首页 > 最新文献

Journal of human nutrition最新文献

英文 中文
Karakteristik Organoleptik Formulasi Biskuit Berbasis Tepung Labu Kuning (Cucurbita moschata), Tepung Kacang Koro (Mucuna prurien), dan Tepung Sagu (Metroxilon sago) (The Organoleptic Characteristics of Biscuit Formulation with Curcubita moschata, Mucuna prurien, and Metroxilon sago Based Curcubita moschata、Mucuna瘙痒症和Metrosilon sago饼干配方的感官特征
Pub Date : 2016-07-01 DOI: 10.21776/UB.IJHN.2016.003.SUPLEMEN.10
Rachma Wati, Rosi Novita, Ampera Miko
Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa prevalensi status gizi anak balita di Provinsi Aceh berdasarkan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB diatas prevalensi nasional, yaitu berturut-turut 25%, 40% dan 15%. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi masalah gizi adalah pemberian makanan tambahan pada anak balita.  Pengembangan produk biskuit dari bahan pangan lokal dapat dijadikan salah satu alternatif makanan tambahan untuk meningkatkan status gizi anak balita. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik organoleptik formulasi biskuit berbasis pangan lokal dari tepung labu kuning (Cucurbita moschata), tepung kacang koro (Mucuna prurient) dan tepung sagu (Metroxilon sago). Desain penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu kombinasi penggunaan tepung labu kuning, kacang koro dan sagu dalam formulasi biskuit. Pengujian sifat organoleptik metode hedonik merupakan parameter yang digunakan untuk menentukan formulasi biskuit yang paling disukai. Panelis yang digunakan adalah panelis semi terlatih sebanyak 30 orang. Hasil analisis sidik ragam ketiga formulasi biskuit terhadap parameter warna dan rasa biskuit menunjukkan hasil berbeda nyata pada selang kepercayaan 95% (α = 0,05), sedangkan untuk parameter aroma dan tekstur tidak memberikan hasil yang berbeda nyata. Berdasarkan karakteristik organoleptik, formulasi biskuit yang lebih disukai oleh panelis adalah biskuit dengan kombinasi tepung labu kuning 20 gram, tepung kacang koro 10 gram dan tepung sagu 20 gram. Kata kunci : biskuit, tepung labu kuning, tepung kacang koro, tepung sagu, organoleptik  Riskesdas (2013) shows that prevelance of children under nutrition in Aceh province based on index weight for age, height for age, and weight for height are above National prevalency, comprising 25%, 40%, and 15% respectively. One of the efforts conducted to reduce nutrition problem is the adminstration of supplementary food for children. Development of biscuit from local food can be used as supplemetary food to help the unfortunate children. This research was aimed to study the  organoleptic characteristic of biscuit formulation based on local food pumpkin flour (Cucurbita moschata), koro bean flour (mucuna prurien) and sago flour (Metroxilon sago). The research design used was one factor complete randomized design, with  the combination of pumpkin flour, koro bean and sago in biscuit combination. The quality of the biscuits was assessed organolepticaly using 30 semi trained panelists.  The result of the analysis of variance of colours and flavour paramaters showed a significant difference at  95% confident interval. The analysis of variance resulted in confident interval 95% (α=0,05), while from the smell and texture parameter it does not show a significantly different result. Based on the characteristic of organoleptics, the preferrred biscuit formulation chosen by panelists is biscuit with the combination of 20 g pumpkin flour, 10 g koro bean flour
Riskesdas(2013)指出,亚齐省幼儿营养状况的流行程度超过了国家普遍存在的25%、40%和15%。减少营养问题的一个可能的努力是为蹒跚学步的孩子增加食物。当地食品的饼干产品开发可以作为一种替代食品,以提高幼儿的营养状况。这项研究的目的是研究当地食用南瓜粉(cucurita moschata)、koro豆粉(Mucuna prurient)和sagu面粉(cxilon sago)的有机有机配方。所使用的研究设计是一个完整的随机设计(RAL),其中一个因素是在饼干配方中使用的南瓜粉、koro大豆和sagu。享乐主义方法的有机性质测试是确定饼干最喜欢的配方的一个参数。这个小组使用的是30个半专业的小组。第三指纹分析结果多样饼干的配方不同颜色和口味的饼干参数显示了真正的信仰的软管95%(α= 0。05),至于这些参数真实的味道和质地不产生不同的结果。根据有机饼干的特点,专家小组喜欢的饼干配方是含有20克南瓜粉、10克玉米粉和20克芥末粉的饼干。关键字:饼干、南瓜粉、koro豆粉、sagu面粉、有机骨料Riskesdas(2013)展示了亚齐省儿童在年龄、年龄、身高和体重方面的预防,增加了25%、40%和15%的尊重。受影响的营养问题之一是补充营养的食物。当地食物的饼干发展可以作为一种供应来帮助不幸的儿童。这项研究包括研究当地食品南瓜粉、koro bean flour (mucuna prurien)和sago flour(大都会sago)的有机香料配方。研究中使用的设计是唯一一个完成的专利设计,与南瓜水、koro bean和sago in biscuit的组合。biscuits的特点是使用30个半训练有素的panelists进行有机评估。颜色和黄色差异分析的结果显示,95%的间隔间出现了严重差异。分析》variance resulted in自信95%区间(α= 0。05),而从《闻到和纹理这确实不是秀甲significantly参数不同的论点。根据有机物的特点,由panelists选择的preferrred biscuit配方与20克南瓜水、10克koro bean flour和20克sago flour的混合物。饼干,南瓜水,koro bean水,sago水,有机水
{"title":"Karakteristik Organoleptik Formulasi Biskuit Berbasis Tepung Labu Kuning (Cucurbita moschata), Tepung Kacang Koro (Mucuna prurien), dan Tepung Sagu (Metroxilon sago) (The Organoleptic Characteristics of Biscuit Formulation with Curcubita moschata, Mucuna prurien, and Metroxilon sago Based","authors":"Rachma Wati, Rosi Novita, Ampera Miko","doi":"10.21776/UB.IJHN.2016.003.SUPLEMEN.10","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.IJHN.2016.003.SUPLEMEN.10","url":null,"abstract":"Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa prevalensi status gizi anak balita di Provinsi Aceh berdasarkan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB diatas prevalensi nasional, yaitu berturut-turut 25%, 40% dan 15%. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi masalah gizi adalah pemberian makanan tambahan pada anak balita.  Pengembangan produk biskuit dari bahan pangan lokal dapat dijadikan salah satu alternatif makanan tambahan untuk meningkatkan status gizi anak balita. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik organoleptik formulasi biskuit berbasis pangan lokal dari tepung labu kuning (Cucurbita moschata), tepung kacang koro (Mucuna prurient) dan tepung sagu (Metroxilon sago). Desain penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu kombinasi penggunaan tepung labu kuning, kacang koro dan sagu dalam formulasi biskuit. Pengujian sifat organoleptik metode hedonik merupakan parameter yang digunakan untuk menentukan formulasi biskuit yang paling disukai. Panelis yang digunakan adalah panelis semi terlatih sebanyak 30 orang. Hasil analisis sidik ragam ketiga formulasi biskuit terhadap parameter warna dan rasa biskuit menunjukkan hasil berbeda nyata pada selang kepercayaan 95% (α = 0,05), sedangkan untuk parameter aroma dan tekstur tidak memberikan hasil yang berbeda nyata. Berdasarkan karakteristik organoleptik, formulasi biskuit yang lebih disukai oleh panelis adalah biskuit dengan kombinasi tepung labu kuning 20 gram, tepung kacang koro 10 gram dan tepung sagu 20 gram. Kata kunci : biskuit, tepung labu kuning, tepung kacang koro, tepung sagu, organoleptik  Riskesdas (2013) shows that prevelance of children under nutrition in Aceh province based on index weight for age, height for age, and weight for height are above National prevalency, comprising 25%, 40%, and 15% respectively. One of the efforts conducted to reduce nutrition problem is the adminstration of supplementary food for children. Development of biscuit from local food can be used as supplemetary food to help the unfortunate children. This research was aimed to study the  organoleptic characteristic of biscuit formulation based on local food pumpkin flour (Cucurbita moschata), koro bean flour (mucuna prurien) and sago flour (Metroxilon sago). The research design used was one factor complete randomized design, with  the combination of pumpkin flour, koro bean and sago in biscuit combination. The quality of the biscuits was assessed organolepticaly using 30 semi trained panelists.  The result of the analysis of variance of colours and flavour paramaters showed a significant difference at  95% confident interval. The analysis of variance resulted in confident interval 95% (α=0,05), while from the smell and texture parameter it does not show a significantly different result. Based on the characteristic of organoleptics, the preferrred biscuit formulation chosen by panelists is biscuit with the combination of 20 g pumpkin flour, 10 g koro bean flour ","PeriodicalId":76005,"journal":{"name":"Journal of human nutrition","volume":"3 1","pages":"91-97"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68317531","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Perbedaan Kekuatan Genggam Berdasarkan Status Gizi pada Pasien DM Tipe 2 (Handgrip Strength Difference based on Nutritional Status in Type 2 Diabetic Patients) 基于营养状况的2型糖尿病患者握力差异
Pub Date : 2016-07-01 DOI: 10.21776/UB.IJHN.2016.003.SUPLEMEN.2
Banun Rohimah, S. Sugiarto, A. Probandari, B. Wiboworini
Abstrak Diabetes melitus (DM) merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Kondisi malnutrisi dapat terjadi pada pasien DM. Malnutrisi menyebabkan kelainan sensorimotor dan pengecilan otot yang bervariasi pada tiap tahapannya. Penilaian penurunan kekuatan genggam disarankan sebagai metode untuk mendeteksi kekurangan gizi di bidang klinik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kekuatan genggam berdasarkan status gizi IMT pada pasien DM tipe 2. Penelitian ini bersifat observasional dengan rancangan cross sectional . Jumlah sampel adalah 153 pasien DM tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam rawat jalan RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling . Semua sampel diukur kekuatan genggam menggunakan handgrip dynamometer dan untuk Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan penimbangan berat badan menggunakan timbangan digital dan pengukuran tinggi badan menggunaan microtoise kemudian dimasukkan rumus IMT. Analisis yang digunakan yaitu uji t independen untuk mengetahui perbedaan nilai rerata kekuatan genggam, perhitungan koefisien korelasi P earson untuk mengetahui hubungan kekuatan genggam dengan IMT, dan model regresi linear untuk prediksi skor dari karakteristik ke variabel kekuatan genggam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada 153 subjek memiliki rentang usia 38-68 tahun dengan rata-rata 56±7,13 tahun. Terdapat perbedaan kekuatan genggam berdasar jenis kelamin dan pekerjaan pada status gizi baik dan kurang, sedangkan perbedaan kekuatan genggam berdasar pendidikan hanya pada status gizi baik. Nilai kekuatan genggam antara status gizi kurang vs. status gizi baik = 22,28±9,69 kg vs. 22,98±8,27 kg (p=0,807). Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan kekuatan genggam antara status gizi kurang dan status gizi baik berdasarkan IMT pada pasien DM tipe 2. Kata kunci : Kekuatan genggam, IMT, DM Tipe 2 Abstract Diabetes mellitus is a major health problem. Malnutrition is common among diabetic patients. Malnutrition may cause sensory motor disorders and muscle wasting in varying degrees. Handgrip strength (HGS) asessment is recommended to detect undernutrition in clinical practice. The aim of this study was to determine the HGS in type 2 diabetic patients. This was an observational study with cross sectional design. 153 type 2 diabetes outpatients of internal medicine clinic in Dr Moewardi Hospital, Surakarta were recruited using purposive sampling technique. HGS level was measured using handgrip dynamometer. The bodyweight and height were measured using digital weight scale and microtoise, respectively. The body mass index (BMI) was determined from body weight in kilograms divided by the square of height in meters. Independent sample t test was used to determine the difference of HGS level based of BMI index; Pearson correlation coefficient  measures the correlation between HGS and BMI while linear regression models were used to predict score from characteristic to HGS variable. Overall, 153 type 2 d
摘要糖尿病(DM)是一个主要的公共卫生问题。营养不良的情况可能发生在DM患者身上,营养不良会导致感觉功能障碍和肌肉一次变化。建议减少手持能力评估作为检测临床营养不良的一种方法。本研究旨在根据DM第二型患者的IMT营养状况来确定手持能力的不同。这项研究是经节设计的观测结果。样本数量为153例DM型2型临床病例,患者为Moewardi Surakarta。抽样技术是采样过程。所有的样本都是用手状动力学仪和身体质量指数(IMT)来测量手持式动力学和身体质量指数(IMT),通过使用数字砝码和用微技术测量体重,然后插入IMT公式。所使用的分析是独立的t测试,以确定握功率重值的不同值,P厄尔森相关的系数计算与IMT的关系,以及线性回归模型,预测从特征到手持功率变量的分数。研究结果表明,与平均年153受试者有年龄跨度38-68 56±7,13年。在性别和就业状况上存在明显的差距,而手持能力的差异在于教育程度。手持价值力量之间的营养状态vs .良好的营养状态= 22,28±9.69公斤vs . 22.98±8,27公斤(p = 0.807)。可以得出结论,基于DM第二型DM患者的精神疾病的低劣营养状况和良好营养状况没有显著区别。关键词:手持能力,IMT, DM第二型糖尿病糖尿病是一个主要的健康问题。营养不良和糖尿病患者很常见。营养不良可能是感官剥夺和肌肉浪费在危险的环境中。手抓力(HGS)要求检测临床实践中的营养不足。这项研究的目标是确定HGS在2型糖尿病患者中。这是一项具有交叉设计的观察研究。153型2型糖尿病患者在Moewardi医院的内科诊所被重新采用采样技术。HGS级使用手工grip dynamometer。《身体重量》和《height》使用数字天平和微托表进行了测量。身体质量指数(BMI)是由腰围的平方平方计算出来的。基于BMI指数的HGS水平不同;关于HGS和BMI之间的可行性关系,而线性遗憾模型则被用来从characteristic到hg可变的分数加以预测性。Overall, 153型2型糖尿病患者年龄38-68岁,参加这次研究。时代之均值水平是56±7,13 year-old。HGS水平的不同之处在于性别和性别类型,而hg水平的差异只在非正规群体中发现。HGS underweight vs normoweight集团之间是22,28±9.69 vs 22.98±8,27公斤(p = 0.807)。HGS在2型糖尿病患者中没有显著的不同。主音:手机紧张,BMI, 2型糖尿病。
{"title":"Perbedaan Kekuatan Genggam Berdasarkan Status Gizi pada Pasien DM Tipe 2 (Handgrip Strength Difference based on Nutritional Status in Type 2 Diabetic Patients)","authors":"Banun Rohimah, S. Sugiarto, A. Probandari, B. Wiboworini","doi":"10.21776/UB.IJHN.2016.003.SUPLEMEN.2","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.IJHN.2016.003.SUPLEMEN.2","url":null,"abstract":"Abstrak Diabetes melitus (DM) merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Kondisi malnutrisi dapat terjadi pada pasien DM. Malnutrisi menyebabkan kelainan sensorimotor dan pengecilan otot yang bervariasi pada tiap tahapannya. Penilaian penurunan kekuatan genggam disarankan sebagai metode untuk mendeteksi kekurangan gizi di bidang klinik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kekuatan genggam berdasarkan status gizi IMT pada pasien DM tipe 2. Penelitian ini bersifat observasional dengan rancangan cross sectional . Jumlah sampel adalah 153 pasien DM tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam rawat jalan RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling . Semua sampel diukur kekuatan genggam menggunakan handgrip dynamometer dan untuk Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan penimbangan berat badan menggunakan timbangan digital dan pengukuran tinggi badan menggunaan microtoise kemudian dimasukkan rumus IMT. Analisis yang digunakan yaitu uji t independen untuk mengetahui perbedaan nilai rerata kekuatan genggam, perhitungan koefisien korelasi P earson untuk mengetahui hubungan kekuatan genggam dengan IMT, dan model regresi linear untuk prediksi skor dari karakteristik ke variabel kekuatan genggam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada 153 subjek memiliki rentang usia 38-68 tahun dengan rata-rata 56±7,13 tahun. Terdapat perbedaan kekuatan genggam berdasar jenis kelamin dan pekerjaan pada status gizi baik dan kurang, sedangkan perbedaan kekuatan genggam berdasar pendidikan hanya pada status gizi baik. Nilai kekuatan genggam antara status gizi kurang vs. status gizi baik = 22,28±9,69 kg vs. 22,98±8,27 kg (p=0,807). Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan kekuatan genggam antara status gizi kurang dan status gizi baik berdasarkan IMT pada pasien DM tipe 2. Kata kunci : Kekuatan genggam, IMT, DM Tipe 2 Abstract Diabetes mellitus is a major health problem. Malnutrition is common among diabetic patients. Malnutrition may cause sensory motor disorders and muscle wasting in varying degrees. Handgrip strength (HGS) asessment is recommended to detect undernutrition in clinical practice. The aim of this study was to determine the HGS in type 2 diabetic patients. This was an observational study with cross sectional design. 153 type 2 diabetes outpatients of internal medicine clinic in Dr Moewardi Hospital, Surakarta were recruited using purposive sampling technique. HGS level was measured using handgrip dynamometer. The bodyweight and height were measured using digital weight scale and microtoise, respectively. The body mass index (BMI) was determined from body weight in kilograms divided by the square of height in meters. Independent sample t test was used to determine the difference of HGS level based of BMI index; Pearson correlation coefficient  measures the correlation between HGS and BMI while linear regression models were used to predict score from characteristic to HGS variable. Overall, 153 type 2 d","PeriodicalId":76005,"journal":{"name":"Journal of human nutrition","volume":"2675 1","pages":"9-19"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68317666","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Mi “Mocafle” Peningkatan Kadar Gizi Mie Kering Berbasis Pangan Lokal Fungsional (Mocafle Noodle to Increase the Nutritional Level of Dry Noodles as Fuctional Local Food Based) 营养面条以当地食物为基础的干面条增加营养水平。
Pub Date : 2016-07-01 DOI: 10.21776/UB.IJHN.2016.003.SUPLEMEN.4
L. S. Aliya, Yosfi Rahmi, Setyawati Soeharto
Abstrak Berdasarkan Riskesdas 2010, prevalensi balita Kurang Energi Protein (KEP) sebesar 17,9%. Penduduk Indonesia yang mengkonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal sebanyak 40,7%, sedangkan untuk protein sebanyak 37%. Salah satu cara mengatasi KEP antara lain dengan diversifikasi pangan terutama di daerah rawan pangan ataupun masyarakat berdaya beli rendah. Pangan lokal fungsional yang bisa diupayakan adalah mocaf karena karbohidratnya tinggi dan lele karena proteinnya tinggi. Ketersediaan mocaf dan lele cukup melimpah dan mudah didapat. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan formulasi tepung mocaf dan tepung lele pada produk Mie Kering “Mocafle” dapat diterima secara mutu fisik maupun mutu organoleptik dan terdapat peningkatan kadar zat gizinya. Metode penelitian Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 taraf perlakuan dan 5 kali replikasi. Taraf perlakuan berdasarkan proporsi tepung terigu, tepung mocaf, tepung tapioka, dan tepung lele dengan perbandingan P0 (100%; 0%; 0%; 0%), P1 (40%; 40%; 20%; 0%), P2 (35%; 40%; 20%; 5%), P3 (30%; 40%; 20%; 10%), dan P4 (25%; 40%; 20%; 15%). Parameter yang diamati adalah daya putus mie, rasa, warna, aroma, tekstur, karbohidrat, protein, lemak, dan kadar air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan penilaian terbaik panelis, mie “Mocafle” dengan formulasi tepung terigu 35%, tepung mocaf 40%, tepung tapioka 20%, dan tepung lele 5% secara mutu fisik dan mutu organoleptik relatif sama dengan mie kontrol, secara kandungan gizi proteinnya sedikit lebih rendah. Kesimpulan dari penelitian ini adalah dapat mewujudkan suatu produk berbahan dasar pangan lokal fungsional yang dapat diterima oleh masyarakat dan pemanfaatan mocaf dapat mengurangi ketergantungan kepada terigu. Kata kunci : tepung mocaf, tepung lele, mie kering, pangan lokal Abstract Based on Riskesdas 2010, the prevalence of toddler’s Protein Energy Deficiency (PEM) was accounting for 17.9%. Indonesian people consume under the minimal requirements as much as 40.7% for energy and 37% for protein. One of the ways to overcome PEM is food diversification, especially in food insecure areas and has low purchasing power. Local functional foods that could be secured are mocaf because of its high carbohydrate and catfish because of its high protein. The availability of mocaf and catfish is relatively abundant and easily obtained. The purpose of this research is to prove mocaf flour and catfish flour formulations on dried noodles "Mocafle" acceptable in their physical quality and organoleptic quality and to increase the nutritional quality. Research methods were completely randomized design (CRD) with 5 treatments and 5 replications. Treatment was based on the proportion of wheat flour, mocaf flour, tapioca flour, and catfish flour with comparison P0 (100%:0%:0%:0%), P1 (40%: 40%: 20%: 0%), P2 (35%: 40%: 20%: 5%), P3 (30%: 40%: 20%: 10%), and P4 (25%: 40%: 20%: 15%). Parameters measured were breaking power of noodle, taste, color, flavor, texture, ca
根据2010年Riskesdas的摘要,蹒跚学步者的蛋白流行率低于17.9%。印度尼西亚的能源消费不足至少为40.7%,而蛋白质消费为37%。解决这些问题的一种方法包括食品多样化,主要是在低食人群或低购买力社会。当地的功能性食物是碳水化合物高,鲶鱼高。摩卡托夫和乐乐的可用性是相当丰富和容易获得的。这项研究的目的是证明干面“Mocafle”可以接受的面粉配方和鲶鱼粉的配方,以及营养质量的提高。全随机设计研究方法,治疗5个阶段,复制5次。可接受程度是根据小麦粉、mocaf面粉、木薯粉和鲶鱼的比例,与P0 (100%;0%;0%;0%), P1 (40%;40%;20%;0%), P2 (35%;40%;20%;5%), P3 (30%;40%;20%;10%), P4 (25%;40%;20%;15%)。观察到的参数包括面条、味道、颜色、气味、质地、碳水化合物、蛋白质、脂肪和含水率。研究结果表明,根据专家的最佳评估,用面粉配方为35%,面粉为40%,木薯粉为20%,面粉为有机面条相对较低。这项研究的结论是,能够实现一种由当地功利食品制成的产品,这种食品是社会可以接受的,莫卡夫的使用可以减少对小麦的依赖。关键词:mocaf面粉,鲶鱼粉,干面,基于2010年Riskesdas的当地营养价值食物,toddler蛋白能量不足(PEM)的预防标准是17.9%。印尼人的要求是最低要求,能量4.7%,蛋白质37%。治疗方法之一是食品多样化,特别是食品不安全的领域,采购能力较低。当地的食品资金可能是有限的,因为它的高卡波龙和鲶鱼因为它的高蛋白质。mocaf和鲶鱼的可控性是相对的,容易受到感染。这项研究的目的是证明食源性和鲶鱼食的配方,在它们的生理和有机质量中接受“Mocafle”,并增加营养质量。研究方法是用5种试验和5种复制完成的设计。治疗基于小麦、mocaf弗洛尔、木薯粉和P0(100%:0%:0%)、P1(40%: 20%: 0%)、P2(35%: 20%: 5%)、P2(30%: 20%: 20%)、P4(25%: 20%: 10%)和P4 (25%: 40%:Parameters的定义是切断面条、口味、颜色、味道、质地、纹理、carbohydrates、蛋白质、脂肪和水质满足。《best results那里那个那是基于评估的panelists Mocafle”面条用35%的小麦面粉,40%的formulation mocaf木薯面粉,面粉,20%和5%的鲶鱼面粉是relatively一样标准的面条在他们的体格,品质和organoleptic品质,而在nutritional品质水平下蛋白质它的结果。这项研究的结论是,当地的可提供的资金可以由社会接受的小麦替代品所生产。软面条,鲶鱼,干面条,当地食物
{"title":"Mi “Mocafle” Peningkatan Kadar Gizi Mie Kering Berbasis Pangan Lokal Fungsional (Mocafle Noodle to Increase the Nutritional Level of Dry Noodles as Fuctional Local Food Based)","authors":"L. S. Aliya, Yosfi Rahmi, Setyawati Soeharto","doi":"10.21776/UB.IJHN.2016.003.SUPLEMEN.4","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.IJHN.2016.003.SUPLEMEN.4","url":null,"abstract":"Abstrak Berdasarkan Riskesdas 2010, prevalensi balita Kurang Energi Protein (KEP) sebesar 17,9%. Penduduk Indonesia yang mengkonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal sebanyak 40,7%, sedangkan untuk protein sebanyak 37%. Salah satu cara mengatasi KEP antara lain dengan diversifikasi pangan terutama di daerah rawan pangan ataupun masyarakat berdaya beli rendah. Pangan lokal fungsional yang bisa diupayakan adalah mocaf karena karbohidratnya tinggi dan lele karena proteinnya tinggi. Ketersediaan mocaf dan lele cukup melimpah dan mudah didapat. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan formulasi tepung mocaf dan tepung lele pada produk Mie Kering “Mocafle” dapat diterima secara mutu fisik maupun mutu organoleptik dan terdapat peningkatan kadar zat gizinya. Metode penelitian Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 taraf perlakuan dan 5 kali replikasi. Taraf perlakuan berdasarkan proporsi tepung terigu, tepung mocaf, tepung tapioka, dan tepung lele dengan perbandingan P0 (100%; 0%; 0%; 0%), P1 (40%; 40%; 20%; 0%), P2 (35%; 40%; 20%; 5%), P3 (30%; 40%; 20%; 10%), dan P4 (25%; 40%; 20%; 15%). Parameter yang diamati adalah daya putus mie, rasa, warna, aroma, tekstur, karbohidrat, protein, lemak, dan kadar air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan penilaian terbaik panelis, mie “Mocafle” dengan formulasi tepung terigu 35%, tepung mocaf 40%, tepung tapioka 20%, dan tepung lele 5% secara mutu fisik dan mutu organoleptik relatif sama dengan mie kontrol, secara kandungan gizi proteinnya sedikit lebih rendah. Kesimpulan dari penelitian ini adalah dapat mewujudkan suatu produk berbahan dasar pangan lokal fungsional yang dapat diterima oleh masyarakat dan pemanfaatan mocaf dapat mengurangi ketergantungan kepada terigu. Kata kunci : tepung mocaf, tepung lele, mie kering, pangan lokal Abstract Based on Riskesdas 2010, the prevalence of toddler’s Protein Energy Deficiency (PEM) was accounting for 17.9%. Indonesian people consume under the minimal requirements as much as 40.7% for energy and 37% for protein. One of the ways to overcome PEM is food diversification, especially in food insecure areas and has low purchasing power. Local functional foods that could be secured are mocaf because of its high carbohydrate and catfish because of its high protein. The availability of mocaf and catfish is relatively abundant and easily obtained. The purpose of this research is to prove mocaf flour and catfish flour formulations on dried noodles \"Mocafle\" acceptable in their physical quality and organoleptic quality and to increase the nutritional quality. Research methods were completely randomized design (CRD) with 5 treatments and 5 replications. Treatment was based on the proportion of wheat flour, mocaf flour, tapioca flour, and catfish flour with comparison P0 (100%:0%:0%:0%), P1 (40%: 40%: 20%: 0%), P2 (35%: 40%: 20%: 5%), P3 (30%: 40%: 20%: 10%), and P4 (25%: 40%: 20%: 15%). Parameters measured were breaking power of noodle, taste, color, flavor, texture, ca","PeriodicalId":76005,"journal":{"name":"Journal of human nutrition","volume":"3 1","pages":"32-41"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68317939","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 5
Ketersediaan dan Keragaman Pangan serta Tingkat Ekonomi sebagai Prediktor Status Gizi Balita (The Availability and Diversification of Food as Well as Economic Status as the Predictor of Nutritional Status of Children Under 5 Years Old) Ketersediaan和Keragaman Pangan和Tingkat Ekonomi作为Gizi Balita的预测地位(食物的可获得性和多样性以及经济状况作为5岁以下儿童营养状况的预测因素)
Pub Date : 2016-07-01 DOI: 10.21776/UB.IJHN.2016.003.SUPLEMEN.9
N. N. Wirawan, W. Rahmawati
Penyebab tidak langsung dari masalah gizi balita adalah ketersediaan pangan dan keragamannya. Ketersediaan dan keragaman pangan ini tidak terlepas dari tingkat sosial ekonomi keluarga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dari keragaman pangan, ketersediaan pangan, dan tingkat ekonomi dengan status gizi balita di Kota Malang. Penelitian cross-sectional dengan metode multistage sampling pada 57 kelurahan di kota Malang dilakukan pada 115 keluarga yang mempunyai balita pada tahun 2014. Keragaman pangan tingkat rumah tangga diukur dengan kuesioner Household Dietary Diversity Score (HDDS), ketersediaan pangan rumah tangga dengan Household 7-days-food record, tingkat ekonomi dengan indikator jenis dan total pendapatan, persen pengeluaran untuk pangan (%PP) serta status gizi balita dengan indikator z-skor BB/TB, BB/U, dan TB/U. Analisis dilakukan dengan uji korelasi Spearmann/Pearson dan Fisher’s exact.  Rata-rata usia balita adalah 24,22 ± 15,74 bulan terdiri dari laki-laki 61 (53%) dan 54 (47%) perempuan. Prevalensi balita kurus 12,17%, pendek 26,09%, dan berat badan kurang 11,3%. Median HDDS adalah 9 dengan ketersediaan energi/kapita/hari sebesar 983,28 (631,58; 2210,97) kkal/kapita/hari. Rata-rata total pendapatan per rumah tangga adalah Rp.1.176.576±1,94 dan Rp.374.47±1,9 per kapita. Adapun %PP  sebesar 59,13±1,8%. Terdapat hubungan negatif antara z-skor BB/TB dan HDDS dengan dengan %PP (p=0.042, r=-0.19 dan p=0,002 dan r=-0,29) serta hubungan positif antara HDDS dengan jumlah pendapatan (p<0,001 dan r=0,378). Z-skor BB/TB juga mempunyai hubungan dengan jenis pendapatan (p<0,05). Kesimpulannya bahwa ada hubungan antara keragaman pangan dan pendapatan (jumlah dan jenis) dengan Z-skor BB/TB sehingga hal ini dapat digunakan sebagai prediktor status gizi. Kata Kunci: Keragaman pangan; ketersediaan pangan; status gizi; HDDS The underlying cause of malnutrition among children under the age of five is food availability and food diversity. These factors are related to economic level of the household. The aim of this study was to assess the correlation betwen food availability and diversity as well as economic status and nutritional status of children under five in Malang City. A cross-sectional study with multistage sampling method from 57 villages in Malang city was conducted among 115 households having underfive age children in 2014. Food diversity was measured using  Household Dietary Diversity Score questionnaire (HDDS), household food availability using Household 7-day-food record, economic status using the indicator types of income, total income, and proportion of food expenditure (%FE). WHZ, WAZ and HAZ were used to determine nutritional status. Analisis was performed by Spearmann/Pearson correlation and Fisher’s exact.  The average age of children was 24,22 ± 15,74 months, consisting of 61 (53%) male and 54 (47%) female. Prevalence of wasting was 12,17%, stunting 26,09% and underweight 11,3%. Median HDDS was 9, food availaib
幼儿营养问题的间接原因是食品安全和多样性。这些粮食的可获得性和多样性与家庭的社会经济水平无关。本研究的目的是了解马郎市儿童营养状况的食品多样性、食品可获得性和经济水平之间的关系。2014年,在马朗市57个学龄儿童家庭的115个家庭进行了跨部门的细分研究。家庭粮食多样性是由家庭收入指数(HDDS)、家庭主妇7日食品记录的家庭食品安全状况、基于性别指标和总收入的经济、食品支出(%PP)以及z-得分BB/TB、BB/U和rs等指标的幼儿营养状况来衡量的。这是皮尔逊与费希尔相关测试的分析。蹒跚学步的平均年龄是24.22±15.74 54月由61人(53%)和女性(47%)。幼童率为12.17%,矮26,09%,体重为11.3%。中位数HDDS是9,人均能源/日为983.28 (631,58)2210.97) kkal人均/天。平均每家庭总收入是Rp。1176576±1.94和Rp人均47±1.9 374人。至于% PP大59.13±1.8%。z- BB - TB和HDDS与%PP (p=0.042, r=-0z - BB - TB也与收入类型(p< 0.05)有关。结论是,食品多样性和收入(数量和类型)与z - BB - TB之间存在联系,因此这可以作为营养状况的预测。关键词:食物的多样性;粮食供应;营养状态;五代儿童中的营养不良和食品多样性所导致的不足。这些因素与住房的经济水平有关。这项研究的目的是评估马郎市五名儿童的经济地位和营养状况。来自马郎市57个恶棍的跨部门研究结果是,2014年共有115户人家有5个年龄以下的孩子。食品多样性以不同的家庭问题为由,家庭主妇以7代食品记录为例,经济状况以住房总额为例。WHZ、WAZ和HAZ将用于确定国家的核状态。-皮尔森correlation和费舍尔的专利分析。儿童的平均年龄是24.22±15.74月,consisting of 61(53%) 54男性和女性(47%)。潜伏率为1217%,潜伏率为26,09%,不足为11.3%。中位数是9,能量/人/日的食物供应是983.28 (631,58;2210.97) kcal /人/日。每一名士兵的平均收入是$。1.176,576±1.94和Rp 374人。47±1.9 /人)。Proportion of食品expenditure是59.13±1.8%。WHZ和HDDS之间有一种消极的关系,由%FE (p=0.042, r=- 19, p= 0.002和r=- 0.29), HDDS和总收入(p< 0.001和r= 0.378)。WHZ还与入侵类型相关(p<0 . 05)。结论是多样性和收入与WHZ相关。因此,这些指控可以作为国家的先入之见使用。两个词:变数;食品availability;nutritional状态;HDDS
{"title":"Ketersediaan dan Keragaman Pangan serta Tingkat Ekonomi sebagai Prediktor Status Gizi Balita (The Availability and Diversification of Food as Well as Economic Status as the Predictor of Nutritional Status of Children Under 5 Years Old)","authors":"N. N. Wirawan, W. Rahmawati","doi":"10.21776/UB.IJHN.2016.003.SUPLEMEN.9","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.IJHN.2016.003.SUPLEMEN.9","url":null,"abstract":"Penyebab tidak langsung dari masalah gizi balita adalah ketersediaan pangan dan keragamannya. Ketersediaan dan keragaman pangan ini tidak terlepas dari tingkat sosial ekonomi keluarga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dari keragaman pangan, ketersediaan pangan, dan tingkat ekonomi dengan status gizi balita di Kota Malang. Penelitian cross-sectional dengan metode multistage sampling pada 57 kelurahan di kota Malang dilakukan pada 115 keluarga yang mempunyai balita pada tahun 2014. Keragaman pangan tingkat rumah tangga diukur dengan kuesioner Household Dietary Diversity Score (HDDS), ketersediaan pangan rumah tangga dengan Household 7-days-food record, tingkat ekonomi dengan indikator jenis dan total pendapatan, persen pengeluaran untuk pangan (%PP) serta status gizi balita dengan indikator z-skor BB/TB, BB/U, dan TB/U. Analisis dilakukan dengan uji korelasi Spearmann/Pearson dan Fisher’s exact.  Rata-rata usia balita adalah 24,22 ± 15,74 bulan terdiri dari laki-laki 61 (53%) dan 54 (47%) perempuan. Prevalensi balita kurus 12,17%, pendek 26,09%, dan berat badan kurang 11,3%. Median HDDS adalah 9 dengan ketersediaan energi/kapita/hari sebesar 983,28 (631,58; 2210,97) kkal/kapita/hari. Rata-rata total pendapatan per rumah tangga adalah Rp.1.176.576±1,94 dan Rp.374.47±1,9 per kapita. Adapun %PP  sebesar 59,13±1,8%. Terdapat hubungan negatif antara z-skor BB/TB dan HDDS dengan dengan %PP (p=0.042, r=-0.19 dan p=0,002 dan r=-0,29) serta hubungan positif antara HDDS dengan jumlah pendapatan (p<0,001 dan r=0,378). Z-skor BB/TB juga mempunyai hubungan dengan jenis pendapatan (p<0,05). Kesimpulannya bahwa ada hubungan antara keragaman pangan dan pendapatan (jumlah dan jenis) dengan Z-skor BB/TB sehingga hal ini dapat digunakan sebagai prediktor status gizi. Kata Kunci: Keragaman pangan; ketersediaan pangan; status gizi; HDDS The underlying cause of malnutrition among children under the age of five is food availability and food diversity. These factors are related to economic level of the household. The aim of this study was to assess the correlation betwen food availability and diversity as well as economic status and nutritional status of children under five in Malang City. A cross-sectional study with multistage sampling method from 57 villages in Malang city was conducted among 115 households having underfive age children in 2014. Food diversity was measured using  Household Dietary Diversity Score questionnaire (HDDS), household food availability using Household 7-day-food record, economic status using the indicator types of income, total income, and proportion of food expenditure (%FE). WHZ, WAZ and HAZ were used to determine nutritional status. Analisis was performed by Spearmann/Pearson correlation and Fisher’s exact.  The average age of children was 24,22 ± 15,74 months, consisting of 61 (53%) male and 54 (47%) female. Prevalence of wasting was 12,17%, stunting 26,09% and underweight 11,3%. Median HDDS was 9, food availaib","PeriodicalId":76005,"journal":{"name":"Journal of human nutrition","volume":"3 1","pages":"80-90"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68317970","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 9
Hubungan Konsumsi Minuman Berpemanis dengan Kejadian Kegemukan pada Remaja di SMP Negeri 1 Bandung (Correlation of Sweetened-Drink Consumption with Obesity Prevalence in Adolescence in State Secondary School 1 Bandung) 万隆第一中学青少年期甜味饮料消费与肥胖患病率的相关性
Pub Date : 2016-06-30 DOI: 10.21776/UB.IJHN.2016.003.01.4
Mayesti Akhriani, E. Fadhilah, Fuadiyah Nila Kurniasari
Abstrak Minuman berpemanis adalah minuman yang ditambahkan gula sederhana selama proses produksi sehingga dapat menambah kandungan energi, tetapi memiliki sedikit kandungan zat gizi lain. Minuman berpemanis di Indonesia mengandung 37-54 gram gula dalam kemasan saji 300-500 ml. Jumlah kandungan gula ini melebihi 4 kali rekomendasi penambahan gula yang aman pada minuman, yaitu 6-12 gram dan menyumbang energi 310-420 kkal. Konsumsi berlebih minuman berpemanis mungkin dapat menjadi penyebab dari kegemukan. Kegemukan adalah akibat dari berlebihnya asupan energi dibandingkan penggunaan energi sehingga terjadi penyimpanan berlebih lemak tubuh di jaringan adiposa. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan konsumsi minuman berpemanis dengan kejadian kegemukan remaja di SMP Negeri 1 Bandung. Data diperoleh dari cross-sectional study dengan jumlah responden 100 siswa kelas VIII pada November 2014. Responden berumur 12-14 tahun dengan status gizi IMT/U >-2,00 SD. Data konsumsi minuman berpemanis diperoleh dari metode wawancara dengan menggunakan Semi-Quantitative Food Frequency Questionnaires (SQ-FFQ) selama satu minggu. Status gizi kegemukan menggunakan indikator IMT/U. Hasil uji statistik univariat didapatkan bahwa rata-rata konsumsi minuman berpemanis sebesar 60,43 gram (±36,31SD) menyumbangkan 19,04% energi dari rata-rata total energi responden 1754,089 kkal, sedangkan rata-rata status gizi berdasarkan IMT/U adalah 0,149 (±1,016SD) dan kejadian kegemukan sebesar 21% dari seluruh responden. Kesimpulan berdasarkan uji korelasi Pearson , tidak ada hubungan antara konsumsi minuman berpemanis dan kejadian kegemukan pada remaja di SMP Negeri 1 Bandung (p>0,05). Kata kunci : minuman berpemanis, remaja, kegemukan Abstract Sugar-sweetened drinks are drinks that are added with sugar during production process and contribute to energy content but have less nutrients. Sugar-sweetened drinks in Indonesia contained 37-54 gram (gms) sugar for 300-500 ml serving. This sugar content exceeds 4 times the recommended added sugar for drinks, that is 6-12 gram and has contributed in 310-420 energy calories. Excessive sugar-sweetened drinks may cause overweight. Overweight is a  condition when energy consumption was exceeding energy expenditure, therefore there will be an excessive fat storage in adipose tissue. The aim of this research is to find the correlation between sugar-sweetened drinks consumption and overweight i n adolescents. This research was a cross-sectional study with 100 subjects from second grade and held on November 2014. Subjects were aged from 12 to 14 years, and had z-score more than -2 SD. Sugar-sweetened drinks consumption was obtained by the interview with Semi-Quantitative Food Frequency Questionnaires (SQ-FFQ) for a week. Overweight status was measured by using BMI for age z-score. The unvaried statistic result show that average of sugar-sweetened drinks consumption was 60,43 gram (±36,31SD) and it contributed to 19,04% energy from the average subje
甜味饮料是一种在生产过程中加入简单糖分的饮料,可以增加能量含量,但几乎没有其他营养素。印尼的加糖饮料含有3 -54克的糖,含糖量是6-12克的安全饮料加糖的4倍,是310-420克的能量。过度饮用甜味剂可能是肥胖的原因。脂肪是能量摄入过多的结果,因此脂肪在脂肪组织中被储存。研究的目的是确定甜味饮料消费与万隆初中青少年肥胖事件的关系。2014年11月,八年级学生的答题率为100。受访者年龄12-14岁,营养状况良好。甜品饮料消费数据来自于采访方法中使用半定量食物频率问题(SQ-FFQ)为期一周的采访。超重营养状况的指标。因式统计测试得到了平均消费饮料,berpemanis 60.43万克(±36,31SD)占平均总能量的受访者1754.089能源19,04% kkal营养状态,而平均根据体重指数/ U是0.149(±1,016SD超重的高达21%的受访者)和事件。基于皮森相关测试的结论是,甘草饮料的消费与万隆1国中学青少年肥胖事件(p> 0.05)之间没有联系。关键字:甜味饮料,青少年,脂肪禁止性饮料印尼甜饮料耗载37-54克(gms)糖,提供300-500毫升的服务。这种糖的含量超过4次,加上6-12克的饮料,并被限制在310-420能量卡路里内。过度甜饮料可能会超重。过多是一种情况,当能量消耗超过能量时,会有一个过度的脂肪储存在表格中。这项研究的目的是发现甜饮料之间的相关性。这项研究是在2014年11月的二年级进行的100项交叉研究。题目从12岁到14岁不等,得到的z -2比2年级还多。糖饮料的浓缩饮料是由半定量食物常见问题的面试决定的。由于使用BMI进行z-score的测试,地位超高。《unvaried statistic sugar-sweetened之论点秀那平均喝性消费是60.43克(±36,31SD)它促成了to 19,04%能源从平均的科目’s energy, 1754.089 calori冰。Meanwhile, n utritional状态下平均改编自z-score是0.149(±1,016SD)和overweight prevalence是21%。当时,皮尔森的相关分析没有关于青少年甜饮料和过度饮料之间的联系(p> 0.05):甜美饮料、青少年饮料、超重
{"title":"Hubungan Konsumsi Minuman Berpemanis dengan Kejadian Kegemukan pada Remaja di SMP Negeri 1 Bandung (Correlation of Sweetened-Drink Consumption with Obesity Prevalence in Adolescence in State Secondary School 1 Bandung)","authors":"Mayesti Akhriani, E. Fadhilah, Fuadiyah Nila Kurniasari","doi":"10.21776/UB.IJHN.2016.003.01.4","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.IJHN.2016.003.01.4","url":null,"abstract":"Abstrak Minuman berpemanis adalah minuman yang ditambahkan gula sederhana selama proses produksi sehingga dapat menambah kandungan energi, tetapi memiliki sedikit kandungan zat gizi lain. Minuman berpemanis di Indonesia mengandung 37-54 gram gula dalam kemasan saji 300-500 ml. Jumlah kandungan gula ini melebihi 4 kali rekomendasi penambahan gula yang aman pada minuman, yaitu 6-12 gram dan menyumbang energi 310-420 kkal. Konsumsi berlebih minuman berpemanis mungkin dapat menjadi penyebab dari kegemukan. Kegemukan adalah akibat dari berlebihnya asupan energi dibandingkan penggunaan energi sehingga terjadi penyimpanan berlebih lemak tubuh di jaringan adiposa. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan konsumsi minuman berpemanis dengan kejadian kegemukan remaja di SMP Negeri 1 Bandung. Data diperoleh dari cross-sectional study dengan jumlah responden 100 siswa kelas VIII pada November 2014. Responden berumur 12-14 tahun dengan status gizi IMT/U >-2,00 SD. Data konsumsi minuman berpemanis diperoleh dari metode wawancara dengan menggunakan Semi-Quantitative Food Frequency Questionnaires (SQ-FFQ) selama satu minggu. Status gizi kegemukan menggunakan indikator IMT/U. Hasil uji statistik univariat didapatkan bahwa rata-rata konsumsi minuman berpemanis sebesar 60,43 gram (±36,31SD) menyumbangkan 19,04% energi dari rata-rata total energi responden 1754,089 kkal, sedangkan rata-rata status gizi berdasarkan IMT/U adalah 0,149 (±1,016SD) dan kejadian kegemukan sebesar 21% dari seluruh responden. Kesimpulan berdasarkan uji korelasi Pearson , tidak ada hubungan antara konsumsi minuman berpemanis dan kejadian kegemukan pada remaja di SMP Negeri 1 Bandung (p>0,05). Kata kunci : minuman berpemanis, remaja, kegemukan Abstract Sugar-sweetened drinks are drinks that are added with sugar during production process and contribute to energy content but have less nutrients. Sugar-sweetened drinks in Indonesia contained 37-54 gram (gms) sugar for 300-500 ml serving. This sugar content exceeds 4 times the recommended added sugar for drinks, that is 6-12 gram and has contributed in 310-420 energy calories. Excessive sugar-sweetened drinks may cause overweight. Overweight is a  condition when energy consumption was exceeding energy expenditure, therefore there will be an excessive fat storage in adipose tissue. The aim of this research is to find the correlation between sugar-sweetened drinks consumption and overweight i n adolescents. This research was a cross-sectional study with 100 subjects from second grade and held on November 2014. Subjects were aged from 12 to 14 years, and had z-score more than -2 SD. Sugar-sweetened drinks consumption was obtained by the interview with Semi-Quantitative Food Frequency Questionnaires (SQ-FFQ) for a week. Overweight status was measured by using BMI for age z-score. The unvaried statistic result show that average of sugar-sweetened drinks consumption was 60,43 gram (±36,31SD) and it contributed to 19,04% energy from the average subje","PeriodicalId":76005,"journal":{"name":"Journal of human nutrition","volume":"3 1","pages":"29-40"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68317634","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 6
Densitas Energi dan Sajian Karbohidrat Makanan Tradisional dan Modern di Kota Malang (Energy Density and Carbohydrate Serving on Traditional and Modern Food in Malang) 贫困城市传统与现代食品中的能量密度与碳水化合物
Pub Date : 2016-06-30 DOI: 10.21776/UB.IJHN.2016.003.01.2
Dian Handayani, Nurrika Azizah, Hanif Setiyawan, W. Rahmawati
Abstrak Obesitas dan diabetes mellitus merupakan masalah kesehatan yang berhubungan erat dengan asupan makanan terutama energi dan karbohidrat. Tingginya prevalensi obesitas dan diabetes mellitus di Jawa Timur, terutama di Kota Malang, tidak diimbangi dengan ketersediaan informasi tentang kandungan energi dan zat gizi pada makanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan densitas energi dan sajian karbohidrat pada makanan tradisional dan modern di Kota Malang. Kandungan energi dan karbohidrat dalam tiap bahan makanan dianalisis menggunakan software Nutrisurvey . Densitas energi dihitung dengan menggunakan rumus perhitungan total energi pada makanan dibagi berat total makanan. Sajian karbohidrat dihitung dengan membagi total karbohidrat pada makanan dengan konstanta carbohydrate counting yaitu 15. Analisis statistik menggunakan SPSS 16 dengan independent t-test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa densitas energi pada makanan modern secara signifikan lebih tinggi dibanding makanan tradisional (1,87 ± 0,63 vs 1,46 ± 0,43, p=0,004). Untuk sajian karbohidrat pada makanan modern dan tradisional tidak terdapat perbedaan yang signifikan (3,53 ± 2,28 vs 4,54 ± 2,28, p=0,093). Namun, terdapat tren bahwa sajian karbohidrat makanan tradisional lebih tinggi daripada makanan modern. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi informasi yang berharga bagi masyarakat. Kata kunci : Densitas energi, sajian karbohidrat, carbohydrate counting , makanan tradisional, makanan modern. Abstract Obesity and diabetes mellitus are health problems related to food intake, especially energy and carbohydrates. The high prevalence of obesity and diabetes mellitus in East Java, even in Malang is not properly balanced with the availability of information about the energy and nutrient on food. This study aims to determine differences of energy density and carbohydrate served in traditional and modern food in Malang. Energy and carbohydrate content in each food material was analyzed using software Nutrisurvey. Energy density is calculated using the formula of calculating the total amount of energy in food divided by the total weight of the food. Carbohydrate serving is calculated by dividing the total carbohydrate on food with carbohydrate counting constant of 15. Statistical analysis used SPSS 16 with Independent T-Test. The results of this study show that the energy density in the modern food was significantly higher than that of traditional food (1,87±0,63 vs 1,46±0,43, p=0,004). There is no significant difference on carbohydrate serving between modern and traditional food (3,53±2,28 vs 4,54±2,28, p=0,093). But, the trend of carbohydrate serving shows that the traditional food is higher than modern food. It is expected that this research finding is highly valuable for it provides the information regarding food energy density and carbohydrate content for obese and diabetic patients. Keywords: Energy density, carbohydrate serving, carbohydrate counting, traditiona
肥胖和糖尿病是一种与主要的能量和碳水化合物摄入密切相关的健康问题。在东爪哇,尤其是马朗市,肥胖和糖尿病的流行程度与食品中能源和营养物质的信息不足。这项研究的目的是确定马朗市传统和现代食品中能量密度和碳水化合物的差异。根据营养学软件对每一种食品中的能量含量和碳水化合物进行了分析。能量密度是用食物的总能量计算公式来计算的,除以食物的总重量。计算出谷碳水化合物的总量,将碳水化合物与30个常数除以碳水化合物。使用SPSS 16与独立性t测试进行统计分析。这项研究结果表明,显著的现代食物更高能量密度比传统食物(187±0.63 vs 1,46±0,43,p = 0.004)。现代的碳水化合物的食物和传统并没有出现显著的差异(3,53±2.28 vs 4,54±2.28,p = 0,093)。然而,有一种趋势是,传统的食品碳水化合物比现代食品高。希望这项研究的结果对公众是有价值的信息。关键词:能量密度、谷蛋白、碳水化合物计数、传统食品、现代食品。肥胖和糖尿病与食物摄入、特别是能源和汽车驱动有关的健康问题。肥胖和糖尿病在东爪哇的高度存在,即使是不幸的也不太好地平衡了关于食物能量和营养的信息。这项研究旨在确定能源和汽车在传统和现代食品穷人中所服务的不同之处。使用营养测量软件对每一种食品的能量和carbohydrate内容进行分析。能量密度是通过计算食物中能量总量的计算公式来计算的。由Carbohydrate分配的是由Carbohydrate总收入的15分来计算的。使用数字分析16与独立性测试。results of this study秀的《现代食品能量密度是significantly高很多学问的传统食品(187±0.63 vs 1,46±0,43,p = 0.004)。没有浓厚,画上是现代和传统食品(3,53之间服务carbohydrate±2.28 vs 4,54±2.28,p = 0,093)。但是,传统食品的生产趋势比现代食品更高。预计,这项研究将对信息所依赖的食品能量和汽车满足肥胖和糖尿病患者的需求具有巨大的价值。重点:能量
{"title":"Densitas Energi dan Sajian Karbohidrat Makanan Tradisional dan Modern di Kota Malang (Energy Density and Carbohydrate Serving on Traditional and Modern Food in Malang)","authors":"Dian Handayani, Nurrika Azizah, Hanif Setiyawan, W. Rahmawati","doi":"10.21776/UB.IJHN.2016.003.01.2","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.IJHN.2016.003.01.2","url":null,"abstract":"Abstrak Obesitas dan diabetes mellitus merupakan masalah kesehatan yang berhubungan erat dengan asupan makanan terutama energi dan karbohidrat. Tingginya prevalensi obesitas dan diabetes mellitus di Jawa Timur, terutama di Kota Malang, tidak diimbangi dengan ketersediaan informasi tentang kandungan energi dan zat gizi pada makanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan densitas energi dan sajian karbohidrat pada makanan tradisional dan modern di Kota Malang. Kandungan energi dan karbohidrat dalam tiap bahan makanan dianalisis menggunakan software Nutrisurvey . Densitas energi dihitung dengan menggunakan rumus perhitungan total energi pada makanan dibagi berat total makanan. Sajian karbohidrat dihitung dengan membagi total karbohidrat pada makanan dengan konstanta carbohydrate counting yaitu 15. Analisis statistik menggunakan SPSS 16 dengan independent t-test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa densitas energi pada makanan modern secara signifikan lebih tinggi dibanding makanan tradisional (1,87 ± 0,63 vs 1,46 ± 0,43, p=0,004). Untuk sajian karbohidrat pada makanan modern dan tradisional tidak terdapat perbedaan yang signifikan (3,53 ± 2,28 vs 4,54 ± 2,28, p=0,093). Namun, terdapat tren bahwa sajian karbohidrat makanan tradisional lebih tinggi daripada makanan modern. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi informasi yang berharga bagi masyarakat. Kata kunci : Densitas energi, sajian karbohidrat, carbohydrate counting , makanan tradisional, makanan modern. Abstract Obesity and diabetes mellitus are health problems related to food intake, especially energy and carbohydrates. The high prevalence of obesity and diabetes mellitus in East Java, even in Malang is not properly balanced with the availability of information about the energy and nutrient on food. This study aims to determine differences of energy density and carbohydrate served in traditional and modern food in Malang. Energy and carbohydrate content in each food material was analyzed using software Nutrisurvey. Energy density is calculated using the formula of calculating the total amount of energy in food divided by the total weight of the food. Carbohydrate serving is calculated by dividing the total carbohydrate on food with carbohydrate counting constant of 15. Statistical analysis used SPSS 16 with Independent T-Test. The results of this study show that the energy density in the modern food was significantly higher than that of traditional food (1,87±0,63 vs 1,46±0,43, p=0,004). There is no significant difference on carbohydrate serving between modern and traditional food (3,53±2,28 vs 4,54±2,28, p=0,093). But, the trend of carbohydrate serving shows that the traditional food is higher than modern food. It is expected that this research finding is highly valuable for it provides the information regarding food energy density and carbohydrate content for obese and diabetic patients. Keywords: Energy density, carbohydrate serving, carbohydrate counting, traditiona","PeriodicalId":76005,"journal":{"name":"Journal of human nutrition","volume":"3 1","pages":"11-18"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68317114","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Asupan Serat dan Tekanan Darah WUS Madura Penderita Tekanan Darah Tinggi di Malang (Fiber Intake and Blood Pressure among Madurese People Residing in Malang) WUS血压协会马杜拉纤维摄入量与贫困地区糖尿病患者血压
Pub Date : 2016-06-30 DOI: 10.21776/UB.IJHN.2016.003.01.1
Novita Sari, W. Rahmawati, F. Nugroho, N. N. Wirawan
Abstrak Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kejadian obesitas sentral pada suku Madura lebih tinggi dibandingkan suku Jawa. Obesitas sentral meningkatkan risiko kejadian penyakit degeneratif seperti tekanan darah tinggi. Menurut Riskesdas, 2013, prevalensi kurang makan buah dan sayur di Jawa Timur adalah 90,5%. Konsumsi rendah serat memiliki risiko menderita hipertensi 4,5 kali lebih besar dibandingkan dengan sampel yang mengkonsumsi serat cukup. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan asupan serat dan tekanan darah pada Wanita Usia Subur (WUS) dengan tekanan darah tinggi di Kecamatan Kedungkandang. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional . Sampel pada penelitian ini adalah WUS usia 19-44 tahun sebanyak 48 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling . Analisis menggunakan uji korelasi Spearman dengan tingkat kemaknaan 95%. Hasil penelitian didapatkan bahwa tidak terdapat sampel yang asupan seratnya sesuai dengan anjuran. Hasil uji korelasi Spearman , hubungan antara asupan serat dengan tekanan darah sistolik maupun diastolik tidak bermakna secara statistik (p=0,787 ; p=0,521). Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara asupan serat dengan tekanan darah.  Kata kunci : asupan serat, tekanan darah Abstract Previous research which was conducted in Madurese and Javanese ethnic groups showed that the incidence of central obesity in Madurese ethnic group was higher than the Javanese. Central obesity increases the risk of incidence of degenerative diseases such as high blood pressure. According to Riskesdas, 2013, the prevalence of eating less fruit and vegetables in East Java were about 90.5%. People with low consumption of dietary fiber have a risk of suffering from hypertension, 4.5 times greater than the respondents with enough dietary fiber. The purpose of this study was to determine the correlation of dietary fiber intake with blood pressure in WUS with high blood pressure in Kecamatan Kedungkandang. The design of this study was a descriptive cross sectional analytic approach. Respondents in this study were 19-44 years of age WUS as many as 48 people. Respondents retrieval technique using purposive sampling technique. Analysis using Spearman correlation test with significance level of 95%. The result of the research showed that the respondents did not consume the appropriate dietary fiber intake. Spearman correlation test results, shown the correlation between dietary fiber intake with systolic and diastolic blood pressure were not statistically significant (p = 0.787 ; p = 0.521). It can be concluded that there was no statistical relationship between dietary fiber intake with blood pressure, but there was a trend where more and more dietary fiber intake, the lower the systolic and diastolic blood pressure at WUS with pre hypertension and hypertension. Keywords : dietary fiber intake, blood pressure
之前的摘要研究表明,Madura部落的中央肥胖事件比java部落高。中央肥胖增加了高血压等退行性疾病的风险。根据2013年Riskesdas的数据,东爪哇水果和蔬菜的流行程度为90.5%。低纤维摄入量与足够纤维的样本相比,患高血压的风险为4.5倍。这项研究的目的是确定纤维摄入量和育龄妇女血压和高血压之间的关系。本研究采用跨界方法进行分析性描述性研究。本研究的样本为19-44岁及48人。抽样技术采用采样技术。使用目标相关性测试与目标准确率95%的准确率进行分析。研究发现,纤维摄取的样本并不符合推荐。读数表明,纤维摄入量与收缩压和舒张压之间的关系在统计学上没有意义(p= 787;p = 0.521)。据推断,纤维摄入量和血压之间没有明显的联系。关键词:纤维摄入量、前血压研究是受理的Madurese和Javanese ethnic groups所表现出来的,马杜雷西饮食组中中央肥胖的痕迹比日本人高。严重的肥胖增加了退化疾病的风险,比如高血压力。根据2013年Riskesdas,在东爪哇食用低水果和蔬菜的习惯大约是90。5%。低密度纤维的人有从高强度中汲取的风险,比适度纤维的反应要大4.5倍。这项研究的目的是确定血液压力与血液压力的相关性。这份研究的设计是对交叉分析分析结果的描述。这次调查的结果是19到44年,当时有48人很多。检索技术采用采样技术。用目标相关试验进行分析研究的结果表明,这些反应并不会限制适当的纤维摄入量。目标相关测试结果显示,二乙基纤维和血液舒张压之间的相关性是没有统计意义的(p = 787;[0,521]它可以得出结论,在血液抑制下的纤维与血液摄入之间没有统计的关系,但也有一种趋势,在这种趋势下,纤维增殖和收缩血液压力越来越强。俯仰式进气口,血压
{"title":"Asupan Serat dan Tekanan Darah WUS Madura Penderita Tekanan Darah Tinggi di Malang (Fiber Intake and Blood Pressure among Madurese People Residing in Malang)","authors":"Novita Sari, W. Rahmawati, F. Nugroho, N. N. Wirawan","doi":"10.21776/UB.IJHN.2016.003.01.1","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.IJHN.2016.003.01.1","url":null,"abstract":"Abstrak Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kejadian obesitas sentral pada suku Madura lebih tinggi dibandingkan suku Jawa. Obesitas sentral meningkatkan risiko kejadian penyakit degeneratif seperti tekanan darah tinggi. Menurut Riskesdas, 2013, prevalensi kurang makan buah dan sayur di Jawa Timur adalah 90,5%. Konsumsi rendah serat memiliki risiko menderita hipertensi 4,5 kali lebih besar dibandingkan dengan sampel yang mengkonsumsi serat cukup. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan asupan serat dan tekanan darah pada Wanita Usia Subur (WUS) dengan tekanan darah tinggi di Kecamatan Kedungkandang. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional . Sampel pada penelitian ini adalah WUS usia 19-44 tahun sebanyak 48 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling . Analisis menggunakan uji korelasi Spearman dengan tingkat kemaknaan 95%. Hasil penelitian didapatkan bahwa tidak terdapat sampel yang asupan seratnya sesuai dengan anjuran. Hasil uji korelasi Spearman , hubungan antara asupan serat dengan tekanan darah sistolik maupun diastolik tidak bermakna secara statistik (p=0,787 ; p=0,521). Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara asupan serat dengan tekanan darah.  Kata kunci : asupan serat, tekanan darah Abstract Previous research which was conducted in Madurese and Javanese ethnic groups showed that the incidence of central obesity in Madurese ethnic group was higher than the Javanese. Central obesity increases the risk of incidence of degenerative diseases such as high blood pressure. According to Riskesdas, 2013, the prevalence of eating less fruit and vegetables in East Java were about 90.5%. People with low consumption of dietary fiber have a risk of suffering from hypertension, 4.5 times greater than the respondents with enough dietary fiber. The purpose of this study was to determine the correlation of dietary fiber intake with blood pressure in WUS with high blood pressure in Kecamatan Kedungkandang. The design of this study was a descriptive cross sectional analytic approach. Respondents in this study were 19-44 years of age WUS as many as 48 people. Respondents retrieval technique using purposive sampling technique. Analysis using Spearman correlation test with significance level of 95%. The result of the research showed that the respondents did not consume the appropriate dietary fiber intake. Spearman correlation test results, shown the correlation between dietary fiber intake with systolic and diastolic blood pressure were not statistically significant (p = 0.787 ; p = 0.521). It can be concluded that there was no statistical relationship between dietary fiber intake with blood pressure, but there was a trend where more and more dietary fiber intake, the lower the systolic and diastolic blood pressure at WUS with pre hypertension and hypertension. Keywords : dietary fiber intake, blood pressure","PeriodicalId":76005,"journal":{"name":"Journal of human nutrition","volume":"3 1","pages":"1-10"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68316679","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 3
Sensitifitas dan Spesifisitas IMT dan Lingkar Pinggang-Panggul dalam Mengklasifikasikan Kegemukan pada Wanita (Sensitivity and Specificity of Body Mass Index and Waist-Hip-Ratio in Classifying Obesity on Woman) 体重指数和腰臀比对女性肥胖分类的敏感性和特异性
Pub Date : 2016-06-30 DOI: 10.21776/UB.IJHN.2016.003.01.6
N. N. Wirawan
Abstrak Persen lemak tubuh merupakan indikator paling tepat untuk mengidentifikasi kegemukan namun memerlukan alat yang relatif mahal dan untuk pengukuran tebal lemak bawah kulit memerlukan keterampilan pengukur yang tinggi. Indikator yang sering digunakan dalam penentuan kegemukan di masyarakat adalah Indeks Masa Tubuh (IMT), Lingkar pinggang (Lipi), dan rasio lingkar pinggang panggul (RLPP). Namun uji sensitifitas dan spesifisitas ketiga parameter tersebut terhadap hasil pengukuran persen lemak tubuh perlu dilakukan. Sebanyak 185 subyek wanita usia 20-49 tahun dipilih secara convenience . Persen lemak tubuh didapatkan dari pengukuran tebal lemak suprailiac dengan skinfold caliper dan dihitung dengan rumus Sirri dan Durnin Womersly . Uji sensitifitas dan spesifisitas dilakukan menggunakan Receiver Operator Characteristic Curve (ROC). Cut-off persen lemak tubuh yang digunakan untuk mengklasifikasikan kegemukan adalah ≥32% dan ≥28%. Diagnostic power dari pengukuran IMT, Lipi, dan RLPP ditentukan berdasarkan area di bawah kurva (area under the curve (AUC)). Median IQR usia responden adalah 33 (27; 44), rata-rata IMT 24,49±0,01; Lipi 79,27±1,15, dan RLPP 0,83±0,085. Berdasarkan kurva ROC maka IMT dan lingkar pinggang mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasi kegemukan yang sangat baik (AUC >0,9) dibandingkan dengan RLPP (AUC 0,79-0,8) sehingga RLPP mempunyai validitas lebih rendah dibanding IMT dan Lipi. Penggunaan cut-off IMT 25 kg/m 2 dalam mengklasifikasikan kegemukan mempunyai nilai spesifisitas yang sangat baik (97%) namun sensitifitas jelek (60%).  Adapun Lipi  dengan cut-off 80 cm mempunyai spesifisitas 98% dan sensitifitas 70%; RLPP dengan cut-off 0,8 mempunyai sensitifitas dan spesifisitas tingkat sedang (70% dan 70%). Sehingga direkomendasikan cut-off dengan sensitifitas dan spesifisitas optimal untuk IMT adalah 21,41-22,7 kg/m 2 dan 73,9-76,08 cm untuk Lipi. Kata kunci: s ensitifitas, kegemukan, lingkar pinggang, RLPP, IMT. Abstract Percent body fat is the most appropriate indicator for identifying obesity. However this indicator requires sophisticated instruments and a high skillful personel. Some alter native indicators mostly used in community are body mass index (BMI), waist circumference (WC) and waist hip ratio (WHR). This study aims to assess sensitivity and specificity of these three indicators by comparing with two percent body fat (BF) cut-off, i.e. 32% and 28%. A total of 185 female subjects aged 20-49 years old was selected using convenience sampling. BF was derived from suprailiac skinfold thickness that was measured by using skinfold caliper and calculated using Sirri and Durnin Womersly formula. Sensitivity and specificity were performed by Receiver Operator Characteristic Curve (ROC). Diagnostic power from BMI, WC and WHR was defined based on the area under the curve (AUC). Median IQR of respondents ages was 33 (27; 44) years with the mean±SD of BMI was 24,49±0,01 kg/m 2 ; WC 79,27±1,15cm and WHR 0,83±0,085. BMI and WC ha
身体脂肪的抽象比例是识别脂肪的最恰当的指标,但它需要一个相对昂贵的工具,而粗厚的皮肤脂肪测量需要高度的测量技能。肥胖在社会中常用的指标是指身体的时间指数(IMT)、腰围(Lipi)和骨盆腰围(RLPP)。但是必须对对身体脂肪比例的测定和第三个参数的敏感性和特异性进行测试。185名20-49岁的女性受试者是自愿挑选的。身体脂肪的百分比是由斜体脂和光圈表的粗体支持测量获得的,并用Sirri公式和Durnin Womersly计算出来的。敏感性和特异性测试是使用接收器运算符Characteristic曲线(ROC)进行的。百分之界限用来分类的身体肥胖是脂肪≥32%和≥28%。测量IMT、Lipi和RLPP的功率诊断是根据曲线下的区域(AUC下的区域)确定的。受访者中位数为33 (27)44),平均体重指数24.49±0,01;Lipi 79.27±1.15,RLPP 0.83±0.085。根据ROC曲线,IMT和腰围有能力识别出非常好的超重(AUC > 0.9)而不是RLPP (AUC 0.79 - 0.8),因此RLPP的有效性低于IMT和Lipi。在判定超重时使用25公斤/m 2的截断法具有很强的特异性价值(97%),而超敏感性(60%)。至于80厘米口径的利皮具有98%的特性和70%的敏感性;RLPP具有0.8次切割的敏感性和中等水平的特异性(70%和70%)。因此,IMT的最佳分类建议为241 - 22.2.7公斤/m 2,为73.9 - 76.08厘米。关键词:丰满,腰围,RLPP, IMT。不健康的身体脂肪是存在肥胖的最容易指标。尽管这些供应不足的仪器很复杂,但人员还是很熟练。社区中最常见的土著居民是身体索引(BMI)、waist circumference(厕所)和waist hip ratio (WHR)。这项研究是对这三个机构的敏感性和具体特征的研究,由两种瘦体、i.e. 32%和28%比较。20-49年的185名女性受试者选择了样本样本。我的男朋友是从垂体上生下来的皮肤上生下来的敏感和专家是由接受者Characteristic Curve (ROC)主持的。BMI、WC和世界卫生组织的诊断结果明确基于自旋区域。响应年龄的中位数是33 (27)卑鄙的±SD》44)年与BMI是24.49±0,01 kg / m 2;厕所79.27±1,15cm和我0.83±0.085。BMI和WC对WHR有更好的诊断功率(AUC > 0.9和0.79 - 0.8,尊重)。25公斤/m的重量和80厘米厕所的重量应该很好(97和98%),但贫穷和公平的程度(60%和70%的尊重),在这里,0.8的裁员具有公分性和敏感性(每70%)。因此,这项研究建议将印尼妇女置于最敏感的环境下。241 - 22.7公斤/m为BMI, 73.9 - 76.08厘米的厕所。重点词:
{"title":"Sensitifitas dan Spesifisitas IMT dan Lingkar Pinggang-Panggul dalam Mengklasifikasikan Kegemukan pada Wanita (Sensitivity and Specificity of Body Mass Index and Waist-Hip-Ratio in Classifying Obesity on Woman)","authors":"N. N. Wirawan","doi":"10.21776/UB.IJHN.2016.003.01.6","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.IJHN.2016.003.01.6","url":null,"abstract":"Abstrak Persen lemak tubuh merupakan indikator paling tepat untuk mengidentifikasi kegemukan namun memerlukan alat yang relatif mahal dan untuk pengukuran tebal lemak bawah kulit memerlukan keterampilan pengukur yang tinggi. Indikator yang sering digunakan dalam penentuan kegemukan di masyarakat adalah Indeks Masa Tubuh (IMT), Lingkar pinggang (Lipi), dan rasio lingkar pinggang panggul (RLPP). Namun uji sensitifitas dan spesifisitas ketiga parameter tersebut terhadap hasil pengukuran persen lemak tubuh perlu dilakukan. Sebanyak 185 subyek wanita usia 20-49 tahun dipilih secara convenience . Persen lemak tubuh didapatkan dari pengukuran tebal lemak suprailiac dengan skinfold caliper dan dihitung dengan rumus Sirri dan Durnin Womersly . Uji sensitifitas dan spesifisitas dilakukan menggunakan Receiver Operator Characteristic Curve (ROC). Cut-off persen lemak tubuh yang digunakan untuk mengklasifikasikan kegemukan adalah ≥32% dan ≥28%. Diagnostic power dari pengukuran IMT, Lipi, dan RLPP ditentukan berdasarkan area di bawah kurva (area under the curve (AUC)). Median IQR usia responden adalah 33 (27; 44), rata-rata IMT 24,49±0,01; Lipi 79,27±1,15, dan RLPP 0,83±0,085. Berdasarkan kurva ROC maka IMT dan lingkar pinggang mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasi kegemukan yang sangat baik (AUC >0,9) dibandingkan dengan RLPP (AUC 0,79-0,8) sehingga RLPP mempunyai validitas lebih rendah dibanding IMT dan Lipi. Penggunaan cut-off IMT 25 kg/m 2 dalam mengklasifikasikan kegemukan mempunyai nilai spesifisitas yang sangat baik (97%) namun sensitifitas jelek (60%).  Adapun Lipi  dengan cut-off 80 cm mempunyai spesifisitas 98% dan sensitifitas 70%; RLPP dengan cut-off 0,8 mempunyai sensitifitas dan spesifisitas tingkat sedang (70% dan 70%). Sehingga direkomendasikan cut-off dengan sensitifitas dan spesifisitas optimal untuk IMT adalah 21,41-22,7 kg/m 2 dan 73,9-76,08 cm untuk Lipi. Kata kunci: s ensitifitas, kegemukan, lingkar pinggang, RLPP, IMT. Abstract Percent body fat is the most appropriate indicator for identifying obesity. However this indicator requires sophisticated instruments and a high skillful personel. Some alter native indicators mostly used in community are body mass index (BMI), waist circumference (WC) and waist hip ratio (WHR). This study aims to assess sensitivity and specificity of these three indicators by comparing with two percent body fat (BF) cut-off, i.e. 32% and 28%. A total of 185 female subjects aged 20-49 years old was selected using convenience sampling. BF was derived from suprailiac skinfold thickness that was measured by using skinfold caliper and calculated using Sirri and Durnin Womersly formula. Sensitivity and specificity were performed by Receiver Operator Characteristic Curve (ROC). Diagnostic power from BMI, WC and WHR was defined based on the area under the curve (AUC). Median IQR of respondents ages was 33 (27; 44) years with the mean±SD of BMI was 24,49±0,01 kg/m 2 ; WC 79,27±1,15cm and WHR 0,83±0,085. BMI and WC ha","PeriodicalId":76005,"journal":{"name":"Journal of human nutrition","volume":"3 1","pages":"49-59"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68317234","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Peningkatan Kadar Kalsium dengan Penambahan Tepung Wijen pada Cake Ampas Tahu 通过向已知Ampas缓存添加Virgin Borders来提高钙率
Pub Date : 2015-12-31 DOI: 10.21776/UB.IJHN.2015.002.02.5
Yudi Arimba Wani, Amelia Farina, E. Wahyuni
Abstrak Tiga puluh persen lebih anak di Indonesia memiliki rata-rata konsumsi energi dan protein di bawah 70% Angka Kecukupan Gizi (AKG). Selain itu, asupan kalsium anak usia sekolah masih rendah yaitu 246,5 mg dari 1000 mg per hari. Maka, diperlukan upaya perbaikan dengan pembuatan produk pangan yang difortifikasi bahan makanan tinggi kalsium. Salah satu bahan makanan tinggi kalsium yang mudah didapatkan di Indonesia adalah wijen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan kadar kalsium dan mutu organoleptik cake ampas tahu dengan penambahan tepung wijen. Penelitian ini merupakan True Experimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang dilakukan dengan 4 perlakuan dan 6 replikasi. Perlakuan yang diterapkan berdasarkan proporsi penambahan tepung wijen, yaitu P0 (tanpa penambahan), P1 (penambahan 30 g), P2 (penambahan 40 g), P3 (penambahan 50 g). Kadar kalsium cake diukur dengan metode spectrophotometri . Pengujian mutu organoleptik cake menggunakan Hedonic Scale Test , dengan 50 orang panelis dari siswa kelas 5 Sekolah Dasar, untuk melihat atribut rasa, aroma, warna, dan tekstur. Penelitian ini membuktikan perbedaan signifikan kadar kalsium pada semua perlakuan (p 0,05). Produk yang paling disukai adalah P2 berkadar kalsium 415,54 mg, memenuhi 41,5% AKG/100 g. Sehingga, penambahan tepung wijen pada cake ampas tahu memberikan perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan kadar kalsium dan mutu organoleptik (rasa, aroma, tekstur) cake ampas tahu. Kata kunci : kalsium, cake ampas tahu, tepung wijen, mutu organoleptik Abstract More than one third of Indonesian children lacked their intake of energy and protein which is less than 70% of nutritional adequacy level. Besides, they have low calcium intake which accounts for 246,5 mg of 1000 mg daily. Thus, it’s necessary to make a product which is fortified by calcium rich foods. Sesame is one of them that is easily obtained in Indonesia. This study aimed to find out the difference of increased level of calcium content and organoleptic qualities of product. this study was conducted using true experimental design with completely randomized design which was done in 4 groups and 6 repetition. The groups were distinguished based on the proportion of sesame flour addition: P0 (0 g), P1 (30 g), P2 (40 g), P3 (50 g). Calcium content was determined by spectrophotometry method. Organoleptic qualities was determined using Hedonic Scale Test in 50 panelists of the fifth grade elementary school children to assess their experiences of sensory attributes of products as taste, aroma, colour, and texture. This study showed the addition of sesame flour to cake with tofu waste had a significant difference on the calcium level (p 0,05). The most preferred product of this study was P2 that contained 415,54 mg of calcium and met 41,5% of nutritional adequacy rate per 100 g of cake. Finally, the addition of sesame flour on cake with tofu waste had a significant difference to the rise of calcium level a
在印度尼西亚,30%的儿童能源和蛋白质的平均消费低于70%的营养补充率(AKG)。此外,学龄儿童每天1000毫克的钙摄入量仍然很低。因此,必须通过生产改良高钙食品来进行改进。印度尼西亚最容易获得的高钙食品之一是芝麻。这项研究的目的是研究通过加入芝麻粉来提高钙水平和有机蛋糕质量的差异。这是一个真正的随机实验,有四种治疗方法和六种复制。根据芝麻粉(不加法)、P1(增加30克)、P2(增加40克)和P3(增加50克)的比例进行治疗。有机蛋糕质量测试采用了一项令人满意的比例测试,由五年级学生的50名评审员进行,以观察味道、香味、颜色和纹理。这项研究证明了所有药物中钙水平的显著差异(p . 05)。最受欢迎的产品是P2含钙41554毫克,含41.5%的AKG/100克。因此,在知道的蛋糕上添加芝麻粉,对蛋糕的钙和有机质量的增加产生了显著的不同。关键词:钙,蛋糕块,芝麻粉,有机发酵,比印尼儿童的三分之一更严重的营养消耗。除此之外,他们每天至少摄入246.5毫克的1000毫克。这是必要的,使一个产品是由calcium rich foods授权的。芝麻是印尼容易得到的答案之一。这项研究可以发现产品calcium和有机物质量的含量增加了不同。这项研究采用了一种真正的实验设计,在4个groups和6个重复中进行了完整的设计。根据分配水的比例,groups是基于P0 (0.0 g)、P1 (30 g)、P2(40克)、P3(50克)、Calcium的成分。五年级五年级儿童的健康品质测试以品尝味道、香味、颜色和文本为特色。这项研究表明,在calcium水平(p . 05)上,误入歧途的祭品的加法对蛋糕有很大的不同。这项研究的大多数首选产品是P2,分别包含41554毫克的calcium和met 41.5%的营养摄入量为100克。最后,随着多夫浪费的蛋糕上浮渣的加法对calcium水平和有机物质量的形成有很大的不同。叫卖:calcium, with tofu waste, sesame水,有机物含量
{"title":"Peningkatan Kadar Kalsium dengan Penambahan Tepung Wijen pada Cake Ampas Tahu","authors":"Yudi Arimba Wani, Amelia Farina, E. Wahyuni","doi":"10.21776/UB.IJHN.2015.002.02.5","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.IJHN.2015.002.02.5","url":null,"abstract":"Abstrak Tiga puluh persen lebih anak di Indonesia memiliki rata-rata konsumsi energi dan protein di bawah 70% Angka Kecukupan Gizi (AKG). Selain itu, asupan kalsium anak usia sekolah masih rendah yaitu 246,5 mg dari 1000 mg per hari. Maka, diperlukan upaya perbaikan dengan pembuatan produk pangan yang difortifikasi bahan makanan tinggi kalsium. Salah satu bahan makanan tinggi kalsium yang mudah didapatkan di Indonesia adalah wijen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan kadar kalsium dan mutu organoleptik cake ampas tahu dengan penambahan tepung wijen. Penelitian ini merupakan True Experimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang dilakukan dengan 4 perlakuan dan 6 replikasi. Perlakuan yang diterapkan berdasarkan proporsi penambahan tepung wijen, yaitu P0 (tanpa penambahan), P1 (penambahan 30 g), P2 (penambahan 40 g), P3 (penambahan 50 g). Kadar kalsium cake diukur dengan metode spectrophotometri . Pengujian mutu organoleptik cake menggunakan Hedonic Scale Test , dengan 50 orang panelis dari siswa kelas 5 Sekolah Dasar, untuk melihat atribut rasa, aroma, warna, dan tekstur. Penelitian ini membuktikan perbedaan signifikan kadar kalsium pada semua perlakuan (p 0,05). Produk yang paling disukai adalah P2 berkadar kalsium 415,54 mg, memenuhi 41,5% AKG/100 g. Sehingga, penambahan tepung wijen pada cake ampas tahu memberikan perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan kadar kalsium dan mutu organoleptik (rasa, aroma, tekstur) cake ampas tahu. Kata kunci : kalsium, cake ampas tahu, tepung wijen, mutu organoleptik Abstract More than one third of Indonesian children lacked their intake of energy and protein which is less than 70% of nutritional adequacy level. Besides, they have low calcium intake which accounts for 246,5 mg of 1000 mg daily. Thus, it’s necessary to make a product which is fortified by calcium rich foods. Sesame is one of them that is easily obtained in Indonesia. This study aimed to find out the difference of increased level of calcium content and organoleptic qualities of product. this study was conducted using true experimental design with completely randomized design which was done in 4 groups and 6 repetition. The groups were distinguished based on the proportion of sesame flour addition: P0 (0 g), P1 (30 g), P2 (40 g), P3 (50 g). Calcium content was determined by spectrophotometry method. Organoleptic qualities was determined using Hedonic Scale Test in 50 panelists of the fifth grade elementary school children to assess their experiences of sensory attributes of products as taste, aroma, colour, and texture. This study showed the addition of sesame flour to cake with tofu waste had a significant difference on the calcium level (p 0,05). The most preferred product of this study was P2 that contained 415,54 mg of calcium and met 41,5% of nutritional adequacy rate per 100 g of cake. Finally, the addition of sesame flour on cake with tofu waste had a significant difference to the rise of calcium level a","PeriodicalId":76005,"journal":{"name":"Journal of human nutrition","volume":"2 1","pages":"101-107"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2015-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68316885","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 4
Formulasi Food Bar Tepung Bekatul dan Tepung Jagung sebagai Pangan Darurat 沥青棒和玉米粉的配方作为紧急食品
Pub Date : 2015-12-31 DOI: 10.21776/UB.IJHN.2015.002.02.1
Inggita Kusumastuty, Laily Fandianty, Arliek Rio Julia
Abstrak Pangan darurat merupakan pangan yang dalam keadaan darurat diharapkan dapat memenuhi kebutuhan sebesar 233-250 kkal/50 gram bahan. Salah satu contoh produk pangan darurat adalah food bar . Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan food bar ini berasal dari tepung bekatul dan tepung jagung. Bekatul dan jagung dipilih karena selama ini pemanfaatan bekatul masih terbatas untuk pangan, padahal kandungan gizinya dapat dimanfaatkan dalam mengembangkan suatu produk food bar . Sementara itu jagung dipilih karena jagung merupakan penyumbang terbesar kedua setelah padi dalam subsektor tanaman pangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui formulasi food bar dari tepung bekatul dan tepung jagung yang sesuai syarat pangan darurat dan daya terima produk. Penelitian ini menggunakan desain true experiment dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perbandingan tepung bekatul dan tepung jagung yang diterapkan adalah 10:90, 20:80, 30:70, 40:60, 50:50. Uji yang dilakukan adalah uji Kruskall Wallis dan uji Man Whitney dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formulasi food bar berbahan baku tepung bekatul dan tepung jagung tidak berbeda terhadap parameter mutu gizi protein (p=0,187), lemak (p=0,852), karbohidrat (p=0,114), akan tetapi memberikan perbedaan yang signifikan terhadap parameter mutu organoleptik rasa (p=0,004), aroma (p=0,016), tekstur (p=0,005), warna (p=0,004). Maka food bar yang tepat sesuai syarat pangan darurat dan baik daya terimanya adalah food bar dengan tepung bekatul : tepung jagung (10:90) yang mengandung energi 232,43 kkal, protein 6,35 gram, lemak 9,41 gram dan karbohidrat 30,58 gram dalam 50 gram bahan serta memiliki tingkat kesukaan “suka” pada rasa, aroma dan tekstur, dan tingkat kesukaan “sangat suka” pada warna. Kata kunci : pangan darurat, food bar, bekatul, jagung, mutu gizi. Abstract Emergency food products are food in emergency situation that are expected to meet requirements of 233-250 kcal/50 grams food. One of the forms of emergency food product is food bar. Materials used in this research were rice bran flour and corn flour. This study aims to determine the food bar formulation of rice bran flour and corn flour that is appropriate with emergency food product requirements and product acceptance. True experiment with a completely randomized design (CRD) were used in this study. The independent variables were amount of wheat flour (100%) and amount of rice bran flour: corn flour (10:90, 20:80, 30:70, 40:60, 50:50), while the dependent variable was the value of macronutrients (protein, fat, carbohydrate) and physical quality (texture, flavor, color, scent). Statistical test used k ruskall W allis and M a n n -Whitney with level of credibility 95%. The results showed that the formulation of food bar from rice bran flour and corn flour did not have any difference with nutritional quality parameters of protein (p=0,187), fat (p=0,852), carbohydrate (p=0,114), but had a significant difference with organ
非紧急食品是一种可以在紧急情况下满足23 -250千克/50克材料需求的食品。紧急食品产品的一个例子是食品吧。食品棒使用的原料来自面粉和玉米粉。布兰和玉米之所以被选择,是因为它们对食物的使用一直受到限制,尽管它们的营养物质可能被用来开发一种食品棒。而玉米之所以被选中,是因为玉米是作物分界处仅次于水稻的第二大贡献者。本研究的目的是了解白面粉和玉米淀粉在紧急食品和产品可接受条件下的配方。本研究采用全随机设计的真实验设计。使用的面粉和玉米粉的比例是10:90,20:80,30:70,40:60,50:50。所进行的测试包括Kruskall Wallis和Man Whitney测试的可靠性水平95%。研究结果表明,农产品条的配方与蛋白质营养参数(p= 0.187)、脂肪(p= 0.852)、碳水化合物(p= 0.852)、碳水化合物(p= 0.004)、香味(p= 0.016)、纹理(p= 0.005)、颜色(p= 0.004)没有什么不同。那么紧急粮食食品完全按照条件的酒吧和麸皮面粉和收据是食品的好酒吧:含有一种能量的玉米粉(10:90)232.43 kkal 6,35克蛋白质,9.41克脂肪和碳水化合物水平30.58克50克以及材料中有“喜欢”的味道,香味和质地最喜欢的颜色,“非常喜欢”的水平。关键词:紧急食品、食品棒、面包屑、玉米、营养质量。摘要紧急食品生产是在紧急情况下,预计会满足2330 -250公斤/50克食品的要求。紧急食品生产的一个部门是食品吧。研究中使用的材料是大米粒和玉米浆。这项研究旨在确定大米棒和玉米浆的食品配方,这符合紧急食品生产要求和生产要求。一个完全随机的设计的真实实验正在这个研究中使用。独立的品种是小麦(100%)和大米糠的数量:玉米浆(10:90,20:80,30:70,40:60,50:50),而变化的成本是macronutrients(蛋白质、脂肪、carbohydrate)和物理质量(texture, flavor, color, scent)的价值。统计结果显示k·ruskall W·礼貌和M·n -Whitney的可靠性水平为95%。最近的结果表明,从大米中提取的食物棒和玉米水的配方与营养不足不足的蛋白质高质量成分(p= 0.187)、脂肪(p= 0.852)、carbohydrate (p= 0.004)、香味(p= 0.016)、香味(p= 0.004)、色香味(p= 0.004)没有什么不同。在历史性,食品酒吧那是suited食品广告requirements和酒吧广告acceptance是食品with rice布兰面粉:玉米面粉(10:90)containing energy 232.43 kcal, 6,35克蛋白质,9.41肥克和carbohydrate 30.58克在酒吧和50克的食品有吗“蓝精灵”级在味道、气味和纹理和“真的像“on颜色。Keyword:紧急食品生产,食品棒,大米粒,玉米,营养质量
{"title":"Formulasi Food Bar Tepung Bekatul dan Tepung Jagung sebagai Pangan Darurat","authors":"Inggita Kusumastuty, Laily Fandianty, Arliek Rio Julia","doi":"10.21776/UB.IJHN.2015.002.02.1","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.IJHN.2015.002.02.1","url":null,"abstract":"Abstrak Pangan darurat merupakan pangan yang dalam keadaan darurat diharapkan dapat memenuhi kebutuhan sebesar 233-250 kkal/50 gram bahan. Salah satu contoh produk pangan darurat adalah food bar . Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan food bar ini berasal dari tepung bekatul dan tepung jagung. Bekatul dan jagung dipilih karena selama ini pemanfaatan bekatul masih terbatas untuk pangan, padahal kandungan gizinya dapat dimanfaatkan dalam mengembangkan suatu produk food bar . Sementara itu jagung dipilih karena jagung merupakan penyumbang terbesar kedua setelah padi dalam subsektor tanaman pangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui formulasi food bar dari tepung bekatul dan tepung jagung yang sesuai syarat pangan darurat dan daya terima produk. Penelitian ini menggunakan desain true experiment dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perbandingan tepung bekatul dan tepung jagung yang diterapkan adalah 10:90, 20:80, 30:70, 40:60, 50:50. Uji yang dilakukan adalah uji Kruskall Wallis dan uji Man Whitney dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formulasi food bar berbahan baku tepung bekatul dan tepung jagung tidak berbeda terhadap parameter mutu gizi protein (p=0,187), lemak (p=0,852), karbohidrat (p=0,114), akan tetapi memberikan perbedaan yang signifikan terhadap parameter mutu organoleptik rasa (p=0,004), aroma (p=0,016), tekstur (p=0,005), warna (p=0,004). Maka food bar yang tepat sesuai syarat pangan darurat dan baik daya terimanya adalah food bar dengan tepung bekatul : tepung jagung (10:90) yang mengandung energi 232,43 kkal, protein 6,35 gram, lemak 9,41 gram dan karbohidrat 30,58 gram dalam 50 gram bahan serta memiliki tingkat kesukaan “suka” pada rasa, aroma dan tekstur, dan tingkat kesukaan “sangat suka” pada warna. Kata kunci : pangan darurat, food bar, bekatul, jagung, mutu gizi. Abstract Emergency food products are food in emergency situation that are expected to meet requirements of 233-250 kcal/50 grams food. One of the forms of emergency food product is food bar. Materials used in this research were rice bran flour and corn flour. This study aims to determine the food bar formulation of rice bran flour and corn flour that is appropriate with emergency food product requirements and product acceptance. True experiment with a completely randomized design (CRD) were used in this study. The independent variables were amount of wheat flour (100%) and amount of rice bran flour: corn flour (10:90, 20:80, 30:70, 40:60, 50:50), while the dependent variable was the value of macronutrients (protein, fat, carbohydrate) and physical quality (texture, flavor, color, scent). Statistical test used k ruskall W allis and M a n n -Whitney with level of credibility 95%. The results showed that the formulation of food bar from rice bran flour and corn flour did not have any difference with nutritional quality parameters of protein (p=0,187), fat (p=0,852), carbohydrate (p=0,114), but had a significant difference with organ","PeriodicalId":76005,"journal":{"name":"Journal of human nutrition","volume":"2 1","pages":"68-75"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2015-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68316652","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 14
期刊
Journal of human nutrition
全部 Acc. Chem. Res. ACS Applied Bio Materials ACS Appl. Electron. Mater. ACS Appl. Energy Mater. ACS Appl. Mater. Interfaces ACS Appl. Nano Mater. ACS Appl. Polym. Mater. ACS BIOMATER-SCI ENG ACS Catal. ACS Cent. Sci. ACS Chem. Biol. ACS Chemical Health & Safety ACS Chem. Neurosci. ACS Comb. Sci. ACS Earth Space Chem. ACS Energy Lett. ACS Infect. Dis. ACS Macro Lett. ACS Mater. Lett. ACS Med. Chem. Lett. ACS Nano ACS Omega ACS Photonics ACS Sens. ACS Sustainable Chem. Eng. ACS Synth. Biol. Anal. Chem. BIOCHEMISTRY-US Bioconjugate Chem. BIOMACROMOLECULES Chem. Res. Toxicol. Chem. Rev. Chem. Mater. CRYST GROWTH DES ENERG FUEL Environ. Sci. Technol. Environ. Sci. Technol. Lett. Eur. J. Inorg. Chem. IND ENG CHEM RES Inorg. Chem. J. Agric. Food. Chem. J. Chem. Eng. Data J. Chem. Educ. J. Chem. Inf. Model. J. Chem. Theory Comput. J. Med. Chem. J. Nat. Prod. J PROTEOME RES J. Am. Chem. Soc. LANGMUIR MACROMOLECULES Mol. Pharmaceutics Nano Lett. Org. Lett. ORG PROCESS RES DEV ORGANOMETALLICS J. Org. Chem. J. Phys. Chem. J. Phys. Chem. A J. Phys. Chem. B J. Phys. Chem. C J. Phys. Chem. Lett. Analyst Anal. Methods Biomater. Sci. Catal. Sci. Technol. Chem. Commun. Chem. Soc. Rev. CHEM EDUC RES PRACT CRYSTENGCOMM Dalton Trans. Energy Environ. Sci. ENVIRON SCI-NANO ENVIRON SCI-PROC IMP ENVIRON SCI-WAT RES Faraday Discuss. Food Funct. Green Chem. Inorg. Chem. Front. Integr. Biol. J. Anal. At. Spectrom. J. Mater. Chem. A J. Mater. Chem. B J. Mater. Chem. C Lab Chip Mater. Chem. Front. Mater. Horiz. MEDCHEMCOMM Metallomics Mol. Biosyst. Mol. Syst. Des. Eng. Nanoscale Nanoscale Horiz. Nat. Prod. Rep. New J. Chem. Org. Biomol. Chem. Org. Chem. Front. PHOTOCH PHOTOBIO SCI PCCP Polym. Chem.
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
0
微信
客服QQ
Book学术公众号 扫码关注我们
反馈
×
意见反馈
请填写您的意见或建议
请填写您的手机或邮箱
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
现在去查看 取消
×
提示
确定
Book学术官方微信
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术
文献互助 智能选刊 最新文献 互助须知 联系我们:info@booksci.cn
Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。
Copyright © 2023 Book学术 All rights reserved.
ghs 京公网安备 11010802042870号 京ICP备2023020795号-1