Raja Ampat is one of the regions in Indonesia that implements the concept of sustainable marine tourism. The concept of sustainability for eco-resorts is adapted from the criteria of the Global Code of Ethics for Tourism (GSTC). The aim of this study is to find accurate data related to whether 8 resorts in South Waigeo have met the criteria for sustainable accommodation. Research is carried out with the collection of data quantitatively and qualitatively with descriptive analysis. The scores obtained are then processed on a likert scale with P=(F/Nx100%). The total sample was 96 people with a random sampling technique. The results showed GSTC criteria in 8 resorts obtained with a variable percentage. The lowest percentage is in the environmental sustainability criteria of 20-50% including indicators of nature conservation, natural resource management, waste and emission management, criteria for socio-economic improvement of local communities and criteria on the protection of cultural heritage indicate percentages below 55%, while organizational management criteria that include organizational structure, stakeholder engagement, obtain a percentagen of 49-63%. This percentage indicates that eight resorts do not meet the implementation of the criteria of sustainable water tourism, need seriousness together with all stakeholders in encouraging the tourism business to carry out the practice of Sustainable Tourism.
{"title":"Sustainable Marine Tourism of Eco Resort Criteria South Waigeo Raja Ampat Islands","authors":"Anastasia Gustiarini, Novelina Tampubolon, Novelin Saranga, Djumiati Mustiah, Kurniawan Kurniawan","doi":"10.46252/jsai-fpik-unipa.2023.vol.7.no.3.317","DOIUrl":"https://doi.org/10.46252/jsai-fpik-unipa.2023.vol.7.no.3.317","url":null,"abstract":"Raja Ampat is one of the regions in Indonesia that implements the concept of sustainable marine tourism. The concept of sustainability for eco-resorts is adapted from the criteria of the Global Code of Ethics for Tourism (GSTC). The aim of this study is to find accurate data related to whether 8 resorts in South Waigeo have met the criteria for sustainable accommodation. Research is carried out with the collection of data quantitatively and qualitatively with descriptive analysis. The scores obtained are then processed on a likert scale with P=(F/Nx100%). The total sample was 96 people with a random sampling technique. The results showed GSTC criteria in 8 resorts obtained with a variable percentage. The lowest percentage is in the environmental sustainability criteria of 20-50% including indicators of nature conservation, natural resource management, waste and emission management, criteria for socio-economic improvement of local communities and criteria on the protection of cultural heritage indicate percentages below 55%, while organizational management criteria that include organizational structure, stakeholder engagement, obtain a percentagen of 49-63%. This percentage indicates that eight resorts do not meet the implementation of the criteria of sustainable water tourism, need seriousness together with all stakeholders in encouraging the tourism business to carry out the practice of Sustainable Tourism.","PeriodicalId":105035,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik","volume":"54 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126609863","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-18DOI: 10.46252/jsai-fpik-unipa.2023.vol.7.no.3.315
Syafrudin Raharjo, Suhaemi Suhaemi, Marhan Marhan
Kenaikan temperatur udara permukaan global diperkirakan akan meningkatkan hujan dan limpasan. Perubahan jangka panjang dari curah hujan sudah tentu akan mempengaruhi sumberdaya air sehingga sektor perikanan dan kelautan akan sangat terpengaruh. Memahami perubahan iklim global di masa yang akan datang serta dampak yang dapat ditimbulkannya, khususnya perubahan pada iklim Indonesia sebagai salah satu parameter perubahan kondisi lingkungan, merupakan bagian dari strategi mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim global secara dini yang penting dilakukan dalam rangka mendukung pembangunan Indonesia yang berkelanjutan. Magicc-Scengen versi 5.3 adalah salah satu model iklim yang banyak digunakan. Magicc digunakan dalam proyeksi temperatur dan paras air laut, sedangkan Scengen ditujukan untuk menghasilkan skenario perubahan iklim regional dengan resolusi 2.5°×2.5° lintang dan bujur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat perubahan iklim khususnya temperatur udara dan curah hujan di Indonesia dengan model Magicc-Scengen (Model sirkulasi global UKHADCM3 dan UKHADGEM) dengan skenario A1-BAIM dan B2-MES. Berdasarkan simulasi model Magicc-Scengen didapatkan bahwa pada tahun 2100, temperatur global akan meningkat dari 2,5oC (B2-MES) hingga mencapai 3oC (A1-BAIM). Sedangkan untuk wilayah Indonesia terlihat bahwa perubahan temperatur maksimum terjadi pada skenario A1BAIM, yakni sebesar 2,12oC yang tersebar di wilayah sumatera dan kalimantan. Sedangkan untuk skenario B2MES terjadi perubahan temperatur maksimum sebesar 1,88oC. Hasil simulasi peningkatan curah hujan mencapai 25,4 hingga 26,2% pada periode Maret-April-Mei (MAM). Skenario A1BAIM diperoleh bahwa pola curah hujan tertinggi umumnya terjadi pada MAM (untuk tahun 2050 dan 2100), sedangkan skenario B2MES diperoleh bahwa pola curah hujan sangat bervariasi, dimana untuk tahun 2050 curah hujan tertinggi terjadi pada Desember-Januari-Februari (DJF), namun untuk tahun 2100 terlihat bahwa curah hujan tertinggi terjadi pada MAM.
{"title":"Pemodelan Magicc-Scengen sebagai Acuan Strategis Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Sektor Perikanan dan Kelautan","authors":"Syafrudin Raharjo, Suhaemi Suhaemi, Marhan Marhan","doi":"10.46252/jsai-fpik-unipa.2023.vol.7.no.3.315","DOIUrl":"https://doi.org/10.46252/jsai-fpik-unipa.2023.vol.7.no.3.315","url":null,"abstract":"Kenaikan temperatur udara permukaan global diperkirakan akan meningkatkan hujan dan limpasan. Perubahan jangka panjang dari curah hujan sudah tentu akan mempengaruhi sumberdaya air sehingga sektor perikanan dan kelautan akan sangat terpengaruh. Memahami perubahan iklim global di masa yang akan datang serta dampak yang dapat ditimbulkannya, khususnya perubahan pada iklim Indonesia sebagai salah satu parameter perubahan kondisi lingkungan, merupakan bagian dari strategi mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim global secara dini yang penting dilakukan dalam rangka mendukung pembangunan Indonesia yang berkelanjutan. Magicc-Scengen versi 5.3 adalah salah satu model iklim yang banyak digunakan. Magicc digunakan dalam proyeksi temperatur dan paras air laut, sedangkan Scengen ditujukan untuk menghasilkan skenario perubahan iklim regional dengan resolusi 2.5°×2.5° lintang dan bujur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat perubahan iklim khususnya temperatur udara dan curah hujan di Indonesia dengan model Magicc-Scengen (Model sirkulasi global UKHADCM3 dan UKHADGEM) dengan skenario A1-BAIM dan B2-MES. Berdasarkan simulasi model Magicc-Scengen didapatkan bahwa pada tahun 2100, temperatur global akan meningkat dari 2,5oC (B2-MES) hingga mencapai 3oC (A1-BAIM). Sedangkan untuk wilayah Indonesia terlihat bahwa perubahan temperatur maksimum terjadi pada skenario A1BAIM, yakni sebesar 2,12oC yang tersebar di wilayah sumatera dan kalimantan. Sedangkan untuk skenario B2MES terjadi perubahan temperatur maksimum sebesar 1,88oC. Hasil simulasi peningkatan curah hujan mencapai 25,4 hingga 26,2% pada periode Maret-April-Mei (MAM). Skenario A1BAIM diperoleh bahwa pola curah hujan tertinggi umumnya terjadi pada MAM (untuk tahun 2050 dan 2100), sedangkan skenario B2MES diperoleh bahwa pola curah hujan sangat bervariasi, dimana untuk tahun 2050 curah hujan tertinggi terjadi pada Desember-Januari-Februari (DJF), namun untuk tahun 2100 terlihat bahwa curah hujan tertinggi terjadi pada MAM.","PeriodicalId":105035,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik","volume":"42 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127790212","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-11DOI: 10.46252/jsai-fpik-unipa.2023.vol.7.no.3.306
Y. A. Ngamel, Julianus Notanubun, I. M. Thenu, Benediktus Jeujanan
Pemanfaatan sumberdaya ikan di Perairan Maluku Tenggara menggunakan alat tangkap salah satunya bottom gill net. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis ikan yang tertangkap dengan mesh size jarring insang dasar yang berbeda dan ukuran mesh size yang efektif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode experimental fishing dengan mesh size yang berbeda yakni ukuran mata 2,5 inci dan 3 inci, serta analisis data menggunakan uji paired sample t test. Ada lima jenis hasil tangkapan yang diperoleh pada ukuran mata jaring 2,5 inci yaitu ikan Bubara (Carangoides bajad) berjumlah 54 ekor (22,41%), Kakatua (Skarus dimidiatus) 46 ekor (18,67 %), Samandar (Siganus canaliculatus 35 ekor (14,52 %), Sikuda (Lethrinus atkinsoni)39 ekor (12,45 %) dan Biji Nangka (Parupeneus indikus) berjumlah 24 ekor (9,96 %). Ukuran mata jaring 3 inci mendapatkan jenis ikan Kakatua (Skarus dimidiatus) berjumlah 27 ekor (30,58 %), Biji Nangka (Parupeneus indikus) 14 ekor (15,91 %), Bubara (Carangoides bajad) 13 ekor (14,77%), Samandar (Siganus canaliculatus) 11 ekor (12,50 %) dan Pasir-pasir (Pentapodus nagascokiensis) 6 ekor (6,62 %). Total keseluruhan berat hasil tangkapan pada jaring insang dasar dengan mesh size yang berbeda yakni mesh size 2,5 inci memperoleh berat total hasil tangkapan sebesar 49.731,44 gram dengan rata-rata hasil tangkapan per operasi sebesar 4.521,04 gram, sedangkan untuk mezh size 3 inci sebesar 21.615,51 gram dengan rata rata per operasi sebesar 1.965,05 gram. Berdasarkan uji paired sampel t-test menunjukkan perbedaan signifikan penggunaan ukuran mata jaring yang berbeda terhadap berat total hasil tangkapan, dimana jumlah berat total hasil tangkapan yang didapatkan pada perlakuan 2,5 inci lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan 3 inci, yang berarti hipotesis H1 diterima Hₒ ditolak.
{"title":"Pengaruh Ukuran Mata Jaring Bottom Gill Net Di Perairan Ohoi Namar Kabupaten Maluku Tenggara","authors":"Y. A. Ngamel, Julianus Notanubun, I. M. Thenu, Benediktus Jeujanan","doi":"10.46252/jsai-fpik-unipa.2023.vol.7.no.3.306","DOIUrl":"https://doi.org/10.46252/jsai-fpik-unipa.2023.vol.7.no.3.306","url":null,"abstract":"Pemanfaatan sumberdaya ikan di Perairan Maluku Tenggara menggunakan alat tangkap salah satunya bottom gill net. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis ikan yang tertangkap dengan mesh size jarring insang dasar yang berbeda dan ukuran mesh size yang efektif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode experimental fishing dengan mesh size yang berbeda yakni ukuran mata 2,5 inci dan 3 inci, serta analisis data menggunakan uji paired sample t test. Ada lima jenis hasil tangkapan yang diperoleh pada ukuran mata jaring 2,5 inci yaitu ikan Bubara (Carangoides bajad) berjumlah 54 ekor (22,41%), Kakatua (Skarus dimidiatus) 46 ekor (18,67 %), Samandar (Siganus canaliculatus 35 ekor (14,52 %), Sikuda (Lethrinus atkinsoni)39 ekor (12,45 %) dan Biji Nangka (Parupeneus indikus) berjumlah 24 ekor (9,96 %). Ukuran mata jaring 3 inci mendapatkan jenis ikan Kakatua (Skarus dimidiatus) berjumlah 27 ekor (30,58 %), Biji Nangka (Parupeneus indikus) 14 ekor (15,91 %), Bubara (Carangoides bajad) 13 ekor (14,77%), Samandar (Siganus canaliculatus) 11 ekor (12,50 %) dan Pasir-pasir (Pentapodus nagascokiensis) 6 ekor (6,62 %). Total keseluruhan berat hasil tangkapan pada jaring insang dasar dengan mesh size yang berbeda yakni mesh size 2,5 inci memperoleh berat total hasil tangkapan sebesar 49.731,44 gram dengan rata-rata hasil tangkapan per operasi sebesar 4.521,04 gram, sedangkan untuk mezh size 3 inci sebesar 21.615,51 gram dengan rata rata per operasi sebesar 1.965,05 gram. Berdasarkan uji paired sampel t-test menunjukkan perbedaan signifikan penggunaan ukuran mata jaring yang berbeda terhadap berat total hasil tangkapan, dimana jumlah berat total hasil tangkapan yang didapatkan pada perlakuan 2,5 inci lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan 3 inci, yang berarti hipotesis H1 diterima Hₒ ditolak.","PeriodicalId":105035,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik","volume":"57 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123048576","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-11DOI: 10.46252/jsai-fpik-unipa.2023.vol.7.no.3.318
M. H. Langsa, Pramesty Wulan Ramadhanty, Maria Ludya Pulung
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi pembentukan THM pada air permukaan yaitu air Sungai Maruni dan air Kali SP 6 di Kabupaten Manokwari. Masing-masing sampel dilakukan uji karakteristik fisika dan kimia yang meliputi parameter Total Organic Carbon (TOC), total padatan tersuspensi (TSS), ammonia, pH, kekeruhan dan daya hantar listrik (DHL). Konsentrasi ideal/tepat untuk klorinasi sampel air ditentukan berdasarkan kebutuhan klorin yang menyisakan residu klorin sebesar 0,5 mg Cl2/L selama 24 jam. Kandungan TOC sampel air Sungai Maruni dan air Kali SP 6 diperoleh berturut-turut sebesar 0,5 mg C/L dan 17,2 mg C/L. Kedua sampel air diklorinasi dengan konsentrasi klorin berturut-turut sebesar 3,44 mg Cl2/L dan 10,36 mg Cl2/L. Pada air Sungai Maruni, konsentrasi THM (yang dibaca sebagai kloroform) yang terbentuk adalah sebesar 6,5 µg/L dan air Kali SP 6 sebesar 577,5 µg/L. Kadar kloroform yang terbentuk pada sampel air Sungai Maruni sangat rendah dibandingkan baku mutu yang dipersyaratkan menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907 tahun 2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum, yaitu sebesar 200 µg/L, sehingga air Sungai Maruni dapat diolah secara klorinasi untuk dijadikan sebagai air minum.
{"title":"Potensi Pembentukan Trihalometana (THM) Selama Proses Klorinasi pada Air Sungai Maruni dan Air Kali SP 6 di Kabupaten Manokwari","authors":"M. H. Langsa, Pramesty Wulan Ramadhanty, Maria Ludya Pulung","doi":"10.46252/jsai-fpik-unipa.2023.vol.7.no.3.318","DOIUrl":"https://doi.org/10.46252/jsai-fpik-unipa.2023.vol.7.no.3.318","url":null,"abstract":"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi pembentukan THM pada air permukaan yaitu air Sungai Maruni dan air Kali SP 6 di Kabupaten Manokwari. Masing-masing sampel dilakukan uji karakteristik fisika dan kimia yang meliputi parameter Total Organic Carbon (TOC), total padatan tersuspensi (TSS), ammonia, pH, kekeruhan dan daya hantar listrik (DHL). Konsentrasi ideal/tepat untuk klorinasi sampel air ditentukan berdasarkan kebutuhan klorin yang menyisakan residu klorin sebesar 0,5 mg Cl2/L selama 24 jam. Kandungan TOC sampel air Sungai Maruni dan air Kali SP 6 diperoleh berturut-turut sebesar 0,5 mg C/L dan 17,2 mg C/L. Kedua sampel air diklorinasi dengan konsentrasi klorin berturut-turut sebesar 3,44 mg Cl2/L dan 10,36 mg Cl2/L. Pada air Sungai Maruni, konsentrasi THM (yang dibaca sebagai kloroform) yang terbentuk adalah sebesar 6,5 µg/L dan air Kali SP 6 sebesar 577,5 µg/L. Kadar kloroform yang terbentuk pada sampel air Sungai Maruni sangat rendah dibandingkan baku mutu yang dipersyaratkan menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907 tahun 2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum, yaitu sebesar 200 µg/L, sehingga air Sungai Maruni dapat diolah secara klorinasi untuk dijadikan sebagai air minum.","PeriodicalId":105035,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik","volume":"51 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114704901","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-11DOI: 10.46252/jsai-fpik-unipa.2023.vol.7.no.3.267
Nuralim Pasisingi, Abdul Hafidz Olii
Perairan Teluk Gorontalo yang merupakan muara Sungai Bone adalah bagian dari wilayah Teluk Tomini. Nike sebagai schooling larva ikan yang kemunculannya di perairan Teluk Gorontalo hanya selama beberapa hari saja setiap bulan menjadikan ikan ini sebagai primadona masyarakat dan nelayan Gorontalo. Hal teknis terkait penangkapan ikan nike belum pernah dilaporkan secara ilmiah sehingga diperlukan studi terstruktur dalam rangka menggali informasi dan menyajikan data yang relevan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi profil nelayan nike serta hal yang berkaitan dengan penangkapan ikan nike yang dilakukan oleh nelayan Gorontalo. Wawancara terstruktur menggunakan instrumen kuisioner dilakukan untuk memperoleh informasi langsung dari nelayan yang aktif melakukan penangkapan nike setiap bulan di Teluk Gorontalo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nelayan nike Gorontalo sebagian besar adalah tamatan SD dan SMP yang berusia 20-60 tahun. Penangkapan ikan nike dilakukan secara berkelompok menggunakan sarana perahu kayu bercadik serta alat tangkap totalu’o dan tagahu. Modal yang digunakan dapat berasal dari modal sendiri, kelompok, maupun pinjaman dari penampung. Harga jual nike rata-rata berkisar antara Rp 20.000 sampai Rp. 40.000 per kg. Menurut nelayan, populasi ikan nike cenderung melimpah di perairan pada saat musim timur. Saat populasi nike di perairan cukup tinggi, hasil tangkapan nelayan dapat mencapai lebih dari 100 kg per trip. Tingginya intensitas penangkapan dan kuantitas hasil tangkapan nelayan per musim kemunculan berpotensi mengancam keberlanjutan populasi nike di alam. Kajian lanjutan yang lebih komprehensif diperlukan untuk menganalisa sinergitas aspek ekonomi, sosial, dan ekologi untuk mewujudkan peningkatan kesejahteraan hidup nelayan nike di Gorontalo dengan tetap menjaga kelestarian ikan nike di alam.
{"title":"Nelayan dan Penangkapan Ikan “Nike” di Perairan Teluk Gorontalo, Teluk Tomini (Indonesia)","authors":"Nuralim Pasisingi, Abdul Hafidz Olii","doi":"10.46252/jsai-fpik-unipa.2023.vol.7.no.3.267","DOIUrl":"https://doi.org/10.46252/jsai-fpik-unipa.2023.vol.7.no.3.267","url":null,"abstract":"Perairan Teluk Gorontalo yang merupakan muara Sungai Bone adalah bagian dari wilayah Teluk Tomini. Nike sebagai schooling larva ikan yang kemunculannya di perairan Teluk Gorontalo hanya selama beberapa hari saja setiap bulan menjadikan ikan ini sebagai primadona masyarakat dan nelayan Gorontalo. Hal teknis terkait penangkapan ikan nike belum pernah dilaporkan secara ilmiah sehingga diperlukan studi terstruktur dalam rangka menggali informasi dan menyajikan data yang relevan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi profil nelayan nike serta hal yang berkaitan dengan penangkapan ikan nike yang dilakukan oleh nelayan Gorontalo. Wawancara terstruktur menggunakan instrumen kuisioner dilakukan untuk memperoleh informasi langsung dari nelayan yang aktif melakukan penangkapan nike setiap bulan di Teluk Gorontalo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nelayan nike Gorontalo sebagian besar adalah tamatan SD dan SMP yang berusia 20-60 tahun. Penangkapan ikan nike dilakukan secara berkelompok menggunakan sarana perahu kayu bercadik serta alat tangkap totalu’o dan tagahu. Modal yang digunakan dapat berasal dari modal sendiri, kelompok, maupun pinjaman dari penampung. Harga jual nike rata-rata berkisar antara Rp 20.000 sampai Rp. 40.000 per kg. Menurut nelayan, populasi ikan nike cenderung melimpah di perairan pada saat musim timur. Saat populasi nike di perairan cukup tinggi, hasil tangkapan nelayan dapat mencapai lebih dari 100 kg per trip. Tingginya intensitas penangkapan dan kuantitas hasil tangkapan nelayan per musim kemunculan berpotensi mengancam keberlanjutan populasi nike di alam. Kajian lanjutan yang lebih komprehensif diperlukan untuk menganalisa sinergitas aspek ekonomi, sosial, dan ekologi untuk mewujudkan peningkatan kesejahteraan hidup nelayan nike di Gorontalo dengan tetap menjaga kelestarian ikan nike di alam.","PeriodicalId":105035,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik","volume":"5 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125294889","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-05-18DOI: 10.46252/jsai-fpik-unipa.2023.vol.7.no.2.291
Qadar Hasani, Irvan Hambali, A. Damai, S. Suparmono, David Julian, Luluk Irawati
Volume hasil tangkapan dan harga ikan kembung di Kota Bandar Lampung yang terus meningkat beberapa tahun terakhir, mendorong upaya penangkapan yang semakin intensif dan ekploitatif. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan panjang-berat, sebaran panjang, faktor kondisi, dan pola petumbuhan ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) yang didaratkan di PPP Lempasing, Kota Bandar Lampung. Penelitian ini diharpakan menjadi informasi dasar bagi pengelolaan sumberdaya ikan kembung lelaki di Perairan Teluk Lampung dan sekitarnya. Sampel ikan kembung lelaki diperoleh dari ikan yang di daratkan di PPP Lempasing sepanjang bulan Juli-September 2022. Sampel ikan diukur panjang dengan pita ukur, dan beratnya mengunakan timbangan digital dengan ketelitian 1 mm dan 0,1 gr, selanjutnya dianalisis sebaran panjangnya, faktor kondisi dan hubungan panjang-berat. Ukuran panjang ikan yang didaratkan di PPP Lempasing berkisar antara 170–282 mm. Ukuran ikan terkecil pada selang kelas 170–184 mm. Ukuran ikan yang paling banyak tertangkap selang kelas 230–240 mm. Faktor kondisi tertinggi bernilai 1,02 ditemukan pada selang kelas ikan terkecil. Nilai faktor kondisi menunjukkan nilai tidak berbeda nyata dengan 1. Hubungan panjang-berat menunjukkan persamaan W=0,0017L2,086 dengan nilai koefien determinasi (R²) sebear 0,811. Pola pertumbuhan ikan kembung lelaki bersifat allometrik negatif. Hal ini menggambarkan bahwa ikan kembung lelaki lelaki cenderung pipih. Penelitian lebih lanjut terkait pola reproduksi, indeks kematangan gonad, komposisi jumlah dan produktivitas hasil tangkapan, hubungannya parameter lingkungan secara periodik dan berkelanjutan sangat dibutuhkan dalam rangka upaya pengelolaan sumberdaya ikan kembung lelaki yang presisi dan berkelanjutan.
{"title":"Hubungan Panjang-Berat dan Faktor Kondisi Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) yang Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Lempasing Bandar Lampung","authors":"Qadar Hasani, Irvan Hambali, A. Damai, S. Suparmono, David Julian, Luluk Irawati","doi":"10.46252/jsai-fpik-unipa.2023.vol.7.no.2.291","DOIUrl":"https://doi.org/10.46252/jsai-fpik-unipa.2023.vol.7.no.2.291","url":null,"abstract":"Volume hasil tangkapan dan harga ikan kembung di Kota Bandar Lampung yang terus meningkat beberapa tahun terakhir, mendorong upaya penangkapan yang semakin intensif dan ekploitatif. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan panjang-berat, sebaran panjang, faktor kondisi, dan pola petumbuhan ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) yang didaratkan di PPP Lempasing, Kota Bandar Lampung. Penelitian ini diharpakan menjadi informasi dasar bagi pengelolaan sumberdaya ikan kembung lelaki di Perairan Teluk Lampung dan sekitarnya. Sampel ikan kembung lelaki diperoleh dari ikan yang di daratkan di PPP Lempasing sepanjang bulan Juli-September 2022. Sampel ikan diukur panjang dengan pita ukur, dan beratnya mengunakan timbangan digital dengan ketelitian 1 mm dan 0,1 gr, selanjutnya dianalisis sebaran panjangnya, faktor kondisi dan hubungan panjang-berat. Ukuran panjang ikan yang didaratkan di PPP Lempasing berkisar antara 170–282 mm. Ukuran ikan terkecil pada selang kelas 170–184 mm. Ukuran ikan yang paling banyak tertangkap selang kelas 230–240 mm. Faktor kondisi tertinggi bernilai 1,02 ditemukan pada selang kelas ikan terkecil. Nilai faktor kondisi menunjukkan nilai tidak berbeda nyata dengan 1. Hubungan panjang-berat menunjukkan persamaan W=0,0017L2,086 dengan nilai koefien determinasi (R²) sebear 0,811. Pola pertumbuhan ikan kembung lelaki bersifat allometrik negatif. Hal ini menggambarkan bahwa ikan kembung lelaki lelaki cenderung pipih. Penelitian lebih lanjut terkait pola reproduksi, indeks kematangan gonad, komposisi jumlah dan produktivitas hasil tangkapan, hubungannya parameter lingkungan secara periodik dan berkelanjutan sangat dibutuhkan dalam rangka upaya pengelolaan sumberdaya ikan kembung lelaki yang presisi dan berkelanjutan.","PeriodicalId":105035,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik","volume":"35 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114614052","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ikan lele merupakan ikan konsumsi yang menjadi komoditas utama di Indonesia. Pengembangan teknik budidaya ikan lele digunakan untuk memenuhi kebutuhan pasar. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis profit dan kelayakan finansial budidaya ikan lele menggunakan pakan pelet. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan R/C, BEP, Keuntungan, rentabilitas, NPV, B/C, IRR dan PBP. Budidaya ikan lele pakan pelet menggunakan kolam beton, terpal dan tanah yang dihasilkan dengan tingkat kelulusan hidup sebesar 90%. Usaha budidaya ikan lele dengan pakan pelet dinyatakan profit dan layak karena menghasilkan nilai R/C sebesar 1,40; BEPs sebesar Rp.37.413.242; BEPq sebesar 691 Kg, keuntungan senilai Rp89.505.700; rentabilitas sebesar 40%; NPV senilai Rp225.827.167,31; B/C sebesar 1,81; IRR sebesar 29,6% dan PBP sebesar 3,13. Pembudidaya dapat meningkatkan profit melalui pengembangan teknik budidaya ikan yang paling efisien untuk menghasilkan produksi ikan lele.
{"title":"Evaluasi Profit dan Kelayakan Finansial Budidaya Pembesaran Ikan Lele Menggunakan Pakan Pelet pada Pokdakan Mina Tanjung Makmur Kabupaten Tulungagung","authors":"Susadiana Susadiana, Mochammad Fattah, Pudji Purwanti, Dwi Sofiati, Asyifa Anandya, D. Aisyah","doi":"10.46252/jsai-fpik-unipa.2023.vol.7.no.2.299","DOIUrl":"https://doi.org/10.46252/jsai-fpik-unipa.2023.vol.7.no.2.299","url":null,"abstract":"Ikan lele merupakan ikan konsumsi yang menjadi komoditas utama di Indonesia. Pengembangan teknik budidaya ikan lele digunakan untuk memenuhi kebutuhan pasar. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis profit dan kelayakan finansial budidaya ikan lele menggunakan pakan pelet. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan R/C, BEP, Keuntungan, rentabilitas, NPV, B/C, IRR dan PBP. Budidaya ikan lele pakan pelet menggunakan kolam beton, terpal dan tanah yang dihasilkan dengan tingkat kelulusan hidup sebesar 90%. Usaha budidaya ikan lele dengan pakan pelet dinyatakan profit dan layak karena menghasilkan nilai R/C sebesar 1,40; BEPs sebesar Rp.37.413.242; BEPq sebesar 691 Kg, keuntungan senilai Rp89.505.700; rentabilitas sebesar 40%; NPV senilai Rp225.827.167,31; B/C sebesar 1,81; IRR sebesar 29,6% dan PBP sebesar 3,13. Pembudidaya dapat meningkatkan profit melalui pengembangan teknik budidaya ikan yang paling efisien untuk menghasilkan produksi ikan lele.","PeriodicalId":105035,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik","volume":"86 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132095944","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-05-18DOI: 10.46252/jsai-fpik-unipa.2023.vol.7.no.2.280
Alni Nuraisyah, Rendi Rendi, Muhammad Abror, R. Mukti
Pakan dibedakan menjadi dua yaitu pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami merupakan pakan yang diberikan pada stadia larva dan merupakan sumber protein utama bagi larva. Cacing sutra (Tubifex sp.) merupakan salah satu pakan alami ikan yang mengandung protein yang tinggi untuk perumbuhan ikan. Oleh karena itu, perlu dilakukan budidaya cacing sutra untuk menunjang budidaya ikan terutama stadia benih. Tujuan dari kegiatan ini yaitu untuk mengetahui teknologi budidaya cacing sutra (Tubifex sp.) di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT), Sukabumi, Jawa Barat. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah observasi lapangan serta pengumpulan data primer dan data sekunder. Tahapan pelaksanaan kegiatan meliputi persiapan wadah, pembuatan media kultur, penebaran induk cacing sutra dan pemeliharaan. Parameter yang diamati antara lain morfologi cacing sutra, bobot individu, pertumbuhan bobot mutlak dan laju pertumbuhan spesifik serta kulaitas air disajikan dalam bentuk tabel dan diolah secara deskriptif. Berdasarkan data pemeliharaan cacing diperoleh nilai laju pertumbuhan spesifik sebesar 17,73% hari-1 dan pertumbuhan bobot sebesar 249,12 g.
{"title":"Teknologi Budidaya Cacing Sutra (Tubifex sp.) di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, Jawa Barat","authors":"Alni Nuraisyah, Rendi Rendi, Muhammad Abror, R. Mukti","doi":"10.46252/jsai-fpik-unipa.2023.vol.7.no.2.280","DOIUrl":"https://doi.org/10.46252/jsai-fpik-unipa.2023.vol.7.no.2.280","url":null,"abstract":"Pakan dibedakan menjadi dua yaitu pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami merupakan pakan yang diberikan pada stadia larva dan merupakan sumber protein utama bagi larva. Cacing sutra (Tubifex sp.) merupakan salah satu pakan alami ikan yang mengandung protein yang tinggi untuk perumbuhan ikan. Oleh karena itu, perlu dilakukan budidaya cacing sutra untuk menunjang budidaya ikan terutama stadia benih. Tujuan dari kegiatan ini yaitu untuk mengetahui teknologi budidaya cacing sutra (Tubifex sp.) di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT), Sukabumi, Jawa Barat. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah observasi lapangan serta pengumpulan data primer dan data sekunder. Tahapan pelaksanaan kegiatan meliputi persiapan wadah, pembuatan media kultur, penebaran induk cacing sutra dan pemeliharaan. Parameter yang diamati antara lain morfologi cacing sutra, bobot individu, pertumbuhan bobot mutlak dan laju pertumbuhan spesifik serta kulaitas air disajikan dalam bentuk tabel dan diolah secara deskriptif. Berdasarkan data pemeliharaan cacing diperoleh nilai laju pertumbuhan spesifik sebesar 17,73% hari-1 dan pertumbuhan bobot sebesar 249,12 g.","PeriodicalId":105035,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130469746","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-05-18DOI: 10.46252/jsai-fpik-unipa.2023.vol.7.no.2.308
Wahyu Endra Kusuma, Ifa Sufaichusan, Bela Fatma Hani Ayu Lestari, Y. Widyawati
Ikan sili (famili Mastacembelidae) adalah ikan yang tersebar secara alami dan terdistribusi luas di Pulau Jawa, khususnya di Sungai Brantas di Jawa Timur. Ikan ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi sebagai sumber protein masyarakat lokal serta akhir-akhir ini menjadi populer sebagai ikan hias di kalangan penghobi. Pemenuhan kebutuhan pasar saat ini masih dipasok dari hasil tangkapan di alam yang menyebabkan populasinya menurun drastis. Informasi ilmiah dasar mengenai identifikasi spesies dan penentuan posisi filogenetik suatu spesies termasuk ikan sili sangat penting untuk dilakukan guna mendukung upaya budidaya, domestikasi serta menjaga kelestariannya di alam. Pada penelitian ini, spesimen ikan sili ditangkap dari daerah aliran Sungai Brantas, Jawa Timur pada dua lokasi di Malang dan Kediri. DNA mitokondria daerah cytochrome c oxidase sub unit I (COI) kemudian di sekuensing pada beberapa individu yang dipilih secara acak. Hasil analisis morfologi dan genetik menggunakan BLASTn menunjukkan bahwa spesimen yang diteliti dapat terkonfirmasi sebagai Macrognathus aculeatus. Analisis filogenetik dengan menggunakan metode Bayesian Inference menunjukkan bahwa spesies M. aculeatus memiliki kerabat terdekat dengan M. arai dari Bangladesh. Rekonstruksi filogenetik menunjukkan bahwa individu M. aculeatus dari Malang dan Kediri terkelompok menjadi satu clade dengan indvidu dari Mojokerto serta memiliki divergensi molekuler yang sangat kecil yang mengindikasikan bahwa mereka berasal dari populasi yang sama. Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi awal untuk merancang manajemen domestikasi, budidaya, serta konservasi yang efektif.
{"title":"Identifikasi Molekuler dan Posisi Filogenetik Ikan Sili (Mastacembelidae: Macrognathus) dari Sungai Brantas, Jawa Timur, berdasarkan DNA mitokondria Gen COI","authors":"Wahyu Endra Kusuma, Ifa Sufaichusan, Bela Fatma Hani Ayu Lestari, Y. Widyawati","doi":"10.46252/jsai-fpik-unipa.2023.vol.7.no.2.308","DOIUrl":"https://doi.org/10.46252/jsai-fpik-unipa.2023.vol.7.no.2.308","url":null,"abstract":"Ikan sili (famili Mastacembelidae) adalah ikan yang tersebar secara alami dan terdistribusi luas di Pulau Jawa, khususnya di Sungai Brantas di Jawa Timur. Ikan ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi sebagai sumber protein masyarakat lokal serta akhir-akhir ini menjadi populer sebagai ikan hias di kalangan penghobi. Pemenuhan kebutuhan pasar saat ini masih dipasok dari hasil tangkapan di alam yang menyebabkan populasinya menurun drastis. Informasi ilmiah dasar mengenai identifikasi spesies dan penentuan posisi filogenetik suatu spesies termasuk ikan sili sangat penting untuk dilakukan guna mendukung upaya budidaya, domestikasi serta menjaga kelestariannya di alam. Pada penelitian ini, spesimen ikan sili ditangkap dari daerah aliran Sungai Brantas, Jawa Timur pada dua lokasi di Malang dan Kediri. DNA mitokondria daerah cytochrome c oxidase sub unit I (COI) kemudian di sekuensing pada beberapa individu yang dipilih secara acak. Hasil analisis morfologi dan genetik menggunakan BLASTn menunjukkan bahwa spesimen yang diteliti dapat terkonfirmasi sebagai Macrognathus aculeatus. Analisis filogenetik dengan menggunakan metode Bayesian Inference menunjukkan bahwa spesies M. aculeatus memiliki kerabat terdekat dengan M. arai dari Bangladesh. Rekonstruksi filogenetik menunjukkan bahwa individu M. aculeatus dari Malang dan Kediri terkelompok menjadi satu clade dengan indvidu dari Mojokerto serta memiliki divergensi molekuler yang sangat kecil yang mengindikasikan bahwa mereka berasal dari populasi yang sama. Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi awal untuk merancang manajemen domestikasi, budidaya, serta konservasi yang efektif.","PeriodicalId":105035,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik","volume":"89 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127867189","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-05-18DOI: 10.46252/jsai-fpik-unipa.2023.vol.7.no.2.190
Sahirudin Sahirudin, W. Wahyudi, P. Boli
Pasir Putih is popular beach and favorable destination for local and domestic tourists in Manokwari. Since becoming the capital city of Papua Barat province in 2000, numbers of tourists have grown significantly. However, tourist suitability index and real carrying capacity as well as physical carrying capacity of this area were not determined yet. This research is designed to determine tourist suitability index, examine sea water quality, determine physical carrying capacity of area, real carrying capacity, and to investigate the tourist perception on management and nature for future development and promotion. Survey and questionare were used to collect the data and analysed using Microsoft excel and presented in Figures and Tables. The results indicate that Pasir Putih beach has a tourist suitability index of 90% for highly suitable. Sea water qualities are in fufillment to the Ministry of Environment and Forestry Regulation, 51/MENKLH/2004 for standard for sea water quality for beach tourism activity. The real carrying capacity for Pasir Putih beach is 626 visitor per day and physical carrying capacity of area is 1.486 visitors, which can be divided into five tourism activity of beach recreation, beach sport, swimming, snorkeling, and boat cycling. Beach swimming is the most favorable activity (44%). In addition, major tourists (54%) have a great experience with the highest satisfaction, but the majority (67%) demanding for improving public facilities.
{"title":"Carrying Capacity and Suitability Indexs of Pasir Putih Beach for Ecotourism designation in Manokwari West Papua","authors":"Sahirudin Sahirudin, W. Wahyudi, P. Boli","doi":"10.46252/jsai-fpik-unipa.2023.vol.7.no.2.190","DOIUrl":"https://doi.org/10.46252/jsai-fpik-unipa.2023.vol.7.no.2.190","url":null,"abstract":"Pasir Putih is popular beach and favorable destination for local and domestic tourists in Manokwari. Since becoming the capital city of Papua Barat province in 2000, numbers of tourists have grown significantly. However, tourist suitability index and real carrying capacity as well as physical carrying capacity of this area were not determined yet. This research is designed to determine tourist suitability index, examine sea water quality, determine physical carrying capacity of area, real carrying capacity, and to investigate the tourist perception on management and nature for future development and promotion. Survey and questionare were used to collect the data and analysed using Microsoft excel and presented in Figures and Tables. The results indicate that Pasir Putih beach has a tourist suitability index of 90% for highly suitable. Sea water qualities are in fufillment to the Ministry of Environment and Forestry Regulation, 51/MENKLH/2004 for standard for sea water quality for beach tourism activity. The real carrying capacity for Pasir Putih beach is 626 visitor per day and physical carrying capacity of area is 1.486 visitors, which can be divided into five tourism activity of beach recreation, beach sport, swimming, snorkeling, and boat cycling. Beach swimming is the most favorable activity (44%). In addition, major tourists (54%) have a great experience with the highest satisfaction, but the majority (67%) demanding for improving public facilities.","PeriodicalId":105035,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik","volume":"30 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123529484","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}