Tiffany M. J. Kulon, Handy Indra Regain Mosey, Verna Albert Suoth
Internet of Things (IoT) memungkinkan komunikasi dan operasi bersama berbagai perangkat elektronik dan komputer dan berbagi data ke internet seperti konsep smart healthcare. Pandemi global COVID-19 telah memicu inovasi sistem IoT untuk menjawab kebutuhan informasi medis dan kesehatan yang akurat, terintegrasi, cepat dan mudah diakses seperti memantau tanda-tanda vital seseorang, terutama suhu tubuh dan detak jantung. Penelitian ini bertujuan untuk merancang alat berbasis IoT yang berfungsi untuk memantau kedua tanda vital dengan mengintegrasikan modul-modul mikrokontroler NodeMCU ESP8266 dan GSM SIM900A. Suhu tubuh diukur menggunakan sensor suhu DS18B20, sedangkan detak jantung menggunakan sensor denyut nadi SEN-11574. Konektivitas Wi-Fi memastikan transmisi data sensor ke aplikasi Telegram dan sistem Short Message Service (SMS). Hasil penelitian menunjukkan keterbacaan node sensor pada parameter, transferabilitas data ke platform ThingSpeak dan kemampuan sistem IoT untuk mengaktifkan peringatan pemberitahuan melalui teks SMS dan obrolan Telegram jika orang yang dipantau memiliki nilai suhu tubuh abnormal dan/atau detak jantung di bawah 60 denyut per menit (bpm) atau di atas 100. Internet of Things (IoT) enables communication and interoperation of various electronic devices and computers and sharing data to the internet as in the smart healthcare concept. The global pandemic COVID-19 has sparked IoT system innovation to meet the needs for accurate, integrated, quick, and accessible medical and healthcare information such as monitoring a person’s vital signs, especially body temperature and heart rate. This research was aimed to design an IoT-based device to monitor body temperature and heart rate using microcontroller modules NodeMCU ESP8266 and GSM SIM900A. The body temperature was measured using temperature sensor DS18B20, while the heart rate using a pulse sensor SEN-11574. The Wi-Fi connectivity ensured transmission of sensor data to Telegram application and Short Message Service (SMS) system. Results showed sensor nodes’ readability on the parameters, data transferability to ThingSpeak platform and the IoT system’s ability to activate notification alerts via SMS texts and Telegram chats if the monitored person had an abnormal body temperature value and/or heart rate below 60 beats per minutes (bpm) or above 100.
事物互联网(许多)允许共享各种电子设备和计算机的通信和操作,并将数据共享到互联网上,如智能医疗的概念。全球流感大流行COVID-19推动了系统创新,以满足对准确、综合、快速和易于获取的医疗和健康信息的需求,如监测人的生命体征,特别是体温和心跳。该研究旨在设计一种基于环境的工具,通过集成模式NodeMCU ESP8266和GSM SIM900A来监测这两个重要信号。体温是用温度传感器DS18B20来测量的,而心跳是用脉冲传感器senh -11574来测量的。Wi-Fi连接确保传感器数据传输到电报应用程序和短信系统。研究的结果显示keterbacaan参数上的传感器节点,transferabilitas到ThingSpeak平台数据和系统能力很多来激活警告电报通过短信通知短信和聊天如果人有监控体温异常值和/或心率在每分钟60下100 (epm)或以上。互联网(许多)吸引了各种电子设备、计算机和数据到美国互联网的聪明健康概念。全球pandemic COVID-19有很多创新系统来满足需求这项研究允许用微型控制器调制ESP8266和GSM SIM900A设计一个基于local的装置来监测人体温度和心脏速率。身体温度是用温度传感器DS18B20来测量的,而心脏速率用脉冲传感器sens -11574来测量。《wi - fi connectivity ensured电报传输数据到传感器的应用程序和短消息服务(SMS)系统。Results那里nodes传感器“readability on the parameters, transferability到ThingSpeak数据平台和很多系统的不在乎to activate通知小组,通过短信alerts(和电报chats如果《monitored人有一个身体温度异常珍惜每分钟节拍和/或者心率下面60 (bpm)或100头顶。
{"title":"Pemantauan Suhu Tubuh dan Detak Jantung Berbasis IoT dan Terintegrasi ThingSpeak, SMS dan Telegram","authors":"Tiffany M. J. Kulon, Handy Indra Regain Mosey, Verna Albert Suoth","doi":"10.35799/jm.v13i1.51280","DOIUrl":"https://doi.org/10.35799/jm.v13i1.51280","url":null,"abstract":"Internet of Things (IoT) memungkinkan komunikasi dan operasi bersama berbagai perangkat elektronik dan komputer dan berbagi data ke internet seperti konsep smart healthcare. Pandemi global COVID-19 telah memicu inovasi sistem IoT untuk menjawab kebutuhan informasi medis dan kesehatan yang akurat, terintegrasi, cepat dan mudah diakses seperti memantau tanda-tanda vital seseorang, terutama suhu tubuh dan detak jantung. Penelitian ini bertujuan untuk merancang alat berbasis IoT yang berfungsi untuk memantau kedua tanda vital dengan mengintegrasikan modul-modul mikrokontroler NodeMCU ESP8266 dan GSM SIM900A. Suhu tubuh diukur menggunakan sensor suhu DS18B20, sedangkan detak jantung menggunakan sensor denyut nadi SEN-11574. Konektivitas Wi-Fi memastikan transmisi data sensor ke aplikasi Telegram dan sistem Short Message Service (SMS). Hasil penelitian menunjukkan keterbacaan node sensor pada parameter, transferabilitas data ke platform ThingSpeak dan kemampuan sistem IoT untuk mengaktifkan peringatan pemberitahuan melalui teks SMS dan obrolan Telegram jika orang yang dipantau memiliki nilai suhu tubuh abnormal dan/atau detak jantung di bawah 60 denyut per menit (bpm) atau di atas 100. Internet of Things (IoT) enables communication and interoperation of various electronic devices and computers and sharing data to the internet as in the smart healthcare concept. The global pandemic COVID-19 has sparked IoT system innovation to meet the needs for accurate, integrated, quick, and accessible medical and healthcare information such as monitoring a person’s vital signs, especially body temperature and heart rate. This research was aimed to design an IoT-based device to monitor body temperature and heart rate using microcontroller modules NodeMCU ESP8266 and GSM SIM900A. The body temperature was measured using temperature sensor DS18B20, while the heart rate using a pulse sensor SEN-11574. The Wi-Fi connectivity ensured transmission of sensor data to Telegram application and Short Message Service (SMS) system. Results showed sensor nodes’ readability on the parameters, data transferability to ThingSpeak platform and the IoT system’s ability to activate notification alerts via SMS texts and Telegram chats if the monitored person had an abnormal body temperature value and/or heart rate below 60 beats per minutes (bpm) or above 100.","PeriodicalId":53333,"journal":{"name":"Jurnal MIPA","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136133853","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Julianri Sari Lebang, Jainer Pasca Siampa, Olvie Syenni Datu
Data dunia menunjukkan 20% dari populasi dunia menderita nyeri kronis. Penggunaan antinyeri dalam jangka waktu panjang dapat menimbulkan efek samping pada saluran pencernaan dan ginjal. Kelopak bunga rosella diketahui memiliki banyak manfaat dalam pengobatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan aktivitas analgesik dari infusa kelopak bunga rosella merah dan ungu. Pengujian aktivitas dilakukan dengan metode geliat menggunakan 6 kelompok hewan yang terdiri dari 4 kelompok perlakuan yang diberi infusa rosella merah 25% dan 50%(P1 dan P2), infusa rosella ungu 25% dan 50% (P3 dan P4), kontrol negatif, dan kontrol positif. Asam asetat 2% (i.p) digunakan sebagai penginduksi nyeri. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata geliat yang paling rendah dan persen proteksi analgesik (PPA) yang paling tinggi ditunjukkan oleh kelompok P2. Uji statistic menggunakan ANOVA one way dan uji lanjut LSD menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan nilai (PPA) antara kelompok P1, P3 dan P4, sedangkan kelompok P2 tidak berbeda signifikan dengan kelompok kontrol positif. Dapat disimpulkan bahwa aktivitas analgesik infusa rosella merah 50% lebih baik dibandingkan infusa rosella merah 25%, rosella ungu 25 dan 50%.
{"title":"Perbandingan Aktivitas Analgesik Infusa Kelopak Bunga Rosella Varietas Merah dan Ungu pada Tikus Putih","authors":"Julianri Sari Lebang, Jainer Pasca Siampa, Olvie Syenni Datu","doi":"10.35799/jm.v13i1.50482","DOIUrl":"https://doi.org/10.35799/jm.v13i1.50482","url":null,"abstract":"Data dunia menunjukkan 20% dari populasi dunia menderita nyeri kronis. Penggunaan antinyeri dalam jangka waktu panjang dapat menimbulkan efek samping pada saluran pencernaan dan ginjal. Kelopak bunga rosella diketahui memiliki banyak manfaat dalam pengobatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan aktivitas analgesik dari infusa kelopak bunga rosella merah dan ungu. Pengujian aktivitas dilakukan dengan metode geliat menggunakan 6 kelompok hewan yang terdiri dari 4 kelompok perlakuan yang diberi infusa rosella merah 25% dan 50%(P1 dan P2), infusa rosella ungu 25% dan 50% (P3 dan P4), kontrol negatif, dan kontrol positif. Asam asetat 2% (i.p) digunakan sebagai penginduksi nyeri. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata geliat yang paling rendah dan persen proteksi analgesik (PPA) yang paling tinggi ditunjukkan oleh kelompok P2. Uji statistic menggunakan ANOVA one way dan uji lanjut LSD menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan nilai (PPA) antara kelompok P1, P3 dan P4, sedangkan kelompok P2 tidak berbeda signifikan dengan kelompok kontrol positif. Dapat disimpulkan bahwa aktivitas analgesik infusa rosella merah 50% lebih baik dibandingkan infusa rosella merah 25%, rosella ungu 25 dan 50%.","PeriodicalId":53333,"journal":{"name":"Jurnal MIPA","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135218726","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Febriani Toba, Verna Albert Suoth, Hesky Stevy Kolibu, Handy Indra Regain Mosey, None As’ari, Dolfie Paulus Pandara
Kapasitor dapat digunakan sebagai alat yang dapat menyimpan energi listrik dalam bentuk medan magnet dengan mengumpulkan ketidakseimbangan internal dari muatan listrik. Pada penelitian ini dilakukan untuk mengukur data beban listrik tipe R (rumah tangga) dengan alat ukur power monitor 6 in 1 AC 20A yang terhubung langsung dengan MCB yang secara otomatis dapat mengukur frekuensi (Hz), tegangan (volt), arus (ampere), faktor daya (cos phi), daya (watt) dan jumlah kWh yang terpakai selama penggunaan beban listrik di rumah sehingga dari data pengukuran tersebut dapat dibandingkan nilai daya listrik yaitu daya aktif (watt), daya reaktif (VAR) dan daya semu (VA) serta dapat diketahui besarnya kompensasi daya reaktif (VAR). Hasilnya menunjukkan bahwa nilai pengurangan atau penghematan tertinggi pada daya aktif (W), daya semu (VA) dan daya reaktif (VAR) tertinggi terjadi pada variasi kapasitor 4µF yaitu nilai daya aktif (P) sebesar 331,4 watt, nilai daya semu (S) yaitu sebesar 353,6 VA dan nilai daya reaktif (Q) yaitu sebesar 185,5 VAR serta pada kompensasi daya reaktif (Qc) terlihat bahwa hasil kompensasi daya reaktif tertinggi setelah dilakukan perbaikan cos phi sebesar 0,97 terjadi pada kapasitor 10µF sebesar 105,0 VAR. Dengan nilai kompensasi Qc yang tinggi maka konsumen tidak terkena denda kVAR.
{"title":"ANALISIS PERBANDINGAN DAYA LISTRIK SAAT SEBELUM DAN SESUDAH VARIASI KAPASITOR PADA BEBAN LISTRIK RUMAH TANGGA","authors":"Febriani Toba, Verna Albert Suoth, Hesky Stevy Kolibu, Handy Indra Regain Mosey, None As’ari, Dolfie Paulus Pandara","doi":"10.35799/jm.v13i1.48968","DOIUrl":"https://doi.org/10.35799/jm.v13i1.48968","url":null,"abstract":"Kapasitor dapat digunakan sebagai alat yang dapat menyimpan energi listrik dalam bentuk medan magnet dengan mengumpulkan ketidakseimbangan internal dari muatan listrik. Pada penelitian ini dilakukan untuk mengukur data beban listrik tipe R (rumah tangga) dengan alat ukur power monitor 6 in 1 AC 20A yang terhubung langsung dengan MCB yang secara otomatis dapat mengukur frekuensi (Hz), tegangan (volt), arus (ampere), faktor daya (cos phi), daya (watt) dan jumlah kWh yang terpakai selama penggunaan beban listrik di rumah sehingga dari data pengukuran tersebut dapat dibandingkan nilai daya listrik yaitu daya aktif (watt), daya reaktif (VAR) dan daya semu (VA) serta dapat diketahui besarnya kompensasi daya reaktif (VAR). Hasilnya menunjukkan bahwa nilai pengurangan atau penghematan tertinggi pada daya aktif (W), daya semu (VA) dan daya reaktif (VAR) tertinggi terjadi pada variasi kapasitor 4µF yaitu nilai daya aktif (P) sebesar 331,4 watt, nilai daya semu (S) yaitu sebesar 353,6 VA dan nilai daya reaktif (Q) yaitu sebesar 185,5 VAR serta pada kompensasi daya reaktif (Qc) terlihat bahwa hasil kompensasi daya reaktif tertinggi setelah dilakukan perbaikan cos phi sebesar 0,97 terjadi pada kapasitor 10µF sebesar 105,0 VAR. Dengan nilai kompensasi Qc yang tinggi maka konsumen tidak terkena denda kVAR.","PeriodicalId":53333,"journal":{"name":"Jurnal MIPA","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136070662","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jeruk nipis (Citrus auratifolia) adalah tanaman yang kaya akan kandungan seperti flavanoid, tanin, akaloid, saponin, kalsium, fosfor, vitamin A, vitamin B1, dan vitamin C. Penelitian bertujuan untuk mengetahui senyawa fiokimia dari ekstrak jeruk nipis serta membuat formula dan mengevaluasi stablitas fisik dari sediaan hair tonic ekstrak jeruk nipis (Citrus aurantifolia). Formula sediaan hair tonic di buat sebanyak tiga konsentrasi ekstrak yang berbeda yaitu F1 (6,25%), F2 (8,25%) dan F3 (10,25%). Metode pengujian stabilitas fisik yang diimplementasikan yaitu: pengujian organoleptik, pengujian homogenitas, pengujian pH dan pengujian viskositas. Pengujian dilakukan sebelum dan sesudah cycling test yaitu masing-masing formula hair tonic disimpan didalam wadah inkubator pada suhu panas (400C) secara bergantian dan suhu dingin 40C (freezer) selama 24 jam sebanyak 5 siklus. Hasil pengujian fitokimia menunjukkan ekstrak jeruk nipis mengandung senyawa aktif flavanoid, alkaloid, tanin dan saponin. Hasil pengujian stabilitas membuktikan seluruh sediaan hair tonic (F1,F2 dan F3) memenuhi kriteria sediaan yang baik meliputi pengujian organoleptik, pengujian homogenitas, pengujian pH dan pengujian viskositas. Pada pegujian pH dan pengujian viskositas sediaan hair tonic terjadi perubahan pH dan viskostas baik sebelum dan sesudah cycling test. Namun perubahan tersebut masih berdasar pada Standar Nasional Indonesia. Kesimpulan: Ekstrak etanol jeruk nipis (Citrus auratifolia) mengandung senyawa alkaloid, flavanoid, tanin dan saponin. Ekstrak etanol jeruk nipis (Citrus auratifolia)dapat diimplementasikan dalam bentuk sediaan hair tonic
{"title":"Uji Fitokimia dan Stabilitas Fisik Sediaan Hair Tonic Ekstrak Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)","authors":"Hasma Hasma, Andi Nurpati Panaungi, Yusnita Usman","doi":"10.35799/jm.v13i1.48705","DOIUrl":"https://doi.org/10.35799/jm.v13i1.48705","url":null,"abstract":"Jeruk nipis (Citrus auratifolia) adalah tanaman yang kaya akan kandungan seperti flavanoid, tanin, akaloid, saponin, kalsium, fosfor, vitamin A, vitamin B1, dan vitamin C. Penelitian bertujuan untuk mengetahui senyawa fiokimia dari ekstrak jeruk nipis serta membuat formula dan mengevaluasi stablitas fisik dari sediaan hair tonic ekstrak jeruk nipis (Citrus aurantifolia). Formula sediaan hair tonic di buat sebanyak tiga konsentrasi ekstrak yang berbeda yaitu F1 (6,25%), F2 (8,25%) dan F3 (10,25%). Metode pengujian stabilitas fisik yang diimplementasikan yaitu: pengujian organoleptik, pengujian homogenitas, pengujian pH dan pengujian viskositas. Pengujian dilakukan sebelum dan sesudah cycling test yaitu masing-masing formula hair tonic disimpan didalam wadah inkubator pada suhu panas (400C) secara bergantian dan suhu dingin 40C (freezer) selama 24 jam sebanyak 5 siklus. Hasil pengujian fitokimia menunjukkan ekstrak jeruk nipis mengandung senyawa aktif flavanoid, alkaloid, tanin dan saponin. Hasil pengujian stabilitas membuktikan seluruh sediaan hair tonic (F1,F2 dan F3) memenuhi kriteria sediaan yang baik meliputi pengujian organoleptik, pengujian homogenitas, pengujian pH dan pengujian viskositas. Pada pegujian pH dan pengujian viskositas sediaan hair tonic terjadi perubahan pH dan viskostas baik sebelum dan sesudah cycling test. Namun perubahan tersebut masih berdasar pada Standar Nasional Indonesia. Kesimpulan: Ekstrak etanol jeruk nipis (Citrus auratifolia) mengandung senyawa alkaloid, flavanoid, tanin dan saponin. Ekstrak etanol jeruk nipis (Citrus auratifolia)dapat diimplementasikan dalam bentuk sediaan hair tonic","PeriodicalId":53333,"journal":{"name":"Jurnal MIPA","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136364211","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Atin Supiyani, Sekar Liyundzira, Daniel Ramadhan, Dalia Sukmawati
Cacing cestoda Hymenolepis nana merupakan cacing parasit intestinal yang bersifat zoonosis. Infeksi dari cacing H.nana berdampak buruk pada saluran pencernaan, terutama pada duodenum host. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh dari pemberian ekstrak daun kelor terhadap struktur duodenum mencit yang diinfeksi H.nana. Sebanyak 27 ekor mencit dibagi dalam 3 kelompok yaitu aquades (kontrol negatif), albendazole (kontrol positif), dan ekstrak daun kelor 500 ppm. Dosis letal 100 diperoleh dari uji in vitro ekstrak daun kelor pada telur dan larva cacing H.nana pada masa inkubasi 24, 48 dan 72 jam. Setiap mencit diinfeksi 40 butir telur H.nana secara oral. Ekstrak daun kelor diberikan selama 21 hari setelah infeksi. Histomorfometri struktur duodenum dengan mengukur tinggi vili, tebal mukosa, sub-mukosa, tunika muskularis, dan serosa pada 10 vili. Hasil penelitian diperoleh dosis letal 100-24 jam ekstrak daun kelor terhadap telur H.nana sebesar 397 ppm. Tinggi vili, tebal lapis mukosa, sub-mukosa, muskularis dan serosa mencit yang diberi ekstrak daun kelor berbeda signifikan (Sig<0.05). Pemberian ekstrak daun kelor dapat mempengaruhi struktur duodenum mencit yang terinfeksi cacing Hymenolepis nana. The cestode worm Hymenolepis nana is a zoonotic intestinal parasitic worm. Infection from H. nana worms adversely affects the gastrointestinal tract, especially on the host duodenum. The purpose of this study was to determine the effect of Moringa leaf extract on the structure of the duodenum of mice infected with H. nana. A total of 27 mice were divided into 3 groups, namely aquades (negative control), albendazole (positive control), and Moringa leaf extract of 500 ppm. A lethal dose of 100 was obtained from in vitro tests of Moringa leaf extract on eggs and larvae of H. nana worms during the incubation period of 24, 48 and 72 hours. Each mice is infected with 40 H. nana eggs orally. Moringa leaf extract is administered for 21 days after infection. Histomorphometry of duodenal structures by measuring villi height, mucosal thickness, sub-mucosa, muscular tunica, and serous on 10 villi. The results of the study obtained a lethal dose of 100-24 hours of Moringa leaf extract against H. nana eggs of 397 ppm. Tall villi, thick layer mucosa, sub-mucosa, muscular and serous mice given Moringa leaf extract differed significantly (Sig<0.05). Administration of Moringa leaf extract can affect the structure of the duodenum of mice infected with Hymenolepis nana
{"title":"Histomorfometri Duodenum Mencit (Mus musculus) yang Diinfeksi Telur Infektif Hymenolepis nana dan diberi Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.)","authors":"Atin Supiyani, Sekar Liyundzira, Daniel Ramadhan, Dalia Sukmawati","doi":"10.35799/jm.v12i2.45964","DOIUrl":"https://doi.org/10.35799/jm.v12i2.45964","url":null,"abstract":"Cacing cestoda Hymenolepis nana merupakan cacing parasit intestinal yang bersifat zoonosis. Infeksi dari cacing H.nana berdampak buruk pada saluran pencernaan, terutama pada duodenum host. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh dari pemberian ekstrak daun kelor terhadap struktur duodenum mencit yang diinfeksi H.nana. Sebanyak 27 ekor mencit dibagi dalam 3 kelompok yaitu aquades (kontrol negatif), albendazole (kontrol positif), dan ekstrak daun kelor 500 ppm. Dosis letal 100 diperoleh dari uji in vitro ekstrak daun kelor pada telur dan larva cacing H.nana pada masa inkubasi 24, 48 dan 72 jam. Setiap mencit diinfeksi 40 butir telur H.nana secara oral. Ekstrak daun kelor diberikan selama 21 hari setelah infeksi. Histomorfometri struktur duodenum dengan mengukur tinggi vili, tebal mukosa, sub-mukosa, tunika muskularis, dan serosa pada 10 vili. Hasil penelitian diperoleh dosis letal 100-24 jam ekstrak daun kelor terhadap telur H.nana sebesar 397 ppm. Tinggi vili, tebal lapis mukosa, sub-mukosa, muskularis dan serosa mencit yang diberi ekstrak daun kelor berbeda signifikan (Sig<0.05). Pemberian ekstrak daun kelor dapat mempengaruhi struktur duodenum mencit yang terinfeksi cacing Hymenolepis nana.\u0000 \u0000The cestode worm Hymenolepis nana is a zoonotic intestinal parasitic worm. Infection from H. nana worms adversely affects the gastrointestinal tract, especially on the host duodenum. The purpose of this study was to determine the effect of Moringa leaf extract on the structure of the duodenum of mice infected with H. nana. A total of 27 mice were divided into 3 groups, namely aquades (negative control), albendazole (positive control), and Moringa leaf extract of 500 ppm. A lethal dose of 100 was obtained from in vitro tests of Moringa leaf extract on eggs and larvae of H. nana worms during the incubation period of 24, 48 and 72 hours. Each mice is infected with 40 H. nana eggs orally. Moringa leaf extract is administered for 21 days after infection. Histomorphometry of duodenal structures by measuring villi height, mucosal thickness, sub-mucosa, muscular tunica, and serous on 10 villi. The results of the study obtained a lethal dose of 100-24 hours of Moringa leaf extract against H. nana eggs of 397 ppm. Tall villi, thick layer mucosa, sub-mucosa, muscular and serous mice given Moringa leaf extract differed significantly (Sig<0.05). Administration of Moringa leaf extract can affect the structure of the duodenum of mice infected with Hymenolepis nana","PeriodicalId":53333,"journal":{"name":"Jurnal MIPA","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75872203","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Alpukat (Persea americana Mill) merupakan salah satu tanaman yang memiliki kandungan seperti tannin, alkaloid, saponin, alfa tokoferol dan flavonoid. Penelitian ini bertujuan untuk membuat formula, evaluasi stabilitas fisik dan menguji aktivitas antibakteri dari sediaan sabun mandi cair dari ekstrak etanol daun alpukat. Formula sediaan dibuat dalam 3 konsentrasi ekstrak yaitu F1 (10%), F2 (15%), dan F3 (20%). Uji stabilitas menggunakan metode penyimpanan dipercepat selama 6 siklus (1 siklus = 1x24 jam disuhu 4oC dan 1x24 jam disuhu 40oC), sedangkan uji aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi dengan bakteri uji Staphylococcus aureus. Hasil uji stabilitas menunjukkan F1, F2, dan F3 secara organoleptis memiliki bentuk yang cair, bau yang khas, dan warna hijau tua. Pada uji stabilitas menunjukkan tidak terjadi perubahan secara organolpetik dan homogenitas baik sebelum dan setelah penyimpanan dipercepat. Perubahan nilai pH terjadi pada F2 dan perubahan tinggi busa terjadi pada F1. Meski demikian, perubahan yang terjadi pada F1 dan F2 masih memenuhi syarat SNI. Secara keseluruhan stabilitas yang paling memadai adalah F3 karena tidak terjadi perubahan di setiap parameter uji stabilitas sediaan. Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa zona hambat rata-rata yang terbentuk dari kontrol negatif, F1, F2, F3 dan kontrol positif terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aurreus berturut-turut 0; 6,67 mm; 8,33 mm; 10,43 mm dan 14,57 mm. Dapat disimpulkan bahwa formula terbaik adalah F3 karena memiliki stabilitas yang paling baik dan aktivitas antibakteri yang paling kuat dibandingkan F1 dan F2. Jadi, semakin tinggi konsentrasi ekstrak pada formula semakin stabil dan tinggi pula zona hambat yang dihasilkan Avocado (Persea americana Mill) is a plant that contains tannin, alkaloid, saponin, alpha tocopherol and flavonoid. This study aims to make a formula, evaluate physical stability and antibacterial activity test of a liquid body wash made from ethanol extract of avocado leaves. The preparation formula was made in 3 extract concentrations, namely F1 (10%), F2 (15%), and F3 (20%). The stability test used the accelerated life testing for 6 cycles (1 cycle = 1x24 hours at 4oC and 1x24 hours at 40oC), while antibacterial activity test used the diffusion method with Staphylococcus aureus as bacteria agent. Stability test results showed that organoleptic of F1, F2, and F3 had a liquid form, a characteristic odor, and a dark green color. The stability test showed no changes in organoleptic and homogenity both before and after accelerated life testing. Changes in pH values occur in F2 and changes in foam height occur in F1. However, the changes that occur in F1 and F2 still appropriate with value of SNI. Overall the most adequate stability was F3 because there was no change in any of the stability test parameters of the preparation. The results of the antibacterial activity test showed that the average inhibition zone formed from negative cont
{"title":"Uji Stabilitas dan Aktivitas Sabun Mandi Cair Ekstrak Etanol Daun Alpukat (Persea americana Mill.)","authors":"Yusnita Usman, Mutmainnah Baharuddin","doi":"10.35799/jm.v12i2.44775","DOIUrl":"https://doi.org/10.35799/jm.v12i2.44775","url":null,"abstract":"Alpukat (Persea americana Mill) merupakan salah satu tanaman yang memiliki kandungan seperti tannin, alkaloid, saponin, alfa tokoferol dan flavonoid. Penelitian ini bertujuan untuk membuat formula, evaluasi stabilitas fisik dan menguji aktivitas antibakteri dari sediaan sabun mandi cair dari ekstrak etanol daun alpukat. Formula sediaan dibuat dalam 3 konsentrasi ekstrak yaitu F1 (10%), F2 (15%), dan F3 (20%). Uji stabilitas menggunakan metode penyimpanan dipercepat selama 6 siklus (1 siklus = 1x24 jam disuhu 4oC dan 1x24 jam disuhu 40oC), sedangkan uji aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi dengan bakteri uji Staphylococcus aureus. Hasil uji stabilitas menunjukkan F1, F2, dan F3 secara organoleptis memiliki bentuk yang cair, bau yang khas, dan warna hijau tua. Pada uji stabilitas menunjukkan tidak terjadi perubahan secara organolpetik dan homogenitas baik sebelum dan setelah penyimpanan dipercepat. Perubahan nilai pH terjadi pada F2 dan perubahan tinggi busa terjadi pada F1. Meski demikian, perubahan yang terjadi pada F1 dan F2 masih memenuhi syarat SNI. Secara keseluruhan stabilitas yang paling memadai adalah F3 karena tidak terjadi perubahan di setiap parameter uji stabilitas sediaan. Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa zona hambat rata-rata yang terbentuk dari kontrol negatif, F1, F2, F3 dan kontrol positif terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aurreus berturut-turut 0; 6,67 mm; 8,33 mm; 10,43 mm dan 14,57 mm. Dapat disimpulkan bahwa formula terbaik adalah F3 karena memiliki stabilitas yang paling baik dan aktivitas antibakteri yang paling kuat dibandingkan F1 dan F2. Jadi, semakin tinggi konsentrasi ekstrak pada formula semakin stabil dan tinggi pula zona hambat yang dihasilkan\u0000Avocado (Persea americana Mill) is a plant that contains tannin, alkaloid, saponin, alpha tocopherol and flavonoid. This study aims to make a formula, evaluate physical stability and antibacterial activity test of a liquid body wash made from ethanol extract of avocado leaves. The preparation formula was made in 3 extract concentrations, namely F1 (10%), F2 (15%), and F3 (20%). The stability test used the accelerated life testing for 6 cycles (1 cycle = 1x24 hours at 4oC and 1x24 hours at 40oC), while antibacterial activity test used the diffusion method with Staphylococcus aureus as bacteria agent. Stability test results showed that organoleptic of F1, F2, and F3 had a liquid form, a characteristic odor, and a dark green color. The stability test showed no changes in organoleptic and homogenity both before and after accelerated life testing. Changes in pH values occur in F2 and changes in foam height occur in F1. However, the changes that occur in F1 and F2 still appropriate with value of SNI. Overall the most adequate stability was F3 because there was no change in any of the stability test parameters of the preparation. The results of the antibacterial activity test showed that the average inhibition zone formed from negative cont","PeriodicalId":53333,"journal":{"name":"Jurnal MIPA","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-02-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"85354813","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Salah satu buah yang banyak dimanfaatkan di Indonesia adalah buah naga merah (Hylocereus polyrhizus). Buah naga merah banyak dikonsumsi secara langsung atau diolah menjadi jus, agar-agar, dan pewarna alami, sedangkan kulitnya mengandung pektin ± 10,8% . Pektin merupakan komponen tambahan dalam industri makanan, farmasi dan kosmetik, pektin digunakan sebagai pengental, pengikat, obat-obatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar pektin yang terdapat pada kulit buah naga merah. Pengambilan pektin yang terdapat pada kulit buah naga merah dilakukan dengan metode ekstraksi menggunakan pelarut asam klorida (HCl) 0,35 N. Proses ekstraksi pektin pada penelitian ini menggunakan waktu 90 menit. Setelah ekstraksi selesai dilakukan karakterisasi pektin antara lain, kadar pektin, kadar air , berat ekivalen, kadar metoksil. Hasil penelitian yang dilakukan didapatkan kadar pektin 6,118% dan 1,895%, kadar air 23,747% dan 18,059%, berat ekivalen 346,284 mg dan 456,898 mg, kadar metoksil 2,504% dan 1,638%. One fruit that is widely used in Indonesia is the red dragon fruit (Hylocereus polyrhizus). Dragon fruit is consumed directly or processed into juice, jelly, and natural dyes, while the peel contains ± 10.8% pectin. Pectin is an additional component in the food, pharmaceutical and cosmetic industries, pectin is used as a thickener, binder, medicine. The purpose of this study was to determine the levels of pectin found in red dragon peel. Extraction of pectin contained in red dragon was carried out by extraction method using 0.35 N hydrochloric acid (HCl) solvent. The pectin extraction process in this study used 90 minutes. The results of the research showed that pectin content was 6.118% and 1.895%, water content was 23.747% and 18.059%, equivalent weight was 346.284 mg and 456.898 mg, methoxyl content was 2.504% and 1.638%.
{"title":"Penetapan Kadar Pektin dan Metoksil Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus) yang Diekstraksi Dengan Metode Refluks","authors":"Rahmayulis Rahmayulis, Tri ulan Dari, Hilmarni","doi":"10.35799/jm.v12i2.44984","DOIUrl":"https://doi.org/10.35799/jm.v12i2.44984","url":null,"abstract":"Salah satu buah yang banyak dimanfaatkan di Indonesia adalah buah naga merah (Hylocereus polyrhizus). Buah naga merah banyak dikonsumsi secara langsung atau diolah menjadi jus, agar-agar, dan pewarna alami, sedangkan kulitnya mengandung pektin ± 10,8% . Pektin merupakan komponen tambahan dalam industri makanan, farmasi dan kosmetik, pektin digunakan sebagai pengental, pengikat, obat-obatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar pektin yang terdapat pada kulit buah naga merah. Pengambilan pektin yang terdapat pada kulit buah naga merah dilakukan dengan metode ekstraksi menggunakan pelarut asam klorida (HCl) 0,35 N. Proses ekstraksi pektin pada penelitian ini menggunakan waktu 90 menit. Setelah ekstraksi selesai dilakukan karakterisasi pektin antara lain, kadar pektin, kadar air , berat ekivalen, kadar metoksil. Hasil penelitian yang dilakukan didapatkan kadar pektin 6,118% dan 1,895%, kadar air 23,747% dan 18,059%, berat ekivalen 346,284 mg dan 456,898 mg, kadar metoksil 2,504% dan 1,638%.\u0000One fruit that is widely used in Indonesia is the red dragon fruit (Hylocereus polyrhizus). Dragon fruit is consumed directly or processed into juice, jelly, and natural dyes, while the peel contains ± 10.8% pectin. Pectin is an additional component in the food, pharmaceutical and cosmetic industries, pectin is used as a thickener, binder, medicine. The purpose of this study was to determine the levels of pectin found in red dragon peel. Extraction of pectin contained in red dragon was carried out by extraction method using 0.35 N hydrochloric acid (HCl) solvent. The pectin extraction process in this study used 90 minutes. The results of the research showed that pectin content was 6.118% and 1.895%, water content was 23.747% and 18.059%, equivalent weight was 346.284 mg and 456.898 mg, methoxyl content was 2.504% and 1.638%.","PeriodicalId":53333,"journal":{"name":"Jurnal MIPA","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-02-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90085528","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
As'ari As'ari, Meidy Rosalie Pulu, H. I. Mosey, S. H. Tongkukut, V. Suoth
Penelitian potensi sebaran air tanah dilakukan di Kelurahan Watudambo Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara dengan menggunakan analisis pengukuran metode geolistrik resistivitas konfigurasi dipol-dipol. Akuisisi data dilakukan pada 2 lintasan pengukuran. Panjang tiap lintasan 480 meter dan jarak spasi tiap elektroda adalah 10 meter. Data diolah menggunakan sofware Res2dinv. Berdasarkan pemodelan 2D nilai resistivitas yang didapat dominan sebesar ≤ 292 pada kedua lintasan sepanjang 480 m yang diinterpretasikan sebagai batuan pasi, lempung dan alluvium. Sebaran akuifer diidentifikasi dengan nilai resistivitas sebesar ≤ 57 Ωm pada kedua lintasan. Pada lintasan 1 terdapat 5 titik akuifer yang berada pada kedalaman 3-70 meter dari permukaan tanah dan diestimasi akuifer yang memiliki cadangan volume air tanah terbesar pada akuifer 3. Pada lintasan 2 terdapat 4 titik akuifer pada kedalaman 5 – 70 meter dari permukaan tanah dan akuifer 3 diestimasi memiliki cadangan volume air terbesar.
{"title":"Sebaran Akuifer di Kelurahan Watudambo Provinsi Sulawesi Utara dengan Menggunakan Metode Eksplorasi Geolistrik Resistivitas","authors":"As'ari As'ari, Meidy Rosalie Pulu, H. I. Mosey, S. H. Tongkukut, V. Suoth","doi":"10.35799/jm.v12i1.44939","DOIUrl":"https://doi.org/10.35799/jm.v12i1.44939","url":null,"abstract":"Penelitian potensi sebaran air tanah dilakukan di Kelurahan Watudambo Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara dengan menggunakan analisis pengukuran metode geolistrik resistivitas konfigurasi dipol-dipol. Akuisisi data dilakukan pada 2 lintasan pengukuran. Panjang tiap lintasan 480 meter dan jarak spasi tiap elektroda adalah 10 meter. Data diolah menggunakan sofware Res2dinv. Berdasarkan pemodelan 2D nilai resistivitas yang didapat dominan sebesar ≤ 292 pada kedua lintasan sepanjang 480 m yang diinterpretasikan sebagai batuan pasi, lempung dan alluvium. Sebaran akuifer diidentifikasi dengan nilai resistivitas sebesar ≤ 57 Ωm pada kedua lintasan. Pada lintasan 1 terdapat 5 titik akuifer yang berada pada kedalaman 3-70 meter dari permukaan tanah dan diestimasi akuifer yang memiliki cadangan volume air tanah terbesar pada akuifer 3. Pada lintasan 2 terdapat 4 titik akuifer pada kedalaman 5 – 70 meter dari permukaan tanah dan akuifer 3 diestimasi memiliki cadangan volume air terbesar.","PeriodicalId":53333,"journal":{"name":"Jurnal MIPA","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"76715875","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Diabetes Mellitus is a chronic disease characterized by elevated blood glucose levels. Diabetes Mellitus is a global disease that affects 536.6 million people in the world and is predicted to increase to 643 million people in 2030 and 783.2 million people in 2045. Snake fruit is one of the fruits in North Sulawesi that has the potential to be developed. be an alternative to treatment. The aims of this study is was to examine the effect of snake fruit extract in rats with diabetes mellitus model. The study used 5 groups, negative control group was given NaCMC solution, the positive control group was given metformin and the treatment group was given snake fruit extract with concentrations of 10%, 20% and 40%. The parameters observed in this study were body weight and blood glucose profile. The study showed that the administration of snake fruit extract had a significant effect on blood glucose profiles and body weight with p < 0.05 and there were significant differences between each treatment group both in the glucose profile parameters and body weight of rats.
{"title":"Efek Pemberian Ekstrak Buah Salak (Salacca zalacca) dalam menurunkan kadar glukosa darah pada tikus model Diabetes melitus","authors":"O. Datu, J. S. Lebang, E. Suoth","doi":"10.35799/jm.v12i1.44267","DOIUrl":"https://doi.org/10.35799/jm.v12i1.44267","url":null,"abstract":"\u0000 \u0000 \u0000 \u0000Diabetes Mellitus is a chronic disease characterized by elevated blood glucose levels. Diabetes Mellitus is a global disease that affects 536.6 million people in the world and is predicted to increase to 643 million people in 2030 and 783.2 million people in 2045. Snake fruit is one of the fruits in North Sulawesi that has the potential to be developed. be an alternative to treatment. The aims of this study is was to examine the effect of snake fruit extract in rats with diabetes mellitus model. The study used 5 groups, negative control group was given NaCMC solution, the positive control group was given metformin and the treatment group was given snake fruit extract with concentrations of 10%, 20% and 40%. The parameters observed in this study were body weight and blood glucose profile. The study showed that the administration of snake fruit extract had a significant effect on blood glucose profiles and body weight with p < 0.05 and there were significant differences between each treatment group both in the glucose profile parameters and body weight of rats. \u0000 \u0000 \u0000 \u0000","PeriodicalId":53333,"journal":{"name":"Jurnal MIPA","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"82897139","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
K. L. Mansauda, Surya Sumantri Abdullah, Ryan Irwanto Tunggal
Karakteristik emulsi krim dipengaruhi oleh suhu, kecepatan agitasi, waktu, tekanan dan surfaktan. Variasi emulgator seperti asam stearat dan trietanolamin (TEA) dapat mempengaruhi stabilitas krim. Tujuan penelitian yaitu menguji kestabilan fisik krim M/A ekstrak kulit alpukat dengan variasi kombinasi asam stearat dan TEA sebagai emulgator. Kulit buah alpukat diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut aseton 70%, kemudian diformulasikan menjadi sediaan krim m/a dan diuji stabilitas fisiknya pada penyimpanan selama 4 minggu dalam suhu rendah (4±2ºC), suhu kamar (25±2ºC), dan suhu tinggi (40±2ºC) juga uji stabilitas sentrifugasi. Hasil penelitian menunjukkan sediaan F3 dan F4 tidak menunjukkan adanya perubahan pada uji organoleptik dan homogen setelah 4 minggu, memenuhi syarat uji pH, daya sebar dan daya lekat serta tidak ada pemisahan fase setelah uji sentrifugasi sedangkan F1 dan F2 mengalami perubahan pada uji organoleptik dan tidak memenuhi syarat pH. Berdasarkan hasil penelitian sediaan krim, F3 dan F4 merupakan krim yang stabil secara fisik.
{"title":"Stabilitas Fisik Krim Ekstrak Kulit Buah Alpukat Dengan Variasi Perbandingan Asam Stearat dan Trietanolamin","authors":"K. L. Mansauda, Surya Sumantri Abdullah, Ryan Irwanto Tunggal","doi":"10.35799/jm.v12i1.44221","DOIUrl":"https://doi.org/10.35799/jm.v12i1.44221","url":null,"abstract":"Karakteristik emulsi krim dipengaruhi oleh suhu, kecepatan agitasi, waktu, tekanan dan surfaktan. Variasi emulgator seperti asam stearat dan trietanolamin (TEA) dapat mempengaruhi stabilitas krim. Tujuan penelitian yaitu menguji kestabilan fisik krim M/A ekstrak kulit alpukat dengan variasi kombinasi asam stearat dan TEA sebagai emulgator. Kulit buah alpukat diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut aseton 70%, kemudian diformulasikan menjadi sediaan krim m/a dan diuji stabilitas fisiknya pada penyimpanan selama 4 minggu dalam suhu rendah (4±2ºC), suhu kamar (25±2ºC), dan suhu tinggi (40±2ºC) juga uji stabilitas sentrifugasi. Hasil penelitian menunjukkan sediaan F3 dan F4 tidak menunjukkan adanya perubahan pada uji organoleptik dan homogen setelah 4 minggu, memenuhi syarat uji pH, daya sebar dan daya lekat serta tidak ada pemisahan fase setelah uji sentrifugasi sedangkan F1 dan F2 mengalami perubahan pada uji organoleptik dan tidak memenuhi syarat pH. Berdasarkan hasil penelitian sediaan krim, F3 dan F4 merupakan krim yang stabil secara fisik.","PeriodicalId":53333,"journal":{"name":"Jurnal MIPA","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"83445783","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}