Pub Date : 2023-11-29DOI: 10.36490/journal-jps.com.v6i4.330
Lulu Ilma Khoirun Nissa, Yayuk Putri Rahayu, D. E. P. Mambang, Anny Sartika Daulay
Ayam merupakan salah satu sumber protein hewani bagi manusia. Daging ayam secara umum memiliki kandungan lemak tidak jenuh, daging ayam juga memiliki tekstur daging yang kompak dan proteinnya sederhana sehingga mudah dicerna. Namun daging ayam juga dapat tercemar bakteri patogen Salmonella sp. yang dapat menyebabkan penyakit tipes atau demam tifoid yang terkontaminasi dari kurangnya kebersihan dan hygienitas pedagang atau lingkungannya. Dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengidentifikasi keberadaan bakteri patogen Salmonella sp. dan menganalisis nilai cemaran bakteri patogen Salmonella sp. memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) yaitu negatif/25g pada daging ayam potong Pasar Tradisional, Pasar Modern, dan merek terkenal di Kota Medan serta menentukan nilai Prevalensi bakteri Salmonella sp. Metode Penelitian Total Plate Count (TPC). Untuk menghitung serta mengetahui keberadaan bakteri dalam suatu sampel uji, maka terlebih dahulu dilakukan uji identifikasi adanya keberadaan bakteri patogen Salmonella sp. dan untuk mengetahui jumlah nilai cemaran menggunakan Total Plate Count (TPC), kemudian diidentifikasi menggunakan uji pewarnaan gram, uji biokimia yang meliputi ; uji indol, uji MRVP, uji sitrat, uji urea, uji TSIA, dan uji LIA. Kemudian yang terakhir menentukan nilai Prevalensi bakteri Salmonella sp.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel daging ayam potong Pasar Tradisional dan Pasar Modern positif adanya keberadaan bakteri patogen Salmonella sp. dengan memperoleh Subgenus Salmonella Typhymurium pada N2H8 kode sampel APTL dan APTB, N3H15 kode sampel APTL, APTB, APMI serta memperoleh Subgenus Salmonella Thypi pada N3H15 kode sampel APMS dan nilai cemaran bakteri patogen Salmonella sp. melebihi ambang batas dan tidak memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) yaitu negatif/25g. Dan nilai prevalensi yang diperoleh bakteri patogen Salmonella sp. pada daging ayam potong di Pasar Tradisional, Pasar Modern, dan merek terkenal secara berturut turut adalah 75%, 50%, dan 0%.
{"title":"Prevalensi bakteri Salmonella sp. pada daging ayam potong di pasar tradisional, pasar modern, dan merek terkenal di kota Medan.","authors":"Lulu Ilma Khoirun Nissa, Yayuk Putri Rahayu, D. E. P. Mambang, Anny Sartika Daulay","doi":"10.36490/journal-jps.com.v6i4.330","DOIUrl":"https://doi.org/10.36490/journal-jps.com.v6i4.330","url":null,"abstract":"Ayam merupakan salah satu sumber protein hewani bagi manusia. Daging ayam secara umum memiliki kandungan lemak tidak jenuh, daging ayam juga memiliki tekstur daging yang kompak dan proteinnya sederhana sehingga mudah dicerna. Namun daging ayam juga dapat tercemar bakteri patogen Salmonella sp. yang dapat menyebabkan penyakit tipes atau demam tifoid yang terkontaminasi dari kurangnya kebersihan dan hygienitas pedagang atau lingkungannya. Dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengidentifikasi keberadaan bakteri patogen Salmonella sp. dan menganalisis nilai cemaran bakteri patogen Salmonella sp. memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) yaitu negatif/25g pada daging ayam potong Pasar Tradisional, Pasar Modern, dan merek terkenal di Kota Medan serta menentukan nilai Prevalensi bakteri Salmonella sp. Metode Penelitian Total Plate Count (TPC). Untuk menghitung serta mengetahui keberadaan bakteri dalam suatu sampel uji, maka terlebih dahulu dilakukan uji identifikasi adanya keberadaan bakteri patogen Salmonella sp. dan untuk mengetahui jumlah nilai cemaran menggunakan Total Plate Count (TPC), kemudian diidentifikasi menggunakan uji pewarnaan gram, uji biokimia yang meliputi ; uji indol, uji MRVP, uji sitrat, uji urea, uji TSIA, dan uji LIA. Kemudian yang terakhir menentukan nilai Prevalensi bakteri Salmonella sp.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel daging ayam potong Pasar Tradisional dan Pasar Modern positif adanya keberadaan bakteri patogen Salmonella sp. dengan memperoleh Subgenus Salmonella Typhymurium pada N2H8 kode sampel APTL dan APTB, N3H15 kode sampel APTL, APTB, APMI serta memperoleh Subgenus Salmonella Thypi pada N3H15 kode sampel APMS dan nilai cemaran bakteri patogen Salmonella sp. melebihi ambang batas dan tidak memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) yaitu negatif/25g. Dan nilai prevalensi yang diperoleh bakteri patogen Salmonella sp. pada daging ayam potong di Pasar Tradisional, Pasar Modern, dan merek terkenal secara berturut turut adalah 75%, 50%, dan 0%.","PeriodicalId":504388,"journal":{"name":"Journal of Pharmaceutical and Sciences","volume":"6 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139212905","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Daun gendola (Basella alba Linn var. rubra) telah lama dimanfaatkan sebagai alternatif pengobatan dalam mengatasi berbagai penyakit infeksi bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menentukan potensi aktivitas antibakteri paling baik dari tiga ekstrak daun gendola yang berbeda, yaitu ekstrak n-heksana, ekstrak etil asetat, dan ekstrak etanol 70% terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium yang melibatkan ekstraksi maserasi dengan tiga pelarut berbeda dan pengujian aktivitas antibakteri dengan metode difusi sumuran. Masing-masing ekstrak diuji pada lima konsentrasi yang berbeda (20%, 40%, 60%, 80%, dan 100% b/v) dan dibandingkan dengan kontrol positif kloramfenikol 0,3% b/v serta kontrol negatif DMSO 10% v/v. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya ekstrak n-heksana yang tidak memiliki aktivitas antibakteri. Sementara itu, ekstrak etil asetat dan ekstrak etanol 70% menunjukkan aktivitas antibakteri yang lebih efektif terhadap Staphylococcus aureus dibandingkan Escherichia coli, dengan potensi aktivitas antibakteri yang paling baik dimiliki oleh ekstrak etil asetat.
长期以来,根多拉叶(Basella alba Linn var. rubra)一直被用作治疗各种细菌感染性疾病的替代疗法。本研究旨在评估和确定三种不同的根多拉叶提取物(即正己烷提取物、乙酸乙酯提取物和 70% 乙醇提取物)对金黄色葡萄球菌和大肠杆菌的最佳潜在抗菌活性。这项研究采用的实验室实验方法包括用三种不同的溶剂进行浸渍萃取,并用点滴扩散法进行抗菌活性测试。每种提取物都以五种不同的浓度(20%、40%、60%、80% 和 100% b/v)进行测试,并与阳性对照氯霉素 0.3% b/v 和阴性对照 DMSO 10% v/v 进行比较。结果表明,只有正己烷提取物没有抗菌活性。同时,乙酸乙酯提取物和 70% 乙醇提取物对金黄色葡萄球菌的抗菌活性高于对大肠杆菌的抗菌活性,其中乙酸乙酯提取物的潜在抗菌活性最强。
{"title":"Potensi antibakteri ekstrak daun gendola (Basella alba Linn var. rubra) terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus","authors":"Diah Muldianah, Marsah Rahmawati Utami, Jekmal Malau","doi":"10.36490/journal-jps.com.v6i4.308","DOIUrl":"https://doi.org/10.36490/journal-jps.com.v6i4.308","url":null,"abstract":"Daun gendola (Basella alba Linn var. rubra) telah lama dimanfaatkan sebagai alternatif pengobatan dalam mengatasi berbagai penyakit infeksi bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menentukan potensi aktivitas antibakteri paling baik dari tiga ekstrak daun gendola yang berbeda, yaitu ekstrak n-heksana, ekstrak etil asetat, dan ekstrak etanol 70% terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium yang melibatkan ekstraksi maserasi dengan tiga pelarut berbeda dan pengujian aktivitas antibakteri dengan metode difusi sumuran. Masing-masing ekstrak diuji pada lima konsentrasi yang berbeda (20%, 40%, 60%, 80%, dan 100% b/v) dan dibandingkan dengan kontrol positif kloramfenikol 0,3% b/v serta kontrol negatif DMSO 10% v/v. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya ekstrak n-heksana yang tidak memiliki aktivitas antibakteri. Sementara itu, ekstrak etil asetat dan ekstrak etanol 70% menunjukkan aktivitas antibakteri yang lebih efektif terhadap Staphylococcus aureus dibandingkan Escherichia coli, dengan potensi aktivitas antibakteri yang paling baik dimiliki oleh ekstrak etil asetat.","PeriodicalId":504388,"journal":{"name":"Journal of Pharmaceutical and Sciences","volume":"34 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139215827","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-11-24DOI: 10.36490/journal-jps.com.v6i4.324
Cindy Widya Rosa Br Simarmata, Haris Munandar Nasution, M. P. Nasution, Yayuk Putri Rahayu
Di Indonesia tanaman pepaya sangat lah banyak dijumpai dibeberapa daerah terdapat dari sabang sampai Merauke. Sebagai salah satu negara tropis, hampir semua pelosok negeri Indonesia terdapat pepaya dengan beragam bentuk dan jenis yang berbeda–beda. Daun pepaya (Carica papaya L.) mempunyai kandungan senyawa tanin, alkaloid, flavonoid, terpenoid, dan saponin yang berperan sebagai antiparasit. dan tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui hasil golongan senyawa kimia yang terdapat pada daun pepaya (Carica papaya L.) Untuk mengetahui karakteristik isolat dari ekstrak n-heksana daun pepaya (Carica papaya L.) dengan spektrofotometri UV dan spektrofotometri IR. Penelitian ini meliputi pembuatan simplisia dari daun pepaya, lalu skrining fitokimia, kemudian karakterisasi simplisia selanjutnya pembuatan ekstrak dari simplisia daun papaya, setelah itu analisis ekstrak dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT), selanjutnya dilakukan isolasi secara kromatografi kolom (KK), uji kemurnian dengan kromatografi lapis tipis (KLT) dua arah dan isolasi yang diperoleh diidentifikasi secara spektrofotometri ultraviolet (UV) dan sprktrofotometri inframerah (IR). Hasil karakterisasi simplisia Carica papaya L di peroleh kadar air 4% , kadar sari larut dalam air 16,64% , kadar sari larut dalam etanol 11,6% , kadar abu total, 9,88% kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,66% , hasil skrining fitokimia simplisia Carica papaya L. mengandung senyawa steroid/triterpenoid, alkaloid, flavonoid, saponin., tannin. Hasil analisis isolat menunjukkan bahwa isolate yang diperoleh adalah senyawa golongan steroid/triterpenoid berwarna violet dan isolat yang diperoleh dianalisis secara spektrofotometri sinar UV memberikan absorbansi pada Panjang gelombang 207, nm menunjukkan ada gugus kromofor dan hasil spektrofotometri IR diketahui adannya gugus O-H, C-H alifatis, CH2, CH3, C=O dan C-O
{"title":"Skrining fitokimia dan isolasi senyawa steroid/triterpenoid dari ekstrak n-heksana daun Pepaya (Carrica papaya L)","authors":"Cindy Widya Rosa Br Simarmata, Haris Munandar Nasution, M. P. Nasution, Yayuk Putri Rahayu","doi":"10.36490/journal-jps.com.v6i4.324","DOIUrl":"https://doi.org/10.36490/journal-jps.com.v6i4.324","url":null,"abstract":"Di Indonesia tanaman pepaya sangat lah banyak dijumpai dibeberapa daerah terdapat dari sabang sampai Merauke. Sebagai salah satu negara tropis, hampir semua pelosok negeri Indonesia terdapat pepaya dengan beragam bentuk dan jenis yang berbeda–beda. Daun pepaya (Carica papaya L.) mempunyai kandungan senyawa tanin, alkaloid, flavonoid, terpenoid, dan saponin yang berperan sebagai antiparasit. dan tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui hasil golongan senyawa kimia yang terdapat pada daun pepaya (Carica papaya L.) Untuk mengetahui karakteristik isolat dari ekstrak n-heksana daun pepaya (Carica papaya L.) dengan spektrofotometri UV dan spektrofotometri IR. Penelitian ini meliputi pembuatan simplisia dari daun pepaya, lalu skrining fitokimia, kemudian karakterisasi simplisia selanjutnya pembuatan ekstrak dari simplisia daun papaya, setelah itu analisis ekstrak dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT), selanjutnya dilakukan isolasi secara kromatografi kolom (KK), uji kemurnian dengan kromatografi lapis tipis (KLT) dua arah dan isolasi yang diperoleh diidentifikasi secara spektrofotometri ultraviolet (UV) dan sprktrofotometri inframerah (IR). Hasil karakterisasi simplisia Carica papaya L di peroleh kadar air 4% , kadar sari larut dalam air 16,64% , kadar sari larut dalam etanol 11,6% , kadar abu total, 9,88% kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,66% , hasil skrining fitokimia simplisia Carica papaya L. mengandung senyawa steroid/triterpenoid, alkaloid, flavonoid, saponin., tannin. Hasil analisis isolat menunjukkan bahwa isolate yang diperoleh adalah senyawa golongan steroid/triterpenoid berwarna violet dan isolat yang diperoleh dianalisis secara spektrofotometri sinar UV memberikan absorbansi pada Panjang gelombang 207, nm menunjukkan ada gugus kromofor dan hasil spektrofotometri IR diketahui adannya gugus O-H, C-H alifatis, CH2, CH3, C=O dan C-O","PeriodicalId":504388,"journal":{"name":"Journal of Pharmaceutical and Sciences","volume":"4 2 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139238658","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-11-22DOI: 10.36490/journal-jps.com.v6i4.306
Lastri Afni, Anny Sartika Daulay, Ridwanto Ridwanto, Yayuk Putri Rahayu
Banyak masyarakat Indonesia yang menggunakan atau memanfaat kan tumbuhan sebagai obat tradisional, salah satu tumbuhan yang memiliki manfaat yang banyak adalah kulit kayu raru (Cotylelobium lanceolatum Craib) yang digunakan sebagai obat tradisional dalam berbagai penyakit seperti diare, malaria dan diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui golongan senyawa apa saja yang terdapat pada ekstrak kulit kayu raru dan untuk mengetahui nilai kadar fenolik total yang terkandung dalam ekstrak kulit kayu raru dalam berbagai konsentrasi (96%, 70%, 50%).Tahapan penelitian ini meliputi pengolahan bahan tumbuhan, pembuatan ekstrak etanol kulit kayu raru, pemeriksaan karakterisasi, skrinning fitokimia dan penetapan kadar fenolik total ekstrak kulit kayu raru berdasarkan perbedaan konsentrasi etanol dengan metode spektrofotometri UV-Vis.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit kayu raru mengandung senyawa flavonoid, tannin, saponin, steroid, fenolik. Penentuan kadar fenolik total dengan menentukan panjang gelombang maksimum asam galat dan perhitungan kadar fenolik total dengan metode spektrofotometri UV-Vis. Hasil penentuan kadar fenolik total ekstrak etanol kulit kayu raru pada konsentrasi 96%; 28,6544±0,1548 mgGAE/g, 70%; 23,9682±0,1270 mgGAE/g, 50%; 20,5825±0,1993 mgGAE/g,maka kadar fenolik yang paling baik menghasilkan kadar fenolik total yaitu ekstrak etanol kulit kayu raru (Cotylelobium lanceolatum Craib) konsentrasi 96%.
{"title":"Penetapan kadar fenolik total ekstrak kayu raru (Cotylelobium lanceolatum Craib) berdasarkan perbedaan konsentrasi etanol dengan metode spektrofotometri UV-Vis","authors":"Lastri Afni, Anny Sartika Daulay, Ridwanto Ridwanto, Yayuk Putri Rahayu","doi":"10.36490/journal-jps.com.v6i4.306","DOIUrl":"https://doi.org/10.36490/journal-jps.com.v6i4.306","url":null,"abstract":"Banyak masyarakat Indonesia yang menggunakan atau memanfaat kan tumbuhan sebagai obat tradisional, salah satu tumbuhan yang memiliki manfaat yang banyak adalah kulit kayu raru (Cotylelobium lanceolatum Craib) yang digunakan sebagai obat tradisional dalam berbagai penyakit seperti diare, malaria dan diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui golongan senyawa apa saja yang terdapat pada ekstrak kulit kayu raru dan untuk mengetahui nilai kadar fenolik total yang terkandung dalam ekstrak kulit kayu raru dalam berbagai konsentrasi (96%, 70%, 50%).Tahapan penelitian ini meliputi pengolahan bahan tumbuhan, pembuatan ekstrak etanol kulit kayu raru, pemeriksaan karakterisasi, skrinning fitokimia dan penetapan kadar fenolik total ekstrak kulit kayu raru berdasarkan perbedaan konsentrasi etanol dengan metode spektrofotometri UV-Vis.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit kayu raru mengandung senyawa flavonoid, tannin, saponin, steroid, fenolik. Penentuan kadar fenolik total dengan menentukan panjang gelombang maksimum asam galat dan perhitungan kadar fenolik total dengan metode spektrofotometri UV-Vis. Hasil penentuan kadar fenolik total ekstrak etanol kulit kayu raru pada konsentrasi 96%; 28,6544±0,1548 mgGAE/g, 70%; 23,9682±0,1270 mgGAE/g, 50%; 20,5825±0,1993 mgGAE/g,maka kadar fenolik yang paling baik menghasilkan kadar fenolik total yaitu ekstrak etanol kulit kayu raru (Cotylelobium lanceolatum Craib) konsentrasi 96%.","PeriodicalId":504388,"journal":{"name":"Journal of Pharmaceutical and Sciences","volume":"33 2","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139248812","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-11-20DOI: 10.36490/journal-jps.com.v6i4.305
Elma Natasya, Anny Sartika Daulay, Ridwanto Ridwanto, Yayuk Putri Rahayu
Pemanfaatan tumbuhan obat tradisional untuk penyembuhan, merupakan bentuk pengobatan tertua di dunia. Salah satu tanaman yang mempunyai banyak manfaat dan mengandung kandungan senyawa metabolit sekunder yaitu kulit kayu raru (Cotylelobium lanceolatum Craib) yang digunakan sebagai salah satu obat obat tradisional untuk penyakit seperti malaria, diare, serta diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui golongan senyawa apa saja yang terkandung dalam ekstrak kulit kayu raru dan untuk mengetahui nilai kadar flavonoid total yang terdapat pada ekstrak kulit kayu raru dalam berbagai perbedaan konsentrasi etanol (96%, 70%, 50%). Tahapan penelitian ini meliputi pengolahan bahan tumbuhan, pembuatan ekstrak etanol ekstrak kayu raru, pemeriksaan karakterisasi, skrining fitokimia dan penetapan kadar flavonoid total ekstrak etanol kulit kayu raru. Ekstrak kulit kayu raru dibuat dengan metode maserasi dengan menggunakan etanol 96%, 70%, 50% kemudian ekstrak yang diperoleh dipekatkan dengan rotary evaporator, Selanjutnya dilakukan penetapan kadar flavonoid total berdasarkan perbedaan konsentrasi etanol dengan menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit kayu raru mengandung senyawa alkaloid,flavonoid, saponin, tanin dan steroid. Penentuan kadar flavonoid total dengan menentukan panjang gelombang maksimum kuarsetin dan perhitungan dari kadar flavonoid total dengan metode spektrofotometri UV-Vis. Hasil dari penentuan kadar flavonoid total ekstrak etanol kulit kayu raru pada konsentrasi 96% yaitu 1,9915 ± 0,0139 mg QE/g, 70% yaitu 1,12492 ± 0,01532 mg QE/g, dan untuk 50% yaitu 0,95197 ± 0,01516 mg QE/g. Maka konsentrasi etanol yang paling baik menghasilkan kadar flavonoid adalah konsentrasi etanol 96% karena menghasilkan kadar yang lebih tinggi dari pada konsentrasi etanol lainnya.
{"title":"Penetapan kadar flavonoid total ekstrak kayu raru (Cotylelobium lanceolatum Craib) berdasarkan perbedaan konsentrasi etanol dengan metode spektrofotometri Uv-Vis","authors":"Elma Natasya, Anny Sartika Daulay, Ridwanto Ridwanto, Yayuk Putri Rahayu","doi":"10.36490/journal-jps.com.v6i4.305","DOIUrl":"https://doi.org/10.36490/journal-jps.com.v6i4.305","url":null,"abstract":"Pemanfaatan tumbuhan obat tradisional untuk penyembuhan, merupakan bentuk pengobatan tertua di dunia. Salah satu tanaman yang mempunyai banyak manfaat dan mengandung kandungan senyawa metabolit sekunder yaitu kulit kayu raru (Cotylelobium lanceolatum Craib) yang digunakan sebagai salah satu obat obat tradisional untuk penyakit seperti malaria, diare, serta diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui golongan senyawa apa saja yang terkandung dalam ekstrak kulit kayu raru dan untuk mengetahui nilai kadar flavonoid total yang terdapat pada ekstrak kulit kayu raru dalam berbagai perbedaan konsentrasi etanol (96%, 70%, 50%). Tahapan penelitian ini meliputi pengolahan bahan tumbuhan, pembuatan ekstrak etanol ekstrak kayu raru, pemeriksaan karakterisasi, skrining fitokimia dan penetapan kadar flavonoid total ekstrak etanol kulit kayu raru. Ekstrak kulit kayu raru dibuat dengan metode maserasi dengan menggunakan etanol 96%, 70%, 50% kemudian ekstrak yang diperoleh dipekatkan dengan rotary evaporator, Selanjutnya dilakukan penetapan kadar flavonoid total berdasarkan perbedaan konsentrasi etanol dengan menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit kayu raru mengandung senyawa alkaloid,flavonoid, saponin, tanin dan steroid. Penentuan kadar flavonoid total dengan menentukan panjang gelombang maksimum kuarsetin dan perhitungan dari kadar flavonoid total dengan metode spektrofotometri UV-Vis. Hasil dari penentuan kadar flavonoid total ekstrak etanol kulit kayu raru pada konsentrasi 96% yaitu 1,9915 ± 0,0139 mg QE/g, 70% yaitu 1,12492 ± 0,01532 mg QE/g, dan untuk 50% yaitu 0,95197 ± 0,01516 mg QE/g. Maka konsentrasi etanol yang paling baik menghasilkan kadar flavonoid adalah konsentrasi etanol 96% karena menghasilkan kadar yang lebih tinggi dari pada konsentrasi etanol lainnya.","PeriodicalId":504388,"journal":{"name":"Journal of Pharmaceutical and Sciences","volume":"28 12","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139254783","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-11-19DOI: 10.36490/journal-jps.com.v6i4.299
Muhammad Ari Mukhtizar, Haris Munandar Nasution, M. P. Nasution, Rafita Yuniarti
Tanaman Menteng yang termasuk dari keluarga Euphorbiaceae ini merupakan tanaman subtropik di dunia. Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa fenolik yang terdapat pada jaringan tanaman yang dapat berperan sebagai antioksidan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui golongan senyawa kimia yang terdapat pada kulit buah menteng dan mengetahui karakteristik flavonoid kulit buah secara Spektrofotometri UV dan Spektrofotometri IR. Skrining fitokimia menunjukkan positif alkaloid, flavonoid, steroid/triterpenoid, sedangkan tanin, saponin, glikosida negatif. Dari 400 gram simplisia dihasilkan 39,1 gram ekstrak kental. Karakterisasi kristal isolat Spektrofotometri UV menunjukkan panjang gelombang 280 nm yang disimpulkan merupakan flavonoid. Dan hasil Spektrofotometri IR menunjukkan gugus O-H, C-H alifatik, C=C aromatic, C=O, C-H, dan C-O.
{"title":"Skrining fitokimia dan isolasi senyawa flavonoid dari ekstrak etanol kulit buah menteng (Baccaurea racemosa (Reinw.) Müll.Arg)","authors":"Muhammad Ari Mukhtizar, Haris Munandar Nasution, M. P. Nasution, Rafita Yuniarti","doi":"10.36490/journal-jps.com.v6i4.299","DOIUrl":"https://doi.org/10.36490/journal-jps.com.v6i4.299","url":null,"abstract":"Tanaman Menteng yang termasuk dari keluarga Euphorbiaceae ini merupakan tanaman subtropik di dunia. Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa fenolik yang terdapat pada jaringan tanaman yang dapat berperan sebagai antioksidan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui golongan senyawa kimia yang terdapat pada kulit buah menteng dan mengetahui karakteristik flavonoid kulit buah secara Spektrofotometri UV dan Spektrofotometri IR. Skrining fitokimia menunjukkan positif alkaloid, flavonoid, steroid/triterpenoid, sedangkan tanin, saponin, glikosida negatif. Dari 400 gram simplisia dihasilkan 39,1 gram ekstrak kental. Karakterisasi kristal isolat Spektrofotometri UV menunjukkan panjang gelombang 280 nm yang disimpulkan merupakan flavonoid. Dan hasil Spektrofotometri IR menunjukkan gugus O-H, C-H alifatik, C=C aromatic, C=O, C-H, dan C-O.","PeriodicalId":504388,"journal":{"name":"Journal of Pharmaceutical and Sciences","volume":"39 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139259761","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-11-19DOI: 10.36490/journal-jps.com.v6i4.296
M. Mariyani, Ni nyoman Yuvita Yani, Ikhsan Hi. Amir Sene
Sebagai upaya untuk melindungi konsumen dari pelabelan halal palsu pada produk makanan, kosmetik maupun obat-obatan maka dibutuhkan suatu metode yang mampu menjamin kehalalan dari suatu produk. Daging babi menjadi salah satu jenis yang sering digunakan untuk mencampur dengan daging sapi dikarenakan kedua daging tersebut memiliki kemiripan secara fisik apabila tidak diperhatikan secara seksama. Analisis berbasis DNA yang sering digunakan untuk autentikasi halal yaitu metode real time PCR, sehingga pada penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa metode PCR konvensional mampu mendeteksi DNA pada konsentrasi yang sama. Penelitian ini menggunakan dua parameter yaitu uji spesifitas dilakukan menggunakan sampel DNA babi serta DNA sapi dan ayam sebagai pembanding. Parameter kedua yaitu uji batas deteksi pada DNA absolut dilakukan pada 4 konsentrasi yaitu 50; 5; 0,5 dan 0,05 ng/µL, sedangkan uji batas deteksi relative (campuran daging babi-sapi) dengan variasi konsentrasi daging babi yaitu 100%, 5%, 3%, 1%, dan 0,5%. Hasil analisis menunjukkan primer spesifik terhadap DNA babi dengan hasil batas deteksi absolut yaitu 0,05 ng/µL dan batas deteksi relative yaitu 0,5%. Metode PCR ini memenuhi persyaratan validasi untuk mengidentifikasi spesies target sehingga dapat digunakan untuk autentikasi halal pada bebagai produk.
为了保护消费者免受食品、化妆品和药品上虚假清真标签的侵害,需要一种能够保证产品清真的方法。猪肉是经常被用来与牛肉混合的一种肉类,因为如果不仔细考虑,这两种肉类在物理上有相似之处。通常用于清真食品鉴定的基于 DNA 的分析是实时 PCR 方法,因此本研究旨在证明传统 PCR 方法能够检测出相同浓度的 DNA。本研究使用了两个参数,即使用猪 DNA 样品进行的特异性测试,以及作为对比的牛和鸡 DNA。第二个参数是在 50、5、0.5 和 0.05 ng/µL 4 种浓度下进行的绝对 DNA 检测限测试,以及猪肉浓度变化为 100%、5%、3%、1% 和 0.5%的相对检测限测试(猪牛混合物)。分析结果表明,引物对猪 DNA 具有特异性,绝对检测限为 0.05 ng/µL,相对检测限为 0.5%。该 PCR 方法符合鉴定目标物种的验证要求,可用于各种产品的清真认证。
{"title":"Identifikasi DNA babi sebagai metode validasi untuk autentikasi halal menggunakan polymerase chain reaction","authors":"M. Mariyani, Ni nyoman Yuvita Yani, Ikhsan Hi. Amir Sene","doi":"10.36490/journal-jps.com.v6i4.296","DOIUrl":"https://doi.org/10.36490/journal-jps.com.v6i4.296","url":null,"abstract":"Sebagai upaya untuk melindungi konsumen dari pelabelan halal palsu pada produk makanan, kosmetik maupun obat-obatan maka dibutuhkan suatu metode yang mampu menjamin kehalalan dari suatu produk. Daging babi menjadi salah satu jenis yang sering digunakan untuk mencampur dengan daging sapi dikarenakan kedua daging tersebut memiliki kemiripan secara fisik apabila tidak diperhatikan secara seksama. Analisis berbasis DNA yang sering digunakan untuk autentikasi halal yaitu metode real time PCR, sehingga pada penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa metode PCR konvensional mampu mendeteksi DNA pada konsentrasi yang sama. Penelitian ini menggunakan dua parameter yaitu uji spesifitas dilakukan menggunakan sampel DNA babi serta DNA sapi dan ayam sebagai pembanding. Parameter kedua yaitu uji batas deteksi pada DNA absolut dilakukan pada 4 konsentrasi yaitu 50; 5; 0,5 dan 0,05 ng/µL, sedangkan uji batas deteksi relative (campuran daging babi-sapi) dengan variasi konsentrasi daging babi yaitu 100%, 5%, 3%, 1%, dan 0,5%. Hasil analisis menunjukkan primer spesifik terhadap DNA babi dengan hasil batas deteksi absolut yaitu 0,05 ng/µL dan batas deteksi relative yaitu 0,5%. Metode PCR ini memenuhi persyaratan validasi untuk mengidentifikasi spesies target sehingga dapat digunakan untuk autentikasi halal pada bebagai produk.","PeriodicalId":504388,"journal":{"name":"Journal of Pharmaceutical and Sciences","volume":"BC-9 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139260545","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-11-19DOI: 10.36490/journal-jps.com.v6i4.295
Recky Patala, Isna Paula, N. Sakina
Nyeri dan Peradangan adalah tindakan perlindungan normal tubuh kita. Adanya proses peradangan ditandai dengan ciri-ciri yang khas, yaitu munculnya kemerahan, pembengkakan di area peradangan, panas, dan timbulnya rasa sakit. Salah satu tanaman tradisional yang banyak diperoleh di Indonesia adalah Rimpang Kunyit (Curcuma longa L.) Rimpang Kunyit yang mengandung senyawa flavonoid dan kurkumin diketahui memiliki efek analgesik dan antiinflamasi. Ekstrak etanol rimpang kunyit diformulasikan dalam bentuk sediaan nanoemulsi untuk mengurangi toksisitas, meningkatkan efisiensi distribusi obat dan meningkatkan bioavailabilitas obat yang memiliki daya serap rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian nanoemulsi ekstrak etanol rimpang Kunyit (Curcuma longa L.) dosis 20 dan 25 mg/kg BB terhadap aktivitas analgesik dan antiinflamasi yang dilakukan pada tikus putih jantan galur Wistar yang diinduksi asam asetat 1% dan karagenan 1%. Tikus dibagi menjadi lima kelompok (n=5), yaitu kontrol normal (nanoemulsi tanpa ekstrak), kontrol positif (nanoemulsi asam mefenamat untuk uji analgetik dan nanoemulsi natrium diklofenak untuk uji antiinflamasi), kontrol negatif (nanoemulsi asam asetat 1% dan nanoemulsi karagenan 1%), P1 (nanoemulsi ekstrak dosis 20 mg/kg BB), dan P2 (nanoemulsi ekstrak dosis 25 mg/kg BB). Selanjutnya, jumlah geliat diukur dari menit ke-5 sampai menit ke-60, dan perubahan volume kaki dari menit ke-1 sampai menit ke-6. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan jumlah geliat dengan peningkatan % Proteksi dan penghambatan inflamasi yang signifikan (p<0,05) pada dosis 20 mg/kg BB dan 25 mg/kg BB dengan % proteksi 35,21% dan penurunan volume edema 64,79%. Nanoemulsi ekstrak Rimpang Kunyit dengan dosis 20 dan 25 mg/kg bb memiliki aktivitas sebagai analgesik dan antiinflamasi yang diinduksi oleh asam asetat 1% dan karagenan 1%.
{"title":"Aktivitas Analgesik dan Antiinflamasi Nanoemulsi Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit (Curcuma longa L.) secara In Vivo","authors":"Recky Patala, Isna Paula, N. Sakina","doi":"10.36490/journal-jps.com.v6i4.295","DOIUrl":"https://doi.org/10.36490/journal-jps.com.v6i4.295","url":null,"abstract":"Nyeri dan Peradangan adalah tindakan perlindungan normal tubuh kita. Adanya proses peradangan ditandai dengan ciri-ciri yang khas, yaitu munculnya kemerahan, pembengkakan di area peradangan, panas, dan timbulnya rasa sakit. Salah satu tanaman tradisional yang banyak diperoleh di Indonesia adalah Rimpang Kunyit (Curcuma longa L.) Rimpang Kunyit yang mengandung senyawa flavonoid dan kurkumin diketahui memiliki efek analgesik dan antiinflamasi. Ekstrak etanol rimpang kunyit diformulasikan dalam bentuk sediaan nanoemulsi untuk mengurangi toksisitas, meningkatkan efisiensi distribusi obat dan meningkatkan bioavailabilitas obat yang memiliki daya serap rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian nanoemulsi ekstrak etanol rimpang Kunyit (Curcuma longa L.) dosis 20 dan 25 mg/kg BB terhadap aktivitas analgesik dan antiinflamasi yang dilakukan pada tikus putih jantan galur Wistar yang diinduksi asam asetat 1% dan karagenan 1%. Tikus dibagi menjadi lima kelompok (n=5), yaitu kontrol normal (nanoemulsi tanpa ekstrak), kontrol positif (nanoemulsi asam mefenamat untuk uji analgetik dan nanoemulsi natrium diklofenak untuk uji antiinflamasi), kontrol negatif (nanoemulsi asam asetat 1% dan nanoemulsi karagenan 1%), P1 (nanoemulsi ekstrak dosis 20 mg/kg BB), dan P2 (nanoemulsi ekstrak dosis 25 mg/kg BB). Selanjutnya, jumlah geliat diukur dari menit ke-5 sampai menit ke-60, dan perubahan volume kaki dari menit ke-1 sampai menit ke-6. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan jumlah geliat dengan peningkatan % Proteksi dan penghambatan inflamasi yang signifikan (p<0,05) pada dosis 20 mg/kg BB dan 25 mg/kg BB dengan % proteksi 35,21% dan penurunan volume edema 64,79%. Nanoemulsi ekstrak Rimpang Kunyit dengan dosis 20 dan 25 mg/kg bb memiliki aktivitas sebagai analgesik dan antiinflamasi yang diinduksi oleh asam asetat 1% dan karagenan 1%.","PeriodicalId":504388,"journal":{"name":"Journal of Pharmaceutical and Sciences","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139260586","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Wortel (Daucus carota L.) merupakan sayuran jenis umbi semusim karena hanya berproduksi satu kali kemudian mati. Umbi wortel berwarna kuning kemerahan yang disebabkan kandungan karoten yang tinggi. Mikrokristalin selulosa merupakan salah satu eksipien (bahan tambahan) dalam sediaan tablet, yaitu sebagai bahan pengisi yang dianggap sebagai bahan pengikat karena dapat meningkatkan kemampuan kekompakan tablet dari campuran kompresi. Mikrokristalin selulosa berasal dari sumber daya alam yang mengandung serat alam berlignoselulosa seperti kayu dan non kayu. Tumbuhan berserat yang berlimpah di Indonesia salah satunya adalah wortel (Daucus carota L.). Komposisi kimia utama wortel meliputi karbohidrat yaitu serat pangan (hemiselulosa, selulosa), pati, serta beberapa jenis gula. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah selulosa wortel (Daucus carota L.) dapat dibuat menjadi mikrokristalin selulosa dan melihat perbandingan mutu fisik dari hasil mikrokristalin selulosa wortel dengan Avicel PH 102. Mikrokristalin selulosa dibuat dengan proses delignifikasi menggunakan NaOH 15%, dilanjutkan dengan proses pemutihan menggunakan NaOCl 3,5% dan kemudian dilanjutkan dengan proses hidrolisa dengan HCl 2,5N. Kemudian mikrokristalin selulosa dilakukan evaluasi mutu fisik yang meliputi organoleptik, identifikasi, pH, kelarutan zat dalam air, susut pengering dan pati. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa wortel dapat dijadikan mikrokristalin selulosa yaitu dengan hasil evaluasi mutu fisik dibandingkan dengan Avicel PH 102, organoleptik berbentuk serbuk, tidak berbau, tidak berasa, dan berwarna putih kekuningan (mikrokristalin selulosa) dan putih (Avicel PH 102); identifikasi, masing-masing menghasilkan warna biru-violet; pH 5,67 dan 6,5; kelarutan zat dalam air masing-masing 0,1%; susut pengeringan 4,70% dan 2,53%; dan pati, masing-masing tidak terbentuk larutan biru.
{"title":"Pembuatan mikrokristalin selulosa dari wortel (Daucus carota L.) dengan avicel PH 102 sebagai pembanding dan evaluasi mutu fisik","authors":"Chairina Milda Careca, Gabena Indrayani Dalimunthe, Minda Sari Lubis, Rafita Yuniarti","doi":"10.36490/journal-jps.com.v6i4.298","DOIUrl":"https://doi.org/10.36490/journal-jps.com.v6i4.298","url":null,"abstract":"Wortel (Daucus carota L.) merupakan sayuran jenis umbi semusim karena hanya berproduksi satu kali kemudian mati. Umbi wortel berwarna kuning kemerahan yang disebabkan kandungan karoten yang tinggi. Mikrokristalin selulosa merupakan salah satu eksipien (bahan tambahan) dalam sediaan tablet, yaitu sebagai bahan pengisi yang dianggap sebagai bahan pengikat karena dapat meningkatkan kemampuan kekompakan tablet dari campuran kompresi. Mikrokristalin selulosa berasal dari sumber daya alam yang mengandung serat alam berlignoselulosa seperti kayu dan non kayu. Tumbuhan berserat yang berlimpah di Indonesia salah satunya adalah wortel (Daucus carota L.). Komposisi kimia utama wortel meliputi karbohidrat yaitu serat pangan (hemiselulosa, selulosa), pati, serta beberapa jenis gula. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah selulosa wortel (Daucus carota L.) dapat dibuat menjadi mikrokristalin selulosa dan melihat perbandingan mutu fisik dari hasil mikrokristalin selulosa wortel dengan Avicel PH 102. Mikrokristalin selulosa dibuat dengan proses delignifikasi menggunakan NaOH 15%, dilanjutkan dengan proses pemutihan menggunakan NaOCl 3,5% dan kemudian dilanjutkan dengan proses hidrolisa dengan HCl 2,5N. Kemudian mikrokristalin selulosa dilakukan evaluasi mutu fisik yang meliputi organoleptik, identifikasi, pH, kelarutan zat dalam air, susut pengering dan pati. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa wortel dapat dijadikan mikrokristalin selulosa yaitu dengan hasil evaluasi mutu fisik dibandingkan dengan Avicel PH 102, organoleptik berbentuk serbuk, tidak berbau, tidak berasa, dan berwarna putih kekuningan (mikrokristalin selulosa) dan putih (Avicel PH 102); identifikasi, masing-masing menghasilkan warna biru-violet; pH 5,67 dan 6,5; kelarutan zat dalam air masing-masing 0,1%; susut pengeringan 4,70% dan 2,53%; dan pati, masing-masing tidak terbentuk larutan biru.","PeriodicalId":504388,"journal":{"name":"Journal of Pharmaceutical and Sciences","volume":"6 4","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139261819","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-11-17DOI: 10.36490/journal-jps.com.v6i4.304
Sarmadansyah Sarmadansyah, Haris Munandar Nasution, Anny Sartika Daulay, D. E. P. Mambang
Menteng atau kepundung merupakan pohon penghasil buah. Sepintas buah menteng atau kepundung menyerupai buah duku dengan rasa beraneka ragam (kecut), manis. Menteng berasal dari Kawasan Malaysia, Sumatra, Jawa dan Bali. Buah menteng memiliki khasiat untuk mencegah radikal bebas. Tujuan penelitian ini merupakan untuk mengetahui golongan senyawa kimia yang terdapat pada biji buah menteng dan mengetahui karakteristik isolat ekstrak biji buah secara Spektrofotometri UV dan Spektrofotometri IR. Penelitian ini mencakup beberapa proses yaitu pembuatan simplisia dari biji buah menteng, lalu skrining fitokimia, kemudian karakterisasi simplisia, selanjutnya proses pembuatan ekstrak dari simplisia biji buah menteng, setelah itu analisis ekstrak dengan metode Kromatografi kertas (KKt), lalu pemisahan (isolasi) ekstrak dengan metode Kromatografi kertas (KKt) preparatif, kemudian uji kemurnian isolat secara Kromatografi kertas (KKt) dua arah, dan karakterisasi kristal isolat dengan Spektrofotometri UV dan Spektrofotometri IR. Hasil karakterisasi simplisia biji buah menteng (Baccaurea racemose (Reinw.) Müll.Arg) yaitu kadar air 4%, kadar sari laut air 36,81%, kadar sari larut etanol 8,79%, kadar abu 1,26%, kadar abu tidak larut asam 0,5%. Skrining fitokimia memunjukkan positif alkaloid, flavanoid, steroid/titerpenoid dan glikosida sedangkan tannin dan saponin negatif. Dari 400 gram simplisia dihasilkan 93,3 gram ekstrak kental. Karakterisasi kristal isolat Spektrofotometri UV menunjukkan panjang gelombang 280 nm yang disimpulkan merupakan flavanoid. Dan hasil Spektrofotometri IR menunjukkan gugus O-H, C-H alifatik, C=O, C-H, C-O dan C=C.
{"title":"Skrining fitokimia dan isolasi senyawa flavonoid dari ekstrak etanol biji buah menteng (Baccaurea racemosa (Reinw.) Müll.Arg).","authors":"Sarmadansyah Sarmadansyah, Haris Munandar Nasution, Anny Sartika Daulay, D. E. P. Mambang","doi":"10.36490/journal-jps.com.v6i4.304","DOIUrl":"https://doi.org/10.36490/journal-jps.com.v6i4.304","url":null,"abstract":"Menteng atau kepundung merupakan pohon penghasil buah. Sepintas buah menteng atau kepundung menyerupai buah duku dengan rasa beraneka ragam (kecut), manis. Menteng berasal dari Kawasan Malaysia, Sumatra, Jawa dan Bali. Buah menteng memiliki khasiat untuk mencegah radikal bebas. Tujuan penelitian ini merupakan untuk mengetahui golongan senyawa kimia yang terdapat pada biji buah menteng dan mengetahui karakteristik isolat ekstrak biji buah secara Spektrofotometri UV dan Spektrofotometri IR. Penelitian ini mencakup beberapa proses yaitu pembuatan simplisia dari biji buah menteng, lalu skrining fitokimia, kemudian karakterisasi simplisia, selanjutnya proses pembuatan ekstrak dari simplisia biji buah menteng, setelah itu analisis ekstrak dengan metode Kromatografi kertas (KKt), lalu pemisahan (isolasi) ekstrak dengan metode Kromatografi kertas (KKt) preparatif, kemudian uji kemurnian isolat secara Kromatografi kertas (KKt) dua arah, dan karakterisasi kristal isolat dengan Spektrofotometri UV dan Spektrofotometri IR. Hasil karakterisasi simplisia biji buah menteng (Baccaurea racemose (Reinw.) Müll.Arg) yaitu kadar air 4%, kadar sari laut air 36,81%, kadar sari larut etanol 8,79%, kadar abu 1,26%, kadar abu tidak larut asam 0,5%. Skrining fitokimia memunjukkan positif alkaloid, flavanoid, steroid/titerpenoid dan glikosida sedangkan tannin dan saponin negatif. Dari 400 gram simplisia dihasilkan 93,3 gram ekstrak kental. Karakterisasi kristal isolat Spektrofotometri UV menunjukkan panjang gelombang 280 nm yang disimpulkan merupakan flavanoid. Dan hasil Spektrofotometri IR menunjukkan gugus O-H, C-H alifatik, C=O, C-H, C-O dan C=C.","PeriodicalId":504388,"journal":{"name":"Journal of Pharmaceutical and Sciences","volume":"37 5","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139265621","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}