Anomali arteri koroner kongenital merupakan kasus yang jarang. Secara klinis, anomali arteri koroner bisa jinak atau mengancam jiwa tergantung pada prognosisnya. Laporan kasus ini bertujuan untuk menggambarkan pasien yang mengalami keluhan nyeri dada atipikal sebagai gejala awal yang kemudian dilakukan CT. Gambaran CT scan menunjukkan adanya kelainan anomali arteri koroner berupa tidak terbentuknya arteri koroner utama kiri dan sumber left anterior descendent artery (LAD) berasal dari sinus aorta kanan dan tidak ada bukti plak atau stenosis di arteri koroner utama, sumber left anterior descendent artery (LAD), Left Circumflex Artery (LCX) dan right coronary artery (RCA). Anomali ini termasuk dalam klasifikasi anomali asal arteri (Anomalous origin). LAD berasal dari sinus aorta kanan, dengan jalur pre-pulmonic sehingga hemodinamiknya masih baik dan tergolong dalam anomali tanpa iskemia. Kata kunci: Anomali arteri koroner, Tidak terbentuknya LMCA, Anomali origin.
{"title":"Kelainan Kongenital Tidak Terbentuknya Arteri Koroner Kiri Utama, dan Sumber Left Anterior Descending Coronary Artery Berasal dari Sinus Aorta Kanan.","authors":"Fatimah Shahab","doi":"10.29303/jku.v11i2.665","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/jku.v11i2.665","url":null,"abstract":"Anomali arteri koroner kongenital merupakan kasus yang jarang. Secara klinis, anomali arteri koroner bisa jinak atau mengancam jiwa tergantung pada prognosisnya. Laporan kasus ini bertujuan untuk menggambarkan pasien yang mengalami keluhan nyeri dada atipikal sebagai gejala awal yang kemudian dilakukan CT. Gambaran CT scan menunjukkan adanya kelainan anomali arteri koroner berupa tidak terbentuknya arteri koroner utama kiri dan sumber left anterior descendent artery (LAD) berasal dari sinus aorta kanan dan tidak ada bukti plak atau stenosis di arteri koroner utama, sumber left anterior descendent artery (LAD), Left Circumflex Artery (LCX) dan right coronary artery (RCA). Anomali ini termasuk dalam klasifikasi anomali asal arteri (Anomalous origin). LAD berasal dari sinus aorta kanan, dengan jalur pre-pulmonic sehingga hemodinamiknya masih baik dan tergolong dalam anomali tanpa iskemia. \u0000 \u0000Kata kunci: Anomali arteri koroner, Tidak terbentuknya LMCA, Anomali origin.","PeriodicalId":135675,"journal":{"name":"Unram Medical Journal","volume":"16 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128350553","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Glaukoma fakomorfik adalah glakoma sudut tertutup sekunder yang diakibatkan oleh penebalan lensa. Penyempitan sudut dapat terjadi perlahan seiring dengan pembentukan katarak yang mengakibatkan terdorongnya iris kedepan yang dicetuskan oleh lensa yang intumesen. Faktor risiko dari glaukoma fakomorfik adalah usia, jenis kelamin, kedalaman bilik mata depan, panjang aksial mata, dan hypermetropia. Glaukoma fakomorfik merupakan diagnosis klinis yang dapat ditegakkan cukup dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Tanda dan gejala yang dialami pasien dengan glaukoma fakomorfik, serupa dengan glaukoma sudut tertutup lainnya seperti mata merah, nyeri, penurunan tajam penglihatan, peningkatan TIO, edema kornea, iris yang melengkung ke depan, bilik mata yang sempit serta lensa yang keruh sebagai tanda dari katarak. Tatalaksana utama glaukoma fakomorfik adalah ekstraksi katarak yang hanya dapat dicapai setelah dilakukan kontrol yang baik terhadap TIO baik dengan obat maupun laser. Pengenalan tanda dan gejala glaukoma fakomorfik yang lebih awal dan penanganan preoperasi yang tepat dan cepat sangat berpengaruh terhadap jalannya operasi dan hasil visus akhir. Mengingat pandemi COVID-19 menyebabkan banyak orang menunda untuk melakukan pemeriksaan kesehatannya, termasuk katarak, kejadian glaukoma fakomorfik dapat saja meningkat. Hal ini menyebabkan penting bagi klinisi untuk mengenali glaukoma fakomorfik.
{"title":"GLAUKOMA FAKOMORFIK: SEBUAH TINJAUAN PUSTAKA","authors":"Fredy Ciputra","doi":"10.29303/jku.v11i2.662","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/jku.v11i2.662","url":null,"abstract":"Glaukoma fakomorfik adalah glakoma sudut tertutup sekunder yang diakibatkan oleh penebalan lensa. Penyempitan sudut dapat terjadi perlahan seiring dengan pembentukan katarak yang mengakibatkan terdorongnya iris kedepan yang dicetuskan oleh lensa yang intumesen. Faktor risiko dari glaukoma fakomorfik adalah usia, jenis kelamin, kedalaman bilik mata depan, panjang aksial mata, dan hypermetropia. Glaukoma fakomorfik merupakan diagnosis klinis yang dapat ditegakkan cukup dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Tanda dan gejala yang dialami pasien dengan glaukoma fakomorfik, serupa dengan glaukoma sudut tertutup lainnya seperti mata merah, nyeri, penurunan tajam penglihatan, peningkatan TIO, edema kornea, iris yang melengkung ke depan, bilik mata yang sempit serta lensa yang keruh sebagai tanda dari katarak. Tatalaksana utama glaukoma fakomorfik adalah ekstraksi katarak yang hanya dapat dicapai setelah dilakukan kontrol yang baik terhadap TIO baik dengan obat maupun laser. Pengenalan tanda dan gejala glaukoma fakomorfik yang lebih awal dan penanganan preoperasi yang tepat dan cepat sangat berpengaruh terhadap jalannya operasi dan hasil visus akhir. Mengingat pandemi COVID-19 menyebabkan banyak orang menunda untuk melakukan pemeriksaan kesehatannya, termasuk katarak, kejadian glaukoma fakomorfik dapat saja meningkat. Hal ini menyebabkan penting bagi klinisi untuk mengenali glaukoma fakomorfik.","PeriodicalId":135675,"journal":{"name":"Unram Medical Journal","volume":"42 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131223838","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ketut Angga Aditya Putra Pramana, Yusra Pintaningrum, Jatno Karjono
We reported a 64-year-old woman was admitted to Emergency Department of dr.Soetomo hospital with fainting and previous chest discomfort, then we diagnosed this patient with Non ST Elevation Myocard Infarct, diabetes mellitus, hypertension stage II, and long QT syndrome (LQTS) with torsades de pointes episodes. There are two important tests to determine LQTS, electrocardiogram (ECG) and a genetic test. Two kinds of LQTS, congenital LQTS is caused by mutations in genes coding, and acquired LQTS often is associated with drugs or metabolit abnormalities. Myocardial ischemia could change QT interval regionally in the area of ischemia, and these changes are related to extent and severity of coronary atherosclerosis. There are two major treatment options for patients with LQTS, medications and ICD/pacemaker implantation. Beta-blockers are the drugs of choice.
{"title":"SEORANG PENDERITA INFARK MIOKARD AKUT TANPA ELEVASI SEGMEN ST DENGAN SINDROMA QT MEMANJANG","authors":"Ketut Angga Aditya Putra Pramana, Yusra Pintaningrum, Jatno Karjono","doi":"10.29303/jku.v11i2.715","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/jku.v11i2.715","url":null,"abstract":"We reported a 64-year-old woman was admitted to Emergency Department of dr.Soetomo hospital with fainting and previous chest discomfort, then we diagnosed this patient with Non ST Elevation Myocard Infarct, diabetes mellitus, hypertension stage II, and long QT syndrome (LQTS) with torsades de pointes episodes. There are two important tests to determine LQTS, electrocardiogram (ECG) and a genetic test. Two kinds of LQTS, congenital LQTS is caused by mutations in genes coding, and acquired LQTS often is associated with drugs or metabolit abnormalities. Myocardial ischemia could change QT interval regionally in the area of ischemia, and these changes are related to extent and severity of coronary atherosclerosis. There are two major treatment options for patients with LQTS, medications and ICD/pacemaker implantation. Beta-blockers are the drugs of choice. \u0000 ","PeriodicalId":135675,"journal":{"name":"Unram Medical Journal","volume":"14 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121175624","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik kronik ditandai dengan kadar glukosa darah meningkat yang disebabkan oleh penurunan atau defisiensi insulin. Penyakit ini merupakan salah satu masalah kesehatan global yang menjadi perhatian dunia. Berbagai komplikasi serius yang disebabkan oleh diabetes termasuk penyakit pada jantung, mata, ginjal, pembuluh darah dan saraf. Gangguan peningkatan kadar gula darah pada diabetes melitus tipe 1 disebabkan kerusakan sel beta pankreas sehingga hormon insulin tidak dapat diproduksi. Salah satu pengembangan terapi yang dapat digunakan adalah terapi berbasis Mesenchymal Stem Cell secara autologous. Meskipun terdapat kelemahan pada terapi pengembangan ini, kelebihan yang didapatkan terbukti efektif dalam mengurangi bahkan tidak memerlukan insulin pada pasien diabetes mellitus tipe 1.
{"title":"POTENSI TERAPI GENETIK BERBASIS MESENCHYMAL BETA-STEM CELL SECARA AUTOLOGOUS PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 1","authors":"Diajeng Aesya Mutiara Firdausy","doi":"10.29303/jku.v11i2.616","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/jku.v11i2.616","url":null,"abstract":"Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik kronik ditandai dengan kadar glukosa darah meningkat yang disebabkan oleh penurunan atau defisiensi insulin. Penyakit ini merupakan salah satu masalah kesehatan global yang menjadi perhatian dunia. Berbagai komplikasi serius yang disebabkan oleh diabetes termasuk penyakit pada jantung, mata, ginjal, pembuluh darah dan saraf. Gangguan peningkatan kadar gula darah pada diabetes melitus tipe 1 disebabkan kerusakan sel beta pankreas sehingga hormon insulin tidak dapat diproduksi. Salah satu pengembangan terapi yang dapat digunakan adalah terapi berbasis Mesenchymal Stem Cell secara autologous. Meskipun terdapat kelemahan pada terapi pengembangan ini, kelebihan yang didapatkan terbukti efektif dalam mengurangi bahkan tidak memerlukan insulin pada pasien diabetes mellitus tipe 1.","PeriodicalId":135675,"journal":{"name":"Unram Medical Journal","volume":"62 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114725211","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan: Dunia saat ini sedang dihadapkan dengan pandemi Covid-19. World Health Organization (WHO) menetapkan Covid-19 sebagai pandemi global sejak 11 maret 2020 hingga saat ini. Salah satu bentuk upaya pencegahan terhadap perkembangan dan penyebaran Covid-19 di Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan surat edaran yang menyatakan agar seluruh kegiatan belajar mengajar baik di sekolah maupun perguruan tinggi menggunakan metode dalam jaringan (daring) atau online. Masalah mental seperti stres kecemasan bahkan depresi semakin meningkat di masa pandemi ini kemudian Penyesuaian diri untuk mengatasi masalah stres dilakukan dengan mekanisme koping. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pengambilan data secara cross-sectional. kuesioner yang digunakan adalah Medical Student Stressor Questionnaire (MSSQ) untuk tingkat stres dan Brief Cope Inventory untuk mekanisme koping. Hasil: dari 188 responden, mahasiswa yang mengalami stres sedang memiliki persentase paling besar yaitu sebanyak 50,5% (95 orang), Selain itu didapatkan mekanisme koping yang paling banyak digunakan adalah Emotion Focused Coping yakni sebanyak 144 orang (76,6%) sedangkan yang memilih Problem Focused Coping sebanyak 44 orang ( 23,4%). Berdasarkan uji statistik yang dilakukan yakni menggunakan Chi-Square didapatkan nilai p sebesar 0,01, artinya (p< 0,05) hal ini menyatakan terdapat hubungan antara mekanisme koping dengan tingkat stres selama perkuliahan jarak jauh pada mahasiswa Prodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Mataram dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,22 dimana hal tersebut menunjukkan hubungan korelasi yang sangat lemah. Kesimpulan: Sebagian besar responden mengalami stres dengan tingkat sedang dan lebih banyak menggunakan Emotion Focused Coping Kata Kunci : Tingkat Stres, Mekanisme Koping, PJJ
{"title":"Hubungan Mekanisme Koping dengan Tingkat Stres Selama Perkuliahan Jarak Jauh pada Mahasiswa Prodi Pendidikan Dokter Universitas Mataram","authors":"Lalu Wisnu R Danu Ningrat","doi":"10.29303/jku.v11i2.661","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/jku.v11i2.661","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Dunia saat ini sedang dihadapkan dengan pandemi Covid-19. World Health Organization (WHO) menetapkan Covid-19 sebagai pandemi global sejak 11 maret 2020 hingga saat ini. Salah satu bentuk upaya pencegahan terhadap perkembangan dan penyebaran Covid-19 di Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan surat edaran yang menyatakan agar seluruh kegiatan belajar mengajar baik di sekolah maupun perguruan tinggi menggunakan metode dalam jaringan (daring) atau online. Masalah mental seperti stres kecemasan bahkan depresi semakin meningkat di masa pandemi ini kemudian Penyesuaian diri untuk mengatasi masalah stres dilakukan dengan mekanisme koping. \u0000Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pengambilan data secara cross-sectional. kuesioner yang digunakan adalah Medical Student Stressor Questionnaire (MSSQ) untuk tingkat stres dan Brief Cope Inventory untuk mekanisme koping. \u0000Hasil: dari 188 responden, mahasiswa yang mengalami stres sedang memiliki persentase paling besar yaitu sebanyak 50,5% (95 orang), Selain itu didapatkan mekanisme koping yang paling banyak digunakan adalah Emotion Focused Coping yakni sebanyak 144 orang (76,6%) sedangkan yang memilih Problem Focused Coping sebanyak 44 orang ( 23,4%). Berdasarkan uji statistik yang dilakukan yakni menggunakan Chi-Square didapatkan nilai p sebesar 0,01, artinya (p< 0,05) hal ini menyatakan terdapat hubungan antara mekanisme koping dengan tingkat stres selama perkuliahan jarak jauh pada mahasiswa Prodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Mataram dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,22 dimana hal tersebut menunjukkan hubungan korelasi yang sangat lemah. \u0000Kesimpulan: Sebagian besar responden mengalami stres dengan tingkat sedang dan lebih banyak menggunakan Emotion Focused Coping \u0000Kata Kunci : Tingkat Stres, Mekanisme Koping, PJJ","PeriodicalId":135675,"journal":{"name":"Unram Medical Journal","volume":"781 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130214676","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sisternografi radionuklida sering digunakan untuk membuktikan adanya kebocoran cairan serebrospinal dari hidung atau telinga serta melokalisasi lokasi kebocoran. Aktif tidaknya kebocoran pada saat pemeriksaan sangat mempengaruhi hasil pemeriksaan sisternogram radionuklida. Kami melaporkan kasus yang jarang dilakukan pemerikaan dengan menggunakan sisternografi radionuklida pada pasien wanita berumur 56 tahun. Pasien memiliki keluhan utama keluar cairan dari hidung, apatis dan lemas. Keluar cairan terutama dirasakan saat pasien duduk. Pasien memiliki riwayat operasi transsphenoid atas indikasi pengangkatan tumor di epifisis. Pemeriksaan sisternografi dilakukan di Departemen Kedokteran Nuklir dan Teranostik Molekuler untuk meyakinkan adanya kebocoran cairan liquor dan lokasi kebocoran pada pasien tersebut. Pencitraan dilakukan pada 1,3,6 jam setelah penyuntikan 99mTc-DTPA intratekal. Tampak penangkapan radioaktivitas yang meningkat pada area nasal terutama pada pencitraan jam ke 3. Pencitraan fusi SPECT/CT memberikan lokasi yang tepat kebocoran cairan liquor di area os sfenoid pada jam ke 3. Rasio tampon hidung dan serum darah adalah 4:1. Terapi bagi pasien adalah operasi penutupan kembali kebocoran.
{"title":"DETEKSI KEBOCORAN CAIRAN LIQUOR DENGAN PEMERIKSAAN SPECT/CT SISTERNOGRAFI RADIONUKLIDA","authors":"Kharisma Perdani Kusumahstuti, David Siahaan, Rian Hidayatullah, Achmad Hussein Sundawa Kartamihardja","doi":"10.29303/jku.v11i2.713","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/jku.v11i2.713","url":null,"abstract":"Sisternografi radionuklida sering digunakan untuk membuktikan adanya kebocoran cairan serebrospinal dari hidung atau telinga serta melokalisasi lokasi kebocoran. Aktif tidaknya kebocoran pada saat pemeriksaan sangat mempengaruhi hasil pemeriksaan sisternogram radionuklida. Kami melaporkan kasus yang jarang dilakukan pemerikaan dengan menggunakan sisternografi radionuklida pada pasien wanita berumur 56 tahun. Pasien memiliki keluhan utama keluar cairan dari hidung, apatis dan lemas. Keluar cairan terutama dirasakan saat pasien duduk. Pasien memiliki riwayat operasi transsphenoid atas indikasi pengangkatan tumor di epifisis. Pemeriksaan sisternografi dilakukan di Departemen Kedokteran Nuklir dan Teranostik Molekuler untuk meyakinkan adanya kebocoran cairan liquor dan lokasi kebocoran pada pasien tersebut. Pencitraan dilakukan pada 1,3,6 jam setelah penyuntikan 99mTc-DTPA intratekal. Tampak penangkapan radioaktivitas yang meningkat pada area nasal terutama pada pencitraan jam ke 3. Pencitraan fusi SPECT/CT memberikan lokasi yang tepat kebocoran cairan liquor di area os sfenoid pada jam ke 3. Rasio tampon hidung dan serum darah adalah 4:1. Terapi bagi pasien adalah operasi penutupan kembali kebocoran.","PeriodicalId":135675,"journal":{"name":"Unram Medical Journal","volume":"41 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133167921","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
LatarBelakang: Kasus Covid-19 hingga saat ini terus bertambah jumlah kejadiannya. Pasien dengan Covid-19 dapat menunjukkan berbagai macam tanda-tanda dan gejala klinis yang bervariasi, sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi infeksi saluran nafas bawah berupa pneumonia dan dengan cepat memberat hingga dapat terjadi gagal nafas. Metode:Penelitian ini merupakan penelitan deskriptif retrospektif. Data didapatkan dari Rekam Medis pasien anak terkonfirmasi positif Covid-19 yang didiagnosis pneumonia di ruang isolasi anak RSUDD Dr. Raden Soedjono Selong selama bulan Mei 2020 - Maret 2021. Hasil: Kasus anak terkonfirmasi positif Covid-19 sejumlah 55 orang terdiri dari 32 anak laki-laki dan 23 anak perempuan. Jumlah anak terkonfirmasi positif Covid-19 dengan pneumonia sebanyak16 orang, dimana 2 orang anak memiliki comorbid penyakit lain. Gejala yang paling banyak di keluhkan pasien berupa demam. Pasien anak terkonfirmasi positif Covid-19 dengan pneumonia yang di rawat di ruang isolasi terbanyak berjenis kelamin perempuan dengan rentang usia terbanyak antara usia 1 bulan sampai 2 tahun dan di atas 2 tahun sampai 5 tahun. Gambaran radiologis pasien sebagian besar khas pneumonia.
{"title":"Kejadian Kasus Pneumonia Pada Pasien Anak Dengan Covid-19 Yang Dirawat Di Ruang Isolasi RSUD Dr. Raden Soedjono","authors":"MN Alpi Apriansah","doi":"10.29303/jku.v11i2.709","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/jku.v11i2.709","url":null,"abstract":"LatarBelakang: Kasus Covid-19 hingga saat ini terus bertambah jumlah kejadiannya. Pasien dengan Covid-19 dapat menunjukkan berbagai macam tanda-tanda dan gejala klinis yang bervariasi, sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi infeksi saluran nafas bawah berupa pneumonia dan dengan cepat memberat hingga dapat terjadi gagal nafas. \u0000Metode:Penelitian ini merupakan penelitan deskriptif retrospektif. Data didapatkan dari Rekam Medis pasien anak terkonfirmasi positif Covid-19 yang didiagnosis pneumonia di ruang isolasi anak RSUDD Dr. Raden Soedjono Selong selama bulan Mei 2020 - Maret 2021. \u0000Hasil: Kasus anak terkonfirmasi positif Covid-19 sejumlah 55 orang terdiri dari 32 anak laki-laki dan 23 anak perempuan. Jumlah anak terkonfirmasi positif Covid-19 dengan pneumonia sebanyak16 orang, dimana 2 orang anak memiliki comorbid penyakit lain. Gejala yang paling banyak di keluhkan pasien berupa demam. Pasien anak terkonfirmasi positif Covid-19 dengan pneumonia yang di rawat di ruang isolasi terbanyak berjenis kelamin perempuan dengan rentang usia terbanyak antara usia 1 bulan sampai 2 tahun dan di atas 2 tahun sampai 5 tahun. Gambaran radiologis pasien sebagian besar khas pneumonia.","PeriodicalId":135675,"journal":{"name":"Unram Medical Journal","volume":"10 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125989262","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang: Covid-19 merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh novel coronavirus. Penyakit ini dapat menyerang kesehatan mental sehingga menyebabkan depresi. Depresi merupakan gangguan mood yang dapat terjadi pada banyak orang. Depresi disebabkan oleh banyak faktor. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan karakteritik umum pasien di ruang isolasi covid-19 dengan kejadian depresi dan dapat pemngetahui jumlah kejadian depresi pada pasien di ruang isolasi covid-19 Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Metode: Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain cross sectional. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan rekam medis. Pengambilan sampel dengan menggunakan consecutive sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji korelasi spearman. Hasil: Jumlah kejadian depresi lebih banyak terjadi pada jenis kelamin perempuan sebanyak 18 sampel, berpendidikan rendah dalam hal ini pendidikan SD sebanyak 11 sampel, dan berprofesi sebagai IRT sebanyak 12 sampel. Data yang diperoleh dari hasil analisis menggunakan uji korelasi spearman adalah tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara masing-masing karakteristik umum pasien di ruang isolasi covid-19 dengan kejadian depresi ditunjukkan dengan nilai p-value pada karekateristik jenis kelamin 0, 168, nilai p-value pada karakteristik pendidikan 0, 349, dan nilai p-value pada karakteristik pekerjaan 0, 367. Kesimpulan: Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa karakteristik umum pasien di ruang isolasi covid-19 meliputi jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan tidak berhubungan dengan kejadian depresi pada pasien.
{"title":"Hubungan Karakteristik Umum Pasien Di Ruang Isolasi Covid-19 Dengan Kejadian Depresi Studi Obervasional Analitik tehadap Pasien yang Dirawat di Ruang Isolasi Covid-19 Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang","authors":"Sri Rahmani","doi":"10.29303/jku.v11i2.704","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/jku.v11i2.704","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Covid-19 merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh novel coronavirus. Penyakit ini dapat menyerang kesehatan mental sehingga menyebabkan depresi. Depresi merupakan gangguan mood yang dapat terjadi pada banyak orang. Depresi disebabkan oleh banyak faktor. \u0000Tujuan: Untuk mengetahui hubungan karakteritik umum pasien di ruang isolasi covid-19 dengan kejadian depresi dan dapat pemngetahui jumlah kejadian depresi pada pasien di ruang isolasi covid-19 Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. \u0000Metode: Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain cross sectional. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan rekam medis. Pengambilan sampel dengan menggunakan consecutive sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji korelasi spearman. \u0000Hasil: Jumlah kejadian depresi lebih banyak terjadi pada jenis kelamin perempuan sebanyak 18 sampel, berpendidikan rendah dalam hal ini pendidikan SD sebanyak 11 sampel, dan berprofesi sebagai IRT sebanyak 12 sampel. Data yang diperoleh dari hasil analisis menggunakan uji korelasi spearman adalah tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara masing-masing karakteristik umum pasien di ruang isolasi covid-19 dengan kejadian depresi ditunjukkan dengan nilai p-value pada karekateristik jenis kelamin 0, 168, nilai p-value pada karakteristik pendidikan 0, 349, dan nilai p-value pada karakteristik pekerjaan 0, 367. \u0000Kesimpulan: Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa karakteristik umum pasien di ruang isolasi covid-19 meliputi jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan tidak berhubungan dengan kejadian depresi pada pasien.","PeriodicalId":135675,"journal":{"name":"Unram Medical Journal","volume":"04 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130506177","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) merupakan keadaan kondisi terjadinya penyumbatan yang terlihat pada pembesaran prostat jinak dengan tampilan histologis adenoma prostat yang menyebabkan obstruksi bervariasi dengan atau tanpa gejala. Kejadian komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh BPH adalah sistitis dan anemia. Pembesaran jaringan yang tinggi akan menyebabkan penekanan pada uretra pars prostatika yang menyebabkan penekanan pada lumen uretra dan mengakibatkan terjadinya obstruksi. Tujuan: untuk mengulas laporan kasus pasien laki-laki berusia 76 tahun yang diagnose BPH disertai sistitis dan anemia. Metode: artikel ini berdasarkan laporan kasus (case report) BPH di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso, Wonogiri. Hasil: Pasien sudah mendapatkan terapi Harnal 1 x 400mcg, paracetamol 3 x 500 mg dan urinter 2 x 400 mg dan berdasarkan penyakit yang diderita pasien, pengobatan tersebut kurang tepat sehingga direkomendasikan penyesuaian terapi menjadi 5-alpha reductase inhibitors (Alfuzosin 10 mg PO dan dutasteride 0,5 mg PO), kemudian pemberian monoterapi dapat diberikan obat Tadalafil 5 mg/hari untuk pasien yang memiliki IMT rendah dan gejala LUTS. Pengobatan sistitis pasien diberikan seftriakson IV 1-2 gram/ 12-24 jam, Urinter 2 x 400 mg/ hari, Paracetamol 325-600 mg 4-6 jam jika perlu. Untuk pengobatan anemia diberikan asam folat 500-1000 mcg dan multivitamin. Kesimpulan: Pasien sudah mendapatkan terapi yang sesuai dengan gejala yang dialami.
良性前列腺增生(BPH)是良性前列腺肿大可见的前列腺阻塞状态,由前列腺腺瘤直观显示,导致阻塞的原因可能不同,也可能没有症状。BPH通常引起的并发症是膀胱炎和贫血。组织的高度扩张会导致尿道抑制前列腺素,抑制尿道腔并导致阻塞。目的:回顾76岁男性患者的病例报告,诊断为BPH,伴有膀胱炎和贫血。方法:本文根据Soediran Mangun Sumarso博士的BPH病例报告(案例报告),Wonogiri博士。Harnal 1×400mcg疗法:病人已经得到结果,扑热息痛3 500毫克和urinter x 2 x 400毫克,是基于这些遭受疾病的病人,治疗缺乏正确,以致推荐调整治疗走十reductase抑制剂(Alfuzosin 10毫克阿宝和dutasteride 0.5 mg PO),单一疗法的礼物就可以给他开Tadalafil 5毫克/天有低体重指数和LUTS症状的病人。患者膀胱炎治疗是seftriakson IV -2克/ 12-24小时,尿液2×400毫克/天,扑热息痛,必要时需要4-6小时。贫血治疗用的是500-1000毫克的叶酸和多种维生素。结论:患者已经接受了与症状相关的治疗。
{"title":"STUDI KASUS BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA (BPH)","authors":"Nuril Yulida","doi":"10.29303/jku.v11i2.705","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/jku.v11i2.705","url":null,"abstract":"Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) merupakan keadaan kondisi terjadinya penyumbatan yang terlihat pada pembesaran prostat jinak dengan tampilan histologis adenoma prostat yang menyebabkan obstruksi bervariasi dengan atau tanpa gejala. Kejadian komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh BPH adalah sistitis dan anemia. Pembesaran jaringan yang tinggi akan menyebabkan penekanan pada uretra pars prostatika yang menyebabkan penekanan pada lumen uretra dan mengakibatkan terjadinya obstruksi. Tujuan: untuk mengulas laporan kasus pasien laki-laki berusia 76 tahun yang diagnose BPH disertai sistitis dan anemia. Metode: artikel ini berdasarkan laporan kasus (case report) BPH di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso, Wonogiri. Hasil: Pasien sudah mendapatkan terapi Harnal 1 x 400mcg, paracetamol 3 x 500 mg dan urinter 2 x 400 mg dan berdasarkan penyakit yang diderita pasien, pengobatan tersebut kurang tepat sehingga direkomendasikan penyesuaian terapi menjadi 5-alpha reductase inhibitors (Alfuzosin 10 mg PO dan dutasteride 0,5 mg PO), kemudian pemberian monoterapi dapat diberikan obat Tadalafil 5 mg/hari untuk pasien yang memiliki IMT rendah dan gejala LUTS. Pengobatan sistitis pasien diberikan seftriakson IV 1-2 gram/ 12-24 jam, Urinter 2 x 400 mg/ hari, Paracetamol 325-600 mg 4-6 jam jika perlu. Untuk pengobatan anemia diberikan asam folat 500-1000 mcg dan multivitamin. Kesimpulan: Pasien sudah mendapatkan terapi yang sesuai dengan gejala yang dialami. \u0000 ","PeriodicalId":135675,"journal":{"name":"Unram Medical Journal","volume":"3 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127447026","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Thyroid-associated ophthalmopathy (TAO) is a thyroid hormone imbalance thatmanifests in the eye. The most common TAO is in Grave’s Disease. TAO could increase theintraocular pressure and could cause a glaucoma optic neuropathy and therefore secondaryglaucoma could happen.
{"title":"THYROID-ASSOCIATED OPHTHALMOPATHY WITH SUSPECTED SECONDARY GLAUCOMA","authors":"Marie Yuni Andari","doi":"10.29303/jku.v11i2.711","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/jku.v11i2.711","url":null,"abstract":"Thyroid-associated ophthalmopathy (TAO) is a thyroid hormone imbalance thatmanifests in the eye. The most common TAO is in Grave’s Disease. TAO could increase theintraocular pressure and could cause a glaucoma optic neuropathy and therefore secondaryglaucoma could happen.","PeriodicalId":135675,"journal":{"name":"Unram Medical Journal","volume":"58 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127194359","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}