Pub Date : 2022-08-30DOI: 10.46252/jsai-fpik-unipa.2022.vol.6.no.3.237
Siti Nur Mufida, Nuniek Herdyastuti
Tingginya konsumsi ikan nila di masyarakat dapat menyebabkan banyaknya jumlah limbah sisik ikan nila yang dihasilkan. Limbah sisik ikan tersebut dapat masih dimanfaatkan dengan pengolahan lebih lanjut menjadi gelatin. Gelatin didapatkan melalui hidrolisis parsial protein kolagen yang terdapat pada sisik ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek perbedaan konsentrasi asam sitrat serta waktu demineralisasi terhadap jumlah gelatin sisik ikan nila. Metode yang digunakan untuk mendapatkan gelatin yaitu degreasing, demineralisasi, ekstraksi, pengeringan, serta penggilingan. Pengujian mutu gelatin mencakup rendemen, kadar air, kadar abu, pH, dan gugus fungsi. Identifikasi gugus fungsi gelatin dilakukan menggunakan instrumen PerkinElmer Spectrum IR ES Version 10.6.2. Variasi konsentrasi asam sitrat yang ditambahkan adalah 1,5 – 6% dan waktu demineralisasi selama 12 – 72 jam. Hasil yang diperoleh menunjukkan gelatin paling banyak dihasilkan pada konsentrasi asam sitrat 6% dan lama waktu demineralisasi 72 jam. Rendemen yang dihasilkan sebesar 3,84%, kadar air sebesar 8,58%, kadar abu sebesar 1,44%, pH sebesar 4,5 serta memiliki gugus fungsi O-H, N-H, O-H bending, serta C=O yang memiliki kemiripan dengan gelatin komersial. Sehingga dapat disimpulkan bahwa gelatin terbaik dihasilkan dengan konsentrasi asam sitrat 6% dengan waktu demineralisasi 72 jam.
{"title":"Ekstraksi Gelatin Sisik Ikan Nila (Oreochromis spp.) dengan Variasi Konsentrasi Asam Sitrat dan Waktu Demineralisasi","authors":"Siti Nur Mufida, Nuniek Herdyastuti","doi":"10.46252/jsai-fpik-unipa.2022.vol.6.no.3.237","DOIUrl":"https://doi.org/10.46252/jsai-fpik-unipa.2022.vol.6.no.3.237","url":null,"abstract":"Tingginya konsumsi ikan nila di masyarakat dapat menyebabkan banyaknya jumlah limbah sisik ikan nila yang dihasilkan. Limbah sisik ikan tersebut dapat masih dimanfaatkan dengan pengolahan lebih lanjut menjadi gelatin. Gelatin didapatkan melalui hidrolisis parsial protein kolagen yang terdapat pada sisik ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek perbedaan konsentrasi asam sitrat serta waktu demineralisasi terhadap jumlah gelatin sisik ikan nila. Metode yang digunakan untuk mendapatkan gelatin yaitu degreasing, demineralisasi, ekstraksi, pengeringan, serta penggilingan. Pengujian mutu gelatin mencakup rendemen, kadar air, kadar abu, pH, dan gugus fungsi. Identifikasi gugus fungsi gelatin dilakukan menggunakan instrumen PerkinElmer Spectrum IR ES Version 10.6.2. Variasi konsentrasi asam sitrat yang ditambahkan adalah 1,5 – 6% dan waktu demineralisasi selama 12 – 72 jam. Hasil yang diperoleh menunjukkan gelatin paling banyak dihasilkan pada konsentrasi asam sitrat 6% dan lama waktu demineralisasi 72 jam. Rendemen yang dihasilkan sebesar 3,84%, kadar air sebesar 8,58%, kadar abu sebesar 1,44%, pH sebesar 4,5 serta memiliki gugus fungsi O-H, N-H, O-H bending, serta C=O yang memiliki kemiripan dengan gelatin komersial. Sehingga dapat disimpulkan bahwa gelatin terbaik dihasilkan dengan konsentrasi asam sitrat 6% dengan waktu demineralisasi 72 jam.","PeriodicalId":105035,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik","volume":"49 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121755605","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-08-30DOI: 10.46252/jsai-fpik-unipa.2022.vol.6.no.3.235
Irma Kesaulya, Randy Simaela, D. Moniharapon, Taufuniringsi Kesaulya
Perairan Teluk Ambon terbagi atas Teluk Ambon Dalam (TAD) dan Teluk Ambon Luar (TAL) yang dipisahkan oleh ambang Galala-Rumah Tiga yang sempit dan dangkal (12 m) yang mengakibatkan proses pertukaran massa air antara TAD dan TAL tidak mengikuti pola pasang surut harian. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa distribusi vertikal dan horizontal massa air Teluk Ambon berdasarkan distribusi suhu dan konsentrasi klorofil-a. Penelitian dilakukan pada musim peralihan II di bulan November 2018. Pengukuran suhu dan konsentrasi klorofil-a dilakukan secara in situ dengan menggunakan CTD, dan analisa sebaran vertikal dan horizontal dari suhu dan klorofil-a dilakukan dengan menggunakan Surfer dan ODV. Suhu massa air di lapisan permukaan (0-5 m) Teluk Ambon secara keseluruhan 29.2℃, sedangkan suhu di lapisan kedalaman 15-40 m dijumpai berbeda antara di TAD yang lebih dingin (27.7-28.2℃) dari massa air di TAL (29.2-28.7℃). Untuk konsentrasi klorofil-a, ditemukan lebih tinggi di TAD pada semua kedalaman dan di kedalaman > 12 m terlihat dengan jelas lebih tinggi nilainya di TAD yaitu 1 mg/m3 dibandingkan dengan di TAL 0.3 mg/m3. Hal ini menunjukan bahwa keberadaan ambang mengakibatkan aliran massa air antara kedua bagian teluk terhalang dan hal ini dapat dilihat berdasarkan karateristik massa air secara vertikal dan juga horizontal berbeda nilai suhu dan konsentrasi klorofil-a antara TAD dan TAL.
安邦湾的水在(TAD)和al - TAL (TAL)之间被三层狭窄而浅的三层房屋(12米;40英尺)分开,导致TAD和TAL之间的水量交换不遵循每日潮汐模式。这项研究的目的是根据温度分布和氯化物浓度分析安汶湾水质量的垂直和水平分布。这项研究是在2018年11月的第二季度进行的。对温度和氯化物浓度的测量是通过CTD进行的,对温度的垂直和水平水平分析是通过冲浪者和ODV进行的。温度层表面的水质量(0 - 5 m)安汶湾作为一个整体深度29层温度2℃,而在公元15-40常见于不同储存在温度较低的泰德(27之间7-28。2℃)的水质量的TAL(29 2-28。7℃)。在氯化物浓度中,在所有深度和12米>深度中发现的浓度比在TAL 0.3 mg/m3中发现的浓度还要高。这表明,临界点的存在会导致海湾两部分之间的水质量流动,这可以从垂直的水量和水平的水量来看,在TAD和TAL之间存在不同的温度值和氯化物浓度。
{"title":"Karakteristik Massa Air Berdasarkan Sebaran Suhu dan Klorofil-a di Perairan Teluk Ambon","authors":"Irma Kesaulya, Randy Simaela, D. Moniharapon, Taufuniringsi Kesaulya","doi":"10.46252/jsai-fpik-unipa.2022.vol.6.no.3.235","DOIUrl":"https://doi.org/10.46252/jsai-fpik-unipa.2022.vol.6.no.3.235","url":null,"abstract":"Perairan Teluk Ambon terbagi atas Teluk Ambon Dalam (TAD) dan Teluk Ambon Luar (TAL) yang dipisahkan oleh ambang Galala-Rumah Tiga yang sempit dan dangkal (12 m) yang mengakibatkan proses pertukaran massa air antara TAD dan TAL tidak mengikuti pola pasang surut harian. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa distribusi vertikal dan horizontal massa air Teluk Ambon berdasarkan distribusi suhu dan konsentrasi klorofil-a. Penelitian dilakukan pada musim peralihan II di bulan November 2018. Pengukuran suhu dan konsentrasi klorofil-a dilakukan secara in situ dengan menggunakan CTD, dan analisa sebaran vertikal dan horizontal dari suhu dan klorofil-a dilakukan dengan menggunakan Surfer dan ODV. Suhu massa air di lapisan permukaan (0-5 m) Teluk Ambon secara keseluruhan 29.2℃, sedangkan suhu di lapisan kedalaman 15-40 m dijumpai berbeda antara di TAD yang lebih dingin (27.7-28.2℃) dari massa air di TAL (29.2-28.7℃). Untuk konsentrasi klorofil-a, ditemukan lebih tinggi di TAD pada semua kedalaman dan di kedalaman > 12 m terlihat dengan jelas lebih tinggi nilainya di TAD yaitu 1 mg/m3 dibandingkan dengan di TAL 0.3 mg/m3. Hal ini menunjukan bahwa keberadaan ambang mengakibatkan aliran massa air antara kedua bagian teluk terhalang dan hal ini dapat dilihat berdasarkan karateristik massa air secara vertikal dan juga horizontal berbeda nilai suhu dan konsentrasi klorofil-a antara TAD dan TAL.","PeriodicalId":105035,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134575957","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-08-30DOI: 10.46252/jsai-fpik-unipa.2022.vol.6.no.3.240
Emmanuel Manangkalangi, Lenny S Syafei, Ida Lapadi, P. T. Lefaan, Nur Widiastuti, M. F. Rahardjo
Ikan kiper, Scatophagus argus (Linnaeus, 1766) adalah salah satu komponen pada ekosistem estuari yang masih sedikit informasi reproduksinya. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan aspek biologi reproduksi jenis ikan ini melalui rasio kelamin, ukuran pertama kali matang kelamin, dan musim pemijahan. Pengumpulan contoh ikan yang berasal dari perairan Teluk Pabean dilakukan setiap bulan di antara Januari dan Desember 2015. Alat tangkap yang digunakan adalah sero dan jaring insang. Sebanyak 431 individu berhasil dikumpulkan yang terdiri atas tahap larva, yuwana, pradewasa, dan dewasa. Perbandingan jumlah individu jantan dan betina relatif seimbang (1,00 : 1,05). Ukuran pertama kali matang kelamin individu jantan pada ukuran panjang total 102,95 mm dan 112,44 mm pada individu betina. Komposisi tingkat kematangan gonad dan nilai indeks kematangan gonad menunjukkan adanya aktivitas reproduksi yang berlangsung sepanjang tahun dan meningkat pada Bulan Januari-Februari dan September-November. Informasi mengenai aspek reproduksi yang diperoleh dalam penelitian ini bisa menjadi dasar dalam pengelolaan sumberdaya ikan ini, di antaranya melalui rekomendasi untuk penutupan lokasi dan waktu penangkapan.
{"title":"Biologi Reproduksi Ikan Kiper, Scatophagus argus (Linnaeus, 1766) di Teluk Pabean, Indramayu","authors":"Emmanuel Manangkalangi, Lenny S Syafei, Ida Lapadi, P. T. Lefaan, Nur Widiastuti, M. F. Rahardjo","doi":"10.46252/jsai-fpik-unipa.2022.vol.6.no.3.240","DOIUrl":"https://doi.org/10.46252/jsai-fpik-unipa.2022.vol.6.no.3.240","url":null,"abstract":"Ikan kiper, Scatophagus argus (Linnaeus, 1766) adalah salah satu komponen pada ekosistem estuari yang masih sedikit informasi reproduksinya. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan aspek biologi reproduksi jenis ikan ini melalui rasio kelamin, ukuran pertama kali matang kelamin, dan musim pemijahan. Pengumpulan contoh ikan yang berasal dari perairan Teluk Pabean dilakukan setiap bulan di antara Januari dan Desember 2015. Alat tangkap yang digunakan adalah sero dan jaring insang. Sebanyak 431 individu berhasil dikumpulkan yang terdiri atas tahap larva, yuwana, pradewasa, dan dewasa. Perbandingan jumlah individu jantan dan betina relatif seimbang (1,00 : 1,05). Ukuran pertama kali matang kelamin individu jantan pada ukuran panjang total 102,95 mm dan 112,44 mm pada individu betina. Komposisi tingkat kematangan gonad dan nilai indeks kematangan gonad menunjukkan adanya aktivitas reproduksi yang berlangsung sepanjang tahun dan meningkat pada Bulan Januari-Februari dan September-November. Informasi mengenai aspek reproduksi yang diperoleh dalam penelitian ini bisa menjadi dasar dalam pengelolaan sumberdaya ikan ini, di antaranya melalui rekomendasi untuk penutupan lokasi dan waktu penangkapan.","PeriodicalId":105035,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik","volume":"3 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130768059","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-08-30DOI: 10.46252/jsai-fpik-unipa.2022.vol.6.no.3.228
Kantun Dananjaya, Gunawan Prayitno, Darius Antonius Nafurbenan
Penangkapan kepiting bakau telah dilakukan secara intensif dengan menggunakan berbagai jenis teknologi, sehingga penelitian ini dilakukan untuk menganalisis komposisi hasil tangkapan, sebaran ukuran dan pola pertumbuhan kepiting bakau dengan menggunakan alat tangkap bubu dan jaring insang. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2018 di perairan distrik Babo Kabupaten Teluk Bintuni dengan model survei untuk keperluan menganalisis efektifitas alat tangkap bubu dan jaring insang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diperoleh hasil tangkapan kepiting bakau berjumlah 377 ekor yang terdiri dari 180 ekor (54,41%) tertangkap dengan bubu dan 157 ekor (46,59%) dengan jaring insang. Sebaran ukuran lebar karapas kepiting bakau yang tertangkap dengan bubu 65-197 mm (132,34 ± 3,85 mm) dan jaring insang berkisar 126-200 mm (165,54 ± 18,53 mm). Sebaran ukuran bobot yang tertangkap bubu dan jaring insang masing-masing sebesar 286,34-989,42 g (684,42 ± 207,78 g) dan 595,35-992,25 g (865,63 ± 86,06 g). Pola pertumbuhan kepiting bakau yang tertangkap menggunakan bubu dan jaring insang keduanya bersifat allometrik negatip (b < 3). Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh alat tangkap bubu dengan sebaran ukuran yang lebih luas dan pola pertumbuhan relatif sama.
{"title":"Distribusi Ukuran dan Pola Pertumbuhan Kepiting Bakau, Scylla serrata (Forskal, 1775) yang Ditangkap dengan Bubu dan Jaring Insang di Perairan Distrik Babo Teluk Bintuni Papua Barat","authors":"Kantun Dananjaya, Gunawan Prayitno, Darius Antonius Nafurbenan","doi":"10.46252/jsai-fpik-unipa.2022.vol.6.no.3.228","DOIUrl":"https://doi.org/10.46252/jsai-fpik-unipa.2022.vol.6.no.3.228","url":null,"abstract":"Penangkapan kepiting bakau telah dilakukan secara intensif dengan menggunakan berbagai jenis teknologi, sehingga penelitian ini dilakukan untuk menganalisis komposisi hasil tangkapan, sebaran ukuran dan pola pertumbuhan kepiting bakau dengan menggunakan alat tangkap bubu dan jaring insang. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2018 di perairan distrik Babo Kabupaten Teluk Bintuni dengan model survei untuk keperluan menganalisis efektifitas alat tangkap bubu dan jaring insang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diperoleh hasil tangkapan kepiting bakau berjumlah 377 ekor yang terdiri dari 180 ekor (54,41%) tertangkap dengan bubu dan 157 ekor (46,59%) dengan jaring insang. Sebaran ukuran lebar karapas kepiting bakau yang tertangkap dengan bubu 65-197 mm (132,34 ± 3,85 mm) dan jaring insang berkisar 126-200 mm (165,54 ± 18,53 mm). Sebaran ukuran bobot yang tertangkap bubu dan jaring insang masing-masing sebesar 286,34-989,42 g (684,42 ± 207,78 g) dan 595,35-992,25 g (865,63 ± 86,06 g). Pola pertumbuhan kepiting bakau yang tertangkap menggunakan bubu dan jaring insang keduanya bersifat allometrik negatip (b < 3). Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh alat tangkap bubu dengan sebaran ukuran yang lebih luas dan pola pertumbuhan relatif sama.","PeriodicalId":105035,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik","volume":"96 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122568228","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-08-30DOI: 10.46252/jsai-fpik-unipa.2022.vol.6.no.2.230
Julianus Notanubun, Y. A. Ngamel, Sergius Bukutubun
Penangkapan ikan menggunakan jaring insang (gill net) telah banyak dilakukan oleh nelayan di Kabupaten Maluku Tenggara termasuk di Perairan Ohoi Tuburngil Kecamatan Kei Besar Utara Timur. Upaya penangkapan yang dilakukan dengan jenis alat tangkap ini masih belangsung hingga sekarang dan kenyataannya usaha ini dijadikan sebagai suatu sumber pendapatan. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis komposisi jenis tangkapan dengan jaring insang permukaan berdasarkan pada waktu penangkapan dan (2) membandingkan hasil dan menentukan waktu tangkap yang baik dalam proses penangkapan ikan dengan alat tangkap jaring insang permukaan. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental fishing atau percobaan penangkapan, observasi dan wawancara. Hasil penelitian diperoleh jumlah total komposisi jenis ikan yang tertangkap dengan jaring insang permukaan selama penelitian sebanyak 128 ekor yang terdiri dari 7 spesies ikan. Nilai indeks keanekaragaman jenis (H’) yang didapatkan untuk penangkapan pada waktu pagi hari sebesar 1,60, waktu penangkapan siang hari nilai (H’) sebesar 1,15, waktu penangkapan sore hari nilai (H’) sebesar 1,30 dan waktu penangkapan malam hari nilai (H’) sebesar 0,92. Menurut kriteria nilai indeks keanekaragaman yang ditetapkan oleh Shannon - Wiener yaitu H’ lebih kecil 1 maka nilai indeks keanekaragaman termasuk keanekaragaman rendah. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa nilai Fhitung perlakuan (4.0) lebih besar dari nilai Ftabel (0,05); (24:3) (3,01) sehingga secara statistik H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa perbedaan waktu penangkapan berpengaruh sangat nyata pada tingkat ά = 0,05 terhadap hasil tangkapan. Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa perbandingan hasil tangkapan menurut waktu penangkapan pagi, siang, sore dan malam hari terlihat adanya perbedaan jumlah hasil tangkapan, dimana waktu tangkap malam hari berbeda sangat nyata dengan waktu pagi, siang dan sore hari sedangkan waktu sore hari berbeda sangat nyata dengan waktu siang dan berbeda nyata dengan waktu pagi hari.
{"title":"Keragaman Jenis Hasil Tangkapan dan Sinkronisasi Waktu Tangkap Jaring Insang Permukaan di Perairan Ohoi Tuburngil Kabupaten Maluku Tenggara","authors":"Julianus Notanubun, Y. A. Ngamel, Sergius Bukutubun","doi":"10.46252/jsai-fpik-unipa.2022.vol.6.no.2.230","DOIUrl":"https://doi.org/10.46252/jsai-fpik-unipa.2022.vol.6.no.2.230","url":null,"abstract":"Penangkapan ikan menggunakan jaring insang (gill net) telah banyak dilakukan oleh nelayan di Kabupaten Maluku Tenggara termasuk di Perairan Ohoi Tuburngil Kecamatan Kei Besar Utara Timur. Upaya penangkapan yang dilakukan dengan jenis alat tangkap ini masih belangsung hingga sekarang dan kenyataannya usaha ini dijadikan sebagai suatu sumber pendapatan. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis komposisi jenis tangkapan dengan jaring insang permukaan berdasarkan pada waktu penangkapan dan (2) membandingkan hasil dan menentukan waktu tangkap yang baik dalam proses penangkapan ikan dengan alat tangkap jaring insang permukaan. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental fishing atau percobaan penangkapan, observasi dan wawancara. Hasil penelitian diperoleh jumlah total komposisi jenis ikan yang tertangkap dengan jaring insang permukaan selama penelitian sebanyak 128 ekor yang terdiri dari 7 spesies ikan. Nilai indeks keanekaragaman jenis (H’) yang didapatkan untuk penangkapan pada waktu pagi hari sebesar 1,60, waktu penangkapan siang hari nilai (H’) sebesar 1,15, waktu penangkapan sore hari nilai (H’) sebesar 1,30 dan waktu penangkapan malam hari nilai (H’) sebesar 0,92. Menurut kriteria nilai indeks keanekaragaman yang ditetapkan oleh Shannon - Wiener yaitu H’ lebih kecil 1 maka nilai indeks keanekaragaman termasuk keanekaragaman rendah. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa nilai Fhitung perlakuan (4.0) lebih besar dari nilai Ftabel (0,05); (24:3) (3,01) sehingga secara statistik H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa perbedaan waktu penangkapan berpengaruh sangat nyata pada tingkat ά = 0,05 terhadap hasil tangkapan. Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa perbandingan hasil tangkapan menurut waktu penangkapan pagi, siang, sore dan malam hari terlihat adanya perbedaan jumlah hasil tangkapan, dimana waktu tangkap malam hari berbeda sangat nyata dengan waktu pagi, siang dan sore hari sedangkan waktu sore hari berbeda sangat nyata dengan waktu siang dan berbeda nyata dengan waktu pagi hari.","PeriodicalId":105035,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik","volume":"283 8 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126950561","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-08-30DOI: 10.46252/jsai-fpik-unipa.2022.vol.6.no.3.244
Samuel Jeujanan
Kebutuhan masyarakat saat ini akan pentingnya bahan makanan yang bermutu baik, sudah menjadi suatu keharusan untuk diperhatikan oleh pengolah makanan lebih khusus para pengolah ikan asap. Persyaratan mutu dan keamanan ikan asap telah diatur dalam Standar Nasional Indonesia. Peluang kontaminasi bakteri dan penyebab faktor lain terhadap mutu ikan asap yang dipasarkan di pasar Pharaa Kabupaten Jayapura sangat memungkinkan sehingga perlu untuk dilakukan penelitian ini. Tujuan penelitian ialah mengidentifikasi keberadaan bakteri pada ikan asap yang dipasarkan di pasar Pharaa Kabupaten Jayapura. Metode yang digunakan yaitu membeli ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) asap yang dijual di Pasar Pharaa, kemudian dibawa ke Laboratorium untuk diidentifikasi. Waktu pengambilan sampel yaitu bulan Agustus, September, dan Oktober 2021. Pengujian Salmonella sp. dan Staphylococcus aureus mengacu pada SNI 2897:2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keseluruhan sampel ikan asap yang dipasarkan di pasar Pharaa Kabupaten Jayapura masih layak untuk dikonsumsi. Hal ini terlihat dari hasil identifikasi terhadap bakteri Salmonella sp dan Staphylococcus aureus yaitu negatif. Dimana sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) 2725:2013 bahwa persyaratan mutu dan keamanan ikan asap dengan pengasapan panas yaitu Salmonella negatif dan Staphylococcus aureus maks. 1.0 x 103.
{"title":"Identifikasi Bakteri pada Ikan Asap yang Dipasarkan di Pasar Pharaa Kabupaten Jayapura","authors":"Samuel Jeujanan","doi":"10.46252/jsai-fpik-unipa.2022.vol.6.no.3.244","DOIUrl":"https://doi.org/10.46252/jsai-fpik-unipa.2022.vol.6.no.3.244","url":null,"abstract":"Kebutuhan masyarakat saat ini akan pentingnya bahan makanan yang bermutu baik, sudah menjadi suatu keharusan untuk diperhatikan oleh pengolah makanan lebih khusus para pengolah ikan asap. Persyaratan mutu dan keamanan ikan asap telah diatur dalam Standar Nasional Indonesia. Peluang kontaminasi bakteri dan penyebab faktor lain terhadap mutu ikan asap yang dipasarkan di pasar Pharaa Kabupaten Jayapura sangat memungkinkan sehingga perlu untuk dilakukan penelitian ini. Tujuan penelitian ialah mengidentifikasi keberadaan bakteri pada ikan asap yang dipasarkan di pasar Pharaa Kabupaten Jayapura. Metode yang digunakan yaitu membeli ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) asap yang dijual di Pasar Pharaa, kemudian dibawa ke Laboratorium untuk diidentifikasi. Waktu pengambilan sampel yaitu bulan Agustus, September, dan Oktober 2021. Pengujian Salmonella sp. dan Staphylococcus aureus mengacu pada SNI 2897:2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keseluruhan sampel ikan asap yang dipasarkan di pasar Pharaa Kabupaten Jayapura masih layak untuk dikonsumsi. Hal ini terlihat dari hasil identifikasi terhadap bakteri Salmonella sp dan Staphylococcus aureus yaitu negatif. Dimana sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) 2725:2013 bahwa persyaratan mutu dan keamanan ikan asap dengan pengasapan panas yaitu Salmonella negatif dan Staphylococcus aureus maks. 1.0 x 103.","PeriodicalId":105035,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik","volume":"975 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116213901","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-05-31DOI: 10.46252/jsai-fpik-unipa.2022.vol.6.no.2.191
Mohamad Ayip Firmansyah, Mustahal Mustahal, Mas Bayu Syamsunarno, I. Septian, Muh. Herjayanto
Ikan padi Oryzias woworae merupakan spesies ikan padi endemik dari perairan Pulau Muna, Sulawesi Tenggara. Potensi ekonomi ikan O. woworae sebagai ikan hias, belum didukung oleh ketersediaan informasi budidayanya. Salah satu aspek penting keberhasilan budidaya ikan adalah pengetahuan terhadap reproduksinya. Informasi tingkah laku pemijahan sangat penting diketahui. Penelitian ini bertujuan mengkaji tingkah laku pemijahan ikan padi (O. woworae) dan jumlah telur per jam dengan nisbah kelamin berbeda. Metode penelitian menggunakan rancangan percobaan perlakuan nisbah kelamin induk ikan betina (♀) dan jantan (♂), yaitu 1♂: 2♀, 1♂: 3♀, dan 1♂: 4♀. Sebelum dilakukan penelitian, induk diaklimatisasi selama tujuh hari dengan pemberian pakan artemia polar red. Pengamatan tingkah laku pemijahan dilakukan selama lima hari. Pengamatan dilakukan tiap jam pada hari pemijahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan O. woworae hanya memijah pada siang hari antara pukul 06:00 sampai 16:00, dengan tingkah laku singkronisasi dominan terjadi pagi hari yang mulai serempak terjadi pada hari pemijahan ke tiga. Manajemen yang dapat dilakukan terkait fenomena induk ikan memakan telur adalah meletakkan substrat pemijahan yang lebih banyak untuk digunakan induk ikan O. woworae menyembunyikan telur, sehingga tidak dimakan oleh betina lain pada pemijahan massal. Cara manajemen lainnya yaitu melakukan panen telur pada siang dan sore hari.
{"title":"Tingkah Laku Pemijahan Oryzias woworae Ikan Padi Endemik Pulau Muna, Sulawesi Tenggara Berdasarkan Nisbah Kelamin Induk Berbeda","authors":"Mohamad Ayip Firmansyah, Mustahal Mustahal, Mas Bayu Syamsunarno, I. Septian, Muh. Herjayanto","doi":"10.46252/jsai-fpik-unipa.2022.vol.6.no.2.191","DOIUrl":"https://doi.org/10.46252/jsai-fpik-unipa.2022.vol.6.no.2.191","url":null,"abstract":"Ikan padi Oryzias woworae merupakan spesies ikan padi endemik dari perairan Pulau Muna, Sulawesi Tenggara. Potensi ekonomi ikan O. woworae sebagai ikan hias, belum didukung oleh ketersediaan informasi budidayanya. Salah satu aspek penting keberhasilan budidaya ikan adalah pengetahuan terhadap reproduksinya. Informasi tingkah laku pemijahan sangat penting diketahui. Penelitian ini bertujuan mengkaji tingkah laku pemijahan ikan padi (O. woworae) dan jumlah telur per jam dengan nisbah kelamin berbeda. Metode penelitian menggunakan rancangan percobaan perlakuan nisbah kelamin induk ikan betina (♀) dan jantan (♂), yaitu 1♂: 2♀, 1♂: 3♀, dan 1♂: 4♀. Sebelum dilakukan penelitian, induk diaklimatisasi selama tujuh hari dengan pemberian pakan artemia polar red. Pengamatan tingkah laku pemijahan dilakukan selama lima hari. Pengamatan dilakukan tiap jam pada hari pemijahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan O. woworae hanya memijah pada siang hari antara pukul 06:00 sampai 16:00, dengan tingkah laku singkronisasi dominan terjadi pagi hari yang mulai serempak terjadi pada hari pemijahan ke tiga. Manajemen yang dapat dilakukan terkait fenomena induk ikan memakan telur adalah meletakkan substrat pemijahan yang lebih banyak untuk digunakan induk ikan O. woworae menyembunyikan telur, sehingga tidak dimakan oleh betina lain pada pemijahan massal. Cara manajemen lainnya yaitu melakukan panen telur pada siang dan sore hari.","PeriodicalId":105035,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik","volume":"2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126710359","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-05-31DOI: 10.46252/jsai-fpik-unipa.2022.vol.6.no.2.196
Merike Modek, Ni Wayan Damayani, A. Asni, Nur Wiranti, La Nane, Sitti Nursinar
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan (April–Mei 2021) di tiga stasiun. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui komposisi spesies, kepadatan, dan ukuran bintang laut di Perairan Pantai Leato Selatan, Gorontalo. Metode yang digunakan yaitu metode random sampling dengan menggunakan transek kuadrat yang berukuran 5 × 5 m, yang diletakkan pada terumbu karang dan Sargassum sebanyak tiga kali ulangan. Hasil penelitian didapatkan tiga spesies bintang laut yang berada di Perairan Pantai Leato Selatan yaitu Linckia laevigata, Protoreaster nodosus dan Culcita novaeguineae. Kepadatan bintang laut yang lebih tinggi secara berurutan yaitu spesies (L. laevigata, P. nodosus dan C. novaeguineae). Adapun tinggi tubuh bintang laut yang lebih tinggi yaitu spesies (C. novaeguineae, P. nodosus dan L. laevigata), sedangkan diameter tubuh yang lebih tinggi yaitu spesies (P. nodosus, L. laevigata, dan C. novaeguineae).
这项研究是在三个车站于4月至2021年5月进行的。本研究的目的是确定南部利亚托海岸海星的成分、密度和大小。使用的方法就是随机抽样的方法,而不是使用transek m×5×5的平方,放置在珊瑚礁和三次,《申命记》。这项研究发现,在Leato南部海岸水域发现了三种海星,即林基亚laevigata、探矿再和Culcita novaeeae。海星的依次密度更高,即物种(L. laevigata, P. nodosus和C. novaeeae)。至于较高的海星是物种(C. novaeguineae, P. nodosus和L. laevigata),而较高的天体直径是物种(P. nodosus, L. laevigata, L. laevigata)。
{"title":"Komposisi Spesies, Kepadatan, dan Ukuran Bintang Laut di Perairan Pantai Leato Selatan, Gorontalo","authors":"Merike Modek, Ni Wayan Damayani, A. Asni, Nur Wiranti, La Nane, Sitti Nursinar","doi":"10.46252/jsai-fpik-unipa.2022.vol.6.no.2.196","DOIUrl":"https://doi.org/10.46252/jsai-fpik-unipa.2022.vol.6.no.2.196","url":null,"abstract":"Penelitian ini dilaksanakan pada bulan (April–Mei 2021) di tiga stasiun. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui komposisi spesies, kepadatan, dan ukuran bintang laut di Perairan Pantai Leato Selatan, Gorontalo. Metode yang digunakan yaitu metode random sampling dengan menggunakan transek kuadrat yang berukuran 5 × 5 m, yang diletakkan pada terumbu karang dan Sargassum sebanyak tiga kali ulangan. Hasil penelitian didapatkan tiga spesies bintang laut yang berada di Perairan Pantai Leato Selatan yaitu Linckia laevigata, Protoreaster nodosus dan Culcita novaeguineae. Kepadatan bintang laut yang lebih tinggi secara berurutan yaitu spesies (L. laevigata, P. nodosus dan C. novaeguineae). Adapun tinggi tubuh bintang laut yang lebih tinggi yaitu spesies (C. novaeguineae, P. nodosus dan L. laevigata), sedangkan diameter tubuh yang lebih tinggi yaitu spesies (P. nodosus, L. laevigata, dan C. novaeguineae).","PeriodicalId":105035,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik","volume":"109 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114067876","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
A bacterial disease that infects freshwater fish, especially tilapia (Oreochromis niloticus), is a septicemia disease caused by Pseudomonas fluorescens infection. The purpose of this study was to determine the effectiveness of Bacillus subtilis on the survival of tilapia infected with P. fluorescens in vivo. The doses of B. subtilis used were different for each treatment, namely A (104 CFU/ml), B (106 CFU/ml), and C (108 CFU/ml). Fish were kept for 7 days to calculate their survival rate. Dosage of B. subtilis bacteria had a significant effect (α > 0,05) on the survival of tilapia infected with P. fluorescens bacteria. The best dose of B. subtilis in treatment A (104 CFU/ml) could increase the survival rate of tilapia infected with P. fluorescens with a survival rate of 93.33 ± 11.55%. The average ranges of water quality during the maintenance period are 25°-30°C, pH 7.2-9, and dissolved oxygen 5.50-7.00 ppm.
{"title":"Effectiveness of Bacillus subtilis on survival rate of Nile tilapia (Oreochromis niloticus) infected with Pseudomonas fluorescens","authors":"Budianto Budianto, Ihza Farras Faadhilah, Aprilia Ekawati, Silvia Anggaita, Qurrota A’yunin, S. Andayani","doi":"10.46252/jsai-fpik-unipa.2022.vol.6.no.2.215","DOIUrl":"https://doi.org/10.46252/jsai-fpik-unipa.2022.vol.6.no.2.215","url":null,"abstract":"A bacterial disease that infects freshwater fish, especially tilapia (Oreochromis niloticus), is a septicemia disease caused by Pseudomonas fluorescens infection. The purpose of this study was to determine the effectiveness of Bacillus subtilis on the survival of tilapia infected with P. fluorescens in vivo. The doses of B. subtilis used were different for each treatment, namely A (104 CFU/ml), B (106 CFU/ml), and C (108 CFU/ml). Fish were kept for 7 days to calculate their survival rate. Dosage of B. subtilis bacteria had a significant effect (α > 0,05) on the survival of tilapia infected with P. fluorescens bacteria. The best dose of B. subtilis in treatment A (104 CFU/ml) could increase the survival rate of tilapia infected with P. fluorescens with a survival rate of 93.33 ± 11.55%. The average ranges of water quality during the maintenance period are 25°-30°C, pH 7.2-9, and dissolved oxygen 5.50-7.00 ppm.","PeriodicalId":105035,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123726239","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-05-31DOI: 10.46252/jsai-fpik-unipa.2022.vol.6.no.2.177
Eva Octarianita, E. Widiastuti, T. Tugiyono
Plastik merupakan kemasan yang banyak digunakan dalam berbagai sektor kehidupan. Sampah plastik yang telah lama tercemar di perairan, akan mengalami degradasi menjadi partikel-partikel kecil plastik yang disebut mikroplastik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya kandungan mikroplastik pada air dan sedimen di Pantai Teluk Lampung Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Pengambilan sampel air dan sedimen dilakukan di tiga stasiun yang berbeda yaitu Pulau Tegal, Pulau Pasaran, dan Dermaga Sebalang. Terdapat empat jenis mikroplastik yang ditemukan yaitu fiber, fragment, granula dan film. Pada sampel air ditemukan pencemaran paling tinggi dengan rata-rata 16 ind/m3 dan pada sampel sedimen pencemaran paling tinggi dengan rata-rata 180 ind/kg. Hasil uji FT-IR ditemukan polyhlyene (PE), polythelyene therapthalate (PET), Polypropylene (PP), polystes (PES), dan polyethylene terephthalate (PETE).
{"title":"Analisis Mikroplastik Pada Air Dan Sedimen Di Pantai Teluk Lampung Dengan Metode Ft-Ir (Fourier Transform Infrared)","authors":"Eva Octarianita, E. Widiastuti, T. Tugiyono","doi":"10.46252/jsai-fpik-unipa.2022.vol.6.no.2.177","DOIUrl":"https://doi.org/10.46252/jsai-fpik-unipa.2022.vol.6.no.2.177","url":null,"abstract":"Plastik merupakan kemasan yang banyak digunakan dalam berbagai sektor kehidupan. Sampah plastik yang telah lama tercemar di perairan, akan mengalami degradasi menjadi partikel-partikel kecil plastik yang disebut mikroplastik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya kandungan mikroplastik pada air dan sedimen di Pantai Teluk Lampung Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Pengambilan sampel air dan sedimen dilakukan di tiga stasiun yang berbeda yaitu Pulau Tegal, Pulau Pasaran, dan Dermaga Sebalang. Terdapat empat jenis mikroplastik yang ditemukan yaitu fiber, fragment, granula dan film. Pada sampel air ditemukan pencemaran paling tinggi dengan rata-rata 16 ind/m3 dan pada sampel sedimen pencemaran paling tinggi dengan rata-rata 180 ind/kg. Hasil uji FT-IR ditemukan polyhlyene (PE), polythelyene therapthalate (PET), Polypropylene (PP), polystes (PES), dan polyethylene terephthalate (PETE).","PeriodicalId":105035,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik","volume":"25 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125983171","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}