Political imagery is one way that has the potential to lead and persuade people to political choices. The issue is raised imaging behavior of a politician(candidate) is not necessarily the same as the real character and personality. Defense mechanism is one of the studies in psychology that can provide insight and understanding of the political imagery. Sigmund Freud explained that the defense mechanisms are not conscious effort to show the process that protects the individual from anxiety through the perversion of reality. Keywords: political imagery, defense mechanism Pencitraan politik merupakan salah satu cara yang berpotensi untuk menggiring dan merayu rakyat terhadap pilihan politiknya. Permasalahannya adalah perilaku pencitraan yang dimunculkan seorang politisi (calon) belum tentu sama dengan karakter dan kepribadian yang sesungguhnya. Mekanisme pertahanan diri (defense mechanism) merupakan salah satu kajian dalam psikologi yang dapat memberikan pandangan dan pemahaman mengenai pencitraan politik. Sigmund Freud menjelaskan bahwa mekanisme pertahanan diri adalah upaya menunjukkan proses tidak sadar yang melindungi individu dari kecemasan melalui pemutarbalikkan kenyataan. Kata Kunci: pencitraan politik, mekanisme pertahanan diri
{"title":"MEMAHAMI PENCITRAAN POLITIK MELALUI PENDEKATAN MEKANISME PERTAHANAN DIRI","authors":"Musdalifah Dachrud, Aris Soleman","doi":"10.30984/PP.V19I2.730","DOIUrl":"https://doi.org/10.30984/PP.V19I2.730","url":null,"abstract":"Political imagery is one way that has the potential to lead and persuade people to political choices. The issue is raised imaging behavior of a politician(candidate) is not necessarily the same as the real character and personality. Defense mechanism is one of the studies in psychology that can provide insight and understanding of the political imagery. Sigmund Freud explained that the defense mechanisms are not conscious effort to show the process that protects the individual from anxiety through the perversion of reality. Keywords: political imagery, defense mechanism Pencitraan politik merupakan salah satu cara yang berpotensi untuk menggiring dan merayu rakyat terhadap pilihan politiknya. Permasalahannya adalah perilaku pencitraan yang dimunculkan seorang politisi (calon) belum tentu sama dengan karakter dan kepribadian yang sesungguhnya. Mekanisme pertahanan diri (defense mechanism) merupakan salah satu kajian dalam psikologi yang dapat memberikan pandangan dan pemahaman mengenai pencitraan politik. Sigmund Freud menjelaskan bahwa mekanisme pertahanan diri adalah upaya menunjukkan proses tidak sadar yang melindungi individu dari kecemasan melalui pemutarbalikkan kenyataan. Kata Kunci: pencitraan politik, mekanisme pertahanan diri","PeriodicalId":350259,"journal":{"name":"Potret Pemikiran","volume":"82 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116228427","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
To realize the vision of national development, namely to realize a society of noble character, morality, ethics, culture and civilization based on the Pancasila philosophy, the national education system must be the main focus that must be addressed. Based on the functions and objectives of national education, it is clear that education at every level must be organized systematically to achieve that goal. This concerns the reality of education in educational units from early childhood education to tertiary education which is currently experiencing fading and degradation in terms of forming the character of its students. All of this is due to the absence of a learning system focused on the direction of the formation of superior character values. Keywords:education, character education, youth and the future of the nation Untuk mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila, maka sistem pendidikan nasional harus menjadi fokus utama yang harus dibenahi. Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal ini menyangkut realitas pendidikan di dalam satuan pendidikan dari pendidikan usia dini sampai perguruan tinggi yang saat ini mengalami pemudaran dan degradasi dalam hal pembentukan karakter peserta didiknya. Semua ini disebabkan karena tidak adanya sistem pembelajaran yang terfokus pada arah pembentukan nilai-nilai karakter unggul. Kata Kunci:pendidikan, pendidikankarakter, pemuda dan masa depanbangsa
要实现国家发展的愿景,即在潘卡西拉哲学的基础上实现一个高尚的品格、道德、伦理、文化和文明的社会,国民教育体系必须是必须解决的主要重点。根据国家教育的职能和目标,显然必须有系统地组织各级教育以实现这一目标。这涉及到教育单位从幼儿教育到高等教育的教育现实,这些教育单位目前在形成学生的性格方面正在经历衰退和退化。所有这一切都是由于缺乏一个专注于形成优秀品格价值方向的学习系统。关键词:教育,素质教育,青年,民族的未来Untuk mewujudkan visi pembangunan national, yitu mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila, maka system pendidikan national harus menjadi focus utama yang harus dibenahi。Berdasarkan funsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut。这是我最喜欢的,我最喜欢的,我最喜欢的,我最喜欢的,我最喜欢的,我最喜欢的,我最喜欢的。Semua ini disebabkan karena tidak adanya系统pembelajaran yang terfokus pada arah pembentukan nilai-nilai karakter unggul。Kata Kunci:pendidikan, pendidikankarakter, pemuda dan masa depanbangsa
{"title":"PENDIDIKAN KARAKTER DAN EKSISTENSI PEMUDA","authors":"Arhanuddin Salim","doi":"10.30984/PP.V19I2.728","DOIUrl":"https://doi.org/10.30984/PP.V19I2.728","url":null,"abstract":"To realize the vision of national development, namely to realize a society of noble character, morality, ethics, culture and civilization based on the Pancasila philosophy, the national education system must be the main focus that must be addressed. Based on the functions and objectives of national education, it is clear that education at every level must be organized systematically to achieve that goal. This concerns the reality of education in educational units from early childhood education to tertiary education which is currently experiencing fading and degradation in terms of forming the character of its students. All of this is due to the absence of a learning system focused on the direction of the formation of superior character values. Keywords:education, character education, youth and the future of the nation Untuk mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila, maka sistem pendidikan nasional harus menjadi fokus utama yang harus dibenahi. Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal ini menyangkut realitas pendidikan di dalam satuan pendidikan dari pendidikan usia dini sampai perguruan tinggi yang saat ini mengalami pemudaran dan degradasi dalam hal pembentukan karakter peserta didiknya. Semua ini disebabkan karena tidak adanya sistem pembelajaran yang terfokus pada arah pembentukan nilai-nilai karakter unggul. Kata Kunci:pendidikan, pendidikankarakter, pemuda dan masa depanbangsa","PeriodicalId":350259,"journal":{"name":"Potret Pemikiran","volume":"87 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128580546","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The multidimensional crisis has not yet shown that it will end even causing casualties, not only material victims, but also casualties and the threat of disintegration. So that the assumption and image of most people that Sufism as a teaching that focuses on individual piety and ritual is rejected. Because, Sufism should be an alternative answer to the problematic pluralist society and universal social change. Therefore the research will try to focus on the work of one of the influential figures of Thabathaba Sufism by examining the monumental work of al-Mizan. This research comes from primary and secondary data, the main source of course is al-Mizan's interpretation while indirect work is the work of others about Thabathaba`i thinking. The results of this study are Thabathaba'i who carry out the moderate life of Irfan Tasawuf. For him, spiritual life is not running away from life itself. This expression is addressed to those who practice Irfan radically and conservatively. This phenomenon is emphasized by Thabathaba'i to be reformed. Through some of his works, the interpretation of Al-Mizan, he opened his readers' insight while at the same time straightening out a sad understanding of various things, especially Irfan's life. Keywords:Sufism, al-Mizan, Thabathaba`i, `Irfan, Moderate. Krisis multidimensional belum juga menunjukkan akan berakhir bahkan telah menimbulkan korban, tidak saja korban material, tetapi juga korban jiwa serta ancaman disintegrasi. Sehingga anggapan dan image sebagian besar orang bahwa tasawuf sebagai sebuah ajaran yang menitikberatkan pada kesalehan individual dan ritual tertolak.Sebab, tasawuf seharusnya bisa menjadi jawaban alternatif atas problematika masyarakat yang pluralis dan perubahan sosial secara universal. Oleh karena itu penelitian akan coba fokus membahas karya salah seorang tokoh tasawuf berpengaruh Thabathaba`i dengan mengkaji karya monumentalnya al-Mizan. Penelitian ini bersumber dari data primer dan sekunder, sumber utama tentu tafsir al-Mizan sedangkan karya yang tidak langsung adalah karya orang lain tentang pemikiran Thabathaba`i. Hasil dari penelitian ini adalah Thabathaba`i seorang yang menjalankan kehidupan Irfan Tasawuf yang moderat. Baginya, kehidupan spiritual bukannya melarikan diri dari kehidupan itu sendiri.Ungkapan ini ditujukan kepada mereka yang mempraktekkan Irfan secara radikal dan konservatif.Gejala ini yang ditekankan Thabathaba`i untuk direformasi. Melalui beberapa karyanya, tafsir Al-Mizan, dia membuka wawasan pembacanya sekaligus meluruskan pemahaman yang miris tentang berbagai hal, terutama kehidupan irfan. Kata Kunci:Tasawuf, al-Mizan, Thabathaba`i, `Irfan, Moderat.
多方面的危机尚未显示它将结束,甚至造成伤亡,不仅是物质上的受害者,而且还有伤亡和解体的威胁。因此,大多数人的假设和印象是,苏菲主义是一种专注于个人虔诚和仪式的教学,这被拒绝了。因为,苏菲主义应该是有问题的多元社会和普遍社会变革的另一种答案。因此,本研究将试图通过考察al-Mizan的不朽作品来关注Thabathaba su非主义的一位有影响力的人物的作品。本研究来自一手和第二手资料,主要来源当然是al-Mizan的解释,而间接工作是其他人关于Thabathaba 'i思想的工作。这项研究的结果是Thabathaba'i谁执行Irfan Tasawuf适度的生活。对他来说,精神生活不是逃避生活本身。这个表达是针对那些激进而保守地实践伊凡的人。Thabathaba'i强调要改革这一现象。通过他的一些作品,对Al-Mizan的解读,他打开了读者的视野,同时也理顺了对各种事物,尤其是伊尔凡生活的悲伤理解。关键词:苏菲主义,米赞,塔巴塔巴,伊尔凡,温和派Krisis多维度belum juga menunjukkan akan berakhir bakan telah menimbulkan korban, tidak saja korban材料,tetapi juga korban jiwa serta anaman disintegrasi。sehinga anggapan dan图像sebagian besar orang bahwa tasawuf sebagai sebuah ajaran yang menitikberatkan pada kesalehan个人丹仪式tertolak。Sebab, tasawuf seharusnya bisa menjadi jawaban alternatif atas problematika masyarakat yang pluralis dan perubahan social secara universal。Oleh karena itu penelitian akan coba fokus成员bahaas karya salah seorang tokoh tasawuf berpengaruh Thabathaba 'i dengan mengkaji karya纪念碑al-Mizan。Penelitian ini bersumerdari data primer dan sekunder, sumumama tentafsir al-Mizan sedangkan karya yang tidak langsung adalah karya orang lain tentang pemikiran Thabathaba 'i。Hasil dari penelitian ini adalah Thabathaba 'i seorang yang menjalankan kehidupan Irfan Tasawuf yang温和派。Baginya, kehidupan spiritual bukannya melarikan diri dari kehidupan itu sendiri。这句话的意思是“激进的和保守的”。Gejala ini yang ditekankan Thabathaba 'i untuk direformasi。Melalui beberapa karyanya, tafsir Al-Mizan, dia membuka wawasan pembacanya sekaligus meluruskan pemahaman yang miris tentang berbagai hal, terutama kehidupan irfan。Kata Kunci:Tasawuf, al-Mizan, Thabathaba ' i, Irfan, Moderat。
{"title":"DIMENSI-DIMENSI MISTIK TAFSIR AL-MIZAN (Studi atas Pemikiran Thabathaba'i dalam Tafsir Al-Mizan)","authors":"Yusno Abdullah Otta","doi":"10.30984/pp.v19i2.733","DOIUrl":"https://doi.org/10.30984/pp.v19i2.733","url":null,"abstract":"The multidimensional crisis has not yet shown that it will end even causing casualties, not only material victims, but also casualties and the threat of disintegration. So that the assumption and image of most people that Sufism as a teaching that focuses on individual piety and ritual is rejected. Because, Sufism should be an alternative answer to the problematic pluralist society and universal social change. Therefore the research will try to focus on the work of one of the influential figures of Thabathaba Sufism by examining the monumental work of al-Mizan. This research comes from primary and secondary data, the main source of course is al-Mizan's interpretation while indirect work is the work of others about Thabathaba`i thinking. The results of this study are Thabathaba'i who carry out the moderate life of Irfan Tasawuf. For him, spiritual life is not running away from life itself. This expression is addressed to those who practice Irfan radically and conservatively. This phenomenon is emphasized by Thabathaba'i to be reformed. Through some of his works, the interpretation of Al-Mizan, he opened his readers' insight while at the same time straightening out a sad understanding of various things, especially Irfan's life. Keywords:Sufism, al-Mizan, Thabathaba`i, `Irfan, Moderate. Krisis multidimensional belum juga menunjukkan akan berakhir bahkan telah menimbulkan korban, tidak saja korban material, tetapi juga korban jiwa serta ancaman disintegrasi. Sehingga anggapan dan image sebagian besar orang bahwa tasawuf sebagai sebuah ajaran yang menitikberatkan pada kesalehan individual dan ritual tertolak.Sebab, tasawuf seharusnya bisa menjadi jawaban alternatif atas problematika masyarakat yang pluralis dan perubahan sosial secara universal. Oleh karena itu penelitian akan coba fokus membahas karya salah seorang tokoh tasawuf berpengaruh Thabathaba`i dengan mengkaji karya monumentalnya al-Mizan. Penelitian ini bersumber dari data primer dan sekunder, sumber utama tentu tafsir al-Mizan sedangkan karya yang tidak langsung adalah karya orang lain tentang pemikiran Thabathaba`i. Hasil dari penelitian ini adalah Thabathaba`i seorang yang menjalankan kehidupan Irfan Tasawuf yang moderat. Baginya, kehidupan spiritual bukannya melarikan diri dari kehidupan itu sendiri.Ungkapan ini ditujukan kepada mereka yang mempraktekkan Irfan secara radikal dan konservatif.Gejala ini yang ditekankan Thabathaba`i untuk direformasi. Melalui beberapa karyanya, tafsir Al-Mizan, dia membuka wawasan pembacanya sekaligus meluruskan pemahaman yang miris tentang berbagai hal, terutama kehidupan irfan. Kata Kunci:Tasawuf, al-Mizan, Thabathaba`i, `Irfan, Moderat.","PeriodicalId":350259,"journal":{"name":"Potret Pemikiran","volume":"117 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121166366","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Prophet of Muhammad saw was commanded to missionize in Mekkah to the Arab community. This mission movement brought social change that happened in the field of religion, moral, and law. Prophet of Muhammad saw was delegated to perform amarma’ruf (goodness command) and Nahi Munkar (forbidden goodlessness), fought to against injustice and arbitrary was done by Arab community of Jahiliyah in Makkah. Prophet of Muhammad saw came free human being of behavior, moral, errant, grind, slavery, social difference, and build society pursuant to belief in Allah swt. Prophet of Muhammad saw performed mission confronted to condition of society which obeyed to tradition. Powers and conglomerate pout, affronting that Muhammad came from impecunious family, illiteracy and orphan. Nevertheless, Prophet of Muhammad saw was always determined, and patient perform mission even though was affronted and reputed crazy.Performed by revolution Prophet of Muhammad saw was revolution totally touching all human life aspect, touching behavior of jahiliyah intent on civilization, virulent intent on good behavior, slavery go to brotherhood, insincerity go to trust, grind of woman clan go to clarification and order free life human being in compliance to Allah. Attendance of Prophet of Muhammad gave bliss and expectation for all human being, even all creatures exists in this earth. Keywords: Mission, goodness command, forbiddengodlessness, the Arab community. Nabi Muhammad saw, diperintahkan berdakwah kepada kaum Arab di Makkah. Gerakan dakwah ini membawa perubahan sosial yang terjadi dalam bidang agama, moral, dan hukum.Nabi Muhammad saw, di utus untuk menjalankan amar ma’ruf dan Nahi Munkar melawan ketidakadilan, dan kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh komunitas Arab Jahiliyah di Makkah. Nabi Muhammad saw, datang untuk membebaskan manusia dari akhlak, moral, kesesatan, penindasan, perbudakan, kesenjangan sosial, dan membangun masyarakat berdasarkan keimanan kepada Allah. Nabi Muhammad saw dalam menjalankan dakwah dalam kondisi masyarakat yang taat kepada tradisi jahiliyyah. Penguasa, dan konglomerat mencibirkan, menghina bahwa Muhammad berasal dari keluarga miskin, yatim dan buta huruf. Meskipun demikian, Nabi Muhammad saw selalu tabah, dan sabar menjalankan dakwahnya meski harus dihina dan dianggap gila. Revolusi yang dilakukan Nabi Muhammad saw adalah revolusi menyeluruh yang menyentuh segala aspek kehidupan manusia, menyentuh perilaku jahiliyah menuju peradaban, jahat menuju perilaku baik, perbudakan menuju persaudaraan, kecurangan menuju kepercayaan, penindasan kaum perempuan menuju pencerahan dan menyuruh manusia hidup bebas dalam kepatuhan kepada Allah. Kehadiran Nabi Muhammad memberi harapan dan kebahagiaan bagi seluruh manusia, bahkan seluruh makhluk yang ada di bumi ini. Kata Kunci: Dakwah, Amr Ma`ruf dan Nahi Munkar, Masyarakat Arab
穆罕默德的先知被命令在麦加向阿拉伯社区传教。这次传教运动带来了宗教、道德和法律领域的社会变革。穆罕默德的先知被委派去执行amarma 'ruf(善良的命令)和Nahi Munkar(禁止的无良行为),与麦加的阿拉伯社区Jahiliyah所做的不公正和任意行为作斗争。先知穆罕默德看到了人类从行为、道德、错误、折磨、奴役、社会差异中解放出来,并根据对真主的信仰建立社会。先知穆罕默德看到所执行的使命面对的是服从传统的社会状况。权力和集团噘嘴,侮辱穆罕默德来自贫穷的家庭,文盲和孤儿。尽管如此,穆罕默德看到的先知始终是坚定的,即使被侮辱和被骂疯了也耐心地执行任务。穆罕默德的先知看到,革命完全触及了人类生活的方方面面,触及了以文明为目的的贾希里亚人的行为,以善良为目的的恶毒行为,奴役走向了兄弟情谊,虚伪走向了信任,妇女氏族的折磨走向了澄清,并命令人类按照真主的旨意自由生活。先知穆罕默德的出席给所有人类,甚至是地球上的所有生物带来了幸福和期望。关键词:使命,良善命令,禁止的无神论,阿拉伯社区。纳比穆罕默德看到,diperintahkan berdakwah kepada kaum Arab di Makkah。纳比穆罕默德看到了,di utus untuk menjalankan amar ma 'ruf dan Nahi Munkar melawan ketidakadilan, dan kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh komunitas Arab Jahiliyah di Makkah。纳比穆罕默德看见,大唐untuk member bebaskan manusia dari akhlak,道德,kesesatan, penindasan, perbudakan, kesenjangan social, dan membangun masyarakat berdasarkan keimanan kepada Allah。纳比穆罕默德看到了dalam menjalankan dakwah dalam kondisi masyarakat yang taat kepada tradisi jahiliyyah。企鹅,dan konglomerat mencibirkan, menghina bahwa Muhammad berasal dari keluarga miskin, yatim dan buta huruf。Meskipun demikian, Nabi Muhammad看到selalu tabah, dan sabar menjalankan dakwahnya meski harus dihina dan dianggap gila。纳比穆罕默德看到了adalah Revolusi menyeluruh yang menyentuh segala aspekhidupan manusia, menyentuh peraku jahiliyah menuju peradaban, jahat menuju peradaku baik, perbudakan menuju persudaraan, kecurangan menuju kepercayaan, penindasan kaum perempuan menuju penerahan menyuruh manusia hidup bebas dalam kepatuhan kepatuhan真主。Kehadiran Nabi Muhammad成员harapan dan kebahagiaan bagi seluruh manusia, bakan seluruh makhluk yang ada di bumi ini。Kata Kunci: Dakwah, Amr Ma 'ruf dan Nahi Munkar, Masyarakat阿拉伯语
{"title":"AMAR MA’RUF DAN NAHI MUNKAR (Suatu Pendekatan Hadis Dakwah dalam Perubahan Sosial)","authors":"M. Sabir","doi":"10.30984/pp.v19i2.729","DOIUrl":"https://doi.org/10.30984/pp.v19i2.729","url":null,"abstract":"Prophet of Muhammad saw was commanded to missionize in Mekkah to the Arab community. This mission movement brought social change that happened in the field of religion, moral, and law. Prophet of Muhammad saw was delegated to perform amarma’ruf (goodness command) and Nahi Munkar (forbidden goodlessness), fought to against injustice and arbitrary was done by Arab community of Jahiliyah in Makkah. Prophet of Muhammad saw came free human being of behavior, moral, errant, grind, slavery, social difference, and build society pursuant to belief in Allah swt. Prophet of Muhammad saw performed mission confronted to condition of society which obeyed to tradition. Powers and conglomerate pout, affronting that Muhammad came from impecunious family, illiteracy and orphan. Nevertheless, Prophet of Muhammad saw was always determined, and patient perform mission even though was affronted and reputed crazy.Performed by revolution Prophet of Muhammad saw was revolution totally touching all human life aspect, touching behavior of jahiliyah intent on civilization, virulent intent on good behavior, slavery go to brotherhood, insincerity go to trust, grind of woman clan go to clarification and order free life human being in compliance to Allah. Attendance of Prophet of Muhammad gave bliss and expectation for all human being, even all creatures exists in this earth. Keywords: Mission, goodness command, forbiddengodlessness, the Arab community. Nabi Muhammad saw, diperintahkan berdakwah kepada kaum Arab di Makkah. Gerakan dakwah ini membawa perubahan sosial yang terjadi dalam bidang agama, moral, dan hukum.Nabi Muhammad saw, di utus untuk menjalankan amar ma’ruf dan Nahi Munkar melawan ketidakadilan, dan kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh komunitas Arab Jahiliyah di Makkah. Nabi Muhammad saw, datang untuk membebaskan manusia dari akhlak, moral, kesesatan, penindasan, perbudakan, kesenjangan sosial, dan membangun masyarakat berdasarkan keimanan kepada Allah. Nabi Muhammad saw dalam menjalankan dakwah dalam kondisi masyarakat yang taat kepada tradisi jahiliyyah. Penguasa, dan konglomerat mencibirkan, menghina bahwa Muhammad berasal dari keluarga miskin, yatim dan buta huruf. Meskipun demikian, Nabi Muhammad saw selalu tabah, dan sabar menjalankan dakwahnya meski harus dihina dan dianggap gila. Revolusi yang dilakukan Nabi Muhammad saw adalah revolusi menyeluruh yang menyentuh segala aspek kehidupan manusia, menyentuh perilaku jahiliyah menuju peradaban, jahat menuju perilaku baik, perbudakan menuju persaudaraan, kecurangan menuju kepercayaan, penindasan kaum perempuan menuju pencerahan dan menyuruh manusia hidup bebas dalam kepatuhan kepada Allah. Kehadiran Nabi Muhammad memberi harapan dan kebahagiaan bagi seluruh manusia, bahkan seluruh makhluk yang ada di bumi ini. Kata Kunci: Dakwah, Amr Ma`ruf dan Nahi Munkar, Masyarakat Arab","PeriodicalId":350259,"journal":{"name":"Potret Pemikiran","volume":"19 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126679112","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Manado as one region which dwelt by moslem society the few has a lot of constraint deeping to develop and carries on religions life, one of it namely activity missionizes, it is caused because attitude streotype (bad think) people non moslem (majority) to moslem is still so strength. To muffle it skilled workers missionizes in each its mission activity tries to dig up local wisdom points that interconnection with prinisip in Islamic teaching that tassammuh (lenient), amongst those is local terminology “ Torang Samua Basudara ” (We all are brothers). This article utilize teoritik Koentjaraningrat's perspective about formula tripatri culture, where is local wisdom as elemental as social cohesion lasing in multicultural's society. Writer tries to lift this theme because at there are many frequent mission place is utilized as media to attack and sees or behalf with agglomerate another one. skilled workers missionizes then become happening trigger actor it conflict. In research, writer finds that management missionizes to get local wisdom basis this have contribution that really significant in render placating life and on good terms at Manado's city. Management missionizes to get local wisdom basis this ought to continually been developed as one strategy which its aim build interfaith harmonious relationship at region. Keywords:Manajemen Dakwah, Juru Dakwah, Toleran, Kearifan Lokal, Torang Samua Basudara.Manado sebagai sebuah daerah yang dihuni oleh minoritas masyarakat muslim mempunyai banyak kendala dalam mengembangkan serta menjalankan kehidupan keagamaannya, salah satunya yakni aktivitas dakwah, hal ini disebabkan karena sikap streotype (prasangka buruk) umat non-muslim (mayoritas) terhadap muslim masih begitu kuat. Untuk meredamnya para juru dakwah dalam setiap aktivitas dakwahnya coba menggali nilai-nilai kearifan lokal yang diinterkoneksikan dengan prinisip dalam ajaran Islam yang tassammuh (toleran), diantaranya adalah istilah lokal “Torang Samua Basudara” (Kita semua bersaudara).Artikel ini menggunakan perspektif teoritik Koentjaraningrat tentang rumusan tripatri kebudayaan, dimana kearifan lokal sebagai unsur penguat kohesi sosial dalam masyarakat multikultural. Penulis coba mengangkat tema ini karena di banyak tempat dakwah sering digunakan sebagai media untuk menyerang dan mendiskreditkan kelompok yang berseberangan paham atau kepentingan dengan kelompok yang lain. para juru dakwah kemudian menjadi aktor pemicu terjadinya konflik. Dalam penelitian, penulis menemukan bahwa manajemen dakwah berbasis kearifan lokal ini punya kontribusi yang sangat signifikan dalam mewujudkan kehidupan yang damai dan rukun di kota Manado. Manajemen dakwah berbasis kearifan lokal ini harusnya terus dikembangkan sebagai sebuah strategi yang tujuannya membangun hubungan harmonis antar agama di daerah. Kata Kunci:Manajemen Dakwah, Juru Dakwah, Toleran, Kearifan Lokal, Torang Samua Basudara.
万纳多作为穆斯林社会居住的少数地区之一,在发展和进行宗教生活方面有着许多深刻的制约,其中之一就是活动传教,这是由于非穆斯林(多数)人对穆斯林的态度成见(不良思想)造成的。为了让技术工人在每一次传教活动中都努力挖掘当地的智慧点,这些智慧点与伊斯兰教义中的原则相联系,即tassammuh(宽容),其中包括当地的术语“Torang Samua Basudara”(我们都是兄弟)。本文运用了teoritik Koentjaraningrat关于公式tripatrii文化的观点,在多元文化社会中,地方智慧与社会凝聚力一样重要。笔者试图提起这一主题,是因为在有许多频繁的任务场所被用作媒体攻击和观看或代表与聚集另一个。技术工人传教则成为发生冲突的触发者。笔者在研究中发现,管理传教得到地方智慧的基础,这对使万鸦老的城市平民化和和睦相处确有重大贡献。以获取地方智慧为基础的管理使命,应作为一种战略不断发展,其目标是在区域内建立宗教间的和谐关系。关键词:Manajemen Dakwah, Juru Dakwah, Toleran, Kearifan localal, Torang Samua BasudaraManado sebagai sebuah daerah yang dihuni oleh少数民族masyarakat穆斯林mempunyai banyak kendala dalam mengembangkan serta menjalankan kehidupan keagamaannya, salah satunya yakni aktivitas dakwah, halini disebabkan karena sikap刻板印象(prasangka buruk) umat非穆斯林(mayoritas) hadap穆斯林masih begitu kuat。Untuk meredamnya para juru dakwah dalam setiap aktivitas dakwahnya coba menggali nilai-nilai kearifan本地yang diinterkoneksikan dengan prinisip dalam ajaran Islam yang tassammuh(宽容),diantaranya adalah istilah本地“Torang Samua Basudara”(Kita semua bersaudara)。Artikel ini menggunakan观点,koentjaraninggrat tententenuman tripatri kebudayaan, dimana kearifan当地sebagai unsur企鹅kohesi社会dalam masyarakat多元文化。Penulis coba mengangkat tema ini karena di banyak tempat dakwah服务于digunakan sebagai媒体untuk menyang danmendiskreditkan kelompok yang berseberangan paham atau kettingan和dengan kelompok yang lain。Para juru dakwah kemudian menjadi aktor pemicu terjadinya konflik。Dalam penelitian, penulis menemukan, baulis menemukan, baajemen, dakwah, berji, kehidupan, yang damai, danrukun di kota Manado。Manajemen dakwah berbasis kearifan lokal ini harusnya terus dikembangkan sebagai sebuah strategi杨tujuannya membangun hubungan harmonis安塔尔di daerah蜥蜴。Kata Kunci:Manajemen Dakwah, Juru Dakwah, Toleran, Kearifan localal, Torang Samua Basudara。
{"title":"MEMAKNAI “TORANG SAMUA BASUDARA” (MANAJEMEN DAKWAH BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI KOTA MANADO)","authors":"Rahman Mantu","doi":"10.30984/PP.V19I2.731","DOIUrl":"https://doi.org/10.30984/PP.V19I2.731","url":null,"abstract":"Manado as one region which dwelt by moslem society the few has a lot of constraint deeping to develop and carries on religions life, one of it namely activity missionizes, it is caused because attitude streotype (bad think) people non moslem (majority) to moslem is still so strength. To muffle it skilled workers missionizes in each its mission activity tries to dig up local wisdom points that interconnection with prinisip in Islamic teaching that tassammuh (lenient), amongst those is local terminology “ Torang Samua Basudara ” (We all are brothers). This article utilize teoritik Koentjaraningrat's perspective about formula tripatri culture, where is local wisdom as elemental as social cohesion lasing in multicultural's society. Writer tries to lift this theme because at there are many frequent mission place is utilized as media to attack and sees or behalf with agglomerate another one. skilled workers missionizes then become happening trigger actor it conflict. In research, writer finds that management missionizes to get local wisdom basis this have contribution that really significant in render placating life and on good terms at Manado's city. Management missionizes to get local wisdom basis this ought to continually been developed as one strategy which its aim build interfaith harmonious relationship at region. Keywords:Manajemen Dakwah, Juru Dakwah, Toleran, Kearifan Lokal, Torang Samua Basudara.Manado sebagai sebuah daerah yang dihuni oleh minoritas masyarakat muslim mempunyai banyak kendala dalam mengembangkan serta menjalankan kehidupan keagamaannya, salah satunya yakni aktivitas dakwah, hal ini disebabkan karena sikap streotype (prasangka buruk) umat non-muslim (mayoritas) terhadap muslim masih begitu kuat. Untuk meredamnya para juru dakwah dalam setiap aktivitas dakwahnya coba menggali nilai-nilai kearifan lokal yang diinterkoneksikan dengan prinisip dalam ajaran Islam yang tassammuh (toleran), diantaranya adalah istilah lokal “Torang Samua Basudara” (Kita semua bersaudara).Artikel ini menggunakan perspektif teoritik Koentjaraningrat tentang rumusan tripatri kebudayaan, dimana kearifan lokal sebagai unsur penguat kohesi sosial dalam masyarakat multikultural. Penulis coba mengangkat tema ini karena di banyak tempat dakwah sering digunakan sebagai media untuk menyerang dan mendiskreditkan kelompok yang berseberangan paham atau kepentingan dengan kelompok yang lain. para juru dakwah kemudian menjadi aktor pemicu terjadinya konflik. Dalam penelitian, penulis menemukan bahwa manajemen dakwah berbasis kearifan lokal ini punya kontribusi yang sangat signifikan dalam mewujudkan kehidupan yang damai dan rukun di kota Manado. Manajemen dakwah berbasis kearifan lokal ini harusnya terus dikembangkan sebagai sebuah strategi yang tujuannya membangun hubungan harmonis antar agama di daerah. Kata Kunci:Manajemen Dakwah, Juru Dakwah, Toleran, Kearifan Lokal, Torang Samua Basudara.","PeriodicalId":350259,"journal":{"name":"Potret Pemikiran","volume":"2003 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129582084","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstrak.One of the great thinkers in the contemporary era is Khaleed Abou El Fadl, a prominent public intellectual on Islamic law. Through his works, Speaking in The God’s Name: Islamic Law, Authority, and Woman, Abou El Fadl offers a frame of new methodology in the study of Islamic law by using a hermeneutics approach. Abou El-Fadl’s hermeneutics can be called the negotiated hermeneutics because the core of his hermeneutics analysis is to negotiate the role of the text (al-Qur’an, hadits, and fatwa), author (Mufti, special agent), and reader (Islamic society, common agent) in determining the meaning of authoritative text. These three parties should be a balancing and negotiating progress in which that one party ought not to dominate the determination of meaning. Abou El Fadl’s hermeneutics theory embraces the idea of autonomous and open texts. Therefore, the interpretation of the text does not always focus on efforts to locate the author’s desired intent. Hence, He further argues that integrity of text being damaged, not dynamic, and be unable to perform its functions in responding the challenges and demand of the global era due to the authoritarianism, or interpretative despotism by way of locking the will of the divine behind the text, its interpretation, or fatwa based on certain ideology as performed by those Mufti who speak in God’s name. in short, From above description emphasis the significance of Abou El Fadl’s hermeneutics in contemporary Islamic law studies is to stem the authoritarianism that has become a common phenomenon in the contemporary era. This paper using the critical-analysis of method to examines or look at critically Mufti in making various judicial decision and legal opinion (fatwa) in case of Permanent Council for Specific Research And Legal Opinion (CRLO)in Egypt and Indonesian Council of Ulama (MUI) in Indonesia that assessedreapmuchcontroversy and even rejections from part of Muslim community.Keywords:Islamic law, hermeneutics, authoritarianism, legal opinion, MUI Abstrak .Salah satu pemikir besar di era kontemporer adalah Khaleed Abou El Fadl , seorang intelektual publik terkemuka tentang hukum Islam. Melalui karyanya ,Speaking in The God’s Name: Islamic Law, Authority, and Woman, Abou El Fadl menawarkan kerangka metodologi baru dalam studi hukum Islam dengan menggunakan pendekatan hermeneutika . Hermeneutika Abou El Fadl disebut hermeneutika negosiasi karena inti dari analisis hermeneutikanya adalah menegosiasikan peran teks ( al-Qur'an , hadits , dan fatwa ), pengarang ( Mufti ,agen khusus), dan pembaca (masyarakat Islam,agen umum) dalam menentukan makna teks otoritatif .Ketiga pihak harus seimbang dan bernegosiasi di mana salah satu pihak tidak seharusnya mendominasi penentuan makna.Teori hermeneutika Abou El Fadl yang mencakup gagasan teks otonom dan terbuka sehingga penafsiran teks tidak selalu fokus pada upaya untuk mencari maksud penulis yang diinginkan . Oleh karena itu, Abou El-Fadl menyatakan bahwa inte
Abstrak。Khaleed Abou El Fadl是当代伟大的思想家之一,他是一位杰出的伊斯兰法律公共知识分子。通过他的著作《以真主之名说话:伊斯兰法律、权威和妇女》,阿布·艾尔·法德尔用解释学的方法为研究伊斯兰法律提供了一个新的方法论框架。法德尔的解释学可以被称为协商解释学,因为他的解释学分析的核心是协商文本(古兰经、圣训和法特瓦)、作者(穆夫提,特别代理人)和读者(伊斯兰社会,共同代理人)在确定权威文本意义方面的作用。这三方应是一种平衡和谈判进展,其中一方不应主导意义的确定。法德尔的解释学理论包含了自主和开放文本的思想。因此,对文本的解释并不总是集中于努力定位作者的期望意图。因此,他进一步认为,文本的完整性被破坏,没有活力,无法履行其功能,以应对全球时代的挑战和需求,由于威权主义,或解释性专制主义,通过将神圣的意志锁定在文本背后,其解释,或基于某些意识形态的法特瓦,由那些以上帝的名义说话的穆夫提执行。简而言之,从以上的描述中强调阿布·法德尔的解释学在当代伊斯兰法研究中的意义在于遏制威权主义在当代已经成为一种普遍现象。本文采用批判性分析的方法,以埃及的具体研究和法律意见常设委员会(CRLO)和印度尼西亚的乌拉玛委员会(MUI)为例,批判性地审视或审视穆夫提在做出各种司法决定和法律意见(法特瓦)时,评估了来自部分穆斯林社区的争议甚至拒绝。关键词:伊斯兰教法,解释学,权威主义,法律意见,MUI abstract, salah satu pemikir besar di era kontemporer adalah Khaleed Abou El Fadl, seorang知识分子大众terkemuka tentan hukum Islam。Melalui karyanya:《以真主之名讲话:伊斯兰教法、权威和妇女》,关于El Fadl menawarkan kerangka的方法论。《古兰经》、《圣训》、《圣训》、《圣训》、《圣训》、《伊斯兰教》、《圣训》、《圣训》、《圣训》、《圣训》、《圣训》、《圣训》、《圣训》、《圣训》、《圣训》、《圣训》、《圣训》、《圣训》、《圣训》、《圣训》、《圣训》、《圣训》。关于El Fadl的解释,yang menkup gaagasan teks otonom,但terbuka seingka penafsiks, tebuka seingka selalu, focus pada upaya untuk menkari maksudpenulis yang diinginkan。Oleh karena, about El-Fadl menyatakan bahwa integritas teks menjadi rusak, tidak dinamis, dan tidak dapat menjalankan funsinya dalam merespon tantanangan dantututan时代全球karena专制主义,atau penafiran专制主义,denau penafiran专制主义,denau fatawa berdasarkan debelakang teks, interpretasi, atau fatwa berdasarkan意识形态tertentu seperti yang dilakukan Oleh mereka para Mufti yang mengatas namakan dirinya sebagai pembicara atas nama Tuhan。新加坡,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦,巴基斯坦Makalah ini menggunakan memeneuka -分析untuk menguji atau meliah secara kritis seorang Mufti dalam成员berbagai keputusan hukum atau fatwa dalam kasus印度尼西亚乌拉玛委员会(MUI) di印度尼西亚,yang dinilai menuai banyak kontroversi dan bahkan bebera penolakan dari sebagian masyarakat穆斯林Kontemporer .Kata kunci:解释学,houm Islam, otoritalianism, fatwa, MUI
{"title":"HERMENEUTIKA HUKUM ISLAM KHALEED ABOU EL FADL: Sebuah Tawaran Dalam Membendung Otoritarianisme Fatwa MUI","authors":"M. Muzayyin","doi":"10.30984/PP.V20I1.749","DOIUrl":"https://doi.org/10.30984/PP.V20I1.749","url":null,"abstract":"Abstrak.One of the great thinkers in the contemporary era is Khaleed Abou El Fadl, a prominent public intellectual on Islamic law. Through his works, Speaking in The God’s Name: Islamic Law, Authority, and Woman, Abou El Fadl offers a frame of new methodology in the study of Islamic law by using a hermeneutics approach. Abou El-Fadl’s hermeneutics can be called the negotiated hermeneutics because the core of his hermeneutics analysis is to negotiate the role of the text (al-Qur’an, hadits, and fatwa), author (Mufti, special agent), and reader (Islamic society, common agent) in determining the meaning of authoritative text. These three parties should be a balancing and negotiating progress in which that one party ought not to dominate the determination of meaning. Abou El Fadl’s hermeneutics theory embraces the idea of autonomous and open texts. Therefore, the interpretation of the text does not always focus on efforts to locate the author’s desired intent. Hence, He further argues that integrity of text being damaged, not dynamic, and be unable to perform its functions in responding the challenges and demand of the global era due to the authoritarianism, or interpretative despotism by way of locking the will of the divine behind the text, its interpretation, or fatwa based on certain ideology as performed by those Mufti who speak in God’s name. in short, From above description emphasis the significance of Abou El Fadl’s hermeneutics in contemporary Islamic law studies is to stem the authoritarianism that has become a common phenomenon in the contemporary era. This paper using the critical-analysis of method to examines or look at critically Mufti in making various judicial decision and legal opinion (fatwa) in case of Permanent Council for Specific Research And Legal Opinion (CRLO)in Egypt and Indonesian Council of Ulama (MUI) in Indonesia that assessedreapmuchcontroversy and even rejections from part of Muslim community.Keywords:Islamic law, hermeneutics, authoritarianism, legal opinion, MUI Abstrak .Salah satu pemikir besar di era kontemporer adalah Khaleed Abou El Fadl , seorang intelektual publik terkemuka tentang hukum Islam. Melalui karyanya ,Speaking in The God’s Name: Islamic Law, Authority, and Woman, Abou El Fadl menawarkan kerangka metodologi baru dalam studi hukum Islam dengan menggunakan pendekatan hermeneutika . Hermeneutika Abou El Fadl disebut hermeneutika negosiasi karena inti dari analisis hermeneutikanya adalah menegosiasikan peran teks ( al-Qur'an , hadits , dan fatwa ), pengarang ( Mufti ,agen khusus), dan pembaca (masyarakat Islam,agen umum) dalam menentukan makna teks otoritatif .Ketiga pihak harus seimbang dan bernegosiasi di mana salah satu pihak tidak seharusnya mendominasi penentuan makna.Teori hermeneutika Abou El Fadl yang mencakup gagasan teks otonom dan terbuka sehingga penafsiran teks tidak selalu fokus pada upaya untuk mencari maksud penulis yang diinginkan . Oleh karena itu, Abou El-Fadl menyatakan bahwa inte","PeriodicalId":350259,"journal":{"name":"Potret Pemikiran","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129632209","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstract. Globalization that has been going on rapidly since the 1980s has led to very basic social, economic and political changes in all countries. The world of higher education which adheres to universalism in science and technology actually always pays attention and considers that the Indonesian education community is part of a global society. In the next 1015 years, Indonesian universities will face a variety of major challenges that need to be responded wisely. Economic globalization and the information technology revolution is a huge force affecting the world of Indonesian universities. Keywords: Education Management, Challenges, Problems, Globalization Abstrak. Globalisasi yang sedang berlangsung dengan cepat sejak dekade 1980-an telah menimbulkan perubahan sosial, ekonomi dan politik yang sangat mendasar pada semua negara. Dunia pendidikan tinggi yang menganut faham universialisme ilmu pengetahuan dan teknologi sebenarnya selalu memperhatikan dan mempertimbangkan bahwa masyarakat pendidikan Indonesia adalah bagian dari masyarakat global. Pada kurun waktu 10-15 tahun ke depan, perguruan tinggi Indonesia akan menghadapi berbagai tantangan besar yang perlu di respons dengan bijaksana. Globalisasi ekonomi dan revolusi teknologi informasi merupakan kekuatan yang amat besar mempengaruhi dunia perguruan tinggi Indonesia. Kata Kunci: Managemen Pendidikan, Tantangan, Permasalahan, Globalisasi
{"title":"MANAGEMEN PENDIDIKAN TINGGI TANTANGAN DAN PERMASALAHANNYA PADA ABAD KE 21","authors":"Kudrat Dukalang","doi":"10.30984/pp.v22i1.760","DOIUrl":"https://doi.org/10.30984/pp.v22i1.760","url":null,"abstract":"Abstract. Globalization that has been going on rapidly since the 1980s has led to very basic social, economic and political changes in all countries. The world of higher education which adheres to universalism in science and technology actually always pays attention and considers that the Indonesian education community is part of a global society. In the next 1015 years, Indonesian universities will face a variety of major challenges that need to be responded wisely. Economic globalization and the information technology revolution is a huge force affecting the world of Indonesian universities. Keywords: Education Management, Challenges, Problems, Globalization Abstrak. Globalisasi yang sedang berlangsung dengan cepat sejak dekade 1980-an telah menimbulkan perubahan sosial, ekonomi dan politik yang sangat mendasar pada semua negara. Dunia pendidikan tinggi yang menganut faham universialisme ilmu pengetahuan dan teknologi sebenarnya selalu memperhatikan dan mempertimbangkan bahwa masyarakat pendidikan Indonesia adalah bagian dari masyarakat global. Pada kurun waktu 10-15 tahun ke depan, perguruan tinggi Indonesia akan menghadapi berbagai tantangan besar yang perlu di respons dengan bijaksana. Globalisasi ekonomi dan revolusi teknologi informasi merupakan kekuatan yang amat besar mempengaruhi dunia perguruan tinggi Indonesia. Kata Kunci: Managemen Pendidikan, Tantangan, Permasalahan, Globalisasi","PeriodicalId":350259,"journal":{"name":"Potret Pemikiran","volume":"3 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128998155","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstract. In the 16th and 17th centuries, the influence and power of Aceh Kingdom reached the sumatra Island and Malay peninsula. Also at that time, Aceh kingdom has acheived a lot of progress in the field of education, the development of thought aprreciation of islmaic teaching. Nuruddin Ar-Raniri is one of immigrant moeslim scholar who take part in the development of Islam in Aceh. His big agenda is to straighten agenda out the understanding of Islam which was brought first by his predecessors, they are Hamzah Fansuri and Syamsuddin as-Samatrani. Their Islamic teaching known by wujudiyah, its close with Ibn Arabi’s mystical understanding or wahdatul wujud. According to ar-Raniri, there are three reasons to oppose this teaching. First, wujudiyah is identic with pre-Islmaic belief such as Christianity, Majusi and Brahmani. Second, Wujudiyah same with splinter sects in Islam that emerged after Prophed died, like Mu’tazilah dan Qadariyyah. Third, wujudiyyah is practices of deviant tarekat from Sunni. His opposition was caused basically he was a Sunni scholars who adheres wahdatus Syuhud’s view. While in fiqh, he is an Asy’ariyah follower. His noncompromise actions against the wujudiyah followers were related to his life in India, which was filled with long intolerant conflicts between Hindus and Muslims.Keywords : Nuruddin Ar-Raniri, Wujudiyyah, Sufism Abstrak. Pada abad ke 16 dan 17 M, pengaruh dan kekuasaan kerjaan Aceh telah sangat terasa di kepulauan Sumatera dan Semenanjung Tanah Melayu. Dalam rentan waktu ini pula, kerajaan Aceh telah mencapai banyak kemajuan, terutama dalam bidang pendidikan, perkembangan pemikiran serta penghayatan terhadap ajaran Islam. Nuruddin Ar-Raniri merupakan salah satu ulama’ pendatang yang ikut mewarnai perkembangan Islam di Aceh. Agenda besarnya adalah meluruskan pemahaman Islam yang terlebih dahulu disebarkan oleh Hamzah Fansuri dan Syamsuddin as-Samatrani. Ajaran yang dikenal dengan nama wujudiyah ini dekat dengan pemikiran sufistik ibn Arabi atau wahdatul wujud. Menurut arRaniri, terdapat tiga alasan mengapa ajaran tersebut perlu ditentang. Pertama Wujudiyah identik dengan agama dan kepercayaan pra Islam seperti Nasrani, Majusi dan Brahmaniyah. Kedua, ajaran Wujudiyah sama dengan ajaran sekte-sekte sempalan dalam Islam pasca Rasulullah wafat, seperti Mu’tazilah dan Qadariyyah. Ketiga, Wujudiyyah merupakan pengamalan dari tarekat yang sesat dan menyimpang dari konsep Islam Sunni. Penentangan ini disebabkan karena pada dasarnya ia adalah ulama’ sunni yang menganut paham Wahdatus Syuhud dalam konsep tasawufnya. Sementara dalam bidang keilmuan lainnya, seperti fikih jelas sekali bahwa ia merupakan Ulama’ sunni yang setia terhadap ajaran Asy’ariyah.Sikap non komprominya kepada terhadap para pengikut wujudiyah dikaitkan dengan kehidupan masa lalunya di India yang hidup dalam konflik berkepanjangan antara Hindu dan Islam yang tidak toleran.Kata Kunci: Nuruddin Ar-Raniri, Wujudiyyah, Tasawuf
摘要。在16、17世纪,亚齐王国的势力和影响力达到了苏门答腊岛和马来半岛。同样在那个时候,亚齐王国在教育领域也取得了很大的进步,发展了欣赏伊斯兰教教学的思想。Nuruddin Ar-Raniri是一名移民穆斯林学者,他参与了亚齐地区伊斯兰教的发展。他的大议程是理顺对伊斯兰教的理解,这是由他的前任Hamzah Fansuri和Syamsuddin as-Samatrani首先提出的。他们的伊斯兰教教义被称为wujudiyah,它与伊本·阿拉伯比的神秘主义理解或wahdatul wujud接近。根据拉尼里的说法,反对这种教学有三个原因。首先,乌朱迪亚与前伊斯兰教的信仰,如基督教、马丘西教和婆罗门教是一致的。第二,乌犹地亚与伊斯兰教中在先知死后出现的分裂教派一样,比如穆塔齐拉·丹·卡达里耶。第三,wujudiyyah是来自逊尼派的离经叛道的极端分子的做法。他的反对主要是因为他是一名逊尼派学者,坚持瓦达图斯·苏胡德的观点。在伊斯兰教期间,他是一名阿什阿里亚教徒。他对乌朱迪亚信徒的不妥协行为与他在印度的生活有关,印度教徒和穆斯林之间长期充满了不容忍的冲突。关键词:努鲁丁·拉涅利,乌朱迪亚,苏菲主义抽象Pada abad ke 16 dan17 M, pengaruh dan kekuasaan kerjaan Aceh telah sangat terasa di kepulauan sumata dan Semenanjung Tanah Melayu。Dalam rentan waktu ini pula, kerajaan Aceh telah mencapai banyak kemaran, terutama Dalam bidang pendidikan, perkembangan pemikiran serta penghayatan terhadap ajaran Islam。Nuruddin Ar-Raniri merupakan salah satu ulama ' pendatang yang ikut mewarnai perkembangan Islam di Aceh。议程(议程):伊斯兰教(议程):伊斯兰教(议程):伊斯兰教(议程)Ajaran yang dikenal dengan nama wujudiyah ini dekat dengan pemikiran sufistik ibn Arabi atauh datul wujud。menuut arRaniri, terdapat tiga alasan mengapa ajaran tersebut perlu ditentang。Pertama Wujudiyah identik dengan agama dan kepercayaan pra Islam seperti Nasrani, Majusi dan Brahmaniyah。Kedua, ajaran Wujudiyah sama dengan ajaran sekte-sekte sempalan dalam Islam pasca Rasulullah wafat, seperti Mu 'tazilah dan Qadariyyah。Ketiga, Wujudiyyah merupakan pengamalan dari tarekat yang sesat dan menyimpang dari konsep伊斯兰逊尼派。Penentangan ini disebabkan karena pada dasarnya在adalah ulama ' sunsunyang menganut paham Wahdatus Syuhud dalam konsep tasawunya。Sementara dalam bidang keilmuan lainnya, perperti fikiki - jelas sekali bawa - merupakan Ulama '逊尼派yang setiha - hahadap ajajan ' ariyah。印度,印度教,印度教,伊斯兰教,印度教,印度教,印度教,伊斯兰教,印度教,印度教,印度教,伊斯兰教,印度教,印度教,印度教,印度教,伊斯兰教,印度教,印度教,伊斯兰教。Kata Kunci: Nuruddin Ar-Raniri, Wujudiyyah, Tasawuf
{"title":"AJARAN WUJUDIYAH MENURUT NURUDDIN AR-RANIRI","authors":"Rusdiyanto Rusdiyanto, Musafar Musafar","doi":"10.30984/PP.V22I1.756","DOIUrl":"https://doi.org/10.30984/PP.V22I1.756","url":null,"abstract":"Abstract. In the 16th and 17th centuries, the influence and power of Aceh Kingdom reached the sumatra Island and Malay peninsula. Also at that time, Aceh kingdom has acheived a lot of progress in the field of education, the development of thought aprreciation of islmaic teaching. Nuruddin Ar-Raniri is one of immigrant moeslim scholar who take part in the development of Islam in Aceh. His big agenda is to straighten agenda out the understanding of Islam which was brought first by his predecessors, they are Hamzah Fansuri and Syamsuddin as-Samatrani. Their Islamic teaching known by wujudiyah, its close with Ibn Arabi’s mystical understanding or wahdatul wujud. According to ar-Raniri, there are three reasons to oppose this teaching. First, wujudiyah is identic with pre-Islmaic belief such as Christianity, Majusi and Brahmani. Second, Wujudiyah same with splinter sects in Islam that emerged after Prophed died, like Mu’tazilah dan Qadariyyah. Third, wujudiyyah is practices of deviant tarekat from Sunni. His opposition was caused basically he was a Sunni scholars who adheres wahdatus Syuhud’s view. While in fiqh, he is an Asy’ariyah follower. His noncompromise actions against the wujudiyah followers were related to his life in India, which was filled with long intolerant conflicts between Hindus and Muslims.Keywords : Nuruddin Ar-Raniri, Wujudiyyah, Sufism Abstrak. Pada abad ke 16 dan 17 M, pengaruh dan kekuasaan kerjaan Aceh telah sangat terasa di kepulauan Sumatera dan Semenanjung Tanah Melayu. Dalam rentan waktu ini pula, kerajaan Aceh telah mencapai banyak kemajuan, terutama dalam bidang pendidikan, perkembangan pemikiran serta penghayatan terhadap ajaran Islam. Nuruddin Ar-Raniri merupakan salah satu ulama’ pendatang yang ikut mewarnai perkembangan Islam di Aceh. Agenda besarnya adalah meluruskan pemahaman Islam yang terlebih dahulu disebarkan oleh Hamzah Fansuri dan Syamsuddin as-Samatrani. Ajaran yang dikenal dengan nama wujudiyah ini dekat dengan pemikiran sufistik ibn Arabi atau wahdatul wujud. Menurut arRaniri, terdapat tiga alasan mengapa ajaran tersebut perlu ditentang. Pertama Wujudiyah identik dengan agama dan kepercayaan pra Islam seperti Nasrani, Majusi dan Brahmaniyah. Kedua, ajaran Wujudiyah sama dengan ajaran sekte-sekte sempalan dalam Islam pasca Rasulullah wafat, seperti Mu’tazilah dan Qadariyyah. Ketiga, Wujudiyyah merupakan pengamalan dari tarekat yang sesat dan menyimpang dari konsep Islam Sunni. Penentangan ini disebabkan karena pada dasarnya ia adalah ulama’ sunni yang menganut paham Wahdatus Syuhud dalam konsep tasawufnya. Sementara dalam bidang keilmuan lainnya, seperti fikih jelas sekali bahwa ia merupakan Ulama’ sunni yang setia terhadap ajaran Asy’ariyah.Sikap non komprominya kepada terhadap para pengikut wujudiyah dikaitkan dengan kehidupan masa lalunya di India yang hidup dalam konflik berkepanjangan antara Hindu dan Islam yang tidak toleran.Kata Kunci: Nuruddin Ar-Raniri, Wujudiyyah, Tasawuf","PeriodicalId":350259,"journal":{"name":"Potret Pemikiran","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130762179","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstract. Alkhairaat and NU are two different organizations and structures. NU is active in various fields with not small political dimensions, while Alkhairaat focuses on education and da'wah. But in Manado it is interesting, the Islamic community considers that Alkhairaat is an embryo of NU. This is certainly related to the historical-sociological factors of these two institutions born in the local context. This study wants to answer two questions; First, what is the background of the relationship between Alkhairaat and NU in Manado in 1955-1998 and what is the dynamics and pattern characteristics of the Alkhairaat relationship with NU in Manado during 1955-1998. Temporally, this research was restricted from 1955 because this year Alkhairaat built its social relations with NU, which at that time was the party participating in the first election in Indonesia. The final limitation of the study was set in 1998 because this year there was a change in the body of NU by declaring the PKB as a party formed by and for NU citizens, but open to anyone including non-Muslims. This caused conflict in the Alkhairaat-NU relationship in Manado, Keywords:NU, Alkhairaat, Manado, Education, Da'wah, Historical-Sociological Abstrak.Alkhairaat dan NU adalah dua organisasi yang berbeda secara kelembagaan maupun struktur.NU aktif dalam berbagai bidang dengan dimensi politiknya yang tidak kecil, sedangkan Alkhairaat fokus pada pendidikan dan dakwah. Namun di Manado menarik, masyarakat Islam menganggap bahwa Alkhairaat adalah embrio dari NU. Ini tentu terkait dengan faktor historis-sosiologis kedua lembaga ini lahir dalam konteks lokal. Penelitian ini ingin menjawab dua pertanyaan; Pertama, Bagaimana latarbelakang terjalinnya hubungan antara Alkhairaat dan NU di Manado pada tahun 1955-1998 dan Bagaimana dinamika dan karakteristik pola relasi Alkhairaat dengan NU di Manado selama tahun 1955-1998. Secara temporal, penelitian ini dibatasi dari tahun 1955 karena pada tahun inilah Alkhairaat membangun relasi sosialnya dengan NU yang saat itu menjadi partai peserta dalam Pemilu pertama di Indonesia. Adapun batasan akhir penelitian ditetapkan tahun 1998 karena pada tahun ini terjadi perubahan di tubuh NU dengan mendeklarasikan PKB sebagai partai yang dibentuk oleh dan untuk warga NU, namun terbuka bagi siapapun termasuk non-Muslim. Hal ini menimbulkan konflik dalam relasi Alkhairaat-NU di Manado.Kata Kunci: NU, Alkhairaat, Manado, Pendidikan, Dakwah, Historis-Sosiologis
摘要。Alkhairaat和NU是两个不同的组织和结构。NU在各个领域都很活跃,政治层面也不小,而Alkhairaat则专注于教育和da'wah。但有趣的是,在Manado,伊斯兰社区认为Alkhairaat是NU的一个胚胎。这当然与这两个诞生于当地背景下的机构的历史社会学因素有关。这项研究想要回答两个问题;首先,1955-1998年万鸦老Alkhairaat与NU关系的背景是什么? 1955-1998年万鸦老Alkhairaat与NU关系的动态和模式特征是什么?从时间上来说,这项研究从1955年开始受到限制,因为这一年Alkhairaat与NU建立了社会关系,NU当时是印度尼西亚第一次参加选举的政党。这项研究的最终限制是在1998年确定的,因为这一年,巴基斯坦伊斯兰工人党(PKB)的组织发生了变化,宣布它是由巴基斯坦工人党公民组成并为其服务的政党,但向包括非穆斯林在内的任何人开放。这导致了万鸦鸦书院与女大关系的冲突。关键词:女大、书院、万鸦鸦、教育、达瓦、历史社会学文摘。Alkhairaat dan NU adalah dua organisasi yang berbeda secara kelembagaan maupun strike。我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是。Namun di Manado menarik, masyarakat Islam menganggap bahwa Alkhairaat adalah胚胎学NU。这是一种历史-生理因素的影响。Penelitian iningin menjawab dua pertanaan;在1955-1998年,我在这里写了一篇文章,介绍了我在这篇文章中所做的工作。世界界,penelitian ini dibatasi dari tahun 1955 karena pada tahuninilah alkhairat成员bananguan relasassosialnya dengan NU yang saat itmenjadi partai peserta dalam Pemilu pertama di Indonesia。apapun batasan akhir penelitian ditetapkan tahun 1998 karena pada tahun ini terjadi perubahan di tubuh NU dengan mendeklarasikan PKB sebagai partai yang dibentuk oleh dan untuk warga NU, namun terbuka bagi siapapun termasuk非穆斯林。哈尔尼menimbulkan konflik dalam释放Alkhairaat-NU di Manado。Kata Kunci: NU, Alkhairaat, Manado, Pendidikan, Dakwah,历史-社会学
{"title":"RELASI ALKHAIRAAT-NU DI MANADO TAHUN 1955-1998 (Studi Pertemuan Antara Alkhairaat dan NU dalam Konteksd Ideologi Sosio-kultiral)","authors":"Lisa Aisyiah Rasyid","doi":"10.30984/pp.v20i1.747","DOIUrl":"https://doi.org/10.30984/pp.v20i1.747","url":null,"abstract":"Abstract. Alkhairaat and NU are two different organizations and structures. NU is active in various fields with not small political dimensions, while Alkhairaat focuses on education and da'wah. But in Manado it is interesting, the Islamic community considers that Alkhairaat is an embryo of NU. This is certainly related to the historical-sociological factors of these two institutions born in the local context. This study wants to answer two questions; First, what is the background of the relationship between Alkhairaat and NU in Manado in 1955-1998 and what is the dynamics and pattern characteristics of the Alkhairaat relationship with NU in Manado during 1955-1998. Temporally, this research was restricted from 1955 because this year Alkhairaat built its social relations with NU, which at that time was the party participating in the first election in Indonesia. The final limitation of the study was set in 1998 because this year there was a change in the body of NU by declaring the PKB as a party formed by and for NU citizens, but open to anyone including non-Muslims. This caused conflict in the Alkhairaat-NU relationship in Manado, Keywords:NU, Alkhairaat, Manado, Education, Da'wah, Historical-Sociological Abstrak.Alkhairaat dan NU adalah dua organisasi yang berbeda secara kelembagaan maupun struktur.NU aktif dalam berbagai bidang dengan dimensi politiknya yang tidak kecil, sedangkan Alkhairaat fokus pada pendidikan dan dakwah. Namun di Manado menarik, masyarakat Islam menganggap bahwa Alkhairaat adalah embrio dari NU. Ini tentu terkait dengan faktor historis-sosiologis kedua lembaga ini lahir dalam konteks lokal. Penelitian ini ingin menjawab dua pertanyaan; Pertama, Bagaimana latarbelakang terjalinnya hubungan antara Alkhairaat dan NU di Manado pada tahun 1955-1998 dan Bagaimana dinamika dan karakteristik pola relasi Alkhairaat dengan NU di Manado selama tahun 1955-1998. Secara temporal, penelitian ini dibatasi dari tahun 1955 karena pada tahun inilah Alkhairaat membangun relasi sosialnya dengan NU yang saat itu menjadi partai peserta dalam Pemilu pertama di Indonesia. Adapun batasan akhir penelitian ditetapkan tahun 1998 karena pada tahun ini terjadi perubahan di tubuh NU dengan mendeklarasikan PKB sebagai partai yang dibentuk oleh dan untuk warga NU, namun terbuka bagi siapapun termasuk non-Muslim. Hal ini menimbulkan konflik dalam relasi Alkhairaat-NU di Manado.Kata Kunci: NU, Alkhairaat, Manado, Pendidikan, Dakwah, Historis-Sosiologis","PeriodicalId":350259,"journal":{"name":"Potret Pemikiran","volume":"86 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114973303","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstract. This article would try to elaborate an important concept in the Qur’an which deal with the process of revelation. Major of ulama devided the process of revelation into two periods, namely Makkah period (before hijrah) and Madinah period (after hijrah). According to Abdullahi Ahmed An-Na’im and his teacher, Mahmoud Mohamed Taha, this two periods of revelation contains different doctrines and teachings. Makkah period (Makkiyah) expressed a universal-democratic-egalitarianism doctrines of Islam. Whereas, Madinah period (Madaniyyah), is considered to be sectarian and discriminative. In this period, the prophet and his adherents created a city-state with a multi-religious and multi-cultural community. Therefore, they need a concrete and strict rules and regulations to manage the new state and new community. An-Na’im stated that most of the verses in the Qur’an which deal with law and regulations revealed through this period, including the relation between muslim and non-muslim community.Key words: concept, Makkah period, Madinah period, al-Qur’an Abstrak.Artikel ini akan mencoba untuk menguraikan konsep penting dalam Al Qur'an yang berhubungan dengan proses penyataan. Mayoritas ulama membagi proses penyataan menjadi dua periode, yaitu periode Makkah (sebelum hijrah) dan periode Madinah (setelah hijrah). Menurut Abdullahi Ahmed An-Na'im dan gurunya, Mahmoud Mohamed Taha, dua periode wahyu ini mengandung doktrin dan ajaran yang berbeda.Periode Mekah (Makkiyah) menyatakan doktrin universal-demokratis-egalitarianisme Islam.Padahal, periode Madinah (Madaniyyah), dianggap sektarian dan diskriminatif.Pada periode ini, nabi dan pengikutnya menciptakan negara-kota dengan komunitas multi-agama dan multi-budaya.Oleh karena itu, mereka membutuhkan aturan dan peraturan yang konkrit dan ketat untuk mengelola negara baru dan komunitas baru.An-Na'im menyatakan bahwa ayat-ayat dalam Al Qur'an yang berhubungan dengan hukum dan terungkap selama periode ini, termasuk hubungan antara Muslim dan komunitas non-Muslim.Kata kunci: konsep, periode Mekkah, periode Madinah, Alquran
摘要本文试图阐述《古兰经》中关于启示过程的一个重要概念。乌拉玛少校将启示过程分为两个时期,即麦加时期(海吉拉之前)和麦地那时期(海吉拉之后)。根据阿卜杜拉希·艾哈迈德·安纳伊姆和他的老师马哈茂德·穆罕默德·塔哈的说法,这两个时期的启示包含不同的教义和教导。麦加时期(Makkiyah)表达了伊斯兰教普遍民主平等主义的教义。然而,麦地那时期(Madaniyyah),被认为是宗派和歧视。在这一时期,先知和他的追随者创造了一个多宗教、多文化的城邦。因此,他们需要一个具体而严格的规章制度来管理新的国家和新的社区。安-纳伊姆说,《古兰经》中涉及这一时期所揭示的法律和条例的大部分经文,包括穆斯林和非穆斯林社区之间的关系。关键词:概念,麦加时期,麦地那时期,《古兰经》摘要Artikel ini akan mencoba untuk menguraikan konsep penting dalam《古兰经》yang berhubungan dengan propropenyataan。Mayoritas ulama membagi进程penyataan menjadi dua时期,yyitu时期麦加(sebelum hijrah)和麦地那(setelah hijrah)时期。menuut Abdullahi Ahmed An-Na'im dan gurunya, Mahmoud Mohamed Taha, dua period wahyu ini mengandung doktrin dan ajaran yang berbeda。麦加时期(Makkiyah) menyatakan doktrin普遍-民主-平等-伊斯兰。帕达哈尔,麦地那时期(麦地那时期),多门派和非罪犯。padadperiodeini, nabi dan pengikutnya menciptakan negaran -kota dengan komunitas multi-agama dan multi-budaya。我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。An-Na'im menyatakan bahwa ayat-ayat dalam Al - quan yang berhubungan dengan hukum dan terungkap selama period ini, termasuk hubungan antara穆斯林和非穆斯林。Kata kunci: konsep,麦加时期,麦地那时期,古兰经
{"title":"Konsep Makkiyah dan Madaniyyah Dalam Al-Qur’an (Sebuah Analisis Historis-Filosofis)","authors":"Muhammad Bekti Lantong","doi":"10.30984/PP.V20I1.746","DOIUrl":"https://doi.org/10.30984/PP.V20I1.746","url":null,"abstract":"Abstract. This article would try to elaborate an important concept in the Qur’an which deal with the process of revelation. Major of ulama devided the process of revelation into two periods, namely Makkah period (before hijrah) and Madinah period (after hijrah). According to Abdullahi Ahmed An-Na’im and his teacher, Mahmoud Mohamed Taha, this two periods of revelation contains different doctrines and teachings. Makkah period (Makkiyah) expressed a universal-democratic-egalitarianism doctrines of Islam. Whereas, Madinah period (Madaniyyah), is considered to be sectarian and discriminative. In this period, the prophet and his adherents created a city-state with a multi-religious and multi-cultural community. Therefore, they need a concrete and strict rules and regulations to manage the new state and new community. An-Na’im stated that most of the verses in the Qur’an which deal with law and regulations revealed through this period, including the relation between muslim and non-muslim community.Key words: concept, Makkah period, Madinah period, al-Qur’an Abstrak.Artikel ini akan mencoba untuk menguraikan konsep penting dalam Al Qur'an yang berhubungan dengan proses penyataan. Mayoritas ulama membagi proses penyataan menjadi dua periode, yaitu periode Makkah (sebelum hijrah) dan periode Madinah (setelah hijrah). Menurut Abdullahi Ahmed An-Na'im dan gurunya, Mahmoud Mohamed Taha, dua periode wahyu ini mengandung doktrin dan ajaran yang berbeda.Periode Mekah (Makkiyah) menyatakan doktrin universal-demokratis-egalitarianisme Islam.Padahal, periode Madinah (Madaniyyah), dianggap sektarian dan diskriminatif.Pada periode ini, nabi dan pengikutnya menciptakan negara-kota dengan komunitas multi-agama dan multi-budaya.Oleh karena itu, mereka membutuhkan aturan dan peraturan yang konkrit dan ketat untuk mengelola negara baru dan komunitas baru.An-Na'im menyatakan bahwa ayat-ayat dalam Al Qur'an yang berhubungan dengan hukum dan terungkap selama periode ini, termasuk hubungan antara Muslim dan komunitas non-Muslim.Kata kunci: konsep, periode Mekkah, periode Madinah, Alquran","PeriodicalId":350259,"journal":{"name":"Potret Pemikiran","volume":"5 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134031966","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}