M. Taswin, Ratna Dewi indi Astuti, Bherta Tiara Handayani
Sediaan dry sirup kombinasi amoksisilin dan asam klavulanat merupakan obat pilihan pertama untuk pengobatan penyakit infeksi seperti pneumonia. Sediaan dry sirup kombinasi amoksisilin dan asam klavulanat merupakan sediaan antibiotik yang perlu disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan. Suhu penyimpanan dan stabiltas zat aktif didalam sediaan sangatlah penting karena dengan adanya penambahan air didalam sediaan suspensi kombinasi amoksisilin dan asam klavulanat akan mempengaruhi degradasi kimiawi, fisik dan mikrobiologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur adanya pengaruh suhu penyimpanan kombinasi amoksisilin dan asam klavulanat dalam sediaan dry sirup yang telah disuspensikan terhadap daya hambat bakteri Staphylococcus aureus. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental karena adanya perlakuan terhadap sediaan antibiotik kombinasi amoksisilin dan asam klavulanat yang dipengaruhi oleh suhu penyimpanan terhadap aktivitas antibakteri. Berdasarkan hasil pengukuran diameter daya hambat pada antibiotik suspensi kombinasi amoksisilin dan asam klavulanat pada penyimpanan hari ke-7 semua sampel suspensi dry sirup mengalami penurunan. Penurunan diameter zona hambat tertinggi terjadi pada sampel suspensi dry sirup generik yang disimpan pada suhu kamar. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh suhu penyimpanan kombinasi amoksisilin dan asam klavulanat dalam sediaan dry sirup terhadap daya hambat bakteri Staphylococcus aureus dengan adanya penurunan daya hambat di akhir penyimpanan
{"title":"PENGARUH SUHU PENYIMPANAN KOMBINASI AMOKSISILIN DAN ASAM KLAVULANAT DALAM SEDIAAN DRY SIRUP TERHADAP DAYA HAMBAT BAKTERI (Staphylococcus aureus)","authors":"M. Taswin, Ratna Dewi indi Astuti, Bherta Tiara Handayani","doi":"10.36086/JPP.V16I1.690","DOIUrl":"https://doi.org/10.36086/JPP.V16I1.690","url":null,"abstract":"Sediaan dry sirup kombinasi amoksisilin dan asam klavulanat merupakan obat pilihan pertama untuk pengobatan penyakit infeksi seperti pneumonia. Sediaan dry sirup kombinasi amoksisilin dan asam klavulanat merupakan sediaan antibiotik yang perlu disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan. Suhu penyimpanan dan stabiltas zat aktif didalam sediaan sangatlah penting karena dengan adanya penambahan air didalam sediaan suspensi kombinasi amoksisilin dan asam klavulanat akan mempengaruhi degradasi kimiawi, fisik dan mikrobiologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur adanya pengaruh suhu penyimpanan kombinasi amoksisilin dan asam klavulanat dalam sediaan dry sirup yang telah disuspensikan terhadap daya hambat bakteri Staphylococcus aureus. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental karena adanya perlakuan terhadap sediaan antibiotik kombinasi amoksisilin dan asam klavulanat yang dipengaruhi oleh suhu penyimpanan terhadap aktivitas antibakteri. Berdasarkan hasil pengukuran diameter daya hambat pada antibiotik suspensi kombinasi amoksisilin dan asam klavulanat pada penyimpanan hari ke-7 semua sampel suspensi dry sirup mengalami penurunan. Penurunan diameter zona hambat tertinggi terjadi pada sampel suspensi dry sirup generik yang disimpan pada suhu kamar. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh suhu penyimpanan kombinasi amoksisilin dan asam klavulanat dalam sediaan dry sirup terhadap daya hambat bakteri Staphylococcus aureus dengan adanya penurunan daya hambat di akhir penyimpanan","PeriodicalId":120817,"journal":{"name":"JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang)","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130875059","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Aromaterapi stik adalah modifikasi dari sediaan stik yang digunakan untuk terapi aromatik, seperti mengurangi stress. penggunaan asam sterat sebagai harding agent dapat menghasilkan sediaan stik yang baik dan stabil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi asam stearat sebagai harding agent yang optimal untuk menghasilkan sediaan aromaterapi stik yang stabil dan memenuhi persyaratan. Aromaterapi stik dibuat menggunakan zat aktif campuran minyak lavender, jeruk manis dan bergamot yang berkhasiat sebagai aromaterapi. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental, dengan campuran minyak sebagai zat aktif dan memvariasikan asam stearat sebagai harding agent. Pada formula I, II, III dengan asam stearat 18%, 19%, 20% dan 1% campuran minyak. Formula IV, V, VI dengan asam stearat 18%, 19%, 20% dan 2% campuran minyak. Kemudian dilakukan evaluasi sediaan selama 28 hari penyimpanan meliputi pH, suhu lebur, homogenitas, daya oles, warna, bau dan iritasi kulit. Hasil menunjukkan selama penyimpanan 28 hari sediaan aromaterapi stik memiliki pH yang cenderung meningkat, mengalami penurunan suhu lebur selama masa penyimpanan namun, masih masuk range suhu lebur sediaan stik 50°C-70°C dan semua sediaan aromaterapi stik memiliki daya oles yang baik, homogen dan tidak mengalami perubahan warna, bau serta tidak mengiritasi kulit. Campuran minyak lavender, jeruk manis dan bergamot dapat diformulasikan menjadi sediaan aromaterapi stik yang stabil dan memenuhi persyaratan. Formula paling optimal pada konsentrasi asam stearat 20% dan 1% campuran minyak.
牛排芳香疗法是一种用于芳香疗法的意愿的改良,比如减轻压力。使用类固醇作为哈丁代理可以产生稳定的库存。本研究的目的是确定斯蒂尔特的酸性浓度作为一个最佳的哈丁代理,以产生稳定的、满足需求的理疗剂型基因疗法。一种天然芳香疗法是用一种活性成分熏衣草、甜橙和佛手柑混合而成,具有芳香疗法的特性。该研究采用一种实验方法,将油混合为活性物质,并将斯蒂尔特酸转化为哈定剂。在公式I, II, III中加入18%,19%,20%和1%的油混合物。配方四,五,六,醋酸18%,19%,20%和2%的油混合物。然后对库存进行28天的评估,包括pH值、熔融温度、均质性、电能、颜色、气味和皮肤刺激。结果显示存储在28天sediaan香薰牛排有上升趋势,融化温度下降的pH值存储然而,期间还在太阳城溶解sediaan牛排在红旗机场,一°50°C的温度和所有的好sediaan芳香疗法具有一些外用牛排一样,同质化和不改变颜色,气味不刺激皮肤。薰衣草油、橙汁、甜佛手柑和香柠檬油的混合物可以被设计成一种稳定、符合要求的稳定、理疗性杂交。20%和1%的油混合物中最理想的配方。
{"title":"FORMULASI SEDIAAN AROMATERAPI STIK DARI CAMPURAN MINYAK LAVENDER, JERUK MANIS DAN BERGAMOT DENGAN VERIASI KONSENTRASI ASAM STEARAT SEBAGAI HARDING AGENT","authors":"Dewi Dewi Indriani Astuti","doi":"10.36086/JPP.V16I1.691","DOIUrl":"https://doi.org/10.36086/JPP.V16I1.691","url":null,"abstract":"Aromaterapi stik adalah modifikasi dari sediaan stik yang digunakan untuk terapi aromatik, seperti mengurangi stress. penggunaan asam sterat sebagai harding agent dapat menghasilkan sediaan stik yang baik dan stabil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi asam stearat sebagai harding agent yang optimal untuk menghasilkan sediaan aromaterapi stik yang stabil dan memenuhi persyaratan. Aromaterapi stik dibuat menggunakan zat aktif campuran minyak lavender, jeruk manis dan bergamot yang berkhasiat sebagai aromaterapi. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental, dengan campuran minyak sebagai zat aktif dan memvariasikan asam stearat sebagai harding agent. Pada formula I, II, III dengan asam stearat 18%, 19%, 20% dan 1% campuran minyak. Formula IV, V, VI dengan asam stearat 18%, 19%, 20% dan 2% campuran minyak. Kemudian dilakukan evaluasi sediaan selama 28 hari penyimpanan meliputi pH, suhu lebur, homogenitas, daya oles, warna, bau dan iritasi kulit. Hasil menunjukkan selama penyimpanan 28 hari sediaan aromaterapi stik memiliki pH yang cenderung meningkat, mengalami penurunan suhu lebur selama masa penyimpanan namun, masih masuk range suhu lebur sediaan stik 50°C-70°C dan semua sediaan aromaterapi stik memiliki daya oles yang baik, homogen dan tidak mengalami perubahan warna, bau serta tidak mengiritasi kulit. Campuran minyak lavender, jeruk manis dan bergamot dapat diformulasikan menjadi sediaan aromaterapi stik yang stabil dan memenuhi persyaratan. Formula paling optimal pada konsentrasi asam stearat 20% dan 1% campuran minyak.","PeriodicalId":120817,"journal":{"name":"JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang)","volume":"24 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123410337","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRAK Latar belakang: Status gizi buruk dapat menyebabkan malnutrisi pada anak. Kondisi malnutrisi akan berdampak terhadap pertumbuhan tulang. Proses pertumbuhan tulang yang terhambat akan mengakibatkan proses maturasi tulang periodontal yang mendukung gigi terhambat sehingga anak dapat mengalami keterlambatan erupsi gigi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara status gizi dan erupsi gigi pada anak usia 10 tahun di Kecamatan Tuah Negeri. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross-sectional. Sampel penelitian adalah anak usia 10 tahun berjumlah 45 orang, yang diambil secara random dari sekolah dasar di Kecamatan Tuah Negeri. Penentuan status gizi berdasarkan antropometri dengan mengukur tinggi badan dan dikelompokkan sesuai Z-score menjadi stunting (≤ 2 SD) dan tidak stunting (> 2SD). Observasi oral dilakukan untuk melihat adanya erupsi gigi pada gigi permanen premolar-2 atas kiri - kanan dan dicatat di dalam odontogram. Data dianalisis menggunakan SPSS versi 26 dengan uji chi-square. Hasil: Hasil pengukuran status gizi didapatkan bahwa 12 anak (26,7%) mengalami stunting dan 33 anak (73,3%) tidak mengalami stunting. Pada anak yang mengalami stunting, terdapat 8 anak (66,7%) yang mengalami keterlambatan erupsi gigi premolar-2 atas kanan dan 7 anak (58,3%) yang mengalami keterlambatan erupsi gigi premolar-2 atas kiri. Hasil analisis bivariat didapatkan p=0.032 dan OR=4.600 untuk hubungan antara stunting dan status erupsi gigi premolar-2 atas kanan dan p=0.039 dan OR=4.375 untuk hubungan antara stunting dan status erupsi gigi premolar-2 atas kiri. Kesimpulan: terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dan erupsi gigi pada anak usia 10 tahun di Kecamatan Tuah Negeri. Anak yang mengalami stunting 4,6 kali lebih berisiko mengalami keterlambatan erupsi gigi premolar-2 kanan atas dan 4,4 kali lebih berisiko mengalami keterlambatan erupsi gigi premolar-2 kiri.
{"title":"FAKTOR RISIKO STATUS GIZI DAN ERUPSI GIGI TETAP PREMOLAR-2 PADA ANAK USIA 10 TAHUN DI KECAMATAN TUAH NEGERI","authors":"Annisah Biancika Jasmine","doi":"10.36086/JPP.V16I1.663","DOIUrl":"https://doi.org/10.36086/JPP.V16I1.663","url":null,"abstract":"ABSTRAK \u0000Latar belakang: Status gizi buruk dapat menyebabkan malnutrisi pada anak. Kondisi malnutrisi akan berdampak terhadap pertumbuhan tulang. Proses pertumbuhan tulang yang terhambat akan mengakibatkan proses maturasi tulang periodontal yang mendukung gigi terhambat sehingga anak dapat mengalami keterlambatan erupsi gigi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara status gizi dan erupsi gigi pada anak usia 10 tahun di Kecamatan Tuah Negeri. \u0000Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross-sectional. Sampel penelitian adalah anak usia 10 tahun berjumlah 45 orang, yang diambil secara random dari sekolah dasar di Kecamatan Tuah Negeri. Penentuan status gizi berdasarkan antropometri dengan mengukur tinggi badan dan dikelompokkan sesuai Z-score menjadi stunting (≤ 2 SD) dan tidak stunting (> 2SD). Observasi oral dilakukan untuk melihat adanya erupsi gigi pada gigi permanen premolar-2 atas kiri - kanan dan dicatat di dalam odontogram. Data dianalisis menggunakan SPSS versi 26 dengan uji chi-square. \u0000Hasil: Hasil pengukuran status gizi didapatkan bahwa 12 anak (26,7%) mengalami stunting dan 33 anak (73,3%) tidak mengalami stunting. Pada anak yang mengalami stunting, terdapat 8 anak (66,7%) yang mengalami keterlambatan erupsi gigi premolar-2 atas kanan dan 7 anak (58,3%) yang mengalami keterlambatan erupsi gigi premolar-2 atas kiri. Hasil analisis bivariat didapatkan p=0.032 dan OR=4.600 untuk hubungan antara stunting dan status erupsi gigi premolar-2 atas kanan dan p=0.039 dan OR=4.375 untuk hubungan antara stunting dan status erupsi gigi premolar-2 atas kiri. \u0000Kesimpulan: terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dan erupsi gigi pada anak usia 10 tahun di Kecamatan Tuah Negeri. Anak yang mengalami stunting 4,6 kali lebih berisiko mengalami keterlambatan erupsi gigi premolar-2 kanan atas dan 4,4 kali lebih berisiko mengalami keterlambatan erupsi gigi premolar-2 kiri. \u0000 ","PeriodicalId":120817,"journal":{"name":"JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang)","volume":"6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114067650","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Background. Nutrition care practices that do not meet hospital standards cause several barriers to the needs and preferences of each patient. One of the obstacles often faced by hospitals in efforts to cure patients. The research objective is to get an overview of the role of internal and external factors in the application of nutrition care process (NCP) at the Hope and Prayer Hospital of Bengkulu City. Method. Qualitative research with a Phenomelogy approach. Phenomenology is a method carried out by researchers to find out phenomena that occur naturally. The phenomenological method emphasizes human experience and how humans interpret their experiences. Results. The process of nutrition care process (NCP) that has not been carried out optimally. In the process of implementing a dietitious NCP expect improvement in the work system between health workers and simplification of the NCP system in hospitals, and not being spared dietitically expects to be supported by hospital policies that do not burden dietitics. Conclusion. Internal factors in implementing NCP are already good, in terms of knowledge and work motivation. External factors, there are several issues regarding collaborative work among health workers in the form of authority and responsibilities as well as confusing hospital policies.
{"title":"THE QUALITATIVE STUDY OF NCP IN HOSPITAL HOPE AND PRAYER OF BENGKULU CITY","authors":"D. Putra","doi":"10.36086/JPP.V16I1.489","DOIUrl":"https://doi.org/10.36086/JPP.V16I1.489","url":null,"abstract":"Background. Nutrition care practices that do not meet hospital standards cause several barriers to the needs and preferences of each patient. One of the obstacles often faced by hospitals in efforts to cure patients. The research objective is to get an overview of the role of internal and external factors in the application of nutrition care process (NCP) at the Hope and Prayer Hospital of Bengkulu City. \u0000Method. Qualitative research with a Phenomelogy approach. Phenomenology is a method carried out by researchers to find out phenomena that occur naturally. The phenomenological method emphasizes human experience and how humans interpret their experiences. \u0000Results. The process of nutrition care process (NCP) that has not been carried out optimally. In the process of implementing a dietitious NCP expect improvement in the work system between health workers and simplification of the NCP system in hospitals, and not being spared dietitically expects to be supported by hospital policies that do not burden dietitics. \u0000Conclusion. Internal factors in implementing NCP are already good, in terms of knowledge and work motivation. External factors, there are several issues regarding collaborative work among health workers in the form of authority and responsibilities as well as confusing hospital policies.","PeriodicalId":120817,"journal":{"name":"JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang)","volume":"38 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115281179","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Rostika Flora, M. Zulkarnain, N. Fajar, A. Faisa, Nurlaili Nurlaili, Ikhsan Ikhsan, Samwilson Slamet, Risnawati Tanjung, Aguscik Aguscik
Latar belakang: Zinc merupakan salah satu mikronutrien penting yang dibutuhkan oleh tubuh. Rendahnya zinc dalam tubuh akan menghambat efek metabolit hormon pertumbuhan atau GH, sehingga sintesis dan sekresi Insulin Like Growth Factor 1 (IGF-1) berkurang dan berdampak terhadap reterdasi pertumbuhan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kadar zinc serum dan kadar IGF-1 serum pada anak Sekolah Dasar di Kecamatan Tuah Negeri Kabupaten Musi Rawas. Metode: Desain penelitian ini adalah cross sectional, dengan sampel anak Sekolah Dasar usia 7-13 tahun. Sampel berjumlah 79 orang yang diambil secara random. Dilakukan pengukuran status gizi berdasarkan TB/U dan pengambilan darah untuk pengukuran kadar Zn dan IGF-1 serum. Adapun data karakteristik sampel diperoleh melalui kuesioner, sedangkan pengukuran kadar Zn dan IGF-1 serum dilakukan dengan metode ELISA. Selanjutnya data dianalisis menggunakan uji chi-square. Hasil: berdasarkan pengukuran status gizi didapatkan 19 (24%) anak mengalami stunting dan 60 (76%) anak memiliki status gizi normal. Pada anak stunting 89.5% mempunyai kadar Zn yang rendah dan 78.9% mempunyai kadar IGF-1 yang rendah. Hasil analisis bivariat didapatkan p=0.017 dan PR=5.667 untuk hubungan antara status gizi dan kadar Zn serum; p=0.000 dan PR=8.983 untuk hubungan antara kadar Zn serum dengan kadar IGF-1 serum. terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kadar Zn serum dan kadar Zn serum dengan IGF-1 serum. Kesimpulan: Anak yang mengalami stunting beresiko 5.667 kali mempunyai kadar Zn yang rendah dan anak dengan kadar Zn serum yang rendah beresiko 8.983 kali mempunyai kadar IGF-1 serum yang rendah juga. Zn dan IGF-1 diperlukan dalam proses pertumbuhan anak. Perlunya edukasi kesehatan tentang pentingnya asupan zinc pada orang tua, agar kebutuhan Zn pada anak dapat terpenuhi.
{"title":"KADAR ZINC DAN KADAR IGF-1 SERUM PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN TUAH NEGERI KABUPATEN MUSIRAWAS","authors":"Rostika Flora, M. Zulkarnain, N. Fajar, A. Faisa, Nurlaili Nurlaili, Ikhsan Ikhsan, Samwilson Slamet, Risnawati Tanjung, Aguscik Aguscik","doi":"10.36086/JPP.V16I1.667","DOIUrl":"https://doi.org/10.36086/JPP.V16I1.667","url":null,"abstract":"Latar belakang: Zinc merupakan salah satu mikronutrien penting yang dibutuhkan oleh tubuh. Rendahnya zinc dalam tubuh akan menghambat efek metabolit hormon pertumbuhan atau GH, sehingga sintesis dan sekresi Insulin Like Growth Factor 1 (IGF-1) berkurang dan berdampak terhadap reterdasi pertumbuhan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kadar zinc serum dan kadar IGF-1 serum pada anak Sekolah Dasar di Kecamatan Tuah Negeri Kabupaten Musi Rawas. \u0000Metode: Desain penelitian ini adalah cross sectional, dengan sampel anak Sekolah Dasar usia 7-13 tahun. Sampel berjumlah 79 orang yang diambil secara random. Dilakukan pengukuran status gizi berdasarkan TB/U dan pengambilan darah untuk pengukuran kadar Zn dan IGF-1 serum. Adapun data karakteristik sampel diperoleh melalui kuesioner, sedangkan pengukuran kadar Zn dan IGF-1 serum dilakukan dengan metode ELISA. Selanjutnya data dianalisis menggunakan uji chi-square. Hasil: berdasarkan pengukuran status gizi didapatkan 19 (24%) anak mengalami stunting dan 60 (76%) anak memiliki status gizi normal. Pada anak stunting 89.5% mempunyai kadar Zn yang rendah dan 78.9% mempunyai kadar IGF-1 yang rendah. Hasil analisis bivariat didapatkan p=0.017 dan PR=5.667 untuk hubungan antara status gizi dan kadar Zn serum; p=0.000 dan PR=8.983 untuk hubungan antara kadar Zn serum dengan kadar IGF-1 serum. terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kadar Zn serum dan kadar Zn serum dengan IGF-1 serum. \u0000Kesimpulan: Anak yang mengalami stunting beresiko 5.667 kali mempunyai kadar Zn yang rendah dan anak dengan kadar Zn serum yang rendah beresiko 8.983 kali mempunyai kadar IGF-1 serum yang rendah juga. Zn dan IGF-1 diperlukan dalam proses pertumbuhan anak. Perlunya edukasi kesehatan tentang pentingnya asupan zinc pada orang tua, agar kebutuhan Zn pada anak dapat terpenuhi.","PeriodicalId":120817,"journal":{"name":"JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang)","volume":"106 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124769848","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
kendala salah satunya persepsi yang belum sinergis dengan anjuran kesehatan. Paradigma pemulihan ibu postpartum yang baru menekankan bahwa ibu postpartum merupakan peristiwa fisiologis sehingga prinsip perawatannya hanya berorientasi pada kemandirian ibu postpartum tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efektifitas psikoedukasi dan family centered maternity care (FCMC) pada ibu postpartum. Metode: Penelitian ini menggunakan quasy experiment dengan rancangan pretest-posttest control group desaign. Sampel sebanyak 40 ibu postpartum dengan teknik pengambilan sampel non random sampling. Uji statistik menggunakan independent T test. Hasil: Hasil analisis dengan Independent t test diperoleh mean pada kelompok intervensi 148,479±85,642 sedangkan pada kelompok kontrol 64,67±65,65 dengan nilai p value 0,009. Kesimpulan: Maka dapat diasumsikan bahwa ada peningkatan yang bermakna setelah perlakuan sehingga ada pengaruh peningkatan pemberian psikoedukasi dan Family Centered Maternity Care (FCMC) sebelum dan setelah perlakuan. Background: The postpartum period experienced by postpartum mothers still has several obstacles, one of which is the perception that is not synergistic with health recommendations. The new postpartum mother recovery paradigm emphasizes that postpartum mother is a physiological event so that the principle of care is only oriented to the independence of the postpartum mother. This study aims to prove the effectiveness of psychoeducation and family centered maternity care (FCMC) in postpartum mothers. Methods: This study used a quasy experiment with a design pretest-posttest control group desaign. The sample was 40 postpartum mothers with non-random sampling technique. Statistical test using the independent T test. Results: The results of the analysis with the Independent t test obtained a mean in the intervention group 148.479 ± 85.642 while in the control group 64.67 ± 65.65 with a p value of 0.009. Conclusion: So it can be assumed that there is a significant increase after treatment so that there is an effect of increasing the provision of psychoeducation and Family Centered Maternity Care (FCMC) before and after treatment.
产后护理是产后健康的重要组成部分。产后护理范例可帮助人们了解产后护理是一种妇科疾病,而产后护理原则可帮助人们了解产后护理的需求。产后护理和以家庭为中心的孕产妇护理(FCMC)的效果。方法:本实验采用前测-后测对照组实验。采用非随机抽样技术,对 40 名产后妇女进行抽样调查。采用独立 T 检验进行统计分析。 结果:通过独立 T 检验分析,干预组的平均值为(148,479±85,642),对照组的平均值为(64,67±65,65),P 值为 0.009。结论本研究的目的是了解产妇护理和以家庭为中心的产妇护理(FCMC)在产妇中的作用。 背景:产后母亲所经历的产后恢复期仍然存在一些障碍,其中之一就是人们认为产后恢复与健康建议并不协调。新的产后母亲恢复模式强调产后母亲是一个生理事件,因此护理原则只以产后母亲的独立为导向。本研究旨在证明产后母亲心理教育和以家庭为中心的产妇护理(FCMC)的有效性。方法:本研究采用前测-后测对照组设计的asy 实验。样本为 40 名产后母亲,采用非随机抽样技术。统计检验采用独立 T 检验。结果独立 T 检验的分析结果显示,干预组的平均值为 148.479 ± 85.642,而对照组为 64.67 ± 65.65,P 值为 0.009。结论因此可以推断,治疗后的产妇人数明显增加,因此在治疗前后增加提供心理教育和以家庭为中心的产妇护理(FCMC)是有效果的。
{"title":"EFEKTIVITAS PSIKOEDUKASI DAN FAMILY CENTERED MATERNITY CARE PADA IBU POSTPARTUM","authors":"Adenia Dwi Ristanti","doi":"10.36086/JPP.V15I2.553","DOIUrl":"https://doi.org/10.36086/JPP.V15I2.553","url":null,"abstract":"kendala salah satunya persepsi yang belum sinergis dengan anjuran kesehatan. Paradigma pemulihan ibu postpartum yang baru menekankan bahwa ibu postpartum merupakan peristiwa fisiologis sehingga prinsip perawatannya hanya berorientasi pada kemandirian ibu postpartum tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efektifitas psikoedukasi dan family centered maternity care (FCMC) pada ibu postpartum. \u0000Metode: Penelitian ini menggunakan quasy experiment dengan rancangan pretest-posttest control group desaign. Sampel sebanyak 40 ibu postpartum dengan teknik pengambilan sampel non random sampling. Uji statistik menggunakan independent T test. \u0000Hasil: Hasil analisis dengan Independent t test diperoleh mean pada kelompok intervensi 148,479±85,642 sedangkan pada kelompok kontrol 64,67±65,65 dengan nilai p value 0,009. \u0000Kesimpulan: Maka dapat diasumsikan bahwa ada peningkatan yang bermakna setelah perlakuan sehingga ada pengaruh peningkatan pemberian psikoedukasi dan Family Centered Maternity Care (FCMC) sebelum dan setelah perlakuan. \u0000 \u0000Background: The postpartum period experienced by postpartum mothers still has several obstacles, one of which is the perception that is not synergistic with health recommendations. The new postpartum mother recovery paradigm emphasizes that postpartum mother is a physiological event so that the principle of care is only oriented to the independence of the postpartum mother. This study aims to prove the effectiveness of psychoeducation and family centered maternity care (FCMC) in postpartum mothers. \u0000Methods: This study used a quasy experiment with a design pretest-posttest control group desaign. The sample was 40 postpartum mothers with non-random sampling technique. Statistical test using the independent T test. \u0000Results: The results of the analysis with the Independent t test obtained a mean in the intervention group 148.479 ± 85.642 while in the control group 64.67 ± 65.65 with a p value of 0.009. \u0000Conclusion: So it can be assumed that there is a significant increase after treatment so that there is an effect of increasing the provision of psychoeducation and Family Centered Maternity Care (FCMC) before and after treatment.","PeriodicalId":120817,"journal":{"name":"JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang)","volume":"30 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127703535","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRAK Latar Belakang : Pencemaran di udara salah satunya dapat disebabkan oleh emisi buangan gas kendaraan yang dapat melepaskan zat timbal ke udara. Salah satu orang yang dapat beresiko terpapar logam timbal adalah pekerja supir bus. Pajanan logam timbal dapat terakumulasi di dalam rambut dan dapat menyebabkan efek toksisitas. Tujuan penelitan untuk mengetahui kadar logam timbal (Pb) pada rambut supir bus di tiga rute berbeda yang berangkat dari Terminal Poris, Tangerang. Ketiga rute tersebut adalah Tangerang-Padang, Tangerang-Surabaya, Tangerang-Yogyakarta. Metode : Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental dengan jumlah korespondensi setiap rute bis sebanyak 8 orang. Penentuan kadar logam timbal pada rambut supir bus menggunakan spektrofotometer ICP-OES. Hasil : Penelitian ini memberikan hasil bahwa semua sampel rambut supir bus diketiga rute teridentifikasi logam timbal. Kadar logam timbal terbesar pada rambut supir bus rute Tangerang-Padang yaitu 2,28 mg Pb/100 g dengan masa kerja 25 tahun. Sedangkan kadar logam timbal terendah pada rambut supir bus rute Tangerang-Surabaya yaitu 0,17 mg Pb/100 g dengan masa kerja 3 tahun. Berdasarkan uji statistic analisis korelasi diperoleh nilai r = 0,82 mendekati 1 yang menunjukkan adanya korelasi positif yang kuat antara masa bekerja supir bis dengan paparan logam timbal yang terdeteksi. Kesimpulan : Seluruh supir bus diketiga rute teridentifikasi logam timbal dengan konsentrasi yang berbeda-beda dengan masa kerja yang bervariasi. Kata kunci : Logam timbal, rambut supir bis, spektrofotometer ABSTRACT Background : One of the causes of air pollution is vehicle exhaust emissions which can release lead metal into the air. One of the people who can be at risk to the exposure of lead metal is bus driver workers. Lead metal exposure can accumulate in the hair and can cause toxicity effects. The objective of this research is to determine the level of lead (Pb) in the hair of bus drivers on three different routes departing from Terminal Poris, Tangerang. The three routes are Tangerang-Padang, Tangerang-Surabaya, Tangerang-Yogyakarta. Methods : The method used in this research is experimental research with 8 correspondences for each of bus route. Determination of the level of lead metal in the bus driver's hair is using an ICP-OES spectrophotometer. Results : The results showed that all the hair samples of the bus drivers in the three routes were contaminated as lead metal. The largest concentration of lead metal in the hair of bus drivers on the Tangerang-Padang route is 2.28 mg Pb / 100 g with 25 years of working periods. Meanwhile, the lowest level of lead in the hair of bus drivers on the Tangerang-Surabaya route is 0.17 mg Pb / 100 g with 3 years working periods. Based on statistics result corelation analysis showed value r=0,82 approximately 1 indicate positif corellation between working periods and level of lead metal that detected in driver bus body. Conclusion : The sampl
{"title":"PENENTUAN KADAR LOGAM TIMBAL PADA RAMBUT SUPIR BUS RUTE TANGERANG-PADANG-SURABAYA-YOGYAKARATA DI TERMINAL PORIS TANGERANG","authors":"Nurmeily Rachmawati","doi":"10.36086/JPP.V15I2.531","DOIUrl":"https://doi.org/10.36086/JPP.V15I2.531","url":null,"abstract":"ABSTRAK \u0000Latar Belakang : Pencemaran di udara salah satunya dapat disebabkan oleh emisi buangan gas kendaraan yang dapat melepaskan zat timbal ke udara. Salah satu orang yang dapat beresiko terpapar logam timbal adalah pekerja supir bus. Pajanan logam timbal dapat terakumulasi di dalam rambut dan dapat menyebabkan efek toksisitas. Tujuan penelitan untuk mengetahui kadar logam timbal (Pb) pada rambut supir bus di tiga rute berbeda yang berangkat dari Terminal Poris, Tangerang. Ketiga rute tersebut adalah Tangerang-Padang, Tangerang-Surabaya, Tangerang-Yogyakarta. \u0000Metode : Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental dengan jumlah korespondensi setiap rute bis sebanyak 8 orang. Penentuan kadar logam timbal pada rambut supir bus menggunakan spektrofotometer ICP-OES. \u0000Hasil : Penelitian ini memberikan hasil bahwa semua sampel rambut supir bus diketiga rute teridentifikasi logam timbal. Kadar logam timbal terbesar pada rambut supir bus rute Tangerang-Padang yaitu 2,28 mg Pb/100 g dengan masa kerja 25 tahun. Sedangkan kadar logam timbal terendah pada rambut supir bus rute Tangerang-Surabaya yaitu 0,17 mg Pb/100 g dengan masa kerja 3 tahun. Berdasarkan uji statistic analisis korelasi diperoleh nilai r = 0,82 mendekati 1 yang menunjukkan adanya korelasi positif yang kuat antara masa bekerja supir bis dengan paparan logam timbal yang terdeteksi. \u0000Kesimpulan : Seluruh supir bus diketiga rute teridentifikasi logam timbal dengan konsentrasi yang berbeda-beda dengan masa kerja yang bervariasi. \u0000Kata kunci : Logam timbal, rambut supir bis, spektrofotometer \u0000 \u0000ABSTRACT \u0000 \u0000Background : One of the causes of air pollution is vehicle exhaust emissions which can release lead metal into the air. One of the people who can be at risk to the exposure of lead metal is bus driver workers. Lead metal exposure can accumulate in the hair and can cause toxicity effects. The objective of this research is to determine the level of lead (Pb) in the hair of bus drivers on three different routes departing from Terminal Poris, Tangerang. The three routes are Tangerang-Padang, Tangerang-Surabaya, Tangerang-Yogyakarta. \u0000Methods : The method used in this research is experimental research with 8 correspondences for each of bus route. Determination of the level of lead metal in the bus driver's hair is using an ICP-OES spectrophotometer. \u0000Results : The results showed that all the hair samples of the bus drivers in the three routes were contaminated as lead metal. The largest concentration of lead metal in the hair of bus drivers on the Tangerang-Padang route is 2.28 mg Pb / 100 g with 25 years of working periods. Meanwhile, the lowest level of lead in the hair of bus drivers on the Tangerang-Surabaya route is 0.17 mg Pb / 100 g with 3 years working periods. Based on statistics result corelation analysis showed value r=0,82 approximately 1 indicate positif corellation between working periods and level of lead metal that detected in driver bus body. \u0000Conclusion : The sampl","PeriodicalId":120817,"journal":{"name":"JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang)","volume":"24 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115108317","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang: Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi penyakit tropis yang endemis di Indonesia sepanjang tahun. Beberapa agen biologis yang terbukti mampu mengendalikan populasi larva vektor DBD adalah kelompok mikroorganisme dan predator alami seperti ikan pemakan larva. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola makan ikan setan hitam (Apteronotus albifrons) dalam memakan larva nyamuk Aedes aegypti. Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan desain one-shot case study. Pengujian dilakukan dengan cara 25 ekor larva nyamuk Ae. aegypti instar III dimasukkan ke dalam akuarium kaca berisi 1 ekor ikan A. albifrons yang dipuasakan satu hari sebelum perlakuan. Replikasi dilakukan sebanyak 4 kali. Pengamatan dilakukan setiap 20 menit sampai semua 25 larva habis dimakan oleh ikan A. albifrons. Data waktu ikan mulai memakan dan waktu larva habis dimakan dicatat dalam penelitian ini. Hasil: Rata-rata waktu ikan setan hitam (A. albifrons) memulai memakan larva adalah 10,5 menit. Ikan A. albifrons dapat memakan habis 25 ekor larva nyamuk Ae. aegypti dengan rata-rata waktu 3 jam 30 menit. Kesimpulan: Ikan setan hitam (A. albifrons) memiliki potensi sebagai agen biologis alami vektor DBD.
{"title":"A THE FUNCTION OF EATING BLACK GHOST KNIFEFISH (Apteronotus albifrons) WHILE LARVAE OF MOSQUITOES Aedes aegypti","authors":"Hebert Adrianto, Bimo Rafi Prayogo","doi":"10.36086/JPP.V15I2.558","DOIUrl":"https://doi.org/10.36086/JPP.V15I2.558","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi penyakit tropis yang endemis di Indonesia sepanjang tahun. Beberapa agen biologis yang terbukti mampu mengendalikan populasi larva vektor DBD adalah kelompok mikroorganisme dan predator alami seperti ikan pemakan larva. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola makan ikan setan hitam (Apteronotus albifrons) dalam memakan larva nyamuk Aedes aegypti. \u0000Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan desain one-shot case study. Pengujian dilakukan dengan cara 25 ekor larva nyamuk Ae. aegypti instar III dimasukkan ke dalam akuarium kaca berisi 1 ekor ikan A. albifrons yang dipuasakan satu hari sebelum perlakuan. Replikasi dilakukan sebanyak 4 kali. Pengamatan dilakukan setiap 20 menit sampai semua 25 larva habis dimakan oleh ikan A. albifrons. Data waktu ikan mulai memakan dan waktu larva habis dimakan dicatat dalam penelitian ini. \u0000Hasil: Rata-rata waktu ikan setan hitam (A. albifrons) memulai memakan larva adalah 10,5 menit. Ikan A. albifrons dapat memakan habis 25 ekor larva nyamuk Ae. aegypti dengan rata-rata waktu 3 jam 30 menit. \u0000Kesimpulan: Ikan setan hitam (A. albifrons) memiliki potensi sebagai agen biologis alami vektor DBD.","PeriodicalId":120817,"journal":{"name":"JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang)","volume":"13 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123890931","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Telah dilakukan penelitian tetang Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Etanol Daun Senduduk (Melastoma malabathricum L.) Terhadap Uji Kestabilan Fisik dan Uji Aktivitas Antibakteri Pada Staphylococcus Aureus. Penelitian ini bersifat eksperimental dengan membuat 3 jenis formula gel yang mengandung ekstrak etanol daun senduduk (Melastoma malabathricum L.) 4% dengan memvariasikan HPMC sebagai gelling agent pada konsentrasi 3%, 3,5% dan 4%. Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi agar terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Sediaan disimpan selama 28 hari dan dievaluasi pH, viskositas, homogenitas, intensitas warna dan bau serta iritasi kulit pada hari ke-0, ke-7, ke-14, ke-21 dan ke-28. Metode: Data uji kestabilan fisik yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik lalu diinterprestasikan. Sedangkan untuk uji aktivitas antibakteri cara pengolahan dan analisis datanya yaitu menggunakan analisa statistika One Way ANOVA yang dilakukan dengan cara mengukur diameter zona hambat. Hasil: menunjukan bahwa semakin tinggi konsentrasi HPMC (gelling agent) maka semakin tinggi viskositas dan semakin rendah daya sebar dan pH, namun tidak berpengaruh terhadap homogenitas, warna, bau dan iritasi kulit. Hasil uji antibakteri menunjukkan bahwa pada formula ekstrak I zona hambat berkisar 11 – 16,5 mm, formula II zona hambat berkisar 10 – 16 mm dan pada formula III zona hambat berkisar 10 – 14,5 mm. Uji statistik oneway anova (p<0,05) untuk membandingkan zona hambatan pada sediaan pada hari ke-0, ke-7, ke-14, ke-21 dan ke-28, didapatkan signifikasi 0,412 (p>0.05). Kesimpulan: Sediaan gel yang mengandung Ekstrak etanol daun senduduk pada Formula I mempunyai kestabilan fisik yang memenuhi persyaratan untuk dibuat sediaan gel.
{"title":"FORMULASI SEDIAAN GEL EKSTRAK ETANOL DAUN SENDUDUK (Melastoma malabathricum L.) TERHADAP UJI KESTABILAN FISIK DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI PADA STAPHYLOCOCCUS AUREUS","authors":"D. Marlina","doi":"10.36086/JPP.V15I2.557","DOIUrl":"https://doi.org/10.36086/JPP.V15I2.557","url":null,"abstract":"Telah dilakukan penelitian tetang Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Etanol Daun Senduduk (Melastoma malabathricum L.) Terhadap Uji Kestabilan Fisik dan Uji Aktivitas Antibakteri Pada Staphylococcus Aureus. Penelitian ini bersifat eksperimental dengan membuat 3 jenis formula gel yang mengandung ekstrak etanol daun senduduk (Melastoma malabathricum L.) 4% dengan memvariasikan HPMC sebagai gelling agent pada konsentrasi 3%, 3,5% dan 4%. Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi agar terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Sediaan disimpan selama 28 hari dan dievaluasi pH, viskositas, homogenitas, intensitas warna dan bau serta iritasi kulit pada hari ke-0, ke-7, ke-14, ke-21 dan ke-28. \u0000Metode: Data uji kestabilan fisik yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik lalu diinterprestasikan. Sedangkan untuk uji aktivitas antibakteri cara pengolahan dan analisis datanya yaitu menggunakan analisa statistika One Way ANOVA yang dilakukan dengan cara mengukur diameter zona hambat. \u0000Hasil: menunjukan bahwa semakin tinggi konsentrasi HPMC (gelling agent) maka semakin tinggi viskositas dan semakin rendah daya sebar dan pH, namun tidak berpengaruh terhadap homogenitas, warna, bau dan iritasi kulit. Hasil uji antibakteri menunjukkan bahwa pada formula ekstrak I zona hambat berkisar 11 – 16,5 mm, formula II zona hambat berkisar 10 – 16 mm dan pada formula III zona hambat berkisar 10 – 14,5 mm. Uji statistik oneway anova (p<0,05) untuk membandingkan zona hambatan pada sediaan pada hari ke-0, ke-7, ke-14, ke-21 dan ke-28, didapatkan signifikasi 0,412 (p>0.05). \u0000Kesimpulan: Sediaan gel yang mengandung Ekstrak etanol daun senduduk pada Formula I mempunyai kestabilan fisik yang memenuhi persyaratan untuk dibuat sediaan gel.","PeriodicalId":120817,"journal":{"name":"JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang)","volume":"17 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123670676","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang: Batuk berulang pada balita dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan balita dan meningkatkan kunjungan ulang balita ke pelayanan kesehatan. Tujuan studi ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan frekuensi kunjungan karena batuk pada balita. Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang. Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat tahun 2013. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 133 ibu dan balita yang memiliki keluhan batuk. Hasil: Hasil studi statistik frekuensi kunjungan karena batuk rata-rata 3 kali kunjungan dalam setahun dengan maksimal kunjungan 10 kali. Hasil analisis multivariat ditemukan hubungan bermakna faktor klasifikasi batuk dan musim hujan. Kesimpulan: Faktor klasifikasi batuk pada balita (pneumonia) merupakan faktor yang memiliki pengaruh paling besar terhadap frekuensi kunjungan karena batuk pada balita, sehingga perlu diberikan informasi pada keluarga untuk mencegah dan menanggulangi penyakit pneumonia yang dapat meningkatkan kunjungan balita karena batuk.
{"title":"FAKTOR RISIKO FREKUENSI KUNJUNGAN BALITA PADA KASUS PNEUMONIA DI PUSKESMAS","authors":"Shinta Maharani","doi":"10.36086/JPP.V15I2.559","DOIUrl":"https://doi.org/10.36086/JPP.V15I2.559","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Batuk berulang pada balita dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan balita dan meningkatkan kunjungan ulang balita ke pelayanan kesehatan. Tujuan studi ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan frekuensi kunjungan karena batuk pada balita. \u0000Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang. Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat tahun 2013. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 133 ibu dan balita yang memiliki keluhan batuk. \u0000Hasil: Hasil studi statistik frekuensi kunjungan karena batuk rata-rata 3 kali kunjungan dalam setahun dengan maksimal kunjungan 10 kali. Hasil analisis multivariat ditemukan hubungan bermakna faktor klasifikasi batuk dan musim hujan. \u0000Kesimpulan: Faktor klasifikasi batuk pada balita (pneumonia) merupakan faktor yang memiliki pengaruh paling besar terhadap frekuensi kunjungan karena batuk pada balita, sehingga perlu diberikan informasi pada keluarga untuk mencegah dan menanggulangi penyakit pneumonia yang dapat meningkatkan kunjungan balita karena batuk.","PeriodicalId":120817,"journal":{"name":"JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang)","volume":"41 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130404980","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}