Khairizka Citra Palupi, Leffiyanti Handi, Nazhif Gifari, L. P. Dewanti
Latar Belakang: Prevalensi gizi lebih cukup tinggi di Indonesia, pencegahan gizi lebih dapat dilakukan dengan mindful eating dan edukasi gizi. Mindful eating yaitu makan dengan lebih sadar sehingga dapat makan cukup untuk memuaskan tanpa makan terlalu banyak atau terlalu sedikit. Tujuan: Untuk mengukur pengaruh edukasi gizi “Emotion and Mind Power in Relationship with Eating (EMPIRE)” yang merupakan edukasi gizi dengan pendekatan psikologis (mindful eating) berbasis online terhadap asupan zat gizi makro, serat dan gula pada wanita dengan gizi lebih. Metode: Pre-experimental dengan desain penelitian one group pre-posttest. Responden penelitian ini sebanyak 42 orang yang ditentukan dengan cara purposive sampling. Pengambilan data asupan makan menggunakan formulir food recall 24 jam (weekday dan weekend), lalu dianalisis menggunakan nutrisurvey 2007 untuk mengetahui jumlah asupan zat gizi makro, serat dan gula (gula tambahan). Analisis data menggunakan uji Dependen T-test untuk menganalisis data asupan energi, protein, lemak, gula dan uji Wilcoxon untuk data asupan karbohidrat dan serat. Hasil: Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa asupan energi, protein, lemak, karbohidrat, dan gula mengalami penurunan yang signifikan (p<0,05) yang berarti bahwa terdapat pengaruh pemberian edukasi “EMPIRE” terhadap asupan energi, protein, lemak, karbohidrat, dan gula pada wanita dengan gizi lebih. Namun, untuk asupan serat, tidak mengalami perubahan yang signifikan (p=0,507). Tidak ada pengaruh pemberian edukasi “EMPIRE” terhadap asupan serat pada wanita dengan gizi lebih. Kesimpulan: Terdapat pengaruh pemberian edukasi “EMPIRE” terhadap asupan energi, protein, lemak, karbohidrat, dan gula pada wanita dengan gizi lebih. Namun tidak ada pengaruh terhadap asupan serat responden.
{"title":"Pengaruh edukasi gizi “EMPIRE” terhadap asupan zat gizi makro, serat, dan gula pada wanita dengan gizi lebih","authors":"Khairizka Citra Palupi, Leffiyanti Handi, Nazhif Gifari, L. P. Dewanti","doi":"10.35842/ilgi.v6i1.288","DOIUrl":"https://doi.org/10.35842/ilgi.v6i1.288","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Prevalensi gizi lebih cukup tinggi di Indonesia, pencegahan gizi lebih dapat dilakukan dengan mindful eating dan edukasi gizi. Mindful eating yaitu makan dengan lebih sadar sehingga dapat makan cukup untuk memuaskan tanpa makan terlalu banyak atau terlalu sedikit. Tujuan: Untuk mengukur pengaruh edukasi gizi “Emotion and Mind Power in Relationship with Eating (EMPIRE)” yang merupakan edukasi gizi dengan pendekatan psikologis (mindful eating) berbasis online terhadap asupan zat gizi makro, serat dan gula pada wanita dengan gizi lebih. Metode: Pre-experimental dengan desain penelitian one group pre-posttest. Responden penelitian ini sebanyak 42 orang yang ditentukan dengan cara purposive sampling. Pengambilan data asupan makan menggunakan formulir food recall 24 jam (weekday dan weekend), lalu dianalisis menggunakan nutrisurvey 2007 untuk mengetahui jumlah asupan zat gizi makro, serat dan gula (gula tambahan). Analisis data menggunakan uji Dependen T-test untuk menganalisis data asupan energi, protein, lemak, gula dan uji Wilcoxon untuk data asupan karbohidrat dan serat. Hasil: Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa asupan energi, protein, lemak, karbohidrat, dan gula mengalami penurunan yang signifikan (p<0,05) yang berarti bahwa terdapat pengaruh pemberian edukasi “EMPIRE” terhadap asupan energi, protein, lemak, karbohidrat, dan gula pada wanita dengan gizi lebih. Namun, untuk asupan serat, tidak mengalami perubahan yang signifikan (p=0,507). Tidak ada pengaruh pemberian edukasi “EMPIRE” terhadap asupan serat pada wanita dengan gizi lebih. Kesimpulan: Terdapat pengaruh pemberian edukasi “EMPIRE” terhadap asupan energi, protein, lemak, karbohidrat, dan gula pada wanita dengan gizi lebih. Namun tidak ada pengaruh terhadap asupan serat responden.","PeriodicalId":13397,"journal":{"name":"Ilmu Gizi Indonesia","volume":"55 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"83743580","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar belakang: Penelitian sebelumnya menunjukkan penambahan gula-garam dapat meningkatkan kesukaan panelis terhadap bumbu penyedap dari tepung jamur tiram. Pengembangan formulasi diperlukan untuk menghasilkan produk yang dapat diterima masyarakat. Kandungan gula dan natrium perlu dicantumkan dalam label kemasan produk. Tujuan: Merumuskan formula bumbu penyedap berbasis jamur tiram yang dapat diterima secara sensori, sekaligus mengetahui kandungan gula dan natriumnya. Metode: Tepung bumbu A, B, dan C dibuat dari jamur tiram dan bahan pelengkap (wortel, bawang putih, bawang merah, tomat, seledri, dan merica) di CV. Progress Jogja. Kandungan gula dan natrium dianalisis di PT. Saraswanti Indo Genetech. Kandungan gula sukrosa dianalisis secara HPLC, sedangkan natrium dianalisis menggunakan ICP-OES. Formula bumbu penyedap dibuat dari tepung bumbu jamur tiram sebanyak 50% (formula 352, 936, dan 857) dan 70% (formula 353, 937, dan 858), dengan penambahan gula pasir dan garam sebanyak 1 : 2. Evaluasi sensori (warna, aroma, rasa) menggunakan uji hedonik dengan tiga panelis terlatih. Perbedaan tingkat penerimaan panelis dianalisis menggunakan uji Kruskal-Walis. Kandungan gula dan natrium formula bumbu penyedap terbaik berdasarkan evaluasi sensori diperoleh dengan perhitungan dengan mempertimbangkan kandungan gula dan natrium pada setiap bahan. Hasil: Tepung bumbu A memiliki kandungan gula tertinggi dan natrium terendah, sedangkan tepung bumbu B dengan gula terendah dan natrium tertinggi. Formula 858 mendapatkan penilaian terbaik pada warna, aroma, dan rasa. Kesimpulan: Formula C (70%) dan kombinasi gula-garam sebanyak 1 : 2 merupakan formula terbaik berdasarkan evaluasi sensori. Sebanyak 5 gram formula bumbu terbaik memenuhi 1,1% anjuran konsumsi gula dan 20,08% anjuran konsumsi natrium sehari.
{"title":"Evaluasi sensori, kandungan gula dan natrium pada formula bumbu penyedap berbasis jamur tiram (Pleurotus ostreatus)","authors":"Sri Kadaryati, Yuni Afriani","doi":"10.35842/ilgi.v5i2.323","DOIUrl":"https://doi.org/10.35842/ilgi.v5i2.323","url":null,"abstract":"Latar belakang: Penelitian sebelumnya menunjukkan penambahan gula-garam dapat meningkatkan kesukaan panelis terhadap bumbu penyedap dari tepung jamur tiram. Pengembangan formulasi diperlukan untuk menghasilkan produk yang dapat diterima masyarakat. Kandungan gula dan natrium perlu dicantumkan dalam label kemasan produk. Tujuan: Merumuskan formula bumbu penyedap berbasis jamur tiram yang dapat diterima secara sensori, sekaligus mengetahui kandungan gula dan natriumnya. Metode: Tepung bumbu A, B, dan C dibuat dari jamur tiram dan bahan pelengkap (wortel, bawang putih, bawang merah, tomat, seledri, dan merica) di CV. Progress Jogja. Kandungan gula dan natrium dianalisis di PT. Saraswanti Indo Genetech. Kandungan gula sukrosa dianalisis secara HPLC, sedangkan natrium dianalisis menggunakan ICP-OES. Formula bumbu penyedap dibuat dari tepung bumbu jamur tiram sebanyak 50% (formula 352, 936, dan 857) dan 70% (formula 353, 937, dan 858), dengan penambahan gula pasir dan garam sebanyak 1 : 2. Evaluasi sensori (warna, aroma, rasa) menggunakan uji hedonik dengan tiga panelis terlatih. Perbedaan tingkat penerimaan panelis dianalisis menggunakan uji Kruskal-Walis. Kandungan gula dan natrium formula bumbu penyedap terbaik berdasarkan evaluasi sensori diperoleh dengan perhitungan dengan mempertimbangkan kandungan gula dan natrium pada setiap bahan. Hasil: Tepung bumbu A memiliki kandungan gula tertinggi dan natrium terendah, sedangkan tepung bumbu B dengan gula terendah dan natrium tertinggi. Formula 858 mendapatkan penilaian terbaik pada warna, aroma, dan rasa. Kesimpulan: Formula C (70%) dan kombinasi gula-garam sebanyak 1 : 2 merupakan formula terbaik berdasarkan evaluasi sensori. Sebanyak 5 gram formula bumbu terbaik memenuhi 1,1% anjuran konsumsi gula dan 20,08% anjuran konsumsi natrium sehari.","PeriodicalId":13397,"journal":{"name":"Ilmu Gizi Indonesia","volume":"44 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-02-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"83018113","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Vinsensius Belawa Lemaking, Marinda Manimalai, Herliana Monika Azi Djogo
Latar Belakang: Balita merupakan kelompok yang rentan mengalami masalah gizi salah satunya adalah stunting. Stunting merupakan salah satu bentuk kekurangan gizi yang ditandai dengan tinggi badan menurut usia di bawah standar deviasi (<-2 SD). Setiap daerah memiliki penyebab spesifik terjadinya stunting. Kabupaten Kupang merupakan salah satu kabupaten yang menyumbang angka stunting cukup besar bagi Provinsi NTT. Tujuan: Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita di Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang. Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Data diperoleh dari kuesioner. Populasi target adalah semua orang tua yang mempunyai balita usia 12–60 bulan di Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang. Penelitian ini dilakukan selama bulan Juli 2020 dengan populasi sebesar 1002 orang dan sampel sebanyak 286 orang yang diambil dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Analisis data mengunakan uji Chi Square dan Fisher Exact. Selanjutnya dilakukan analisis multivariat dengan uji regresi logistik. Hasil: Dari hasil uji didapatkan ada hubungan antara pekerjaan ayah (p=0,003), pendidikan ibu (p=0,040), pola asuh orang tua (p=0,000), jumlah anggota keluarga (p=0,000) dengan kejadian stunting pada balita di Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang. Kesimpulan: Ada hubungan antara pekerjaan ayah, pendidikan ibu, pola asuh orang tua, jumlah anggota keluarga dengan kejadian stunting pada balita di Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang.
背景:幼儿是容易营养问题的群体,其中之一是发育不良。发育不良是营养不良的一种形式,其特点是身高低于正常水平(<-2 SD)。每个区域都有一个特定的原因导致特技的发生。库邦区是为数不多的几个对NTT省影响深远的地区之一。目的:确定与库邦区中央库邦区幼儿发育不良有关的因素。方法:采用的研究类型是经节方法的观察分析调查。数据来自调查问卷。目标人口是所有在库邦区中央库邦区拥有12 - 60个月幼儿的家长。这项研究是在2020年7月进行的,人口为1002,样本为286人。使用Chi Square测试和Fisher Exact进行的数据分析。随后进行多变量分析与物流回归测试。结果:测试结果发现,父亲的工作(p= 003)、母亲教育(p= 040)、父母教养(p= 10000)、家庭成员数量(p= 10000)与幼儿在库邦区中央库邦区(Kupang council of Kupang)的发育过程之间存在联系。结论:父亲的工作、母亲的教育、父母的教养、家庭成员的数量和5岁以下儿童在库邦区库邦区发育迟缓之间存在联系。
{"title":"Hubungan pekerjaan ayah, pendidikan ibu, pola asuh, dan jumlah anggota keluarga dengan kejadian stunting pada balita di Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang","authors":"Vinsensius Belawa Lemaking, Marinda Manimalai, Herliana Monika Azi Djogo","doi":"10.35842/ilgi.v5i2.254","DOIUrl":"https://doi.org/10.35842/ilgi.v5i2.254","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Balita merupakan kelompok yang rentan mengalami masalah gizi salah satunya adalah stunting. Stunting merupakan salah satu bentuk kekurangan gizi yang ditandai dengan tinggi badan menurut usia di bawah standar deviasi (<-2 SD). Setiap daerah memiliki penyebab spesifik terjadinya stunting. Kabupaten Kupang merupakan salah satu kabupaten yang menyumbang angka stunting cukup besar bagi Provinsi NTT. Tujuan: Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita di Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang. Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Data diperoleh dari kuesioner. Populasi target adalah semua orang tua yang mempunyai balita usia 12–60 bulan di Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang. Penelitian ini dilakukan selama bulan Juli 2020 dengan populasi sebesar 1002 orang dan sampel sebanyak 286 orang yang diambil dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Analisis data mengunakan uji Chi Square dan Fisher Exact. Selanjutnya dilakukan analisis multivariat dengan uji regresi logistik. Hasil: Dari hasil uji didapatkan ada hubungan antara pekerjaan ayah (p=0,003), pendidikan ibu (p=0,040), pola asuh orang tua (p=0,000), jumlah anggota keluarga (p=0,000) dengan kejadian stunting pada balita di Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang. Kesimpulan: Ada hubungan antara pekerjaan ayah, pendidikan ibu, pola asuh orang tua, jumlah anggota keluarga dengan kejadian stunting pada balita di Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang.","PeriodicalId":13397,"journal":{"name":"Ilmu Gizi Indonesia","volume":"11 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-02-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"88840599","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang: Hasil Riskesdas tahun 2018 menunjukkan adanya penurunan proporsi gizi buruk dan gizi kurang di Indonesia yaitu 17,7% dari 19,6% pada hasil Riskesdas tahun 2013. Pemerintah Daerah Kota Bogor menggagaskan misi pembangunan kesehatan Kota Bogor yang dituangkan ke dalam 17 program, salah satunya program perbaikan gizi masyarakat. Tujuan: Menganalisis perbedaan pengetahuan dan sikap pada ibu dan stakeholder terkait pelaksanaan program perbaikan gizi di dua kelompok posyandu berdasarkan data balita gizi kurang dan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Induk Merdeka, Bogor Tengah. Metode: Penelitian menggunakan desain cross sectional dan dilaksanakan pada Januari–Juli 2019 di 21 Posyandu (tujuh posyandu tidak terdapat kasus dan 14 posyandu terdapat kasus gizi buruk). Penelitian menggunakan empat kategori responden yaitu ibu balita, kader posyandu, bidan, dan tokoh masyarakat. Penentuan jumlah ibu didasarkan pada jumlah balita yaitu sebanyak 74 orang. Kader diambil dari seluruh posyandu yaitu sebanyak 110 orang. Tokoh masyarakat menggunakan 72 ketua RT dan 19 ketua RW. Seluruh bidan di wilayah tersebut yaitu sebanyak empat orang juga dijadikan responden. Analisis perbedaan dilakukan dengan T-test Independent. Hasil: Ada perbedaan pengetahuan ibu (p=0,001), sikap ibu (p=0,02), pengetahuan kader (p=0,001), dan peran kader (p=0,01). Tidak ada perbedaan pengetahuan tokoh masyarakat (p=0,386) dan sikap tokoh masyarakat (p=0,916). Kesimpulan: Pengetahuan ibu balita dan kader lebih baik pada kelompok posyandu yang tidak ada kasus gizi buruk.
{"title":"Pengetahuan dan sikap terkait program perbaikan gizi balita: analisis pada ibu dan stakeholder di posyandu wilayah kerja Puskesmas Induk Merdeka","authors":"Hafika Yunisari Pradina, Idrus Jus’at, Vitria Melani, Laras Sitoayu, Rachmanida Nuzrina","doi":"10.35842/ilgi.v5i2.163","DOIUrl":"https://doi.org/10.35842/ilgi.v5i2.163","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Hasil Riskesdas tahun 2018 menunjukkan adanya penurunan proporsi gizi buruk dan gizi kurang di Indonesia yaitu 17,7% dari 19,6% pada hasil Riskesdas tahun 2013. Pemerintah Daerah Kota Bogor menggagaskan misi pembangunan kesehatan Kota Bogor yang dituangkan ke dalam 17 program, salah satunya program perbaikan gizi masyarakat. Tujuan: Menganalisis perbedaan pengetahuan dan sikap pada ibu dan stakeholder terkait pelaksanaan program perbaikan gizi di dua kelompok posyandu berdasarkan data balita gizi kurang dan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Induk Merdeka, Bogor Tengah. Metode: Penelitian menggunakan desain cross sectional dan dilaksanakan pada Januari–Juli 2019 di 21 Posyandu (tujuh posyandu tidak terdapat kasus dan 14 posyandu terdapat kasus gizi buruk). Penelitian menggunakan empat kategori responden yaitu ibu balita, kader posyandu, bidan, dan tokoh masyarakat. Penentuan jumlah ibu didasarkan pada jumlah balita yaitu sebanyak 74 orang. Kader diambil dari seluruh posyandu yaitu sebanyak 110 orang. Tokoh masyarakat menggunakan 72 ketua RT dan 19 ketua RW. Seluruh bidan di wilayah tersebut yaitu sebanyak empat orang juga dijadikan responden. Analisis perbedaan dilakukan dengan T-test Independent. Hasil: Ada perbedaan pengetahuan ibu (p=0,001), sikap ibu (p=0,02), pengetahuan kader (p=0,001), dan peran kader (p=0,01). Tidak ada perbedaan pengetahuan tokoh masyarakat (p=0,386) dan sikap tokoh masyarakat (p=0,916). Kesimpulan: Pengetahuan ibu balita dan kader lebih baik pada kelompok posyandu yang tidak ada kasus gizi buruk.","PeriodicalId":13397,"journal":{"name":"Ilmu Gizi Indonesia","volume":"21 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-02-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77997347","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang: Body image perception yang negatif pada remaja putri, khususnya yang menekuni bidang seni tari, menyebabkan mereka mengubah kebiasaan makan sebagai upaya untuk menyesuaikan berat badan sesuai dengan standar publik, padahal menurut data terdapat 14,5% wanita usia subur mengalami kekurangan energi kronis. Pengaruh teman sebaya juga menjadikan para remaja putri menaruh perhatian lebih besar terhadap tubuhnya dan secara tidak sadar mengubah kebiasaan makan mereka. Tujuan: Mengetahui hubungan body image perception dan teman sebaya dengan kebiasaan makan pada remaja putri di Jurusan Seni Tari, SMK Negeri 1 Kasihan (SMKI Yogyakarta). Metode: Jenis penelitian kuantitatif observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian merupakan 54 remaja putri di Jurusan Seni Tari, SMK Negeri 1 Kasihan (SMKI Yogyakarta) yang diambil menggunakan metode stratified random sampling. Kuesioner Body Dissatisfaction Scale (BDS) digunakan untuk mengetahui body image perception, sedangkan kuesioner Peer Influence Scale (PFS) untuk mengetahui pengaruh teman sebaya. Kebiasaan makan dinilai menggunakan Adolescent Food Habits Checklist (AFHC). Analisis data menggunakan uji Pearson. Hasil: Terdapat 57,4% responden memiliki body image perception yang negatif, 11,1% responden mendapatkan pengaruh teman sebaya, dan 55,6% responden memiliki kebiasaan makan tidak baik. Tidak ada hubungan antara body image perception dengan kebiasaan makan (p=0,171) dan tidak ada hubungan antara teman sebaya dengan kebiasaan makan (p=0,086). Kesimpulan: Tidak ada hubungan antara body image perception dan teman sebaya dengan kebiasaan makan pada remaja putri di Jurusan Seni Tari, SMK Negeri 1 Kasihan (SMKI Yogyakarta).
背景:年轻女性的负面身体形象,尤其是从事舞蹈艺术的女性,导致她们改变饮食习惯,以适应公共标准,而数据显示,14.5%的育龄妇女长期缺乏精力。同龄人的影响也使年轻女性更加关注自己的身体,并无意识地改变了她们的饮食习惯。目的:了解舞蹈艺术专业、SMK Negeri 1的年轻女性的身体形象关系和饮食习惯。方法:由横截面方法进行的定量观察分析研究类型。这项研究是沙特SMK state 1的54名年轻女性,她们使用未经证实的随机抽样方法进行舞蹈研究。《身体不满意问卷》是用来了解身体形象的。饮食习惯可以用营养检查表来衡量。使用皮尔逊测试进行数据分析。结果:57.4%的受访者有负面的身体形象,11.1%的受访者有同龄人的影响,55.6%的受访者有不好的饮食习惯。身体形象与饮食习惯(p= 0.171)没有关系,同辈与饮食习惯(p= 086)没有关系。结论:身体形象与舞蹈艺术专业SMK Negeri 1的年轻女性饮食习惯之间没有联系。
{"title":"Body image perception, teman sebaya, dan kebiasaan makan pada remaja putri di Jurusan Seni Tari, SMKI Yogyakarta","authors":"Nia Rizki Lestari, Fera Nofiartika, Soepri Tjahjono Moedji Widodo","doi":"10.35842/ilgi.v5i2.322","DOIUrl":"https://doi.org/10.35842/ilgi.v5i2.322","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Body image perception yang negatif pada remaja putri, khususnya yang menekuni bidang seni tari, menyebabkan mereka mengubah kebiasaan makan sebagai upaya untuk menyesuaikan berat badan sesuai dengan standar publik, padahal menurut data terdapat 14,5% wanita usia subur mengalami kekurangan energi kronis. Pengaruh teman sebaya juga menjadikan para remaja putri menaruh perhatian lebih besar terhadap tubuhnya dan secara tidak sadar mengubah kebiasaan makan mereka. Tujuan: Mengetahui hubungan body image perception dan teman sebaya dengan kebiasaan makan pada remaja putri di Jurusan Seni Tari, SMK Negeri 1 Kasihan (SMKI Yogyakarta). Metode: Jenis penelitian kuantitatif observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian merupakan 54 remaja putri di Jurusan Seni Tari, SMK Negeri 1 Kasihan (SMKI Yogyakarta) yang diambil menggunakan metode stratified random sampling. Kuesioner Body Dissatisfaction Scale (BDS) digunakan untuk mengetahui body image perception, sedangkan kuesioner Peer Influence Scale (PFS) untuk mengetahui pengaruh teman sebaya. Kebiasaan makan dinilai menggunakan Adolescent Food Habits Checklist (AFHC). Analisis data menggunakan uji Pearson. Hasil: Terdapat 57,4% responden memiliki body image perception yang negatif, 11,1% responden mendapatkan pengaruh teman sebaya, dan 55,6% responden memiliki kebiasaan makan tidak baik. Tidak ada hubungan antara body image perception dengan kebiasaan makan (p=0,171) dan tidak ada hubungan antara teman sebaya dengan kebiasaan makan (p=0,086). Kesimpulan: Tidak ada hubungan antara body image perception dan teman sebaya dengan kebiasaan makan pada remaja putri di Jurusan Seni Tari, SMK Negeri 1 Kasihan (SMKI Yogyakarta).","PeriodicalId":13397,"journal":{"name":"Ilmu Gizi Indonesia","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-02-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"88817352","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang: Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang terkena pandemi Covid-19. Orang dengan riwayat penyakit kronis (komorbiditas) lebih mungkin terinfeksi virus Corona. Diabetes tipe II adalah penyakit kronis. Orang yang rentan terkena Covid-19 adalah pasien diabetes tipe II karena memiliki ketahanan tubuh yang lemah, sehingga pasien diabetes tipe II perlu menjaga kadar glukosa darah yang baik untuk mencegah perburukan Covid-19. Hal terpenting dalam mengendalikan diabetes adalah mengendalikan faktor risiko seperti asupan makan dan menjaga tingkat stres. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar glukosa darah dengan asupan makan dan tingkat stres pada pasien diabetes tipe II selama pandemi Covid-19. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan jumlah pasien sebanyak 75 orang. Penelitian dilakukan di Puskesmas Sakra Lombok Timur pada November 2020. Data asupan makan dikumpulkan menggunakan formulir food recall. Data tingkat stres diperoleh dengan kuesioner Depression Anxiety Stress Scales (DASS 42). Glukosa darah diukur menggunakan pengukur glukosa darah. Data diolah dengan uji Chi-Square dengan taraf signifikansi 95% (α=0,05). Hasil: Ada hubungan antara asupan makanan dengan glukosa darah (p=0,012), dan ada hubungan stres dengan kadar glukosa darah (p<0,001). Kesimpulan: Ada hubungan antara asupan makan dan stres dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes tipe II selama pandemi Covid-19.
{"title":"Hubungan asupan makan dan tingkat stres dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe II di masa pandemi Covid-19","authors":"M. Z. A. Fariqi, Regina Pricilia Yunika","doi":"10.35842/ilgi.v5i2.259","DOIUrl":"https://doi.org/10.35842/ilgi.v5i2.259","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang terkena pandemi Covid-19. Orang dengan riwayat penyakit kronis (komorbiditas) lebih mungkin terinfeksi virus Corona. Diabetes tipe II adalah penyakit kronis. Orang yang rentan terkena Covid-19 adalah pasien diabetes tipe II karena memiliki ketahanan tubuh yang lemah, sehingga pasien diabetes tipe II perlu menjaga kadar glukosa darah yang baik untuk mencegah perburukan Covid-19. Hal terpenting dalam mengendalikan diabetes adalah mengendalikan faktor risiko seperti asupan makan dan menjaga tingkat stres. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar glukosa darah dengan asupan makan dan tingkat stres pada pasien diabetes tipe II selama pandemi Covid-19. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan jumlah pasien sebanyak 75 orang. Penelitian dilakukan di Puskesmas Sakra Lombok Timur pada November 2020. Data asupan makan dikumpulkan menggunakan formulir food recall. Data tingkat stres diperoleh dengan kuesioner Depression Anxiety Stress Scales (DASS 42). Glukosa darah diukur menggunakan pengukur glukosa darah. Data diolah dengan uji Chi-Square dengan taraf signifikansi 95% (α=0,05). Hasil: Ada hubungan antara asupan makanan dengan glukosa darah (p=0,012), dan ada hubungan stres dengan kadar glukosa darah (p<0,001). Kesimpulan: Ada hubungan antara asupan makan dan stres dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes tipe II selama pandemi Covid-19.","PeriodicalId":13397,"journal":{"name":"Ilmu Gizi Indonesia","volume":"200 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-02-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"80126249","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang: Mengkudu (Morinda citrifolia L.) sudah sejak lama dikenal dan digunakan sebagai tanaman yang memiliki manfaat untuk menyembuhkan penyakit seperti hepar, diabetes dan hipertensi. Hipertensi adalah salah satu penyakit yang menjadi masalah utama di Indonesia maupun dunia. Prevalensi hipertensi di Indonesia pada kelompok usia ≥18 tahun sebesar 34,1%. Penderita hipertensi di Desa Cot Malem sebanyak 40 orang. Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan secara nonfarmakologi dengan memanfaatkan tanaman herbal seperti buah mengkudu yang mengandung zat aktif scopoletin. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian puding buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di Desa Cot Malem Aceh Besar. Metode: Penelitian menggunakan desain Quasi-Experimental. Penelitian dilaksanakan di Desa Cot Malem pada bulan Juni 2019. Sebanyak 40 responden diikutkan dalam penelitian ini dan dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok perlakuan dan tanpa perlakuan masing-masing terdiri dari 20 orang. Data yang dikumpulkan yaitu karakteristik responden, tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah diberikan puding buah mengkudu. Analisis data menggunakan software statistik dengan Dependen dan Independen T-Test. Hasil: Rata-rata tekanan darah sistolik kelompok intervensi sebelum pemberian puding buah mengkudu 169,5 mmHg dan median tekanan darah diastolik 90 mmHg. Setelah diberikan puding buah mengkudu selama tujuh hari, rata-rata tekanan darah sistolik 146,5 mmHg dan median tekanan darah diastolik 80 mmHg (p<0,05). Ada perbedaan rerata tekanan darah sistolik kedua kelompok sebesar 8,5 mmHg (p=0,042) dan perbedaan median tekanan darah diastolik sebesar 10 mmHg (p=0,000). Kesimpulan: Pemberian pudding buah mengkudu dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik secara signifikan.
{"title":"Pengaruh pemberian puding mengkudu (Morinda citrifolia L.) terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di Desa Cot Malem Aceh Besar","authors":"Gita Indriyani, Silvia Wagustina","doi":"10.35842/ilgi.v5i2.204","DOIUrl":"https://doi.org/10.35842/ilgi.v5i2.204","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Mengkudu (Morinda citrifolia L.) sudah sejak lama dikenal dan digunakan sebagai tanaman yang memiliki manfaat untuk menyembuhkan penyakit seperti hepar, diabetes dan hipertensi. Hipertensi adalah salah satu penyakit yang menjadi masalah utama di Indonesia maupun dunia. Prevalensi hipertensi di Indonesia pada kelompok usia ≥18 tahun sebesar 34,1%. Penderita hipertensi di Desa Cot Malem sebanyak 40 orang. Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan secara nonfarmakologi dengan memanfaatkan tanaman herbal seperti buah mengkudu yang mengandung zat aktif scopoletin. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian puding buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di Desa Cot Malem Aceh Besar. Metode: Penelitian menggunakan desain Quasi-Experimental. Penelitian dilaksanakan di Desa Cot Malem pada bulan Juni 2019. Sebanyak 40 responden diikutkan dalam penelitian ini dan dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok perlakuan dan tanpa perlakuan masing-masing terdiri dari 20 orang. Data yang dikumpulkan yaitu karakteristik responden, tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah diberikan puding buah mengkudu. Analisis data menggunakan software statistik dengan Dependen dan Independen T-Test. Hasil: Rata-rata tekanan darah sistolik kelompok intervensi sebelum pemberian puding buah mengkudu 169,5 mmHg dan median tekanan darah diastolik 90 mmHg. Setelah diberikan puding buah mengkudu selama tujuh hari, rata-rata tekanan darah sistolik 146,5 mmHg dan median tekanan darah diastolik 80 mmHg (p<0,05). Ada perbedaan rerata tekanan darah sistolik kedua kelompok sebesar 8,5 mmHg (p=0,042) dan perbedaan median tekanan darah diastolik sebesar 10 mmHg (p=0,000). Kesimpulan: Pemberian pudding buah mengkudu dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik secara signifikan.","PeriodicalId":13397,"journal":{"name":"Ilmu Gizi Indonesia","volume":"50 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-02-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"80132495","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Desiani Rizki Purwaningtyas, D. Anggriani, Y. Setyowati
Latar Belakang: Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang biasa disebut silence killer. Prevalensi hipertensi pada umur ≥18 tahun berdasarkan pengukuran mengalami kenaikan dari 25,8% pada 2013 menjadi 34,1% pada 2018. Komplikasi penyakit lain seperti gagal ginjal, penyakit jantung koroner, dan stroke dapat terjadi jika peningkatan tekanan darah terjadi secara konstan dan dalam waktu lama. Beberapa studi memaparkan bahwa konsumsi kopi, natrium, status gizi, usia, konsumsi fast food, juga aktifitas fisik akan menyebabkan perubahan pada tekanan darah. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsumsi kopi dan status gizi menurut indeks massa tubuh (IMT) dengan tekanan darah pada pekerja usia 21–40 tahun di Kelurahan Kutabumi, Kabupaten Tangerang. Metode: Penelitian ini menggunakan metode cross sectional, melibatkan 92 responden yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling, analisis data menggunakan uji Spearman. Penelitian ini telah memperoleh ethical clearance dari Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan (KEPK) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada – RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Hasil: Status gizi menurut IMT berhubungan dengan tekanan darah sistolik maupun diastolik (masing-masing p=0,007 dan p=0,000; serta r= 0,281 dan r=0,394). Frekuensi konsumsi kopi berhubungan nyata dengan tekanan darah baik dengan tekanan sistolik (p=0,009 dan r=0,270) maupun diastolik (p=0,033 dan r=0,222). Kesimpulan: Konsumsi kopi dan status gizi menurut IMT memiliki hubungan yang signifikan dengan tekanan darah.
背景:高血压是一种被称为沉默杀手的非传染性疾病。高血压的患病率增加的基于测量≥18岁时经历25,8% 2013年成为2018年34,1%。如果血压持续和长期升高,诸如肾衰竭、冠状动脉疾病和中风等其他疾病可能会出现并发症。一些研究表明,咖啡的摄入、钠、营养状况、年龄、快餐的摄入量以及身体活动都会导致血压的变化。目的:这项研究的目的是根据唐郎区21 - 40岁员工的血压指数(IMT),了解咖啡消费与营养状况的关系。方法:该研究采用分段法,包括92名被选中的受访者使用采样技术,使用Spearman测试进行数据分析。这项研究已经从Gadjah Mada医疗、公共卫生和护理学院(doctors and health research committee)获得了ethical clearance——Sardjito yogarta博士的RSUP。结果:IMT的营养状况与收缩压和舒张压(分别为p= 0.004和p= 0000;以及r= 0,281和r=0,394)。咖啡摄入量的频率与收缩压(p= 0.009, r= 0.270)和舒张压(p= 0.033和r= 0.222)都有明显的关系。结论:咖啡的摄入和营养不良的状态与血压有显著关系。
{"title":"Kebiasaan konsumsi kopi dan status gizi dengan tekanan darah pada pekerja usia 21–40 tahun di Kelurahan Kutabumi, Kabupaten Tangerang","authors":"Desiani Rizki Purwaningtyas, D. Anggriani, Y. Setyowati","doi":"10.35842/ilgi.v5i2.327","DOIUrl":"https://doi.org/10.35842/ilgi.v5i2.327","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang biasa disebut silence killer. Prevalensi hipertensi pada umur ≥18 tahun berdasarkan pengukuran mengalami kenaikan dari 25,8% pada 2013 menjadi 34,1% pada 2018. Komplikasi penyakit lain seperti gagal ginjal, penyakit jantung koroner, dan stroke dapat terjadi jika peningkatan tekanan darah terjadi secara konstan dan dalam waktu lama. Beberapa studi memaparkan bahwa konsumsi kopi, natrium, status gizi, usia, konsumsi fast food, juga aktifitas fisik akan menyebabkan perubahan pada tekanan darah. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsumsi kopi dan status gizi menurut indeks massa tubuh (IMT) dengan tekanan darah pada pekerja usia 21–40 tahun di Kelurahan Kutabumi, Kabupaten Tangerang. Metode: Penelitian ini menggunakan metode cross sectional, melibatkan 92 responden yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling, analisis data menggunakan uji Spearman. Penelitian ini telah memperoleh ethical clearance dari Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan (KEPK) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada – RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Hasil: Status gizi menurut IMT berhubungan dengan tekanan darah sistolik maupun diastolik (masing-masing p=0,007 dan p=0,000; serta r= 0,281 dan r=0,394). Frekuensi konsumsi kopi berhubungan nyata dengan tekanan darah baik dengan tekanan sistolik (p=0,009 dan r=0,270) maupun diastolik (p=0,033 dan r=0,222). Kesimpulan: Konsumsi kopi dan status gizi menurut IMT memiliki hubungan yang signifikan dengan tekanan darah. ","PeriodicalId":13397,"journal":{"name":"Ilmu Gizi Indonesia","volume":"32 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-02-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75177607","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang: Prevalensi kejadian anemia pada semua kelompok usia masih cukup tinggi disebabkan oleh kurangnya asupan zat besi. Salah satu sumber pangan nabati yang kaya akan zat besi adalah talas dan beras merah. Tujuan: Mengetahui pengaruh substitusi tepung talas dan tepung beras merah pada pembuatan mochi ditinjau dari kadar proksimat dan zat besi. Metode: Jenis penelitian yang digunakan yaitu eksperimen murni menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga variasi formula dengan perbandingan = tepung ketan : tepung talas : tepung beras merah 100 : 0 : 0 (formula A); 75 : 15 : 10 (formula B), dan 80:10:10 (formula C). Masing˗masing formula dibuat dengan dua pengulangan dan dua unit percobaan. Analisis kadar proksimat menggunakan metode thermogravimetri (air dan abu), Soxhlet (lemak), Kjeldahl (protein), by difference (karbohidrat), dan spektrofotometer serapan atom (kadar zat besi). Uji statistik kadar proksimat menggunakan One Way Anova dilanjutkan dengan uji LSD, serta uji Kruskal-Wallis untuk kadar zat besi. Hasil: Substitusi tepung talas dan tepung beras merah meningkatkaan kadar air dan protein, menurunkan kadar lemak dan karbohidrat pada produk mochi. Terdapat perbedaan kadar air (p=0,000), kadar protein (p=0,000), kadar lemak (p=0,000) dan karbohidrat (p=0,038) yang signifikan antara ketiga formula. Substitusi tepung talas dan tepung beras merah dalam pembuatan mochi menurunkan kadar zat besi, namun secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p=0,083). Kesimpulan: Substitusi tepung talas (Colocasia esculenta) dan tepung beras merah (Oryza nivara) pada pembuatan mochi dapat meningkatkan kadar air dan protein, serta menurunkan kadar lemak dan karbohidrat, namun secara statistik tidak berpengaruh terhadap kandungan zat besi.
{"title":"Pengaruh substitusi tepung talas (Colocasia esculenta) dan tepung beras merah (Oryza nivara) terhadap kadar proksimat dan kadar zat besi pada mochi","authors":"Jorgi Arifsyah, Devillya Puspita Dewi, Siti Wahyuningsih","doi":"10.35842/ilgi.v5i2.296","DOIUrl":"https://doi.org/10.35842/ilgi.v5i2.296","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Prevalensi kejadian anemia pada semua kelompok usia masih cukup tinggi disebabkan oleh kurangnya asupan zat besi. Salah satu sumber pangan nabati yang kaya akan zat besi adalah talas dan beras merah. Tujuan: Mengetahui pengaruh substitusi tepung talas dan tepung beras merah pada pembuatan mochi ditinjau dari kadar proksimat dan zat besi. Metode: Jenis penelitian yang digunakan yaitu eksperimen murni menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga variasi formula dengan perbandingan = tepung ketan : tepung talas : tepung beras merah 100 : 0 : 0 (formula A); 75 : 15 : 10 (formula B), dan 80:10:10 (formula C). Masing˗masing formula dibuat dengan dua pengulangan dan dua unit percobaan. Analisis kadar proksimat menggunakan metode thermogravimetri (air dan abu), Soxhlet (lemak), Kjeldahl (protein), by difference (karbohidrat), dan spektrofotometer serapan atom (kadar zat besi). Uji statistik kadar proksimat menggunakan One Way Anova dilanjutkan dengan uji LSD, serta uji Kruskal-Wallis untuk kadar zat besi. Hasil: Substitusi tepung talas dan tepung beras merah meningkatkaan kadar air dan protein, menurunkan kadar lemak dan karbohidrat pada produk mochi. Terdapat perbedaan kadar air (p=0,000), kadar protein (p=0,000), kadar lemak (p=0,000) dan karbohidrat (p=0,038) yang signifikan antara ketiga formula. Substitusi tepung talas dan tepung beras merah dalam pembuatan mochi menurunkan kadar zat besi, namun secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p=0,083). Kesimpulan: Substitusi tepung talas (Colocasia esculenta) dan tepung beras merah (Oryza nivara) pada pembuatan mochi dapat meningkatkan kadar air dan protein, serta menurunkan kadar lemak dan karbohidrat, namun secara statistik tidak berpengaruh terhadap kandungan zat besi.","PeriodicalId":13397,"journal":{"name":"Ilmu Gizi Indonesia","volume":"84 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-02-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86853583","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Dwi Winda Fitria, B. Simanjuntak, Ayu Pravita Sari
Latar Belakang: Cookies merupakan salah satu jenis kudapan atau kue kering yang ringan yang renyah, tipis, datar (gepeng) yang populer di masyarakat. Penambahan tepung ikan lokal pada cookies dilakukan sebagai alternatif peningkatan konsumsi ikan yang berkontribusi meningkatkan asupan khususnya protein, dan kalsium. Tujuan: Mengetahui perubahan protein, lemak, kalsium dan air pada cookies pelangi ikan gaguk dengan penyimpanan selama 0 minggu, 6 minggu dan 12 minggu. Metode: Penelitian ini merupakan experiment research yang meliputi tiga tahap yaitu: pembuatan tepung ikan gaguk dan tempe, serta pembuatan cookies dan penyimpanan cookies. Cookies dilakukan penyimpanan hingga batas waktu 0, 6, dan 12 minggu dan dilakukan uji protein, lemak, kalsium dan air. Pengujian kadar protein cookies menggunakan uji Kjeldahl, kadar lemak menggunakan uji Soxhlet, dan kadar kalsium menggunakan spektrofotometer. Perubahan zat gizi yang didapatkan diuji menggunakan uji Kruskal-Wallis dan dilanjutkan dengan uji Mann Whitney. Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa protein, lemak, kalsium dan air cookies ikan gaguk mengalami perubahan pada masa simpan 6 minggu. Kadar protein mengalami penurunan dari 9,67% menjadi 8,12%. Kadar lemak mengalami penurunan dari 32% menjadi 31,8%. Kadar kalsium juga mengalami penurunan dari 34% menjadi 32,4%. Kadar air mengalami peningkatan dari 6,35% menjadi 11,4%. Kesimpulan: Kandungan protein, lemak, kalsium dan air pada durasi penyimpanan berbeda memiliki kandungan yang berbeda pula. Terjadi penurunan kadar protein, lemak dan kalsium cookies ikan gaguk selama disimpan dan peningkatan kadar air cookies ikan gaguk selama disimpan.
{"title":"Pengaruh umur simpan kukis pelangi ikan gaguk (Arius thalassinus) terhadap perubahan kadar protein, lemak, kalsium dan air","authors":"Dwi Winda Fitria, B. Simanjuntak, Ayu Pravita Sari","doi":"10.35842/ilgi.v5i1.205","DOIUrl":"https://doi.org/10.35842/ilgi.v5i1.205","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Cookies merupakan salah satu jenis kudapan atau kue kering yang ringan yang renyah, tipis, datar (gepeng) yang populer di masyarakat. Penambahan tepung ikan lokal pada cookies dilakukan sebagai alternatif peningkatan konsumsi ikan yang berkontribusi meningkatkan asupan khususnya protein, dan kalsium. Tujuan: Mengetahui perubahan protein, lemak, kalsium dan air pada cookies pelangi ikan gaguk dengan penyimpanan selama 0 minggu, 6 minggu dan 12 minggu. Metode: Penelitian ini merupakan experiment research yang meliputi tiga tahap yaitu: pembuatan tepung ikan gaguk dan tempe, serta pembuatan cookies dan penyimpanan cookies. Cookies dilakukan penyimpanan hingga batas waktu 0, 6, dan 12 minggu dan dilakukan uji protein, lemak, kalsium dan air. Pengujian kadar protein cookies menggunakan uji Kjeldahl, kadar lemak menggunakan uji Soxhlet, dan kadar kalsium menggunakan spektrofotometer. Perubahan zat gizi yang didapatkan diuji menggunakan uji Kruskal-Wallis dan dilanjutkan dengan uji Mann Whitney. Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa protein, lemak, kalsium dan air cookies ikan gaguk mengalami perubahan pada masa simpan 6 minggu. Kadar protein mengalami penurunan dari 9,67% menjadi 8,12%. Kadar lemak mengalami penurunan dari 32% menjadi 31,8%. Kadar kalsium juga mengalami penurunan dari 34% menjadi 32,4%. Kadar air mengalami peningkatan dari 6,35% menjadi 11,4%. Kesimpulan: Kandungan protein, lemak, kalsium dan air pada durasi penyimpanan berbeda memiliki kandungan yang berbeda pula. Terjadi penurunan kadar protein, lemak dan kalsium cookies ikan gaguk selama disimpan dan peningkatan kadar air cookies ikan gaguk selama disimpan.","PeriodicalId":13397,"journal":{"name":"Ilmu Gizi Indonesia","volume":"7 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"74510735","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}