasio","PeriodicalId":34854,"journal":{"name":"Jurnal Yaqzhan Analisis Filsafat Agama dan Kemanusiaan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44167865","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dakwah masyarakat jawa melalui budaya buka luwur makam sunan kudus yang dilaksanakan setiap tahun dan untuk mengetahui dakwah Islam melalui upacara buka luwur dengan pendekatan teori sosiologis. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan indept interview , sedangkan pada analisis data akan digunakan proses analisis reduksi data. Hasil penelitian bahwa rentetan acara buka luwur selain untuk memperingati haul kanjeng Sunan Kudus, juga menjadi bagian dakwah Islam masyarakat jawa. Dakwah yang dilakukan dari bi al-qaul dan bi al-af’al . Fungsi Syiar inilah yang kemudian dipercaya oleh masyarakat Kudus untuk tetap melestarikan tradisi demi keberlangsungan nuansa religiusitas masyarakat kota Kudus. Dalam buka luwur juga terdapat hubungan sosial manusia di mana acara buka luwur merupakan berkumpulnya masyarakat Islam dari berbagai daerah dengan semua keahlian untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan hidup. Hal ini menunjukkan bahwa manusia memiliki kemampuan terbatas sehingga dalam memenuhi kebutuhannya manusia membutuhkan kemampuan dari bantuan dari orang lain. Kata Kunci: Dakwah masyarakat jawa, ritual buka luwur, analisis sosiologis
{"title":"RITUAL BUKA LUWUR MAKAM SUNAN KUDUS SEBAGAI MEDIA DAKWAH","authors":"I. Farihah","doi":"10.24235/jy.v4i2.4373","DOIUrl":"https://doi.org/10.24235/jy.v4i2.4373","url":null,"abstract":"Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dakwah masyarakat jawa melalui budaya buka luwur makam sunan kudus yang dilaksanakan setiap tahun dan untuk mengetahui dakwah Islam melalui upacara buka luwur dengan pendekatan teori sosiologis. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan indept interview , sedangkan pada analisis data akan digunakan proses analisis reduksi data. Hasil penelitian bahwa rentetan acara buka luwur selain untuk memperingati haul kanjeng Sunan Kudus, juga menjadi bagian dakwah Islam masyarakat jawa. Dakwah yang dilakukan dari bi al-qaul dan bi al-af’al . Fungsi Syiar inilah yang kemudian dipercaya oleh masyarakat Kudus untuk tetap melestarikan tradisi demi keberlangsungan nuansa religiusitas masyarakat kota Kudus. Dalam buka luwur juga terdapat hubungan sosial manusia di mana acara buka luwur merupakan berkumpulnya masyarakat Islam dari berbagai daerah dengan semua keahlian untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan hidup. Hal ini menunjukkan bahwa manusia memiliki kemampuan terbatas sehingga dalam memenuhi kebutuhannya manusia membutuhkan kemampuan dari bantuan dari orang lain. Kata Kunci: Dakwah masyarakat jawa, ritual buka luwur, analisis sosiologis","PeriodicalId":34854,"journal":{"name":"Jurnal Yaqzhan Analisis Filsafat Agama dan Kemanusiaan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42730288","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"URGENSI DAN SIGNIFIKANSI MURSYID BAGI MURID DALAM TAREKAT","authors":"A. Pratama","doi":"10.24235/JY.V4I1.3189","DOIUrl":"https://doi.org/10.24235/JY.V4I1.3189","url":null,"abstract":"","PeriodicalId":34854,"journal":{"name":"Jurnal Yaqzhan Analisis Filsafat Agama dan Kemanusiaan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45981604","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstrak : Manusia hidup di alam dunia tidak terlepas di antara dua hal, yaitu bahagia dan sengsara. Semua manusia yang berakal berkeinginan untuk mendapatkan kebahagiaan. Namun sayangnya, banyak di antara mereka yang salah dalam menafsirkan kebahagiaan yang hakiki. Banyak yang beranggapan, kebahagiaan diperoleh dengan cara mengumpulkan harta yang banyak dan melampiaskan nafsu syahwat. Padahal, sikap yang demikian justru membuat mereka mengalami kekosongan batin, karena yang diperoleh adalah kebahagiaan semu. Di sisi lain, ada sekelompok orang yang menghabiskan waktunya dalam beribadah total kepada Allah tanpa memperhatikan kebutuhan hidupnya. Mereka beranggapan bahwa pekerjaan duniawi akan membuat mereka melupakan akhirat. Pada akhirnya mereka membuat pengakuan, bahwa perilakunya merupakan manifestasi dari sikap zuhud. Berdasarkan fenomena inilah akhirnya Ibnu Taimiyah mencoba meluruskan pemahaman yang salah tersebut, yaitu dengan mengembalikan pemahaman yang benar terhadap zuhud serta sesuai dengan ajaran al-Qur’an dan al-Hadits. Dalam konsepnya dijelaskan bahwa perilaku zuhud dilakukan dengan meninggalkan segala yang tidak ada manfaatnya di akhirat dan berpegang teguh kepada hukum-hukum Allah. Baginya perilaku seorang yang berzuhud (zahid) lebih penting daripada teori-teori yang banyak disampaikan oleh ulama-ulama, karena Ibnu Taymiyah tidak terlalu membeda-bedakan konsep zuhud antara ulama yang ada. Ibnu Taymiyah juga menjelaskan tentang bukti-bukti bahwa seseorang telah berzuhud, menjelaskan maqam zuhud dalam ilmu tasawwuf, hingga jalan yang perlu dicapai untuk menuju derajat zuhud. Baginya zuhud terbagi menjadi dua, yaitu zuhud yang disyariatkan dan zuhud yang tidak disyariatkan. Melalui tulisan ini akan dijelaskan lebih lanjut konsep zuhud menurut Ibnu Taymiyah. Kata Kunci: Zuhud, Ibnu Taymiyah, Bukti seseorang telah berzuhud, Zuhud yang disyariatkan, Zuhud yang tidak disyariatkan .
{"title":"ZUHUD DALAM PANDANGAN IBNU TAIMIYAH","authors":"Rif’at Husnul Ma’afi, M. Fahmi","doi":"10.24235/JY.V4I1.3192","DOIUrl":"https://doi.org/10.24235/JY.V4I1.3192","url":null,"abstract":"Abstrak : Manusia hidup di alam dunia tidak terlepas di antara dua hal, yaitu bahagia dan sengsara. Semua manusia yang berakal berkeinginan untuk mendapatkan kebahagiaan. Namun sayangnya, banyak di antara mereka yang salah dalam menafsirkan kebahagiaan yang hakiki. Banyak yang beranggapan, kebahagiaan diperoleh dengan cara mengumpulkan harta yang banyak dan melampiaskan nafsu syahwat. Padahal, sikap yang demikian justru membuat mereka mengalami kekosongan batin, karena yang diperoleh adalah kebahagiaan semu. Di sisi lain, ada sekelompok orang yang menghabiskan waktunya dalam beribadah total kepada Allah tanpa memperhatikan kebutuhan hidupnya. Mereka beranggapan bahwa pekerjaan duniawi akan membuat mereka melupakan akhirat. Pada akhirnya mereka membuat pengakuan, bahwa perilakunya merupakan manifestasi dari sikap zuhud. Berdasarkan fenomena inilah akhirnya Ibnu Taimiyah mencoba meluruskan pemahaman yang salah tersebut, yaitu dengan mengembalikan pemahaman yang benar terhadap zuhud serta sesuai dengan ajaran al-Qur’an dan al-Hadits. Dalam konsepnya dijelaskan bahwa perilaku zuhud dilakukan dengan meninggalkan segala yang tidak ada manfaatnya di akhirat dan berpegang teguh kepada hukum-hukum Allah. Baginya perilaku seorang yang berzuhud (zahid) lebih penting daripada teori-teori yang banyak disampaikan oleh ulama-ulama, karena Ibnu Taymiyah tidak terlalu membeda-bedakan konsep zuhud antara ulama yang ada. Ibnu Taymiyah juga menjelaskan tentang bukti-bukti bahwa seseorang telah berzuhud, menjelaskan maqam zuhud dalam ilmu tasawwuf, hingga jalan yang perlu dicapai untuk menuju derajat zuhud. Baginya zuhud terbagi menjadi dua, yaitu zuhud yang disyariatkan dan zuhud yang tidak disyariatkan. Melalui tulisan ini akan dijelaskan lebih lanjut konsep zuhud menurut Ibnu Taymiyah. Kata Kunci: Zuhud, Ibnu Taymiyah, Bukti seseorang telah berzuhud, Zuhud yang disyariatkan, Zuhud yang tidak disyariatkan .","PeriodicalId":34854,"journal":{"name":"Jurnal Yaqzhan Analisis Filsafat Agama dan Kemanusiaan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46590839","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstrak: Manusia adalah mahkluk berfikir yang tidak pernah lelah untuk mencari hakikat dari segala sesuatu yang ada di dunia ini. Setidaknya terdapat tiga cara yang dapat ditempuh manusia dalam menemukan kebenaran tersebut, yaitu melalui agama, filsafat dan ilmu pengetahuan. Tulisan ini akan berupaya mengungkap karakteristik dari masing-masing cara tersebut dan titik temu dari tiga cara dalam menggapai kebenaran tersebut. Dengan demikian manusia akan semakin menyadari tentang bagaimana terbentuknya kebenaran yang saat ini sedang ia yakini. Kata kunci: Agama, Filsafat, Ilmu Pengetahuan
{"title":"TITIK TEMU ANTARA ISLAM DAN FILSAFAT","authors":"A. Azhar","doi":"10.24235/jy.v4i1.3193","DOIUrl":"https://doi.org/10.24235/jy.v4i1.3193","url":null,"abstract":"Abstrak: Manusia adalah mahkluk berfikir yang tidak pernah lelah untuk mencari hakikat dari segala sesuatu yang ada di dunia ini. Setidaknya terdapat tiga cara yang dapat ditempuh manusia dalam menemukan kebenaran tersebut, yaitu melalui agama, filsafat dan ilmu pengetahuan. Tulisan ini akan berupaya mengungkap karakteristik dari masing-masing cara tersebut dan titik temu dari tiga cara dalam menggapai kebenaran tersebut. Dengan demikian manusia akan semakin menyadari tentang bagaimana terbentuknya kebenaran yang saat ini sedang ia yakini. Kata kunci: Agama, Filsafat, Ilmu Pengetahuan","PeriodicalId":34854,"journal":{"name":"Jurnal Yaqzhan Analisis Filsafat Agama dan Kemanusiaan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48968940","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstrak: Cirebon merupakan salah satu daerah yang terletak di pesisir pantai utara jawa, dimana sebagian masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan. Profesi ini tentu saja bergantung pada sekali pada sumber daya alam, dalam hal ini adalah laut yang meruopakan open access . Karakteristik sumber daya seperti ini menyebabkan nelayan mesti berpindah-pindah untuk memperoleh hasil maksimal, yang dengan demikian elemen resiko menjadi sangat tinggi. Kondisi sumber daya yang beresiko tersebut menyebabkan nelayan memiliki karakter keras, tegas dan terbuka. Dan bagi nelayan, kondisi lingkungan wilayah pesisir dan laut sangat menentukan keberlanjutan kondisi sosial ekonomi dan kesejahteraan hidup mereka. Tulisan ini bertujuan untuk menggambarkan ekologi politik masyarakat Cirebon, dengan mengambil lokasi penelitian di desa Citemu kecamatan Mundu Cirebon. Kata Kunci: Ekologi Politik, Masyarakat Pesisir
{"title":"EKOLOGI POLITIK MASYARAKAT PESISIR CIREBON; Sketsa dari Desa Citemu Kecamatan Mundu","authors":"A. Syatori","doi":"10.24235/jy.v4i1.3190","DOIUrl":"https://doi.org/10.24235/jy.v4i1.3190","url":null,"abstract":"Abstrak: Cirebon merupakan salah satu daerah yang terletak di pesisir pantai utara jawa, dimana sebagian masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan. Profesi ini tentu saja bergantung pada sekali pada sumber daya alam, dalam hal ini adalah laut yang meruopakan open access . Karakteristik sumber daya seperti ini menyebabkan nelayan mesti berpindah-pindah untuk memperoleh hasil maksimal, yang dengan demikian elemen resiko menjadi sangat tinggi. Kondisi sumber daya yang beresiko tersebut menyebabkan nelayan memiliki karakter keras, tegas dan terbuka. Dan bagi nelayan, kondisi lingkungan wilayah pesisir dan laut sangat menentukan keberlanjutan kondisi sosial ekonomi dan kesejahteraan hidup mereka. Tulisan ini bertujuan untuk menggambarkan ekologi politik masyarakat Cirebon, dengan mengambil lokasi penelitian di desa Citemu kecamatan Mundu Cirebon. Kata Kunci: Ekologi Politik, Masyarakat Pesisir","PeriodicalId":34854,"journal":{"name":"Jurnal Yaqzhan Analisis Filsafat Agama dan Kemanusiaan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43487364","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}