This article explains how ethics communicates on social media in the eyes of Islam. Advances in technology and speed in accessing current information make the community enthusiastic in using gadgets with social media applications such as Facebook, Instagram, line, Twitter and other applications. Many positive impacts that we can take from these social media applications such as obtaining information, creating relationships and others. The emergence of hoaxes and cyberbullying is a social media. The current phenomenon, a number of hate speech on religious sentiment, the critical theory of Jurgen Habermas who is about to penetrate reality through his critical theory as a sociological fact, to find a transcsedative condition that transcends Empirical data. The rise of Hatespeech and cyberbullying is social, so we need ethics in order to be able to use social media by bringing benefits to others
{"title":"POLA KOMUNIKASI HATESPEECH DAN CYBERBULLYING DI MEDIA SOSIAL","authors":"Rama wijaya Kesuma Wardani, Marisa Deza Febriyeni, Nurlila Kamsi","doi":"10.32332/ATH_THARIQ.V4I1.2060","DOIUrl":"https://doi.org/10.32332/ATH_THARIQ.V4I1.2060","url":null,"abstract":"This article explains how ethics communicates on social media in the eyes of Islam. Advances in technology and speed in accessing current information make the community enthusiastic in using gadgets with social media applications such as Facebook, Instagram, line, Twitter and other applications. Many positive impacts that we can take from these social media applications such as obtaining information, creating relationships and others. The emergence of hoaxes and cyberbullying is a social media. The current phenomenon, a number of hate speech on religious sentiment, the critical theory of Jurgen Habermas who is about to penetrate reality through his critical theory as a sociological fact, to find a transcsedative condition that transcends Empirical data. The rise of Hatespeech and cyberbullying is social, so we need ethics in order to be able to use social media by bringing benefits to others","PeriodicalId":446749,"journal":{"name":"Ath Thariq Jurnal Dakwah dan Komunikasi","volume":"33 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131758364","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-08-30DOI: 10.32332/ATH_THARIQ.V4I1.1667
Ahmad Farhan Choirullah
Abstrak Kajian ini bertujuan untuk menjelaskan secara rinci tentang nilai-nilai religius yang terdapat di dalam kisah perjuangan dakwah Nabi Nuh As perspektif al-Qur’an. Metodologi yang digunakan dalam kajian ini analisis deskriptif untuk menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an dan penafsiran para ‘ulama. Adapun hasil yang ditemukan dalam kajian ini mengungkap bahwa keimanan harus tertanam kuat di dalam diri manusia karena ia merupakan generator utama yang membangkitkan seluruh aktivitas kehidupan manusia di dunia. Untuk meraih kesuksesan dalam hidup manusia harus mampu bersikap sabar, optimis, kerja keras dan berserah diri kepada Tuhan. Sikap semacam ini pernah dipraktikkan oleh Nabi Nuh As dalam menjalankan misi dakwah kepada kaumnya yang mengingkari eksistensi Tuhan dan kerasulan dirinya. Selain itu, kajian ini juga mengungkap bahwa sikap arogan menjadi pintu utama penyebab bagi manusia timbulnya perilaku diskriminasi di antara sesama manusia. Hal ini tentunya dapat merusak sistem kehidupan sosial yang pada akhirnya berimplikasi kepada kehancuran yang nyata. Kata Kunci: Nilai Religius, Dakwah, Nabi Nuh As, Perjuangan, Al-Qur’an.
{"title":"NILAI-NILAI RELIGIUS DALAM KISAH PERJUANGAN DAKWAH NABI NUH AS PERSPEKTIF AL-QUR’AN","authors":"Ahmad Farhan Choirullah","doi":"10.32332/ATH_THARIQ.V4I1.1667","DOIUrl":"https://doi.org/10.32332/ATH_THARIQ.V4I1.1667","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Kajian ini bertujuan untuk menjelaskan secara rinci tentang nilai-nilai religius yang terdapat di dalam kisah perjuangan dakwah Nabi Nuh As perspektif al-Qur’an. Metodologi yang digunakan dalam kajian ini analisis deskriptif untuk menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an dan penafsiran para ‘ulama. Adapun hasil yang ditemukan dalam kajian ini mengungkap bahwa keimanan harus tertanam kuat di dalam diri manusia karena ia merupakan generator utama yang membangkitkan seluruh aktivitas kehidupan manusia di dunia. Untuk meraih kesuksesan dalam hidup manusia harus mampu bersikap sabar, optimis, kerja keras dan berserah diri kepada Tuhan. Sikap semacam ini pernah dipraktikkan oleh Nabi Nuh As dalam menjalankan misi dakwah kepada kaumnya yang mengingkari eksistensi Tuhan dan kerasulan dirinya. Selain itu, kajian ini juga mengungkap bahwa sikap arogan menjadi pintu utama penyebab bagi manusia timbulnya perilaku diskriminasi di antara sesama manusia. Hal ini tentunya dapat merusak sistem kehidupan sosial yang pada akhirnya berimplikasi kepada kehancuran yang nyata. \u0000Kata Kunci: Nilai Religius, Dakwah, Nabi Nuh As, Perjuangan, Al-Qur’an.","PeriodicalId":446749,"journal":{"name":"Ath Thariq Jurnal Dakwah dan Komunikasi","volume":"37 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131221167","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-08-27DOI: 10.32332/ATH_THARIQ.V4I1.2110
B. Ariyanto, Hemlan Elhany
Proses penyesuaian terhadap budaya memiliki cara dan perilaku alamiah yang memperhatikan konteks masyarakat beda budaya. Komunikasi sebagai langkah awal dalam menjalin proses pembelajaran terhadap budaya masyarakat beragam. Tujuan dalam penelitian ini untuk menelaah budaya komunikasi di lingkungan manusia gerobak. Teori yang digunakan yaitu dengan mengambil studi kasus sebagai kacamata dalam melihat objek penelitian sebagai suatu kasus yang menarik dalam perspektif budaya komunikasi. Metode yang digunakan yaitu metode kualitatif dengan mengumpulkan data-data yang kemudian dianalisis dengan langkah-langkah atau prosedur kualitatif. Hasilnya menunjukkan bahwa terjadi jalinan budaya komunikasi antara pemulung maupun pengepul yang berasal dari berbagai daerah.Meskipun mereka memiliki budaya dan bahasa masing-masing, serta peran yang berbeda, namun tetap mampu menempatkan diri pada lingkungan. Hal inilah yang dapat mengurangi munculnya konflik beda budaya.
{"title":"BUDAYA KOMUNIKASI MANUSIA GEROBAK","authors":"B. Ariyanto, Hemlan Elhany","doi":"10.32332/ATH_THARIQ.V4I1.2110","DOIUrl":"https://doi.org/10.32332/ATH_THARIQ.V4I1.2110","url":null,"abstract":"Proses penyesuaian terhadap budaya memiliki cara dan perilaku alamiah yang memperhatikan konteks masyarakat beda budaya. Komunikasi sebagai langkah awal dalam menjalin proses pembelajaran terhadap budaya masyarakat beragam. Tujuan dalam penelitian ini untuk menelaah budaya komunikasi di lingkungan manusia gerobak. Teori yang digunakan yaitu dengan mengambil studi kasus sebagai kacamata dalam melihat objek penelitian sebagai suatu kasus yang menarik dalam perspektif budaya komunikasi. Metode yang digunakan yaitu metode kualitatif dengan mengumpulkan data-data yang kemudian dianalisis dengan langkah-langkah atau prosedur kualitatif. Hasilnya menunjukkan bahwa terjadi jalinan budaya komunikasi antara pemulung maupun pengepul yang berasal dari berbagai daerah.Meskipun mereka memiliki budaya dan bahasa masing-masing, serta peran yang berbeda, namun tetap mampu menempatkan diri pada lingkungan. Hal inilah yang dapat mengurangi munculnya konflik beda budaya.","PeriodicalId":446749,"journal":{"name":"Ath Thariq Jurnal Dakwah dan Komunikasi","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122488970","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-08-24DOI: 10.32332/ATH_THARIQ.V4I1.2026
R. Santoso, Fathul Mu’in
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin pesat berdampak positif dan negatif. Kabar maupun info yang dikeluarkan oleh individu maupun badan usaha melalui media sosial dan elektronik dapat mempengaruhi emosi, perasaan, pikiran bahkan tindakan seseorang atau kelompok agama.Kemajuan teknologi yang tidak bisa terbendung ini membuat bangsa ini menghadapi disrupsi (disruption). Adanya revolusi industri ini mendorong terjadinya disrupsi dalam berbagai bidang termasuk kehidupan bernegara dan bernegara. Jika hal ini tidak direspon dengan tepat dan cepat oleh pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya, dampak negatif yang ditimbulkan akan sangat buruk. Salah satu langkah efektif dalam merespons kemajuan teknologi dan era disrupsi informasi tersebut sudah direspon dan diambil oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) baik di pusat hingga daerah.Penelitian ini tergolong dalam penelitian kepustakaan atau library research yang menggunakan metode pendekatan yuridis normative. Penelitian ini menyimpulkan bahwa MUI Lampung berhasil menjawab tantangan era disrupsi informasi melalui media yang dibangun dan dikembangkan seperti website www.mui-lampung.or.id, buletin Al-Ukhuwah, channel youtube MUI Lampung Online, Fans Page, Faceebook dan Twitter MUI Lampung serta Instagram @muilampung_online. Peran sang Ketua Umum KH. Khairuddin Tahmid selama memimpin MUI Lampung turut mewarnai media sosial dan media cetak di Lampung karena selalu menjadi narasumber rujukan menyangkut isu-isu sosial, politik dan keagamaan yang sedang berkembang di masyarakat.
{"title":"PERAN MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) LAMPUNG MENGHADAPI ERA DISRUPSI INFORMASI","authors":"R. Santoso, Fathul Mu’in","doi":"10.32332/ATH_THARIQ.V4I1.2026","DOIUrl":"https://doi.org/10.32332/ATH_THARIQ.V4I1.2026","url":null,"abstract":"Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin pesat berdampak positif dan negatif. Kabar maupun info yang dikeluarkan oleh individu maupun badan usaha melalui media sosial dan elektronik dapat mempengaruhi emosi, perasaan, pikiran bahkan tindakan seseorang atau kelompok agama.Kemajuan teknologi yang tidak bisa terbendung ini membuat bangsa ini menghadapi disrupsi (disruption). Adanya revolusi industri ini mendorong terjadinya disrupsi dalam berbagai bidang termasuk kehidupan bernegara dan bernegara. Jika hal ini tidak direspon dengan tepat dan cepat oleh pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya, dampak negatif yang ditimbulkan akan sangat buruk. \u0000 Salah satu langkah efektif dalam merespons kemajuan teknologi dan era disrupsi informasi tersebut sudah direspon dan diambil oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) baik di pusat hingga daerah.Penelitian ini tergolong dalam penelitian kepustakaan atau library research yang menggunakan metode pendekatan yuridis normative. Penelitian ini menyimpulkan bahwa MUI Lampung berhasil menjawab tantangan era disrupsi informasi melalui media yang dibangun dan dikembangkan seperti website www.mui-lampung.or.id, buletin Al-Ukhuwah, channel youtube MUI Lampung Online, Fans Page, Faceebook dan Twitter MUI Lampung serta Instagram @muilampung_online. Peran sang Ketua Umum KH. Khairuddin Tahmid selama memimpin MUI Lampung turut mewarnai media sosial dan media cetak di Lampung karena selalu menjadi narasumber rujukan menyangkut isu-isu sosial, politik dan keagamaan yang sedang berkembang di masyarakat.","PeriodicalId":446749,"journal":{"name":"Ath Thariq Jurnal Dakwah dan Komunikasi","volume":"20 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134338436","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-08-06DOI: 10.32332/ath_thariq.v3i1.1378
Hemlan Elhany
Immediately, after the Prophet Muhammad received the revelation he began his prophetic mission. Through a very heavy struggle, for 13 years in Mecca, he only gained followers of no more than 100 people. After migrating to Medina, he gained a lot of sympathy and followers, even able to build a free and independent Islamic community under the leadership of the Prophet. In this city of Medina, in less than two years, he has published a charter which regulates the life and relationships between such diverse communities. The charter is known as the Charter of Medina (Shohifah-Madinah). In the 10-year period the Prophet in Medina had built a (civilized) society, civil society. In this country of Medina, for Muslims, the Prophet Muhammad is everything. He is the Apostle of Allah with authority based on prophethood as well as community leader and head of state, head of government. He became the leader of God's decree. As a leader sharing decisions is taken through deliberation, and if the decision is determined based on his personal instincts he always controls by divine revelation. The Qur'an is a perfect norm of life for mankind. In there are concepts about ethics, politics, economics, and society. There are a number of verses that contain instructions and guidelines in the life of society and the state, in terms of leadership and government.
{"title":"KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM SERTA PRINSIP-PRINSIP PEMERINTAHAN DALAM AL-QURAN","authors":"Hemlan Elhany","doi":"10.32332/ath_thariq.v3i1.1378","DOIUrl":"https://doi.org/10.32332/ath_thariq.v3i1.1378","url":null,"abstract":"Immediately, after the Prophet Muhammad received the revelation he began his prophetic mission. Through a very heavy struggle, for 13 years in Mecca, he only gained followers of no more than 100 people. After migrating to Medina, he gained a lot of sympathy and followers, even able to build a free and independent Islamic community under the leadership of the Prophet. In this city of Medina, in less than two years, he has published a charter which regulates the life and relationships between such diverse communities. The charter is known as the Charter of Medina (Shohifah-Madinah). In the 10-year period the Prophet in Medina had built a (civilized) society, civil society. In this country of Medina, for Muslims, the Prophet Muhammad is everything. He is the Apostle of Allah with authority based on prophethood as well as community leader and head of state, head of government. He became the leader of God's decree. As a leader sharing decisions is taken through deliberation, and if the decision is determined based on his personal instincts he always controls by divine revelation. The Qur'an is a perfect norm of life for mankind. In there are concepts about ethics, politics, economics, and society. There are a number of verses that contain instructions and guidelines in the life of society and the state, in terms of leadership and government.","PeriodicalId":446749,"journal":{"name":"Ath Thariq Jurnal Dakwah dan Komunikasi","volume":"326 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132773416","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-08-02DOI: 10.32332/ath_thariq.v3i1.1379
G. Gunawan
Pemakaian kata modern (dari bahasa Inggris), modernisme atau modernisasi selama ini sudah sangat populer dan semua kalangan terdidik atau intelektual nampaknya sudah paham tentang makna peristilahan dimaksud. Ungkapan kata itu akan mengait pada makna-makna tertentu yang bisa sama tetapi bisa juga berbeda sesuai aksentuasi (penekanan) masalah, tujuan dan asumsi peristilahan yang digunakan terutama dalam pengambilan istilah tersebut. Sedangkan modern dalam peristilahan Arab dikenal dengan tajdid yang artinya dalam bahasa Indonesia adalah pembaruan. Konteks pemikiran modern dalam Islam, merupakan suatu wacana yang mengawali perubahan mendasar bagi Islam sebagai suatu nilai ajaran dan umatnya sebagai pembuat arus perubahan tersebut. Modernisme dalam khazanah masyarakat Barat mengandung makna pikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk mengubah paham-paham, adat istiadat, institusi- institusi lama dan sebagainya untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Modern Nilai- nilai modernisasi Islam mempunyai pengurus besar dalam kehidupan umat islam sehingga akibat gerakan pembaharuan yang di cetuskan dan di perjuangkan oleh pembaharuan tersirat di kalangan Negara-negara Islam, maka timbulah rasa kesadaran bagi umat Islam untuk mengikuti gerakan pembaharuan tersebut. Sehingga membuat suatu kebangkitan dunia Islam baik dalam bidang IPTEK, Pendidikan Politik, sekaligus tumbuh gerakan menentang penjajahan.
{"title":"PETA KEMUNCULAN PEMIKIRAN MODERN DALAM ISLAM","authors":"G. Gunawan","doi":"10.32332/ath_thariq.v3i1.1379","DOIUrl":"https://doi.org/10.32332/ath_thariq.v3i1.1379","url":null,"abstract":"Pemakaian kata modern (dari bahasa Inggris), modernisme atau modernisasi selama ini sudah sangat populer dan semua kalangan terdidik atau intelektual nampaknya sudah paham tentang makna peristilahan dimaksud. Ungkapan kata itu akan mengait pada makna-makna tertentu yang bisa sama tetapi bisa juga berbeda sesuai aksentuasi (penekanan) masalah, tujuan dan asumsi peristilahan yang digunakan terutama dalam pengambilan istilah tersebut. Sedangkan modern dalam peristilahan Arab dikenal dengan tajdid yang artinya dalam bahasa Indonesia adalah pembaruan. \u0000Konteks pemikiran modern dalam Islam, merupakan suatu wacana yang mengawali perubahan mendasar bagi Islam sebagai suatu nilai ajaran dan umatnya sebagai pembuat arus perubahan tersebut. Modernisme dalam khazanah masyarakat Barat mengandung makna pikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk mengubah paham-paham, adat istiadat, institusi- institusi lama dan sebagainya untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Modern \u0000Nilai- nilai modernisasi Islam mempunyai pengurus besar dalam kehidupan umat islam sehingga akibat gerakan pembaharuan yang di cetuskan dan di perjuangkan oleh pembaharuan tersirat di kalangan Negara-negara Islam, maka timbulah rasa kesadaran bagi umat Islam untuk mengikuti gerakan pembaharuan tersebut. Sehingga membuat suatu kebangkitan dunia Islam baik dalam bidang IPTEK, Pendidikan Politik, sekaligus tumbuh gerakan menentang penjajahan.","PeriodicalId":446749,"journal":{"name":"Ath Thariq Jurnal Dakwah dan Komunikasi","volume":"79 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124105986","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-07-04DOI: 10.32332/ath_thariq.v3i1.1383
R. Romli
Kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawakan banyak perubahan bagi masyarakat, baik cara berfikir sikap maupun tingkah laku, kemajuan teknologi dan pengetahuan telah membuat umat manusia lebih sempurna dan menguasai, mengelola alam untuk kepentingan dan kesejahteraan hidup manusia tetapi dimensi lain kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi justru telah menimbulkan hasil- hasil atau ikutan yang tidak dikehendaki. Konsep dasar dakwah islam era global adalah pentingnya dakwah islam terlebih dahulu harus diketahui arti pentingnya dakwah terutama oleh para pelaksananya karena untuk mencapai suatu tujuan harus mengerti dahulu tujuan yang harus di capai, oleh karena itu penguasaan arti pentingnya dakwah islam sangat diperlukan, seperti suatu usaha atau proses yang dilakukan adalah mengajak umat islam kejalan allah memperbaiki situasi yang lebih baik, yang bersifat pembinaan dan pengembangan, Key Word dakwah Islam, Era Global.
{"title":"Dakwah Islam Era Globalisasi","authors":"R. Romli","doi":"10.32332/ath_thariq.v3i1.1383","DOIUrl":"https://doi.org/10.32332/ath_thariq.v3i1.1383","url":null,"abstract":"Kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawakan banyak perubahan bagi masyarakat, baik cara berfikir sikap maupun tingkah laku, kemajuan teknologi dan pengetahuan telah membuat umat manusia lebih sempurna dan menguasai, mengelola alam untuk kepentingan dan kesejahteraan hidup manusia tetapi dimensi lain kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi justru telah menimbulkan hasil- hasil atau ikutan yang tidak dikehendaki. \u0000Konsep dasar dakwah islam era global adalah pentingnya dakwah islam terlebih dahulu harus diketahui arti pentingnya dakwah terutama oleh para pelaksananya karena untuk mencapai suatu tujuan harus mengerti dahulu tujuan yang harus di capai, oleh karena itu penguasaan arti pentingnya dakwah islam sangat diperlukan, seperti suatu usaha atau proses yang dilakukan adalah mengajak umat islam kejalan allah memperbaiki situasi yang lebih baik, yang bersifat pembinaan dan pengembangan, Key Word dakwah Islam, Era Global.","PeriodicalId":446749,"journal":{"name":"Ath Thariq Jurnal Dakwah dan Komunikasi","volume":"68 2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125574440","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-26DOI: 10.32332/ATH_THARIQ.V3I1.1032
Aliyandi Aiylandi
Penggunaan agama sebagai sistem acuan nilai bagi sikap dan tindakkan, dapat mengarah kepada peneguhan integrasi, khususnya pada masyarakat yang beragama homogen dan yang memahaminya secara homogen pula. Namun, konflik (atau bahkan disentegrasi) bisa terjadi bila kelompok tertentu pada masyarakat tersebut mengembangkan paham atau aliran keagamaan baru yang cenderung mengembangkan sistem acuan nilai tersendiri. Dalam situasi inilah biasanya muncul ketidakrukunan dikalangan pemeluk satu agama. Pada masyarakat yang hetrogen dari segi agama. Penggunaan agama sebagai sistem acuan nilai, dapat mengarah pada konflik dan disintegrasi sosial, kecuali apabila masing masing agama dapat mengembangkan penafsiran keagamaan yang mempertemukan kesamaan yang terdapat pada masing masing sistem acuan.
{"title":"DIALOG ANTAR UMAT BERAGAMA DALAM MENANGGULANGI KONFLIK","authors":"Aliyandi Aiylandi","doi":"10.32332/ATH_THARIQ.V3I1.1032","DOIUrl":"https://doi.org/10.32332/ATH_THARIQ.V3I1.1032","url":null,"abstract":" Penggunaan agama sebagai sistem acuan nilai bagi sikap dan tindakkan, dapat mengarah kepada peneguhan integrasi, khususnya pada masyarakat yang beragama homogen dan yang memahaminya secara homogen pula. Namun, konflik (atau bahkan disentegrasi) bisa terjadi bila kelompok tertentu pada masyarakat tersebut mengembangkan paham atau aliran keagamaan baru yang cenderung mengembangkan sistem acuan nilai tersendiri. Dalam situasi inilah biasanya muncul ketidakrukunan dikalangan pemeluk satu agama. Pada masyarakat yang hetrogen dari segi agama. Penggunaan agama sebagai sistem acuan nilai, dapat mengarah pada konflik dan disintegrasi sosial, kecuali apabila masing masing agama dapat mengembangkan penafsiran keagamaan yang mempertemukan kesamaan yang terdapat pada masing masing sistem acuan.","PeriodicalId":446749,"journal":{"name":"Ath Thariq Jurnal Dakwah dan Komunikasi","volume":"8 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124186735","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-17DOI: 10.32332/ATH_THARIQ.V3I1.1385
rodiah sari anwar
Hasan Albanna was the founding figure of the Muslim Brotherhood, he grew up in the city of Delta Egypt, Muhammadiyah. His father was a parasier, and the ulama, as was common in Egyptian society, Hasan followed in his father's footsteps. Hasan Albanna studied and received religious education from his father. At the age of 12, Hasan Albanna entered elementary school. Hasan Albanna then joined the group, namely the munkar prevention group. This association emphasizes explaining Islamic rituals and morality completely, and sends letters of threat to those found to violate Islamic standards. The view of the Muslim Brotherhood of da'wah is compensitive and universal, Islamic da'wah is not limited to only one not just so that each side gets a balanced portion, but Islamic da'wah affirms all sides and tries to make it happen both mind, spiritually, heart and body . The aspects of Islamic da'wah that are of concern are thought, morals, jihad, social politics, and culture.
{"title":"SEJARAH PERKEMBANGAN IKHWANUL MUSLIMIN DAN DAKWAHNYA","authors":"rodiah sari anwar","doi":"10.32332/ATH_THARIQ.V3I1.1385","DOIUrl":"https://doi.org/10.32332/ATH_THARIQ.V3I1.1385","url":null,"abstract":"Hasan Albanna was the founding figure of the Muslim Brotherhood, he grew up in the city of Delta Egypt, Muhammadiyah. His father was a parasier, and the ulama, as was common in Egyptian society, Hasan followed in his father's footsteps. Hasan Albanna studied and received religious education from his father. At the age of 12, Hasan Albanna entered elementary school. Hasan Albanna then joined the group, namely the munkar prevention group. This association emphasizes explaining Islamic rituals and morality completely, and sends letters of threat to those found to violate Islamic standards. \u0000The view of the Muslim Brotherhood of da'wah is compensitive and universal, Islamic da'wah is not limited to only one not just so that each side gets a balanced portion, but Islamic da'wah affirms all sides and tries to make it happen both mind, spiritually, heart and body . The aspects of Islamic da'wah that are of concern are thought, morals, jihad, social politics, and culture.","PeriodicalId":446749,"journal":{"name":"Ath Thariq Jurnal Dakwah dan Komunikasi","volume":"31 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129539524","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-10DOI: 10.32332/ATH_THARIQ.V3I1.1256
Nurkholis Nurkholis
Care and healing patients in hospitals is not just a matter of medical care, more than that requires a holistic-comprehensive approach covering the spiritual aspects of patients. The importance of spiritual aspects in supporting the healing of patients cannot be negotiated anymore, because patients in hospitals, especially inpatients with acute illness not only suffer from various physical ailments but they also experience various stresses and spiritual mental disorders from mild to severe as the result of his illness. Patients who suffer from severe illness experience various anxieties, fears, as well as patients who will face surgery and post-surgery, patients who face critical moments such as facing death, dying, is not the realm of medical care issues alone, but it really needs assistance, services, and spiritual assistance. This study tries to apply a communication model carried out by spiritual guidance (Binroh) to patients in the Islamic Hospital and Muhammadiyah Metro Hospital. This research aims to determine the application of interpersonal communication models of spiritual guidance (binroh) at Islamic Hospital and Muhammadiyah Metro Hospital to the healing of patients, as well as the results achieved in the application of interpersonal communication in both hospitals. This research uses a qualitative approach. Terminologically qualitative research is research that produces descriptive data in the form of written or oral words from people or observable behavior. Qualitative research methods seek to understand and interpret the meaning of an event in human behavior interactions in certain situations. Researchers in this case make direct observations in the process of fostering patients by spiritual staff in Islamic Hospital and Muhammadiyah Metro Hospital.
{"title":"PENERAPAN MODEL KOMUNIKASI INTERPERSONAL TERHADAP PENYEMBUHAN PASIEN (STUDI PADA RUMAH SAKIT ISLAM METRO DAN RSU MUHAMMADIYAH METRO)","authors":"Nurkholis Nurkholis","doi":"10.32332/ATH_THARIQ.V3I1.1256","DOIUrl":"https://doi.org/10.32332/ATH_THARIQ.V3I1.1256","url":null,"abstract":"Care and healing patients in hospitals is not just a matter of medical care, more than that requires a holistic-comprehensive approach covering the spiritual aspects of patients. The importance of spiritual aspects in supporting the healing of patients cannot be negotiated anymore, because patients in hospitals, especially inpatients with acute illness not only suffer from various physical ailments but they also experience various stresses and spiritual mental disorders from mild to severe as the result of his illness. Patients who suffer from severe illness experience various anxieties, fears, as well as patients who will face surgery and post-surgery, patients who face critical moments such as facing death, dying, is not the realm of medical care issues alone, but it really needs assistance, services, and spiritual assistance. This study tries to apply a communication model carried out by spiritual guidance (Binroh) to patients in the Islamic Hospital and Muhammadiyah Metro Hospital. This research aims to determine the application of interpersonal communication models of spiritual guidance (binroh) at Islamic Hospital and Muhammadiyah Metro Hospital to the healing of patients, as well as the results achieved in the application of interpersonal communication in both hospitals. \u0000This research uses a qualitative approach. Terminologically qualitative research is research that produces descriptive data in the form of written or oral words from people or observable behavior. Qualitative research methods seek to understand and interpret the meaning of an event in human behavior interactions in certain situations. Researchers in this case make direct observations in the process of fostering patients by spiritual staff in Islamic Hospital and Muhammadiyah Metro Hospital.","PeriodicalId":446749,"journal":{"name":"Ath Thariq Jurnal Dakwah dan Komunikasi","volume":"76 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133848498","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}