Polypoidal choroidal vasculopathy (PCV) adalah penyebab disabilitas visual yang besar pada sebagian besar populasi Asia yang diakibatkan oleh makulopati eksudatif. PCV merupakan penyakit yang kurang terdiagnosis ataupun sering salah terdiagnosis mengingat penegakkan diagnosisnya sangat bergantung pada pencitraan. Modalitas yang dapat digunakan untuk PCV adalah foto fundus, fluorescein angiography (FA), indocyanine green angiography (ICGA), ocular coherence tomography (OCT), en face OCT, ocular coherence tomography angiography (OCTA), dan bahkan kecerdasan buatan. ICGA yang invasif, ketersediaannya yang terbatas, dan relatif mahal belum bisa digantikan sebagai metode diagnostik baku emas bagi PCV. Klinisi dapat menggunakan berbagai modalitas pemeriksaan penunjang yang lain untuk membantu dalam diagnosis PCV mengingat keterbatasan dari ICGA dengan berdasarkan pada beragam penelitian yang telah dilakukan. Berbagai modalitas diagnostik baik yang telah tersedia maupun yang baru dapat dipertimbangkan untuk digunakan dan dikombinasikan agar semakin meningkatkan akurasi diagnostik yang non invasif. Klinisi juga harus terus meningkatkan keahlian dan pengetahuannya ditengah perkembangan teknologi diagnostik di era pencitraan multi modalitas.
{"title":"POLYPOIDAL CHOROIDAL VASCULOPATHY: DIAGNOSIS TERKINI DI ERA PENCITRAAN MULTIMODALITAS","authors":"Fredy Ciputra","doi":"10.29303/jku.v11i3.780","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/jku.v11i3.780","url":null,"abstract":"Polypoidal choroidal vasculopathy (PCV) adalah penyebab disabilitas visual yang besar pada sebagian besar populasi Asia yang diakibatkan oleh makulopati eksudatif. PCV merupakan penyakit yang kurang terdiagnosis ataupun sering salah terdiagnosis mengingat penegakkan diagnosisnya sangat bergantung pada pencitraan. Modalitas yang dapat digunakan untuk PCV adalah foto fundus, fluorescein angiography (FA), indocyanine green angiography (ICGA), ocular coherence tomography (OCT), en face OCT, ocular coherence tomography angiography (OCTA), dan bahkan kecerdasan buatan. ICGA yang invasif, ketersediaannya yang terbatas, dan relatif mahal belum bisa digantikan sebagai metode diagnostik baku emas bagi PCV. Klinisi dapat menggunakan berbagai modalitas pemeriksaan penunjang yang lain untuk membantu dalam diagnosis PCV mengingat keterbatasan dari ICGA dengan berdasarkan pada beragam penelitian yang telah dilakukan. Berbagai modalitas diagnostik baik yang telah tersedia maupun yang baru dapat dipertimbangkan untuk digunakan dan dikombinasikan agar semakin meningkatkan akurasi diagnostik yang non invasif. Klinisi juga harus terus meningkatkan keahlian dan pengetahuannya ditengah perkembangan teknologi diagnostik di era pencitraan multi modalitas.","PeriodicalId":135675,"journal":{"name":"Unram Medical Journal","volume":"15 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-10-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134582612","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Background: Physical activity can improve physical fitness. By maintaining a good level of physical fitness not only prevent an increase in body fat percentage, but also improve lipid profiles. Elevated value of total cholesterol and low-density lipoprotein cholesterol (LDL-C) with low levels of high-density lipoprotein cholesterol (HDL-C) are an important risk factors for coronary heart disease, in addition to above-normal body mass index, both overweight and obesity. The purpose of this study was to determine the relationship between physical activity and body mass index, lipid profile of first year students of Medical Students Faculty of Medicine, University of Mataram. Method: The research subjects were 93 first year students. Physical activity level was measured using the IPAQ-SF (International Physical Activity-Short Form) questionnaire, body mass index (BMI) by dividing body weight (kg) by height (m2) and examination of lipid profiles which included: triglyceride, total cholesterol , HDL and LDL cholesterol from blood serum using enzymatic colorimetric method. Data were analyzed statistically by Spearman correlation test. Results: The results showed that there was no significant correlation between the level of physical activity with BMI, cholesterol, triglyceride, and LDL value, with significance values (p) respectively: 0.162, 0.14, 0.327, 0.51. There was a significant correlation between level of physical activity and HDL (p=0.018; r=0.242). Conclusion: Body mass index and lipid profile are not only affected by the level of physical activity. The higher the level of physical activity, the better HDL levels
{"title":"RELATIONSHIP OF PHYSICAL ACTIVITY WITH BODY MASS INDEX AND LIPID PROFILE OF FIRST YEAR OF MEDICAL STUDENTS FACULTY OF MEDICINE UNIVERSITY OF MATARAM","authors":"I. D. A. Widiastuti","doi":"10.29303/jku.v11i2.762","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/jku.v11i2.762","url":null,"abstract":"Background: Physical activity can improve physical fitness. By maintaining a good level of physical fitness not only prevent an increase in body fat percentage, but also improve lipid profiles. Elevated value of total cholesterol and low-density lipoprotein cholesterol (LDL-C) with low levels of high-density lipoprotein cholesterol (HDL-C) are an important risk factors for coronary heart disease, in addition to above-normal body mass index, both overweight and obesity. The purpose of this study was to determine the relationship between physical activity and body mass index, lipid profile of first year students of Medical Students Faculty of Medicine, University of Mataram. \u0000Method: The research subjects were 93 first year students. Physical activity level was measured using the IPAQ-SF (International Physical Activity-Short Form) questionnaire, body mass index (BMI) by dividing body weight (kg) by height (m2) and examination of lipid profiles which included: triglyceride, total cholesterol , HDL and LDL cholesterol from blood serum using enzymatic colorimetric method. Data were analyzed statistically by Spearman correlation test. \u0000Results: The results showed that there was no significant correlation between the level of physical activity with BMI, cholesterol, triglyceride, and LDL value, with significance values (p) respectively: 0.162, 0.14, 0.327, 0.51. There was a significant correlation between level of physical activity and HDL (p=0.018; r=0.242). \u0000Conclusion: Body mass index and lipid profile are not only affected by the level of physical activity. The higher the level of physical activity, the better HDL levels","PeriodicalId":135675,"journal":{"name":"Unram Medical Journal","volume":"13 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124981001","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Nyeri tulang belakang menjadi fenomenal tersendiri di masyarakat karena semakin tinggi dan semakin dini nya angka kejadian, yang menyebabkan penurunan produktivitas individu tersebut. Kasus ini juga semakin meningkat pada saat masa pandemic Covid 19 ini, dimana aktifitas belajar, diskusi, rapat atau aktifitas lain dilakukan secara online yang mengharuskan seseorang untuk duduk didepan komputer atau mobile phone dalam jangka waktu lama tanpa memperhatikan posisi saat kegiatan online. Pada mahasiswa kedokteran hal ini juga sangat berpengaruh, mereka berisiko tinggi terkena nyeri tulang belakang karena mereka memiliki kurikulum yang sangat padat yang membuat gaya hidup mereka menjadi tidak banyak bergerak, kegiatan harian yang penuh tekanan, lebih sedikit jam tidur, jam belajar yang panjang, praktikum, dan jadwal kuliah yang berturut-turut. Tujuan dari liratur jurnal ini diharapkan dapat menganalisis pengaruh posisi belajar online pada mahasiswa kedokteran dengan kejadian nyeri tulang belakang. Pencarian jurnal dilakukan melalui google scholar dengan cara menyaring jurnal penelitian yang terindex nasional maupun internasional dari tahun 2016-2021. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh posisi belajar online dengan kejadian nyeri tulang belakang pada mahasiswa kedokteran.
{"title":"Analysis of the Effect of Sitting Online Learning Position with Back Pain on Medical Students","authors":"Ayu Andira Sukma","doi":"10.29303/jku.v11i2.650","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/jku.v11i2.650","url":null,"abstract":"Nyeri tulang belakang menjadi fenomenal tersendiri di masyarakat karena semakin tinggi dan semakin dini nya angka kejadian, yang menyebabkan penurunan produktivitas individu tersebut. Kasus ini juga semakin meningkat pada saat masa pandemic Covid 19 ini, dimana aktifitas belajar, diskusi, rapat atau aktifitas lain dilakukan secara online yang mengharuskan seseorang untuk duduk didepan komputer atau mobile phone dalam jangka waktu lama tanpa memperhatikan posisi saat kegiatan online. Pada mahasiswa kedokteran hal ini juga sangat berpengaruh, mereka berisiko tinggi terkena nyeri tulang belakang karena mereka memiliki kurikulum yang sangat padat yang membuat gaya hidup mereka menjadi tidak banyak bergerak, kegiatan harian yang penuh tekanan, lebih sedikit jam tidur, jam belajar yang panjang, praktikum, dan jadwal kuliah yang berturut-turut. Tujuan dari liratur jurnal ini diharapkan dapat menganalisis pengaruh posisi belajar online pada mahasiswa kedokteran dengan kejadian nyeri tulang belakang. Pencarian jurnal dilakukan melalui google scholar dengan cara menyaring jurnal penelitian yang terindex nasional maupun internasional dari tahun 2016-2021. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh posisi belajar online dengan kejadian nyeri tulang belakang pada mahasiswa kedokteran. \u0000 ","PeriodicalId":135675,"journal":{"name":"Unram Medical Journal","volume":"22 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129193347","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sari Putu Suwita, Rika Hastuti Setyorini, Eva Triani, Dini Suryani, Rizka Vidya Lestari
Latar belakang: Kusta merupakan penyakit infeksi menular kronis yang memiliki dampak yang kompleks, tidak hanya dari segi medis tetapi juga menyebabkan masalah sosial, ekonomi, dan budaya. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae ini menyerang saraf tepi dan dapat menyebabkan deformitas atau kecacatan permanen. Meskipun mengalami penurunan setiap tahunnya, Indonesia masih berada pada urutan ketiga penderita kusta tertinggi di dunia. Saat ini belum ada penelitian mengenai kualitas hidup penderita kusta terutama di Kota Mataram. Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang untuk mengetahui prevalensi dan gambaran kualitas hidup pasien kusta pada periode 2019-2020. Data pasien kusta diperoleh dari seluruh puskesmas di Kota Mataram. Kualitas hidup dinilai menggunakan kuesioner WHO (WHOQoL-BREF) Hasil: Selama periode 2019-2020 tercatatat 25 pasien penderita kusta di wilayah Kota Mataram atau setara dengan prevalensi 0,0000504 atau 0,5 kasus per 10.000 penduduk. Sebanyak 20 responden berhasil diwawancarai, dengan hasil rerata kualitas hidup domain kesehatan fisik sebesar 57,32; psikologi 59,79; hubungan sosial 59,58; dan lingkungan 57,81. Berdasarkan kategori kualitas hidup, sebanyak 11 responden (55%) termasuk ke dalam kelompok skor rendah pada domain kesehatan fisik dan psikologis dan 13 responden (65%) termasuk kelompok rendah pada domain hubungan sosial dan lingkungan Kesimpulan: Prevalensi kusta di Kota Mataram mencapai 0,5 kasus per 10.000 penduduk, lebih rendah dari prevalensi nasional tahun 2017. Sebagian pasien memiliki kualitas hidup yang tergolong rendah terutama pada domain kesehatan fisik dan psikologi serta hubungan sosial dan lingkungan. Manajemen pasien kusta perlu memperhatikan tatalaksana pasca pengobatan terutama terkait kecacatan kusta.
{"title":"Prevalensi dan Gambaran Kualitas Hidup Pasien Kusta di Kota Mataram","authors":"Sari Putu Suwita, Rika Hastuti Setyorini, Eva Triani, Dini Suryani, Rizka Vidya Lestari","doi":"10.29303/jku.v11i2.702","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/jku.v11i2.702","url":null,"abstract":"Latar belakang: \u0000Kusta merupakan penyakit infeksi menular kronis yang memiliki dampak yang kompleks, tidak hanya dari segi medis tetapi juga menyebabkan masalah sosial, ekonomi, dan budaya. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae ini menyerang saraf tepi dan dapat menyebabkan deformitas atau kecacatan permanen. Meskipun mengalami penurunan setiap tahunnya, Indonesia masih berada pada urutan ketiga penderita kusta tertinggi di dunia. Saat ini belum ada penelitian mengenai kualitas hidup penderita kusta terutama di Kota Mataram. \u0000Metode: \u0000Penelitian ini merupakan studi potong lintang untuk mengetahui prevalensi dan gambaran kualitas hidup pasien kusta pada periode 2019-2020. Data pasien kusta diperoleh dari seluruh puskesmas di Kota Mataram. Kualitas hidup dinilai menggunakan kuesioner WHO (WHOQoL-BREF) \u0000Hasil: \u0000Selama periode 2019-2020 tercatatat 25 pasien penderita kusta di wilayah Kota Mataram atau setara dengan prevalensi 0,0000504 atau 0,5 kasus per 10.000 penduduk. Sebanyak 20 responden berhasil diwawancarai, dengan hasil rerata kualitas hidup domain kesehatan fisik sebesar 57,32; psikologi 59,79; hubungan sosial 59,58; dan lingkungan 57,81. Berdasarkan kategori kualitas hidup, sebanyak 11 responden (55%) termasuk ke dalam kelompok skor rendah pada domain kesehatan fisik dan psikologis dan 13 responden (65%) termasuk kelompok rendah pada domain hubungan sosial dan lingkungan \u0000Kesimpulan: \u0000Prevalensi kusta di Kota Mataram mencapai 0,5 kasus per 10.000 penduduk, lebih rendah dari prevalensi nasional tahun 2017. Sebagian pasien memiliki kualitas hidup yang tergolong rendah terutama pada domain kesehatan fisik dan psikologi serta hubungan sosial dan lingkungan. Manajemen pasien kusta perlu memperhatikan tatalaksana pasca pengobatan terutama terkait kecacatan kusta.","PeriodicalId":135675,"journal":{"name":"Unram Medical Journal","volume":"12 12","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114120570","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Indah Sapta Wardani, Aliza Raudatin Sahly, Indana Eva Ajmala, Dewi Suryani
Vitamin D has a number of roles in various body systems with receptors scattered in many organs,1,2 showing a link between vitamin D and several chronic diseases such as cancer, diabetes and autoimmune disease.3,4 Several studies have shown the role of vitamin D in type 2 diabetes in controlling blood sugar levels and HbA1c levels. Vitamin D plays a role in increasing insulin sensitivity and secretion and suppressing inflammation in type 2 diabetes. Vitamin D has a protective role in various complications of type 2 diabetes, including diabetic nephropathy, diabetic neuropathy and diabetic retinopathy.5 Monitoring of vitamin D levels and vitamin D supplementation have a therapeutic role to controlling glycemic blood glucose and prevent complications in type 2.6
{"title":"Vitamin D and Type 2 Diabetes Mellitus: Role in Insulin Resistance, Glycemic Control and Long Term Complications","authors":"Indah Sapta Wardani, Aliza Raudatin Sahly, Indana Eva Ajmala, Dewi Suryani","doi":"10.29303/jku.v11i2.763","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/jku.v11i2.763","url":null,"abstract":"Vitamin D has a number of roles in various body systems with receptors scattered in many organs,1,2 showing a link between vitamin D and several chronic diseases such as cancer, diabetes and autoimmune disease.3,4 Several studies have shown the role of vitamin D in type 2 diabetes in controlling blood sugar levels and HbA1c levels. Vitamin D plays a role in increasing insulin sensitivity and secretion and suppressing inflammation in type 2 diabetes. Vitamin D has a protective role in various complications of type 2 diabetes, including diabetic nephropathy, diabetic neuropathy and diabetic retinopathy.5 Monitoring of vitamin D levels and vitamin D supplementation have a therapeutic role to controlling glycemic blood glucose and prevent complications in type 2.6","PeriodicalId":135675,"journal":{"name":"Unram Medical Journal","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129347750","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Since 2019, SARS-COV2 has become a global pandemic. Many hospitals has become designated hostilas for the treatment of SARS-COV2 patients. As part of preventive measures, hospitals are required to conduct routine desinfection procedure to minimize the risk of virus transmission. Therefore this study aims to evaluate surface contamination of SARS COV2 at the emergency ward, outpatients SARS COV2 ward and inpatient ward for SARS-COV2 in how hospital. Surface samples were collected for viral RNA detection 5 hours post decontamination. Detection for SARS-COV2 was performed with quantitative reverse transcription polymerase chain reactin. As many as 18 sampels were collected on October 2021. No samples were detected for the trace of SARS-COV2. Hence this could suggests that sufficient decontamination and preventive measures conducted by healthcare workers were established in our hospital.
{"title":"Derajat kontaminasi SARS-CoV-2 pada lingkungan di Rumah Sakit Universitas Mataram","authors":"Bayu Tirta Dirja","doi":"10.29303/jku.v11i2.663","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/jku.v11i2.663","url":null,"abstract":"Since 2019, SARS-COV2 has become a global pandemic. Many hospitals has become designated hostilas for the treatment of SARS-COV2 patients. As part of preventive measures, hospitals are required to conduct routine desinfection procedure to minimize the risk of virus transmission. Therefore this study aims to evaluate surface contamination of SARS COV2 at the emergency ward, outpatients SARS COV2 ward and inpatient ward for SARS-COV2 in how hospital. Surface samples were collected for viral RNA detection 5 hours post decontamination. Detection for SARS-COV2 was performed with quantitative reverse transcription polymerase chain reactin. As many as 18 sampels were collected on October 2021. No samples were detected for the trace of SARS-COV2. Hence this could suggests that sufficient decontamination and preventive measures conducted by healthcare workers were established in our hospital.","PeriodicalId":135675,"journal":{"name":"Unram Medical Journal","volume":"57 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126644599","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar belakang: Ulkus peptikum merupakan kerusakan lapisan mukosa biasanya di lambung atau duodenum. Aspirin merupakan obat dari golongan NSAIDs yang menjadi penyebab ulkus peptikum. Madu memiliki aktivitas antioksidan dari senyawa yang terkandung dalam madu berupa flavonoid dan asam fenolat. Noor et al membuktikan bahwa madu dapat melindungi tubuh dari efek toksik bahan kimia. Tujuan: Mengetahui efek protektif madu pada jaringan duodenum tikus yang diberi pajanan aspirin. Metode: Desain penelitian ini adalah randomized post test only control group. Penelitian ini menggunakan 30 ekor tikus yang dibagi ke dalam 5 kelompok: kelompok kontrol normal (KN), kelompok perlakuan M dosis I (KP1) (1,55ml/kgBB), kelompok perlakuan M dosis II (P2 (3,1 ml/kgBB), kelompok kontrol positif (K+) (sukralfat 4 ml/kgBB), dan kelompok kontrol negatif (K-) (aspirin 400mg/kgBB). Madu diberikan secara oral selama 7 hari. Satu jam setelah pemberian madu, tikus diberikan aspirin 400 mg/kgBB .Tikus dikorbankan pada hari ke-8 dan organ duodenum diambil untuk dilakukan penilaian histopatologi. Analisis data menggunakan program SPSS versi 23.0 dengan Kruskal Wallis dilanjutkan Post Hoc Mann Whitney. Hasil: Didapatkan gambaran kerusakan yang lebih ringan pada kelompok perlakuan (KP1 dan KP2) dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif (K-) (p<0,050). Kesimpulan: Madu memberikan efek protektif terhadap jaringan duodenum tikus yang diberi pajanan aspirin.
背景:肽溃疡是胃或十二指肠黏膜受损的一种常见原因。阿司匹林是NSAIDs类的药物,会导致肽溃疡。蜂蜜以类黄酮和甲酸的形式存在于蜂蜜中,具有抗氧化剂活性。Noor et al证明蜂蜜可以保护身体免受有毒化学物质的影响。目的:了解蜂蜜保护对服阿司匹林的鼠十二块肉组织的影响。方法:本研究设计为randomized post测试唯一控制组。该研究使用30只老鼠分成5组:正常控制组(KN)、M剂量I (KP1)、M剂量II (P2 (3.1 ml/kgBB)、积极控制组(sukralfat 4 ml/kgBB)、负控制组(K-)(阿司匹林400mg/kgBB)。蜂蜜是口服7天的。在蜂蜜分发一小时后,老鼠被喂给了400毫克的阿斯匹林/kgBB。使用SPSS版本230进行数据分析,Kruskal Wallis继续发布Hoc Mann Whitney。结果:处理组(KP1和KP2)比负控制组(K-) (p< 0.050)有更轻的损害表现。结论:蜂蜜对服阿司匹林的鼠十二片组织产生保护作用。
{"title":"UJI EFEK PROTEKTIF MADU PADA JARINGAN DUODENUM TIKUS JANTAN GALUR WISTAR YANG DIBERI PAJANAN ASPIRIN","authors":"Agung Prasetyo Agung","doi":"10.29303/jku.v11i2.654","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/jku.v11i2.654","url":null,"abstract":"Latar belakang: Ulkus peptikum merupakan kerusakan lapisan mukosa biasanya di lambung atau duodenum. Aspirin merupakan obat dari golongan NSAIDs yang menjadi penyebab ulkus peptikum. Madu memiliki aktivitas antioksidan dari senyawa yang terkandung dalam madu berupa flavonoid dan asam fenolat. Noor et al membuktikan bahwa madu dapat melindungi tubuh dari efek toksik bahan kimia. Tujuan: Mengetahui efek protektif madu pada jaringan duodenum tikus yang diberi pajanan aspirin. Metode: Desain penelitian ini adalah randomized post test only control group. Penelitian ini menggunakan 30 ekor tikus yang dibagi ke dalam 5 kelompok: kelompok kontrol normal (KN), kelompok perlakuan M dosis I (KP1) (1,55ml/kgBB), kelompok perlakuan M dosis II (P2 (3,1 ml/kgBB), kelompok kontrol positif (K+) (sukralfat 4 ml/kgBB), dan kelompok kontrol negatif (K-) (aspirin 400mg/kgBB). Madu diberikan secara oral selama 7 hari. Satu jam setelah pemberian madu, tikus diberikan aspirin 400 mg/kgBB .Tikus dikorbankan pada hari ke-8 dan organ duodenum diambil untuk dilakukan penilaian histopatologi. Analisis data menggunakan program SPSS versi 23.0 dengan Kruskal Wallis dilanjutkan Post Hoc Mann Whitney. Hasil: Didapatkan gambaran kerusakan yang lebih ringan pada kelompok perlakuan (KP1 dan KP2) dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif (K-) (p<0,050). Kesimpulan: Madu memberikan efek protektif terhadap jaringan duodenum tikus yang diberi pajanan aspirin.","PeriodicalId":135675,"journal":{"name":"Unram Medical Journal","volume":"51 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129042884","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstrak Penyakit Alzheimer merupakan penyakit neurodegeneratif yang ditandai dengan memori dan penurunan fungsi kognitif. Gejala penyakit alzheimer mengacaukan, pemandangan yang tidak tepat, iritasi, penarikan, dan halusinasi. Mikrobiota usus otak (MGBA) merupakan suatu sistem komunikasi kompleks antara GIT, mikroorganime usus dan sistem saraf pusat yang mentrasmisikan informasi dari dan ke otak serta digunakan untuk mengobati dan memperbaiki gejala gangguan kejiwaan dengan probiotik (bakteri hidup). Tujuan dari ini adalah untuk mengetahui hubungan antara brainaxis dengan probiotik sebagai pengobatan untuk gangguan kejiwaan. Penelitian ini merupakan penelitian dengan studi literatur menggunakan website Google Scholar , PubMed dan Science Directdengan kata kunci ( Alzheimer) AND (probiotic AND Alzheimer) . Selain itu, jenis artikel yang digunakan yaitu meta analysis, systematic literature review, dan narrative revie serta menggunakan publikasi berbahasa Indonesia dan Inggris free full text antara tahun 2012-2022. Jumlah artikel akhir yang dipilih oleh penulis sebanyak 15 artikel jurnal. Pada studi literatur ditemukan manfaat jangka panjang penggunaan probiotik yang dapat meningkatkan fungsi dan perkembangan kesehatan serta pematangan kognitif dan terapi diet sebagai terapi pada penyakit Alzheimer. Peran probiotik yaitu dapat meningkatkan fungsi dan perkembangan kesehatan serta pematangan kognitif. Kata kunci: Alzheimer, Gut-Brain Axis , Probiotik, Diet
{"title":"POTENSI TERAPI PROBIOTIK SEBAGAI TERAPI ALZHEIMER MELALUI GUT-BRAIN AXIS","authors":"Nafatasya Ayu Rahmansyah","doi":"10.29303/jku.v11i2.658","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/jku.v11i2.658","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Penyakit Alzheimer merupakan penyakit neurodegeneratif yang ditandai dengan memori dan penurunan fungsi kognitif. Gejala penyakit alzheimer mengacaukan, pemandangan yang tidak tepat, iritasi, penarikan, dan halusinasi. Mikrobiota usus otak (MGBA) merupakan suatu sistem komunikasi kompleks antara GIT, mikroorganime usus dan sistem saraf pusat yang mentrasmisikan informasi dari dan ke otak serta digunakan untuk mengobati dan memperbaiki gejala gangguan kejiwaan dengan probiotik (bakteri hidup). Tujuan dari ini adalah untuk mengetahui hubungan antara brainaxis dengan probiotik sebagai pengobatan untuk gangguan kejiwaan. Penelitian ini merupakan penelitian dengan studi literatur menggunakan website Google Scholar , PubMed dan Science Directdengan kata kunci ( Alzheimer) AND (probiotic AND Alzheimer) . Selain itu, jenis artikel yang digunakan yaitu meta analysis, systematic literature review, dan narrative revie serta menggunakan publikasi berbahasa Indonesia dan Inggris free full text antara tahun 2012-2022. Jumlah artikel akhir yang dipilih oleh penulis sebanyak 15 artikel jurnal. Pada studi literatur ditemukan manfaat jangka panjang penggunaan probiotik yang dapat meningkatkan fungsi dan perkembangan kesehatan serta pematangan kognitif dan terapi diet sebagai terapi pada penyakit Alzheimer. Peran probiotik yaitu dapat meningkatkan fungsi dan perkembangan kesehatan serta pematangan kognitif. \u0000 \u0000Kata kunci: Alzheimer, Gut-Brain Axis , Probiotik, Diet \u0000 ","PeriodicalId":135675,"journal":{"name":"Unram Medical Journal","volume":"32 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127286376","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pengungkapan status HIV pada anak merupakan bagian dari manajemen HIV yang komperhensif dimana anak harus diberitahu tentang diagnosis penyakit mereka dan menjelaskan jika mereka harus menjalani perawatan dalam jangka waktu yang lama. Namun dalam proses pengungkapan banyak hambatan yang sering kali ditemui seperti, adanya stigma pada masyarakat sehingga membuat pengasuh enggan untuk mengungkapkan status HIV anak, dan kurangnya tenaga kesehatan terampil yang mendukung proses pengungkapan. Adanya stigma dimasyarakat juga menghambat remaja dalam proses kepatuhan pengobatannya dikarenakan adanya rasa takut terkait diskriminasi dan stigmatisasi yang akan diperoleh. Tinjauan sistematis ini dilakukan melalui Scopus, Science Direct, dan SAGE. Pemilihan artikel mengikuti kriteria inklusi, termasuk artikel yang diterbitkan dalam lima tahun terakhir dan diterbitkan dalam bahasa inggris serta membahas tentang perpektif terhadap pengungkapan status HIV anak. Artikel yang diterbitkan tidak dengan bahasa inggri dan artikel yang memiliki tinjauan literature yang tidak jelas dikecualikan dalam penelitian ini. Diagram flow PRISMA dan daftar periksa penilaian JBI digunakan untuk menilai risiko bias dan kualitas artikel. 20 artikel yang relevan akan ditinjau. Hasil penelitian menemukan bahwa dalam proses pengungkapan pengasuh dan petugas kesehatan harus berbagi tanggung jawab dan peran pada pengungkapan diagnosis untuk mendorong remaja yang hidup dengan HIV/AIDS dalam mematuhi pengobatan dan penerimaan status HIV mereka serta memberdayakan mereka untuk bertanggung jawab atas kesehatan diri mereka sendiri.
{"title":"Perspektif Remaja dan Pengasuh yang Hidup dengan HIV/AIDS terhadap Hambatan Pengungkapan Status HIV terkait Kepatuhan Pengobatan pada Masa Milenial","authors":"Rio Ady Erwansyah, Nursalam, Ninuk Dian K","doi":"10.29303/jku.v11i2.657","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/jku.v11i2.657","url":null,"abstract":"Pengungkapan status HIV pada anak merupakan bagian dari manajemen HIV yang komperhensif dimana anak harus diberitahu tentang diagnosis penyakit mereka dan menjelaskan jika mereka harus menjalani perawatan dalam jangka waktu yang lama. Namun dalam proses pengungkapan banyak hambatan yang sering kali ditemui seperti, adanya stigma pada masyarakat sehingga membuat pengasuh enggan untuk mengungkapkan status HIV anak, dan kurangnya tenaga kesehatan terampil yang mendukung proses pengungkapan. Adanya stigma dimasyarakat juga menghambat remaja dalam proses kepatuhan pengobatannya dikarenakan adanya rasa takut terkait diskriminasi dan stigmatisasi yang akan diperoleh. Tinjauan sistematis ini dilakukan melalui Scopus, Science Direct, dan SAGE. Pemilihan artikel mengikuti kriteria inklusi, termasuk artikel yang diterbitkan dalam lima tahun terakhir dan diterbitkan dalam bahasa inggris serta membahas tentang perpektif terhadap pengungkapan status HIV anak. Artikel yang diterbitkan tidak dengan bahasa inggri dan artikel yang memiliki tinjauan literature yang tidak jelas dikecualikan dalam penelitian ini. Diagram flow PRISMA dan daftar periksa penilaian JBI digunakan untuk menilai risiko bias dan kualitas artikel. 20 artikel yang relevan akan ditinjau. Hasil penelitian menemukan bahwa dalam proses pengungkapan pengasuh dan petugas kesehatan harus berbagi tanggung jawab dan peran pada pengungkapan diagnosis untuk mendorong remaja yang hidup dengan HIV/AIDS dalam mematuhi pengobatan dan penerimaan status HIV mereka serta memberdayakan mereka untuk bertanggung jawab atas kesehatan diri mereka sendiri.","PeriodicalId":135675,"journal":{"name":"Unram Medical Journal","volume":"6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121786650","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar belakang : Akupunktur merupakan terapi pengobatan yang telah digunakan sejak 2500 tahun lalu dan kini telah digunakan luas di berbagai belahan dunia termasuk Eropa dan Amerika. Perbedaan bahasa yang digunakan dalam penamaan titik akupunkur menyebabkan kesulitan dalam pertukaran informasi mengenai akupunktur. Oleh karena itu pada tahun 1984 WHO menertbitkan “standar acupuncture nomenclature” sebagai sistem penamaan akupunktur standar di seluruh dunia. Namun pada prakteknya masih banyak ditemui publikasi menuliskan titik akupunktur tidak sesuai sistem nomenklatur WHO. Tujuan : mengetahui jumlah publikasi ilmiah yang menuliskan titik akupunktur tidak sesuai sistem nomenklatur WHO, dan bentuk ketidaksesuaian yang umum terjadi. Metode : pencarian literatur menggunakan 1 database yaitu Pubmeb, dengan menggunakan kata kunci “acupuncture”, “acupoint”, dan “randomized controlled trial”. Publikasi ilmiah yang sesuai dengan kriteria inklusi penulisan titik akupunkturnya bila sudah menggunakan kaidah yang sesuai WHO, yang tidak sesuai dicatat dalam tabel dibagian hasil. Hasil : dari 1868 publikasi ilmiah yang ditemukan, terdapat 983 artikel yang ditelaah, dan ditemukan 663 (67.44%) publikasi ilmiah yang penulisan titik akupunktur telah sesuai dengan standar nomenklatur WHO, dan terdapat 320 (32.55%) publikasi yang tidak sesuai dengan standar nomenklatur WHO. Dari 320 publikasi yang tidak sesuai tersebut, terdapat beberapa bentuk ketidaksesuaian yang paling sering ditemukan, antara lain: kode numerik tidak sesuai kode WHO, diantara kode alfabet dan kode numerik terdapat tanda spasi, atau diberi tanda strip (-), dan kombinasi lebih dari satu bentuk penulisan yang tidak sesuai. Kesimpulan : masih cukup banyak peneliti/praktisi akupunktur di dunia yang belum memahami dan/atau menerapkan penulisan titik akupunktur menurut sistem nomenklatur WHO.
背景:针灸是一种治疗药物,在过去2500年里一直在使用,现在在包括欧洲和美国在内的世界各地广泛使用。针灸分点的语言差异导致了有关针灸的信息交流的困难。因此,1984年,世卫组织出版了《acupuncture nomenclature》,作为一种全球标准针灸命名系统。但在实践中,仍有许多出版物指出针灸点不符合世卫组织的命名系统。目的:了解以针灸为基础的科学出版物的数量不符合世卫组织的索引系统,以及常见的不一致形式。方法:使用一个数据库(Pubmeb)进行文献搜索,使用关键词“acupuncture”、“acupoint”和“randomimized control trial”。一份符合条件的科学出版物,当它使用了一份符合世卫组织规范的法典时,它的穴位写得很好。结果:在1868年的科学出版物中,研究了983篇文章,发现了663篇(67.44%)的科学出版物,根据世界卫生组织的标准,发现了320篇(32.55%)不符合世界卫生组织的标准。在320种不适当的出版物中,最常见的不一致形式包括:数字代码与世卫组织代码不匹配,字母表代码与数字代码之间有一个空格,或者有条带符号(-),以及一种以上不一致的书写形式的组合。结论:世界上仍然有相当多的针灸研究人员/从业者,他们不了解并/或根据世卫组织的节点系统实施针灸点滴。
{"title":"Tinjauan Sistematis : Penamaan Titik Akupunktur yang Tidak Sesuai dengan Kaidah Nomenklatur WHO pada Penelitian 5 Tahun Terakhir","authors":"Antonius Hapindra Kasim","doi":"10.29303/jku.v11i2.701","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/jku.v11i2.701","url":null,"abstract":"Latar belakang : Akupunktur merupakan terapi pengobatan yang telah digunakan sejak 2500 tahun lalu dan kini telah digunakan luas di berbagai belahan dunia termasuk Eropa dan Amerika. Perbedaan bahasa yang digunakan dalam penamaan titik akupunkur menyebabkan kesulitan dalam pertukaran informasi mengenai akupunktur. Oleh karena itu pada tahun 1984 WHO menertbitkan “standar acupuncture nomenclature” sebagai sistem penamaan akupunktur standar di seluruh dunia. Namun pada prakteknya masih banyak ditemui publikasi menuliskan titik akupunktur tidak sesuai sistem nomenklatur WHO. \u0000Tujuan : mengetahui jumlah publikasi ilmiah yang menuliskan titik akupunktur tidak sesuai sistem nomenklatur WHO, dan bentuk ketidaksesuaian yang umum terjadi. \u0000Metode : pencarian literatur menggunakan 1 database yaitu Pubmeb, dengan menggunakan kata kunci “acupuncture”, “acupoint”, dan “randomized controlled trial”. Publikasi ilmiah yang sesuai dengan kriteria inklusi penulisan titik akupunkturnya bila sudah menggunakan kaidah yang sesuai WHO, yang tidak sesuai dicatat dalam tabel dibagian hasil. \u0000Hasil : dari 1868 publikasi ilmiah yang ditemukan, terdapat 983 artikel yang ditelaah, dan ditemukan 663 (67.44%) publikasi ilmiah yang penulisan titik akupunktur telah sesuai dengan standar nomenklatur WHO, dan terdapat 320 (32.55%) publikasi yang tidak sesuai dengan standar nomenklatur WHO. Dari 320 publikasi yang tidak sesuai tersebut, terdapat beberapa bentuk ketidaksesuaian yang paling sering ditemukan, antara lain: kode numerik tidak sesuai kode WHO, diantara kode alfabet dan kode numerik terdapat tanda spasi, atau diberi tanda strip (-), dan kombinasi lebih dari satu bentuk penulisan yang tidak sesuai. \u0000Kesimpulan : masih cukup banyak peneliti/praktisi akupunktur di dunia yang belum memahami dan/atau menerapkan penulisan titik akupunktur menurut sistem nomenklatur WHO.","PeriodicalId":135675,"journal":{"name":"Unram Medical Journal","volume":"23 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128363430","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}