Pub Date : 2024-01-29DOI: 10.24198/jnttip.v5i4.50525
M. Rodiallah, Anwaruddin Harahap, Arsyadi Ali, T. Adelina, D. A. Mucra, Bakhendri Solfan, Jepri Juliantoni, Restu Misrianti, Evi Irawati, E. Saleh, F. Mulia, Riskia Noviana
Cultivation of forages from graminae and legumes is an alternative source of fiber feed to meet basic living needs and ruminant livestock production. This research aims to assess the nutritional and WSC content of various forages as indicators and considerations in making silage. The research used a completely randomized design with 5 treatments with 4 replications. Regarding the treatment of forage types, namely A = elephant grass; B = Gama Umami; C= Mexican Grass; D= Odot grass; D = Indigofera beans. The research parameters are crude protein (%), crude fat (%), dry matter (%), ash, crude fiber (%), water-soluble carbohydrates (%), and NDF and ADF content (%). The results showed that different types of forage had a significant effect (P<0.05) on the nutritional value and WSC content. The research conclusion was that Indigofera legumes and odot grass had the highest WSC content, namely 4.59% and 4.49%. Furthermore, indigofera legumes and odot grass also produce the lowest NDF and ADF values compared to other treatments, so they have the potential to be used as raw materials for making silage to support the availability of ruminant feed
{"title":"Nilai Nutrien dan Kecukupan WSC Berbagai Hijauan Sebagai Sumber Pakan Silase","authors":"M. Rodiallah, Anwaruddin Harahap, Arsyadi Ali, T. Adelina, D. A. Mucra, Bakhendri Solfan, Jepri Juliantoni, Restu Misrianti, Evi Irawati, E. Saleh, F. Mulia, Riskia Noviana","doi":"10.24198/jnttip.v5i4.50525","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/jnttip.v5i4.50525","url":null,"abstract":"Cultivation of forages from graminae and legumes is an alternative source of fiber feed to meet basic living needs and ruminant livestock production. This research aims to assess the nutritional and WSC content of various forages as indicators and considerations in making silage. The research used a completely randomized design with 5 treatments with 4 replications. Regarding the treatment of forage types, namely A = elephant grass; B = Gama Umami; C= Mexican Grass; D= Odot grass; D = Indigofera beans. The research parameters are crude protein (%), crude fat (%), dry matter (%), ash, crude fiber (%), water-soluble carbohydrates (%), and NDF and ADF content (%). The results showed that different types of forage had a significant effect (P<0.05) on the nutritional value and WSC content. The research conclusion was that Indigofera legumes and odot grass had the highest WSC content, namely 4.59% and 4.49%. Furthermore, indigofera legumes and odot grass also produce the lowest NDF and ADF values compared to other treatments, so they have the potential to be used as raw materials for making silage to support the availability of ruminant feed","PeriodicalId":119655,"journal":{"name":"Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan","volume":"73 46","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140486409","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2024-01-29DOI: 10.24198/jnttip.v5i4.48699
Dr. Rahmad Fani Ramadhan, S.Pt
Silase tebon jagung salah satupakanpengganti hijauansegaryang digunakan oleh peternakdi Indonesiauntuk pakan ternak ruminansia. Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui pengaruhlama ensilase tebon jagung dengan pengambahanprobiotik Heryakipowderterhadap kualitasnutrisisilase tebon jagung yaitu bahan kering (BK) protein kasar (PK)dan serat kasar (SK).Penelitian dilakukan di Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan yang terdiri dari lama silase 7, 14, 21, dan 28 hari. Tebon jagung diinokulasi dengan probiotik Heryakipowder sebanyak0,5%. Hasil penelitian menunjukkan kualitas nutrisi seperti CP dan CF berbeda nyata pada semua perlakuan dimana hasil terbaik pada lama ensilase 28 hari dengan nilai masing-masing sebesar 13,78% dan 20,89%. Penambahan probiotik heryaki powder sebanyak 0,5% dengan lama silase 28 hari dapat meningkatkan kualitas nutrisi silase tebon jagung.
{"title":"PENGARUH LAMA ENSILASE TEBON JAGUNG DENGAN PENAMBAHAN PROBIOTIK HERYAKI POWDER TERHADAP KANDUNGAN NUTRISI","authors":"Dr. Rahmad Fani Ramadhan, S.Pt","doi":"10.24198/jnttip.v5i4.48699","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/jnttip.v5i4.48699","url":null,"abstract":"Silase tebon jagung salah satupakanpengganti hijauansegaryang digunakan oleh peternakdi Indonesiauntuk pakan ternak ruminansia. Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui pengaruhlama ensilase tebon jagung dengan pengambahanprobiotik Heryakipowderterhadap kualitasnutrisisilase tebon jagung yaitu bahan kering (BK) protein kasar (PK)dan serat kasar (SK).Penelitian dilakukan di Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan yang terdiri dari lama silase 7, 14, 21, dan 28 hari. Tebon jagung diinokulasi dengan probiotik Heryakipowder sebanyak0,5%. Hasil penelitian menunjukkan kualitas nutrisi seperti CP dan CF berbeda nyata pada semua perlakuan dimana hasil terbaik pada lama ensilase 28 hari dengan nilai masing-masing sebesar 13,78% dan 20,89%. Penambahan probiotik heryaki powder sebanyak 0,5% dengan lama silase 28 hari dapat meningkatkan kualitas nutrisi silase tebon jagung.","PeriodicalId":119655,"journal":{"name":"Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan","volume":"11 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140488383","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2024-01-29DOI: 10.24198/jnttip.v5i4.50722
Ismail Mashudi
Penyediaan HPT yang cukup dan berkualitas akan meningkatkan produksi susu sapi perah. Dalam rangka peningkatan susu sapi, maka penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis pola penyediaan dan rantai pasok HPT pada peternak sapi perah di Jawa Barat, yang merupakan salah satu daerah sentra sapi perah di Indonesia. Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Bandung Barat, Bandung, Garut, Bogor, Kuningan dan Subang yang merupakan sentra sapi perah di Jawa Barat pada bulan Mei–Oktober 2022 dengan metode analisis deskriptif kualitatif. Penentuan responden menggunakan Purposive Sampling untuk peternak dan snowball sampling untuk pedagang perantara dan produsen. Metode pengambilan data menggunakan kuesioner terbuka dan wawancara langsung kepada 165 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber penyediaan HPT yang digunakan dalam rantai pasok HPT di Jawa Barat banyak berasal dari lahan sendiri, lahan hutan/DAS/lain-lain, beli dan sewa, sedangkan jenis HPT yang banyak digunakan adalah rumput gajah, rumput alam/campuran dan jerami padi. Saluran rantai pasok HPT sapi perah di Provinsi Jawa Barat berjumlah 10 saluran, dengan anggota rantai yaitu produsen HPT (produsen HPT segar, produsen HPT awetan dan produsen HPT segar dan awetan), pedagang HPT (pedagang pengumpul dan pedagang besar), dan konsumen (peternak sapi perah mikro, kecil, menengah, koperasi dan perusahaan besar).
{"title":"ANALISIS RANTAI PASOK HIJAUAN PAKAN TERNAK SAPI PERAH DI PROVINSI JAWA BARAT","authors":"Ismail Mashudi","doi":"10.24198/jnttip.v5i4.50722","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/jnttip.v5i4.50722","url":null,"abstract":"Penyediaan HPT yang cukup dan berkualitas akan meningkatkan produksi susu sapi perah. Dalam rangka peningkatan susu sapi, maka penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis pola penyediaan dan rantai pasok HPT pada peternak sapi perah di Jawa Barat, yang merupakan salah satu daerah sentra sapi perah di Indonesia. Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Bandung Barat, Bandung, Garut, Bogor, Kuningan dan Subang yang merupakan sentra sapi perah di Jawa Barat pada bulan Mei–Oktober 2022 dengan metode analisis deskriptif kualitatif. Penentuan responden menggunakan Purposive Sampling untuk peternak dan snowball sampling untuk pedagang perantara dan produsen. Metode pengambilan data menggunakan kuesioner terbuka dan wawancara langsung kepada 165 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber penyediaan HPT yang digunakan dalam rantai pasok HPT di Jawa Barat banyak berasal dari lahan sendiri, lahan hutan/DAS/lain-lain, beli dan sewa, sedangkan jenis HPT yang banyak digunakan adalah rumput gajah, rumput alam/campuran dan jerami padi. Saluran rantai pasok HPT sapi perah di Provinsi Jawa Barat berjumlah 10 saluran, dengan anggota rantai yaitu produsen HPT (produsen HPT segar, produsen HPT awetan dan produsen HPT segar dan awetan), pedagang HPT (pedagang pengumpul dan pedagang besar), dan konsumen (peternak sapi perah mikro, kecil, menengah, koperasi dan perusahaan besar).","PeriodicalId":119655,"journal":{"name":"Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan","volume":"40 2","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140487839","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2024-01-24DOI: 10.24198/jnttip.v5i4.49973
Urip Rosani, I. Hernaman
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan dedak padi dalam ransum terhadap pertambahan boot badan domba. Database dirancang berdasarkan artikel yang diterbitkan dengan melaporkan penggunaan dedak padi dalam ransum domba. Artikel dipilih secara ketat sesuai dengan protokol PRISMA. Database terdiri dari 13 artikel penelitian dengan 27 respon penggunaan dedak padi terhadap pertambahan bobot badan domba. Parameter yang diamati dari data terebut adalah level penggunaan dedak padi, jenis hijauan yang digunakan, proporsi konsentrat dan hijauan dalam ransum terhadap pertambahan bobot badan domba. Hasil ini menegaskan bahwa penggunaan dedak padi dalam konsentrat dapat meningkatkan performa domba terutama parameter pertambahan bobot badan. Penggunaan dedak padi dalam konsentrat menghasilkan kisaran pertambahan bobot badan 74,76-147,11 gram/ekor/hari. Penggunaan berbagai jenis hijauan dikombinasikan dengan konsentrat yang mengandung dedak padi menghasilkan kisaran pertambahan bobot badan 52,36-154,1 gram/ekor/hari. Perbandingan penggunaan hijauan dengan konsentrat yang mengandung dedak padi menghasilkan kisaran pertambahan bobot badan 104,57-110,04 gram/ekor/hari.
{"title":"LEVEL DEDAK PADI DALAM KONSENTRAT YANG DIKOMBINASIKAN DENGAN BERBAGAI SUMBER SERAT TERHADAP RATAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DOMBA: STUDI LITERATUR","authors":"Urip Rosani, I. Hernaman","doi":"10.24198/jnttip.v5i4.49973","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/jnttip.v5i4.49973","url":null,"abstract":"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan dedak padi dalam ransum terhadap pertambahan boot badan domba. Database dirancang berdasarkan artikel yang diterbitkan dengan melaporkan penggunaan dedak padi dalam ransum domba. Artikel dipilih secara ketat sesuai dengan protokol PRISMA. Database terdiri dari 13 artikel penelitian dengan 27 respon penggunaan dedak padi terhadap pertambahan bobot badan domba. Parameter yang diamati dari data terebut adalah level penggunaan dedak padi, jenis hijauan yang digunakan, proporsi konsentrat dan hijauan dalam ransum terhadap pertambahan bobot badan domba. Hasil ini menegaskan bahwa penggunaan dedak padi dalam konsentrat dapat meningkatkan performa domba terutama parameter pertambahan bobot badan. Penggunaan dedak padi dalam konsentrat menghasilkan kisaran pertambahan bobot badan 74,76-147,11 gram/ekor/hari. Penggunaan berbagai jenis hijauan dikombinasikan dengan konsentrat yang mengandung dedak padi menghasilkan kisaran pertambahan bobot badan 52,36-154,1 gram/ekor/hari. Perbandingan penggunaan hijauan dengan konsentrat yang mengandung dedak padi menghasilkan kisaran pertambahan bobot badan 104,57-110,04 gram/ekor/hari.","PeriodicalId":119655,"journal":{"name":"Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan","volume":"47 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140497039","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-11-11DOI: 10.24198/jnttip.v5i3.49566
Sofwan Hadi
ABSTRACT This research was conducted to evaluate the feed consumption and nutrient adequacy of bull breeds at the Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang. The study took place over a four-months, utilizing secondary data provided by the Artificial Insemination Centter (AIC) Lembang for the year 2021. The data used included number and breeds of bull, forage types , forage quality, concentrate quality, hay quality, dry matter consumption, protein consumption, and total digestible nutrients (TDN) consumption. The data were recorded monthly and accumulated to provide an average value for the one-year research period. The dry matter consumption of each feed type including both forage and concentrate, served as the basis for determining protein and TDN consumption.The Bull breeds were divided into two groups: large-type bull and small-middle-type bull. The data analysis results showed that the average dry matter consumption of forage and concentrate were 75.10% and 24.90%, respectively, for the large-type cattle and 76.49% and 23.51%, respectively, for the small-middle-type cattle. The total dry matter consumption was 1.16% of body weight for the large-type and 1.55% of body weight for the small-middle-type. The protein consumption for large-type and small-type cattle was 1760 g/head/day and 1520 g/head/day, respectively. These protein consumption values exceeded the NRC (National Research Council) standards by 32.12% and 40.29% for large-type and small-middle-type cattle, respectively. The TDN consumption for large-type and small-middle-type cattle was 7570 g/head/day and 6600 g/head/day, respectively. These TDN values were 17.05% and 26.02% higher than the NRC standards for large-type and small-middle-type cattle, respectively.The findings of this study conclude that the feed provided at the AIC Lembang exceeds the nutrient requirements of both types of male cattle.
{"title":"Evaluation of Feed Consumption and Nutrient Adequacy of Different Breed Bulls at Artificial Insemination Centre – Lembang","authors":"Sofwan Hadi","doi":"10.24198/jnttip.v5i3.49566","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/jnttip.v5i3.49566","url":null,"abstract":"ABSTRACT This research was conducted to evaluate the feed consumption and nutrient adequacy of bull breeds at the Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang. The study took place over a four-months, utilizing secondary data provided by the Artificial Insemination Centter (AIC) Lembang for the year 2021. The data used included number and breeds of bull, forage types , forage quality, concentrate quality, hay quality, dry matter consumption, protein consumption, and total digestible nutrients (TDN) consumption. The data were recorded monthly and accumulated to provide an average value for the one-year research period. The dry matter consumption of each feed type including both forage and concentrate, served as the basis for determining protein and TDN consumption.The Bull breeds were divided into two groups: large-type bull and small-middle-type bull. The data analysis results showed that the average dry matter consumption of forage and concentrate were 75.10% and 24.90%, respectively, for the large-type cattle and 76.49% and 23.51%, respectively, for the small-middle-type cattle. The total dry matter consumption was 1.16% of body weight for the large-type and 1.55% of body weight for the small-middle-type. The protein consumption for large-type and small-type cattle was 1760 g/head/day and 1520 g/head/day, respectively. These protein consumption values exceeded the NRC (National Research Council) standards by 32.12% and 40.29% for large-type and small-middle-type cattle, respectively. The TDN consumption for large-type and small-middle-type cattle was 7570 g/head/day and 6600 g/head/day, respectively. These TDN values were 17.05% and 26.02% higher than the NRC standards for large-type and small-middle-type cattle, respectively.The findings of this study conclude that the feed provided at the AIC Lembang exceeds the nutrient requirements of both types of male cattle.","PeriodicalId":119655,"journal":{"name":"Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan","volume":"4 2","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139279680","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-11-11DOI: 10.24198/jnttip.v5i3.48892
Mohamad Haris Septian
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji nilai kecernaan bahan kering (KcBK), nilai kecernaan bahan organik (KcBO), dan nilai pH rumen yang diuji secara in vitro dalam fermentasi anaerob kulit singkong dengan biostarter Mikroorganisme Lokal (MOL) dari media pertumbuhan yang berbeda. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan meliputi P0 (1 kg kulit singkong + 1% EM4 + 3% molases), P1 (1 kg kulit singkong + 1% MOL1 + 3% molases), P2 (1 kg kulit singkong + 1% MOL2 + 3% molases), P3 (1 kg kulit singkong + 1% MOL3 + 3% molases). Data dianalisis menggunakan analylis of variance (ANOVA). Fermentasi anaerob kulit singkong dengan penambahan berbagai biostarter MOL memberikan hasil yang berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap nilai KcBK, nilai KcBO dan nilai pH cairan rumen secara in vitro. Nilai rerata pada P0, P1, P2, dan P3 masing-masing untuk KcBK adalah 60,38%; 59,43%; 54,94%; 54,41%; untuk KcBO adalah 64,03%; 63,23%; 58,78%; 58,69%; dan untuk pH cairan rumen adalah 6,71; 6,62; 6,58; 6,63. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa penggunakan berbagai biostarter MOL dapat digunakan untuk menggantikan biostarter komersil EM4 dalam proses fermentasi kulit singkong. Kata kunci: fermentasi kulit singkong, MOL ABSTRACT The study aims to identify the Digestibility of Dry Matter (KcBK), Organic Matter Digestibility (KcBO) values, and rumen pH values tested in vitro in anaerobic fermentation of cassava peels with Indigenous Microorganisms (MOL) biostarter from different growth media. This study used a completely randomized design with 4 treatments and 5 replications including P0 (1 kg of cassava peel + 1% EM4 + 3% molasses), P1 (1 kg of cassava peel + 1% IMO1 + 3% molasses), P2 (1 kg of cassava peel + 1% IMO2 + 3% molasses), P3 (1 kg of cassava peel + 1% IMO3 + 3% molasses). The data were analyzed using analysis of variance (ANOVA). Anaerobic fermentation of cassava peels with the addition of various IMO biostarters gave not significantly different results (P>0.05) on KcBK values, KcBO values, and rumen fluid pH values in vitro. The average scores at P0, P1, P2, and P3 for KcBK were 60.38%; 59.43%; 54.94%; 54.41%; for KcBO were 64.03%; 63.23%; 58.78%; 58.69%; and for rumen fluid pH were 6.71; 6.62; 6.58; 6,63. The results of the study concluded that the use of various IMO biostarters can be used to replace the commercial EM4 biostarter in the cassava peel fermentation process. Keywords: cassava peel fermentation, IMO
{"title":"PENGARUH PERBEDAAN MEDIA PERTUMBUHAN MIKROORGANISME LOKAL SEBAGAI INOKULAN DALAM FERMENTASI KULIT SINGKONG TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING, KECERNAAN BAHAN ORGANIK, DAN pH RUMEN SECARA IN VITRO","authors":"Mohamad Haris Septian","doi":"10.24198/jnttip.v5i3.48892","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/jnttip.v5i3.48892","url":null,"abstract":"ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji nilai kecernaan bahan kering (KcBK), nilai kecernaan bahan organik (KcBO), dan nilai pH rumen yang diuji secara in vitro dalam fermentasi anaerob kulit singkong dengan biostarter Mikroorganisme Lokal (MOL) dari media pertumbuhan yang berbeda. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan meliputi P0 (1 kg kulit singkong + 1% EM4 + 3% molases), P1 (1 kg kulit singkong + 1% MOL1 + 3% molases), P2 (1 kg kulit singkong + 1% MOL2 + 3% molases), P3 (1 kg kulit singkong + 1% MOL3 + 3% molases). Data dianalisis menggunakan analylis of variance (ANOVA). Fermentasi anaerob kulit singkong dengan penambahan berbagai biostarter MOL memberikan hasil yang berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap nilai KcBK, nilai KcBO dan nilai pH cairan rumen secara in vitro. Nilai rerata pada P0, P1, P2, dan P3 masing-masing untuk KcBK adalah 60,38%; 59,43%; 54,94%; 54,41%; untuk KcBO adalah 64,03%; 63,23%; 58,78%; 58,69%; dan untuk pH cairan rumen adalah 6,71; 6,62; 6,58; 6,63. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa penggunakan berbagai biostarter MOL dapat digunakan untuk menggantikan biostarter komersil EM4 dalam proses fermentasi kulit singkong. Kata kunci: fermentasi kulit singkong, MOL ABSTRACT The study aims to identify the Digestibility of Dry Matter (KcBK), Organic Matter Digestibility (KcBO) values, and rumen pH values tested in vitro in anaerobic fermentation of cassava peels with Indigenous Microorganisms (MOL) biostarter from different growth media. This study used a completely randomized design with 4 treatments and 5 replications including P0 (1 kg of cassava peel + 1% EM4 + 3% molasses), P1 (1 kg of cassava peel + 1% IMO1 + 3% molasses), P2 (1 kg of cassava peel + 1% IMO2 + 3% molasses), P3 (1 kg of cassava peel + 1% IMO3 + 3% molasses). The data were analyzed using analysis of variance (ANOVA). Anaerobic fermentation of cassava peels with the addition of various IMO biostarters gave not significantly different results (P>0.05) on KcBK values, KcBO values, and rumen fluid pH values in vitro. The average scores at P0, P1, P2, and P3 for KcBK were 60.38%; 59.43%; 54.94%; 54.41%; for KcBO were 64.03%; 63.23%; 58.78%; 58.69%; and for rumen fluid pH were 6.71; 6.62; 6.58; 6,63. The results of the study concluded that the use of various IMO biostarters can be used to replace the commercial EM4 biostarter in the cassava peel fermentation process. Keywords: cassava peel fermentation, IMO","PeriodicalId":119655,"journal":{"name":"Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan","volume":"20 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139279742","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-11-11DOI: 10.24198/jnttip.v5i3.49792
Tri Wahyuni, Neni Prestiani, Denny Rusmana, Abun Hasbuna
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis inokulum dan lama fermentasi oleh Bacillus subtilis yang menghasilkan kandungan nutrien tepung bulu ayam terbaik. Penelitian menggunakan metode eksperimental dengan rancangan acak lengkap (RAL) pola tersarang. Terdiri dari faktor A yaitu dosis inokulum dan faktor B yaitu lama fermentasi. Perlakuan terdiri atas dosis inokulum Bacillus subtilis (D1: 2,5%, D2: 5%, dan D3: 7,5% v/b tepung bulu ayam) dan lama fermentasi (L1: 1 hari, L2: 3 hari dan L3: 5 hari) dengan 3 kali ulangan. Data hasil penelitian diuji menggunakan metode sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji jarak berganda duncan. Hasil penelitian menunjukkan dosis inokulum dan lama fermentasi tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan bahan organik tepung bulu ayam, namun berpengaruh nyata terhadap kandungan protein kasar, serat kasar dan lemak kasar tepung bulu ayam. Dosis inokulum Bacillus subtilis 5% dan lama fermentasi 3 hari menghasilkan kandungan bahan organik dan protein kasar terbaik yaitu 98,17% dan 85,23% (D2L2). Kemudian, dosis inokulum Bacillus subtilis 5% dan lama fermentasi 5 hari menghasilkan kandungan serat kasar terbaik yaitu 0,33% (D2L3), serta dosis inokulum Bacillus subtilis 7,5% dan lama fermentasi 5 hari menghasilkan kandungan lemak kasar terbaik yaitu 8,75% (D3L3).
{"title":"Pengaruh Dosis Inokulum dan Lama Fermentasi oleh Bacillus subtilis Terhadap Kandungan Nutrien Tepung Bulu Ayam","authors":"Tri Wahyuni, Neni Prestiani, Denny Rusmana, Abun Hasbuna","doi":"10.24198/jnttip.v5i3.49792","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/jnttip.v5i3.49792","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis inokulum dan lama fermentasi oleh Bacillus subtilis yang menghasilkan kandungan nutrien tepung bulu ayam terbaik. Penelitian menggunakan metode eksperimental dengan rancangan acak lengkap (RAL) pola tersarang. Terdiri dari faktor A yaitu dosis inokulum dan faktor B yaitu lama fermentasi. Perlakuan terdiri atas dosis inokulum Bacillus subtilis (D1: 2,5%, D2: 5%, dan D3: 7,5% v/b tepung bulu ayam) dan lama fermentasi (L1: 1 hari, L2: 3 hari dan L3: 5 hari) dengan 3 kali ulangan. Data hasil penelitian diuji menggunakan metode sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji jarak berganda duncan. Hasil penelitian menunjukkan dosis inokulum dan lama fermentasi tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan bahan organik tepung bulu ayam, namun berpengaruh nyata terhadap kandungan protein kasar, serat kasar dan lemak kasar tepung bulu ayam. Dosis inokulum Bacillus subtilis 5% dan lama fermentasi 3 hari menghasilkan kandungan bahan organik dan protein kasar terbaik yaitu 98,17% dan 85,23% (D2L2). Kemudian, dosis inokulum Bacillus subtilis 5% dan lama fermentasi 5 hari menghasilkan kandungan serat kasar terbaik yaitu 0,33% (D2L3), serta dosis inokulum Bacillus subtilis 7,5% dan lama fermentasi 5 hari menghasilkan kandungan lemak kasar terbaik yaitu 8,75% (D3L3).","PeriodicalId":119655,"journal":{"name":"Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan","volume":"95 6","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139279814","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-11-11DOI: 10.24198/jnttip.v5i3.49868
D. Dayat, A. Jayanegara, H. Sukria
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian kualitas pakan ayam broiler dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) sebagai upaya untuk meningkatkan dan memastikan kualitas broiler. Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga kualitas dan keamanan pakan yang tersedia di Indonesia. Penelitian ini berfokus pada kriteria SNI untuk pakan ayam broiler, khususnya SNI 8173-1:2022 untuk fase pra-starter, SNI 8173-2:2022 untuk fase starter, dan SNI 8173-3:2022 untuk fase finisher. Dengan menggunakan data sekunder dari pengujian pakan yang dilakukan di tiga laboratorium, penelitian ini mengkaji parameter-parameter termasuk kadar air, abu, lemak kasar, serat kasar, protein kasar, kalsium, fosfor, aflatoksin, lisin, dan metionin. Analisis kesesuaian parameter-parameter ini dengan standar SNI dilakukan berdasarkan wilayah produsen pakan dan laboratorium pengujian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil analisis untuk setiap parameter uji sesuai dengan SNI. Namun, ada parameter uji dengan sampel yang tidak sesuai dengan SNI, yang mencakup proporsi tertinggi (10% dari total sampel). Parameter-parameter ini adalah metionin dan lisin. Ketika dikategorikan berdasarkan wilayah produsen, beberapa parameter uji menunjukkan tingkat ketidaksesuaian melebihi 10% dari total sampel dalam wilayah masing-masing. Secara khusus, parameter-parameter ini mencakup protein kasar asal finisher dari Sulawesi Selatan, lemak kasar pra-starter dari Lampung, serat kasar pra-starter dari Kalimantan, kalsium finisher dari Jawa Timur, aflatoksin starter dari Jawa Timur, lisin starter dari Sumatera Barat, dan metionin pra-starter dari Kalimantan. Selain itu, evaluasi berdasarkan laboratorium pengujian menunjukkan bahwa beberapa parameter uji tertentu memiliki tingkat ketidaksesuaian melebihi 10% dari total sampel laboratorium. Parameter-parameter ini mencakup kalsium finisher, lisin starter, dan metionin finisher.
{"title":"EVALUASI KUALITAS PAKAN AYAM RAS PEDAGING (BROILER) YANG BEREDAR TERHADAP PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA","authors":"D. Dayat, A. Jayanegara, H. Sukria","doi":"10.24198/jnttip.v5i3.49868","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/jnttip.v5i3.49868","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian kualitas pakan ayam broiler dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) sebagai upaya untuk meningkatkan dan memastikan kualitas broiler. Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga kualitas dan keamanan pakan yang tersedia di Indonesia. Penelitian ini berfokus pada kriteria SNI untuk pakan ayam broiler, khususnya SNI 8173-1:2022 untuk fase pra-starter, SNI 8173-2:2022 untuk fase starter, dan SNI 8173-3:2022 untuk fase finisher. Dengan menggunakan data sekunder dari pengujian pakan yang dilakukan di tiga laboratorium, penelitian ini mengkaji parameter-parameter termasuk kadar air, abu, lemak kasar, serat kasar, protein kasar, kalsium, fosfor, aflatoksin, lisin, dan metionin. Analisis kesesuaian parameter-parameter ini dengan standar SNI dilakukan berdasarkan wilayah produsen pakan dan laboratorium pengujian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil analisis untuk setiap parameter uji sesuai dengan SNI. Namun, ada parameter uji dengan sampel yang tidak sesuai dengan SNI, yang mencakup proporsi tertinggi (10% dari total sampel). Parameter-parameter ini adalah metionin dan lisin. Ketika dikategorikan berdasarkan wilayah produsen, beberapa parameter uji menunjukkan tingkat ketidaksesuaian melebihi 10% dari total sampel dalam wilayah masing-masing. Secara khusus, parameter-parameter ini mencakup protein kasar asal finisher dari Sulawesi Selatan, lemak kasar pra-starter dari Lampung, serat kasar pra-starter dari Kalimantan, kalsium finisher dari Jawa Timur, aflatoksin starter dari Jawa Timur, lisin starter dari Sumatera Barat, dan metionin pra-starter dari Kalimantan. Selain itu, evaluasi berdasarkan laboratorium pengujian menunjukkan bahwa beberapa parameter uji tertentu memiliki tingkat ketidaksesuaian melebihi 10% dari total sampel laboratorium. Parameter-parameter ini mencakup kalsium finisher, lisin starter, dan metionin finisher.","PeriodicalId":119655,"journal":{"name":"Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139279774","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-11-11DOI: 10.24198/jnttip.v5i3.50155
Montesqrit Montesqrit
Studi ini mengevaluasi dampak penambahan bahan sumber omega 3 pada media pertumbuhan larva Black Soldier Fly (Hermetia illucens) terhadap produksi larva BSF, kandungan nutrisi dan bilangan iod tepung maggot. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 5 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan bahan sumber omega 3 pada media pertumbuhan larva BSF memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap produksi larva BSF, kandungan lemak kasar dan bilangan iod tepung maggot, namun tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kandungan bahan kering dan protein kasar tepung maggot. Kandungan lemak kasar tepung maggot lebih tinggi pada media pertumbuhan dengan tambahan krokot dan minyak ikan, namun bilangan iod sangat signifikan tinggi pada tepung maggot yang dihasilkan dengan media pertumbuhan dengan penambahan tanaman krokot. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penambahan tanaman krokot sebagai sumber omega 3 pada media pertumbuhan larva BSF memberikan pengaruh terbaik terhadap produksi dan kandungan nutrisi maggot BSF.
{"title":"MEDIA TUMBUH LARVA BLACK SOLDIER FLY DENGAN PENAMBAHAN SUMBER OMEGA 3 DAPAT MENINGKATKAN PRODUKSI MAGGOT, KANDUNGAN NUTRISI, DAN BILANGAN IOD TEPUNG MAGGOT","authors":"Montesqrit Montesqrit","doi":"10.24198/jnttip.v5i3.50155","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/jnttip.v5i3.50155","url":null,"abstract":"Studi ini mengevaluasi dampak penambahan bahan sumber omega 3 pada media pertumbuhan larva Black Soldier Fly (Hermetia illucens) terhadap produksi larva BSF, kandungan nutrisi dan bilangan iod tepung maggot. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 5 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan bahan sumber omega 3 pada media pertumbuhan larva BSF memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap produksi larva BSF, kandungan lemak kasar dan bilangan iod tepung maggot, namun tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kandungan bahan kering dan protein kasar tepung maggot. Kandungan lemak kasar tepung maggot lebih tinggi pada media pertumbuhan dengan tambahan krokot dan minyak ikan, namun bilangan iod sangat signifikan tinggi pada tepung maggot yang dihasilkan dengan media pertumbuhan dengan penambahan tanaman krokot. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penambahan tanaman krokot sebagai sumber omega 3 pada media pertumbuhan larva BSF memberikan pengaruh terbaik terhadap produksi dan kandungan nutrisi maggot BSF.","PeriodicalId":119655,"journal":{"name":"Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan","volume":"23 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139279973","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-08-14DOI: 10.24198/jnttip.v5i2.47880
I. Susilawati, Lizah Khairani
The objectives of this research was to find effect of irradiation methods on the production of biomass fresh weight, leaf and root dry weight on combination of mung bean and corn with hydroponic system. This research was design with experimental method using Completely Randomized Design with 2 treatmens and 9 replications. The observed of P1 = irradiation method with the sunlight for 12 hours and P2 = irradiation method with LED grow light 7. watt for 16 hours. Parameters observed were biomass fresh weight, leaf and root dry weight Data were analyzed using of two samples Independent T-tes. The result showed that biomass fresh weight and leaf dry weight of irradiation with LED higher than irradiation with the sunlight, the average’s 3155,844 g/m2, and 55,14 g/m2, but no significant effect on dry weight of root.
{"title":"The Effect of Irradiation Methods on Biomass Yield on Mix of Corn (zea mays) and Mung Bean (Vigna radiata) with Hydroponic system","authors":"I. Susilawati, Lizah Khairani","doi":"10.24198/jnttip.v5i2.47880","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/jnttip.v5i2.47880","url":null,"abstract":"The objectives of this research was to find effect of irradiation methods on the production of biomass fresh weight, leaf and root dry weight on combination of mung bean and corn with hydroponic system. This research was design with experimental method using Completely Randomized Design with 2 treatmens and 9 replications. The observed of P1 = irradiation method with the sunlight for 12 hours and P2 = irradiation method with LED grow light 7. watt for 16 hours. Parameters observed were biomass fresh weight, leaf and root dry weight Data were analyzed using of two samples Independent T-tes. The result showed that biomass fresh weight and leaf dry weight of irradiation with LED higher than irradiation with the sunlight, the average’s 3155,844 g/m2, and 55,14 g/m2, but no significant effect on dry weight of root.","PeriodicalId":119655,"journal":{"name":"Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan","volume":"25 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139350691","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}