Peramalan jumlah curah hujan menjadi informasi yang sangat penting, karena dapat digunakan sebagai acuan dalam perencanaan diberbagai sektor seperti produksi pertanian, perkebunan, penerbangan, perikanan, dan sebagainya. Selain itu, peramalan jumlah curah hujan juga bermanfaat untuk mendeteksi secara dini terhadap bencana yang dapat terjadi akibat curah hujan ektrim. Oleh karena itu, perlu adanya informasi secara jelas mengenai peramalan jumlah curah hujan dalam waktu/periode terjadinya hujan. Tujuan dari penelitian ini adalah meramalkan jumlah curah hujan dalam periode curah hujan menggunakan Metode Fuzzy Time Series. Penelitian ini menghasilkan peramalan curah hujan Kabupaten Blitar menggunakan Metode Fuzzy Time Series dengan penentuan interval berdasarkan rata-rata data curah hujan Kabupaten Blitar bulan November 2015-Desember 2019 diperoleh hasil peramalan bulan Januari 2020 sebesar 10.288,14 mm dengan nilai Mean Absolute Error (MAE) sebesar 3.103,61.
{"title":"PERAMALAN CURAH HUJAN DI KABUPATEN BLITAR MENGGUNAKAN FUZZY TIME SERIES","authors":"Rizka Rizqi Robby, Hady Rasikhun","doi":"10.28926/jsnu.v3i1.890","DOIUrl":"https://doi.org/10.28926/jsnu.v3i1.890","url":null,"abstract":"Peramalan jumlah curah hujan menjadi informasi yang sangat penting, karena dapat digunakan sebagai acuan dalam perencanaan diberbagai sektor seperti produksi pertanian, perkebunan, penerbangan, perikanan, dan sebagainya. Selain itu, peramalan jumlah curah hujan juga bermanfaat untuk mendeteksi secara dini terhadap bencana yang dapat terjadi akibat curah hujan ektrim. Oleh karena itu, perlu adanya informasi secara jelas mengenai peramalan jumlah curah hujan dalam waktu/periode terjadinya hujan. Tujuan dari penelitian ini adalah meramalkan jumlah curah hujan dalam periode curah hujan menggunakan Metode Fuzzy Time Series. Penelitian ini menghasilkan peramalan curah hujan Kabupaten Blitar menggunakan Metode Fuzzy Time Series dengan penentuan interval berdasarkan rata-rata data curah hujan Kabupaten Blitar bulan November 2015-Desember 2019 diperoleh hasil peramalan bulan Januari 2020 sebesar 10.288,14 mm dengan nilai Mean Absolute Error (MAE) sebesar 3.103,61.","PeriodicalId":391514,"journal":{"name":"Journal of Science Nusantara","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130164187","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Public street lighting is a vital facility to improve traffic safety, and driving especially at night, and can make road users more careful and feel safe from criminal acts. Data for planning were obtained from field observation methods and calculation methods. For field observation data, the data taken was in the form of: length and width of the road, width of the road shoulders, distance between power poles, distance between power poles and the road and supporting data in the form of AHSP, and results of questionnaires and interviews with the village. For data calculations in the form of: light intensity, illumination, luminance, efficacy, distance between PJUs, number of PJU points, electrical power, electrical energy, the angle of inclination of the ornament handlebars and RAB. With a road width of 4.07 m, a length of 3.7 km, and an average shoulder width of 2.07 m, it will be divided into 3 sessions per village. Based on the calculations, the following results are obtained; for session 1 the 50 Watt LED light, the distance from the PJU pole to the road is 1 m, the pole height is 7 m, the arm length is 2 m, the slope of the handlebar ornament is 8.506 o, the light intensity is 437.9 cd, the illumination is 8.18 lux, the illumination is 0.65 cd /m, the distance between the PJU poles is 40 m, the electric power is 1.7 kW, the RAB is Rp. 368,780,000.00. Session 2 40 Watt LED lights, distance from the PJU pole to the road 0.7 m, pole height 7 m, arm length 1 m, handlebar tilt 14 o, light intensity 350.3 cd, illumination 6.29 lux, luminance 0.50 cd/m, the distance between the PJU poles is 50 m, the electric power is 1.12 kW, the RAB is Rp. 311,490,000.00. Session 3 40 Watt LED lights, distance from the PJU pole to the road 1 m, pole height 7 m, arm length 2 m, handlebar tilt 8.506 o, light intensity 350.3 cd, illumination 6.54 lux, luminance 0.52 cd/ m, the distance between the PJU poles is 50 m, the electric power is 0.56 kW, the RAB is Rp. 158,680,000.00. With the PJU planning study for each per-village session passed by section 48, it is hoped that this can be taken into consideration and can assist the village in submitting PJU construction to the Blitar Regency Transportation Service.
{"title":"STUDI PERENCANAAN LAMPU PENERANGAN JALAN (PJU) DI JALAN UTAMA PENGHUBUNG KECAMATAN UDANAWU DAN KECAMATAN PONGGOK KABUPATEN BLITAR","authors":"Megi Megi Andarista Andarista","doi":"10.28926/jsnu.v3i1.778","DOIUrl":"https://doi.org/10.28926/jsnu.v3i1.778","url":null,"abstract":"Public street lighting is a vital facility to improve traffic safety, and driving especially at night, and can make road users more careful and feel safe from criminal acts. Data for planning were obtained from field observation methods and calculation methods. For field observation data, the data taken was in the form of: length and width of the road, width of the road shoulders, distance between power poles, distance between power poles and the road and supporting data in the form of AHSP, and results of questionnaires and interviews with the village. For data calculations in the form of: light intensity, illumination, luminance, efficacy, distance between PJUs, number of PJU points, electrical power, electrical energy, the angle of inclination of the ornament handlebars and RAB. With a road width of 4.07 m, a length of 3.7 km, and an average shoulder width of 2.07 m, it will be divided into 3 sessions per village. Based on the calculations, the following results are obtained; for session 1 the 50 Watt LED light, the distance from the PJU pole to the road is 1 m, the pole height is 7 m, the arm length is 2 m, the slope of the handlebar ornament is 8.506 o, the light intensity is 437.9 cd, the illumination is 8.18 lux, the illumination is 0.65 cd /m, the distance between the PJU poles is 40 m, the electric power is 1.7 kW, the RAB is Rp. 368,780,000.00. Session 2 40 Watt LED lights, distance from the PJU pole to the road 0.7 m, pole height 7 m, arm length 1 m, handlebar tilt 14 o, light intensity 350.3 cd, illumination 6.29 lux, luminance 0.50 cd/m, the distance between the PJU poles is 50 m, the electric power is 1.12 kW, the RAB is Rp. 311,490,000.00. Session 3 40 Watt LED lights, distance from the PJU pole to the road 1 m, pole height 7 m, arm length 2 m, handlebar tilt 8.506 o, light intensity 350.3 cd, illumination 6.54 lux, luminance 0.52 cd/ m, the distance between the PJU poles is 50 m, the electric power is 0.56 kW, the RAB is Rp. 158,680,000.00. With the PJU planning study for each per-village session passed by section 48, it is hoped that this can be taken into consideration and can assist the village in submitting PJU construction to the Blitar Regency Transportation Service.","PeriodicalId":391514,"journal":{"name":"Journal of Science Nusantara","volume":"92 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123776600","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sepak bola adalah salah satu olahraga terpopuler di semua negara. Sepak bola memiliki pengaruh dalam berbagai aspek kehidupan seperti sosial, religi, politik, dan ekonomi. . Intensitas industri sepak bola tertinggi ialah terjadi di Liga Premier Inggris. Liga Premier Inggris memiliki sistem liga yang baik dan dijadikan pedoman oleh liga-liga di negara lain. Liga Primer Inggris (English Premier League), merupakan liga sepakbola paling kompetitif di dunia pada musim kompetisi 2019/2020. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara performa pemain dengan market value dan Salary pemain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan interpretasi korelasi kanonikal yang dilakukan dengan tiga koefisien yaitu Canonical Weight, Canonical Loadings dan Canonical Cross-Loadingsl bisa disimpulkan bahwa memang ada interaksi antara variabel independen (Goal, Assist, Passing, Penampilan, Umur dan Koefisien Tim) terhadap Market Value dan Salary pemain sepakbola Liga Premier Inggris tahun 2019/2020. Variabel yang memiliki pengaruh paling kuat yakni variabel Goal karena memberikan besaran angka korelasi yang paling tinggi yaitu sebesar 0,76146 yang artinya memberikan hubungan paling erat atau memberikan pengaruh paling besar terhadap parameter market value dan salary pemain Liga Premier Inggris tahun 2019/2020.
{"title":"Analisis Korelasi Kanonik Performa Pemain terhadap Market Value dan Salary Pemain Liga Primer Inggris 2019/2020","authors":"Risang Narendra","doi":"10.28926/jsnu.v2i4.667","DOIUrl":"https://doi.org/10.28926/jsnu.v2i4.667","url":null,"abstract":"Sepak bola adalah salah satu olahraga terpopuler di semua negara. Sepak bola memiliki pengaruh dalam berbagai aspek kehidupan seperti sosial, religi, politik, dan ekonomi. . Intensitas industri sepak bola tertinggi ialah terjadi di Liga Premier Inggris. Liga Premier Inggris memiliki sistem liga yang baik dan dijadikan pedoman oleh liga-liga di negara lain. Liga Primer Inggris (English Premier League), merupakan liga sepakbola paling kompetitif di dunia pada musim kompetisi 2019/2020. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara performa pemain dengan market value dan Salary pemain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan interpretasi korelasi kanonikal yang dilakukan dengan tiga koefisien yaitu Canonical Weight, Canonical Loadings dan Canonical Cross-Loadingsl bisa disimpulkan bahwa memang ada interaksi antara variabel independen (Goal, Assist, Passing, Penampilan, Umur dan Koefisien Tim) terhadap Market Value dan Salary pemain sepakbola Liga Premier Inggris tahun 2019/2020. Variabel yang memiliki pengaruh paling kuat yakni variabel Goal karena memberikan besaran angka korelasi yang paling tinggi yaitu sebesar 0,76146 yang artinya memberikan hubungan paling erat atau memberikan pengaruh paling besar terhadap parameter market value dan salary pemain Liga Premier Inggris tahun 2019/2020.","PeriodicalId":391514,"journal":{"name":"Journal of Science Nusantara","volume":"58 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121943128","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
G20 adalah organisasi yang terdiri dari negara-negara dengan perekonomian besar di dunia yang terdiri dari 19 negara utama dan satu organisasi regional yaitu Uni Eropa Terdapat satu hal yang dipahami bersama.negara-negara yang tergabung dalam G20 perlu memberikan dampak dan berkontribusi pada perekonomian serta menjaga stabilitas keuangan dunia. Negara G20 adalah negara yang masuk dalam 20 besar ekonomi dunia. Hal ini bisa terindikasi dari PDB setiap anggota G20. Perlu diketahui hubungan dari faktor-faktor perubahan PDB di suatu negara, maka dihimpunlah data yang terdiri dari 7 negara anggota G20, yaitu: Australia; China; India; Indonesia; Jerman; Perancis; dan Rusia periode 2017-2021 dari laman world bank. Beberapa variabel yang diperoleh, yaitu: Produk Domestik Bruto (PDB); jumlah ekspor; jumlah angkatan kerja; dan tingkat inflasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model apakah yang tepat untuk menggambarkan faktor-faktor pengaruh PDB dan bagaimana pengaruh faktor-faktor tersebut. hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu . Secara simultan atau bersama-sama, variabel angkaan kerja, ekspor dan tingkat inflasi berPengaruh signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
{"title":"Model Faktor yang Mempengaruhi Produk Domestik Bruto (PDB) Menggunakan Regresi Data Panel","authors":"Rachmadania Akbarita","doi":"10.28926/jsnu.v2i4.672","DOIUrl":"https://doi.org/10.28926/jsnu.v2i4.672","url":null,"abstract":"G20 adalah organisasi yang terdiri dari negara-negara dengan perekonomian besar di dunia yang terdiri dari 19 negara utama dan satu organisasi regional yaitu Uni Eropa Terdapat satu hal yang dipahami bersama.negara-negara yang tergabung dalam G20 perlu memberikan dampak dan berkontribusi pada perekonomian serta menjaga stabilitas keuangan dunia. Negara G20 adalah negara yang masuk dalam 20 besar ekonomi dunia. Hal ini bisa terindikasi dari PDB setiap anggota G20. Perlu diketahui hubungan dari faktor-faktor perubahan PDB di suatu negara, maka dihimpunlah data yang terdiri dari 7 negara anggota G20, yaitu: Australia; China; India; Indonesia; Jerman; Perancis; dan Rusia periode 2017-2021 dari laman world bank. Beberapa variabel yang diperoleh, yaitu: Produk Domestik Bruto (PDB); jumlah ekspor; jumlah angkatan kerja; dan tingkat inflasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model apakah yang tepat untuk menggambarkan faktor-faktor pengaruh PDB dan bagaimana pengaruh faktor-faktor tersebut. hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu . Secara simultan atau bersama-sama, variabel angkaan kerja, ekspor dan tingkat inflasi berPengaruh signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).","PeriodicalId":391514,"journal":{"name":"Journal of Science Nusantara","volume":"48 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131830954","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Potensi bentang alam, keanekaragaman hayati dan keunikan Gunung Bromo, Gunung Tengger dan Gunung Semeru mengharuskan kawasan tersebut untuk dikelola sebagai cagar alam. Kawasan tersebut merupakan kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Perencanaan pengelolaan kawasan ini perlu diarahkan dan efektif untuk mencapai fungsi cagar alam. Rencana tersebut dikembangkan antara tahun 1995 dan 2020. Merevisi rencana pengelolaan Taman Nasional Tengger Semeru memerlukan pertimbangan faktor-faktor berikut: proses alam dan faktor eksternal Status sosial yang tinggi adalah dasar untuk mencapai penilaian RPTN. Perubahan RPTN dapat dilakukan dengan Peraturan Menteri Kehutanan P.41/Menhut-II/2008 tentang Pedoman Perencanaan Pengelolaan Cagar Alam dan Kawasan Lindung, namun persyaratan evaluasi perencanaan tersebut tidak lagi terpenuhi untuk kondisinya saat ini (Pasal 39). Penelitian ini menggunakan metode survei, penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Dengan beberapa tahapan yaitu; fase pengumpulan dan pengumpulan data, fase analisis data, fase persiapan konsep, fase evaluasi sketsa desain dan simulasi, fase menggambar desain sebagai dokumen rencana spesifikasi desain. Luaran dari penelitian ini adalah analisis studi kelayakan yang hasilnya berupa rencana pembangunan daerah yang lebih terarah dan terarah serta dapat memberikan wawasan tentang pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya untuk mengembangkan potensi ekonomi daerah untuk pengembangan Bromo. Tengger Semeru sebagai Kawasan wisata taman nasional.
{"title":"Studi Kelayakan Sarpras TNBTS Bromo Tengger Semeru Kab. Malang, Pasuruan, Probolinggo Jawa Timur","authors":"Enggal Chairyadi Mulyono","doi":"10.28926/jsnu.v2i4.657","DOIUrl":"https://doi.org/10.28926/jsnu.v2i4.657","url":null,"abstract":"Potensi bentang alam, keanekaragaman hayati dan keunikan Gunung Bromo, Gunung Tengger dan Gunung Semeru mengharuskan kawasan tersebut untuk dikelola sebagai cagar alam. Kawasan tersebut merupakan kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Perencanaan pengelolaan kawasan ini perlu diarahkan dan efektif untuk mencapai fungsi cagar alam. Rencana tersebut dikembangkan antara tahun 1995 dan 2020. Merevisi rencana pengelolaan Taman Nasional Tengger Semeru memerlukan pertimbangan faktor-faktor berikut: proses alam dan faktor eksternal Status sosial yang tinggi adalah dasar untuk mencapai penilaian RPTN. Perubahan RPTN dapat dilakukan dengan Peraturan Menteri Kehutanan P.41/Menhut-II/2008 tentang Pedoman Perencanaan Pengelolaan Cagar Alam dan Kawasan Lindung, namun persyaratan evaluasi perencanaan tersebut tidak lagi terpenuhi untuk kondisinya saat ini (Pasal 39). Penelitian ini menggunakan metode survei, penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Dengan beberapa tahapan yaitu; fase pengumpulan dan pengumpulan data, fase analisis data, fase persiapan konsep, fase evaluasi sketsa desain dan simulasi, fase menggambar desain sebagai dokumen rencana spesifikasi desain. Luaran dari penelitian ini adalah analisis studi kelayakan yang hasilnya berupa rencana pembangunan daerah yang lebih terarah dan terarah serta dapat memberikan wawasan tentang pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya untuk mengembangkan potensi ekonomi daerah untuk pengembangan Bromo. Tengger Semeru sebagai Kawasan wisata taman nasional.","PeriodicalId":391514,"journal":{"name":"Journal of Science Nusantara","volume":"42 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129619869","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstrak Simpang empat bersinyal Jalan Tanjung, Jalan Aryo Blitar, dan Jalan Bengawan Solo, Pakunden Kota Blitar merupakan jalur utama yang menghubungkan wilayah Kota Blitar ke daerah lainnya seperti Kabupaten Kediri dan Kabupaten Malang. Kondisi eksisting simpang empat bersinyal ini merupakan wilayah komersial dan pemukiman yang dapat menimbulkan kepadatan simpang pada jam tertentu. Tujuan dilakukan studi ini yaitu mengetahui kinerja simpang empat bersinyal di Simpang Pakunden pada kondisi eksisting serta sepuluh tahun yang akan datang serta solusi penanganan kinerja simpang tersebut. Pengolahan data dilakukan menggunakan metode SIG yang mengacu pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia MKJI 1997 yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga. Pengambilan data dilakukan selama 5 hari di pagi, siang, dan sore selama 2 jam di tiap periode waktu. Data yang diperoleh nantinya berupa data primer dan sekunder yaitu data primer berupa data kondisi geometrik jalan, data volume lalu lintas, data waktu sinyal sedangkan data sekunder berupa data jumlah penduduk dan data peta wilayah yang dibutuhkan untuk memperhitungkan nilai derajat kejenuhan, panjang antrian, tundaan, waktu siklus serta tingkat pelayanan pada masing-masing lengan simpang empat bersinyal di Simpang Pakunden. Hasil analisis dan perhitungan kondisi eksisting simpang pakunden sudah memenuhi standart MKJI 1997 yaitu < 0,85 pada semua pedekat, namun masih terdapat panjang antrian yang belum terurai oleh karena itu, solusi penanganan simpang menggunakan alternatif II yaitu perubahan fase sinyal dari 4 fase menjadi 3 fase yang dapat menurunkan jumlah antrian di semua pendekat simpang. Hasil prediksi dengan metode trend linier dan proyeksi geometri pertumbuhan penduduk dan jumlah kendaraan serta pertumbuhan arus lalu lintas dari tahun 2022 hingga 2031 cukup signifikan. Katakunci: Kinerja, Simpang Empat Bersinyal, MKJI 1997
{"title":"Evaluasi Kinerja Simpang Empat Bersinyal Pada Persimpangan Jalan Tanjung - Jalan Aryo Blitar - Jalan Bengawan Solo","authors":"Ardhian Setya Pratama, Tonny Hermawanto, Rahayu isnin Astuti","doi":"10.28926/jsnu.v2i4.609","DOIUrl":"https://doi.org/10.28926/jsnu.v2i4.609","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Simpang empat bersinyal Jalan Tanjung, Jalan Aryo Blitar, dan Jalan Bengawan Solo, Pakunden Kota Blitar merupakan jalur utama yang menghubungkan wilayah Kota Blitar ke daerah lainnya seperti Kabupaten Kediri dan Kabupaten Malang. Kondisi eksisting simpang empat bersinyal ini merupakan wilayah komersial dan pemukiman yang dapat menimbulkan kepadatan simpang pada jam tertentu. Tujuan dilakukan studi ini yaitu mengetahui kinerja simpang empat bersinyal di Simpang Pakunden pada kondisi eksisting serta sepuluh tahun yang akan datang serta solusi penanganan kinerja simpang tersebut. Pengolahan data dilakukan menggunakan metode SIG yang mengacu pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia MKJI 1997 yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga. Pengambilan data dilakukan selama 5 hari di pagi, siang, dan sore selama 2 jam di tiap periode waktu. Data yang diperoleh nantinya berupa data primer dan sekunder yaitu data primer berupa data kondisi geometrik jalan, data volume lalu lintas, data waktu sinyal sedangkan data sekunder berupa data jumlah penduduk dan data peta wilayah yang dibutuhkan untuk memperhitungkan nilai derajat kejenuhan, panjang antrian, tundaan, waktu siklus serta tingkat pelayanan pada masing-masing lengan simpang empat bersinyal di Simpang Pakunden. Hasil analisis dan perhitungan kondisi eksisting simpang pakunden sudah memenuhi standart MKJI 1997 yaitu < 0,85 pada semua pedekat, namun masih terdapat panjang antrian yang belum terurai oleh karena itu, solusi penanganan simpang menggunakan alternatif II yaitu perubahan fase sinyal dari 4 fase menjadi 3 fase yang dapat menurunkan jumlah antrian di semua pendekat simpang. Hasil prediksi dengan metode trend linier dan proyeksi geometri pertumbuhan penduduk dan jumlah kendaraan serta pertumbuhan arus lalu lintas dari tahun 2022 hingga 2031 cukup signifikan. \u0000Katakunci: Kinerja, Simpang Empat Bersinyal, MKJI 1997","PeriodicalId":391514,"journal":{"name":"Journal of Science Nusantara","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133037184","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstrak IDCS adalah sensor kapasitif dengan ukuran kecil dan tipis yang digunakan untuk mengukur permitivitas bahan. Jenis bahan yang dapat diukur meliputi zat cair, gas dan zat padat yang berbentuk serbuk. IDCS terdiri dari lapisan tembaga yang memiliki pola atau konfigurasi seperti sisir yang menempel pada lapisan substrat FR-4. Konfigurasi tersebut meliputi lebar electrode (a), jarak antara dua electrode (b), panjang electrode (L) dan jumlah electrode (N). setiap komponen tersebut memiliki pengaruh terhadap hasil pengukuran permitivitas bahan. Sehingga untuk mendapatkan alat ukur permitivitas yang optimum maka diperlukan penelitian tentang masing-masing pengaruh dari komponen tersebut. Penelitian ini membahas tentang pengaruh jumlah elektrode pada konfigurasi sensor IDCS. Variasi jumlah elektroda ysng digunakan yaitu 3, 4, 5, 6, dan 7. Jumlah tersebut mengacu pada hasil optimasi menggunakan metode Particle Swam Optimization (PSO). Konfigurasi yang paling optimum diperoleh dari hasil pengukuran dengan eror yang terkecil. Kesimpulan pada penelitian ini yaitu semakin besar jumlah elektroda maka semakin besar pula kapasitansinya. Nilai kapasitansi tidak berbanding lurus dengan nilai permitivitas, hal ini disebabkan oleh konfigurasi IDCS yang berbeda. Pada pengukuran permitivitas udara, parafin dan glycerol terdapat 1 kesamaan yaitu konfigurasi yang memiliki eror terkecil adalah N6 dengan a = b = 2 mm, L= 5 cm, N = 6 dan h = 1µm. Katakunci: IDCS, kapasitor, permitivitas
抽象IDCS是kapasitif传感器和薄的体积小,用来测量permitivitas材料。可测量的物质包括熔融、气体和固体的粉状物质。IDCS铜层组成的有像梳子一样附着在配置模式或层基质FR-4。这些配置包括electrode (a)宽,两个electrode (b)之间的距离,长electrode electrode数量(L)和(N)。每部分材料permitivitas测量结果有一定的影响。所以为了得到最佳的仪表permitivitas那么每个组件的影响的研究是必要的。这项研究讨论IDCS传感器配置elektrode数量的影响。即使用电极ysng数量变化3、4、5、6和7。这个数字是指利用PSO的粒子优化方法产生的优化结果。从测量结果获得最佳配置最最小的错误。这项研究的结论是,电极的体积越大,电容器的体积就越大。电容的值不与软态值成正比,这是由不同的IDCS配置引起的。在permitivitas测量空气,石蜡和glycerol有一个共同点,即配置有最小的错误是N6 a = b = 2毫米,L = 5厘米(2英寸),N = 6 h = 1µm。文字:id,电容器,忏悔
{"title":"Pengaruh Jumlah Elektrode Pada Konfigurasi Sensor IDCS Terhadap Pengukuran Permitivitas Parafin dan Glycerol","authors":"Ulfatul Khasanah","doi":"10.28926/jsnu.v2i4.611","DOIUrl":"https://doi.org/10.28926/jsnu.v2i4.611","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000IDCS adalah sensor kapasitif dengan ukuran kecil dan tipis yang digunakan untuk mengukur permitivitas bahan. Jenis bahan yang dapat diukur meliputi zat cair, gas dan zat padat yang berbentuk serbuk. IDCS terdiri dari lapisan tembaga yang memiliki pola atau konfigurasi seperti sisir yang menempel pada lapisan substrat FR-4. Konfigurasi tersebut meliputi lebar electrode (a), jarak antara dua electrode (b), panjang electrode (L) dan jumlah electrode (N). setiap komponen tersebut memiliki pengaruh terhadap hasil pengukuran permitivitas bahan. Sehingga untuk mendapatkan alat ukur permitivitas yang optimum maka diperlukan penelitian tentang masing-masing pengaruh dari komponen tersebut. Penelitian ini membahas tentang pengaruh jumlah elektrode pada konfigurasi sensor IDCS. Variasi jumlah elektroda ysng digunakan yaitu 3, 4, 5, 6, dan 7. Jumlah tersebut mengacu pada hasil optimasi menggunakan metode Particle Swam Optimization (PSO). Konfigurasi yang paling optimum diperoleh dari hasil pengukuran dengan eror yang terkecil. Kesimpulan pada penelitian ini yaitu semakin besar jumlah elektroda maka semakin besar pula kapasitansinya. Nilai kapasitansi tidak berbanding lurus dengan nilai permitivitas, hal ini disebabkan oleh konfigurasi IDCS yang berbeda. Pada pengukuran permitivitas udara, parafin dan glycerol terdapat 1 kesamaan yaitu konfigurasi yang memiliki eror terkecil adalah N6 dengan a = b = 2 mm, L= 5 cm, N = 6 dan h = 1µm. \u0000 \u0000Katakunci: IDCS, kapasitor, permitivitas","PeriodicalId":391514,"journal":{"name":"Journal of Science Nusantara","volume":"41 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128217283","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui performans reproduksi induk sapi potong di Kota Blitar. Penelitian ini menggunakan metode studi lapang dengan alat pengambil data yaitu kuisioner. Teknik wawancara kepada peternak secara langsung berdasarkan kuisioner adalah teknik yang digunakan untuk mendapatkan data primer. Data sekunder diperoleh dari catatan (recording) peternak dan petugas inseminator. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian ini adalah nilai S/C (1,89±1,01; DO (92,57±36,81) hari dan CI (373,12±29,23) hari. Kesimpulannya bahwa performans reproduksi induk sapi potong di Kota Blitar adalah baik.dilihat dari nilai S/C dan DO yang sesuai dengan standar nilai normal. Sedangkan nilai CI masih kurang baik.
{"title":"Performans Reproduksi Induk Sapi Potong di Kota Blitar","authors":"Nita Opi Ari Kustanti","doi":"10.28926/jsnu.v2i4.656","DOIUrl":"https://doi.org/10.28926/jsnu.v2i4.656","url":null,"abstract":"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui performans reproduksi induk sapi potong di Kota Blitar. Penelitian ini menggunakan metode studi lapang dengan alat pengambil data yaitu kuisioner. Teknik wawancara kepada peternak secara langsung berdasarkan kuisioner adalah teknik yang digunakan untuk mendapatkan data primer. Data sekunder diperoleh dari catatan (recording) peternak dan petugas inseminator. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian ini adalah nilai S/C (1,89±1,01; DO (92,57±36,81) hari dan CI (373,12±29,23) hari. Kesimpulannya bahwa performans reproduksi induk sapi potong di Kota Blitar adalah baik.dilihat dari nilai S/C dan DO yang sesuai dengan standar nilai normal. Sedangkan nilai CI masih kurang baik. \u0000 ","PeriodicalId":391514,"journal":{"name":"Journal of Science Nusantara","volume":"18 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121257490","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Proses perencanaan hingga pengendalian proyek selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi merupakan kegiatan penting dari suatu proyek. Keberhasilan atau kegagalan dari suatu proyek dapat disebabkan perencanaan yang tidak matang serta pengendalian yang kurang efektif, sehingga kegiatan proyek tidak efisien. Hal tersebut akan mengakibatkan keterlambatan, menurunnya kualitas, dan meningkatnya biaya pelaksanaan. Waktu kerja manajemen proyek dibatasi oleh jadwal yang ditentukan sehingga pimpinan yang terlibat dalam proyek harus dapat mengantisipasi perubahan kondisi yang terjadi. Metode CPM dapat digunakan untuk mengatur waktu penyelesaian proyek dengan lebih efisien dan efektif. Untuk dapat mengurangi dampak keterlambatan dapat diusulkan proses crashing dengan tiga alternatif pengendalian; penambahan tenaga kerja, kerja lembur, dan subkontrak. Percepatan durasi dilakukan pada pekerjaan- pekerjaan yang ada di lintasan kritis dan jumlah pemendekkan durasi tiap pekerjaan pada masing-masing alternatif disamakan. Dalam penelitian ini metode CPM ditujukan untuk mencari peluang dan probabilitas penyelesaian proyek. Batas waktu penyelesaian proyek adalah 120 hari, dan telah dilaksanakan kegiatan konstruksi hingga 127 hari, kemudian dilakukan percepatan durasi 118 hari. Disimpulkan dari segi waktu, metode CPM dapat mengalami percepatan selama 9 hari dibanding pelaksanaan pekerjaan dan mengalami percepatan selama 2 hari dibanding jadwal rencana.
{"title":"ANALISIS KETERLAMBATAN WAKTU PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR KELURAHAN GEDOG KOTA BLITAR DENGAN METODE NETWORK CPM (CRITICAL PATH METHOD)","authors":"Yesi Nidya P.B.W.","doi":"10.28926/jsnu.v2i3.526","DOIUrl":"https://doi.org/10.28926/jsnu.v2i3.526","url":null,"abstract":"Proses perencanaan hingga pengendalian proyek selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi merupakan kegiatan penting dari suatu proyek. Keberhasilan atau kegagalan dari suatu proyek dapat disebabkan perencanaan yang tidak matang serta pengendalian yang kurang efektif, sehingga kegiatan proyek tidak efisien. Hal tersebut akan mengakibatkan keterlambatan, menurunnya kualitas, dan meningkatnya biaya pelaksanaan. Waktu kerja manajemen proyek dibatasi oleh jadwal yang ditentukan sehingga pimpinan yang terlibat dalam proyek harus dapat mengantisipasi perubahan kondisi yang terjadi. Metode CPM dapat digunakan untuk mengatur waktu penyelesaian proyek dengan lebih efisien dan efektif. Untuk dapat mengurangi dampak keterlambatan dapat diusulkan proses crashing dengan tiga alternatif pengendalian; penambahan tenaga kerja, kerja lembur, dan subkontrak. Percepatan durasi dilakukan pada pekerjaan- pekerjaan yang ada di lintasan kritis dan jumlah pemendekkan durasi tiap pekerjaan pada masing-masing alternatif disamakan. Dalam penelitian ini metode CPM ditujukan untuk mencari peluang dan probabilitas penyelesaian proyek. Batas waktu penyelesaian proyek adalah 120 hari, dan telah dilaksanakan kegiatan konstruksi hingga 127 hari, kemudian dilakukan percepatan durasi 118 hari. Disimpulkan dari segi waktu, metode CPM dapat mengalami percepatan selama 9 hari dibanding pelaksanaan pekerjaan dan mengalami percepatan selama 2 hari dibanding jadwal rencana.","PeriodicalId":391514,"journal":{"name":"Journal of Science Nusantara","volume":"30 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-11-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129961192","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
This study was intended to obtain feed with the best energy level to improve the quality of native chicken semen. This study is a biological study with 4 levels of metabolic energy (2700; 2750; 2800 and 2850 kcal/kg) using a completely randomized design (CRD) where each treatment was repeated 5 times. Each treatment used 1 native male chicken that was 80 weeks old and in good health. Increasing energy level in feed significantly (p<0.05) increased semen volume; very significant (p<0.01) improved color and increased semen consistency; but not significant (p>0.05) the effect on semen pH. The average volume of semen obtained ranged from 0.45-1.30ml; semen color score 2.25-3.00; semen consistency score 2.25-3.00 and semen pH 7.83-8.50. Increasing the energy level in the feed can improve the quality of native chicken semen. The best feed to improve the quality of native chicken semen is feed with a metabolic energy of 2850 kcal/kg.
{"title":"Perbaikan Kualitas Semen Ayam Kampung Melalui Peningkatan Energi Metabolisme Pakan","authors":"Nining Haryuni, Lestariningsih Lestariningsih, Binti Khopsoh","doi":"10.28926/jsnu.v2i3.548","DOIUrl":"https://doi.org/10.28926/jsnu.v2i3.548","url":null,"abstract":"This study was intended to obtain feed with the best energy level to improve the quality of native chicken semen. This study is a biological study with 4 levels of metabolic energy (2700; 2750; 2800 and 2850 kcal/kg) using a completely randomized design (CRD) where each treatment was repeated 5 times. Each treatment used 1 native male chicken that was 80 weeks old and in good health. Increasing energy level in feed significantly (p<0.05) increased semen volume; very significant (p<0.01) improved color and increased semen consistency; but not significant (p>0.05) the effect on semen pH. The average volume of semen obtained ranged from 0.45-1.30ml; semen color score 2.25-3.00; semen consistency score 2.25-3.00 and semen pH 7.83-8.50. Increasing the energy level in the feed can improve the quality of native chicken semen. The best feed to improve the quality of native chicken semen is feed with a metabolic energy of 2850 kcal/kg.","PeriodicalId":391514,"journal":{"name":"Journal of Science Nusantara","volume":"17 4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-10-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128252397","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}