Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dengan mendiskripsikan keterampilan guru-guru SMP Negeri 26 Bintan dalam menerapkan model pembelajaran Problem Based Instruction melalui supervisi kunjungan kelas. Penelitian ini tergolong penelitian tindakan sekolah dengan melibatkan 8 orang guru mata pelajaran. Dari hasil observasi sebelumnya mereka belum terampil dalam menerapkan model pembelajaran Problem Based Instruction dalam proses pembelajaran dan hanya memperoleh nilai rata-rata 71,75 terkategori Cukup. Penelitian ini berlangsung selama 2 bulan, yaitu Juli sampai September 2018. Jumlah siklus dalam penelitian ini adalah 2 siklus dengan setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Metode pengumpulan datanya adalah observasi dan metode analisis datanya adalah analisis deskriptif. Ternyata terjadi peningkatan keterampilan guru-guru dalam menerapkan model pembelajaran Problem Based Instruction melalui supervisi kunjungan kelas, yaitu pada siklus I memperoleh nilai rata-rata 81,75 terkategori Baik, meningkat pada siklus II memperoleh nilai rata-rata 93,88 terkategori Amat Baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa supervisi kunjungan kelas dapat meningkatkan keterampilan guru-guru SMP Negeri 26 Bintan dalam menerapkan model pembelajaran Problem Based Instruction pada semester I tahun pelajaran 2018/2019.
{"title":"SUPERVISI KUNJUNGAN KELAS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GURU DALAM MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION","authors":"S. Sudiono","doi":"10.37637/dw.v8i3.825","DOIUrl":"https://doi.org/10.37637/dw.v8i3.825","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dengan mendiskripsikan keterampilan guru-guru SMP Negeri 26 Bintan dalam menerapkan model pembelajaran Problem Based Instruction melalui supervisi kunjungan kelas. Penelitian ini tergolong penelitian tindakan sekolah dengan melibatkan 8 orang guru mata pelajaran. Dari hasil observasi sebelumnya mereka belum terampil dalam menerapkan model pembelajaran Problem Based Instruction dalam proses pembelajaran dan hanya memperoleh nilai rata-rata 71,75 terkategori Cukup. Penelitian ini berlangsung selama 2 bulan, yaitu Juli sampai September 2018. Jumlah siklus dalam penelitian ini adalah 2 siklus dengan setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Metode pengumpulan datanya adalah observasi dan metode analisis datanya adalah analisis deskriptif. Ternyata terjadi peningkatan keterampilan guru-guru dalam menerapkan model pembelajaran Problem Based Instruction melalui supervisi kunjungan kelas, yaitu pada siklus I memperoleh nilai rata-rata 81,75 terkategori Baik, meningkat pada siklus II memperoleh nilai rata-rata 93,88 terkategori Amat Baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa supervisi kunjungan kelas dapat meningkatkan keterampilan guru-guru SMP Negeri 26 Bintan dalam menerapkan model pembelajaran Problem Based Instruction pada semester I tahun pelajaran 2018/2019.","PeriodicalId":112218,"journal":{"name":"Daiwi Widya","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121286252","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Layanan konseling online merupakan salah satu inovasi dalam pelayanan di bidang konseling. Saat ini sudah banyak berkembang layanan konseling online melalui beberapa aplikasi-aplikasi khusus bagi masyarakat. Pelayanan konseling ini biasanya dilakukan melalui media telepon, chat, email, videocall, maupun melalui platform. Secara umum pelayanan konseling online menggunakan teknik yang sama dengan konseling konvensional lainnya. Namun perbedaannya terdapat pada pelaksanaan layanan yang mempergunakan media digital sebagai sarana utamanya, jadi masyarakat bisa melakukan konseling dimana saja dan kapan saja. Hambatan yang biasanya dialami pada saat melakukan konseling online adalah gangguan sinyal, gangguan teknis, dan ketidakmampuan konselor dalam menunjukkan empati secara langsung. Layanan konseling online ini sangat efektif pada saat pandemi. Karena pada saat pandemi kita diminta untuk lebih banyak melakukan aktifitas di dalam rumah. Semoga dengan adanya layanan konseling berbasis online, konselor tetap dapat membantu masyarakat yang membutuhkan bantuan secara cepat dan tepat.
{"title":"MENGENAL LAYANAN KONSELING ONLINE","authors":"Putu Abda Ursula","doi":"10.37637/dw.v8i3.824","DOIUrl":"https://doi.org/10.37637/dw.v8i3.824","url":null,"abstract":"Layanan konseling online merupakan salah satu inovasi dalam pelayanan di bidang konseling. Saat ini sudah banyak berkembang layanan konseling online melalui beberapa aplikasi-aplikasi khusus bagi masyarakat. Pelayanan konseling ini biasanya dilakukan melalui media telepon, chat, email, videocall, maupun melalui platform. Secara umum pelayanan konseling online menggunakan teknik yang sama dengan konseling konvensional lainnya. Namun perbedaannya terdapat pada pelaksanaan layanan yang mempergunakan media digital sebagai sarana utamanya, jadi masyarakat bisa melakukan konseling dimana saja dan kapan saja. Hambatan yang biasanya dialami pada saat melakukan konseling online adalah gangguan sinyal, gangguan teknis, dan ketidakmampuan konselor dalam menunjukkan empati secara langsung. Layanan konseling online ini sangat efektif pada saat pandemi. Karena pada saat pandemi kita diminta untuk lebih banyak melakukan aktifitas di dalam rumah. Semoga dengan adanya layanan konseling berbasis online, konselor tetap dapat membantu masyarakat yang membutuhkan bantuan secara cepat dan tepat.","PeriodicalId":112218,"journal":{"name":"Daiwi Widya","volume":"148 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134234419","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pada masa revolusi industry 4.0 internet menjadi bagian kehidupan masyarakat modern, termasuk siswa. Media internet digunakan oleh para siswa untuk berkomunikasi, mencari sumber belajar, bermain, menonton video, youtube, mendengarkan musik, bisnis, dan lain sebagainya. Media tersebut mudah digunakan, memiliki asas kerahasiaan, praktis, dan dapat diakses dari mana saja, bahkan dapat diaplikasikan dalam layanan bimbingan dan konseling. Teramati terdapat kendala di sekolah yaitu keterbatasan waktu konselor dalam memberikan layanan konseling, sedangkan beban belajar siswa sangat padat, sehingga mereka kurang mendapat pelayanan konseling secara face to face. Oleh karena itu layanan konseling online atau disebut cybercounseling menjadi pilihan utama konselor sekolah. Model konseling yang dipilih di antaranya Konseling Kognitif Perilaku atau disebut dengan Cognituive Behavioral.
{"title":"CYBER COUNSELING BERBASIS COGNTIVE BEHAVIORAL","authors":"Gede Danu Setiawan","doi":"10.37637/dw.v8i3.823","DOIUrl":"https://doi.org/10.37637/dw.v8i3.823","url":null,"abstract":"Pada masa revolusi industry 4.0 internet menjadi bagian kehidupan masyarakat modern, termasuk siswa. Media internet digunakan oleh para siswa untuk berkomunikasi, mencari sumber belajar, bermain, menonton video, youtube, mendengarkan musik, bisnis, dan lain sebagainya. Media tersebut mudah digunakan, memiliki asas kerahasiaan, praktis, dan dapat diakses dari mana saja, bahkan dapat diaplikasikan dalam layanan bimbingan dan konseling. Teramati terdapat kendala di sekolah yaitu keterbatasan waktu konselor dalam memberikan layanan konseling, sedangkan beban belajar siswa sangat padat, sehingga mereka kurang mendapat pelayanan konseling secara face to face. Oleh karena itu layanan konseling online atau disebut cybercounseling menjadi pilihan utama konselor sekolah. Model konseling yang dipilih di antaranya Konseling Kognitif Perilaku atau disebut dengan Cognituive Behavioral.","PeriodicalId":112218,"journal":{"name":"Daiwi Widya","volume":"129 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127567897","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Dalam menguji validitas isi (content validity) tes hasil belajar, jika menggunakan sekelompok ahli (subject matter experts) biasanya dapat ditentukan mengenai content validity ratio (CVR) dan content validity index (CVI). Koefisien CVR menunjukkan boleh atau tidak boleh suatu item digunakan sebagai penyusun tes hasil belajar. Semua koefisien CVR yang lebih besar dari 0 bisa digunakan sebagai penyusun tes hasil belajar. Sedangkan CVI merupakan indikasi langsung dari rerata banyaknya suatu item yang memiliki kemampuan sebagai penyusun suatu instrumen. Oleh karena itu, koefisien CVI baru bisa ditentukan setelah semua item yang boleh digunakan sebagai penyusun suatu tes hasil belajar berbasiskan atas koefisien CVR. Dari koefisien CVR dan CVI yang diperoleh, sebetulnya yang menentukan validitas isi (content validity) tes hasil belajar adalah koefisien CVI.
{"title":"PENGUJIAN VALIDITAS ISI TES HASIL BELAJAR YANG DINILAI OLEH SUBJECT MATTER EXPERT (SME)","authors":"I. G. N. Puger","doi":"10.37637/dw.v8i3.819","DOIUrl":"https://doi.org/10.37637/dw.v8i3.819","url":null,"abstract":"Dalam menguji validitas isi (content validity) tes hasil belajar, jika menggunakan sekelompok ahli (subject matter experts) biasanya dapat ditentukan mengenai content validity ratio (CVR) dan content validity index (CVI). Koefisien CVR menunjukkan boleh atau tidak boleh suatu item digunakan sebagai penyusun tes hasil belajar. Semua koefisien CVR yang lebih besar dari 0 bisa digunakan sebagai penyusun tes hasil belajar. Sedangkan CVI merupakan indikasi langsung dari rerata banyaknya suatu item yang memiliki kemampuan sebagai penyusun suatu instrumen. Oleh karena itu, koefisien CVI baru bisa ditentukan setelah semua item yang boleh digunakan sebagai penyusun suatu tes hasil belajar berbasiskan atas koefisien CVR. Dari koefisien CVR dan CVI yang diperoleh, sebetulnya yang menentukan validitas isi (content validity) tes hasil belajar adalah koefisien CVI.","PeriodicalId":112218,"journal":{"name":"Daiwi Widya","volume":"63 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126787266","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Komunikasi merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap individu tidak akan lepas dari kegiatan komunikasi, khusunya komunikasi interpersonal dengan individu lain. Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang dilakukan secara tatap muka, yang memungkinkan setiap individu mampu memaknai reaksi orang lain secara langsung. Adanya perubahan yang dinamis, menyebabkan siswa sebagai remaja rentan untuk menghadapi permasalahan yang cukup kompleks. Siswa mencari bantuan untuk penyelesaian masalahnya pada teman sebayanya. Adanya siswa bermasalah yang berkonsultasi pada temannya, dapat memberikan efek positif namun bisa juga memberikan efek negatif. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dikembangkan model layanan bimbingan dan konseling yang mampu melayani siswa serta meningkatkan komunikasi interpersonal siswa. Salah satu yang dapat dikembangkan adalah konseling sebaya. Pengembangan konseling sebaya diprediksi dapat menjadi alternatif solusi permasalahan yang sering dihadapi oleh siswa khususnya remaja. Langkah yang dapat ditempuh dalam upaya pengembangan kemampuan komunikasi interpersonal melalui peer counseling yaitu meliputi pemilihan calon ―konselor sebaya, pembekalan calon ―konselor sebaya dan pengorganisasian pelaksanaan konseling sebaya.
{"title":"KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA","authors":"Ni Luh Yaniasti","doi":"10.37637/dw.v8i3.820","DOIUrl":"https://doi.org/10.37637/dw.v8i3.820","url":null,"abstract":"Komunikasi merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap individu tidak akan lepas dari kegiatan komunikasi, khusunya komunikasi interpersonal dengan individu lain. Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang dilakukan secara tatap muka, yang memungkinkan setiap individu mampu memaknai reaksi orang lain secara langsung. Adanya perubahan yang dinamis, menyebabkan siswa sebagai remaja rentan untuk menghadapi permasalahan yang cukup kompleks. Siswa mencari bantuan untuk penyelesaian masalahnya pada teman sebayanya. Adanya siswa bermasalah yang berkonsultasi pada temannya, dapat memberikan efek positif namun bisa juga memberikan efek negatif. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dikembangkan model layanan bimbingan dan konseling yang mampu melayani siswa serta meningkatkan komunikasi interpersonal siswa. Salah satu yang dapat dikembangkan adalah konseling sebaya. Pengembangan konseling sebaya diprediksi dapat menjadi alternatif solusi permasalahan yang sering dihadapi oleh siswa khususnya remaja. Langkah yang dapat ditempuh dalam upaya pengembangan kemampuan komunikasi interpersonal melalui peer counseling yaitu meliputi pemilihan calon ―konselor sebaya, pembekalan calon ―konselor sebaya dan pengorganisasian pelaksanaan konseling sebaya.","PeriodicalId":112218,"journal":{"name":"Daiwi Widya","volume":"58 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122771990","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Hasil penilaian pra tindakan tentang kinerja guru dalam pelaksanaan SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) di dapatkan data kinerja guru dalam pelaksanaan SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) masih rendah. Data penelitian tindakan sekolah yang diperoleh dari hasil observasi kinerja guru dalam pelaksanaan SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) pada siklus I, hasilnya termasuk katagori “baik” dengan rata-rata aspek 1 yakni 2, aspek 2 yakni 2, aspek 3 yakni 1, dan aspek 4 yakni 1. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru dalam pelaksanaan SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) sudah baik, akan tetapi perlu peningkatan. Dengan adanya hasil observasi dan penilaian pada kegiatan siklus I maka peneliti melakukan refleksi. Dari refleksi terhadap seluruh kegiatan pada siklus I, maka ditemukan beberapa hambatan yang mengakibatkan belum optimalnya kinerja guru dalam pelaksanaan SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal).Dapat disimpulkan bahwa upaya pengawas sekolah sebagai Supervisor dalam menerapkan SPMI yang diukur dengan menggunakan tiga indicator. Dari hasil wawancara supervisor dalam menerapkan SPMI tidak ditemukan masalah yang berarti sehingga pelaksanaan penerapan SPMI dalam rangka pemenuhan mutu yang telah berjalan dengan baik, Hal ini didukung dengan hasil observasi pengawas sekolah sebagai seorang supervisor dalam menerapkan SPMI yang telah dilakukan. Kinerja guru dalam pelaksanaan SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal), masing-masing juga ada peningkatan yang ke arah yang lebih baik yaitu: penilaian kinerja guru dalam pelaksanaan SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) berada pada katagori “sangat baik. Dengan melihat hasil pada siklus II, maka refleksi terhadap hasil yang diperoleh peneliti pada siklus II ini adalah adanya peningkatan kinerja guru dalam pelaksanaan SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal). Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata yang diperoleh dalam penilaian hasil kinerja guru dalam pelaksanaan SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal). Sedangkan dari jumlah guru, 100% sudah mencapai kriteria yang ditetapkan.
{"title":"PENINGKATAN KINERJA GURU DALAM PELAKSANAAN SPMI (SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL) MELALUI SUPERVISI AKADEMIK DI SEKOLAH BINAAN TAHUN PELAJARAN 2019/2020","authors":"Nuryani Nuryani","doi":"10.37637/dw.v8i3.828","DOIUrl":"https://doi.org/10.37637/dw.v8i3.828","url":null,"abstract":"Hasil penilaian pra tindakan tentang kinerja guru dalam pelaksanaan SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) di dapatkan data kinerja guru dalam pelaksanaan SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) masih rendah. Data penelitian tindakan sekolah yang diperoleh dari hasil observasi kinerja guru dalam pelaksanaan SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) pada siklus I, hasilnya termasuk katagori “baik” dengan rata-rata aspek 1 yakni 2, aspek 2 yakni 2, aspek 3 yakni 1, dan aspek 4 yakni 1. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru dalam pelaksanaan SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) sudah baik, akan tetapi perlu peningkatan. Dengan adanya hasil observasi dan penilaian pada kegiatan siklus I maka peneliti melakukan refleksi. Dari refleksi terhadap seluruh kegiatan pada siklus I, maka ditemukan beberapa hambatan yang mengakibatkan belum optimalnya kinerja guru dalam pelaksanaan SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal).Dapat disimpulkan bahwa upaya pengawas sekolah sebagai Supervisor dalam menerapkan SPMI yang diukur dengan menggunakan tiga indicator. Dari hasil wawancara supervisor dalam menerapkan SPMI tidak ditemukan masalah yang berarti sehingga pelaksanaan penerapan SPMI dalam rangka pemenuhan mutu yang telah berjalan dengan baik, Hal ini didukung dengan hasil observasi pengawas sekolah sebagai seorang supervisor dalam menerapkan SPMI yang telah dilakukan. Kinerja guru dalam pelaksanaan SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal), masing-masing juga ada peningkatan yang ke arah yang lebih baik yaitu: penilaian kinerja guru dalam pelaksanaan SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) berada pada katagori “sangat baik. Dengan melihat hasil pada siklus II, maka refleksi terhadap hasil yang diperoleh peneliti pada siklus II ini adalah adanya peningkatan kinerja guru dalam pelaksanaan SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal). Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata yang diperoleh dalam penilaian hasil kinerja guru dalam pelaksanaan SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal). Sedangkan dari jumlah guru, 100% sudah mencapai kriteria yang ditetapkan.","PeriodicalId":112218,"journal":{"name":"Daiwi Widya","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128104871","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The concept ‘communicative competence’ covers four main aspects: grammatical competence traditionally dealing with syntax; sociolinguistic competence dealing with social appropriateness of communication; discourse competence dealing with cohesive and coherence in discourse; and strategic competence focusing on pragmatic function of communication. Those aspects of communicative competence have received great attention in language and literacy education, particularly in second language learning. However, little attention is given to the ability to employ different tactics by language users in achieving this goal. This paper examines this neglected area of communicative strategic competence and their implications for research and teaching.
{"title":"COMMUNICATIVE STRATEGIES IN INTERLANGUAGE","authors":"Kadek Yati Fitria Dewi","doi":"10.37637/dw.v8i3.822","DOIUrl":"https://doi.org/10.37637/dw.v8i3.822","url":null,"abstract":"The concept ‘communicative competence’ covers four main aspects: grammatical competence traditionally dealing with syntax; sociolinguistic competence dealing with social appropriateness of communication; discourse competence dealing with cohesive and coherence in discourse; and strategic competence focusing on pragmatic function of communication. Those aspects of communicative competence have received great attention in language and literacy education, particularly in second language learning. However, little attention is given to the ability to employ different tactics by language users in achieving this goal. This paper examines this neglected area of communicative strategic competence and their implications for research and teaching.","PeriodicalId":112218,"journal":{"name":"Daiwi Widya","volume":"7 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131016327","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar dan pemahaman konsep kimia siswa melalui pembelajaran 5M dan pertanyaan sokratik. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi,evaluasi, refleksi. Subjek penelitian seluruh siswa kelas X MIPA-5 SMA Negeri 4 Singaraja tahun pelajaran 2018/2019 berjumlah 32 orang terdiri dari 18 laki-laki dan 14 perempuan. Objek penelitian aktivitas belajar siswa, pemahaman konsep kimia siswa dan respon siswa terhadap pembelajaran. Pembelajaran 5M dan pertanyaan sokratik dapat meningkatkan aktivitas belajar dan pemahaman konsep kimia siswa. Siklus I menunjukkan aktivitas kategori aktif dengan skor rerata 13,3 dan pemahaman konsep kimia memperoleh rerata tes hasil belajar 68,19. Pada siklus II, aktivitas meningkat dengan skor rerata 14,2 kategori aktif dan pemahaman konsep kimia memperoleh rerata tes hasil belajar 72,21. Siswa merespon cukup positif terhadap kegiatan pembelajaran dengan 52,9% siswa menyatakan setuju.
{"title":"PEMBELAJARAN 5 M DAN PERTANYAAN SOKRATIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP KIMIA SISWA SMA NEGERI 4 SINGARAJA","authors":"I. W. Soma","doi":"10.37637/dw.v8i3.827","DOIUrl":"https://doi.org/10.37637/dw.v8i3.827","url":null,"abstract":"Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar dan pemahaman konsep kimia siswa melalui pembelajaran 5M dan pertanyaan sokratik. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi,evaluasi, refleksi. Subjek penelitian seluruh siswa kelas X MIPA-5 SMA Negeri 4 Singaraja tahun pelajaran 2018/2019 berjumlah 32 orang terdiri dari 18 laki-laki dan 14 perempuan. Objek penelitian aktivitas belajar siswa, pemahaman konsep kimia siswa dan respon siswa terhadap pembelajaran. Pembelajaran 5M dan pertanyaan sokratik dapat meningkatkan aktivitas belajar dan pemahaman konsep kimia siswa. Siklus I menunjukkan aktivitas kategori aktif dengan skor rerata 13,3 dan pemahaman konsep kimia memperoleh rerata tes hasil belajar 68,19. Pada siklus II, aktivitas meningkat dengan skor rerata 14,2 kategori aktif dan pemahaman konsep kimia memperoleh rerata tes hasil belajar 72,21. Siswa merespon cukup positif terhadap kegiatan pembelajaran dengan 52,9% siswa menyatakan setuju.","PeriodicalId":112218,"journal":{"name":"Daiwi Widya","volume":"86 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114212622","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Perkembangan teknologi informasi berimplikasi pada bidang bimbingan dan konseling. Bimbingan dan Konseling, yang merupakan bagian dari dunia persekolahan haruslah juga mampu memanfaatkan teknologi informasi untuk menyelesaikan tugas-tugas layanan bimbingan. Banyak perangkat lunak yang telah dirilis untuk itu dan dapat dimanfaatkan dalam memberikan layanan kepada peserta didik. Bimbingan dan Konseling sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu (siswa), yang dapat dilaksanakan melalui berbagai macam layanan. Layanan tersebut saat ini, pada saat zaman semakin berkembang, tidak hanya dapat dilakukan dengan tatap muka secara langsung, tapi juga bisa dengan memanfaatkan media atau teknologi informasi yang ada. Tujuannya adalah tetap memberikan bimbingan dan konseling dengan cara-cara yang lebih menarik,interaktif, dan tidak terbatas tempat, tetapi juga tetap memperhatikan asas-asas dan kode etik dalam bimbingan dan konseling. Konselor Sekolah sebagai subjek yang terkait langsung dengan dampak harus mengantisipasi dengan pengetahuan dan keterampilan penggunaan komputer. Keterampilan dan penguasaan pengetahuan sangat dibutuhkan oleh konselor sekolah agar dapat menggunakan layanan bimbingan dan konseling berbasis teknologi. Banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dari teknologi komputer dalam menunjang profesionalitas kerja konselor, maka konselor perlu mengetahui potensi apa yang terkandung pada teknologikomputer, setidaknya ada 8 (delapan) potensi teknologi komputer berbasis internet.
{"title":"HUBUNGAN PERKEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING","authors":"Ni Luh Putu Ary Sri Tjahyanti","doi":"10.37637/dw.v7i5.670","DOIUrl":"https://doi.org/10.37637/dw.v7i5.670","url":null,"abstract":"Perkembangan teknologi informasi berimplikasi pada bidang bimbingan dan konseling. Bimbingan dan Konseling, yang merupakan bagian dari dunia persekolahan haruslah juga mampu memanfaatkan teknologi informasi untuk menyelesaikan tugas-tugas layanan bimbingan. Banyak perangkat lunak yang telah dirilis untuk itu dan dapat dimanfaatkan dalam memberikan layanan kepada peserta didik. Bimbingan dan Konseling sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu (siswa), yang dapat dilaksanakan melalui berbagai macam layanan. Layanan tersebut saat ini, pada saat zaman semakin berkembang, tidak hanya dapat dilakukan dengan tatap muka secara langsung, tapi juga bisa dengan memanfaatkan media atau teknologi informasi yang ada. Tujuannya adalah tetap memberikan bimbingan dan konseling dengan cara-cara yang lebih menarik,interaktif, dan tidak terbatas tempat, tetapi juga tetap memperhatikan asas-asas dan kode etik dalam bimbingan dan konseling. Konselor Sekolah sebagai subjek yang terkait langsung dengan dampak harus mengantisipasi dengan pengetahuan dan keterampilan penggunaan komputer. Keterampilan dan penguasaan pengetahuan sangat dibutuhkan oleh konselor sekolah agar dapat menggunakan layanan bimbingan dan konseling berbasis teknologi. Banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dari teknologi komputer dalam menunjang profesionalitas kerja konselor, maka konselor perlu mengetahui potensi apa yang terkandung pada teknologikomputer, setidaknya ada 8 (delapan) potensi teknologi komputer berbasis internet.","PeriodicalId":112218,"journal":{"name":"Daiwi Widya","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121329833","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SMP Negeri 6 Batam di kelas IX6 pada semester I tahun pelajaran 2018/2019 bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS menggunakan model pembelajaran inkuiri dengan strategi tutor sebaya. Data hasil penelitian ini dikumpulkan dengan cara pemberian tes prestasi belajar. Dalam menganalisis data yang diperoleh digunakan metode analisis deskriptif. Data yang dihasilkan dari penelitian ini terdiri dari data awal, data siklus I dan data Siklus II. Dari data awal diperoleh rata-rata kelas baru mencapai nilai 77,5 dan ketuntasan belajarnya baru mencapai 62,5%. Data ini masih belum sesuai harapan mengingat KKM mata pelajaran IPS di sekolah ini adalah 80. Pada siklus I sudah terjadi peningkatan yaitu rata-rata kelasnya mencapai 83,13 namun prosentase ketuntasan belajar masih dibawah indikator keberhasilan penelitian yaitu baru mencapai 81,25%. Untuk dilanjutkan pada siklus II dan memperoleh rata-rata kelas sebesar 88 dengan prosentase ketuntasan belajarnya sudah mencapai 100%. Data pada Siklus II ini sudah sesuai harapan akibat penggunaan model pembelajaran yang sifatnya konstruktivis. Simpulan yang diperoleh adalah model pembelajaran inkuiri dengan strategi tutor sebaya dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa.
{"title":"MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DENGAN STRATEGI TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS BAGI SISWA KELAS IX6 SMP NEGERI 6 BATAM","authors":"Budiyarti Budiyarti","doi":"10.37637/dw.v7i5.675","DOIUrl":"https://doi.org/10.37637/dw.v7i5.675","url":null,"abstract":"Penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SMP Negeri 6 Batam di kelas IX6 pada semester I tahun pelajaran 2018/2019 bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS menggunakan model pembelajaran inkuiri dengan strategi tutor sebaya. Data hasil penelitian ini dikumpulkan dengan cara pemberian tes prestasi belajar. Dalam menganalisis data yang diperoleh digunakan metode analisis deskriptif. Data yang dihasilkan dari penelitian ini terdiri dari data awal, data siklus I dan data Siklus II. Dari data awal diperoleh rata-rata kelas baru mencapai nilai 77,5 dan ketuntasan belajarnya baru mencapai 62,5%. Data ini masih belum sesuai harapan mengingat KKM mata pelajaran IPS di sekolah ini adalah 80. Pada siklus I sudah terjadi peningkatan yaitu rata-rata kelasnya mencapai 83,13 namun prosentase ketuntasan belajar masih dibawah indikator keberhasilan penelitian yaitu baru mencapai 81,25%. Untuk dilanjutkan pada siklus II dan memperoleh rata-rata kelas sebesar 88 dengan prosentase ketuntasan belajarnya sudah mencapai 100%. Data pada Siklus II ini sudah sesuai harapan akibat penggunaan model pembelajaran yang sifatnya konstruktivis. Simpulan yang diperoleh adalah model pembelajaran inkuiri dengan strategi tutor sebaya dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa.","PeriodicalId":112218,"journal":{"name":"Daiwi Widya","volume":"117 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124361634","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}