Pub Date : 2021-09-22DOI: 10.46252/jsai-fpik-unipa.2021.vol.5.no.4.181
Selvi Tebay, Y. Kaber, Elsha Prangin Angin, E. Manangkalangi, Agnestesya Manuputty, Mina Regina Rumayomi
Marine tourism is a type of special interest tourism, namely by managing and utilizing marine and coastal landscapes, both those that are managed directly such as swimming, boating, snorkeling, diving, or indirectly such as picnics and beach sports. Nusmapi Island has the potential to be developed as a marine tourism object which has the potential for waters and coral reefs that are in good condition. The purpose of this study was to determine the relationship between the level of public perception and the socio-economic conditions of the local community on Nusmapi Island. In October-November 2020 this research was carried out on Nusmapi Island, Manokwari Regency. The descriptive exploratory method is by conducting a survey to the research location. The data collected were analyzed descriptively by tabulating and displayed in the form of pictures, tables, and graphs to provide an explanation of the information obtained in this study. The relationship between the level of perception and socio-economic and cultural aspects of society was analyzed by multiple regression. The variables of age, gender, education, main occupation, and additional work were positively correlated with community perception, while length of stay and ethnic origin were negatively correlated with perceived level. The correlation value between the 7 independent variables (X1-X7) and the dependent variable (Y) is 0.839 which is included in the very strong category. The value of the coefficient of determination 61% explains the variables in the resulting regression model, the remaining 39% is influenced by other factors outside the model. Age is a significant social variable on people's perceptions of the development of marine tourism on Nusmapi Island. The community as the main component in development has an important role in developing local potential that comes from nature, socio-culture or improving the community's economy through the development of marine tourism.
{"title":"Relationship between Perception and Socio-Economic Characteristics of Culture Community in the Development of Marine Ecotourism in Nusmapi Island","authors":"Selvi Tebay, Y. Kaber, Elsha Prangin Angin, E. Manangkalangi, Agnestesya Manuputty, Mina Regina Rumayomi","doi":"10.46252/jsai-fpik-unipa.2021.vol.5.no.4.181","DOIUrl":"https://doi.org/10.46252/jsai-fpik-unipa.2021.vol.5.no.4.181","url":null,"abstract":"Marine tourism is a type of special interest tourism, namely by managing and utilizing marine and coastal landscapes, both those that are managed directly such as swimming, boating, snorkeling, diving, or indirectly such as picnics and beach sports. Nusmapi Island has the potential to be developed as a marine tourism object which has the potential for waters and coral reefs that are in good condition. The purpose of this study was to determine the relationship between the level of public perception and the socio-economic conditions of the local community on Nusmapi Island. In October-November 2020 this research was carried out on Nusmapi Island, Manokwari Regency. The descriptive exploratory method is by conducting a survey to the research location. The data collected were analyzed descriptively by tabulating and displayed in the form of pictures, tables, and graphs to provide an explanation of the information obtained in this study. The relationship between the level of perception and socio-economic and cultural aspects of society was analyzed by multiple regression. The variables of age, gender, education, main occupation, and additional work were positively correlated with community perception, while length of stay and ethnic origin were negatively correlated with perceived level. The correlation value between the 7 independent variables (X1-X7) and the dependent variable (Y) is 0.839 which is included in the very strong category. The value of the coefficient of determination 61% explains the variables in the resulting regression model, the remaining 39% is influenced by other factors outside the model. Age is a significant social variable on people's perceptions of the development of marine tourism on Nusmapi Island. The community as the main component in development has an important role in developing local potential that comes from nature, socio-culture or improving the community's economy through the development of marine tourism.","PeriodicalId":105035,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik","volume":"25 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123611359","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-31DOI: 10.46252/jsai-fpik-unipa.2021.vol.5.no.3.166
Febrianti Lestari, S. Syahrial, Rika Anggraini, Yudho Andika, C. 'Akla, Agus Putra A. Samad
Fauna makrobentik sering digunakan sebagai bioindikator kualitas lingkungan dan informasi tentang karakteristik lingkungan maupun keberadaan fauna makrobentik di kawasan reboisasi mangrove masih sangat terbatas. Kajian profil kawasan reboisasi mangrove Kepulauan Seribu berdasarkan karakteristik lingkungan dan fauna makrobentiknya telah dilakukan pada bulan Maret 2014. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi ekologi perairan di sekitar kawasan reboisasi mangrove Kepulauan Seribu. Untuk mengetahui keterkaitan karakteristik lingkungan dan fauna makrobentik dengan stasiun pengamatan dilakukan dengan statistik Correspondence Analysis (CA), sedangkan karakteristik lingkungan penentu fauna makrobentik serta hubungannya dilakukan dengan statistik Principal Component Analysis (PCA) dan regresi linier sederhana. Hasil kajian memperlihatkan bahwa konsentrasi karakteristik lingkungan yang diukur tidak begitu berbeda antar stasiun dan tidak melebihi ambang baku mutu untuk kehidupan biota laut. Selanjutnya fauna makrobentik yang ditemukan terdiri dari 6 spesies dengan kepadatan tertingginya berada di Stasiun 3 (05.00 ind/m2) dan terendahnya di Stasiun 1 (02.00 ind/m2). Pada Stasiun 1 konsentrasi pH dan suhunya sangat tinggi, sedangkan Stasiun 2 dan 3 konsentrasi salinitasnya yang tinggi. Fauna makrobentik Atilia (Columbella) scripta, Metopograpsus latifrons, Littoraria scabra, Saccostrea cucculata dan Cardisoma carnifex dapat berasosiasi dengan mangrove di semua stasiun. Selain itu, karakteristik lingkungan yang menentukan keberadaan fauna makrobentik C. carnifex adalah parameter pH, dimana semakin tinggi konsentrasi pH, maka kepadatan C. carnifex semakin menurun. Selain itu, karakteristik lingkungan yang menentukan keberadaan fauna makrobentik S. cucculata, M. latifrons dan A. scripta ditentukan oleh parameter DO dan salinitas yakni semakin rendah konsentrasi DO dan salinitas, maka kepadatan S. cucculata, M. latifrons maupun A. scripta akan semakin tinggi.
{"title":"Profil Kawasan Reboisasi Mangrove Kepulauan Seribu Berdasarkan Karakteristik Lingkungan dan Fauna Makrobentik Terkait","authors":"Febrianti Lestari, S. Syahrial, Rika Anggraini, Yudho Andika, C. 'Akla, Agus Putra A. Samad","doi":"10.46252/jsai-fpik-unipa.2021.vol.5.no.3.166","DOIUrl":"https://doi.org/10.46252/jsai-fpik-unipa.2021.vol.5.no.3.166","url":null,"abstract":"Fauna makrobentik sering digunakan sebagai bioindikator kualitas lingkungan dan informasi tentang karakteristik lingkungan maupun keberadaan fauna makrobentik di kawasan reboisasi mangrove masih sangat terbatas. Kajian profil kawasan reboisasi mangrove Kepulauan Seribu berdasarkan karakteristik lingkungan dan fauna makrobentiknya telah dilakukan pada bulan Maret 2014. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi ekologi perairan di sekitar kawasan reboisasi mangrove Kepulauan Seribu. Untuk mengetahui keterkaitan karakteristik lingkungan dan fauna makrobentik dengan stasiun pengamatan dilakukan dengan statistik Correspondence Analysis (CA), sedangkan karakteristik lingkungan penentu fauna makrobentik serta hubungannya dilakukan dengan statistik Principal Component Analysis (PCA) dan regresi linier sederhana. Hasil kajian memperlihatkan bahwa konsentrasi karakteristik lingkungan yang diukur tidak begitu berbeda antar stasiun dan tidak melebihi ambang baku mutu untuk kehidupan biota laut. Selanjutnya fauna makrobentik yang ditemukan terdiri dari 6 spesies dengan kepadatan tertingginya berada di Stasiun 3 (05.00 ind/m2) dan terendahnya di Stasiun 1 (02.00 ind/m2). Pada Stasiun 1 konsentrasi pH dan suhunya sangat tinggi, sedangkan Stasiun 2 dan 3 konsentrasi salinitasnya yang tinggi. Fauna makrobentik Atilia (Columbella) scripta, Metopograpsus latifrons, Littoraria scabra, Saccostrea cucculata dan Cardisoma carnifex dapat berasosiasi dengan mangrove di semua stasiun. Selain itu, karakteristik lingkungan yang menentukan keberadaan fauna makrobentik C. carnifex adalah parameter pH, dimana semakin tinggi konsentrasi pH, maka kepadatan C. carnifex semakin menurun. Selain itu, karakteristik lingkungan yang menentukan keberadaan fauna makrobentik S. cucculata, M. latifrons dan A. scripta ditentukan oleh parameter DO dan salinitas yakni semakin rendah konsentrasi DO dan salinitas, maka kepadatan S. cucculata, M. latifrons maupun A. scripta akan semakin tinggi.","PeriodicalId":105035,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik","volume":"24 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121031103","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-31DOI: 10.46252/jsai-fpik-unipa.2021.vol.5.no.3.159
Ni Made Natalisa Putri, Nyoman Dati Pertami, G. Kartika
Aspek reproduksi ikan nyalian (Barbodes binotatus Valenciennes, 1842) di Danau Tamblingan belum diketahui, sehingga upaya pengelolaan sumber daya ikan ini belum dapat dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek reproduksi ikan nyalian di Danau Tamblingan. Sampling dilakukan kurun waktu Januari-Juni 2019. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan kuantitatif. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling di lima titik stasiun. Pengambilan sampel dilakukan satu kali pada setiap bulan. Alat tangkap yang digunakan adalah jaring insang yang memiliki ukuran mata jaring 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; 2,5; 3,0 cm. Sampel ikan nyalian yang ditemukan selama pengambilan data sebanyak 208 individu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan antara nisbah kelamin ikan nyalian jantan dan betina yaitu 1,17:1 yang menunjukkan nisbah kelamin seimbang. Tingkat kematangan gonad (TKG) ikan jantan lebih bervariasi (I-IV), dibandingkan ikan betinanya (III dan IV). Rata-rata indeks kematangan gonad (IKG) tertinggi (jantan dan betina) ditemukan pada bulan Maret dan terendah pada bulan Januari. Fekunditasnya berkisar antara 57-23.897 butir.
{"title":"Aspek Reproduksi Ikan Nyalian (Barbodes binotatus Valenciennes, 1842) di Danau Tamblingan","authors":"Ni Made Natalisa Putri, Nyoman Dati Pertami, G. Kartika","doi":"10.46252/jsai-fpik-unipa.2021.vol.5.no.3.159","DOIUrl":"https://doi.org/10.46252/jsai-fpik-unipa.2021.vol.5.no.3.159","url":null,"abstract":"Aspek reproduksi ikan nyalian (Barbodes binotatus Valenciennes, 1842) di Danau Tamblingan belum diketahui, sehingga upaya pengelolaan sumber daya ikan ini belum dapat dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek reproduksi ikan nyalian di Danau Tamblingan. Sampling dilakukan kurun waktu Januari-Juni 2019. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan kuantitatif. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling di lima titik stasiun. Pengambilan sampel dilakukan satu kali pada setiap bulan. Alat tangkap yang digunakan adalah jaring insang yang memiliki ukuran mata jaring 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; 2,5; 3,0 cm. Sampel ikan nyalian yang ditemukan selama pengambilan data sebanyak 208 individu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan antara nisbah kelamin ikan nyalian jantan dan betina yaitu 1,17:1 yang menunjukkan nisbah kelamin seimbang. Tingkat kematangan gonad (TKG) ikan jantan lebih bervariasi (I-IV), dibandingkan ikan betinanya (III dan IV). Rata-rata indeks kematangan gonad (IKG) tertinggi (jantan dan betina) ditemukan pada bulan Maret dan terendah pada bulan Januari. Fekunditasnya berkisar antara 57-23.897 butir.","PeriodicalId":105035,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik","volume":"36 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121600330","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-31DOI: 10.46252/jsai-fpik-unipa.2021.vol.5.no.3.165
Emmanuel Manangkalangi, Ida Lapadi, P. T. Lefaan, M. F. Rahardjo, R. K. Hadiaty, Sigid Hariyadi, Charles P. H. Simanjuntak
Informasi yang lengkap mengenai reproduksi, perkembangan awal, dan pertumbuhan larva menjadi sangat penting dalam upaya penangkaran dan reintroduksi spesies ikan yang terancam punah. Salah satu di antara spesies yang mulai terancam adalah ikan elangi Arfak, Melanotaenia arfakensis yang sudah berada dalam kategori rentan dan informasinya masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan aktivitas pemijahan, perkembangan awal, dan pertumbuhan larva spesies ikan elangi ini dalam kondisi laboratorium. Percobaan dalam skala laboratorium dilaksanakan pada bulan Maret-September 2017. Ikan yang digunakan berasal dari Sungai Nimbai. Sebanyak tiga pasang individu jantan dan betina dengan kisaran ukuran 46,5 sampai 60,1 mm dipilih untuk perlakuan. Namun, hanya satu pasangan yang berhasil diamati aktivitas pemijahannya secara lengkap. Pemijahan berlangsung di antara waktu pagi hari sampai siang hari dalam tiga periode pemijahan. Dalam setiap periode, pemijahan berlangsung di antara 8 dan 11 hari. Antarperiode pemijahan membutuhkan waktu 14 sampai 22 hari. Setelah dibuahi, telur dilekatkan dengan filamen pada substrat pemijahan dan diletakkan pada kedalaman 7,3-24,3 cm dari permukaan air. Satu kelompok telur yang dipijahkan terdiri atas 78-116 butir dengan kisaran diameter di antara 1,05 dan 136 mm. Telur menetas dalam periode 4 sampai 10 hari. Panjang tubuh larva yang baru menetas berkisar 4,13-4,40 mm dan akan mencapai ukuran 7,85 mm dengan tingkat sintasan 48,1% setelah 41 hari. Hasil penelitian ini menemukan beberapa kuntungan dari karakteristik pemijahan dan pertumbuhan tahap awal yang bermanfaat untuk upaya penangkaran dan pelepasliaran ikan ini ke habitat aslinya. Dengan demikian, populasinya di sistem Sungai Prafi dapat tetap dilestarikan.
{"title":"Aktivitas Pemijahan, Perkembangan Awal, dan Pertumbuhan Larva Ikan Pelangi Arfak dalam Kondisi Laboratorium: Studi Pendahuluan untuk Penangkarannya","authors":"Emmanuel Manangkalangi, Ida Lapadi, P. T. Lefaan, M. F. Rahardjo, R. K. Hadiaty, Sigid Hariyadi, Charles P. H. Simanjuntak","doi":"10.46252/jsai-fpik-unipa.2021.vol.5.no.3.165","DOIUrl":"https://doi.org/10.46252/jsai-fpik-unipa.2021.vol.5.no.3.165","url":null,"abstract":"Informasi yang lengkap mengenai reproduksi, perkembangan awal, dan pertumbuhan larva menjadi sangat penting dalam upaya penangkaran dan reintroduksi spesies ikan yang terancam punah. Salah satu di antara spesies yang mulai terancam adalah ikan elangi Arfak, Melanotaenia arfakensis yang sudah berada dalam kategori rentan dan informasinya masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan aktivitas pemijahan, perkembangan awal, dan pertumbuhan larva spesies ikan elangi ini dalam kondisi laboratorium. Percobaan dalam skala laboratorium dilaksanakan pada bulan Maret-September 2017. Ikan yang digunakan berasal dari Sungai Nimbai. Sebanyak tiga pasang individu jantan dan betina dengan kisaran ukuran 46,5 sampai 60,1 mm dipilih untuk perlakuan. Namun, hanya satu pasangan yang berhasil diamati aktivitas pemijahannya secara lengkap. Pemijahan berlangsung di antara waktu pagi hari sampai siang hari dalam tiga periode pemijahan. Dalam setiap periode, pemijahan berlangsung di antara 8 dan 11 hari. Antarperiode pemijahan membutuhkan waktu 14 sampai 22 hari. Setelah dibuahi, telur dilekatkan dengan filamen pada substrat pemijahan dan diletakkan pada kedalaman 7,3-24,3 cm dari permukaan air. Satu kelompok telur yang dipijahkan terdiri atas 78-116 butir dengan kisaran diameter di antara 1,05 dan 136 mm. Telur menetas dalam periode 4 sampai 10 hari. Panjang tubuh larva yang baru menetas berkisar 4,13-4,40 mm dan akan mencapai ukuran 7,85 mm dengan tingkat sintasan 48,1% setelah 41 hari. Hasil penelitian ini menemukan beberapa kuntungan dari karakteristik pemijahan dan pertumbuhan tahap awal yang bermanfaat untuk upaya penangkaran dan pelepasliaran ikan ini ke habitat aslinya. Dengan demikian, populasinya di sistem Sungai Prafi dapat tetap dilestarikan.","PeriodicalId":105035,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik","volume":"12 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122127692","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-29DOI: 10.46252/jsai-fpik-unipa.2021.vol.5.no.3.169
Ch. I. Tupan, Ferdinandus Sangur, G. W. Lailossa
Lamun sebagai tanaman tingkat tinggi memanfaatkan karbondioksida untuk menghasilkan bahan organik dan menyimpannya dalam biomassa, sehingga tanaman ini berpotensi mengurangi pencemaran gas karbondioksida di lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis cadangan dan serapan karbon dua spesies lamun di Perairan Pantai Waai, Pulau Ambon. Dua spesies lamun yang menjadi fokus penelitian adalah Thalassia hemprichii dan Enhalus acoroides yang merupakan spesies dominan pada perairan tersebut. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2019 pada dua stasiun penelitian berdasarkan perbedaan substrat yaitu Stasiun 1 mewakili substrat berlumpur, dan Stasiun 2 mewakili substrat berpasir. Analisis cadangan karbon dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisis biomassa, yang dibedakan atas bagian di atas substrat dan bagian di bawah substrat. Analisis serapan karbon dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisis laju produksi. Analisis kandungan karbon didasarkan pada metode Walkley and Black. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh potensi cadangan karbon pada spesies E. acoroides berkisar antara 112,38 – 126,34 gC.m-2 dan lebih tinggi dari pada T. hemprichii yang berkisar antara 9,31 – 11,28 gC.m-2. Cadangan karbon ini lebih tinggi pada bagian bawah substrat khususnya pada bagian rhizoma yang mencapai 52% dari total cadangan karbon. Potensi penyerapan karbon juga lebih tinggi pada spesies E. acoroides yang berkisar antara 1,45 – 1,81 gC.m-2.h-1 dibandingkan T. hemprichii yang berkisar antara 0,43 – 0,54 gC.m-2.h-1. Kemampuan kedua spesies tersebut dalam menyerap dan menyimpan karbon lebih baik pada daerah substrat berlumpur didukung dengan kandungan nutrien yang cukup.
{"title":"Potensi Karbon pada Lamun Thalassia hemprichii dan Enhalus acoroides di Perairan Pantai Waai Pulau Ambon","authors":"Ch. I. Tupan, Ferdinandus Sangur, G. W. Lailossa","doi":"10.46252/jsai-fpik-unipa.2021.vol.5.no.3.169","DOIUrl":"https://doi.org/10.46252/jsai-fpik-unipa.2021.vol.5.no.3.169","url":null,"abstract":"Lamun sebagai tanaman tingkat tinggi memanfaatkan karbondioksida untuk menghasilkan bahan organik dan menyimpannya dalam biomassa, sehingga tanaman ini berpotensi mengurangi pencemaran gas karbondioksida di lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis cadangan dan serapan karbon dua spesies lamun di Perairan Pantai Waai, Pulau Ambon. Dua spesies lamun yang menjadi fokus penelitian adalah Thalassia hemprichii dan Enhalus acoroides yang merupakan spesies dominan pada perairan tersebut. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2019 pada dua stasiun penelitian berdasarkan perbedaan substrat yaitu Stasiun 1 mewakili substrat berlumpur, dan Stasiun 2 mewakili substrat berpasir. Analisis cadangan karbon dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisis biomassa, yang dibedakan atas bagian di atas substrat dan bagian di bawah substrat. Analisis serapan karbon dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisis laju produksi. Analisis kandungan karbon didasarkan pada metode Walkley and Black. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh potensi cadangan karbon pada spesies E. acoroides berkisar antara 112,38 – 126,34 gC.m-2 dan lebih tinggi dari pada T. hemprichii yang berkisar antara 9,31 – 11,28 gC.m-2. Cadangan karbon ini lebih tinggi pada bagian bawah substrat khususnya pada bagian rhizoma yang mencapai 52% dari total cadangan karbon. Potensi penyerapan karbon juga lebih tinggi pada spesies E. acoroides yang berkisar antara 1,45 – 1,81 gC.m-2.h-1 dibandingkan T. hemprichii yang berkisar antara 0,43 – 0,54 gC.m-2.h-1. Kemampuan kedua spesies tersebut dalam menyerap dan menyimpan karbon lebih baik pada daerah substrat berlumpur didukung dengan kandungan nutrien yang cukup.","PeriodicalId":105035,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik","volume":"89 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128734982","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-29DOI: 10.46252/jsai-fpik-unipa.2021.vol.5.no.3.132
Andi Adam Malik, Andi Sitti Halimah
Perairan Kabupaten Barru Sulawesi Selatan memiliki potensi kelautan dan perikanan yang sangat besar dengan beragam alat tangkap yang digunakan. Salah satunya adalah bandrong Cakalang (Skipjack Tuna Blanket Net) yang merupakan alat tangkap hasil modifikasi masyarakat setempat dengan menggabungkan kemampuan melihat tanda-tanda alam dan kemampuan merancang alat yang dapat menangkap ikan pelagis besar di air dangkal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan aspek ekonomi bandrong Cakalang yang digunakan nelayan di di Perairan dangkal Kabupaten Barru. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan pemilik bandrong dan nelayan, sedangkan observasi dilakukan terhadap 3-unit alat dan metode penangkapan bandrong Cakalang. Hasil penelitian memperoleh nilai NPV dan B/C ratio >1, IRR > 12% suku bunga berlaku, dengan masa pengembalian modal kurang dari 2 tahun, sehingga usaha penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap bandrong Cakalang dianggap menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.
南部苏拉威西摄政水域有着巨大的海洋和渔业潜力,使用了各种各样的捕鱼工具。一种是班德罗纹金枪鱼网,它是当地社会通过收集自然迹象的能力和设计一种可以在浅水区捕捉大型远洋鱼类的工具来改造的。这项研究的目的是确定巴鲁摄政浅水区渔民使用的芦苇在经济方面的可行性。收集数据是通过对band荣的所有者和渔民的采访进行的,而对3个单元的工具和捕获芦苇的方法进行观察。研究结果显示,NPV和B/C ratio >1, IRR > 12%的利率在不到2年的时间里得到回报,因此,使用bandrunch捕鱼工具的捕捞被认为是有利的,值得开发。
{"title":"Kelayakan Ekonomi Alat Tangkap Ikan Bandrong Cakalang di Perairan Dangkal","authors":"Andi Adam Malik, Andi Sitti Halimah","doi":"10.46252/jsai-fpik-unipa.2021.vol.5.no.3.132","DOIUrl":"https://doi.org/10.46252/jsai-fpik-unipa.2021.vol.5.no.3.132","url":null,"abstract":"Perairan Kabupaten Barru Sulawesi Selatan memiliki potensi kelautan dan perikanan yang sangat besar dengan beragam alat tangkap yang digunakan. Salah satunya adalah bandrong Cakalang (Skipjack Tuna Blanket Net) yang merupakan alat tangkap hasil modifikasi masyarakat setempat dengan menggabungkan kemampuan melihat tanda-tanda alam dan kemampuan merancang alat yang dapat menangkap ikan pelagis besar di air dangkal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan aspek ekonomi bandrong Cakalang yang digunakan nelayan di di Perairan dangkal Kabupaten Barru. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan pemilik bandrong dan nelayan, sedangkan observasi dilakukan terhadap 3-unit alat dan metode penangkapan bandrong Cakalang. Hasil penelitian memperoleh nilai NPV dan B/C ratio >1, IRR > 12% suku bunga berlaku, dengan masa pengembalian modal kurang dari 2 tahun, sehingga usaha penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap bandrong Cakalang dianggap menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.","PeriodicalId":105035,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik","volume":"33 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127301028","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-29DOI: 10.46252/jsai-fpik-unipa.2021.vol.5.no.3.162
N. Abidin, R. Mogea, Robi Binur
Sea urchin Tripneustes gratilla is multifunction organism that can be used as potential food source because of its high nutrient content. This organism can also be utilized bioindicator of sea waters and as a modal of organism for studying biology’s purposes. The purposes of this research is studying Filogenetic of sea urchin T. gratilla from waters of Wasior and Serui. The research has been doing at the Biotechnology Laboratory of the state of University of Papua on November to December 2009. The sample was extracted by using Chelex 10 % and was amplified with PCR technic (polymerase chain reaction). Sequencing of CO I gens (cythocrome oxidase subunit I) was done using sequencher ABI 377 (Apllied Biosystem). The result of nucleotid sequence data was analyzed utilizing MEGA 4.0.2. This researchs result showed that the gen fragment that was succesfully amplified 601 bp. The sequence result of nucleotid which was analyzed the variaty of nucleotid between the sample from two waters. Filogenetic analyzing toward individu of the two waters produce the two clusters. The first cluster consist of SER 01 and sub cluster which is consisted of WSR 02 and SER 02. While, the second cluster consist of only WSR 01. This result showed that every individu from Wasior (WSR 02) has close genetic relation with other individu from Serui (SER 02), that proved there is genetic flow between the two waters.
{"title":"Philogenetics of Sea Urchin Tripneustes gratilla using Cytochrome Oxidase Subunit 1 Gene","authors":"N. Abidin, R. Mogea, Robi Binur","doi":"10.46252/jsai-fpik-unipa.2021.vol.5.no.3.162","DOIUrl":"https://doi.org/10.46252/jsai-fpik-unipa.2021.vol.5.no.3.162","url":null,"abstract":"Sea urchin Tripneustes gratilla is multifunction organism that can be used as potential food source because of its high nutrient content. This organism can also be utilized bioindicator of sea waters and as a modal of organism for studying biology’s purposes. The purposes of this research is studying Filogenetic of sea urchin T. gratilla from waters of Wasior and Serui. The research has been doing at the Biotechnology Laboratory of the state of University of Papua on November to December 2009. The sample was extracted by using Chelex 10 % and was amplified with PCR technic (polymerase chain reaction). Sequencing of CO I gens (cythocrome oxidase subunit I) was done using sequencher ABI 377 (Apllied Biosystem). The result of nucleotid sequence data was analyzed utilizing MEGA 4.0.2. This researchs result showed that the gen fragment that was succesfully amplified 601 bp. The sequence result of nucleotid which was analyzed the variaty of nucleotid between the sample from two waters. Filogenetic analyzing toward individu of the two waters produce the two clusters. The first cluster consist of SER 01 and sub cluster which is consisted of WSR 02 and SER 02. While, the second cluster consist of only WSR 01. This result showed that every individu from Wasior (WSR 02) has close genetic relation with other individu from Serui (SER 02), that proved there is genetic flow between the two waters.","PeriodicalId":105035,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik","volume":"6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114833485","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-22DOI: 10.46252/jsai-fpik-unipa.2021.vol.5.no.3.163
Novelina Tampubolon, Maria Mardia Marampa, Marjan Bato
Evaluasi penerapan konsep ekowisata pada sebuah destinasi wisata dinilai penting dalam menjaga keberlanjutan pengelolaan wisata. Kampung wisata Arborek tmerupakan salah satu kampung wisata terbaik di Raja Ampat sehingga pemilihan sebagai lokasi penelitian dirasa tepat untuk mengevaluasi penerapan konsep ekowisata pada setiap kegiatan wisata sehingga eksistensi Kampung W isata Arborek tetap terjaga. adapun tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi penerapan konsep ekowisata di kampung wisata Arborek. Data diambil menggunakan kuisioner closed ended selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode One Score One Criteria Scoring System. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelola wisata di Kampung Wisata Arborek telah memahami konsep ekowisata; memiliki keunikan dan ciri khas, adanya daya dukung masyarakat, pemerintah dan memiliki nilai jual. Sama halnya dengan persepsi masyarakat yang menyatakan bahwa dari sisi keadaan kampung, dampak kegiatan wisata bagi masyarakat dan fasilitas wisata rata-rata memiliki skor 6 yang artinya adalah baik. Persepsi yang sama diutarakan oleh wisatawan dari sisi fasilitas dan aksesbilitas yaitu skor 6 (baik) sedangkan untuk aspek atraksi wisata wisatawan menyatakan skor 7 yang artinya sangat baik. Secara umum, Kampung Wisata Arborek telah menerapkan konsep ekowisata dengan baik, Namun untuk menjaga keberlanjutan kegiatan wisata diperlukan kerjasama antar stakeholder yang terlibat (masyarakat, pemerintah dan NGO) sehingga keberlanjutan Kampung Wisata Arborek tetap terjaga.
{"title":"Evaluasi Penerapan Konsep Ekowisata di Kampung Wisata Arborek, Raja Ampat","authors":"Novelina Tampubolon, Maria Mardia Marampa, Marjan Bato","doi":"10.46252/jsai-fpik-unipa.2021.vol.5.no.3.163","DOIUrl":"https://doi.org/10.46252/jsai-fpik-unipa.2021.vol.5.no.3.163","url":null,"abstract":"Evaluasi penerapan konsep ekowisata pada sebuah destinasi wisata dinilai penting dalam menjaga keberlanjutan pengelolaan wisata. Kampung wisata Arborek tmerupakan salah satu kampung wisata terbaik di Raja Ampat sehingga pemilihan sebagai lokasi penelitian dirasa tepat untuk mengevaluasi penerapan konsep ekowisata pada setiap kegiatan wisata sehingga eksistensi Kampung W isata Arborek tetap terjaga. adapun tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi penerapan konsep ekowisata di kampung wisata Arborek. Data diambil menggunakan kuisioner closed ended selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode One Score One Criteria Scoring System. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelola wisata di Kampung Wisata Arborek telah memahami konsep ekowisata; memiliki keunikan dan ciri khas, adanya daya dukung masyarakat, pemerintah dan memiliki nilai jual. Sama halnya dengan persepsi masyarakat yang menyatakan bahwa dari sisi keadaan kampung, dampak kegiatan wisata bagi masyarakat dan fasilitas wisata rata-rata memiliki skor 6 yang artinya adalah baik. Persepsi yang sama diutarakan oleh wisatawan dari sisi fasilitas dan aksesbilitas yaitu skor 6 (baik) sedangkan untuk aspek atraksi wisata wisatawan menyatakan skor 7 yang artinya sangat baik. Secara umum, Kampung Wisata Arborek telah menerapkan konsep ekowisata dengan baik, Namun untuk menjaga keberlanjutan kegiatan wisata diperlukan kerjasama antar stakeholder yang terlibat (masyarakat, pemerintah dan NGO) sehingga keberlanjutan Kampung Wisata Arborek tetap terjaga.","PeriodicalId":105035,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik","volume":"20 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126459720","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-22DOI: 10.46252/jsai-fpik-unipa.2021.vol.5.no.3.153
Bayu Pranata, Aradea Bujana Kusuma
Penelitian ini mengkombinasikan tanaman Hydrilla verticillata dengan Ceratophyllum demersum sebagai filter pada budidaya ikan Nila sistem resirkulasi. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ikan Nila pada budidaya sistem resirkulasi. Filtrasi yang digunakan pada budidaya sistem resirkulasi yaitu tanaman H. verticillata dan C. demersum. Metode penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Adapun parameter yang diamati berupa kelangsungan hidup ikan, pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan spesifik (SGR), Feed Conversion Ratio (FCR) dan kualitas air. Kelangsungan hidup ikan selamat pemeliharaan yaitu 100%. Pertumbuhan bobot mutlak individu berkisar 8.76 sampai 16.6 gr/minggu. Laju pertumbuhan spesifik ikan Nila berkisar 2.74 sampai 4.49%. Nilai FCR sangat bagus yaitu 1.2 dan rata-rata nilai suhu, pH dan DO masih pada kisaran yang layak untuk pertumbuhan ikan Nila. Selama pemeliharaan hanya dilakukan satu kali pergantian air. Budidaya sistem resirkulasi tersebut sangat efektif dan efesien untuk diterapkan, terutama pada wilayah dengan ketersediaan air yang terbatas.
{"title":"Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) pada Budidaya Sistem Resirkulasi Menggunakan Filtrasi Tanaman Hydrilla verticillata dan Ceratophyllum demersum","authors":"Bayu Pranata, Aradea Bujana Kusuma","doi":"10.46252/jsai-fpik-unipa.2021.vol.5.no.3.153","DOIUrl":"https://doi.org/10.46252/jsai-fpik-unipa.2021.vol.5.no.3.153","url":null,"abstract":"Penelitian ini mengkombinasikan tanaman Hydrilla verticillata dengan Ceratophyllum demersum sebagai filter pada budidaya ikan Nila sistem resirkulasi. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ikan Nila pada budidaya sistem resirkulasi. Filtrasi yang digunakan pada budidaya sistem resirkulasi yaitu tanaman H. verticillata dan C. demersum. Metode penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Adapun parameter yang diamati berupa kelangsungan hidup ikan, pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan spesifik (SGR), Feed Conversion Ratio (FCR) dan kualitas air. Kelangsungan hidup ikan selamat pemeliharaan yaitu 100%. Pertumbuhan bobot mutlak individu berkisar 8.76 sampai 16.6 gr/minggu. Laju pertumbuhan spesifik ikan Nila berkisar 2.74 sampai 4.49%. Nilai FCR sangat bagus yaitu 1.2 dan rata-rata nilai suhu, pH dan DO masih pada kisaran yang layak untuk pertumbuhan ikan Nila. Selama pemeliharaan hanya dilakukan satu kali pergantian air. Budidaya sistem resirkulasi tersebut sangat efektif dan efesien untuk diterapkan, terutama pada wilayah dengan ketersediaan air yang terbatas.","PeriodicalId":105035,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik","volume":"20 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116650563","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-22DOI: 10.46252/jsai-fpik-unipa.2021.vol.5.no.3.170
A. As, Rini Mastuti, Sorbakti Sinaga
Rajungan termasuk kedalam kelas Portunidae dan di beberapa negara kepiting ini terkenal sebagai komoditas ekspor.Penelitian ini dilakukan untuk menentukan substrat terbaik yang dapat meningkatkan kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan Portunus pelagicus. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan tiga ulangan.Perlakuan tersebut adalah: penggunaan substrat pasir (P1), lumpur (P2), kerikil (P3), dan kombinasi pasir dan kerikil (P4). Parameter yang diamati adalah tingkat kelangsungan hidup, berat dan panjang larva, rasio konversi pakan (FCR) dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup tertinggi terlihat pada P1 (33,67%), pertambahan berat dan panjang terbaik terdapat pada P1 (1,69 gr dan 0,39 cm) dan terendah pada P2 (1,54 gr dan 0,34 cm). Data menunjukkan bahwa FCR terbaik terdapat pada perlakuan P3 yaitu 3,92. Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan substrat pasir memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva rajungan.
{"title":"Pengaruh Penggunaan Substrat yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Larva Rajungan (Portunus pelagicus)","authors":"A. As, Rini Mastuti, Sorbakti Sinaga","doi":"10.46252/jsai-fpik-unipa.2021.vol.5.no.3.170","DOIUrl":"https://doi.org/10.46252/jsai-fpik-unipa.2021.vol.5.no.3.170","url":null,"abstract":"Rajungan termasuk kedalam kelas Portunidae dan di beberapa negara kepiting ini terkenal sebagai komoditas ekspor.Penelitian ini dilakukan untuk menentukan substrat terbaik yang dapat meningkatkan kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan Portunus pelagicus. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan tiga ulangan.Perlakuan tersebut adalah: penggunaan substrat pasir (P1), lumpur (P2), kerikil (P3), dan kombinasi pasir dan kerikil (P4). Parameter yang diamati adalah tingkat kelangsungan hidup, berat dan panjang larva, rasio konversi pakan (FCR) dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup tertinggi terlihat pada P1 (33,67%), pertambahan berat dan panjang terbaik terdapat pada P1 (1,69 gr dan 0,39 cm) dan terendah pada P2 (1,54 gr dan 0,34 cm). Data menunjukkan bahwa FCR terbaik terdapat pada perlakuan P3 yaitu 3,92. Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan substrat pasir memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva rajungan.","PeriodicalId":105035,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik","volume":"41 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127448361","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}