Artikel ini bertujuan memaparkan secara komprehensif tentang Tradisi Bib Maaf di Desa Dullah Laut Kepulauan Kei Maluku Tenggara. Merupakan penelitian kualitatif, menggunakan paradigma fenomenologi sosial. Melakukan observasi partisipatoris pasif, kedalaman wawancara serta dokumentasi. Menggunakan teknik analisis model alir dari Milles dan Huberman. Hasil penelitian: Tradisi Bib Maaf? yang dilakukan masyarakat Kei di Desa Dullah Laut merupakan tradisi keberangkatan ibadah Haji. Merupakan momentum saling memaafkan dan memanjatkan doa agar menjalankan ibadah Haji dengan selamat. Bib Maaf atau kambing maaf merupakan tradisi lisan yang dikembangkan masyarakat Muslim Kepulauan Kei. Kekeluargaan pada masyarakat Kei bermakna luas mencakup seluruh dimensi kehidupan manusia. Sikap optimis orang Kei dalam tradisi Bib Maaf yaitu: Pertama, Sikap rela menolong. Kedua, Sikap percaya bahwa orang lain akan membantu. Ketiga, Sikap hormat menghormati. Maren atau Hamaren dipahami sebagai tanggung jawab bersama warga dalam menyelesaikan pekerjaan yang dilaksanakan secara spontan dan sukarela. Yellim merupakan rentetan tradisi, berbentuk pemberian untuk meringankan beban pelaksanaan tradisi yang memiliki kebermanfaatan dalam tradisi, menunjukkan kedermawanan masyarakat. Nit Ni Wang, Barzanji dan Dok Mol merupakan rangkaian tradisi dalam bentuk memanjatkan do?a kepada Sang pencipta Allah Subhanahu wa Ta?ala, dan puji-pujian pada Nabi Muhammad, Shallallahu ?Alaihi wa Sallam, serta pada leluhur agar perjalanan Haji memperoleh keselamatan.
本文的目的是全面阐述在马鲁库东南部的杜拉海群岛Kei village的传统。用社会型范型是一种定性研究。进行被动的参与式观察、面试深度和记录。使用米尔斯和胡伯曼的alir模型分析技术。研究结果:Bib传统不好意思?杜拉海村Kei社区的做法是传统的朝觐朝圣。这是一种原谅和祈祷安全进行朝圣的动力。围嘴原谅或道歉的山羊是Kei群岛穆斯林社会发展的口头传统。Kei社区的家庭意义深远,涵盖了人类生活的整个维度。Kei的乐观主义传统不好意思是:第一,愿意帮助。第二,相信别人会帮助你的态度。第三,尊重尊重。Maren或Hamaren被理解为公民对自发和自愿完成工作的共同责任。Yellim是一系列的传统,是减轻传统的负担的礼物,这些负担在传统中显示出一种慈善精神。Nit Ni Wang, Barzanji和Dok Mol是一系列的传统,在祈祷中?a献给造物主主主主?阿拉,和对先知穆罕默德的赞美?
{"title":"Potret Tradisi Bib Maaf pada Keberangkatan Haji Masyarakat Desa Dullah Laut Kepulauan Kei Maluku Tenggara","authors":"Fatima Nuhuyanan, Muhamad Yusuf, Suparto Iribaram, Sigit Purwaka, Rachmad Surya Muhandy","doi":"10.30984/pp.v26i2.2082","DOIUrl":"https://doi.org/10.30984/pp.v26i2.2082","url":null,"abstract":"Artikel ini bertujuan memaparkan secara komprehensif tentang Tradisi Bib Maaf di Desa Dullah Laut Kepulauan Kei Maluku Tenggara. Merupakan penelitian kualitatif, menggunakan paradigma fenomenologi sosial. Melakukan observasi partisipatoris pasif, kedalaman wawancara serta dokumentasi. Menggunakan teknik analisis model alir dari Milles dan Huberman. Hasil penelitian: Tradisi Bib Maaf? yang dilakukan masyarakat Kei di Desa Dullah Laut merupakan tradisi keberangkatan ibadah Haji. Merupakan momentum saling memaafkan dan memanjatkan doa agar menjalankan ibadah Haji dengan selamat. Bib Maaf atau kambing maaf merupakan tradisi lisan yang dikembangkan masyarakat Muslim Kepulauan Kei. Kekeluargaan pada masyarakat Kei bermakna luas mencakup seluruh dimensi kehidupan manusia. Sikap optimis orang Kei dalam tradisi Bib Maaf yaitu: Pertama, Sikap rela menolong. Kedua, Sikap percaya bahwa orang lain akan membantu. Ketiga, Sikap hormat menghormati. Maren atau Hamaren dipahami sebagai tanggung jawab bersama warga dalam menyelesaikan pekerjaan yang dilaksanakan secara spontan dan sukarela. Yellim merupakan rentetan tradisi, berbentuk pemberian untuk meringankan beban pelaksanaan tradisi yang memiliki kebermanfaatan dalam tradisi, menunjukkan kedermawanan masyarakat. Nit Ni Wang, Barzanji dan Dok Mol merupakan rangkaian tradisi dalam bentuk memanjatkan do?a kepada Sang pencipta Allah Subhanahu wa Ta?ala, dan puji-pujian pada Nabi Muhammad, Shallallahu ?Alaihi wa Sallam, serta pada leluhur agar perjalanan Haji memperoleh keselamatan.","PeriodicalId":350259,"journal":{"name":"Potret Pemikiran","volume":"15 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129483615","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kebijakan negara di bawah pemerintahan Jokowi yang melarang organisasi Islamis seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan Front Pembela Islam (FPI) telah menuai pro dan kontra dalam diskursus sosial-politik dan keagamaan di Indonesia. Mereka yang mendukung pembubaran tersebut menilai bahwa sikap negara dalam mengambil sikap tegas terhadap organisasi keagamaan yang mengedepankan aksi-aksi non demokratis, telah sesuai dengan aturan yang berlaku. Sementara itu, kalangan yang menolak, menganggap bahwa kebijakan pemerintah bertentangan dengan kebebasan berserikat dan berkumpul yang telah dijamin oleh konstitusi dalam sistem demokrasi. Studi ini bertujuan untuk menjelaskan pelarangan organisasi Islamis di bawah pemerintahan Jokowi. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode kualitatif di mana data didasarkan pada pemberitaan media online terkait pelarangan organisasi Islamis. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis konten. Penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah yang melarang organisasi Islamis tanpa melalui proses peradilan (yang cenderung bersifat otoritarian dan represif) telah menyebabkan kemunduran dalam demokrasi di Indonesia. Implikasi dari pembubaran organisasi Islamis tersebut adalah semakin memperkuat konfrontasi antara kelompok Islamis dan negara serta membuat perkembangan demokrasi di Indonesia semakin merosot. Negara cenderung memilih pendekatan demokrasi militan dalam membubarkan organisasi Islamis daripada mengedepankan pendekatan yang dialogis-akomodatif. Studi ini merekomendasikan bahwa melakukan pembinaan terhadap organisasi kemasyarakatan jauh lebih baik dilakukan daripada mengedepankan pendekatan represif melalui peraturan perundang-undangan sebagaimana yang telah menimpa HTI dan FPI.
{"title":"Kemunduran Demokrasi dan Pelarangan Organisasi Islamis di Era Pemerintahan Jokowi","authors":"Zulfadli Zulfadli, Taufani Taufani","doi":"10.30984/pp.v26i2.2033","DOIUrl":"https://doi.org/10.30984/pp.v26i2.2033","url":null,"abstract":"Kebijakan negara di bawah pemerintahan Jokowi yang melarang organisasi Islamis seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan Front Pembela Islam (FPI) telah menuai pro dan kontra dalam diskursus sosial-politik dan keagamaan di Indonesia. Mereka yang mendukung pembubaran tersebut menilai bahwa sikap negara dalam mengambil sikap tegas terhadap organisasi keagamaan yang mengedepankan aksi-aksi non demokratis, telah sesuai dengan aturan yang berlaku. Sementara itu, kalangan yang menolak, menganggap bahwa kebijakan pemerintah bertentangan dengan kebebasan berserikat dan berkumpul yang telah dijamin oleh konstitusi dalam sistem demokrasi. Studi ini bertujuan untuk menjelaskan pelarangan organisasi Islamis di bawah pemerintahan Jokowi. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode kualitatif di mana data didasarkan pada pemberitaan media online terkait pelarangan organisasi Islamis. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis konten. Penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah yang melarang organisasi Islamis tanpa melalui proses peradilan (yang cenderung bersifat otoritarian dan represif) telah menyebabkan kemunduran dalam demokrasi di Indonesia. Implikasi dari pembubaran organisasi Islamis tersebut adalah semakin memperkuat konfrontasi antara kelompok Islamis dan negara serta membuat perkembangan demokrasi di Indonesia semakin merosot. Negara cenderung memilih pendekatan demokrasi militan dalam membubarkan organisasi Islamis daripada mengedepankan pendekatan yang dialogis-akomodatif. Studi ini merekomendasikan bahwa melakukan pembinaan terhadap organisasi kemasyarakatan jauh lebih baik dilakukan daripada mengedepankan pendekatan represif melalui peraturan perundang-undangan sebagaimana yang telah menimpa HTI dan FPI.","PeriodicalId":350259,"journal":{"name":"Potret Pemikiran","volume":"34 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132270737","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Andri Ashadi, Wakidul Kohar, M. Aqil, Danil Folandra
Studi ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengapa warga Nahdlatul Ulama (NU) di Minangkabau tidak reaktif terhadap penolakan gagasan Islam Nusantara. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, data penelitian ini bersumber dari hasil wawancara dan literatur, meliputi tulisan-tulisan tokoh tokoh dan warga NU yang didapatkan baik dari media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan blog maupun dari media massa seperti koran, buku-buku dan jurnal yang relevan dengan topik penelitian. Sedangkan teknik analisis data menggunakan model Miles dan Huberman yakni kodifikasi data, penyajian dan analisis data secara naratif, interpretasi dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab tidak reaktifnya warga NU di Sumatera Barat dalam merespon penolakan gagasan Islam Nusantara. Pertama: adanya perbedaan kultur egaliter di Minang dengan kultur feodal di Jawa yang menyebabkan kurang terbentuknya kedekatan emosional dengan tokoh-tokoh NU di Jawa. Kedua: mayoritas warga NU di Minang baru terjun ke NU setelah mendapatkan pendidikan baik itu di pesantren atau kampus-kampus di daerahnya. Hal ini berbeda dengan warga NU di Jawa yang telah dididik sedari kecil sehingga identitas keNUannya sudah mengakar kuat. Oleh karena itu pertentangan yang cukup keras terjadi pada NU di Jawa, berbeda dengan warga NU di Sumatera Barat yang tidak reaktif dalam meresponnya. Namun di tengah serangan bertubi-tubi yang dilontarkan terhadap NU mereka tetap mensosialisasikan nilai-nilai Islam moderat kepada masyarakat baik melalui diskusi informal serta sikap yang akomodatif terhadap tradisi lokal.
{"title":"Ayah Tiri: Dinamika Nahdlatul Ulama di Ranah Minang","authors":"Andri Ashadi, Wakidul Kohar, M. Aqil, Danil Folandra","doi":"10.30984/pp.v26i2.2036","DOIUrl":"https://doi.org/10.30984/pp.v26i2.2036","url":null,"abstract":"Studi ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengapa warga Nahdlatul Ulama (NU) di Minangkabau tidak reaktif terhadap penolakan gagasan Islam Nusantara. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, data penelitian ini bersumber dari hasil wawancara dan literatur, meliputi tulisan-tulisan tokoh tokoh dan warga NU yang didapatkan baik dari media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan blog maupun dari media massa seperti koran, buku-buku dan jurnal yang relevan dengan topik penelitian. Sedangkan teknik analisis data menggunakan model Miles dan Huberman yakni kodifikasi data, penyajian dan analisis data secara naratif, interpretasi dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab tidak reaktifnya warga NU di Sumatera Barat dalam merespon penolakan gagasan Islam Nusantara. Pertama: adanya perbedaan kultur egaliter di Minang dengan kultur feodal di Jawa yang menyebabkan kurang terbentuknya kedekatan emosional dengan tokoh-tokoh NU di Jawa. Kedua: mayoritas warga NU di Minang baru terjun ke NU setelah mendapatkan pendidikan baik itu di pesantren atau kampus-kampus di daerahnya. Hal ini berbeda dengan warga NU di Jawa yang telah dididik sedari kecil sehingga identitas keNUannya sudah mengakar kuat. Oleh karena itu pertentangan yang cukup keras terjadi pada NU di Jawa, berbeda dengan warga NU di Sumatera Barat yang tidak reaktif dalam meresponnya. Namun di tengah serangan bertubi-tubi yang dilontarkan terhadap NU mereka tetap mensosialisasikan nilai-nilai Islam moderat kepada masyarakat baik melalui diskusi informal serta sikap yang akomodatif terhadap tradisi lokal.","PeriodicalId":350259,"journal":{"name":"Potret Pemikiran","volume":"19 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115843833","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Artikel ini bertujuan untuk memotret bagaimana resepsi komunitas muslim di pondok pesantren Congaban terhadap kehadiran al-Quran. Congaban termasuk salah satu pondok pesantren yang kental dengan nuansa dan citarasa al-Quran. Di sana, al-Quran hidup dan menyatu dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Kajian ini termasuk penelitian living Quran, menggunakan metode kualitatif dan pendekatan fenomenologi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, tipologi resepsi masyarakat pesantren Congaban terhadap al-Quran dapat dipetakan menjadi tiga; 1) pecinta yang membuktikan cintanya dengan cara terus menerus membaca dan menghafal al-Quran; 2) pecinta yang menyatakan cintanya secara estetis, baik melalui seni membaca al-Quran (irama) dan seni menulis al-Quran (kaligrafi); 3) pecinta yang mengekspresikan cintanya dengan mengungkap keistimewaan (fadhilah) dan pesan moral al-Quran. Ketiga tipologi tersebut pada gilirannya membentuk atau menciptakan praktik dan tradisi tertentu, di antaranya adalah tradisi tahfidz al-Quran, pengajian tafsir al-Quran (Jalalain), kaligrafi al-Quran dan Khatmil Quran. Makna dan ekspektasi masyarakat pondok pesantren Congaban dalam meresepsi kehadiran al-Quran cukup beragam, yang dapat diamati dari perspektif kultural, teologis, prikologis, dan filosofis. Makna dan ekspektasi yang muncul dari sekian bentuk resepsi terhadap al-Quran tersebut adalah sebagai sebuah kewajiban menjaga dan memuliakan al-Quran, dalam rangka beribadah, ekspresi cinta, bentuk ketaatan, mendatangkan rezeki, ngalap berkah dan lain-lain.
{"title":"Quran in Everyday Life: Resepsi Al-Quran Masyarakat Congaban Bangkakalan Madura","authors":"Fawaidur Ramdhani, Ibnu Amiruddin, Ghurrotul Muhajjalah, Achmad Rifai","doi":"10.30984/pp.v26i2.2120","DOIUrl":"https://doi.org/10.30984/pp.v26i2.2120","url":null,"abstract":"Artikel ini bertujuan untuk memotret bagaimana resepsi komunitas muslim di pondok pesantren Congaban terhadap kehadiran al-Quran. Congaban termasuk salah satu pondok pesantren yang kental dengan nuansa dan citarasa al-Quran. Di sana, al-Quran hidup dan menyatu dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Kajian ini termasuk penelitian living Quran, menggunakan metode kualitatif dan pendekatan fenomenologi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, tipologi resepsi masyarakat pesantren Congaban terhadap al-Quran dapat dipetakan menjadi tiga; 1) pecinta yang membuktikan cintanya dengan cara terus menerus membaca dan menghafal al-Quran; 2) pecinta yang menyatakan cintanya secara estetis, baik melalui seni membaca al-Quran (irama) dan seni menulis al-Quran (kaligrafi); 3) pecinta yang mengekspresikan cintanya dengan mengungkap keistimewaan (fadhilah) dan pesan moral al-Quran. Ketiga tipologi tersebut pada gilirannya membentuk atau menciptakan praktik dan tradisi tertentu, di antaranya adalah tradisi tahfidz al-Quran, pengajian tafsir al-Quran (Jalalain), kaligrafi al-Quran dan Khatmil Quran. Makna dan ekspektasi masyarakat pondok pesantren Congaban dalam meresepsi kehadiran al-Quran cukup beragam, yang dapat diamati dari perspektif kultural, teologis, prikologis, dan filosofis. Makna dan ekspektasi yang muncul dari sekian bentuk resepsi terhadap al-Quran tersebut adalah sebagai sebuah kewajiban menjaga dan memuliakan al-Quran, dalam rangka beribadah, ekspresi cinta, bentuk ketaatan, mendatangkan rezeki, ngalap berkah dan lain-lain.","PeriodicalId":350259,"journal":{"name":"Potret Pemikiran","volume":"57 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126761455","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRAKTergerusnya Pemahaman nilai-nilai budaya lokal pada siswa yang merupakan bagian dari nilai-nilai moderasi beragama telah mengakibatkan siswa menurunnya pemahaman budaya lokal sehingga sebahagian siswa kehilangan identitasnya para siswa sudah kehilangan rasa malu (siri?) dan rasa empati kepada negaranya (pacce?). Selain itu pula di era sekarang para remaja mengalami degradasi moral. Tujuan penelitian ini adalah (i) Untuk mengetahui bagaimana peran sekolah adat ammatoa kajang dalam upaya penanaman nilai agama dan budaya pada guru dan siswa sebagai upaya memperkuat moderasi beragama (ii) Untuk mengetahui bagaimana implementasi nilai agama dan budaya pada guru dan siswa sebagai upaya memperkuat moderasi beragama. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan memahami upaya implementasi nilai agama dan budaya dalam upaya memperkuat moderasi beragama di sekolah adat ammatoa kajang. Informan ditentukan secara purposive sampling. Teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dokumentasi dan partisipatif. Teknik analisis data melalui berbagai tahap yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan, sedangkan teknik keabsahan data menggunakan triangulasi sumber, teknik dan waktu.?Adapun hasil penelitian ini adalah bahwa siswa di Sekolah Adat Ammatoa Kajang perlu mendapatkan perhatian dari pihak sekolah yakni guru untuk mendapatkan edukasi penanaman nilai agama dan budaya sesuai mata pelajaran agama dan budaya berbasis moderasi agama yang dikonsepkan oleh kementerian agama. Upaya menanamkan nilai budaya yaitu 1) mengenalkan budaya-budaya yang ada di Indonesia melalui bacaan buku dan literasi digital 2) menceritakan nilai-nilai budaya lokal daerah 3) mengenalkan sejak dini budaya-budaya dari setiap daerah yang berbeda. Upaya menanamkan nilai keagamaan pada siswa dimulai dengan memberikan kepada mereka nilai-nilai yaitu: 1) nilai ketauhidan 2) nilai moral, dan (3) nilai akhlak/perilaku.
{"title":"Implementasi Nilai Agama dan Budaya dalam Upaya Memperkuat Moderasi Beragama di Sekolah Adat Ammatoa Kajang","authors":"Risfaisal Risfaisal, St. Haniah","doi":"10.30984/pp.v26i2.2126","DOIUrl":"https://doi.org/10.30984/pp.v26i2.2126","url":null,"abstract":"ABSTRAKTergerusnya Pemahaman nilai-nilai budaya lokal pada siswa yang merupakan bagian dari nilai-nilai moderasi beragama telah mengakibatkan siswa menurunnya pemahaman budaya lokal sehingga sebahagian siswa kehilangan identitasnya para siswa sudah kehilangan rasa malu (siri?) dan rasa empati kepada negaranya (pacce?). Selain itu pula di era sekarang para remaja mengalami degradasi moral. Tujuan penelitian ini adalah (i) Untuk mengetahui bagaimana peran sekolah adat ammatoa kajang dalam upaya penanaman nilai agama dan budaya pada guru dan siswa sebagai upaya memperkuat moderasi beragama (ii) Untuk mengetahui bagaimana implementasi nilai agama dan budaya pada guru dan siswa sebagai upaya memperkuat moderasi beragama. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan memahami upaya implementasi nilai agama dan budaya dalam upaya memperkuat moderasi beragama di sekolah adat ammatoa kajang. Informan ditentukan secara purposive sampling. Teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dokumentasi dan partisipatif. Teknik analisis data melalui berbagai tahap yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan, sedangkan teknik keabsahan data menggunakan triangulasi sumber, teknik dan waktu.?Adapun hasil penelitian ini adalah bahwa siswa di Sekolah Adat Ammatoa Kajang perlu mendapatkan perhatian dari pihak sekolah yakni guru untuk mendapatkan edukasi penanaman nilai agama dan budaya sesuai mata pelajaran agama dan budaya berbasis moderasi agama yang dikonsepkan oleh kementerian agama. Upaya menanamkan nilai budaya yaitu 1) mengenalkan budaya-budaya yang ada di Indonesia melalui bacaan buku dan literasi digital 2) menceritakan nilai-nilai budaya lokal daerah 3) mengenalkan sejak dini budaya-budaya dari setiap daerah yang berbeda. Upaya menanamkan nilai keagamaan pada siswa dimulai dengan memberikan kepada mereka nilai-nilai yaitu: 1) nilai ketauhidan 2) nilai moral, dan (3) nilai akhlak/perilaku.","PeriodicalId":350259,"journal":{"name":"Potret Pemikiran","volume":"222 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121122019","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
This article aims to examine the concept of freedom of learning from the point of view of the progressivism philosophy of education. The method used is literature study with a hermeneutic approach to explaining the reality that occurs with elements of interpretation and description. The concept of freedom of learning education is under the modern progressivism educational philosophy and wants a fundamental change in the implementation of education to be better, better quality, and provide real benefits to students. Progressivism has emphasized the importance of the fundamentals of independence and freedom to students, by giving them the freedom to develop the competencies, interests, and talents they already have, without the obstacles of formal regulations which sometimes shackle their creativity and thinking power to be better. The concept of freedom of learning education in Indonesia which has become a new policy is considered to be able to change the existing education system. The harmony of independent learning with the philosophy of progressivism provides a new perspective on the orientation of education in Indonesia, in practice, it presents a natural learning space and allows children to grow and develop according to their interests and talents so that the goal of forming individuals with character can be realized.
{"title":"Konsep Pendidikan Merdeka Belajar Perspektif Filsafat Progresivisme (The Emancipated Learning Concept of Education in Progressivism Philosophy Perspective)","authors":"Jems Sopacua, M. Fadli","doi":"10.30984/pp.v26i1.1413","DOIUrl":"https://doi.org/10.30984/pp.v26i1.1413","url":null,"abstract":"This article aims to examine the concept of freedom of learning from the point of view of the progressivism philosophy of education. The method used is literature study with a hermeneutic approach to explaining the reality that occurs with elements of interpretation and description. The concept of freedom of learning education is under the modern progressivism educational philosophy and wants a fundamental change in the implementation of education to be better, better quality, and provide real benefits to students. Progressivism has emphasized the importance of the fundamentals of independence and freedom to students, by giving them the freedom to develop the competencies, interests, and talents they already have, without the obstacles of formal regulations which sometimes shackle their creativity and thinking power to be better. The concept of freedom of learning education in Indonesia which has become a new policy is considered to be able to change the existing education system. The harmony of independent learning with the philosophy of progressivism provides a new perspective on the orientation of education in Indonesia, in practice, it presents a natural learning space and allows children to grow and develop according to their interests and talents so that the goal of forming individuals with character can be realized.","PeriodicalId":350259,"journal":{"name":"Potret Pemikiran","volume":"30 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129328094","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Muktamar NU ke-34 yang di selenggarakan pada bulan Desember tahun 2021 lalu menjadi perhatian orang banyak, tidak sekedar dari kalangan NU semata, melainkan warga Negara Indonesia. Proses muktamar selama berlangsung terdapat dinamika yang terjadi di antara kubu pengusung Gus Yahya dan Kiai Said cukup panas. Satu sama lain saling melempar statement mengunggulkan pilihannya dan mengkritik lawannya. Untuk itu, penulis tertarik untuk melakukan kajian pada pemberitaan yang dimuat oleh Harian Jawa Pos mengenai Muktamar NU ke 34. Bagaimana berita tersebut disajikan menjadi sebuah teks media. Wacana yang dikembangkan oleh media Jawa Pos dalam memberitakan muktamar NU ke-34. Artikel ini bertujuan mengungkap wacana yang dikembangkan media Jawa Post dalam pemberitaan muktamar NU ke 34 di Lampung di dalam praktik berdemokrasi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif diskriptif analitik. Pendekatan yang digunakan adalah analisis wacana, dengan menghimpun berita yang terkait dengan Muktamar NU ke-34 kemudian melakukan seleksi sesuai dengan tema yang penulis anggap relevan dengan artikel ini. Dalam kajian ini menemukan bahwa dalam pemberitaan yang dilakukan oleh Jawa Pos terdapat relasi yang kuat. Porsi pemberitaan muktamar NU ke-34 Jawa Pos memiliki kecenderungan mendukung setiap ide, kebijakan, dan langkah yang diambil oleh pemerintah sehingga tema-tema pemberitaannya juga cenderung nasionalis. Bahwa Jawa Pos yang dalam hal ini diwakili oleh wartawan telah mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari NU. Dalam melakukan pemberitaan mengenai Muktamar NU, wartawan cenderung memunculkan tema-tema baik dan dengan menggunakan kata-kata berkonotasi positif. Proses mukta ar dalam pemilihan ketua umum dalam berdemokrasi menjadi panutan generasi selanjutnya.
{"title":"Pemberitaan Muktamar NU Ke-34 di Lampung: Analisis Wacana di Media Online Jawa Post (The Announcement of the 34th NU Conference in Lampung: A Discourse Analysis on the Jawa Pos Online Media)","authors":"M. Hasan, Sri Lestari","doi":"10.30984/pp.v26i1.1840","DOIUrl":"https://doi.org/10.30984/pp.v26i1.1840","url":null,"abstract":"Muktamar NU ke-34 yang di selenggarakan pada bulan Desember tahun 2021 lalu menjadi perhatian orang banyak, tidak sekedar dari kalangan NU semata, melainkan warga Negara Indonesia. Proses muktamar selama berlangsung terdapat dinamika yang terjadi di antara kubu pengusung Gus Yahya dan Kiai Said cukup panas. Satu sama lain saling melempar statement mengunggulkan pilihannya dan mengkritik lawannya. Untuk itu, penulis tertarik untuk melakukan kajian pada pemberitaan yang dimuat oleh Harian Jawa Pos mengenai Muktamar NU ke 34. Bagaimana berita tersebut disajikan menjadi sebuah teks media. Wacana yang dikembangkan oleh media Jawa Pos dalam memberitakan muktamar NU ke-34. Artikel ini bertujuan mengungkap wacana yang dikembangkan media Jawa Post dalam pemberitaan muktamar NU ke 34 di Lampung di dalam praktik berdemokrasi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif diskriptif analitik. Pendekatan yang digunakan adalah analisis wacana, dengan menghimpun berita yang terkait dengan Muktamar NU ke-34 kemudian melakukan seleksi sesuai dengan tema yang penulis anggap relevan dengan artikel ini. Dalam kajian ini menemukan bahwa dalam pemberitaan yang dilakukan oleh Jawa Pos terdapat relasi yang kuat. Porsi pemberitaan muktamar NU ke-34 Jawa Pos memiliki kecenderungan mendukung setiap ide, kebijakan, dan langkah yang diambil oleh pemerintah sehingga tema-tema pemberitaannya juga cenderung nasionalis. Bahwa Jawa Pos yang dalam hal ini diwakili oleh wartawan telah mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari NU. Dalam melakukan pemberitaan mengenai Muktamar NU, wartawan cenderung memunculkan tema-tema baik dan dengan menggunakan kata-kata berkonotasi positif. Proses mukta ar dalam pemilihan ketua umum dalam berdemokrasi menjadi panutan generasi selanjutnya.","PeriodicalId":350259,"journal":{"name":"Potret Pemikiran","volume":"61 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125232916","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
This study discusses how the form of acculturation on the use of Javanese calendar media with Islamic culture. The purpose of this study is to describe descriptively how the forms of acculturation that can be done in the Javanese calendar. This research uses the type of literature review research. Where the data collection technique is by browsing documents or journals and other internet media related to cultural acculturation. The results of the research carried out were to obtain information about acculturation to the Javanese calendar after reviewing from various sources, that by incorporating elements of the Islamic religion and Islamic principles in the benefits of the Javanese calendar, it can provide a sense of intolerance to all existing differences.
{"title":"Akulturasi Penanggalan Jawa Perspektif Islam dalam Kehidupan Para Petani (An Acculturation in the Islamic Perspective of the Javanese Calendar the Lives of Farmers)","authors":"Ridho Riyanto, Betty Mauli Rosa Bustam","doi":"10.30984/pp.v26i1.1852","DOIUrl":"https://doi.org/10.30984/pp.v26i1.1852","url":null,"abstract":"This study discusses how the form of acculturation on the use of Javanese calendar media with Islamic culture. The purpose of this study is to describe descriptively how the forms of acculturation that can be done in the Javanese calendar. This research uses the type of literature review research. Where the data collection technique is by browsing documents or journals and other internet media related to cultural acculturation. The results of the research carried out were to obtain information about acculturation to the Javanese calendar after reviewing from various sources, that by incorporating elements of the Islamic religion and Islamic principles in the benefits of the Javanese calendar, it can provide a sense of intolerance to all existing differences.","PeriodicalId":350259,"journal":{"name":"Potret Pemikiran","volume":"94 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134143868","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Rendahnya pengetahuan perempuan tentang politik serta masih kurangnya dukungan partai politik menyebabkan perempuan lemah di bidang perpolitikan. Berdasarkan hal tersebut pemerintah kemudian menerapkan peraturan UU Pemilu dan Partai Politik yang mengatur mengenai 30% keterwakilan perempuan agar perempuan dapat ikut terlibat aktif dalam menghasilkan kebijakan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengimplementasian kuota 30% anggota legislative di DPRD Kota Manado periode 2014-2019 terhadap masyarakat perempuan. Fokus penelitian ini adalah bagaimana kuota 30% yang diwakili oleh anggota legislatif perempuan mengambil peran dan tanggung jawab dalam menghasilkan perda-perda yang berpihak kepada perempuan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan melakukan pengumpulan data melalui teknik in-depth interview. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 32.5% anggota legislatif perempuan terpilih pada periode 2014-2019 namun peningkatan persentasi jumlah keterwakilan perempuan di DPRD Kota Manado tersebut dianggap masih belum mampu mewakili kepentingan masyarakat perempuan. Ketidakmampuan ini terlihat pada kurangnya peran anggota legislatif perempuan dalam menjalankan fungsi legislasi seperti: pembuatan perda inisiatif yang masih saja ditentukan berdasarkan skala prioritas. Hal ini memperlihatkan bahwa keterwakilan 30% yang telah diupayakan oleh pemerintah terlihat masih belum maksimal dari segi kualitas. Penelitian ini menyimpulkan bahwa dibutuhkan peningkatan kemampuan anggota legislative perempuan dari segi integritas, kapasitas serta kapabilitas sehingga bentuk partisipasi aktif tersebut dapat menghasilkan kebijakan di tingkat lokal yang mewakili kepentingan masyarakat perempuan.
{"title":"Keterwakilan Perempuan dalam Parlemen: Studi Analisis Peran Publik Perempuan dalam DPRD Kota Manado (Women's Representation in the Parliament: An Analytical Study of Women's Public Role in the House of Representatives of the City of Manado)","authors":"Nur Alfiyani","doi":"10.30984/pp.v26i1.1830","DOIUrl":"https://doi.org/10.30984/pp.v26i1.1830","url":null,"abstract":"Rendahnya pengetahuan perempuan tentang politik serta masih kurangnya dukungan partai politik menyebabkan perempuan lemah di bidang perpolitikan. Berdasarkan hal tersebut pemerintah kemudian menerapkan peraturan UU Pemilu dan Partai Politik yang mengatur mengenai 30% keterwakilan perempuan agar perempuan dapat ikut terlibat aktif dalam menghasilkan kebijakan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengimplementasian kuota 30% anggota legislative di DPRD Kota Manado periode 2014-2019 terhadap masyarakat perempuan. Fokus penelitian ini adalah bagaimana kuota 30% yang diwakili oleh anggota legislatif perempuan mengambil peran dan tanggung jawab dalam menghasilkan perda-perda yang berpihak kepada perempuan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan melakukan pengumpulan data melalui teknik in-depth interview. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 32.5% anggota legislatif perempuan terpilih pada periode 2014-2019 namun peningkatan persentasi jumlah keterwakilan perempuan di DPRD Kota Manado tersebut dianggap masih belum mampu mewakili kepentingan masyarakat perempuan. Ketidakmampuan ini terlihat pada kurangnya peran anggota legislatif perempuan dalam menjalankan fungsi legislasi seperti: pembuatan perda inisiatif yang masih saja ditentukan berdasarkan skala prioritas. Hal ini memperlihatkan bahwa keterwakilan 30% yang telah diupayakan oleh pemerintah terlihat masih belum maksimal dari segi kualitas. Penelitian ini menyimpulkan bahwa dibutuhkan peningkatan kemampuan anggota legislative perempuan dari segi integritas, kapasitas serta kapabilitas sehingga bentuk partisipasi aktif tersebut dapat menghasilkan kebijakan di tingkat lokal yang mewakili kepentingan masyarakat perempuan.","PeriodicalId":350259,"journal":{"name":"Potret Pemikiran","volume":"63 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130388413","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ace Nurasa, Agus Sumpena, Uus Ruswandi, Mohamad Erihadiana
This study aims to understand the nation's ability to respond the globalization based on the Islamic perspective. It uses a descriptive analysis approach, while the type of exploration is library research. Data is obtained through the study of manuscripts. The results indicate that the consequence of globalization is that the Indonesian people in responding to the negative and positive impacts of globalization, should tend to be relatively similar to the reflection and moderate Islamic manhaj. Indonesian people should be pleased with their character, not avoid new things and not admit it to the extreme. In an effort to face the era of globalization, the Indonesian state must have the choice to produce human resources with high confidence and dedication. To create quality human resources, each individual prioritizes the formation and capacity that includes work behavior, discipline, obligation, and dependence based on the study of the Qur'an and Hadith.
{"title":"Kemampuan Bangsa Merespon Globalisasi dalam Pandangan Islam (The Nation's Ability to Respond the Globalization Based on the Islamic Perspective)","authors":"Ace Nurasa, Agus Sumpena, Uus Ruswandi, Mohamad Erihadiana","doi":"10.30984/pp.v26i1.1951","DOIUrl":"https://doi.org/10.30984/pp.v26i1.1951","url":null,"abstract":"This study aims to understand the nation's ability to respond the globalization based on the Islamic perspective. It uses a descriptive analysis approach, while the type of exploration is library research. Data is obtained through the study of manuscripts. The results indicate that the consequence of globalization is that the Indonesian people in responding to the negative and positive impacts of globalization, should tend to be relatively similar to the reflection and moderate Islamic manhaj. Indonesian people should be pleased with their character, not avoid new things and not admit it to the extreme. In an effort to face the era of globalization, the Indonesian state must have the choice to produce human resources with high confidence and dedication. To create quality human resources, each individual prioritizes the formation and capacity that includes work behavior, discipline, obligation, and dependence based on the study of the Qur'an and Hadith.","PeriodicalId":350259,"journal":{"name":"Potret Pemikiran","volume":"243 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124675055","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}