ABSTRAK Latar Belakang : Tindakan sectio caesarean dapat menimbulkan masalah yang cukup kompleks baik secara fisik, psikologis, sosial, dan juga spiritual. Dampak fisik atau fisiologis yang sering muncul dan dirasakan oleh pasien post sectio caesarea adalah rasa nyeri akibat adanya insisi jaringan yang mengakibatkan kontinuitas jaringan terputus. Nyeri dapat diatasi menggunakan metode farmakologis dan non-farmakologis. Salah satu metode non-farmakologis yang dapat dilakukan adalah teknik Benson Relaxation. Tujuan : Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh teknik benson relaxation terhadap intensitas nyeri pada Ibu post sectio caesarean di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. M. Rabain Muara Enim tahun 2020. Metode Penelitian : Penelitan ini merupakan penelitian quasi eks perimen menggunakan non equaivalent control group design. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, Sampel penelitian yakni Ibu post sectio caesarea hari pertama di RSUD Dr. H. M. Rabain Muara Enim yang memenuhi kriteria inklusi berjumlah 34 orang. Analisis data menggunakan uji statistik Mann-Whitney. Hasil penelitian : Uji Mann-Whitney didapatkan ρ value sebesar 0,000 (ρ value ≤ 0,05), yang berarti ada pengaruh teknik benson relaxation terhadap intensitas nyeri pada Ibu post sectio caesarean di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. M. Rabain Muara Enim, 2020. ABSTRACT Background : Sectio caesarean made quiet problems. The pain after Caesarean section are caused by tissue incision resulting discontinuity of tissue. Recently many methods being developed to address the problem of pain in clients with severe post Caesarean section, either by pharmacological approaches and non pharmacological. One way non pharmacological suitable to reduce pain intensity Clients post Caesarean section is Benson’s relaxation. Benson relaxation is a non pharmacological action that can reduce post-SC pain. Objective : this study was being done in order to know the effect of Benson Relaxation technique on pain intensity in post section caesarea women at Dr. H. M. Rabain Muara Enim hospital in 2020. Methods : This study was a quasy experimental that used non equaivalent control group design. The sample were taken by using purposive sampling method. The sample of this research were 34 post sectio caesarea women in first day at Dr. H. M. Rabain Muara Enim hospital that met inclusion criteria. Statistical analysis test used Mann-Whitney. Results : By using Mann-Whitney test obtained the significancy ρ value = 0,000 which meant there was a significant difference on intensity pain among post sectio caesarea women at Dr. H. M. Rabain Muara Enim hospital.
抽象的背景:凯撒性行为会在身体上、心理上、社会上和精神上造成相当复杂的问题。剖腹产后患者频繁出现和感觉到的身体或生理影响是组织内的疼痛,导致组织的闭合继续。用药理学和非药理学方法治疗疼痛。本森放松技术是一种非药理学方法。目标:本研究旨在确定2020年本森缓解慢性疼痛产妇sectio caesarean技术对sectio caesarean产妇疼痛强度的影响。研究方法:这项研究是一个使用非平等控制集团设计的前perimen案例研究。抽样技术采用了采样技术,这是h.m.雷贝恩河口符合纳入标准的第一天《产前凯撒》的研究样本,共有34人。根据惠特尼的统计数据分析。试验研究的结果:ρ价值高达万(ρMann-Whitney得到价值≤0。05),意味着有影响力的技术对疼痛强度的本森relaxation妈妈邮报sectio caesarean在公立医院H . M . Rabain博士是河口地区,2020年。模糊的背景:Sectio caesarean有问题。剖腹产后的疼痛是由组织内不断再生的组织引起的。最近,许多方法已经发展到将疼痛问题与某些后剖腹产相关,无论是通过制药和非制药公司。以一种非制药学的方式减少后剖腹产的疼痛强度。Benson relaxation是一种非制药学行为,可以减少sc疼痛。目标:这项研究是根据2020年本森妇女放松技术对《华盛顿妇女科》(post of Benson Relaxation technique)后本森相对痛苦技术的效果而进行的。这个研究是一种实验,它被用于非平等控制组设计。样本是用采样方法来取的。这项研究的样本是第一天在恩布恩博士恩利姆浸渍石医院的第34个sectio caesarea妇女。统计分析测试-惠特尼。Results:用Mann-Whitney测试获得由《significancyρ价值=万,这应该是个浓厚,画上有强度的痛苦》post sectio caesarea women at H . M . Rabain河口博士是医院。
{"title":"PENGARUH TEKNIK BENSON RELAXATION TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA IBU POST SECTIO CAESAREA DI RSUD Dr. H.M. RABAIN MUARA ENIM","authors":"Nesi Novita, Heni Sumastri, Marinisa Nindita Sari","doi":"10.36086/jpp.v17i1.1160","DOIUrl":"https://doi.org/10.36086/jpp.v17i1.1160","url":null,"abstract":"ABSTRAK \u0000Latar Belakang : Tindakan sectio caesarean dapat menimbulkan masalah yang cukup kompleks baik secara fisik, psikologis, sosial, dan juga spiritual. Dampak fisik atau fisiologis yang sering muncul dan dirasakan oleh pasien post sectio caesarea adalah rasa nyeri akibat adanya insisi jaringan yang mengakibatkan kontinuitas jaringan terputus. Nyeri dapat diatasi menggunakan metode farmakologis dan non-farmakologis. Salah satu metode non-farmakologis yang dapat dilakukan adalah teknik Benson Relaxation. Tujuan : Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh teknik benson relaxation terhadap intensitas nyeri pada Ibu post sectio caesarean di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. M. Rabain Muara Enim tahun 2020. \u0000Metode Penelitian : Penelitan ini merupakan penelitian quasi eks perimen menggunakan non equaivalent control group design. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, Sampel penelitian yakni Ibu post sectio caesarea hari pertama di RSUD Dr. H. M. Rabain Muara Enim yang memenuhi kriteria inklusi berjumlah 34 orang. Analisis data menggunakan uji statistik Mann-Whitney. \u0000Hasil penelitian : Uji Mann-Whitney didapatkan ρ value sebesar 0,000 (ρ value ≤ 0,05), yang berarti ada pengaruh teknik benson relaxation terhadap intensitas nyeri pada Ibu post sectio caesarean di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. M. Rabain Muara Enim, 2020. \u0000 \u0000ABSTRACT \u0000Background : Sectio caesarean made quiet problems. The pain after Caesarean section are caused by tissue incision resulting discontinuity of tissue. Recently many methods being developed to address the problem of pain in clients with severe post Caesarean section, either by pharmacological approaches and non pharmacological. One way non pharmacological suitable to reduce pain intensity Clients post Caesarean section is Benson’s relaxation. Benson relaxation is a non pharmacological action that can reduce post-SC pain. Objective : this study was being done in order to know the effect of Benson Relaxation technique on pain intensity in post section caesarea women at Dr. H. M. Rabain Muara Enim hospital in 2020. \u0000Methods : This study was a quasy experimental that used non equaivalent control group design. The sample were taken by using purposive sampling method. The sample of this research were 34 post sectio caesarea women in first day at Dr. H. M. Rabain Muara Enim hospital that met inclusion criteria. Statistical analysis test used Mann-Whitney. \u0000Results : By using Mann-Whitney test obtained the significancy ρ value = 0,000 which meant there was a significant difference on intensity pain among post sectio caesarea women at Dr. H. M. Rabain Muara Enim hospital.","PeriodicalId":120817,"journal":{"name":"JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang)","volume":"10 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132884286","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
I. G. Y. Paramadiva, I. A. A. Suadnyana, I. G. N. Mayun
Latar Belakang: Gangguan tidur merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi pada lansia. Waktu tidur yang kurang dari tujuh jam menyebabkan gangguan mood dan fungsi kognitif, hal ini mengganggu proses konsolidasi dan pemulihan memori. Tidur diperlukan untuk konsolidasi memori dan fungsi otak normal. Pada lansia, kurang tidur dalam jangka panjang menjadi salah satu penyebab gangguan kognitif di area otak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kualitas tidur dengan fungsi kognitif pada lansia di Kelompok Lansia Dharma Sentana. Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan studi cross-sectional dengan metode non probability sampling dengan responden sebanyak 50 orang lansia yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian ini menggunakan metode pengukuran kualitas tidur menggunakan kuesioner PSQI dan pengukuran fungsi kognitif menggunakan kuesioner MMSE. Data yang diperoleh dianalisis dengan perangkat lunak komputer SPSS dengan menggunakan uji somers’d. Hasil: Menunjukkan bahwa di kelompok lansia Dharma Sentana yang berumur 60-90 tahun didapatkan responden dengan kualitas tidur baik pada kategori fungsi kognitif yang normal sebanyak 24 orang, responden yang kualitas tidurnya ringan pada kategori probable gangguan kognitif sebanyak 13 orang, dan responden yang kualitas tidurnya sedang kategori definite gangguan kognitif sebanyak 1 orang. Kesimpulan: Didapatkan hasil p sebesar 0,000, (p<0,05) ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas tidur dengan fungsi kognitif pada lansia di Kelompok Lansia Dharma Sentana.
{"title":"HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA KELOMPOK LANSIA","authors":"I. G. Y. Paramadiva, I. A. A. Suadnyana, I. G. N. Mayun","doi":"10.36086/jpp.v17i1.1158","DOIUrl":"https://doi.org/10.36086/jpp.v17i1.1158","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Gangguan tidur merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi pada lansia. Waktu tidur yang kurang dari tujuh jam menyebabkan gangguan mood dan fungsi kognitif, hal ini mengganggu proses konsolidasi dan pemulihan memori. Tidur diperlukan untuk konsolidasi memori dan fungsi otak normal. Pada lansia, kurang tidur dalam jangka panjang menjadi salah satu penyebab gangguan kognitif di area otak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kualitas tidur dengan fungsi kognitif pada lansia di Kelompok Lansia Dharma Sentana. \u0000Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan studi cross-sectional dengan metode non probability sampling dengan responden sebanyak 50 orang lansia yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian ini menggunakan metode pengukuran kualitas tidur menggunakan kuesioner PSQI dan pengukuran fungsi kognitif menggunakan kuesioner MMSE. Data yang diperoleh dianalisis dengan perangkat lunak komputer SPSS dengan menggunakan uji somers’d. \u0000Hasil: Menunjukkan bahwa di kelompok lansia Dharma Sentana yang berumur 60-90 tahun didapatkan responden dengan kualitas tidur baik pada kategori fungsi kognitif yang normal sebanyak 24 orang, responden yang kualitas tidurnya ringan pada kategori probable gangguan kognitif sebanyak 13 orang, dan responden yang kualitas tidurnya sedang kategori definite gangguan kognitif sebanyak 1 orang. \u0000Kesimpulan: Didapatkan hasil p sebesar 0,000, (p<0,05) ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas tidur dengan fungsi kognitif pada lansia di Kelompok Lansia Dharma Sentana.","PeriodicalId":120817,"journal":{"name":"JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang)","volume":"25 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125115238","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Background: Obesity is one of the diseases that experience an increase in prevalence every year. Diet arrangements low in energy and high in fiber can be done by obese people can carry out their diet. Goal : Make salviza instant cereal formula to be a good high fiber cereal drink for obese teens Method: This study is an experimental study using a non factorial RandomIzed Design (RAL) with 4 treatments. The study subjects were 25 organoleptic test panelists. Results : Based on the results of organoleptic test research (taste, texture, aroma and color) showed the preferred instant cereal salviza received is F3 with an average total receiving capacity of 16.56. The formula contains energy of 442.94 kcal (per 100 grams), protein 14.63%, fat 14.06%, carbohydrates 64.47%, water content of 3.83% and food fiber 9.84%. From the results of the analysis, the water content has not met the standards and fiber content of food is classified as high / rich. Conclusion : Based on the results of the study can be concluded that the addition of bran, chia seeds and green bean flour in instant cereals salviza can be used as an altefnative drink that is high in fiber to combat adolescent obesity. Keywords: Rice bran, chia seeds, green bean, organoleptic test, obesity
{"title":"DAYA TERIMA DAN UJI PROKSIMAT SEREAL INSTAN SALVIZA DENGAN BAHAN DASAR BEKATUL, BIJI CHIA DAN TEPUNG KACANG HIJAU SEBAGAI MINUMAN ALTERNATIF PENANGGULANGAN OBESITAS REMAJA","authors":"Alya Rahma Septiani, Susyani Susyani, Imelda Telisa","doi":"10.36086/jpp.v17i1.1167","DOIUrl":"https://doi.org/10.36086/jpp.v17i1.1167","url":null,"abstract":"Background: Obesity is one of the diseases that experience an increase in prevalence every year. Diet arrangements low in energy and high in fiber can be done by obese people can carry out their diet. \u0000Goal : Make salviza instant cereal formula to be a good high fiber cereal drink for obese teens \u0000Method: This study is an experimental study using a non factorial RandomIzed Design (RAL) with 4 treatments. The study subjects were 25 organoleptic test panelists. \u0000Results : Based on the results of organoleptic test research (taste, texture, aroma and color) showed the preferred instant cereal salviza received is F3 with an average total receiving capacity of 16.56. The formula contains energy of 442.94 kcal (per 100 grams), protein 14.63%, fat 14.06%, carbohydrates 64.47%, water content of 3.83% and food fiber 9.84%. From the results of the analysis, the water content has not met the standards and fiber content of food is classified as high / rich. \u0000Conclusion : Based on the results of the study can be concluded that the addition of bran, chia seeds and green bean flour in instant cereals salviza can be used as an altefnative drink that is high in fiber to combat adolescent obesity. \u0000Keywords: Rice bran, chia seeds, green bean, organoleptic test, obesity","PeriodicalId":120817,"journal":{"name":"JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang)","volume":"6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125365657","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Dahliyah Hayati, Athur Bayunata, Muhammad Ihsan Tarmizi
Latar Belakang: Berdasarkan Kepmenaker Nomor 463/MEN/1993 yang mengatur mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) karyawan dan Undang-udang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dimana tertulis bahwa perusahaan wajib melakukan upaya untuk menjamin semua pekerja dan orang lainnya yang berada di tempat kerja ataupun di perusahaan agar selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap sumber produksi yang berkaitan dengan mesin, peralatan, landasan tempat kerja dan lingkungan tempat kerja digunakan dengan efektif dan efisiensi. Bahan berbahaya dan beracun (B3) memerlukan perlakuan khusus dalam penyimpanannya agar tidak menimbulkan bahaya, baik bagi perusahaan maupun bagi para pekerja dan lingkungan di sekitarnya. Lean management merupakan sebagai salah satu metode yang bisa digunakan untuk memberikan solusi dalam penggunaan gudang terutama dalam penyimpanan B3 dengan aman, efektif dan efisien. Metode: Lean Management, HIRADC, VSM, peraturan pemerintah dan undang-undang. Hasil: Dari studi ini didapatkan hasil berupa usulan perangkat penilaian yang dapat digunakan dalam mengimplementasikan lean management beserta tahap demi tahap yang bisa digunakan oleh perusahaan guna memastikan bahan B3 disimpan dengan aman, efektif dan efisien. Kesimpulan: Dari studi ini dapat disimpulkan bahwa penerapan lean management akan sangat efektif dilakukan dengan menggunakan Value Stream Map (VSM) dan HIRADC terutama untuk bahan berbahaya dan beracun. Dengan kombinasi ini perbaikan dan peningkatan dalam proses rantai pasok bahan B3 dapat dilakukan secara aman, efektif dan efisien. Kata kunci : Lean Management, B3, rantai pasok.
{"title":"PENERAPAN LEAN MANAGEMENT PADA PROSES RANTAI PASOK BARANG BERBAHAYA DAN BERACUN BAGI MANUSIA DI INDUSTRI ELEKTRONIKA","authors":"Dahliyah Hayati, Athur Bayunata, Muhammad Ihsan Tarmizi","doi":"10.36086/jpp.v17i1.1228","DOIUrl":"https://doi.org/10.36086/jpp.v17i1.1228","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Berdasarkan Kepmenaker Nomor 463/MEN/1993 yang mengatur mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) karyawan dan Undang-udang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dimana tertulis bahwa perusahaan wajib melakukan upaya untuk menjamin semua pekerja dan orang lainnya yang berada di tempat kerja ataupun di perusahaan agar selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap sumber produksi yang berkaitan dengan mesin, peralatan, landasan tempat kerja dan lingkungan tempat kerja digunakan dengan efektif dan efisiensi. Bahan berbahaya dan beracun (B3) memerlukan perlakuan khusus dalam penyimpanannya agar tidak menimbulkan bahaya, baik bagi perusahaan maupun bagi para pekerja dan lingkungan di sekitarnya. Lean management merupakan sebagai salah satu metode yang bisa digunakan untuk memberikan solusi dalam penggunaan gudang terutama dalam penyimpanan B3 dengan aman, efektif dan efisien. \u0000Metode: Lean Management, HIRADC, VSM, peraturan pemerintah dan undang-undang. \u0000Hasil: Dari studi ini didapatkan hasil berupa usulan perangkat penilaian yang dapat digunakan dalam mengimplementasikan lean management beserta tahap demi tahap yang bisa digunakan oleh perusahaan guna memastikan bahan B3 disimpan dengan aman, efektif dan efisien. \u0000Kesimpulan: Dari studi ini dapat disimpulkan bahwa penerapan lean management akan sangat efektif dilakukan dengan menggunakan Value Stream Map (VSM) dan HIRADC terutama untuk bahan berbahaya dan beracun. Dengan kombinasi ini perbaikan dan peningkatan dalam proses rantai pasok bahan B3 dapat dilakukan secara aman, efektif dan efisien. \u0000Kata kunci : Lean Management, B3, rantai pasok.","PeriodicalId":120817,"journal":{"name":"JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang)","volume":"19 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116895802","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang: Kalsium adalah mineral yang paling berlimpah dalam tubuh, 99% terletak pada kerangka yaitu tulang dan gigi. Kandungan kalsium dalam cangkang telur ayam ras adalah sebesar 6,41%. Tekwan merupakan makanan khas yang berasal dari Kota Palembang. Tekwan terbuat dari daging ikan giling, tepung tapioka, air, dan garam yang dicampur menjadi satu adonan dan dibentuk kecil-kecil, tekwan sangat digemari semua kalangan baik dari anak-anak, remaja, orang dewasa. Metode: Penelitian yang digunakan adalah eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial dengan 4 kali perlakuan F0 (0%), F1 (1,5%), F2 (2%) dan F3 (3%). Subjek penelitian uji organoleptik sebanyak 30 orang panelis. Hasil: Berdasarkan hasil penelitian uji organoleptik (warna, aroma, rasa, tekstur, dan mouthfeel) menunjukan bahwa daya terima tekwan bubuk cangkang telur ayam ras yang disukai adalah F1 (1,5%) dengan energi 85,96 Kkal, protein 9,04% lemak 0,28%, karbohidrat 11,82% dan kalsium 720,70 mg dalam 100 gram. Uji kandungan kalsium dalam 100 g bubuk cangkang telur ayam ras mengandung 44.539,24 mg dengan metode ICP-OES. Uji friedman terdapat hubungan antara rasa, warna dan mouthfeel, tidak terdapat hubungan antara aroma dan tekstur. Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tekwan bubuk cangkang telur ayam ras dapat dimanfaatkan sebagai selingan alternatif untuk membantu peningkatan asupan kalsium, dengan penambahan bubuk cangkang telur ayam ras (0,23%) dari total bahan atau 1 gram sudah cukup untuk memenuhi kalsium pada makanan selingan yaitu sebesar 120,49 mg kalsium.
背景:钙是人体中最丰富的矿物质,99%位于骨骼和牙齿上。ras蛋壳中的钙含量为6.41%。Tekwan是来自Palembang的一种特殊食品。特昆制成鱼碎肉,木薯面粉、水和盐混合成为一个面团,形状非常喜爱一切美好的圈子很小,特昆从儿童、青少年的成年人。实验:研究使用的方法是用随机设计4次完整的因子(财富)非待遇F0 F1 (0%), (1.5%), F2(2%)和F3(3%)。研究对象organoleptik多达30人小组测试。结果:根据有机品酒测试(颜色、气味、味道、纹理、口感和口感)的研究,结果显示,受欢迎的品种蛋黄粉是F1(1.5%),其能量为85.96千克,蛋白质为9.04%的脂肪、11.82%的碳水化合物和100克的72070毫克的钙。100克鸡蛋壳粉中钙含量测试用ICP-OES方法含有44.539,24毫克的种族。弗里德曼测试发现,味道、颜色和味觉之间存在联系,而气味和质地之间没有联系。结论:根据研究结果可以得出结论,特昆替代鸡蛋壳粉种族可以用作插曲以帮助增加钙的摄入量,增加总数的蛋壳粉鸡(0,23%种族)材料或1克足以满足钙的食物就是大插曲120.49毫克钙。
{"title":"UJI DAYA TERIMA PENAMBAHAN BUBUK CANGKANG TELUR AYAM RAS PADA TEKWAN DAN ANALISIS KANDUNGAN KALSIUM","authors":"Imelda Telisa, Salwa Ghassany Ramzy, Sartono Sartono, Fajriah Purnama","doi":"10.36086/jpp.v17i1.1188","DOIUrl":"https://doi.org/10.36086/jpp.v17i1.1188","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Kalsium adalah mineral yang paling berlimpah dalam tubuh, 99% terletak pada kerangka yaitu tulang dan gigi. Kandungan kalsium dalam cangkang telur ayam ras adalah sebesar 6,41%. Tekwan merupakan makanan khas yang berasal dari Kota Palembang. Tekwan terbuat dari daging ikan giling, tepung tapioka, air, dan garam yang dicampur menjadi satu adonan dan dibentuk kecil-kecil, tekwan sangat digemari semua kalangan baik dari anak-anak, remaja, orang dewasa. \u0000Metode: Penelitian yang digunakan adalah eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial dengan 4 kali perlakuan F0 (0%), F1 (1,5%), F2 (2%) dan F3 (3%). Subjek penelitian uji organoleptik sebanyak 30 orang panelis. \u0000Hasil: Berdasarkan hasil penelitian uji organoleptik (warna, aroma, rasa, tekstur, dan mouthfeel) menunjukan bahwa daya terima tekwan bubuk cangkang telur ayam ras yang disukai adalah F1 (1,5%) dengan energi 85,96 Kkal, protein 9,04% lemak 0,28%, karbohidrat 11,82% dan kalsium 720,70 mg dalam 100 gram. Uji kandungan kalsium dalam 100 g bubuk cangkang telur ayam ras mengandung 44.539,24 mg dengan metode ICP-OES. Uji friedman terdapat hubungan antara rasa, warna dan mouthfeel, tidak terdapat hubungan antara aroma dan tekstur. \u0000Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tekwan bubuk cangkang telur ayam ras dapat dimanfaatkan sebagai selingan alternatif untuk membantu peningkatan asupan kalsium, dengan penambahan bubuk cangkang telur ayam ras (0,23%) dari total bahan atau 1 gram sudah cukup untuk memenuhi kalsium pada makanan selingan yaitu sebesar 120,49 mg kalsium.","PeriodicalId":120817,"journal":{"name":"JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang)","volume":"29 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125261297","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRAK Perilaku seksual dikalangan remaja merupakan permasalahan serius yang harus diatasi. Wujud perilaku seksual yang biasa di lakukan remaja adalah berhubungan seksual pranikah di usia remaja. Terdapat banyak faktor terkait dengan usia masa remaja, diantaranya adalah usia, tingkat pendidikan, kedudukan ataupun domisili. Maksud dari penelitian yaitu mengidentifikasi faktor risiko yang memengaruhi perilaku hubungan seksual pranikah oleh remaja Indoensia. Metode yang digunakan adalah penelitian analitik dengan desain penelitian cross-sectional. Data yang dipakai yaitu data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 sub survei Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR). Hasil penelitian memperlihatkan korelasi usia remaja (p=0.000; PR=1,740) dan tingkat pendidikan (p=0,003; PR=1,300) dengan usia pertama kali berhubungan seksual. Sedangkan ketiga variabel lainnya, yaitu status ekonomi keluarga, status pekerjaan dan wilayah tempat tinggal remaja tidak berhubungan signifikan (p≥0,05). Berdasarkan analisis regresi logistik faktor yang paling memengaruhi terhadap usia pertama kali berhubungan seksual pranikah remaja adalah variabel tingkat pendidikan dengan OR = 4,000 (CI 95% 3,293-8,484), artinya remaja yang memiliki tingkat pendidikan rendah mempunyai peluang 4,000 kali melakukan usia pertama kali berhubungan seksual pranikah di usia berisiko (15-19 tahun) pembanding remaja yang berusia 20-24 tahun. Dapat disimpulkan bahwa usia pertama kali remaja berhubungan seksual pranikah disebabkan oleh faktor usia dan tingkat pendidikan. Kata kunci : usia pertama kali berhubungan seksual pranikah, usia remaja, tingkat pendidikan, status ekonomi keluarga ABSTRACT Sexual behavior among adolescents is a serious problem that must be addressed immediately. One form of sexual behavior that is usually done by teenagers is to have premarital sex at a young age. There are many factors related to the age of first sexual intercourse in adolescence. The purpose of this study was to identify risk factors that influence premarital sexual behavior by adolescents in Indonesia. The method used is analytical research with a cross-sectional research design. The data used is the Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) 2017 sub-survey on Adolescent Reproductive Health. The results showed that there was a significant relationship between adolescent age (p = 0.000; PR = 1.740) and education level (p = 0.003; PR = 1.300) with age at first sexual intercourse. While the other variables, namely family economic status, employment status, and area of residence of adolescents were not significantly related to the age of first sexual intercourse (p≥0.05). Based on logistic regression analysis, it is known that the factor that most influences the age at first having premarital sexual intercourse is the education level variable with OR = 4,000 (95% CI 3,293-8,484), which means that adolescents who have a low level of education have a 4,000 chance of having sex for t
{"title":"DETERMINAN USIA PERTAMA KALI BERHUBUNGAN SEKSUAL PADA KELOMPOK USIA 15-24 TAHUN BELUM MENIKAH","authors":"Tiara Eka Julia, R. J. Sitorus, Retna Mahriani","doi":"10.36086/jpp.v17i1.1266","DOIUrl":"https://doi.org/10.36086/jpp.v17i1.1266","url":null,"abstract":"ABSTRAK \u0000Perilaku seksual dikalangan remaja merupakan permasalahan serius yang harus diatasi. Wujud perilaku seksual yang biasa di lakukan remaja adalah berhubungan seksual pranikah di usia remaja. Terdapat banyak faktor terkait dengan usia masa remaja, diantaranya adalah usia, tingkat pendidikan, kedudukan ataupun domisili. Maksud dari penelitian yaitu mengidentifikasi faktor risiko yang memengaruhi perilaku hubungan seksual pranikah oleh remaja Indoensia. Metode yang digunakan adalah penelitian analitik dengan desain penelitian cross-sectional. Data yang dipakai yaitu data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 sub survei Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR). Hasil penelitian memperlihatkan korelasi usia remaja (p=0.000; PR=1,740) dan tingkat pendidikan (p=0,003; PR=1,300) dengan usia pertama kali berhubungan seksual. Sedangkan ketiga variabel lainnya, yaitu status ekonomi keluarga, status pekerjaan dan wilayah tempat tinggal remaja tidak berhubungan signifikan (p≥0,05). Berdasarkan analisis regresi logistik faktor yang paling memengaruhi terhadap usia pertama kali berhubungan seksual pranikah remaja adalah variabel tingkat pendidikan dengan OR = 4,000 (CI 95% 3,293-8,484), artinya remaja yang memiliki tingkat pendidikan rendah mempunyai peluang 4,000 kali melakukan usia pertama kali berhubungan seksual pranikah di usia berisiko (15-19 tahun) pembanding remaja yang berusia 20-24 tahun. Dapat disimpulkan bahwa usia pertama kali remaja berhubungan seksual pranikah disebabkan oleh faktor usia dan tingkat pendidikan. \u0000 \u0000Kata kunci : usia pertama kali berhubungan seksual pranikah, usia remaja, tingkat pendidikan, status ekonomi keluarga \u0000 \u0000ABSTRACT \u0000Sexual behavior among adolescents is a serious problem that must be addressed immediately. One form of sexual behavior that is usually done by teenagers is to have premarital sex at a young age. There are many factors related to the age of first sexual intercourse in adolescence. The purpose of this study was to identify risk factors that influence premarital sexual behavior by adolescents in Indonesia. The method used is analytical research with a cross-sectional research design. The data used is the Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) 2017 sub-survey on Adolescent Reproductive Health. The results showed that there was a significant relationship between adolescent age (p = 0.000; PR = 1.740) and education level (p = 0.003; PR = 1.300) with age at first sexual intercourse. While the other variables, namely family economic status, employment status, and area of residence of adolescents were not significantly related to the age of first sexual intercourse (p≥0.05). Based on logistic regression analysis, it is known that the factor that most influences the age at first having premarital sexual intercourse is the education level variable with OR = 4,000 (95% CI 3,293-8,484), which means that adolescents who have a low level of education have a 4,000 chance of having sex for t","PeriodicalId":120817,"journal":{"name":"JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang)","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130222374","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang: Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik 140 mmHg atau tekanan darah diastolik 90 mmHg. Hipertensi dapat dikendalikan dengan cara farmakologis dan nonfarmakologis. Farmakologi berkaitan dengan obat-obatan, tetapi metode non-farmakologis adalah dengan memanfaatkan komponen nutrisi makanan yang ditemukan dalam buah-buahan dan bahan herbal seperti buah mengkudu dan madu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian smoothie mengkudu terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Selasa Padang Kota Palembang tahun 2021. Metode: Desain penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan desain pre-test dan post-test with control dan dilaksanakan antara bulan Desember 2020 sampai Maret 2021. Hasil: Analisis data menunjukkan bahwa uji t-dependen pada kelompok perlakuan dan kelompok pembanding menunjukkan p-value 0.000 (<0.05). Kemudian dilanjutkan dengan uji t-independen dimana p-value sistolik 0.000 dan diastolik 0.000 (<0.05). Pada kelompok perlakuan didapatkan nilai rata-rata penurunan sistolik yaitu 18,57 mmHg dengan penurunan diastolik 10,00 mmHg, sedangkan pada kelompok pembanding nilai rata-rata penurunan sistolik yaitu 8,77 mmHg dengan penurunan diastolik yaitu 4,14 mmHg. Kesimpulan: Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna rata-rata tekanan darah pada kelompok perlakuan dan kelompok pembanding. Sehingga smoothies Morinda Apis dapat menjadi alternatif untuk membantu menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi di Puskesmas Padang Selasa Palembang. Background: Hypertension is condition when the systolic pressure value is ≥140 mmHg or the diastolic pressure value is ≥90 mmHg. Hypertension can be controlled by pharmacological and non-pharmacological methods. Non-pharmacology method is conducted to utilize the nutritional content of foodstuffs in fruit such as Morinda and Honey. The purpose of this study is to determine the effect of giving Morinda Apis smoothies on reducing blood pressure in hypertension patients at the Puskesmas Padang Salasa Palembang. Methods: The design of this study is a quasi-experimental research design with pretest and posttest with control group. Results: Data analysis showed that the t-dependent test in the treatment group and the comparison group showed a p-value of 0.000 (<0.05). Then continued with independent t-test where p-value systolic 0.000 and diastolic 0.000 (<0.05). In the treatment group, the average systolic decrease was 18.57 mmHg with a diastolic decrease of 10.00 mmHg, while in the comparison group the average systolic decrease was 8.77 mmHg with a diastolic decrease of 4.14 mmHg. Conclusion: The results of statistical tests showed that there was a significant difference in the average blood pressure. So that Morinda Apis smoothies can be an alternative to help people with hypertension at the Puskesmas Padang Salasa Palembang.
{"title":"PEMBERIAN SMOOTHIES MORINDA APIS TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI","authors":"E. Eliza, Maharanisa Julia, Podojoyo Podojoyo, Sumarman Sumarman, Siti Nuraziza Tuzzuhro","doi":"10.36086/jpp.v17i1.1210","DOIUrl":"https://doi.org/10.36086/jpp.v17i1.1210","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik 140 mmHg atau tekanan darah diastolik 90 mmHg. Hipertensi dapat dikendalikan dengan cara farmakologis dan nonfarmakologis. Farmakologi berkaitan dengan obat-obatan, tetapi metode non-farmakologis adalah dengan memanfaatkan komponen nutrisi makanan yang ditemukan dalam buah-buahan dan bahan herbal seperti buah mengkudu dan madu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian smoothie mengkudu terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Selasa Padang Kota Palembang tahun 2021. \u0000Metode: Desain penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan desain pre-test dan post-test with control dan dilaksanakan antara bulan Desember 2020 sampai Maret 2021. \u0000Hasil: Analisis data menunjukkan bahwa uji t-dependen pada kelompok perlakuan dan kelompok pembanding menunjukkan p-value 0.000 (<0.05). Kemudian dilanjutkan dengan uji t-independen dimana p-value sistolik 0.000 dan diastolik 0.000 (<0.05). Pada kelompok perlakuan didapatkan nilai rata-rata penurunan sistolik yaitu 18,57 mmHg dengan penurunan diastolik 10,00 mmHg, sedangkan pada kelompok pembanding nilai rata-rata penurunan sistolik yaitu 8,77 mmHg dengan penurunan diastolik yaitu 4,14 mmHg. \u0000Kesimpulan: Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna rata-rata tekanan darah pada kelompok perlakuan dan kelompok pembanding. Sehingga smoothies Morinda Apis dapat menjadi alternatif untuk membantu menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi di Puskesmas Padang Selasa Palembang. \u0000Background: Hypertension is condition when the systolic pressure value is ≥140 mmHg or the diastolic pressure value is ≥90 mmHg. Hypertension can be controlled by pharmacological and non-pharmacological methods. Non-pharmacology method is conducted to utilize the nutritional content of foodstuffs in fruit such as Morinda and Honey. The purpose of this study is to determine the effect of giving Morinda Apis smoothies on reducing blood pressure in hypertension patients at the Puskesmas Padang Salasa Palembang. \u0000Methods: The design of this study is a quasi-experimental research design with pretest and posttest with control group. \u0000Results: Data analysis showed that the t-dependent test in the treatment group and the comparison group showed a p-value of 0.000 (<0.05). Then continued with independent t-test where p-value systolic 0.000 and diastolic 0.000 (<0.05). In the treatment group, the average systolic decrease was 18.57 mmHg with a diastolic decrease of 10.00 mmHg, while in the comparison group the average systolic decrease was 8.77 mmHg with a diastolic decrease of 4.14 mmHg. \u0000Conclusion: The results of statistical tests showed that there was a significant difference in the average blood pressure. So that Morinda Apis smoothies can be an alternative to help people with hypertension at the Puskesmas Padang Salasa Palembang. \u0000 ","PeriodicalId":120817,"journal":{"name":"JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang)","volume":"345 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122101618","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang: Obesitas adalah sebuah keadaan dimana terjadi ketidaknormalan atau kelebihan akumulasi lemak dalam tubuh. Aktivitas fisik yang kurang disamping masukan makanan padat energi yang berlebihan, pergeseran pola makan tradisional ke pola makan barat terutama dalam bentuk fast food yaitu jenis makanan yang tinggi energi, tinggi kolestrol, tinggi natrium namun rendah serat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan zat gizi makro, frekwensi konsumsi fast food dan aktifitas fisik dengan kejadian obesitas pada remaja di Palembang. Metode: Jenis penelitian deskriptif analitik dengan rancangan case control, Sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMA Methodist 2 Palembang, sebanyak 60 orang yang terbagi sebagai sampel kasus dan control. Data diananlisis secara univariat dan bivariate dengan menggunakan uji statistik Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95 %. Hasil: Asupan Energi, Lemak, Karbohidirat, konsumsi fast food dan aktifitas fisik berhubungan dengan kejadian obesitas, dengan p value < 0,05, kecuali asupan Protein p value > 0,05. Kesimpulan: Asupan gizi makro yang berlebih dan keseringan mengkonsumsi fast food serta kurangnya beraktifitas fisik dapat menyebabkan seseorang menjadi obesitas. Kata kunci : Gizi Makro, Fast Food, Aktifitas Fisik, Obesitas
{"title":"HUBUNGAN BEBERAPA FAKTOR DENGAN KEJADIAN OBESITAS REMAJA DI PALEMBANG","authors":"M. Mardiana, M. Yusuf, Sriwiyanti Sriwiyanti","doi":"10.36086/jpp.v17i1.1169","DOIUrl":"https://doi.org/10.36086/jpp.v17i1.1169","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Obesitas adalah sebuah keadaan dimana terjadi ketidaknormalan atau kelebihan akumulasi lemak dalam tubuh. Aktivitas fisik yang kurang disamping masukan makanan padat energi yang berlebihan, pergeseran pola makan tradisional ke pola makan barat terutama dalam bentuk fast food yaitu jenis makanan yang tinggi energi, tinggi kolestrol, tinggi natrium namun rendah serat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan zat gizi makro, frekwensi konsumsi fast food dan aktifitas fisik dengan kejadian obesitas pada remaja di Palembang. \u0000Metode: Jenis penelitian deskriptif analitik dengan rancangan case control, Sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMA Methodist 2 Palembang, sebanyak 60 orang yang terbagi sebagai sampel kasus dan control. Data diananlisis secara univariat dan bivariate dengan menggunakan uji statistik Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95 %. \u0000Hasil: Asupan Energi, Lemak, Karbohidirat, konsumsi fast food dan aktifitas fisik berhubungan dengan kejadian obesitas, dengan p value < 0,05, kecuali asupan Protein p value > 0,05. \u0000Kesimpulan: Asupan gizi makro yang berlebih dan keseringan mengkonsumsi fast food serta kurangnya beraktifitas fisik dapat menyebabkan seseorang menjadi obesitas. \u0000Kata kunci : Gizi Makro, Fast Food, Aktifitas Fisik, Obesitas","PeriodicalId":120817,"journal":{"name":"JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang)","volume":"3766 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130836445","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kitosan adalah biopolimer yang diperoleh dari deasetilasi kitin hasil isolasi cangkang hewan berkulit keras (Crustacea) yang digunakan sebagai bahan tambahan sediaan farmasi. Didalam sediaan tablet kitosan digunakan sebagai zat tambahan untuk meningkatkan laju disolusi tablet dan mengontrol pelepasan zat aktif. Salah satu zat aktif yang diharapkan memiliki propil disolusi yang baik adalah parasetamol. Maka telah dilakukan penelitian tentang pengaruh pengunaan kitosan sebagai zat tambahan baik sebagai penghancur dan pengikat terhadap profil disolusi tablet parasetamol. Jenis penelitian ini adalah ekperimental dengan objek penelitian kitosan yang diformulasikan sebagai zat tambahan pada sediaan tablet parasetamol FI dan FII pada konsentrasi 1,5 dan 3 % sebagai pengikat dan FIII dan FIV pada konsentrasi 3,5% dan 7% sebagai penghancur. Formula-formula tersebut dibandingkan terhadap F0 sebagai formula kontrol yang menggunakan gelatin sebagai pengikat dan amilum jagung (corn starch) sebagai penghancur. Semua tablet dibuat dengan metoda granulasi basah. Kemudian dilakukan uji secara in vitro meliputi uji kestabilan fisik tablet berupa uji keseragaman bobot, keseragaman ukuran, kekerasan, kerapuhan dan waktu hancur serta penetapan kadar dan didapatkan hasil untuk setiap formula FI, FII, FIII dan FIV telah memenuhi persyaratan. Sedangkan untuk uji disolusi yang dilakukan terhadap FI dan FII dengan kitosan sebagai pengikat menghasilkan kadar zat terdisolusi pada menit ke 30 sebesar 16,74% dan 31,51%, kadar tersebut belum memenuhi persyaratan. Sedangkan FIII dan FIV dengan kitosan sebagai penghancur serta formula kontrol, menghasilkan kadar zat terdisolusi pada menit ke 30 sebesar 99,63%, 96,71% dan 96,71%. Kadar tersebut telah memenuhi persyaratan uji disolusi tablet parasetamol yang harus terlarut tidak kurang dari 80% setelah 30 menit. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan kitosan sebagai pengikat pada formula tablet parasetamol memberikan profil disolusi yang buruk dibandingkan dengan formula kontrol yang menggunakan gelatin. Sedangkan penggunaan kitosan sebagai penghancur memberikan profil disolusi yang lebih baik dari formula kontrol yang menggunakan amilum jagung. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan kitosan sebagai bahan tambahan dapat mempengaruhi profil disolusi tablet parasetamol menjadi lebih baik jika digunakan sebagai bahan penghancur tetapi menjadi buruk jika digunakan sebagai pengikat.
{"title":"Pengaruh Pengunaan Kitosan sebagai Zat Tambahan Terhadap Profil Disolusi Tablet Parasetamol","authors":"Ratnaningsih - Dewi Astuti, M. Taswin, N. Sari","doi":"10.36086/jpp.v1i13.1171","DOIUrl":"https://doi.org/10.36086/jpp.v1i13.1171","url":null,"abstract":"Kitosan adalah biopolimer yang diperoleh dari deasetilasi kitin hasil isolasi cangkang hewan berkulit keras (Crustacea) yang digunakan sebagai bahan tambahan sediaan farmasi. Didalam sediaan tablet kitosan digunakan sebagai zat tambahan untuk meningkatkan laju disolusi tablet dan mengontrol pelepasan zat aktif. Salah satu zat aktif yang diharapkan memiliki propil disolusi yang baik adalah parasetamol. Maka telah dilakukan penelitian tentang pengaruh pengunaan kitosan sebagai zat tambahan baik sebagai penghancur dan pengikat terhadap profil disolusi tablet parasetamol. Jenis penelitian ini adalah ekperimental dengan objek penelitian kitosan yang diformulasikan sebagai zat tambahan pada sediaan tablet parasetamol FI dan FII pada konsentrasi 1,5 dan 3 % sebagai pengikat dan FIII dan FIV pada konsentrasi 3,5% dan 7% sebagai penghancur. Formula-formula tersebut dibandingkan terhadap F0 sebagai formula kontrol yang menggunakan gelatin sebagai pengikat dan amilum jagung (corn starch) sebagai penghancur. Semua tablet dibuat dengan metoda granulasi basah. Kemudian dilakukan uji secara in vitro meliputi uji kestabilan fisik tablet berupa uji keseragaman bobot, keseragaman ukuran, kekerasan, kerapuhan dan waktu hancur serta penetapan kadar dan didapatkan hasil untuk setiap formula FI, FII, FIII dan FIV telah memenuhi persyaratan. Sedangkan untuk uji disolusi yang dilakukan terhadap FI dan FII dengan kitosan sebagai pengikat menghasilkan kadar zat terdisolusi pada menit ke 30 sebesar 16,74% dan 31,51%, kadar tersebut belum memenuhi persyaratan. Sedangkan FIII dan FIV dengan kitosan sebagai penghancur serta formula kontrol, menghasilkan kadar zat terdisolusi pada menit ke 30 sebesar 99,63%, 96,71% dan 96,71%. Kadar tersebut telah memenuhi persyaratan uji disolusi tablet parasetamol yang harus terlarut tidak kurang dari 80% setelah 30 menit. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan kitosan sebagai pengikat pada formula tablet parasetamol memberikan profil disolusi yang buruk dibandingkan dengan formula kontrol yang menggunakan gelatin. Sedangkan penggunaan kitosan sebagai penghancur memberikan profil disolusi yang lebih baik dari formula kontrol yang menggunakan amilum jagung. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan kitosan sebagai bahan tambahan dapat mempengaruhi profil disolusi tablet parasetamol menjadi lebih baik jika digunakan sebagai bahan penghancur tetapi menjadi buruk jika digunakan sebagai pengikat.","PeriodicalId":120817,"journal":{"name":"JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang)","volume":"100 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133387644","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
M. K. K. Tampoliu, Antonius Padua Ratu, Rina Rustiyaningsih
Latar Belakang: Karies merupakan suatu penyakit yang ada di area mulut pada bagian gigi yang diakibatkan oleh bakteri Streptococcus mutans. Salah satu tanaman simplisia yang dapat mencegah perkembangbiakan bakteri tersebut adalah batang serai wangi (Cymbopogon nardus L.) karena mengandung flavonoid yang dapat mencegah perkembangbiakan bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan formula sediaan obat kumur ekstrak batang serai wangi yang dapat mencegah perkembang biakan bakteri Streptococcus mutans. Metode: Pengujian stabilitas sediaan obat kumur dengan konsenstrasi 30%, 33% dan 36% dilakukan pada suhu ruang, suhu rendah, suhu tinggi dilakukan selama 28 hari dan metode cycling test selama 12 siklus, pengujian ini meliputi uji antibakteri dengan menggunakan metode difusi cakram, organoleptik, pH dan viskositas. Hasil: Hasil pengujian uji bakteri diawal stabilitas didapatkan zona hambat sebesar 12,70 mm; 14,10 mm; 14,20 mm, diakhir stabilitas didapatkan zona hambat sebesar suhu ruang (8,60 mm; 8,80 mm; 8,73 mm), suhu rendah (7,70 mm; 7,90 mm; 8,32 mm), suhu tinggi (7,87 mm; 7,90 mm; 7,36 mm) dan cycling test (6,97 mm; 8,07 mm; 8,57 mm). Hasil pengujian stabilitas pH memenuhi persyaratan mutu yaitu 5,00 sampai 5,55 (syarat pH 5-7). Hasil stabilitas uji viskositas didapatkan nilai yaitu 1,04-3,21 Cps. Kesimpulan: Sediaan obat kumur yang memiliki aktivitas antibakteri yang paling besar adalah konsentrasi 36% dengan zona hambatnya yaitu 14.20 mm dikategorikan kuat. Kata kunci : Antibakteri, obat kumur, batang serai wangi, Streptococcus mutans
{"title":"FORMULA DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI OBAT KUMUR EKSTRAK BATANG SERAI WANGI (Cymbopogon nardus L.) Terhadap Bakteri Streptococcus mutans","authors":"M. K. K. Tampoliu, Antonius Padua Ratu, Rina Rustiyaningsih","doi":"10.36086/JPP.V16I1.700","DOIUrl":"https://doi.org/10.36086/JPP.V16I1.700","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Karies merupakan suatu penyakit yang ada di area mulut pada bagian gigi yang diakibatkan oleh bakteri Streptococcus mutans. Salah satu tanaman simplisia yang dapat mencegah perkembangbiakan bakteri tersebut adalah batang serai wangi (Cymbopogon nardus L.) karena mengandung flavonoid yang dapat mencegah perkembangbiakan bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan formula sediaan obat kumur ekstrak batang serai wangi yang dapat mencegah perkembang biakan bakteri Streptococcus mutans. \u0000Metode: Pengujian stabilitas sediaan obat kumur dengan konsenstrasi 30%, 33% dan 36% dilakukan pada suhu ruang, suhu rendah, suhu tinggi dilakukan selama 28 hari dan metode cycling test selama 12 siklus, pengujian ini meliputi uji antibakteri dengan menggunakan metode difusi cakram, organoleptik, pH dan viskositas. \u0000Hasil: Hasil pengujian uji bakteri diawal stabilitas didapatkan zona hambat sebesar 12,70 mm; 14,10 mm; 14,20 mm, diakhir stabilitas didapatkan zona hambat sebesar suhu ruang (8,60 mm; 8,80 mm; 8,73 mm), suhu rendah (7,70 mm; 7,90 mm; 8,32 mm), suhu tinggi (7,87 mm; 7,90 mm; 7,36 mm) dan cycling test (6,97 mm; 8,07 mm; 8,57 mm). Hasil pengujian stabilitas pH memenuhi persyaratan mutu yaitu 5,00 sampai 5,55 (syarat pH 5-7). Hasil stabilitas uji viskositas didapatkan nilai yaitu 1,04-3,21 Cps. \u0000Kesimpulan: Sediaan obat kumur yang memiliki aktivitas antibakteri yang paling besar adalah konsentrasi 36% dengan zona hambatnya yaitu 14.20 mm dikategorikan kuat. \u0000 \u0000Kata kunci : Antibakteri, obat kumur, batang serai wangi, Streptococcus mutans","PeriodicalId":120817,"journal":{"name":"JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang)","volume":"61 6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116430515","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}